KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN “Pengembangan Karakter Utama Rasul dalam Proses Belajar Mengajar dan Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Gondanglegi Malang”

(1)

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN Pengembangan Karakter Utama Rasul dalam Proses Belajar Mengajar dan Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Gondanglegi

Malang”

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Ilmu Agama Islam

OLEH Wahyu Mulyadi Nim: 201010290211006

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH MALANG


(2)

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN “Pengembangan Karakter Utama Rasul Dalam PBM dan Everyday Life Siswa

di SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Gondanglegi Malang”

Yang diajukan oleh: WAHYU MULYADI Nim: 20101010290211006

Telah disetujui Tanggal 25 April 2012

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Tobroni, M.Si

Direktur

Program Pascasarjana

Dr. Latipun, M.Kes

Pembimbing Pendamping

Dr. Ahmad Nur Fuad, MA

Ketua Program Studi

Magister Ilmu Agama Islam


(3)

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh : WAHYU MULYADI Nim: 201010290211006

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal

30 April 2012

SUSUSNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Tobroni, M.Si ………

Sekretaris : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si ………

Penguji I : Prof. Ishomuddin, M.Si ………


(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Nama : Wahyu Mulyadi

Nim : 201010290211006

Program Studi : Magister Agama Islam

Dengan ini menyatakan yang sebenar-bemarnya bahwa: 1. Tesis dengan judul

KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN

Penngembangan Karakter Utama Rasul Dalam PBM dan Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang”

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutk dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsure PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALITY NON EKSKLUSIF

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Malang, 30 April 2012 Yang menyatakan


(5)

KATA PENGANTAR









Assalamu ‘Alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah serta rasa syukur penulis haturkan atas berbagai nikmat yang diberikannya sehingga dalam penyusunan tesis dengan tema “KONSTRUKSI PENDIDIKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN dapat terselesaikan dengan baik walaupun dengan keterbatasan yang penulis miliki. Allah menciptakan manusia di muka bumi tidak lain kecuali untuk beribadah kepadanya. Manusia di bimbing dan di didik oleh Allah agar memiliki kepribadian yang berkarakter, lewat Nabi Agung Muhammad Saw, Allah memberikan tauladan yang baik agar manusia bisa kembali di hadapan Allah dengan keagungan karakter yang mampu di pertanggung jawabkan. Shalawat serta salam kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad Saw, yang dengan karakternya mampu mengubah dunia dan hadir sebagai pelaku pendobrak kejahiliaan zaman, dan penyelamat bahtera dari amukan badai kemusrikin (tidak berkarakter).

Demikian pula semoga shalawat serta salam kepada Khilafaurrosyidin dan para Sahabat yang lain. Turut serta penulis haturkan semoga sholawat, salam dan berkah senantiasa dilimpahkan ole Allah, serta ucapan Jazakumullahu Khair kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyelesaian tesis ini, di antaranya kepada:

1. Kedua orang tua-ku (Teta/Adu), yang telah membimbing dengan penuh kasih sayang, yang malamnya di gunakan untuk berdo’a dan siang untuk berusaha dengan meneteskan keringat kesusahan yang sangat nikmat dari tiap pori-pori, keikhlasan hidup yang di pundaknya memikul tanggung jawab menggapai keberhasilan dunia-akhirat untuk generasi yang bagian dari darah dagingnya.


(6)

2. Prof. Dr. Tobroni, M.Si selaku dosen pembimbing utama dan Dr. Ahmad Nur Fuad, M.A selaku dosen pembimbing pendamping, yang selalu menyempatkan waktu di saat penulis membutuhkan bimbingannya.

3. Dr. Muhadjir Efendi, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan kebijakan positif dalam menetapkan keputusan dan Direktur Program Pascasarjana serta segenap jajarannya yang ikut membantu dan ikut bermusyawarah di dalamnya.

4. Kakak-kakak dan adikku (D’ Hendon, D’ Sam, D’ Bedo, D’ Rao, D’ Mi, D’ Wati dan Dzurrahmah/adik serta Aflah/anak), yang senantiasa dengan kebersamaanya memberikan

motivasi, do’a serta dukungan material, bahkan mengeluarkan air mata pelanjut dari cita-cita

dan harapan kedua orang tua.

5. H. M. Nor Djamaludin, BA/Umi-Ku yang selalu memberikan motivasi, berdo’a, dan bantuan materil serta melepaskan beban pikiran pada kehidupan jangka panjang dan cita-cita.

6. Segenap iparku (K’ Japri, D’ Syarif dan Rafiudin) yang selalu memberikan kebijakan dan

keputusan agar kakak-kakak dan adikku turut membantu baik moril maupun materil dalam perjalanan studi yang penulis tempuh.

7. Drs. Mahmud, M.Pd.I selaku Direktur Pndok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dan H. Umar Maksum, S.P, M.KPd selaku Kepala SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang yang telah memberikan Ijin penelitian.

8. Dr. Mujibur Khairul Muluk, yang selalu ada dalam memberikan nasihat sepanjang penulis beraada di Malang serta sahabat-sahabat ku (Ade/NTB, Ade/sulsel Alfi/Jombang,


(7)

Budi/Surabaya, Fathur/Jogja, Furqon/Jogja, M. Abduh/Riau, Oscar/Probolinggo) yang selalu membagi keceriaan di saat-saat saling membutuhkan.

9. Segenap saudara-saudaraku di asrama Bima/lama (Om Candra, Tohir, Eka, Coki, Adi, Subhan) yang selalu membagi keceriaan dan suka duka hidup dalam perantauan. Serta Sunardin dan mas Hajar di kos yang ikut membantu dan membagi keceriaan.

