Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian Faringitis pada Petugas Kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan

(1)

Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian Faringitis

pada Petugas Kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan

Oleh:

Altika Mitvasari Pulungan

090100354

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

(3)

ABSTRAK

Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Tempat kerja di jalan pada petugas kebersihan merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya virus atau bakteri penyebab Faringitis. Polusi udara dan banyaknya debu bertebaran dijalan turut menunjang terjadinya Faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian Faringitis pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode Analitik Observasional dengan sampel petugas kebersihan yang bekerja di luar ruangan dan di dalam ruangan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 responden yang terbagi atas 34 responden dari luar ruangan dan 34 responden dari dalam ruangan. Metode penentuan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian estimasi data proporsi pada populasi finit (terbatas). Data didapat dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik.

Dari responden petugas kebersihan yang bekerja di luar ruangan yang terkena faringitis sebanyak 18 orang (26,5%), sedangkan dari responden petugas kebersihan yang bekerja di dalam ruangan yang terkena faringitis sebanyak 6 orang (8,8%).

Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji chi square dan didapatkan nilai hitung p sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis pada petugas kebersihan. Berdasarkan besarnya nilai Odds Ratio, maka dapat disimpulkan bahwa petugas kebersihan di luar ruangan memiliki resiko untuk mengalami faringitis 5,25 kali lebih besar daripada petugas kebersihan di dalam ruangan. Kata Kerja : Lingkungan kerja, faringitis, petugas kebersihan.


(4)

ABSTRACT

Environment influenced human’s health. Street as the work place of cleaning services is a dangerous place that become port de’ entry of viral and bacterial agent of Faringitis. The air pollution and many of flying dust in the street also supporting Faringitis. The purpose of this study was to analyze the Relation of Occupational Environment and the Incident of Faringitis at cleaning services in the Sanitation Departement Medan.

This was a crosssectional observational study with the sample was cleaning services work inside the room and outside the room. The sample of this research was 68 respondents consisting of 34 respondents from inside the room and 34 respondents from outside the room. Sampling method of this research using a calculation formula for for the research data estimates the proportion of the population finite (

Incident of Faringitis consisting of 18 respondets (26,5%) from inside the room and 6 respondents (8,8%) from outside the room.

limited). Data collection was done usi ng by a questionnaire and physical examination.

The result, which analyzed using the chi square test, p count 0,002<0,05, so we can conclude that there was relation between the occupational environment and the incident of Faringitis at cleaning services. Based on the large of OR value, we can conclude that cleaning services from outside the room has 5,25 bigger than cleaning services from inside the room in the risk to experience Faringitis.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas segala karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis Ilmiah dengan judul Hubungan antara Lingkungan Kerja dan Kejadian Faringitis pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan ini diajukan dalam rangka melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu yaitu :

1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD.KGEH., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Farhat, M.Ked (ORL-HNS), Sp.THT-KL (K)., selaku dosen pembimbing telah membimbing dan memberi saran yang bermanfaat. 3. dr. Mohd. Fahdhy, Sp.OG

4. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini.

dan dr. Murniati Malik, M.Sc, Sp.KK, Sp.GK., selaku dosen penguji yang telah memberi masukan-masukan.

5. Ir. Ali Kahar Pulungan dan Khairawati Prasmita Nst, ayah dan ibu yang telah memberi dukungan dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. dr. Annisa Puspita Dsp, yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. Keumala at thaariq, yeoh shu ting dan Wahyu Alamsyah, Alvita Maghfirlyami teman-teman yang telah membantu dalam penelitian ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna untuk kita semua.

Medan, 6 Desember 2012 Peneliti


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata pengantar... iv

Daftar Isi... v

Daftar Tabel... vi

Daftar Gambar... vii

Daftar Lampiran... viii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Faringitis... 4

2.1.1. Definisi... 4

2.1.2. Gejala Klinis... 4

2.1.3. Diagnosis... 5

2.1.4. Pemeriksaan Penunjang... 5

2.2. Teori Tentang Lingkungan Kerja... 5

2.5.1. Pengertian Lingkungan Kerja... 5

2.5.2. Jenis Lingkungan Kerja... 6

2.5.3. Manfaat Lingkungan Kerja... 9

2.3. Bahaya Kerja Biologi Akibat Polusi Udara... 9

2.4. Polusi Udara... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

3.1.Kerangka Konsep... 12

3.2.Definisi Operasional... 12

3.3.Hipotesa... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN... 14

4.1.Jenis Penelitian... 14

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian... 14

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian... 14

4.4.Teknik Pengumpulan Data... 15


(8)

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 18

5.1. Hasil Penelitian... 18

5.2. Pembahasan... 20

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 22

6.1.Kesimpulan... 22

6.2. Saran... 22

DAFTAR PUSTAKA... 24 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Definisi Operasionil... 12 1.2. Tabel chi square 2x2... 16 1.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

umur... 18 1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

jenis Kelamin... 19 1.5. Tabulasi Silang Kategori Lingkungan Kerja


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Mukosa Faring Hiperemis... 4 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian... 12


