MODEL PENDIDIKAN KARAKTER KEJUJURAN PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH DI PONDOK PESANTREN MODERN AL-IHSAN BALEENDAH.

(1)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No. Daftar FPIPS : 1576/UN.40.2.6.1/PL/2013 “MODEL PENDIDIKAN KARAKTER KEJUJURAN PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH DI PONDOK PESANTREN MODERN

AL-IHSAN BALEENDAH”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām

Oleh Deni Tisnawan

0900487

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern “MODEL PENDIDIKAN KARAKTER KEJUJURAN PADA SISWA

MADRASAH TSANAWIYAH DI PONDOK PESANTREN MODERN AL-IHSAN BALEENDAH”

Oleh

Deni Tisnawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Deni Tisnawan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DENI TISNAWAN

“MODEL PENDIDIKAN KARAKTER KEJUJURAN PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH DI PONDOK PESANTREN MODERN

AL-IHSAN BALEENDAH” DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING : Pembimbing I

Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd. NIP. 19551002 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Fahrudin, M.Ag. NIP. 19591008 198803 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP : 19570303 198803 1 001


(4)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Hari/Tanggal : Senin, 24 Juni 2013

Tempat : Gedung FPIPS UPI

Panitia Ujian :

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 1970 0814 199402 1 001

Sekretaris :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Penguji :

Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag. NIP. 19570303 198803 1 001

Dr. Edi Suresman, S.Pd., M.Ag. NIP. 19601124 198803 1 001

Drs. H. Wahyu Wibisana, M.Pd. NIP. 19591017 198803 1 002


(5)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah”. Dalam penelitian ini, peneliti hanya mencari dan mengumpulkan data mengenai model pendidikan karakter kejujuran yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Ihsan. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Baleendah. Madrasah Tsanawiyah Al-Al-Ihsan Baleendah, merupakan salah satu Madrasah yang menyatu dengan Pondok Pesantren, dengan menggunakan sistem asrama seluruh santri akan tinggal selama 24 jam di dalam komplek Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. Penelitian ini mengambil sampel dari seluruh kegiatan santri yang berhubungan dengan pendidikan karakter kejujuran, baik kegiatan di dalam kelas maupun kegiatan di luar kelas.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pendidikan karakter kejujuran bagi seluruh siswa yang sedang mencari ilmu. Pada zaman sekarang banyak sekali siswa yang pintar dan mengerti akan pentingya kejujuran, tetapi banyak dari mereka yang tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Budaya korupsi merupakan bukti nyata akan degradasi moral dan hilangnya kejujuran dari generasi bangsa ini. Semua itu disebabkan karena kurangnya pemahaman akan pentingnya mempelajari pendidikan karakter kejujuran. Dalam penelitian ini, peneliti mencari data mengenai model pendidikan karakter kejujuran yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Dengan menggunakan sistem asrama, diyakini bahwa pendidikan karakter kejujuran akan lebih efektif dibandingkan dengan pendidikan karakter kejujuran yang dilaksanakan di sekolah umum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter kejujuran akan lebih efektif apabila dilaksanakan dengan menggunakan sistem asrama. Dengan menggunakan sistem asrama, seluruh siswa akan lebih mudah terkontrol dalam segala aktivitasnya. Pendidikan karakter kejujuran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan terbagi menjadi 3, yaitu pendidikan karakter kejujuran secara formal, nonformal, dan informal. Pendidikan karakter kejujuran yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, dilaksanakan secara berkesinambungan dan selalu diawasi oleh bagian pengasuhan santri yang dibantu oleh pengurus OPPMAI.

Kata kunci: Model Pendidikan, Karakter Kejujuran, Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.


(6)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern ABSTRACT

This research entitled “An Honesty Character Education Model on Madrasah Tsanawiyah Students in Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan Baleendah”. In this study, researcher only looked for and collected the data about the honesty in character education model that was implemented in the Madrasah Tsanawiyah Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan Baleendah. The research was conducted at Madrasah Tsanawiyah Ihsan Baleendah. As known that Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan is as one of Madrasah which is inside Boarding School using whole boarding systems, students will stay for 24 hours in its area. The study took a sample of the students’ activities related to honesty character education activities both in the classroom and outside the classroom.

The research background is about the importance of honesty character education in all students who are seeking knowledge. Nowdays, many students are smart and also understand about the importance of honesty, but many of them do not apply it in their daily lives. The corruption is real evidence of moral degradation and the loss of the honesty in this nation due to a lack of understanding in the importance of studying the character education. In this research, researcher looked for data about the characters the honesty education model that was implemented in Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan Baleendah. Using the dormitory system, it is believed that the honesty character education will be more effective rather than the honesty character education at public schools.

The method used in this research is descriptive method, using a qualitative approach. The data collection was done by interviewing, observation, and study the documentation. In this study, researcher was as the main instrument.

Based on the research that has been done, it can be concluded that the honesty character education will be more effective when carried out with the use of a boarding system, by using this system all students will be more easily controlled in all their activities. Honesty character education at the Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan Baleendah is divided into three kinds; formal, non-formal, and informal honesty character education. Honesty character education in Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan is implemented on an on going basis and is always supervised by the students’ guider who are also assisted by an OPPMAI (Students Organization of Islamic Modern Boarding School Al-Ihsan Baleendah).

Keywords: Educational Model, The Character of Honesty, Modern Islamic Boarding School Al-Ihsan Baleendah.


