5 Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis pekerjaan adalah:
1. Tahap persiapan analisis pekerjaan, dalam tahap ini ada dua kegiatan utama, yaitu  identifikasi  pekerjaan  dan  penyusunan  daftar  pertanyaan.  Identifikasi
pekerjaan  adalah  identifikasi  setiap  pekerjaan  yang  ada  dalam  suatu organisasi.  Setelah  semua  pekerjaan  sudah  diidentifikasi,  analisis harus
memutuskan informasi  apakah  yang  harus  diperoleh  agar  hasilnya  berguna. Oleh  karena  itu,  analis  menyusun  daftar  pertanyaan  analisis  pekerjaan  yang
biasanya mencakup tentang status pekerjaan, fungsi,  tugas, tanggung jawab, kondisi, dan standar prestasi kerja.
2. Tahap pengumpulan  data, pada  tahap  ini  analis  mengumpulkan  data  terkait
dengan  daftar  pertanyaan  yang  telah  disusun  sebelumnya.  Teknik pengumpulan  data  dapat  berupa  observasi,  wawancara,  kuesioner, logs,  dan
kombinasi dari teknik-teknik yang sudah ada.
3. Penyempurnaan  data, data-data  yang  telah  didapatkan  kemudian  diolah  dan dibuat menjadi bentuk deskripsi pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, dan standar
pekerjaan.
Deskripsi Pekerjaan
Handoko  2000 menyatakan bahwa deskripsi  pekerjaan  adalah  suatu pernyataan  tertulis yang  menguraikan  fungsi,  tugas-tugas,  tanggung  jawab,
wewenang,  kondisi  kerja  dan  aspek-aspek  pekerjaan  tertentu  lainnya.  Deskripsi pekerjaan harus ditetapkan secara jelas untuk setiap jabatan, supaya pekerja yang
bersangkutan mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya.
Spesifikasi Pekerjaan
Hasibuan  2000  menyatakan  bahwa  spesifikasi  pekerjaan  adalah  uraian persyaratan  kualitas  minimum  orang  yang  bisa  diterima  agar  dapat  menjalankan
suatu  jabatan  dengan  baik  dan  kompeten.  Spesifikasi  pekerjaan  disusun berdasarkan  deskripsi  pekerjaan  dengan  menajawab  pertanyaan  tentang  ciri,
karakteristik,  pendidikan,  pengalaman,  dan  yang  lainnya  dari  orang  yang  akan melaksanakan pekerjaan tersebut.
Beban Kerja
Berdasarkan  Keputusan  Menteri  PAN  Nomor  KEP75M.PAN72004 tentang  Pedoman  Perhitungan  Kebutuhan  Pegawai  Berdasarkan  Beban  Kerja
Dalam  Rangka  Penyusunan  Formasi  Pegawai  Negeri  Sipil,  beban  kerja  adalah sejumlah  target  pekerjaan  atau  target  hasil  yang  harus  dicapai  dalam  satu  satuan
waktu  tertentu. Sedangkan penghitungan  beban  kerja  merupakan  suatu  teknik untuk  menetapkan  waktu  bagi  seorang  pegawai  yang  memenuhi  persyaratan
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu dengan standar prestasi yang telah ditetapkan.
Penghitungan  beban  kerja  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan pada berbagai  instansi  pemerintah  maupun  perusahaan  swasta.  Setiap  perusahaan
mengupayakan  agar  pekerjanya  memiliki  beban  kerja  yang  tidak  berlebihan sehingga  produktivitas  meningkat. Di  internal  Kementerian  Keuangan,  beban
kerja diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 140PMK.012006 tentang
6 pedoman  pelaksanaan  analisis  beban  kerja  workload  analysis  di  lingkungan
Kementerian  Keuangan.  Pelaksanaan  analisis  beban  kerja  diharapkan  dapat memenuhi  kebutuhan  untuk  menciptakan  efektivitas
dan  efisiensi  serta profesionalisme sumber daya manusia yang memadai, serta dapat dihasilkan suatu
tolok  ukur  bagi  pegawaiunit  organisasi  dalam  melaksanakan  kegiatannya. Penghitungan  beban  kerja  adalah  dengan  menghitung  jam  kerja  efektif sebagai
tolok ukur penentuan beban kerja. Rumusnya adalah sebagai berikut:
= ........1
Jam  kerja  efektif  adalah  jam  kerja  yang  harus  dipergunakan  untuk berproduksimenjalankan  tugas.  Jam  kerja  formal  adalah  jam  kerja  yang
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan allowance  factor waktu  luang  adalah  jam  kerja  yang  diperkenankan  untuk
dipergunakan
secara tidak
produktif. Kementerian
Keuangan sendiri
mengalokasikan allowance factor sebesar 25.