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden dalam Penelitian (informed consent)

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) Lampiran 5 Surat Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Lampiran 7 Hasil Output SPSS


(12)

ABSTRAK

Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Tempat kerja di jalan pada petugas kebersihan merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya virus atau bakteri penyebab Faringitis. Polusi udara dan banyaknya debu bertebaran dijalan turut menunjang terjadinya Faringitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian Faringitis pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode Analitik Observasional dengan sampel petugas kebersihan yang bekerja di luar ruangan dan di dalam ruangan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 responden yang terbagi atas 34 responden dari luar ruangan dan 34 responden dari dalam ruangan. Metode penentuan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian estimasi data proporsi pada populasi finit (terbatas). Data didapat dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik.

Dari responden petugas kebersihan yang bekerja di luar ruangan yang terkena faringitis sebanyak 18 orang (26,5%), sedangkan dari responden petugas kebersihan yang bekerja di dalam ruangan yang terkena faringitis sebanyak 6 orang (8,8%).

Hasil yang diperoleh dianalisis dengan uji chi square dan didapatkan nilai hitung p sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis pada petugas kebersihan. Berdasarkan besarnya nilai Odds Ratio, maka dapat disimpulkan bahwa petugas kebersihan di luar ruangan memiliki resiko untuk mengalami faringitis 5,25 kali lebih besar daripada petugas kebersihan di dalam ruangan. Kata Kerja : Lingkungan kerja, faringitis, petugas kebersihan.


(13)

ABSTRACT

Environment influenced human’s health. Street as the work place of cleaning services is a dangerous place that become port de’ entry of viral and bacterial agent of Faringitis. The air pollution and many of flying dust in the street also supporting Faringitis. The purpose of this study was to analyze the Relation of Occupational Environment and the Incident of Faringitis at cleaning services in the Sanitation Departement Medan.

This was a crosssectional observational study with the sample was cleaning services work inside the room and outside the room. The sample of this research was 68 respondents consisting of 34 respondents from inside the room and 34 respondents from outside the room. Sampling method of this research using a calculation formula for for the research data estimates the proportion of the population finite (

Incident of Faringitis consisting of 18 respondets (26,5%) from inside the room and 6 respondents (8,8%) from outside the room.

limited). Data collection was done usi ng by a questionnaire and physical examination.

The result, which analyzed using the chi square test, p count 0,002<0,05, so we can conclude that there was relation between the occupational environment and the incident of Faringitis at cleaning services. Based on the large of OR value, we can conclude that cleaning services from outside the room has 5,25 bigger than cleaning services from inside the room in the risk to experience Faringitis.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faringitis adalah inflamasi pada mukosa faring akibat infeksi, alergi, atau iritasi kronik yang banyak dijumpai di bagian THT-KL. Prevalensi faringitis kronik di Provinsi Jawa Tengah berkisar 0,2% setara dengan Sumatra Barat dan Jawa Timur. Umumnya faktor predisposisi faringitis kronik adalah rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan debu (Shinta, 2011).

Dari data BPS di beberapa propinsi, terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%.(Sudrajad, 2005).

Karbon monoksida (CO) dihasilkan dari proses pembakaran yang kurang sempurna komponen-komponen karbon, misalnya knalpot motor, mobil, generator, atau tungku perapian. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Gas karbon monoksida yang diabsorpsi tubuh, memiliki afinitas dengan hemoglobin yang sangat kuat di darah sehingga membentuk ikatan karboksi hemoglobin (COHb). Akibatnya, terjadi kompetisi dengan O2 (Oksigen) untuk berikatan dengan Hb sehingga konsentrasi COHb di

darah meningkat sedangkan kapasitas pengangkutan O2

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalan suatu lingkungan atau situasi, yang berakibat beban tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja. Faktor penyebab beban tambahan lingkungan kerja yang dimaksud adalah faktor fisik, darah berkurang (Ridwan Harrianto, 2010).


(15)

kimia, biologi, fisiologis dan mental psikologis. Dimana faktor kimia terdiri dari gas, uap, debu, kabut, asap, cairan dan benda padat dari bahan-bahan kimia. Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup besar dapat mengganggu daya kerja seorang tenaga kerja (Suma’mur, 1995)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja dan kejadian faringitis pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Polusi udara dan banyaknya debu bertebaran di jalan turut menunjang terjadinya Faringitis (infeksi faring). Hal inilah yang menjadi kontribusi bagi peneliti untuk melakukan penelitian di lingkungan kerja terutama di jalan raya untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja petugas kebersihan dengan kejadian Faringitis.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja petugas kebersihan dengan kejadian Faringitis.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik lokasi penelitian.

2. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui karakteristik responden penelitian berdasarkan umur.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan tentang hubungan antara lingkungan kerja petugas kebersihan dengan kejadian Faringitis.