(7)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK . . . i

KATA PENGANTAR . . . ii

UCAPAN TERIMA KASIH . . . iii

DAFTAR ISI . . . .. vi

DAFTAR GAMBAR . . . viii

DAFTAR TABEL . . . .. viii

DAFTAR BAGAN . . . viii

DAFTAR LAMPIRAN . . . ix

PEDOMAN TRANSLITASI ARAB-LATIN . . . .. x

BAB I . . . .. 1

PENDAHULUAN . . . .. 1

A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Rumusan Masalah . . . .. 6

C. Tujuan Penelitian . . . 7

D. Manfaat Penelitian . . . 7

E. Sistematika Penulisan . . . 8

BAB II . . . .. 10

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI ESENSI PENDIDIKAN ISLĀMĪ DI PONDOK PESANTREN . . . 10

A. Konsep Pendidikan Islām . . . 10

1. Definisi Ilmu Pendidikan Islām . . . 10

2. Tujuan Pendidikan Islām . . . .. 11

3. Metode Pendidikan Islām . . . 15

4. Visi, Misi dan Sifat Pendidikan Islām . . . 21

5. Kurikulum Dalam Pendidikan Islām . . . 27


(8)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern

7. Evaluasi Dalam Pendidikan Islām . . . 31

B. Penanaman Nilai Kejujuran Dalam Rangka Membina Karakter . . . 33

1. Konsep Pendidikan Karakter Islāmī . . . 33

2. Kejujuran Sebagai Nilai Dasar Karakter Islāmī . . . 48

C. Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islām . . . .. 60

1. Sejarah Pondok Pesantren . . . .. 60

2. Perkembangan Pondok Pesantren . . . .. 61

3. Pesantren Dengan Madrasah . . . .. 61

4. Manajemen Pondok Pesantren . . . 66

5. Peran Pesantren Dalam Rangka Membina Karakter Islāmī . . . 68

BAB III . . . 69

METODE PENELITIAN . . . 69

A. Lokasi Penelitian . . . .. 69

B. Pendekatan Penelitian . . . .. 70

C. Metode Penelitian . . . 73

D. Definisi Operasional . . . 74

E. Instrumen Penelitian . . . 76

F. Teknik Pengumpulan Data . . . 78

G. Prosedur Penelitian . . . 79

H. Analisis Data . . . .. 81

BAB IV . . . 85

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 85

A. Profil Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan . . . .. 85

B. Pemaparan Data Hasil Penelitian . . . 1. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan . . . 108

2. Tujuan Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . 127


(9)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

3. Program Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah

Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . 129

4. Proses Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . 140

5. Evaluasi Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . .. 149

C. Pembahasan Data . . . 152

1. Analisis Sistem Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan . . . .. 152

2. Analisis Tujuan Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . .. 159

3. Analisis Program Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . .. 161

4. Analisis Proses Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . .. 165

5. Analisis Evaluasi Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. . . .. 170

BAB V . . . 175

KESIMPULAN DAN SARAN . . . 175

A. Kesimpulan . . . .. 175

B. Saran . . . 179

DAFTAR PUSTAKA . . . 181


(10)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Lokasi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan……….. 70

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Struktur Badan Pengurus Yayasan Miftahul Jannah Baleendah……... 91 Tabel 4.2. Kode Ustāż dan Ustāżah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan………. 99 Tabel 4.3. Jadwal Harian Aktivitas Santri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan... 125

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1. Model Pendidikan Karakter Kejujuran di Pondok Pesantren Modern


(11)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

1. Pedoman Wawancara dan Pengambilan Data ………...

2. Hasil Wawancara………...

3. Hasil Observasi ……….

Lampiran II

1. Tengko Putra Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan ………... 2. Tengko Putri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan ………... Lampiran III

1. Surat Permohonan Izin Mengadakan Pra Penelitian (PRODI IPAI) ……

2. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (PRODI IPAI) ………...

3. Surat Permohonan Izin Mengadakan Pra Penelitian (FPIPS) …………...

4. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (FPIPS) ……….

5. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian (AKADEMIK UPI) …..

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian (MTs Al-Ihsan) ……. Lampiran IV


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter menjadi wacana yang ramai dibicarakan di dunia pendidikan maupun di kalangan masyarakat umum. Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia Indonesia yang berkualitas, sangat dirasakan karena degradasi moral yang terus menerus terjadi pada generasi bangsa ini nyaris membawa bangsa ini pada kehancuran. Budaya korupsi merupakan bukti nyata akan degradasi moral dan hilangnya kejujuran dari generasi bangsa ini. Itu semua disebabkan karena kurangnya pemahaman akan pentingnya mempelajari pendidikan karakter. Fitri (2012: 19) mengatakan bahwa pendidikan karakter memiliki beragam istilah dan pemahaman antara lain pendidikan Akhlāq, budi pekerti, nilai, moral, etika dan lain sebagainya. Pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus dibangun dengan melibatkan semua komponen yang ada. Contohnya dalam pendidikan formal, keterlibatan kepala sekolah, guru dan orangtua siswa yang sangat besar dalam menentukan keberhasilannya.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 Ayat 1 jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Menurut Fitri (2012: 13) Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya, 70%, peserta didik berada dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. apabila dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik. Konteksnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi tantangan hidup pada saat ini dan di masa yang akan datang. Dalam


(13)

2

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

pandangan Islām, karakter itu sama dengan Akhlāq. Menurut Tafsir (Majid dan Andayani, 2012: iv) dikatakan bahwa kepribadian itu komponennya tiga yaitu tahu (pengetahuan), sikap dan prilaku. Yang dimaksud kepribadian utuh ialah bila pengetahuan sama dengan perilaku. Kepribadian pecah ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetapi tidak sama dengan perilakunya atau pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan perilaku. Dia tahu jujur itu baik dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini contoh kepribadian pecah (split personality).

Para nabi diutus Tuhan untuk menyempurnakan Akhlāq manusia, supaya manusia itu dapat melaksanakan tugasnya, tugas manusia ialah menjadi manusia. Inilah takdir bagi manusia, manusia harus menjadi manusia. Kelaknya, inilah tugas pendidikan yaitu membantu manusia menjadi manusia. Jalaluddin (2012: 105) berpendapat bahwa Manusia adalah makhluk alternatif dan juga makhluk eksploratif. Disebut makhluk alternatif, karena manusia memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan dalam menjalani kehidupannya. Disebut makhluk eksploratif, karena manusia memiliki potensi untuk berkembang dan dikembangkan. Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allāh SWT adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Hal ini tertuang dalam Al-Qur`ān surah Al-Tīn ayat 4















sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.1

Karakter yang paling “mahal” sekarang ini barangkali kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya menemukan kejujuran itu. Sebuah sisi yang kini banyak terlalaikan sepanjang perjalanan membimbing seorang anak adalah kejujuran. Kadang terjadi, orang tua tidak memberikan teguran ketika melihat si anak

1

Seluruh ayat Al-Qur`ān dan terjemahannya dalam skripsi ini diambil dari software Al-Qur`ān in word yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan Terjemahnya yang diterjemahkan oleh Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur`ān Kementrian Agama RI, penerbit CV Diponegoro Bandung.


(14)

berbohong kepada temannya. Terkadang pula justru orang tua memberikan contoh buruk kepada si anak dengan berbuat dusta. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua menyuruh si anak untuk berbohong demi keuntungan atau kesenangan orang tuanya. Menurut Fitri (2012: 112) kejujuran dan kebajikan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta, menipu, atau memperdaya. Hal ini terwujud dalam tindak dan perkataan. Semua pihak percaya bahwa hakim dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran. Sedangkan Majid dan Andayani (2012: 42) mengatakan bahwa kejujuran didefinisikan sebagai sebuah nilai karena perilaku menguntungkan baik bagi yang memperaktikan maupun bagi orang lain yang terkena akibatnya. Faktor-faktor penyebab hilangnya kejujuran di antaranya faktor lingkungan, kurangnya kesadaran diri, kurangnya keimanan dan kurangnya pendidikan dalam membentuk karakter yang sesuai dengan ajaran agama Islām. Allāh memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar senantiasa berbuat jujur:



















“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allāh dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (Al-Taubaħ.[9]: 119)

Dalam pengertian yang sederhana menurut Samani dan Hariyanto (2012: 43) pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Untuk mewujudkan pendidikan karakter yang sesuai dengan ajaran Islām, siswa dapat memepelajarinya melalui sekolah atau madrasah. Madrasah Tsanawiyah di lingkungan Pesantren memiliki kelebihan dalam menerapkan pendidikan karakter. Dengan program full day implementasi pendidikan karakter lebih terpantau karena semua kegiatan siswa telah


(15)

4

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

terjadwal dan terpantau 24 jam. Sistem Pesantren juga menekankan pada pendidikan kemandirian. Aplikasi pembelajaran lebih mudah dilaksanakan. Selain itu, metodologi pendidikan karakter berupa keteladanan dan pengajaran akan lebih terarah dan efektif. Implementasi pendidikan karakter tidak hanya berlangsung di asrama saja, namun juga terjadi sinkronisasi antara pendidikan di asrama dan kegiatan di lingkungan Pesantren.