Manajemen Kinerja
Manajemen  kinerja  karyawan  adalah  masalah  penting  bagi  semua  pemilik usaha,  namun  demikian, kinerja  yang  memuaskan  tidak  bisa  terjadi  secara
otomatis.  Kinerja  yang  memuaskan  cenderung  makin  terjadi  dengan menggunakan sistem penilaian manajemen kinerja yang baik. Menurut Noe et al.
2010 manajemen kinerja adalah “…proses di mana manajer memastikan bahwa aktivitas-aktivitas  karyawan  dan  keluarannya  sama  dengan  sasaran-sasaran
organisasi.” Sedangkan  menurut  Mathis et  al.  2002,  manajemen  kinerja  terdiri dari
proses-proses untuk
mengidentifikasikan, mendorong,
mengukur, mengevaluasi, meningkatkan, dan memberi penghargaan dari para karyawan yang
dipekerjakan. Manajemen kinerja mempunyai tiga bagian sebagai berikut:
1. Mendefinisikan  pekerjaan, yaitu  membuat  standar  pekerjaan  yang  disetujui baik oleh atasan maupun bawahan
2. Penilaian  kinerja, yaitu  kegiatan membandingkan  kinerja  aktual  dengan standar kinerja yang telah disepakati dan ditetapkan sebelumnya
3. Umpan  Balik, yaitu  mendiskusikan  kinerja  yang  telah  ditunjukkan  dan merancang pengembangan pegawai terkait dengan hasil penilaian kinerja
Pembinaan Kinerja
Simanjuntak  2011  menjelaskan  bahwa  kinerja  seseorang  dipengaruhi banyak  faktor  yang  dapat  digolongkan  pada  tiga  kelompok,  yaitu  kompetensi
individu,  dukungan  organisasi, dan efektivitas serta dukungan  manajemen. Kompetensi  seseorang,  yakni  kemampuan  dan karakteristik  yang  meliputi
pengetahuan,  keterampilan,  dan  perilaku yang  harus  dimiliki  untuk  melakukan pekerjaan tertentu, dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan kerjanya serta
motivasi dan etos kerjanya.
Dukungan organisasi mencakup pengorganisasian yang menjamin kejelasan uraian  tugas  dan  prosedur  kerja,  penyediaan  sarana  kerja,  pilihan  teknologi,
kenyamanan  lingkungan  kerja,  dan  syarat-syarat  kerja  yang  mencakup  hak  dan
7 kewajiban karyawan dan manajemen. Sedangkan dari sisi dukungan manajemen,
diharapkan  manajemen  mampu  menerapkan  kepemimpinan  yang  efektif, koordinasi  dan  membangun  tim,  menciptakan  iklim  kerja  yang  kondusif,
komunikasi  yang  efektif,  keteladanan  pimpinan,  serta  berusaha  mengembangkan etos kerja karyawan.
Simanjuntak 2011 menjelaskan bahwa pembinaan kinerja dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Meningkatkan  kebugaran  dan  kesehatan  pekerja.  Sebagian  besar  pekerja Indonesia, terutama golongan pekerja kasar atau golongan rendah mempunyai
kondisi  kesehatan  fisik  yang  rendah  sehingga  kurang  mampu  melakukan pekerjaan  berat,  cepat  lelah,  lamban,  dan  berkinerja  rendah.  Hal  ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingkat upah yang rendah, sistem kerja yang melelahkan, lingkungan kerja yang kurang sehat, dan kelemahan pekerja
sendiri dalam menjaga kesehatan tubuhnya.