10. Dan siapa saja yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini, di mana merka turut mendukung dalam penyelesaian tesis ini.

Berkat bimbingan dan pertolongan Allah Swt. Tesis ini dapat terselesaikan walupun dalam proses penyusunanya banyak hal yang membuat tertunda karena kesibukkan dan lain hal. Dan penulis sadar bahwa TESIS ini masih jauh dari kesempurnaan karena pada fitrahnya bahwa penulis di ciptakan dengan tidak berpengetahuan. Dan oleh karena itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Malang, 30 April, 2012 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Istilah ... 8

F. Penelitian Terdahulu ... 9

G. Sitematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

A. Konstruksi Pengertian Manusia ... 15

1. Pengertian Karakter ... 15

2. Tentang Karakter (Sifat) dan Keutamaan Rasulullah ... 20

B. Pendidikan Karakter Perspektif Islam ... 31


(9)

2. Nilai Dasar Dalam Pendidikan Islam ... 32

C. Konsep Karakter Manusia ... 36

1. Karakter Individual ... 36

2. Karakter Privat dan Karakter Publik ... 37

3. Karakter Cerdas ... 37

4. Karakter Baik ... 38

D. Pengembangan Karakter Manusia ... 39

1. Berkembangnya Otonomi Sosial ... 39

2. Proses yang Mengarahkan Perkembangan Karakter ... 40

3. Pengembangan Karakter di Lembga Pendidikan ... 41

E. Nilai-Nilai Budaya/Kultur : Pesantren Sebagai Subkultur ... 42

1. Defenisi Pondok Pesantren ... 42

2. Pesantren Sebagai Subkultur ... 43

F. Nilai Pendidikan di Sekolah Umum ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Pendekatan Penelitian ... 46

B. Data dan Sumber Data ... 47

C. Metode Pengumpulan Data ... 48

D. Keabsahan Data ... 51

E. Analisi Data ... 53

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Profil SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Gondanglegi Malang ... 56


(10)

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Al-Rifa’ie ... 59

3. Keadaan Guru dan Karyawan ... 63

4. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah (EMASLIM) ... 65

5. Bidang Kesiswaan ... 67

6. Bidang Sarana dan Prasarana ... 69

B. Konstruksi Pendidikan Karakter di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi .. 70

1. Program Kegiatan Sekolah ... 71

2. Program Kegiatan Kepala Sekolah ... 72

3. Implementasi Pendidikan Karakter ... 73

4. Alasan Pendidikan Karakter di SMA Al-Rifa’ie ... 77

C. Pengembangan Karakter Utama Rasul Dalam PBM dan Kehidupan Sehari-hari Siswa ... 79

1. Pengembangan Karakter Utama Rasul Dalam Proses PBM ... 79

2. Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ... 82

3. Organisasi Pelajar Pondok Modern Al-Rifa’ie (OPPMA) ... 84

D. Faktor Yang Menunjang Peningkatan Pendidikan Karakter di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ... 88

1. Kultur ... 88

2. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 89

3. Figur Kiyai (Pendiri Yayasan) ... 93

E. Analisis Hasil Penelitian ... 94

1. Implementasi Karakter Utama Rasul di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ... 95


(11)

2. Pengembangan Karakter Utama Rasul Dalam PBM dan Kehidupan Sehari-hari Siswa di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi

Malang ... 98

3. Faktor Yang Menunjang Peningkatan Pendidikan Karakter di SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang ... 100

BAB V PENUTUP ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran-Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(12)

Daftar Lampiran Lampiran I : Surat Keterangan penelitian

Lampiran II : Pedoman Wawancara penelitian Lampiran III : Data Kegiatan penelitian


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemahan

Akhmad Muhaimin Azzet (2011), Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia

“Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan

Kemajuan Bangsa”. Ar-Ruzz Media: Jogjakarta

Azra, A., (2001) Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta: Kalimah.

Budimansyah Dasyim, 2010 Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa, Widya Aksara Press: Bandung.

Bruinessen, M.V., (2004), Traditionalist and Islamist pesantren in contemporary Indonesia. Paper presented at the ISIM workshop on “the Madrasah in Asia” 23-24 May.

Burhanuddin, J., Dina Afrianty (Ed.) (2006) Mencetak Muslim Modern: Peta

Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Creswell, J., W. (2003). Research Design : Qualitative, Quantitative and Mixed Method (2nd Ed.). California: SAGE Publication Inc.

Dharma Kesuma, Cepi Triatna, Johar Permana, 2011, Pendidikan Karakter “Kajian

Teori dan Praktik di Sekolah”, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Fatchul Mu’in, 2011, Pendidikan Karakter “Konstruksi Teoritik dan Praktek”, Ar

-Ruzz Media: Yogjakarta.

Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, 2006, Kecerdasan Kenabian Prophetic Intelligence

“Mengembangkan Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Ruhani”,

Pustaka Al-Furqan: Yogyakarta.

Jum’ah Amin Abdul Aziz, 2011, Fiqih Dakwah “Studi Atas Berbagai Prinsip dan

Kaidah yang Harus Dijadikan Acuan Dalam Dakwah Islamiah”, PT Era

Adicitra Intermedia: Solo 57146

Majid Abdul, Dian Andayani, 2011, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Mas’ud Abdurrahman (2004), Intelektual Pesantren “Perhelatan Agama dan Tradisi”,

LkiS: Yogyakarta.

Mughits Abdul (2008), Kritik Nalar Fiqh Pesantren, Kencana Prenada Media Group: Jakarta.