Dalam pemakaian sehari hari, istilah Pesantren sering kali disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok Pesantren. Pondok Pesantren berarti, suatu lembaga pendidikan agama Islām yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya dengan sistem asrama (pemondokan di dalam komplek). Pondok Pesantren dinilai sebagai benteng pembangunan karakter dan pusat pendidikan karakter bangsa dengan pola pembinaan dilangsungkan selama 24 jam. Pondok Pesantren merupakan institusi pendidikan yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan karakter para peserta didiknya. Bagi Pesantren pembangunan karakter santri di atas segala-galanya. Variabel terbesar keberhasilan pendidikan di Pesantren adalah karakter. Pembangunan karakter menjadi perhatian besar bagi kebanyakan Pesantren di tanah Air. Penyelenggaraan pendidikan di Pesantren umumnya selalu diprioritaskan pada penggemblengan masalah karakter.

Tafsir (2010: 191), mengatakan bahwa Pesantren adalah lembaga pendidikan Islām yang tertua di Indonesia, setelah rumah tangga. Sekalipun demikian, perhatian para peneliti terhadap Pesantren belum begitu lama dimulai. Hasil-hasil penelitian itu sudah diedarkan berupa makalah, buku dan majalah. Banyak juga jumlahnya namun masih banyak “rahasia” Pesantren yang belum diungkapkan oleh para peneliti. Sebagian dari yang belum diungkapkan itu adalah bagian-bagian yang memang amat sulit diungkapkan. Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar jumlahnya dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak memberikan saham dalam pembentukan manusia Indonesia yang religius. Lembaga Pesantren telah melahirkan banyak pemimpin bangsa di masa lalu, kini dan agaknya juga di masa yang akan datang.


(16)

Pendidikan di Pondok Pesantren dijadikan bukti pendukung masyarakat yang cukup kuat, yang mampu menggerakan gairah kependidikan. Menurut Noor (2006: 130) dalam sistem pendidikan nasional disebutkan di antara tujuan pendidikan adalah menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh sebab itu, pendidikan yang diselenggarakan pondok Pesantren dikembangkan tidak hanya berdasarkan pada pendidikan keagamaan semata, melainkan dalam pondok Pesantren tersebut diarahkan pembinaan mental dan sikap santri untuk hidup mandiri, meningkatkan keterampilan dan berjiwa entrepreneurship. Mengingat lembaga pendidikan pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di negeri ini, maka tidaklah heran ketika banyak para pemimpin, penguasa, elit politik, serta banyak lagi orang-orang pintar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mereka adalah hasil pendidikan dan pengajaran pondok Pesantren. Manfaat lain yang banyak dirasakan oleh masyarakat, melalui pendidikan dan pengajaran di pondok Pesantren tidak diperlukan biaya mahal, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat ekonomi lemah sekali pun, terutama di daerah pedesaan. Namun demikian, tidak berarti pendidikan yang murah tidak menghasilkan kualitas, bahkan sebaliknya.

Pola pembinaan santri selama 24 jam yang dilakukan Pesantren ditujukan untuk membina karakter. Dengan pola 24 jam santri tinggal di asrama, kiai dan guru dapat mengontrol prilaku santri dan mengarahkannya sesuai dengan karakter Islām. Pembinaan selama 24 jam sebagai wujud keseriusan Pesantren dalam membina karakter santri. Dengan tinggal dalam asrama selama 24 jam, pihak Pesantren dapat melakukan kontrol secara ketat perkembangan karakter santri. Pola pembinaan 24 jam yang dikembangkan Pesantren, memudahkan Pesantren dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada para santri. Pesantren merupakan kawah candradimuka pendidikan karakter bangsa. Pesantren memberikan kontribusi signifikan dalam membangun moralitas dan karakter bangsa. Pesantren telah berkontribusi sebelum republik berdiri. Bahkan Pesantren telah berkembang sejak zaman Wali Songo beberapa abad silam, memberikan kontribusi bagi pembinaan karakter bangsa.


(17)

6

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Dengan menyadari pentingnya pendidikan karakter, pendidikan pondok Pesantren banyak diterapkan dalam pendidikan di sekolah berbasis asrama. Hal ini dapat memupuk kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari karena siswa dapat belajar hidup mandiri di asrama. Sekolah berbasis asrama mempunyai misi untuk menerapkan pendidikan karakter secara kaffaħ. Sebab dalam sekolah berasrama kehidupan siswa lebih terpantau sehingga diharapkan penanaman pendidikan karakter lebih kondusif. Namun demikian, masih banyak siswa yang tinggal diasrama belum dapat mencapai misi yang dicanangkan, dikarenakan belum efektifnya model pendidikan yang diajarkan. Hal ini menimbulkan kerancuan tentang efektifitas pendidikan karakter di Madrasah Tsanawiyah dilingkungan Pondok Pesantren. Oleh kerena itu, model pendidikan karakter kejujuran pada Madrasah Tsanawiyah di lingkungan Pesantren sangat menarik untuk diteliti. Penelitian ini akan mengambil obyek Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung yang juga menerapkan pola pendidikan berasrama.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa untuk mewujudkan siswa yang memiliki karakter, diperlukan pendidikan yang baik. Dalam kenyataannya Pondok Pesantren selalu menghasilkan lulusan yang memiliki karakter yang baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana model pendidikan karakter kejujuran pada Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren, yang dikemas dalam sebuah judul: MODEL PENDIDIKAN KARAKTER KEJUJURAN PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH DI PONDOK PESANTREN MODERN AL-IHSAN BALEENDAH BANDUNG.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya, rumusan masalah tersebut adalah: “Bagaimana model pendidikan karakter kejujuran yang berlangsung pada Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah ?” Adapun rumusan masalah secara khusus pada penelitian ini, meliputi:


(18)

1. Bagaimana sistem pendidikan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah?

2. Apa tujuan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah?

3. Bagaimana program pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah?

4. Bagaimana proses pelaksanaan model pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah?

5. Bagaimana bentuk evaluasi pembinaan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai model pembinaan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.

2. Tujuan khusus

Agar lebih jelas target yang dicapai, maka peneliti perlu merinci tujuan umum di atas pada tujuan khusus sebagai target yang harus dicapai oleh penelitian ini. Adapun tujuan khusus penelitian ini. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan sistem pendidikan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

b. Mendeskripsikan tujuan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

c. Mendeskripsikan program pendidikan karakter kejujuran pada Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.

d. Mendeskripsikan proses pelaksanaan model pendidikan karakter kejujuran pada Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.


(19)

8

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

e. Mendeskripsikan bentuk evaluasi pembinaan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran perencanaan dan pelaksanaan model pendidikan karakter kejujuran di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah. Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pendidikan yang tepat di pondok Pesantren.

2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan pandangan dalam membina karakter kejujuran mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islām, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan model pendidikan karakter kejujuran.

c. Bagi para orang tua, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemahaman mereka mengenai model pendidikan karakter kejujuran dan hasil penelitian ini dapat menjadi pegangan dalam membina dan mendidik keluarga mereka.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami model pendidikan karakter kejujuran.

e. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk melaksanakan model pendidikan karakter kejujuran.


(20)

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini urutan penulisannya adalah sebagai berikut: 1. Bab I : Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II : Kajian Pustaka, yang meliputi kajian tentang konsep pendidikan Islām, penanaman nilai kejujuran dalam rangka membina karakter, dan Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islām.