2. Mengadakan  pendidikan  dan  pelatihan. Pekerja  Indonesia  pada  umumnya kurang  terbiasa  dan  kurang  mampu  membaca  buku  pedoman.  Mereka  lebih
menyukai  penjelasan  langsung  secara  tatap  muka.  Dukungan  perusahaan diperlukan  agar  pekerja terdorong  untuk  melanjutkan  pendidikan  mereka.
Manajemen  perlu  menciptakan  sistem  kerja  yang  mendorong  setiap  pekerja meningkatkan  kemampuan  dan  keterampilan  kerjanya  melalui  pengalaman
kerja,  tenaga  supervisi,  penyediaan  pedoman  kerja,  pelatihan  pemagangan, dan berbagai latihan kerja lainnya.
3. Membangun motivasi dan etos kerja pribadi. Kadar motivasi kerja seseorang tergantung pada dua hal, yaitu makna pekerjaan bagi dirinya dan rangsangan
dari  luar.  Berdasarkan  tingkat  kesadaran  seseorang  atas  makna  suatu pekerjaan,  etos  kerja  digolongkan  menjadi  tujuh  tahapan  yaitu  memandang
pekerjaan  sebagai  sumber  penghasilan,  kebutuhan  hidup,  sarana  meraih pengalaman kerja dan keahlian, tempat mengembangkan karir, aktualisasi diri,
ibadah, serta panggilan dan amanah.
Penilaian Kinerja
Menurut  Dessler  2006,  penilaian  kinerja  adalah  “…mengevaluasi  kinerja karyawan  saat  ini  danatau  di  masa  lalu  relatif  terhadap  standar  kinerjanya.”
Sedangkan  menurut  Handoko  2000  “penilaian  kinerja  adalah  proses  melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.”
Manfaat Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja penting dilakukan karena: 1. Diperlukan  untuk  mengetahui  seberapa  besar  manfaat  dari  kinerja  pegawai
terhadap tujuan perusahaan 2. Memungkinkan  atasan  dan  bawahan  untuk  menyusun  rencana  koreksi
terhadap  hasil  penilaian  kinerja,  yakni  semua  kekurangan  yang  ditemukan dan menegaskan hal-hal yang sudah dilakukan dengan benar
3. Penilaian  kinerja  memberi  gambaran  peningkatan  karier  pegawai  dengan mempertimbangkan kekuatan  dan  kelemahan  pegawai  yang  bersangkutan
secara spesifik
8 Kegunaan  penilaian  kinerja  menurut  Flippo  1984  adalah  keluaran  berupa
informasi yang sangat membantu pengambilan dan pelaksanaan keputusan tentang masalah-masalah seperti promosi, kenaikan gaji, pemberhentian, dan pemindahan.
Menurut  Handoko  2000,  kegunaan  penilaian  kinerja  dapat  dijabarkan sebagai berikut:
1. Memperbaiki  prestasi  kerja. Umpan  balik  dapat  memungkinkan  karyawan dan manajer untuk memperbaiki kegiatan dalam rangka memperbaiki prestasi
2. Penyesuaian  kompensasi. Hasil  penilaian  kinerja  akan  membantu  manajer menentukan kenaikan upah, bonus, dan bentuk kompensasi lainnya.
3. Keputusan penempatan. Promosi, transfer, dan  demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan  pelatihan  dan  pengembangan. Hasil  dari  penilaian  kinerja  akan menunjukkan kebutuhan latihan apa yang harus dipenuhi.
5. Perencanaan dan pengembangan karier. 6. Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan.
7. Proses  penempatan  pegawai Kinerja  yang  baik  atau  jelek  mencerminkan
kekuatan atau kelemahan prosedur penempatan pegawai. 8. Mendeteksi  informasi  yang  tidak  akurat. Kinerja  yang  rendah  mungkin
menunjukkan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana- rencana  sumber  daya  manusia,  atau  komponen  lain  dalam  sistem  informasi
manajemen sumber daya manusia.