(14)

Muchlas Samani, Hariyanto, 2011, Pendidikan Karakter “Konsep dan model”, Remaja Rosdakarya: Bandung.

Muhaimin (2008), Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah”, PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Moh. Nazir (2005), Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia: Bogor Selatan 16720 Ridlwan Nasir (2005), Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal “Pondok Pesantren

di Tengah Arus Perubahan”, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sugiyono (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, , Alfabeta: Bandung

Suseno, Frans Magnis. 2003. Marx Tentang Agama. Penerbit Teraju: Jakarta.

Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, sejarah hidup Muhammad (Sirah

Nabawiyah). Cet. 1 Robbani press: Jakarta.

Tobroni (2010), The Spiritual Leadership “Pengefektifan Organisasi Noble Industry

Melalui Prinsip-Prinsip Spiritual Etis”, UUM Press:Malang.

_________ (2008,), Pendidikan Islam “Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritual”,

UMM Press: Malang

http://dc151.4shared.com/img/aC1FcRSU/preview.html

http://kelikwardiono.wordpress.com/2010/12/21/ilmu-pengetahuan-yang-bebas-nilai

http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/09/29/66461/Murid-Pukul-Guru-MTs-Negeri-1-Bima-Ricuh

http://www.insistnet.com/index.php?option=com_content@view=article@id=133:perl ukah-pendidikan-berkarakter@catid=1:adian-husaini


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Argumentasi dasar bahwa pendidikan membuat manusia menjadi lebih baik dan manusia yang baik tentu berprilaku mulia. Pandangan tersebut menganggap bahwa manusia dibentuk oleh situasi sosial yang nyata (konkret dan material). Pandangan semacam itu masih memiliki pengikutnya sekarang, bahwa pendidikan masih dipandang sebagai cara untuk membentuk manusia menjadi lebih baik, bijak, dan pendidikan menghasilkan manusia-manusia yang mendukung berjalannya masyarakat yang ideal.

Terkait dengan pendidikan sebagai cara untuk membentuk manusia menjadi lebih baik, maka telah coba untuk didiskusikan dan direnungkan segala fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan, di mana dalam lembaga pendidikan banyak kejadian yang berkesan tidak mencerminkan nilai-nilai yang tidak semestinya terjadi, seperti guru mencabuli siswanya, guru yang menggunakan cara kekerasan terhadap siswanya, dan kemungkinan banyak guru yang lebih baik, meskipun “baik” dalam pengertian yang sangat normatif, dan ada sedikit guru yang sangat jahat (guru yang terkenal malas mengajar dan menganggap siswanya musuh, guru yang bermasalah dengan dirinya sendiri dan kemudian menjengkelkan ketika mengajar, kemudian siswa yang menjengkelkan, seperti siswa yang memukul guru, contoh seperti kejadian di Bima - Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tepat pada tanggal 29 September 20111. Maka, tidak heran lagi ketika dewasa ini gemar membicarakan tentang keterbelakangan di negeri ini oleh karena rusaknya pendidikan karakter.


(16)

2

Tetapi, selalu saja ada guru yang terbaik, yang dengan penampilan dan pengabdiannya mampu menginspirasi murid-murid sehingga mereka benar-benar bisa tumbuh menjadi manusia yang mengarah pada kebaikan karakter, kecerdasan dan akhirnya bisa berperan besar dalam sejarah manusia yang berguna bagi orang lain dan tampil sebagai penolong banyak orang.

Dalam konteks ini, kiranya perlu mengkolaborasikan pendidikan agama Islam dan pendidikan karakter. Agama Islam yang notabene merupakan agama samawi, mengandung ajaran yang membentuk dan menata kehidupan manusia, seperti terlihat dalam teks-teks suci Islam (Al-Qur’an) ajakan luhur, konsep kemanusiaan yang humanis, dan ajaran-ajaran praktis yang verifikatif. Dari itu semua dapat dilihat dengan jelas bahwa pendidikan agama sangat besar peranannya dalam pendidikan atau pembentukan karakter.

Pendidikan agama adalah sebuah proses sosialisasi terhadap ajaran-ajaran agama yang menjadikan manusia yang sadar akan tugas-tugasnya, sebagai manusia dengan segala potensi yang dimilikinya, dan sekaligus sebagai makhluk yang dicptakan Tuhan. Konsep hubungan ini dikemas dalam Islam sebagai siklus interaksi manusia, yakni bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan, bagimana juga manusia menjalin hubungan dengan sesama manusia. Model pendidikan dalam Islam lebih diarahkan pada proses penanaman akidah dan pembekalan atas berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia. Sejalan dengan tujuan proklamasi adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk mengaktualisasikan maksud tersebut diselenggarakanlah proses pendidikan terhadap anak-anak bangsa demi mencetak insan-insan yang intelektual dan berwawasan luas dan berakhlak mulia yang tentu mempunyai nilai pembentukan karakter sebagai generasi penerus pemegang kendali pemerintahan. Dari sisi penyelenggara, pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Model pendidikan Islam pun


(17)

3

diselenggarakan ke dalam dua model pendidikan tersebut. Pendidikan formal umumnya dikelola dalam lembaga pendidikan yang dikenal dengan pesantren.

Agar tidak terlalu jauh dari konsep pendidikan karakter, marilah coba lihat kembali secara umum keberhasilan pembentukan karakter di Pondok Pesantren, walau pun tanpa mengabaikan keberhasilan pendidikan di lembaga pendidikan yang bersifat umum, adapun keberhasilan yang dimaksud yaitu, seperti para santri bisa kreatif, mempunyai kedisiplinan, mempunyai kemandirian, berakhlak baik dan lain sebagainya. Dari pengamatan inilah saya sebagai penulis terinspirasi untuk mengkaji lebih dalam, bahwa metode atau cara seperti apa atau bahkan fasilitas yang bagaimanakah yang bisa mendidik para siswa sehingga terbentuklah karakter yang diinginkan.