3. Bab III : Metode Penelitian, yang meliputi Lokasi Penelitian, Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

4. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan.


(21)

69

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung. Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan merupakan salah satu Pesantren di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung yang memiliki ikatan dengan Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, karena para pendiri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan merupakan alumni dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan dinamakan modern karena dalam sistem pendidikan yang diterapkannya memadukan antara kurikulum Pondok Pesantren dan kurikulum Departemen Agama. Alumni atau lulusan dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri atau swasta, karena mendapatkan izazah resmi dari negara yang stara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) umum.

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan berada di Jalan Adipati Agung No 40 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, tepatnya berada di sekitar komplek Mesjid Besar Al-Muhajirin Kecamatan Baleendah. Pada saat ini Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan mempunyai 584 santri terdiri dari 316 santri Tsanawiyah dan 268 santri Aliyah. Santri putra tinggal di komplek asrama putra dengan mempunyai 18 kamar, sedangkan santri putri berada di komplek asrama putri dengan mempunyai 11 kamar. Dengan menggunakan sistem asrama, seluruh santri harus tinggal di dalam asrama selama 24 jam penuh. Dipimpin oleh KH. U Muhammad HM selaku ketua Yayasan Miftahul Jannah Baleendah sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, dibantu oleh Dr. H. Mahrus As'ad, M. Ag selaku wakil pimpinan I Bidang Pendidikan dan Pengajaran dan H. Uwes Qorni, S.S., M.Pd wakil pimpinan II selaku Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, H Dede Rohanda, S.Pd selaku Direktur Kulliyatul Mu'allimin Al-Islāmiyah (KMI), Adad Nursahad, S.Ag selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah, Abun Bunyamin, S.Pd.I selaku kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah dan mempunyai 34 staff pengajar.


(22)

Deni Trisnawan, 2013

Gambar 3.1

Peta Lokasi Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan

B. Pendekatan Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini lazim juga disebut naturalistik dimana penelitian dilakukan dengan orientasi pada kejadian-kejadian yang bersifat alami. Menurut Satori dan Komariah (2011: 22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat sesuatu barang atau jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian, fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori. Peneliti kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriftif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar,


(23)

71

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik atau artifak, dan lain sebagainya. Pendekatan kualitatif cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis dan peneliti etnografi. Karenanya, seringkali peneliti kualitatif dipertukarkan dengan peneliti naturalistik atau naturalistic inquiry dan etnografi dalam antropologi kognitif (Mulyana, 2003). Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007: 5), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Creswell (Satori dan Komariah, 2011: 24) mengemukakan „qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methological traditions of inquiry that explore social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed view of informants and conducts the study in natural setting‟. Penelitian kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi metodologis terpisah; jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun suatu kompleks, gambaran holistik, meneliti kata-kata, laporan-laporan memerinci pandangan-pandangan dari penutur asli, dan melakukan studi di suatu pengaturan yang alami. Suatu penelitian kualitatif dirancang agar hasil penelitiannya memiliki kontribusi terhadap teori. Apa yang diangkat dari fenomena yang terjadi menjadi bahan bagi ilmuan untuk menjadi bahan penyusunan teori baru.

Satori dan Komariah (2011: 25) mengatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik dengan mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya, tetapi laporannya bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah. Karakteristik tersebut diantaranya :

1. Penelitian Kualitatif Memiliki Latar Alamiah dengan Sumber Data yang Langsung dan Instrumen Kuncinya adalah peneliti.


(24)

Deni Trisnawan, 2013

3. Penelitian Kualitatif Bekerja dengan Fokus pada Proses dan Hasil Merupakan Keniscayaannya.

4. Penelitian Kualitatif dalam Cara Analisis Datanya Dilakukan Secara Induktif. 5. Penelitian Kualitatif Menjadikan “Makna” Sebagai yang Esensial.

6. Penelitian Kualitatif Menjadikan Fokus Studi Sebagai Batas Penelitian. 7. Penelitian Kualitatif Desain Awalnya Bersifat Tentatif dan Verifikatif.

8. Penelitian Kualitatif Menggunakan kriteria Khusus untuk Ukuran Keabsahan Data.

9. Penelitian Kualitatif untuk Kepentingan Grounded Theory.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (Sugiyono, 2009: 9) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriftif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome. 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

Dalam penelitian ini, peneliti mencari model pendidikan karakter kejujuran pada siswa madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung. Peneliti yang bertindak sebagai instrumen penelitian, mulai mengumpulkan, mendeskripsikan, dan menganalisi data yang telah diperoleh selama penelitian. Satori dan Komariah (2011: 25) mengatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskrifsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relavan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Dengan demikian, pemilihan metode deskriptif didasarkan pada kenyataan peneliti untuk memusatkan perhatian penuh terhadap objek yang diteliti termasuk


(25)

73

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

meneliti model pendidikan karakter kejujuran pada siswa madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Sukmadinata (2009: 72) mengatakan bahwa metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain. Menurut Sukmadinata (2009: 76-81) penelitian deskriptif memiliki beberapa variasi, diantaanya :

1. Studi Perkembangan : Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Dalam studi perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian ini yang dikaji adalah perubahan-perubahan atau kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, organisasi, ataupun kelompok masyarakat tertentu.

2. Studi Kasus : Studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dujadikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilannya.

3. Studi Kemasyarakatan : Studi kemasyarakatan (communit study) merupakan kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat yang tinggal bersama disuatu daerah yang memiliki ikatan dan karakteristik tertentu.

4. Studi Perbandingan : studi perbandingan (comparative studi atau causal comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan, dan program.


(26)

Deni Trisnawan, 2013

5. Studi Hubungan : studi hubungan (associational study), disebut juga studi korelasional (correlational study), meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih.

6. Studi Waktu atau Gerak : studi waktu atau gerak (Time and motion study) ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan atau proses.

7. Studi Kecenderungan : studi kecenderungan (trend study) merupakan penelitian deskriptif yang cukup menarik. Studi ini diarahkan untuk melihat kecenderungan perkembangan. Kecenderungan perkembangan atau prediksi dibuat berdasarkan pertimbangan data longitudinal yang ada.

8. Studi Tindak Lanjut : studi tindak lanjut (follow up study) merupakan pengumpulan dan analisi terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah menyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan.

9. Analisis Kegiatan : analisis kegiatan (activity analysis) diarahkan untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial, dll.

10.Analisis Isi atau Dokumen : analisis isi atau dokumen (content or document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian.

Sesuai dengan permasalahan sebelumnya, dalam penelitian ini secara fokus meneliti model pendidikan karakter kejujuran yang dilaksanakan di salah satu pondok Pesantren di kabupaten Bandung yaitu Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Peneliti menggunakan variasi analisis kegiatan. Peneliti menganalisis secara cermat, suatu aktivitas, proses, peristiwa, yang ada di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan.

D. Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami istilah-istilah esensial dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan istilah-istilah esensial dalam


(27)

75

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penelitian ini dengan pengertian yang dapat menghasilkan persepsi yang sama terhadap istilah-istilah esensial tersebut. Adapun istilah-istilah esensial yang peneliti definisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam memahami dan melakukan nilai-nilai etika. Samani dan Hariyanto (2012: 45) berpendapat bahwa inti dari pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Namun, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk meneliti seluruh karakter. Dalam penelitian ini hanya akan meneliti tentang model pendidikan karakter kejujuran.