9. Kesalahan desain pekerjaan. 10. Kesempatan  kerja  yang  adil. Penilaian  kinerja  yang  akurat  akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi. 11. Tantangan  eksternal. Kadangkala  kinerja  dipengaruhi  oleh  faktor  eksternal
seperti  keluarga,  kesehatan,  dan  lain-lain.  Hasil  dari  penilaian  kinerja  dapat dijadikan  acuan  untuk  mengetahui  dampak  faktor  eksternal  tersebut  bagi
pegawai.
Syarat-syarat Sistem Penilaian
Sepintas  ukuran  keberhasilan  suatu  karyawan  dalam  melaksanakan pekerjaannya  mudah  ditentukan,  namun  ukuran  secara  nyata  sebenarnya  relatif.
Soeprihanto 1988 menyebutkan bahwa syarat-syarat dari sistem penilaian adalah sebagai berikut:
1. Relevan, yaitu  sistem  penilaian  digunakan  untuk  mengukur  hal-hal  yang berhubungan.
2. Dapat diterima, yaitu hasil dari penilaian dapat diterima dalam hubungannya dengan kesuksesan pelaksanaan pekerjaan.
3. Ketahanan, yaitu  hasil  dari  penilaian  dapat  dipercaya  konsisten  dan  stabil. Ketahanan  yang  tinggi  terjadi  bila  dua  penilai  atau  lebih  menilai  satu  orang
karyawan yang sama memperoleh hasil yang relatif sama. 4. Sensitif, yaitu  sistem  penilaian  tersebut  cukup  peka  dalam  membedakan
pekerjaan yang berhasil atau tidak berhasil. Dua  piranti  pokok  diperlukan untuk  menyusun  dan  merumuskan  penilaian
yang baik yaitu analisis pekerjaan berupa deskripsi pekerjaan dan standar prestasi kerja.
9
Motivasi
Motivasi  berasal  dari bahasa Latin movere yang  berarti  dorongan  atau menggerakkan.  Motivasi  membahas  tentang  bagaimana  caranya  mengarahkan
daya  dan  potensi  bawahan  agar  mau  bekerjasama  secara  produktif  berhasil mencapai  dan  mewujudkan  tujuan  yang  telah  ditentukan. Luthans  2011
memberikan deskripsi yang komprehensif tentang motivasi yaitu bahwa motivasi adalah  sebuah  proses  yang  dimulai  dengan  defisiensi  fisiologis  atau  defisiensi
kebutuhan  yang  memicu  sebuah  perilaku  atau  dorongan  untuk  mencapai  suatu tujuan atau sasaran.
Motivasi memiliki peranan penting dalam mempengaruhi produktivitas atau kinerja  pegawai.  Siagian  2012  mengatakan  bahwa  bagian  pengelola  sumber
daya  manusia  mutlak  perlu  memahami  motivasi  dalam  usahanya  memelihara hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota organisasi. Lebih lanjut Siagian
2012  menjelaskan bahwa  masalah  motivasi  bukan  perkara  yang  mudah,  baik memahaminya  dan  menerapkannya.  Namun  yang  jelas  dengan  motivasi  yang
tepat  para  karyawan  akan  terdorong  untuk berbuat  semaksimal  mungkin  dalam melaksanakan tugasnya sehingga meningkat produktivitasnya.