(16)

1.4.2. Penelitian ini dapat berguna dalam penerapan intervensi kesehatan yang berhubungan dengan Faringitis pada lingkungan kerja petugas kebersihan serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

1.4.3. Penelitian ini dapat menjadi masukan kepada responden berkaitan dengan intervensi penyakit Faringitis di lingkungan kerjanya.

1.4.4. Penelitian ini dapat berguna bagi Dinas Kesehatan dalam melaksanakan program penurunan kasus Faringitis


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faringitis (Infeksi Faring)

2.1.1. Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Penyakit ini banyak menyerang anak usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui sekret hidung dan ludah (droplet infection) (Rusmarjono et al, 2007).

2.1.2. Gejala Klinis

Pada stadium awal, terdapat hiperemia (seperti pada gambar 1), kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid (George L. Adams, 1997).


(18)

2.1.3. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui manifestasi klinis berupa demam sampai 40⁰ C, rasa gatal/ kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia, anoreksia dan otalgia. Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan fisik tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, terdapat detritus (tonsilitis folikularis). Kelenjar submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak (Arif Mansjoer et al, 2001).

2.1.4. Pemeriksaan Penunjang

Kultur dan uji resistensi bila perlu.

2.2. Teori Tentang Lingkungan Kerja 2.2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat pegawai bekerja.

Menurut Nitisemito (2001) ”Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugastugas yang diembankan.”


(19)

2.2.2 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2007) “Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni: 1) lingkungan kerja fisik, dan 2) lingkungan kerja non fisik”.

1. Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (2007) “lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”.

Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.

Selanjutnya menurut Sarwono (2005) “Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi.

Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu udara.

a. Suhu

Suhu adalah suatu variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar. Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, adalah penting bahwa pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada diantara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

b. Kebisingan

Bukti dari telaah-telaah tentang suara menunjukkan bahwa suara-suara yang konstan atau dapat diramalkan pada umumnya tidak menyebabkan


(20)

penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat diramalkan memberikan pengaruh negatif dan mengganggu konsentrasi pegawai. c. Penerangan

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu pegawai dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda.

d. Mutu Udara

Merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan bahwa jika menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat menggangu kesehatan pribadi pegawai. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi.

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan ruang kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan bagi pegawai di tempat kerjanya. Faktor-faktor dari rancangan ruang kerja tersebut menurut Robbins (2002) terdiri atas : a) Ukuran ruang kerja, b) Pengaturan ruang kerja, c) Privasi.

a. Ukuran ruang kerja

Ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Ruang kerja yang sempit dan membuat pegawai sulit bergerak akan menghasilkan prestasi kerja yang lebih rendah jika dibandingkan dengan karyawan yang memiliki ruang kerja yang luas.

b. Pengaturan ruang kerja

Jika ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per pegawai, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu penting karena sangat dipengaruhi interaksi sosial. Orang lebih mungkin berinteraksi dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena itu lokasi kerja karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.


(21)

c. Privasi

Privasi dipengaruhi oleh dinding, partisi, dan sekatan-sekatan fisik lainnya. Kebanyakan pegawai menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan mereka (khususnya dalam posisi manajerial, dimana privasi diasosiasikan dalam status). Namun kebanyakan pegawai juga menginginkan peluang untuk berinteraksi dengan rekan kerja, yang dibatasi dengan meningkatnya privasi. Keinginan akan privasi itu kuat dipihak banyak orang.

Privasi membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-orang yang melakukan tugas-tugas rumit.

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

Menurut Sedarmayanti (2007) menyatakan bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.

Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan. Menurut Nitisemito (2001) perusahan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.

Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, bawahan maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan. Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis karyawan.

Menurut Mangkunegara (2009), untuk menciptakan hubungan hubungan yang harmonis dan efektif, pimpinan perlu:

1. meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja.

2. menciptakan suasana yang meningkatkatkan kreativitas. Pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan dampak terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan karena manusia itu bekerja


(22)

bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja.

2.2.3 Manfaat Lingkungan Kerja

Menurut Ishak dan Tanjung (2003), manfaat lingkungan kerja adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Yang artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standard yang benar dan dalam skala waktu yang ditentukan. Prestasi kerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan, dan tidak akan menimbulkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi.

2.3. Bahaya Kerja Biologi Akibat Polusi Udara Penyakit Saluran Pernapasan Akibat Kerja

Paru merupakan organ yang penting untuk menyaring partikel/gas toksik yang ikut dalam udara inspirasi guna melindungi proses pertukaran gas pada permukaan alveolus. Pada saat istirahat, orang dewasa bernapas kira-kira 14x/menit, yang menginhalasi kira-kira ½ liter udara pernapasan/menit, berarti udara terinhalasi 7 liter per menit atau 420 liter dalam 24 jam, atau kira-kira 10 m³ udara pernapasan dalam 24 jam. Pada saat bekerja, frekuensi dan dalamnya pernapasan akan bertambah, untuk mencukupi suplay oksigen (O2) yang digunakan oleh kerja otot, pengeluaran karbon dioksida (CO2) meningkat beberapa kali dibandingkan dalam keadaan istirahat. Diperkirakan seorang pekerja, yang bekerja 8 jam sehari, akan menginhalasi kira-kira 10 mm³ udara pernapasan, atau kira-kira sama dengan yang dibutuhkan oleh seorang dalam keadaan istirahat per hari. Jika udara di tempat kerja mengandung kira-kira 10 mg partikel debu kerja/m³ (konsentrasi rata-rata pertikel debu kerja yang mempunyai diameter kira-kira 1-10 µm pada kebanyakan negara industri). Konsentrasi sebesar ini belum mencapai nilai ambang batas untuk menimbulkan gangguan kesehatan, maka pekerja tersebut akan menginhalasi 100 mg partikel debu kerja/hari kerja,