2. Kejujuran

Kejujuran adalah berkata yang sebenarnya dan tidak berbohong. Dalam bahasa Arab, jujur diistilahkan dengan şidqu yang artinya adalah ucapan yang bisa diterima kebenarannya. Namun secara istilah, jujur bisa bermakna lebih dari benar dalam ucapan, melainkan juga benar dalam perbuatan bahkan benar sejak niat. Benar dalam niat, dalam ucapan dan dalam perbuatan untuk tujuan kebaikan dan kebenaran pula sesuai dengan apa yang diridhai Allāh SWT. Mulyasa (2012: 12) mengatakan bahwa kejujuran merupakan salah satu indikator keberhasilan dari program pendidikan karakter. Oleh karena itu, seluruh siswa harus mempunyai dan menanamkan karakter kejujuran dalam dirinya masing-masing.


(28)

Deni Trisnawan, 2013

3. Madrasah Tsanawiyah

Madrasah Tsanawiyah merupakan pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), pengelolaan Madrasah Tsanawiyah dilakukan oleh Departemen Agama. Pendidikan Madrasah Tsanawiyah ditempuh dalam waktu 3 tahun. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta peraturan pemerintah sebagai pelaksanaanya, dijelaskan bahwa pendidikan madrasah merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama yaitu dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuainnya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.

Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, yaitu salah satu madrasah yang menyatu dengan pondok Pesantren. Jadi, Madrasah ini mempunyai sistem pendidikan penuh dikarenakan seluruh siswa tinggal di asrama.

4. Pesantren

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islām yang mengajarkan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu agama Islām. Pondok Pesantren disebut juga lembaga pendidikan yang bernafaskan Islām untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islām dengan menekankan moral agama sebagai pedoman hidup bermasyarakat, yang didalamnya mengandung beberapa elemen yang tidak dapat dipisahkan diantaranya kyai sebagai pengasuh sekaligus pendidik, mesjid sebagai sarana ibadah sekaligus berfungsi sebagai tempat pendidikan para santri, dan asrama sebagai tempat tinggal para santri. Tafsir (2010: 191), mengatakan bahwa Pesantren adalah lembaga pendidikan Islām yang tertua di Indonesia, setelah rumah tangga.

Pesantren yang akan digunakan oleh peneliti yaitu Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, Pondok tersebut merupakan salah satu Pesantren modern alumni Gontor


(29)

77

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Ponorogo, karena para pendiri pondok tersebut merupakan alumni dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Satori dan Komariah (2011: 61-62) mengatakan bahwa konsep human instrumen dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba (Satori dan Komariah, 2011: 62) menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument pengumpulan data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.

Menurut Nasution (Satori dan Komariah, 2011: 63) peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dan lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.


(30)

Deni Trisnawan, 2013

Menurut Nasution (Sugiyono, 2010: 307) ciri-ciri peneliti sebagai instrumen penelitian yang serasi sebagai berikut:

1. Mampu bereaksi terhadap segala rangsangan lingkungan yang bermakna untuk penelitian.

2. Mampu menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Menangkap segala instrumen dari tiap situasi secara keseluruhan.

4. Merasakan dan menyelami situasi yang melibatkan interaksi dengan manusia. 5. Segera menganalisis data yang diperoleh hingga melahirkan hipotesis.

6. Mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.

7. Menjawab segala hal terutama memperhatikan respons yang aneh bahkan bertentangan untuk mempertinggi tingkat pemahaman.

Dalam penelitian ini, penulis sebagai instrumen utama sudah memenuhi dua syarat yang telah ditentukan menurut Sugiyono. Pertama, penulis memahami tentang metode kualitatif yang digunakan. Seperti seluruh proses dalam penelitian kualitatif yang dimulai dari memperoleh data, mengolah data, menganalisis data dengan menggunakan aturan-aturan penelitian kualitatif. Kedua, penulis sebagai instrumen utama dituntut menguasai wawasan mengenai obyek yang diteliti. Sebagai penguat obyek yang diteliti yaitu mengenai model pendidikan karakter kejujuran pada siswa madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, penulis mempunyai alasan, diantaranya: (1) penulis mempunyai latar belakang pendidikan selama 6 tahun di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung. (2) Sampai saat ini penulis masih sering mengikuti perkembangan Pesantren dan sering mengunjungi Pesantren tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Metode


(31)

79

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi disebut juga pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh seluruh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Alwasilah dan Sukmadinata (Satori dan Komariah, 2011: 104-105) mengatakan bahwa, observasi adalah penelitian atau pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dijadikan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui proses terjadinya peristiwa atau kejadian yang dapat diamati dalam situasi yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan melihat dan mengamati kegiatan siswa atau santri ketika di asrama, mesjid, kelas, dapur, aula dan tempat lainnya yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.

2. Wawancara

Esterberg (Sugiyono, 2010: 317) menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam topik tertentu. Menurut Sugiyono (2010: 194) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya. Dalam wawancara peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan semiterstruktur, untuk itu peneliti membuat seperangkat pertanyaan-pertanyaan wawancara, kemudian menggali informasi dan data yang lainnya dengan menggunakan pedoman wawancara. Peneliti mewawancarai direktur Kulliyatul-Mu’allimin Al-Islāmiyah (KMI), Ustāż, bagian pengasuhan santri, bagian kurikulum dan santri.


(32)

Deni Trisnawan, 2013 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data yang sangat membantu dalam penelitian kualitatif, karena bisa mendapatkan data yang sebenarnya. Studi dokumentasi mempunyai peran yang sangat besar untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007: 222) studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik. Yang dimaksud dokumen dalam penelitian ini seperti dokumen sejarah Pesantren, peraturan-peraturan santri, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan, data santri, dan lain sebagainya.

G. Prosedur Penelitian

Sebelum sampai pada tahap pengumpulan data dan analisis data, maka terlebih dahulu peneliti menguraikan kegiatan pertama dalam penelitian. Persiapan pertama adalah mempersiapkan segala sesuatunya, agar pelaksanaan penelitian ini berjalan seperti apa yang diharapkan. Persiapan tersebut antara lain:

1. Persiapan Penelitian

Tahap ini adalah tahap awal dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya:

a. Penentuan dan Pengajuan Judul Penelitian.

Pada tahap ini penulis berkonsultasi mengenai judul penelitian kepada dosen pembimbing akademik yaitu Dr. Syahidin, M.Pd., kemudian penulis mengajukan sebuah judul penelitian skripsi kepada Tim Pertimbangan Penulisan skripsi (TPPS) Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām (IPAI) Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun judul skripsi yang diajukan adalah Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa


(33)

81

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung yang dirancang dalam bentuk proposal penelitian.

b. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam bentuk proposal merupakan kerangka dasar yang menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 383) rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti. Proposal penelitian skripsi berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, organisasi penulisan dan daftar pustaka. Setelah disetujui oleh tim TPPS, maka penulis mendapatkan Surat Keputusan (SK) dosen pembimbing skripsi yang dikeluarkan pada 1 Oktober 2012, pembimbing yang di maksud adalah Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Dr. H. Fahrudin, M.Ag selaku dosen pembimbing II.

c. Bimbingan Skripsi

Untuk kebenaran dan kelancara dalam penulisan skripsi maka penulis melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing skripsi. Sebelum melaksanakan bimbingan penulis menghubungi pembimbing untuk menentukan waktu bimbingan. Bimbingan dilaksanakan di kampus dan selama bimbingan Alhamdulillah penulis mendapatkan masukan dan saran dari para dosen pembimbing.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini peneliti melaksanakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Dalam wawancara peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur dan semiterstruktur yang dilakukan kepada direktur Kulliyatul-Mu’allimin Al

-Islāmiyah (KMI), kepala sekolah, guru, dan santri, dalam observasi peneliti melihat dan mengamati kegiatan siswa atau santri ketika di asrama, mesjid, kelas, dapur, dan tempat lainnya yang ada di lingkungan pondok Pesantren, sedangkan dalam studi dokumentasi meneliti dokumen sejarah Pesantren, peraturan-peraturan, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan, data santri, dan lain sebagainya.