Pernyataan  Luthans  2011  mendukung  kesimpulan  tersebut  bahwa  teori motivasi  adalah  luas  dan  komprehensif  dengan  proses  yang  kompleks. Hal  ini
dibuktikan  dengan  berbagai  teori  motivasi yang dimunculkan  oleh  para  pakar, seperti  teori  motivasi  Abraham  H.  Maslow  Teori Piramida  Kebutuhan,  Teori
Clayton  Alderfer  Teori  ERG,  Teori  Herzberg  Teori  dua  faktor,  Teori  Mc Gregor  Teori  XY,  Teori  Victor  H.  Vroom  Teori  Harapan,  dan  beragam  teori
motivasi lainnya. Hasibuan  2000  mengatakan  bahwa  orang  menginginkan  dua macam faktor kebutuhan:
1. Faktor pemeliharaan, yaitu faktor yang berhubungan dengan hakikat manusia yang  ingin  memperoleh  ketenteraman  dan  kesehatan.  Hilangnya  faktor
pemeliharaan dapat menyebabkan ketidakpuasan. Kebutuhan ini berlangsung terus-menerus,  karena  kebutuhan  ini  akan  kembali  ke  titik  nol  setelah
dipenuhi.  Hilangnya  faktor  ini  akan  menimbulkan  ketidakpuasan  dan meningkatkan turnover sehingga kerap disebut dengan faktor higienis.
2. Faktor pemeliharaan terkait kebutuhan psikologis seseorang, jika kondisi ini tidak  ada,  tidak  akan  menimbulkan  ketidakpuasan  yang  berlebihan.
Serangkaian  faktor  ini  disebut satisfier meliputi  prestasi,  pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pengembangan potensi.
Cara  terbaik  memotivasi  karyawan  adalah  dengan  memasukkan  unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka.
Penerapannya  adalah  dengan  melakukan  pengayaan  pekerjaan  job  enrichment yaitu  teknik  memotivasi  karyawan  yang  melibatkan  upaya  pembentukan
kelompok-kelompok  kerja  natural,  pengkombinasian  tugas-tugas,  pembinaan hubungan dengan klien, pembebanan vertikal, dan pembukaan saluran balikan.
Flippo  1984  menjelaskan  bahwa  jika  pekerja  hendak  benar-benar dimotivasi, pekerjaan itu sendirilah  yang sumber  utama dari motivasi itu. Semua
faktor  higienis  yang  lain  hanya  dapat  membantu  “pembersihan”  lingkungan bersangkutan  dan  mencegah
ketidakpuasan. Luthans  2011  mendukung
pernyataan  tersebut  dengan  mengatakan  bahwa  manajer  yang  hanya  terpaku dalam  perbaikan  faktor-faktor  pemeliharaan  higienis  tidak  akan  benar-benar
10 memotivasi  karyawannya,  meskipun  memberi  gaji  dan  tunjangan  tinggi, benefit
yang menarik, maupun kondisi kerja yang nyaman. Hasil penelitian Herzberg seperti dijelaskan Hasibuan 2000 menunjukkan
dua hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan, yaitu: 1. Hal-hal  yang  mendorong  karyawan  adalah  pekerjaan  yang menantang  yang
mencakup perasaan berprestasi, bertanggungjawab, kemajuan, dan menikmati pekerjaan itu sendiri, dan adanya pengakuan atas semuanya.
2. Hal-hal  yang  mengecewakan  karyawan  adalah  terutama  faktor  yang  bersifat embel-embel  saja  pada  pekerjaan  seperti  peraturan  pekerjaan,  penerangan,
istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan, dan lain-lain. Luthans 2011  mengelompokkan  faktor-faktor  motivasi  menurut  teori
Herzberg yaitu: 1. Higiene  Factors, meliputi  kebijakan  perusahaan  dan  administrasi, supervisi
dan hal teknikal, gaji, hubungan antar personal dan supervisor, kondisi kerja 2. Motivation  Factors, meliputi pengakuan  dan  penghargaan,  pekerjaan  itu
sendiri, tanggung jawab, dan pengambangan diri atau prestasi Flippo 1984 menjelaskan bahwa ada kesepakatan yang tersebar luas bahwa
kepuasan  akan  menjadi  lebih  tinggi  jika  faktor-faktor  motivasional  dan  higienis sama-sama ditangani dengan baik.