Pesantren dalam hubungannya dengan konsep pendidikan karakter, menarik kiranya dilihat lebih jauh Pesantren Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang, sebagai salah satu pesantren di Jawa yang masih eksis di tengah gempuran modernisasi pendidikan, ataupun kegagalan pendidikan karakter yang selama ini dengan berbagai tawuran antara siswa dari lembaga pendidikan yang satu dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Pesantren Al-Rifa’ie adalah sebuah sistem kelembagaan Pendidikan Islam yang menawarkan program akademik dan profesional yang relevan dengan studi Islam, dan juga pondok pesantren ini menggunakan istilah yang berbeda dengan pondok pesantren yang lain.

Di pondok pesantren yang lain, yang menggunakan istilah yang berbeda untuk penyebutan kepada madrasah atau sekolah, seperti penyebutan pada umumnya di pondok pesantren dikenal dengan Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, sedangkan di pondok modern Al-Rifa’e menggunakan istilah dengan penyebutan SMP dan SMA. Di dalamnya, para santri dapat hidup, belajar dan beraktivitas secara kreatif dalam lingkungan pesantren dengan


(18)

4

mengacu kepada keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan kebebasan. Bahwasannya pendidikan adalah kebutuhan asasi manusia agar dapat hidup sesuai dengan kodrat kemanusiaannya sebagai makhluk Allah SWT yang diberi amanat dan tanggung jawab untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi.(QS. Al-Baqarah/2: 30, dan QS. Al-Mujadalah/58: 11)

Dalam rangka melaksanakan misi dan risalah tersebut, maka cita-cita itulah yang melatarbelakangi KH. Achmad Zamachsyari mendirikan Pondok Pesantren Modern Al-Rifa’ie. Mulai dibangun pada tanggal 8 Oktober 1992 M/11 Robiul Akhir 1413 H yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattah Singosari Malang Jawa Timur yang didirikan oleh ayahanda KH. Rifa'ie Basuni. Nama AL-RIFA’IE diambil dari nama ayahanda pengasuh sebagai bukti cinta beliau pada ayahandanya.

Pendirian Pesantren tersebut merupakan jawaban dari para ulama dalam upaya menjawab problematika ummat yang membutuhkan sebuah lembaga Pendidikan Islam untuk mencetak generasi yang intelek dengan senantiasa bepegang teguh pada prinsip-prinsip agama Islam dalam melaksanakan pendidikan, pengajaran dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya.

Dengan tetap menjaga keseimbangan antara nilai-nilai Pendidikan Pondok Pesantren pada satu sisi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sisi yang lain. SMA

Al-Rifa’ie, berketetapan mengusahakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi

kemajuan ummat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mana tertera pada pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 demi terbinanya manusia Indonesia seutuhnya, dan terwujudnya masyarakat adil dan makmur (Undang-undang no. 20 tahun 2003), serta berakhlak mulia, jasmani dan rohani yang diridai Allah SWT.

SMA Al-Rifa’ie adalah sekolah yang berada dalam naungan pondok modern Al-Rifa’ie. Sekolah ini sangat maju dalam pembentukan nilai-nilai karakter terhadap siswa, yang dengan


(19)

5

konsepnya semua siswa diasramakan. Dengan inilah maka pengelola dan para pendidik mudah mengontrol siswa dalam melakukan pendidikan dan pembinaan, yang baik dilakukan mulai pagi hingga malam hari. Hal ini memberikan peluang bagi para pengelola dan guru untuk memahamkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kepada para siswa sehingga bisa membentuk kepribadian dan tercermin karakter yang baik.

Dari uraian di atas bahwa fenomena yang terjadi di lembaga pendidikan banyak berkesan dengan karakter, baik yang diinginkan maupun karakter yang tidak mampu membawa nama baik seorang pribadi atau golongan (lembaga pendidikan). Dengan demikian peneliti berangkat dari terinspirasi untuk lebih jauh meneliti bagaimana konsep yang diterapkan oleh lembaga pendidikan yang sekiranya sedikit berhasil dalam pendidikan karakter, maka peneliti pun memilih SMA Al-Rifa’ie sebagai objek penelitian yang setidaknya dapat mencerminkan pendidikan karakter, yang kemudian pada hakikatnya tentu menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Berangkat dari persoalan di atas, bahwa kemampuan SMA Al-Rifa’ie dalam pendidikan serta pembentukan karakter, maka akan menjadi pertanyaan pokok yang diajukan dan sekaligus sebagai masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konstruksi pendidikan/pembinaan karakter yang dilakukan pada SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang dan faktor apa yang menunjang peningkatan pendidikan-pembinaan karakter yang dilakukan pada SMA Al-Rifa’ie Gondanglegi Malang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:


(20)

6

2. Bagaimana pengembangan karakter utama Rasul dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) dan Kehidupan Sehari-hari siswa di SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang?

3. Faktor apa yang menunjang peningkatan pendidikan karakter yang dilakukan di SMA

Al-Rifa’i Gondanglegi Malang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan di atas, yang secara umum untuk mendeskripsikan proses sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren sehingga mampu membentuk karakter santri. Maka dari itu, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui implementasi karakter utama Rasul di SMA Al-Rifa’i gondanglegi Malang

2. Untuk memperoleh gambaran tentang pengembangan karakter utama Rasul dalam PBM dan

everyday life siswa di SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang

3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjang dalam peningkatan pendidikan karakter di SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang

4.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Secara Akademik

Dapat mengantarkan untuk lebih memahami teori dan strategi pendidikan karakter, guna menambah informasi dan khazanah keilmuan dalam rangka pembenahan kualitas menuju kesuksesan untuk upaya pembentukan karakter terhadap santri/peserta didik pada lembaga pendidikan di negeri tercinta ini. Serta menambah bahan kajian bagi lembaga pendidikan terutama SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang ke depan.