(34)

Deni Trisnawan, 2013 H. Analisis Data

Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data terkumpul. Data-data dan informasi yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian.

Secara umum, menurut Miles & Huberman, sebagaiman dikutip oleh Sugiyono (2005: 91) menjelaskan tentang cara melakukan analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Data yang telah terkumpul dan diperoleh dari lapangan kemudian dirangkum dan disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau laporan agar mudah dipahami. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Untuk memudahkan dalam menyusun laporan penelitian, peneliti menggunakan koding data terhadap hasil penelitian. Koding adalah membagi-bagi data dan mengelompokannya dalam sebuah kategori. Menurut Moleong (2010: 27) koding adalah proses membuat kategorisasi data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Sedangkan menurut Alwasilah (2012: 114) koding berguna untuk membantu menyusun kategorisasi. Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti koding untuk sumber data seperti (Wawancara = W, Observasi = O, Dokumen = D). Koding untuk jenis responden (Direktur = D, Ustāż = U, Santri = S). Untuk lokasi observasi (Asrama = AS, Aula = A, Mesjid = M, Kelas = K, Dapur = D). Kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di lapangan dan setelah keseluruhan data terkumpul melalui teknik pengumpulan data. Adapun kategorisasi dalam penelitian ini berdasarkan


(35)

istilah-83

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

istilah seperti Sistem Pendidikan (SP), Tujuan Pendidikan (TP), Program Pendidikan (PP), Proses Pelaksanaan (PPE), dan Sistem Evaluasi (SE). Sugiyono (2010: 336-338) menjelaskan bahwa analisis data dilakukan sejak sebelum ke lapangan, dalam penelitian kualitatif analisis data difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data dibagi menjadi tiga yaitu,

a. Analisis sebelum di lapangan

Analisi data pada awalnya dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang sudah ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, seperti struktur organisasi, foto-foto kegiatan, kurikulum, sejarah pondok, dan jumlah santri. Penulis juga menganalisis informasi-informasi lain yang diperoleh dari wawancara para ustāż dan santri. Kegiatan ini dilakukan mulai 29 November 2013. Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan reduksi data, membuat pertanyaan penelitian, memilih dan menentukan narasumber, kemudian menentukan jadwal penelitian. b. Analisis selama di lapangan

Analisis pada saat pengumpulan data lapangan dilakukan selama masa pengumpulan data secara terus menerus. Pengumpulan data di lapangan dimulai sejak bulan Desember 2012 sampai April 2013, dalam kurun waktu tersebut jika data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan peneliti maka data akan digunakan, jika tidak relavan maka data tidak dipakai atau dibuang.

c. Setelah pengumpulan data

Setelah pengumpulan data selesai, analisis dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data. Display atas keseluruhan data dilakukan dalam bentuk teks naratif yang mendeskripsikan tentang model pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Bandung.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan atau mendisplaykan data. Menurut Alwasilah (2012: 126), peneliti dituntut untuk menampilkan deskripsi kental atau thick description. Yaitu deskripsi yang kaya,


(36)

Deni Trisnawan, 2013

padat, dan menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti yang berguna untuk mempermudah membaca data yang diperoleh. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh.

3. Uji Validitas

Untuk mencapai derajat kepercayaan dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa uji validitas data, validitas dalam penelitian ini dengan melakukan:

a. Kecukupan pengamatan, dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti hampir pada setiap moment kegiatan santri yang terjadi dalam kompleks Pondok Pesantren. Di asrama, mesjid, aula, lapangan terbuka, dapur dan kantin. Demikian juga, pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Hal ini dilakukan untuk mencapai keabsahan data dan menangkap makna dari peristiwa yang terjadi. b. Trianggulasi, menurut Wiliam Wiersma (Sugiyono, 2010: 372) triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam trianggulasi, ada beberapa format yang dapat digunakan menurut Satori dan Komariah (2011: 170), yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi teknik dan trianggulasi waktu. Penulis menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Dengan trianggulasi sumber penulis mencari data dari sumber berbeda yang masih terkait dengan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, sedangkan dengan trianggulasi teknik, penulis menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara menyempurnakan data yang sama dengan teknik yang berbeda, misalkan data yang diperoleh dengan wawancara lalu disempurnakan dengan observasi atau studi dokumentasi. c. Member-chek, dilakukan untuk mengkonfirmasi seluruh data yang diperoleh.

Menurut Creswell (2010: 287) member checking dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan dan deskripsi tersebut sudah akurat. Dalam member chek mengharuskan peneliti untuk melakukan pengecekan kembali kepada para partisipan dan memberikan


(37)

85

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kesempatan pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian. Dalam penelitian ini proses member check dilakukan dengan cara peneliti menyusun hasil wawancara dan observasi secara tertulis kemudian menyampaikannya kepada pihak yang bersangkutan untuk divalidasi. Setelah diperiksa oleh responden atau pihak yang berkompeten, kemudian ditandatangani oleh yang bersangkutan.


(38)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari analisis dan penafsiran terhadap hasil penelitian berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan pada Bab I. Oleh karena, itu kesimpulan ini akan mencakup (a) Sistem pendidikan yang ada di Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah; (b) Tujuan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah; (c) Program pendidikan karakter kejujuran pada siswa1s Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah; (d) Proses pelaksanaan model pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah; dan (e) Sistem evaluasi pembinaan pendidikan karakter kejujuran pada siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah.

Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan merupakan salah satu Pondok Pesantren alumni Gontor Ponorogo. Dinamakan alumni Gontor, karena para pendidiri dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan merupakan alumni dari Gontor Ponorogo. Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan berada di bawah naungan Yayasan Miftahul Jannah Baleendah. Jenjang pendidikan yang di pakai adalah KMI selama 6 tahun, yang setara dengan pendidikan SMP dan SMA. Kurikulum yang dipakai sama dengan kurikulum dari Pondok Gontor Ponorogo, yaitu kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, kurikulum Departemen Agama, dan kurikulum intern Pondok Pesantren. Lulusan dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, bisa melanjutkan ke perguruan tinggi maupun swasta, karena lulusan dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan mendapatkan izazah negara yang setara dengan SMP dan SMA umum. Keunggulan KMI Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan yaitu memadukan sistem madrasah dan pesantren. Dengan sistem madrasah, proses pendidikan dan pengajaran sudah terencana dengan baik dengan kurikulum yang telah disediakan. Sementara itu,


(39)

176

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan sistem pesantren seluruh santri tinggal di dalam asrama bersama kyai dan

ustāż-ustāż sehingga seluruh aktivitas dan kegiatan santri bisa terkontrol dengan baik.

Sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran formal dan pengasuhan santri. Untuk pembelajaran formal dilaksanakan dari hari sabtu sampai hari kamis dimulai jam 07.00 sampai jam 14.35 kecuali hari minggu sampai jam 10.00. Semua kurikulum yang ada, di ajarkan di dalam kelas ketika kegiatan belajar mengajar termasuk pelajaran kitab kuning juga di ajarkan di dalam kelas. Sedangkan pengasuhan santri merupakan bimbingan khusus kepada seluruh santri ketika di luar jam pelajaran formal. Pengasuhan santri secara khusus dilaksanakan selama 24 jam, selama santri yang bersangkutan berada di dalam komplek Pondok Pesantren. Pola pembinaan yang dilaksanakan oleh pengasuhan santri terbagi menjadi dua macam. Pertama, pembinaan yang dilakukan ketika santri mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang bekerjasama dengan ustāż atau pengajar di dalam kelas. Kedua pembinaan yang dilakukan ketika santri berada di luar jam pelajaran secara formal. Semua peraturan yang ada di buat oleh pengasuhan santri, dengan adanya peraturan para santri diharapkan menjalankan disiplin dengan baik. Pengasuhan santri bertanggungjawab dengan keadaan dan aktivitas santri selama berada di dalam asrama.

Metode pendidikan dan pengajaran yang digunakan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan sama halnya dengan metode yang digunakan Pondok Gontor Ponorogo. Pendidikan tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas, tetapi semua aktivitas santri ketika berada di dalam asrama merupakan pendidikan. Oleh karena itu, salah satu motto dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan adalah “semua yang kamu lihat, yang kamu lakukan, dan yang kamu dengar adalah untuk pendidikan”. Dengan adanya motto tersebut, diharapkan para santri akan mendapatkan pendidikan dan pelajaran dari semua kegiatan dan aktifitas ketika berada di dalam asrama. Dalam aspek pendidikan, Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan menerapkan:


(40)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern 1. Sistem asrama: seluruh santri yang berada di asrama harus mengikuti disiplin dan sunnah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, apabila melanggar disiplin akan dikenakan sangsi yang telah ditentukan.

2. Learning by doing: segala sesuatu yang diajarkan harus langsung diamalkan dan dipraktekan

3. Bahasa Arab dan Inggris dijadikan sebagai bahasa resmi santri baik ketika mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) maupun sebagai alat komunikasi sehari-hari.

4. Uswatun Hasanah: para pengasuh dan pendidik senantiasa memberi teladan yang baik dalam segala hal kepada para santrinya.

5. Ruh Keikhlāṣan: kyai dan pengasuh ikhlāṣ mendidik, santri ikhlāṣ dididik, ditegur, diingatkan, dan diberi sangsi apabila melanggar. Santri tidak hanya ikhlāṣ ditegur oleh kyai dan pengasuh, tetapi juga oleh temannya.

Salah satu kelebihan dari Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, yaitu mempunyai kegiatan ekstrakurikuler yang sangat baik diantaranya Organisasi Pelajar Pondok Modern Al-Ihsan (OPPMAI), olahraga, kesenian, pramuka, dan muhadlarah (latihan pidato). Semua pelaksanaan ekstrakurikuler tersebut, diatur dan dijadwalkan sebaik mungkin supaya kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan akan berjalan dengan efektif. Sedangkan aktivitas santri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan terbagi menjadi 4 yaitu aktivitas harian, aktivitas mingguan, aktivitas semesteran, dan aktivitas tahunan. Kegiatan harian merupakan kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan oleh seluruh santri, aktivitas mingguan santri diantaranya kegiatan pramuka, olahraga, dan latihan pidato, aktivitas semesteran antri diantaranya ujian dan ceramah etiquette, dan untuk kegiatan tahunan para santri mengikuti seluruh program Khutbatul Arsy yaitu kegiatan yang di lembaga pendidikan lain dikenal dengan MOS (Masa Orientasi Siswa).

Secara khusus tujuan dari pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan adalah menanamkan karakter kejujuran terhadap santri,


(41)

178

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengaplikasikan kejujuran baik terhadap diri sendiri, kejujuran terhadap orang lain, maupun kejujuran terhada sistem, dan santri bisa menanamkan kejujuran tidak hanya ketika di dalam komplek Pondok Pesantren, tetapi ketika santri berada di luar Pondok Pesantren harus mampu menerapkan karakter kejujuran yang telah diajarkan. Kejujuran merupakan target utama pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Oleh karena itu, dengan adanya tujuan yang telah ada, diharapkan seluruh santri mampu menerapkan karakter kejujuran dimanapun santri tersebut berada.

Demi merealisasikan tujuan yang telah ada, Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan membuat program mengenai pendidikan karakter kejujuran. Program tersebut terbagi menjadi 3, yaitu program pendidikan karakter secara formal, nonformal, dan informal. Program pendidikan karakter kejujuran secara formal, yaitu pendidikan karakter yang dilaksanakan di dalam kelas baik melalui pelajaran khusus mengenai karakter kejujuran maupun melalui pelajaran umum. Program pendidikan karakter kejujuran secara nonformal dilaksanakan ketika seluruh santri berada di luar jam pendidikan formal. Program pendidikan karakter kejujuran secara nonformal diantaranya di mesjid, dapur, kantin, kamar, jemuran, mahkamah, pemeriksaan barang, perpustakaan, perizinan dan etiquette. Sedangkan untuk program pendidikan karakter kejujuran secara informal diantaranya dengan keteladanan dan teguran. Dengan adanya program tersebut, seluruh santri Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan tinggal mengikuti dan melaksanakan program yang telah ada. Dengan adanya sistem asrama yang di ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan, akan memudahkan untuk menjalankan program-program tersebut. Karena program pendidikan karakter kejujuran secara formal, nonformal, dan informal yang dilaksanakan dengan menggunakan sistem asrama akan lebih efektif dari pada dilaksanakan di sekolah umum yang tidak menggunakan sistem asrama.

Pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan dilaksanakan selama 24 jam. Jadi, selama para santri berada di dalam asrama harus mengikuti dan melaksanakan seluruh program yang telah ada. Seluruh pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan


(42)

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern selalu mendapatkan pengawasan dari bagian pengasuhan santri, para ustāż dan pengurus OPPMAI. Pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran secara formal dilaksanakan pada hari sabtu sampai hari kamis, dimulai jam 07.00 sampai jam 14.35 kecuali pada hari minggu sampai jam 10.00. Pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran secara nonformal dilaksanakan ketika seluruh santri berada di luar jam kelas atau di dalam asrama. Ketika berada di dalam asrama, seluruh santri harus mengikuti dan melaksanakan program yang telah ada, apabila ada santri yang melanggar atau tidak mengikuti program yang telah ada, maka santri yang bersangkutan akan mendapatkan teguran dan hukuman dari bagian pengasuhan santri atau pengurus OPPMAI. Sedangkan untuk pelaksanaan program pendidikan karakter kejujuran secara informal dilaksanakan secara spontanitas kapanpun selama para santri berada di dalam asrama. Dengan metode keteladanan para santri akan mendapatkan pelajaran atau contoh yang baik dari para ustāż atau dari sesama santri yang lainnya.