METODE
Kerangka Pemikiran
Pusdiklat  Anggaran  dan  Perbendaharaan adalah  organisasi  pemerintah  di bawah  Kementerian  Keuangan yang dalam  pelaksanaan  tugas  pokok  dan
fungsinya berorientasi non-profit yaitu tidak mengambil keuntungan sama sekali. Hal  ini disebabkan pelaksanaan  kegiatan lembaga  pemerintah dibiayai dan
dipertanggungjawabkan  melalui Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara APBN.
Pusdiklat  Anggaran  dan  Perbendaharaan mempunyai  visi,  misi,  dan  tujuan sebagai  landasan  utama  organisasi  dalam  menjalankan  kegiatannya.  Tujuan
Pusdiklat  Anggaran  dan  Perbendaharaan  dalam  praktiknya  diturunkan  menjadi tujuan bidang-bidang  dan  akhirnya  menjadi  tujuan sub-sub bidang sehingga  visi
misi yang bersifat umum dan strategis menjadi bersifat khusus dan praktis.
Salah  satu  kegiatan  untuk  mencapai  tujuan tersebut adalah melalui pengelolaan  sumber  daya  manusia. Pengelolaan  sumber  daya  manusia di
lingkungan  Pusdiklat  Anggara dan  dan  Perbendaharaan  secara  umum  dilakukan oleh Bagian Tata Usaha, meliputi pengelolaan pegawai negeri struktural, pegawai
negeri  fungsional  widyaiswara,  tenaga  honorer,  satuan  pengamanan  satpam, dan petugas kebersihan. Pengelolaan petugas kebersihan secara khusus dilakukan
oleh Sub Bidang Rumah Tangga dan Pengelolaan Aset.
Noe et  al. 2010  berpendapat  bahwa praktik-praktik  manajemen  sumber daya manusia yang meliputi  analisis  dan  perancangan  pekerjaan,  perencanaan
sumber  daya  manusia,  perekrutan,  seleksi,  pelatihan  dan  pengembangan, manajemen kompensasi,  manajemen  kinerja,  dan  hubungan  antar karyawan.
Penelitian ini mencakup tiga praktik manajemen sumber daya manusia yang telah
11 disebutkan dalam teori tersebut yaitu analisis pekerjaan, perencanaan sumber daya
manusia,  dan  pengembangan  sumber  daya  manusia  manajemen  kinerja. Tiga praktik manajemen  yang diterapkan difokuskan pada petugas kebersihan sebagai
subyek penelitian ini.
Analisis  pekerjaan  menghasilkan  keluaran  berupa deskripsi pekerjaan  dan spesifikasi  pekerjaan. Deskripsi pekerjaan  dan spesifikasi  pekerjaan  menjadi
langkah  awal untuk  melakukan  pemetaan  dan  pengukuran  analisis  beban  kerja serta  penyusunan  alat  ukur  kinerja. Pada  praktik  perencanaan  sumber  daya
manusia,  kegiatan  yang  dilakukan adalah analisis  beban  kerja.  Analisis  beban kerja menggunakan kuesioner FTE Full Time Equivalent untuk mengumpulkan
data  beban  kerja  petugas  kebersihan.  Analisis  beban  kerja ini menghasilkan keluaran berupa indeks beban kerja petugas kebersihan.
Perancangan  alat ukur kinerja dilakukan  dengan  mengidentifikasi  kriteria penilaian  dan  melakukan  pembobotan kriteria  tersebut.  Identifikasi  kriteria
penilaian berdasarkan  teori-teori  tentang  kinerja  yang  telah dipaparkan  pada  bab sebelumnya.  Keluaran  dari  kegiatan  ini  adalah  kriteria  penilaian  kinerja  petugas
kebersihan.  Pembobotan
kriteria  penilaian kinerja
menggunakan  metode perbandingan berpasangan.  Keluaran dari  pembobotan  ini  adalah  bobot  dari
masing-masing kriteria penilaian kinerja petugas kebersihan. Keluaran  akhir  dari  praktik  penyusunan  alat  ukur  kinerja  adalah formulir
penilaian  kinerja  petugas  kebersihan. Formulir  penilaian  kinerja  dibuat  dengan basis penilaian checklist dan rating scale. Basis checklist digunakan untuk menilai
hasil kinerja yang kasat mata di lapangan sedangkan basis rating scale digunakan untuk menilai kriteria yang tak kasat mata.