(23)

atau kira-kira 20 g partikel debu kerja/tahun, yang berarti kira-kira menginhalasi 1 sendok makan partikel debu kerja (Ridwan Harrianto, 2008).

Oleh sebab itu, dapat dimengerti bahwa kontak yang lama dengan lingkungan yang mengandung gas atau partikel debu kerja, akan mengakibatkan stres yang berat pada organ saluran pernapasan, sehingga mudah menimbulkan penyakit paru dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Penyakit paru akibat kerja sangat ditentukan oleh organ tempat deposit partikel/ gas toksik, lama dan dosis pajanan, kerentanan sel paru terhadap efek toksik partikel tersebut, dan efek khusus interaksi antara partikel toksik dengan mekanisme pertahanan paru individu (Ridwan Harrianto, 2008).

Secara klinis, penyakit paru akibat kerja dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu penyakit jalan napas paru dan penyakit parenkim paru (Ridwan Harrianto, 2008).

2.4. Polusi (pencemaran udara)

Lingkungan udara (atmosfer) adalah udara yang meliputi bumi. Atmosfer terdiri atas empat zona dengan perbedaan penyerapan sinar matahari pada tiap-tiap lapisannya. Pembangunan yang berkembang pesat khususnya dalam bidang industri danteknologi menyebabkan terjadinya perubahan komposisi udara melampaui daya dukung lingkungan, hal ini dapat berdampak negatif terhadap manusia, yaitu pencemaran udara atau polusi. Polusi atau pencemaran udara adalah masuknya komponen lain kedalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung, tidak langsung, atau akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang kondusif, setiap substansi yang bukan merupakan bagian dari komposisi udara normal disebut sebagai polutan (Wahid, 2009).

Berikut adalah beberapa definisi dari polusi udara:

1. Polusi udara adalah hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer seperti: debu, gas, kabut, bau-bauan, asap, atau uap dalam kualitas yang banyak dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara, sehingga menimbulkan gangguan pada manusia,


(24)

tumbuh-tumbuhan, binatang maupun benda atau tanpa alasan yang jelas sudah mempengaruhi kelestarian kehidupan organisme maupun benda (Henry C. Perkins, 1974).

2. Polusi udara diartikan sebagai adanya bahan atau zat-zat asing dalam jumlah yang dapat menyebabkan perubahan komposisi atmosfer normal (Soedirman, 1975).

3. Polusi udara adalah masuk/dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi dengan peruntukannya (Kepmen Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup RI. No. KEP-03/MENKLH/II/1991).


(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Lingkungan kerja Faringitis

Life style Alergi Merokok

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian. 3.2. Definisi Operasional

Tabel 1.1. Definisi Operasionil. Variabel Definisi

Operasionil

Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Penguk uran Independen Lingkungan kerja

adalah suatu keadaan

lingkungan yang dapat atau secara langsung dapat mempengaruhi pekerjanya.

Angket Kuesioner - di luar ruangan - di dalam ruangan


(26)

Dependen Faringitis adalah peradangan dinding faring.

Angket dan pem.fisik

Kuesioner - Faringitis - Tidak faringitis

Ordinal

3.3. Hipotesa

Ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian Faringitis pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan.


(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional yakni suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi atau pengamatan variabel bebas dan terikat dilakukan pada waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan, dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan November 2012 mulai dari penelusuran pustaka, survei awal, pengumpulan data sampai pada pengolahan data hingga penulisan Karya Tulis Ilmiah.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas kebersihan yang bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan dengan populasi 50 responden di luar ruangan dan 50 responden didalam ruangan.

4.3.2. Sampel

Penentuan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus perhitungan besar sampel untuk penelitian estimasi data proporsi pada popolasi finit (terbatas) dan didapatkan hasil 34 responden di luar ruangan (di jalan raya) dan 34 responden di dalam ruangan.


(28)

Besar sampel:

N . Z²-α/2 p . (1-p) n =

(N-1) d² + Z²-α/2 p . (1-p)

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z²-α/2 p = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu p = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi

N . Z²-α/2 p . (1-p) n =

(N-1) d² + Z²-α/2 p . (1-p) 50 . 1,96² . 0,5 . (1-0,5) =

(50-1) 0,1² + 1,96² . 0,5 . (1-0,5) 50 . 3,8416 . 0,5 . 0,5

=

49 . 0,01 + 3,8416 . 0,5 . 0,5 50 . 0,9604

=

0,49 + 0,9604 48,02

=

1,4504


(29)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dari wawancara dengan menggunakan kuesioner dan dengan pemeriksaan fisik. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai kondisi lingkungan kerja terhadap kejadian Faringitis.