(21)

7

2. Manfaat Secara Praktis

a. Sebagai wujud peranan akademik dalam hal memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendidikan.

b. Para pengelola lembaga pendidikan dapat mengadopsi beberapa hal dalam upaya pembentukan karakter terhadap santri/peserta didik.

c. Para administrator, guru atau praktis pendidikan. Dapat mengetahui keberhasilan lembaga pendidikan pondok pesantren dalam upaya pembentukan karakter terhadap santri/peserta didik dalam pembentukkan karakter dan selanjutnya dapat diterapkannya di lembaga mereka. d. Peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian lebih luas dan mendalam tentang cara tau

kunci keberhasilan pembentukkan karakter. E. Definisi Istilah

Terdapat beberapa istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini yang secara operasional memiliki arti dan makna yang khas. Oleh sebab itu, agar tidak terdapat kesalahan dalam persepsi untuk memaknai topik tersebut di atas, maka terlebih dahulu perlu ditegaskan definisi operasional, yaitu:

1. Konstruksi Pendidikan karakter; konstruksi adalah susunan, bentuk atau model tata letak suatu bangunan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 457). Pendidikan karakter adalah bertujuan membentuk setiap pribadi insan yang menmpunyai nilai-nilai yang utama. Insan yang mempunyai nilai-nilai utama ini, terutama dinilai dari prilakunya dalam kehidupan sehari-hari, bukan pada pemahamannya, Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 16). Dan dapat dipertanggung-jawabkan bahwa, konstruksi pendidikan karakter yang dimaksud adalah bentuk atau model pendidikan yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai ajaran yang


(22)

8

ditetapkan oleh norma-norma agama atau undang-undang pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pembentukkan kepribadian yang baik.

2. SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang adalah salah satu lembaga pendidikan formal swasta, yang berada dalam pondok pesantren di Malang, yang coba didesain dengan cara mengubah pendidikan salafiyah yang ada di pondok pesantren dengan cara pendidkan modern yang berciri khas Islam dan berada dalam sistem pendidikan nasional dan ditempatkan di bawah pembinaan Kementerian Agama RI, yang berlokasi di Jl. Raya Ketawang No. 01 Gondanglegi - Malang - Jawa Timur - Indonesia.

F. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terdahulu terkait dengan pendidikan karakter penelitian yang dilakukan oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2011), dalam bukunya Pendidikan Karakter

Perspektif Islam. Dalam bukunya, mereka mengungkap bahwa pandangan Islam terdapat

tahapan-tahapan pengembangan karakter dimulai sedini mungkin. Karena berlandaskan Hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi sebagai berikut:

“jadikanlah kata-kata yang pertama diucapkan seorang anak, kalimat La Ilaha Ilallah.

Dan bacakan menjelang maut, kalimat La Ilaha Ilallah.” (HR. Ibnu Abbas).

Muliakan anak-anakmu dan didiklah dengan adab (budi pekerti) yang baik. (HR. Ibnu Majah).

Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun, dan jika sudah berumur sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau sholat. Dan pisahkanlah tempat tidurnya. (HR. Al-Hakim dan Abu Daud, Diriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-Ash r.a).

Dalam bukunya, memang mereka membagi beberapa tahapan dalam pembentukkan karakter pada diri anak oleh keluarga (orang tua). Walaupun konsep itu mereka gunakan dalam pendidikan karakter oleh keluarga, tapi tahapan juga tetap punya masa untuk anak itu dapat berubah ketika sudah terjun di masyarakat dan lingkungan sekitar. Atas dasar ini, dalam bukunya


(23)

9

dia berkesimpulan bahwa, kegagalan pendidikan karakter di negeri ini adalah dalam lembaga pendidikan itu sendiri.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2011: 05), dalam bukunya menyatakan, bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan mengabaikan pembentukan karakter siswa. Karena sekolah mengacu pada pendapat Marvin W. Berkowitz dan Melinda C. Bier, yang mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya fokus pada prestasi akademik (academic achievement) telah diterima secara luas. Padahal, sesungguhnya sekolah yang dalam ilmu sosiologi diposisikan sebagai media sosialisasi kedua setelah keluarga, mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam pembentukan karakter/kepribadian. Kesimpulan tersebut bukan mengambinghitamkan sekolah karena memang tanggung jawab utama pembentukan karakter adalah keluarga.

Demikian juga penelitian yang lain, oleh Akhmad Muhaimin Azzet (2011), dalam bukunya, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia “Revitalisasi Pendidikan Karakter

Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa”. Dalam bukunya dia berkesimpulan

bahwa di negeri tercinta ini benar-benar mengalami keterbelakangan dalam pembentukan karakter, karena banyaknya berbagai hal yang terjadi di lembaga pendidikan yang tidak semestinya terjadi.

Keadaan yang memprihatinkan juga ditambah lagi dengan perilaku sebagian remaja Indonesia yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik. Misalnya, tawuran antar pelajar, tersangkut jaringan narkoba, baik sebagai pengedar maupun pemakai, atau melakukan tindak asusila (Muhaimin Azzet, 2011: 11).