Nilai  beban  kerja  dan  kinerja yang  telah  diperoleh dihubungkan  dengan motivasi  petugas  kebersihan.  Motivasi  diukur  menggunakan  kuesioner  motivasi
yang dibangun dengan dasar penelitian sebelumnya yang dipadukan dengan teori Herzberg  Two  Factors. Keluaran  dari  kegiatan  ini  adalah  tingkat  motivasi dan
persepsi  petugas  kebersihan  terhadap  faktor  ekstrinsik  dan  intrinsik  dalam pekerjaannya.
Langkah  selanjutnya  adalah  melakukan  analisis hubungan  antara variabel beban  kerja,  motivasi,  dan  kinerja petugas  kebersihan.  Analisis  ketiga  variabel
tersebut menggunakan  alat  analisis Kendall  Tau.  Hasil  dari  analisis  hubungan tersebut menghasilkan kesimpulan apakah terdapat hubungan antara beban kerja,
motivasi,  dan  kinerja  petugas  kebersihan  di  Pusdiklat  Anggaran  dan Perbendaharaan.
Hasil  dari penelitian  ini  dikaji  lebih  dalam  dan  dituangkan  dalam  bentuk rekomendasi  bagi  manajer  yang  membawahi  petugas  kebersihan Pusdiklat
Anggaran dan Perbendaharaan. Rekomendasi tersebut terkait dengan beban kerja, motivasi, dan kinerja petugas kebersihan yang mendukung tercapainya visi, misi,
dan  tujuan  Pusdiklat  Anggaran  dan  Perbendaharaan. Bagan  dari  kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
12
Keterangan: lingkup penelitian
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian  ini  dilakukan  di  Pusdiklat  Anggaran  dan  Perbendaharaan, beralamat di Jl. Raya Puncak KM. 72, Gadog, Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
Pemilihan  lokasi  dilakukan dengan  dasar pertimbangan  bahwa  organisasi  sudah melakukan  reformasi  birokrasi  yang  berdampak  pada  perbaikan  pengelolaan
sumber  daya  manusia pegawai,  namun pengelolaan petugas  kebersihan masih dilakukan dengan sederhana. Penelitian berlangsung selama 12 bulan, mulai dari
bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Mei 2014.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tiga metode yaitu:
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Tujuan Bagian Tata Usaha Tujuan Sub Bagian Rumah Tangga dan Aset
Manajemen SDM Petugas Kebersihan Analisis Pekerjaan
Pengembangan SDM Deskripsi Pekerjaan
Spesifikasi
Pekerjaan
Analisis Beban Kerja Perancangan Alat Ukur
Kinerja
Kinerja Petugas Kebersihan
Beban Kerja Petugas Kebersihan
Perencanaan SDM
Motivasi Petugas Kebersihan
Metode Full Time Equivalent FTE
Metode rating scale dan checklist
Kuesioner dan wawancara
Visi, Misi, dan Tujuan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
Rumusan Rekomendasi Manajerial Penilaian Kinerja
13 1. Wawancara. Wawancara  dilakukan  dengan  Kepala  Bagian  Tata  Usaha,
Kepala  Sub  Bagian  Rumah  Tangga  dan  Pengelolaan  Aset,  karyawan  Sub Bagian Rumah Tangga dan Pengelolaan Aset, dan petugas kebersihan.
2. Survei. Survei  yang  dilakukan  dalam  penelitian  ini menggunakan kuesioner untuk  mendapatkan  informasi  dari  responden.  Survei  ini  dilakukan  untuk
membantu  menentukan indeks full  time  equivalent beban  kerja,  motivasi kerja, dan kinerja.
3. Observasi Lapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan untuk membantu menentukan kinerja petugas kebersihan.