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi keadaan lingkungan kerja seperti keadaan polusi udara akibat paparan debu, karakteristik pekerja meliputi umur, masa kerja, ruangan bekerja dan sikap serta gejala Faringitis yang dialami oleh responden tersebut.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Metode Pengolahan Data

Kuesioner yang sudah diisi oleh peneliti yang didapat dari wawancara dengan responden terlebih dahulu dilakukan editing untuk mengecek kebenaran data. Pada tahap editing ini peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang ada. Apabila terdapat ketidak sesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti. Tabulating untuk mempermudah pengolahan dan analisa data pengambilan kesimpulan maka data ditabulasikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Data yang sudah terkumpul, diolah dan dicari hubungannya dengan menggunakan SPSS.

4.5.2. Analisa Data

Pada analisis ini dapat dilakukan pengujian statistic dengan menggunakan

Chi-Square (X²) dengan rumus sebagai berikut :

X² = N.(ad-bc)2 (a+b).(b+d).(a+c).(b+d)


(30)

Keterangan : X² = Chi Square N = Jumlah sampel

Tabel 1.2. tabel chi square 2x2

p = 0, 1

Keterangan :

a= Jumlah petugas kebersihan di luar ruangan dengan faringitis.

b= Jumlah petugas kebersihan di luar ruangan yang tidak terkena faringitis. c= Jumlah petugas kebersihan di dalam ruangan dengan faringtis.

d= Jumlah petugas kebersihan di dalam ruangan yang tidak terkena faringitis.

Interpretasinya :

1. Bila harga X2 hitung > harga X2 pada tabel maka Ho ditolak, H1 diterima. 2. Bila harga X2 hitung < harga X2 pada tabel maka Ho diterima.

Ho : tidak ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis. H1 : ada hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis.

No. Kriteria Faringitis Tidak

faringitis

1 Di luar ruangan a b a+b

2 Di dalam ruangan c d c+d


(31)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebersihan Kota Medan yang berlangsung sejak bulan Oktober 2012 sampai selesai. Dinas Kebersihan Kota Medan terletak di Jl. Pinang Baris No. 114, Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini diambil subjek penelitian sebanyak 68 orang, yaitu 34 petugas kebersihan yang bekerja di luar ruangan dan 34 petugas kebersihan yang bekerja di dalam ruangan Dinas Kebersihan Kota Medan.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden yang terbanyak terdapat pada rentang umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 30 orang (44,1%), kemudian pada rentang umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 19 orang (28%), kemudian pada rentang umur 21-30 tahun yaitu sebanyak 12 orang (17,7%), dan yang paling sedikit pada rentang umur 51-60 tahun yaitu 7 orang (10,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

21-30 12 17.7

31-40 30 44.1

41-50 19 28

51-60 7 10.3


(32)

5.1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, hasil penelitian ini memperoleh sebagian besar responden adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 orang (64,7%), kemudian laki-laki sebanyak 24 orang (35,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Perempuan 44 64.7

Laki-laki 24 35,3

Total 68 100

5.1.5. Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Faringitis

Berdasarkan tabulasi silang kategori lingkungan kerja dengan kategori penyakit faringitis yang dialami diperoleh responden yang bekerja diluar ruangan dan mengalami penyakit faringitis sebanyak 18 responden (26,5%), dengan tidak mengalami penyakit faringitis sebanyak 16 responden (23,5%). Sedangkan responden yang bekerja di dalam ruangan dan mengalami penyakit faringitis sebanyak 6 responden (8,8%), dengan tidak mengalami penyakit faringitis sebanyak 28 responden (41,2%).

Hasil analisis variabel kategori lingkungan kerja dengan kategori penyakit faringitis diperoleh nilai hitung p sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.5 sebagai berikut.


(33)

Tabel 1.5. Tabulasi Silang Kategori Lingkungan Kerja dengan Kategori Penyakit Faringitis Responden

Kategori lingkungan kerja

Penyakit Total

Faringitis Tidak Faringitis n % P

n % n %

Di luar ruangan 18 26,5 16 23,5 34 50 0,002 Di dalam

ruangan

6 8,8 28 41,2 34 50

Total 24 35,5 44 64,7 68 100

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini variabel independen (lingkungan kerja petugas kebersihan) dianggap mendahului terjadinya variabel dependen (kejadian faringitis saat dilakukan penelitian).

Lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan (Suparman, 2006). Banyaknya debu bertebaran di jalan merupakan salah satu penyebab ISPA (Dinkes, 2005). Cuaca panas disertai tiupan angin menciptakan kondisi yang kondusif bagi perkembangan bakteri dan virus penyebab berbagai penyakit (Rohandi, 2008). Setiap hari petugas kebersihan menghirup polusi di jalan raya dari asap kendaraan bermotor (Rachmadi, 2005). Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kota Semarang, jenis penyakit yang salah satu penyebabnya polusi udara adalah ISPA (Bapennas, 2006). Hal ini menyebabkan angka kejadian ISPA tinggi (Zein, 2008).