Dari kesimpulannya dalam buku tersebut, Muhaimin Azzet mengatakan, bahwa hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran untuk memahami apa yang


(24)

10

dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk semakin menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau suri teladan yang baik dari para pendidik, orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, maupun para pemimpin bangsa.

Terkait dengan lembaga pendidikan yang sangat besar perananya dalam pembentukan karakter, maka yang sangat dibutuhkan adalah seorang guru yang bisa di teladani oleh peserta didik atau siswanya. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaannya, bukan seorang guru yang hanya sekedar mengajar untuk mendapatkan suatu pekerjaan dan imbalan, melainkan seorang guru yang mendidik dengan senang hati. Karena memang guru yang mendidik dengan senang hatilah yang akan berhasil dalam mendidik anak didiknya. Sungguh, hal ini tentu bebeda dengan guru yang bekerja hanya karena membutuhkan “pekerjaan” semata.

Begitu pula dari penelitian Tobroni (2010), dalam bukunya, The Spiritual Leadership

“Meraih Kekokohan Spiritualitas Menggapai Keberhasilan Kepemimpinan”. pada sub

pembahasan dalam bukunya dia juga mengupas Prinsip-Prinsip Spiritual Etis: Paradigma Baru

Kepemimpinan. Dalam sub-subnya dia membahas tentang, etika dan moral, etika religius yang

mengatur antara Tuhan dan manusia, sikap etis Tuhan terhadap makhluknya, etika manusia terhadap Tuhan, perilaku etis manusia terhadap sesama, dan etika religius berkenaan dengan sikap terhadap sesama manusia.

Dalam penelitiannya Tobroni menyimpulkan, bahwa etika religius dalam perspektif Islam adalah nilai-nilai etis yang secara ontologis bersumber dari Allah melalui ayat-ayatnya

(kawniyah dan qawliyah), secara epistemologis digali oleh manusia beriman dan secara

aksiologis sejalan dengan ide moral Islam. Etika religius Islam meliputi tiga dimensi: sikap etis Tuhan terhadap makhluknya, sikap etis manusia terhadap Tuhan, dan sikap etis manusia terhadap


(25)

11

sesama (Tobroni, 2010, 40). Kemampuan manusia dibanding makhluk lainnya terbukti baik secara jasmaniah maupun ruhaniah. Kesempurnaan fisik dapat dicapai dari alam sedangkan kesmpurnaan ruhaniah dari Tuhan. Sebagaimana jasmani yang akan kurus dan menderita apabila tidak terpenuhi kebutuhannya. Ruhani juga akan mengalami hal yang sama apabila ia jauh dari Tuhan, karena Allah Rabb al-alamin dengan Al-asma „lhusna yang berjumlah 99 tidak akan membiarkan hambanya menderita apabila dia berbuat yang mencerminkan karakter yang baik.

Karena manusia sebagai puncak penciptaan Allah. Maka agar dapat menciptakan kehidupan yang sejahtera Allah memberikan petunjuk kepada manusia. Pemberian petunjuk itu

anatara lain dengan “mengutus rasul-rasul”, “mewahyukan kitab-kitab-nya dan menunjukkan

jalan yang lurus kepada hambannya dengan senantiasa memberikan hidayah. Hanya dengan agar terwujudnya karakter yang baiklah diutusnya Nabi Muhammad Saw.

“sesungguhnya aku ditus hanya untuk menyempurnakan budi peketri yang baik”

(al-hadits)

Tobroni menegaskan, pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri anak tertanam nilai-nilai iman, ilmu dan amal shaleh dalam bingkai keluhuran budi (akhlak atau karakter) yang baik. Etika religius perlu ditanamkan dalam diri anak didik dalam membentuk akhlak atau karakter yang baik.

Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas telah menggambarkan betapa pentingnya mengembalikan kepribadian yang baik dalam dunia pendidikan yang tentunya akan bisa membangun karakter yang semestinya terjadi untuk mencerminkan kepribadian yang baik, bukan malah sebaliknya yang menjadikan manusia berbuat yang tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang baik. Namun beberapahal yang belum disentuh oleh para peneliti sebelumnya, mengenai pendidikan di pesantren yang notabene dapat membentuk karakter dan kepribadian yang baik, yaitu model pendidikan yang tidak dilihat dengan kacamata pengetahuan modern


(26)

12

dalam pendidikan yang bersifat umum, tetapi sebagai pengetahuan yang berdiri secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh unsur eksternal di negeri ini, disinilah letak signifikansi penelitian ini menurut penulis.

Salah satu teori yang menarik untuk dicermati bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan modernitas dengan segala entitasnya meskipun dilakukan dengan berbagai macam cara. Bahwa tidak semua pesantren menolak aspek-aspek modernitas, banyak di antara mereka yang bernegosiasi dan jenis pesantren inilah yang masih eksis sampai sekarang. Kemampuan inilah yang akan menjadi modal penulis untuk melihat lebih jauh bagaimana mengidentifikasi model-model kepemimpinan pesantren yang diterapkan dalam pembentukan karakter para santri yang dapat eksis di tengah gencarnya globalisasi pendidikan dan sekaligus merepresentasikan bahwa pesantren tidak akan hilang oleh arus modernitas dan sekaligus membuktikan bahwa pesantren mampu menjadi mediator antara tradisi Islam di dalam pesantren dan modernitas.