4. Kajian literatur. Kajian literatur berupa pengumpulan data sekunder dari buku, jurnal  ilmiah,  dan  dokumen  perusahaan.  Buku  dan  jurnal  ilmiah  digunakan
untuk  memperoleh  dasar  ilmiah  dalam  pemecahan  masalah.  Sedangkan dokumen perusahaan untuk  menggambarkan kondisi umum perusahaan dan
rincian tugas serta tingkat kehadiran petugas kebersihan.
Populasi dan Sampel
Jumlah petugas kebersihan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan sebagai responden  sebanyak  30  orang.  Cara  pengambilan  sampel  menggunakan  metode
sensus yaitu keseluruhan responden dijadikan sampel penelitian.
Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan penelitian dan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: Tabel 2 Kegiatan dan metode pengumpulan data
Kegiatan Metode Pengumpulan Data
Analisis Pekerjaan Kajian literatur; wawancara
Analisis Beban Kerja Kuesioner; wawancara
Perancangan Alat Ukur Kinerja Kuesioner; kajian literature
Penilaian Kinerja Kuesioner; observasi lapangan
Pengukuran Motivasi Kuesioner; wawancara
Dalam pengolahan dan analisis data, kegiatan penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan dilakukan dengan cara mengisi formulir analisis pekerjaan yang terdiri dari formulir deskripsi pekerjaan dan formulir spesifikasi pekerjaan.
Analisis Beban Kerja
Analisis  beban  dilakukan  dengan  metode Full  Time  Equivalent FTE. FTE adalah metode untuk mengukur waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
berbagai  pekerjaan  dan  dibandingkan  dengan  waktu  yang  tersedia.  Perhitungan FTE  didasarkan  pada  data  jam,  hari, dan minggu  yang  yang  digunakan  untuk
14 melakukan  berbagai  pekerjaan  yang  telah  ditetapkan.  Dari  perbandingan  agregat
waktu  yang  diperlukan  untuk  menyelesaikan  pekerjaan  dengan  jam  kerja, didapatkan  beban  kerja  masing-masing  individu. Indeks  FTE  dikelompokkan
menjadi tiga jenis  yaitu overload,  fit,dan underload. Indeks FTE  di atas  1.00 dianggap overload,  nilai  1  dianggap  normal,  sedangkan  nilai  diantara  0  sampai
dengan 0.99 dianggap underload.
Perancangan Alat Ukur Kinerja
Perancangan  alat  ukur  kinerja  dilakukan  dengan  pendekatan  metode rating scale.  Soeprihanto  1988  mengemukakan  bahwa  metode
rating  scale memerlukan  penilai  untuk  memberikan  suatu  evaluasi  yang  subyektif  mengenai
penampilan individu pada skala dari rendah sampai tinggi. Kelemahan  dari  sistem rating  scale adalah  keputusan  yang  subyektif  dari
para penilai. Untuk memperoleh hasil penilaian kinerja seobyektif mungkin, aspek penilaian kinerja dikombinasikan dengan data riil data hasil kerja dan data rekam
sidik  jari.  Berikut  ini  langkah-langkah  perancangan  alat  ukur  kinerja  petugas kebersihan:
1. Mengidentifikasi  kriteria-kriteria  penilaian  kinerja. Soeprihanto  1988
menjabarkan kriteria penilaian bagi level terbawah operator sebagai berikut: a. Prestasi Kerja, meliputi: kecakapan, keterampilan, kesungguhan, dan hasil
kerja b. Tanggung Jawab, meliputi: penyelesaian tugas, dedikasi, tanggung jawab
c. Ketaatan, meliputi: peraturan, jam kerja, perintah, sopan santun d. Kerjasama
e. Kejujuran
Data  riil  berupa  hasil  kerja  dimasukkan  ke  dalam  sub  kriteria  hasil  kerja sedangkan  data kehadiran  melalui rekam  sidik jari  dimasukkan  ke  dalam  sub
kriteria jam kerja.
2. Melakukan  Pembobotan  Kriteria  Kinerja. Pembobotan  kriteria-kriteria