Hasil penelitian terhadap petugas kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, didapatkan data-data yang kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan analisis Chi Kuadrat.

Dari hasil penelitian pada tabel 1 yang dijadikan sebagai dasar untuk dilakukan analisis data, dapat diamati bahwa terdapat perbedaan yaitu kejadian


(34)

faringitis antara petugas kebersihan di luar ruangan sebanyak 18 orang (26,5%) lebih besar daripada petugas kebersihan di dalam ruangan sebanyak 6 orang (8,8%). Tingginya insiden faringitis pada petugas kebersihan di luar ruangan dikarenakan sangat besar risikonya terkena debu dan polusi udara. Aktivitas kendaraan bermotor berkontribusi diatas 75% dalam pencemaran udara kota Medan terutama di kawasan padat lalu lintas, khususnya untuk partikel debu (Bapennas, 2006).

Hasil serupa didapatkan pada sebuah penelitian serupa yang menyatakan bahwa sekitar 17.600 orang dari 22.000 (sebanyak 80%) anggota Polda Metro Jaya mengidap ISPA terutama faringitis. Tingginya penderita ISPA tersebut dikarenakan sebagian besar diantara mereka bertugas di lapangan dalam waktu cukup lama serta terkait dengan tingginya pencemaran di Jakarta dimana 70% berasal dari kendaraan bermotor (Ditjen PPM & PL, 2004). Tempat kerja di jalan misalnya pada polisi lalu lintas merupakan lokasi rawan yang menjadi perantara masuknya virus atau bakteri penyebab ISPA sama seperti tempat kerja petugas kebersihan (Mahmud, 2006).

Dalam penelitian ini didapatkan hasil Rasio Prevalensi didapatkan nilai 3, yang berarti lingkungan kerja di luar ruangan merupakan faktor resiko untuk timbulnya faringitis. Odds Ratio pada penelitian ini didapatkan 5,25, maka dapat disimpulkan bahwa petugas kebersihan di luar ruangan (di jalan raya) memiliki resiko untuk terkena faringitis 5,25 kali lebih besar daripada petugas kebersihan di dalam ruangan.


(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Hasil analisis variabel kategori lingkungan kerja dengan kategori penyakit faringitis diperoleh nilai hitung p sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja dengan kejadian faringitis.

2. Dari hasil analisis statistic dengan uji Chi Kuadrat, didapatkan nilai X2 hitung (9,273) lebih besar dari X2

3. Hasil Rasio Prevalensi didapatkan nilai 3, yang berarti lingkungan kerja di luar ruangan merupakan faktor resiko untuk timbulnya faringitis.

tabel (3,841) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat hubungan antara lingkungan kerja dengan kejadian Faringitis dengan kemaknaan 5%.

4. Odds Ratio didapatkan 5,25, maka dapat disimpulkan bahwa petugas kebersihan di luar ruangan (di jalan raya) memiliki resiko untuk terkena faringitis 5,25 kali lebih besar daripada petugas kebersihan di dalam ruangan.

B. Saran

1. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi petugas kebersihan harus lebih diintensifkan, agar diagnosis dini terhadap petugas kebersihan yang terkena Faringitis dapat segera ditegakkan, sehingga tidak berlanjut ke penyakit kronis saluran pernafasan.

2. Diharapkan pihak Dinas Kebersihan Kota Medan agar dapat mengintensifkan tindakan pencegahan terhadap polusi udara dengan jalan penggunaan alat pengaman (masker) dengan disiplin dengan maksud agar risiko terpapar oleh debu beserta polutan udara lainnya dapat dikurangi sehingga angka kejadian Faringitis dapat diminimalkan.


(36)

3. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut terhadapat lingkungan kerja petugas kebersihan dan disempurnakan dengan pengukuran polutan di lingkungan kerja serta dengan menggunakan sampel yang lebih besar.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F., MD, Butel, Janet S. PhD, Morse, Stephen A. PhD, 2008.

Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Edisi 23. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 284-285.

Davey, Patrick, 2002. At a Glance Medicine. Erlangga Medical Series: 60-61.

Dorland, 1998. Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

George L., ADAMS. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 328-329.

Harrianto, Ridwan, 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Junqueira, Luiz Carlos, Carneiro, Jose, 2007. Histologi dasar: Teks dan Atlas. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 335-336.

Ludman MB, FRCS., Harold, 1996. Petunjuk Penting pada Penyaki Telinga Hidung Tenggorokan. Hipokrates

Mansjoer, Arif., Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika wardani, Wiwiek Setiowulan, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapius Fakultas Kedokteean Universitas Indonesia: 118.

Mubarak, Wahid Iqbal, Chayatin, Nurul, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Salemba Medika.


(38)

Roosarina, Heppy, 2009. Skripsi tentang Hubungan Antara Lingkungan Kerja dan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Polisi Lalu-Lintas di Polwiltabes Semarang.