G. Sistematika Penulisan

Pada prinsipnya bahwa pada penulisan tesis akan dikemukakan gambaran umum tentang sistematika pembahasan, yang mana pada penulisan ini akan meliputi enam bab. Bab I membicarakan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang permasalahan yang ingin di bahas dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab II berisi kajian pustaka, memuat terkait dengan konstruksi karakter manusia

(pengertian karakter, tentang karakter (sifat) dan keutamaan Rasulullah, unsur-unsur karkater),

pendidikan karakter perpektif Islam (pendidikan karakter dalam Islam, nilai dasar dalam

pendidikan Islam), nilai-nilai budaya/kultur: pesantren sebagai subkultur (defenisi pondok


(27)

13

Bab III menguraikan tentang metodologi penelitian, yang dimana membahas berbagai cara untuk mengantarkan pada teknis dalam melakukan penelitian, meliputi pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data.

Bab IV pemaparan hasil penelitian, yang membahas tentang profil SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi-Malang, data tentang pendidikan karakter di SMA

Al-Rifa’ie Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi-Malang.


(1)

ditetapkan oleh norma-norma agama atau undang-undang pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pembentukkan kepribadian yang baik.

2. SMA Al-Rifa’i Gondanglegi Malang adalah salah satu lembaga pendidikan formal swasta, yang berada dalam pondok pesantren di Malang, yang coba didesain dengan cara mengubah pendidikan salafiyah yang ada di pondok pesantren dengan cara pendidkan modern yang berciri khas Islam dan berada dalam sistem pendidikan nasional dan ditempatkan di bawah pembinaan Kementerian Agama RI, yang berlokasi di Jl. Raya Ketawang No. 01 Gondanglegi - Malang - Jawa Timur - Indonesia.

F. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian terdahulu terkait dengan pendidikan karakter penelitian yang dilakukan oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2011), dalam bukunya Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Dalam bukunya, mereka mengungkap bahwa pandangan Islam terdapat tahapan-tahapan pengembangan karakter dimulai sedini mungkin. Karena berlandaskan Hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi sebagai berikut:

“jadikanlah kata-kata yang pertama diucapkan seorang anak, kalimat La Ilaha Ilallah. Dan bacakan menjelang maut, kalimat La Ilaha Ilallah.” (HR. Ibnu Abbas).

Muliakan anak-anakmu dan didiklah dengan adab (budi pekerti) yang baik. (HR. Ibnu Majah).

Suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat ketika berumur tujuh tahun, dan jika sudah berumur sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau sholat. Dan pisahkanlah tempat tidurnya. (HR. Al-Hakim dan Abu Daud, Diriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-Ash r.a).

Dalam bukunya, memang mereka membagi beberapa tahapan dalam pembentukkan karakter pada diri anak oleh keluarga (orang tua). Walaupun konsep itu mereka gunakan dalam pendidikan karakter oleh keluarga, tapi tahapan juga tetap punya masa untuk anak itu dapat berubah ketika sudah terjun di masyarakat dan lingkungan sekitar. Atas dasar ini, dalam bukunya


(2)

dia berkesimpulan bahwa, kegagalan pendidikan karakter di negeri ini adalah dalam lembaga pendidikan itu sendiri.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2011: 05), dalam bukunya menyatakan, bahwa sekolah sebagai institusi pendidikan mengabaikan pembentukan karakter siswa. Karena sekolah mengacu pada pendapat Marvin W. Berkowitz dan Melinda C. Bier, yang mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya fokus pada prestasi akademik (academic achievement) telah diterima secara luas. Padahal, sesungguhnya sekolah yang dalam ilmu sosiologi diposisikan sebagai media sosialisasi kedua setelah keluarga, mempunyai peran yang besar dalam menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam pembentukan karakter/kepribadian. Kesimpulan tersebut bukan mengambinghitamkan sekolah karena memang tanggung jawab utama pembentukan karakter adalah keluarga.

Demikian juga penelitian yang lain, oleh Akhmad Muhaimin Azzet (2011), dalam bukunya, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia “Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa”. Dalam bukunya dia berkesimpulan bahwa di negeri tercinta ini benar-benar mengalami keterbelakangan dalam pembentukan karakter, karena banyaknya berbagai hal yang terjadi di lembaga pendidikan yang tidak semestinya terjadi.

Keadaan yang memprihatinkan juga ditambah lagi dengan perilaku sebagian remaja Indonesia yang sama sekali tidak mencerminkan sebagai remaja yang terdidik. Misalnya, tawuran antar pelajar, tersangkut jaringan narkoba, baik sebagai pengedar maupun pemakai, atau melakukan tindak asusila (Muhaimin Azzet, 2011: 11).

Dari kesimpulannya dalam buku tersebut, Muhaimin Azzet mengatakan, bahwa hal yang paling penting dalam pendidikan karakter adalah kesadaran untuk memahami apa yang


(3)

dilakukannya adalah hal yang terbaik. Untuk semakin menguatkan kesadaran untuk memahami ini, dibutuhkan contoh atau suri teladan yang baik dari para pendidik, orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan, maupun para pemimpin bangsa.

Terkait dengan lembaga pendidikan yang sangat besar perananya dalam pembentukan karakter, maka yang sangat dibutuhkan adalah seorang guru yang bisa di teladani oleh peserta didik atau siswanya. Di sinilah dibutuhkan seorang guru yang sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaannya, bukan seorang guru yang hanya sekedar mengajar untuk mendapatkan suatu pekerjaan dan imbalan, melainkan seorang guru yang mendidik dengan senang hati. Karena memang guru yang mendidik dengan senang hatilah yang akan berhasil dalam mendidik anak didiknya. Sungguh, hal ini tentu bebeda dengan guru yang bekerja hanya karena membutuhkan “pekerjaan” semata.