Evaluasi dari pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan terbagi menjadi 2, yaitu evaluasi teori dan evaluasi praktek. Untuk evaluasi terori dilaksanakan ketika berlangsungnya ujian teori dari mata pelajaran Aqīdaħ

Akhlāq dan Al-Akhlāq Lil Banīn. Sedangkan untuk evaluasi praktek tebagi menjadi 2,

ada evaluasi praktek di dalam kelas dan evaluasi praktek di luar kelas. Untuk evaluasi praktek di dalam kelas dilaksanakan ketika berlangsungnya ujian yaitu dengan cara menjauhkan para santri dari budaya contek-meyontek. Sedangkan untuk evaluasi praktek di luar kelas, dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan dari pendidikan karakter kejujuran. Apabila dalam pelaksanaannya masih ada santri yang belum melaksanakan atau melakukan karakter kejujuran maka akan mendapatkan evaluasi sesuai dengan yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan.

B. Saran


(1)

179

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

selalu mendapatkan pengawasan dari bagian pengasuhan santri, para ustāż dan

pengurus OPPMAI. Pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran secara formal dilaksanakan pada hari sabtu sampai hari kamis, dimulai jam 07.00 sampai jam 14.35 kecuali pada hari minggu sampai jam 10.00. Pelaksanaan pendidikan karakter kejujuran secara nonformal dilaksanakan ketika seluruh santri berada di luar jam kelas atau di dalam asrama. Ketika berada di dalam asrama, seluruh santri harus mengikuti dan melaksanakan program yang telah ada, apabila ada santri yang melanggar atau tidak mengikuti program yang telah ada, maka santri yang bersangkutan akan mendapatkan teguran dan hukuman dari bagian pengasuhan santri atau pengurus OPPMAI. Sedangkan untuk pelaksanaan program pendidikan karakter kejujuran secara informal dilaksanakan secara spontanitas kapanpun selama para santri berada di dalam asrama. Dengan metode keteladanan para santri akan

mendapatkan pelajaran atau contoh yang baik dari para ustāż atau dari sesama santri

yang lainnya.

Evaluasi dari pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan terbagi menjadi 2, yaitu evaluasi teori dan evaluasi praktek. Untuk evaluasi terori dilaksanakan ketika berlangsungnya ujian teori dari mata pelajaran Aqīdaħ

Akhlāq dan Al-Akhlāq Lil Banīn. Sedangkan untuk evaluasi praktek tebagi menjadi 2, ada evaluasi praktek di dalam kelas dan evaluasi praktek di luar kelas. Untuk evaluasi praktek di dalam kelas dilaksanakan ketika berlangsungnya ujian yaitu dengan cara menjauhkan para santri dari budaya contek-meyontek. Sedangkan untuk evaluasi praktek di luar kelas, dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan dari pendidikan karakter kejujuran. Apabila dalam pelaksanaannya masih ada santri yang belum melaksanakan atau melakukan karakter kejujuran maka akan mendapatkan evaluasi sesuai dengan yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan.

B. Saran


(2)

180

a. Hasil penelitian tentang model pendidikan karakter kejujuran ini, dianjurkan untuk dipelajari dalam rangka meningkatkan karakter kejujuran seluruh siswa khususnya yang berada di Jawa Barat, sehingga kejujuran bisa menjadi target dari pendidikan.

b. Hasil penelitian tentang model pendidikan karakter kejujuran ini, dianjurkan untuk diterapkan di sekolah umum, sehingga sekolah umum bisa mencontoh dan menerapkan model pendidikan karakter kejujuran yang sudah digunakan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Dengan cara menerapkan pendidikan formal, nonformal, dan informal dalam pendidikan karakter kejujuran.

c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman, bahwa dengan menggunakan sistem asrama seperti Pondok Pesantren pendidikan karakter kejujuran akan lebih efektif.

2. Sekolah yang Bersangkutan (Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan)

a. Tetap mempertahankan model pendidikan karakter kejujuran yang sudah ada. b. Selalu membuat perubahan dari hasil evaluasi, supaya model pendidikan

karakter kejujuran yang sudah ada bisa menjadi lebih baik.

c. Bisa menjadi contoh atau pedoman bagi sekolah umum, dengan cara mensosialisasikan model pendidikan karakter kejujuran yang ada di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan kepada sekolah umum.

3. Untuk Peneliti Selanjutnya

a. Dianjurkan untuk meneliti model pendidikan karakter kejujuran di sekolah umum, sehingga bisa membandingkan dengan model pendidikan karakter kejujuran yang ada di Pondok Pesantren.

b. Dianjurkan untuk meneliti model pendidikan karakter kejujuran di Pondok Pesantren yang berbeda.


(3)

181

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

... (2010). Al-Quran dan Terjemahnya : Diterjemahkan oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.

Al-Attas, S. M. (1984), Konsep Pendidikan dalam Islam,Terjemahan Haidar Bagir, Bandung: Mizan.

Alwasilah, A. Chaedar (2012). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Antonio, M. S. (2009). Muhammad SAW The Super Leader Super Manager. Jakarta : Tazkia Publishing & ProLM Center.

Aqiel, S. (1999). Pesantren Masa Depan, Bandung: Pustaka Hidayah. Arikunto. S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aynayni, A. K. (1980). Falsafat al-Tarbiyyat al-Islamiyyat fi al-Quran al- Karim, Qahirah: Dar al-Fikr al-Arabi.

Azhim. S. A. (2007). Jujurlah dan Allah Mencintaimu, Jakarta: Fikr. Candratua (2012). Refleksi Karakter Moral. Jakarta : Tidak diterbitkan.

Creswell, J. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Gymnastiar, A. (2013). Membangun Karakter BaKu (Baik & Kuat), Bandung : Sms Tauhid.


(4)

182

Jalal, A. F. (1988). Azas-azas Pendidikan Islam, Terjemahan Herry Noer Ali Bandung: Diponegoro.

Jalaluddin. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Madjid, N. (1985). Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren. Jakarta: P3M.

Majid, A. & Andayani, D. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Rosda.

Maksum, M. (1999). Pesantren, Sejarah, dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Marimba, A. D. (1964). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’rif.

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara. Munir, A. (2010). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia.

Nata, A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Nata, A. (2010). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Noor, M. (2006). Potret Dunia Pesantren, Bandung: Humaniora.

Quthb, M. (1988). Sistem Pendidikan Islam, Terjemahan Salman Harun, Bandung: Al-Ma’arif.


(5)

183

Deni Trisnawan, 2013

Model Pendidikan Karakter Kejujuran Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Ramayulis, (2010). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Ramayulis., & Nizar, S. (2010) Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam Mulia. Samani. M. & Hariyanto, (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

Bandung: Rosda.

Satori, D., & Komariah, A. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sauri, S. (2011). Filsafat dan Teosofat Akhlak. Bandung: Rizqi Press. Sudion, A. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo.

Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Suharto, B. (2011). Dari Pesantren Untuk Umat. Surabaya: Imtiyaz.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suwito. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada Media. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. Syahidin, (2009). Menelusuri Metode Pendidikan Dalam Al-Quran. Bandung:

Alvabeta.

Syukur, F. (2011). Manajemen Pendidikan Madrasah. Semarang: Pustaka Rizki Putra.


(6)

184

Wyne. (2011), Pendidikan Karakter: Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik-Integralistik Jakarta: Prenada Media.