Rusmarjono, Efiaty Arsyad Soepardi, 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 217-219.

Sastroasmoro, Prof. DR. Dr. Sudigdo, Sp.A (K), 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Sagung Seto.

Setiono, Kusdwiratri, Masjhur, Johan S., Alisyahbana, Anna, 1998. Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Penerbit Alumni/ 1998/ Bandung.

Sherwood, Lauralee, 2001. Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: 441.

Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, Alwi, idrus, Simadibrata ,Marcellus K., Setiati, Siti, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 5. Interna Publishing: 887.

Thaller, Seth R., Mark S. Granick, 1995. Diagram Diagnostik Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wahyuni, dr. Airlinda Sari, Mkes, 2007. Statistika Kedokteran. Bamboedoea Communication:116.


(39)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)

Nama : Altika Mitvasari Pulungan Tempat tanggal Lahir : Medan, 29 Januari 1992

Agama : Islam

Alamat : Jl. Budi Luhur no. 43 Sei Sikambing medan Riwayat Pendidikan :

1. TK Bhayangkari Banjarmasin (1995-1997)

2. Sekolah Dasar Negeri Ujung Tanjung Kandis (1997-2000) 3. Sekolah Dasar IBA Palembang Sumatera Selatan (2000-2001) 4. Sekolah Dasar Muhammadiyah Pekanbaru (2001-2003)

5. Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Pekanbaru (2003-2006) 6. Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Pekanbaru (2006-2009) 7. Fakultas Kedokteran USU (2009-sekarang)

Riwayat Organisasi :


(40)

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Assalamualaikum wr.wb,

Terima kasih atas kesediaan anda meluangkan waktu untuk membaca dan mengisi surat persetujuan ini. Sebelumnya perkenankan saya memperkenalkan diri. Nama saya Altika Mitvasari Pulungan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2009. Saya sedang melakukan pengumpulan data penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.

Adapun judul penelitian saya adalah “Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian Faringitis pada Petugas Kebersihan di Kota Medan”.

Oleh karena itu, saya memohon kesediaan anda untuk mengisi data identitas dan menjawab setiap pertanyaan yang tersedia di kuesioner yang saya berikan. Bagi anda yang bersedia, mohon untuk mengisi lembar persetujuan yang tertera dihalaman berikutnya.

Setiap data yang anda berikan adalah rahasia, tidak akan disebarluaskan dan hanya akan digunakan untuk mendukung penelitian saja. Saya harap anda dapat mengisi data-data tersebut dengan benar dan jujur.

Demikian saya beritahukan, atas kesediaan dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,


(41)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN (Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Pekerjaan : Alamat :

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian Faringitis pada Petugas Kebersihan di Dinas Kebersihan Kota Medan”. Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjawab kuesioner yang memerlukan waktu sekitar 10-15 menit dan saya bersedia mengikuti proses penelitian ini.

Medan, 2012

Peneliti Responden


(42)

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Kejadian Faringitis (infeksi mukosa faring) pada petugas kebersihan Dinas Kebersihan Kota Medan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan : Bagian : Tanda Tangan :

LINGKARILAH JAWABAN ANDA! (Ya = Y, Tidak = T )

1. Apakah Anda sudah bekerja di Dinas Kebersihan Kota Medan sekurang-kurangnya

lima tahun? Y / T

2. Pernahkah saat ini Anda merasakan badan panas? Y / T

3. Pernahkan saat ini Anda merasakan batuk? Y /T

4. Pernahkah saat ini Anda merasakan pilek? Y / T

5. Pernahkah saat ini Anda merasakan nyeri Tenggorokan? Y / T


(43)

6. Selama ini, pernahkah Anda menderita infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari / kurang dan itu dengan gejala demam?

Y / T

7. Selama ini, pernahkah Anda menderita infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari / kurang dan itu dengan gejala pilek?

Y / T

8. Selama ini, pernahkah Anda menderita infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari / kurang dan itu dengan gejala sakit tenggorokan?

Y / T

9. Apa Anda pernah atau sedang menderita penyakit yang dipastikan dokter berupa Faringitis (Infeksi/radang mukosa Faring/tenggorkan)

Y / T

10.Apa dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja Anda terpapar oleh asap kendaraan bermotor / polusi udara yang lain ?

Y / T

11.Apa Anda sehari-hari terpapar oleh asap kendaraan bermotor / polusi udara yang lain di tempat kerja Anda ?