Begitu pula dari penelitian Tobroni (2010), dalam bukunya, The Spiritual Leadership

“Meraih Kekokohan Spiritualitas Menggapai Keberhasilan Kepemimpinan”. pada sub

pembahasan dalam bukunya dia juga mengupas Prinsip-Prinsip Spiritual Etis: Paradigma Baru Kepemimpinan. Dalam sub-subnya dia membahas tentang, etika dan moral, etika religius yang mengatur antara Tuhan dan manusia, sikap etis Tuhan terhadap makhluknya, etika manusia terhadap Tuhan, perilaku etis manusia terhadap sesama, dan etika religius berkenaan dengan sikap terhadap sesama manusia.

Dalam penelitiannya Tobroni menyimpulkan, bahwa etika religius dalam perspektif Islam adalah nilai-nilai etis yang secara ontologis bersumber dari Allah melalui ayat-ayatnya (kawniyah dan qawliyah), secara epistemologis digali oleh manusia beriman dan secara aksiologis sejalan dengan ide moral Islam. Etika religius Islam meliputi tiga dimensi: sikap etis Tuhan terhadap makhluknya, sikap etis manusia terhadap Tuhan, dan sikap etis manusia terhadap


(4)

sesama (Tobroni, 2010, 40). Kemampuan manusia dibanding makhluk lainnya terbukti baik secara jasmaniah maupun ruhaniah. Kesempurnaan fisik dapat dicapai dari alam sedangkan kesmpurnaan ruhaniah dari Tuhan. Sebagaimana jasmani yang akan kurus dan menderita apabila tidak terpenuhi kebutuhannya. Ruhani juga akan mengalami hal yang sama apabila ia jauh dari Tuhan, karena Allah Rabb al-alamin dengan Al-asma „lhusna yang berjumlah 99 tidak akan membiarkan hambanya menderita apabila dia berbuat yang mencerminkan karakter yang baik.

Karena manusia sebagai puncak penciptaan Allah. Maka agar dapat menciptakan kehidupan yang sejahtera Allah memberikan petunjuk kepada manusia. Pemberian petunjuk itu anatara lain dengan “mengutus rasul-rasul”, “mewahyukan kitab-kitab-nya dan menunjukkan jalan yang lurus kepada hambannya dengan senantiasa memberikan hidayah. Hanya dengan agar terwujudnya karakter yang baiklah diutusnya Nabi Muhammad Saw.

“sesungguhnya aku ditus hanya untuk menyempurnakan budi peketri yang baik” (al-hadits)

Tobroni menegaskan, pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri anak tertanam nilai-nilai iman, ilmu dan amal shaleh dalam bingkai keluhuran budi (akhlak atau karakter) yang baik. Etika religius perlu ditanamkan dalam diri anak didik dalam membentuk akhlak atau karakter yang baik.

Secara umum, hasil-hasil penelitian di atas telah menggambarkan betapa pentingnya mengembalikan kepribadian yang baik dalam dunia pendidikan yang tentunya akan bisa membangun karakter yang semestinya terjadi untuk mencerminkan kepribadian yang baik, bukan malah sebaliknya yang menjadikan manusia berbuat yang tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan yang baik. Namun beberapahal yang belum disentuh oleh para peneliti sebelumnya, mengenai pendidikan di pesantren yang notabene dapat membentuk karakter dan kepribadian yang baik, yaitu model pendidikan yang tidak dilihat dengan kacamata pengetahuan modern


(5)

dalam pendidikan yang bersifat umum, tetapi sebagai pengetahuan yang berdiri secara mandiri tanpa dipengaruhi oleh unsur eksternal di negeri ini, disinilah letak signifikansi penelitian ini menurut penulis.

Salah satu teori yang menarik untuk dicermati bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan modernitas dengan segala entitasnya meskipun dilakukan dengan berbagai macam cara. Bahwa tidak semua pesantren menolak aspek-aspek modernitas, banyak di antara mereka yang bernegosiasi dan jenis pesantren inilah yang masih eksis sampai sekarang. Kemampuan inilah yang akan menjadi modal penulis untuk melihat lebih jauh bagaimana mengidentifikasi model-model kepemimpinan pesantren yang diterapkan dalam pembentukan karakter para santri yang dapat eksis di tengah gencarnya globalisasi pendidikan dan sekaligus merepresentasikan bahwa pesantren tidak akan hilang oleh arus modernitas dan sekaligus membuktikan bahwa pesantren mampu menjadi mediator antara tradisi Islam di dalam pesantren dan modernitas.

G. Sistematika Penulisan

Pada prinsipnya bahwa pada penulisan tesis akan dikemukakan gambaran umum tentang sistematika pembahasan, yang mana pada penulisan ini akan meliputi enam bab. Bab I membicarakan tentang pendahuluan yang memuat latar belakang permasalahan yang ingin di bahas dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

Bab II berisi kajian pustaka, memuat terkait dengan konstruksi karakter manusia (pengertian karakter, tentang karakter (sifat) dan keutamaan Rasulullah, unsur-unsur karkater), pendidikan karakter perpektif Islam (pendidikan karakter dalam Islam, nilai dasar dalam pendidikan Islam), nilai-nilai budaya/kultur: pesantren sebagai subkultur (defenisi pondok pesantren, pesantren sebagai subkultur), nilai-nilai pendidikan di sekolah.


(6)

Bab III menguraikan tentang metodologi penelitian, yang dimana membahas berbagai cara untuk mengantarkan pada teknis dalam melakukan penelitian, meliputi pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data.

Bab IV pemaparan hasil penelitian, yang membahas tentang profil SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi-Malang, data tentang pendidikan karakter di SMA Al-Rifa’ie Pondok Modern Al-Rifa’ie Gondanglegi-Malang.