Y / T

12.Berapa lamakah Anda terpapar asap dan debu kendaraan bermotor (polusi udara) dalam satu hari?

a. 1-2 jam b. 3-4 jam c. 5-6 jam d. …… jam


(44)

13.Apa Anda menggunakan pengaman (penutup hidung atau yang sejenisnya) Y / T

14.Apa Anda menggunakan pengaman dengan disiplin ? a. Kadang-kadang

b. Selalu

15.Apa keluarga Anda memasak memakai? a. Kayu Y / T

b. Kompor minyak Y/ T c. Kompor gas Y / T

16.Apakah anda Seorang perokok? Y / T


(45)

(46)

(47)

Statistics

jenisKelamin umur

N Valid 68 68

Missing 0 0

jenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perempuan 44 64.7 64.7 64.7

laki-laki 24 35.3 35.3 100.0

Total 68 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21 1 1.5 1.5 1.5

22 1 1.5 1.5 2.9

24 1 1.5 1.5 4.4

26 1 1.5 1.5 5.9

27 1 1.5 1.5 7.4

28 2 2.9 2.9 10.3

29 3 4.4 4.4 14.7

30 2 2.9 2.9 17.6

31 4 5.9 5.9 23.5

32 1 1.5 1.5 25.0

33 2 2.9 2.9 27.9

34 1 1.5 1.5 29.4

35 4 5.9 5.9 35.3


(48)

37 7 10.3 10.3 48.5

38 1 1.5 1.5 50.0

39 2 2.9 2.9 52.9

40 6 8.8 8.8 61.8

41 2 2.9 2.9 64.7

42 3 4.4 4.4 69.1

43 1 1.5 1.5 70.6

44 1 1.5 1.5 72.1

45 5 7.4 7.4 79.4

46 1 1.5 1.5 80.9

47 1 1.5 1.5 82.4

49 2 2.9 2.9 85.3

50 3 4.4 4.4 89.7

51 1 1.5 1.5 91.2

53 2 2.9 2.9 94.1

55 2 2.9 2.9 97.1

58 1 1.5 1.5 98.5

60 1 1.5 1.5 100.0


(49)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ruanganbekerja * pemeriksaan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

ruanganbekerja * pemeriksaan Crosstabulation

pemeriksaan

Total faringitis tidak faringitis

ruanganbekerja luar ruangan Count 18 16 34

% within ruanganbekerja 52.9% 47.1% 100.0%

% within pemeriksaan 75.0% 36.4% 50.0%

% of Total 26.5% 23.5% 50.0%

dalam ruangan Count 6 28 34

% within ruanganbekerja 17.6% 82.4% 100.0%

% within pemeriksaan 25.0% 63.6% 50.0%

% of Total 8.8% 41.2% 50.0%

Total Count 24 44 68

% within ruanganbekerja 35.3% 64.7% 100.0%

% within pemeriksaan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 35.3% 64.7% 100.0%


(50)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.273a 1 .002

Continuity Correctionb 7.792 1 .005

Likelihood Ratio 9.594 1 .002

Fisher's Exact Test .005 .002

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table


(51)

(1)

(2)

Statistics

jenisKelamin umur

N Valid 68 68

Missing 0 0

jenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid perempuan 44 64.7 64.7 64.7

laki-laki 24 35.3 35.3 100.0

Total 68 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21 1 1.5 1.5 1.5

22 1 1.5 1.5 2.9

24 1 1.5 1.5 4.4

26 1 1.5 1.5 5.9

27 1 1.5 1.5 7.4

28 2 2.9 2.9 10.3

29 3 4.4 4.4 14.7

30 2 2.9 2.9 17.6

31 4 5.9 5.9 23.5

32 1 1.5 1.5 25.0

33 2 2.9 2.9 27.9

34 1 1.5 1.5 29.4

35 4 5.9 5.9 35.3


(3)

37 7 10.3 10.3 48.5

38 1 1.5 1.5 50.0

39 2 2.9 2.9 52.9

40 6 8.8 8.8 61.8

41 2 2.9 2.9 64.7

42 3 4.4 4.4 69.1

43 1 1.5 1.5 70.6

44 1 1.5 1.5 72.1

45 5 7.4 7.4 79.4

46 1 1.5 1.5 80.9

47 1 1.5 1.5 82.4

49 2 2.9 2.9 85.3

50 3 4.4 4.4 89.7

51 1 1.5 1.5 91.2

53 2 2.9 2.9 94.1

55 2 2.9 2.9 97.1

58 1 1.5 1.5 98.5

60 1 1.5 1.5 100.0


(4)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ruanganbekerja * pemeriksaan

68 100.0% 0 .0% 68 100.0%

ruanganbekerja * pemeriksaan Crosstabulation

pemeriksaan

Total faringitis tidak faringitis

ruanganbekerja luar ruangan Count 18 16 34

% within ruanganbekerja 52.9% 47.1% 100.0%

% within pemeriksaan 75.0% 36.4% 50.0%

% of Total 26.5% 23.5% 50.0%

dalam ruangan Count 6 28 34

% within ruanganbekerja 17.6% 82.4% 100.0%

% within pemeriksaan 25.0% 63.6% 50.0%

% of Total 8.8% 41.2% 50.0%

Total Count 24 44 68

% within ruanganbekerja 35.3% 64.7% 100.0%

% within pemeriksaan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 35.3% 64.7% 100.0%


(5)

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.273a 1 .002

Continuity Correctionb 7.792 1 .005

Likelihood Ratio 9.594 1 .002

Fisher's Exact Test .005 .002

N of Valid Cases 68

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table


(6)