2.3 Shorea ovalis
S. ovalis mempunyai nama Indonesia meranti kelungkung. Masing-masing daerah mempunyai nama yang berbeda, seperti abang gunung putih Kalimantan
Timur, meranti sepang Sumatra Selatan. Penyebaranya meliputi semenanjung Malaysia, Sumatra dan Kalimantan. S. ovalis biasa digunakan penduduk lokal
untuk membuat dinding rumah dan lantai. S. ovalis mempunyai ukuran sedang sampai sangat besar dengan tinggi dapat mencapai 60 m, tinggi bebas cabang 18
– 27 m dan diameter 125 cm. Daun berbentuk oblong 10
–22 cm x 23–10 cm dengan 22
–25 pasang urat daun. Permukaan bawah daun kasar seperti keropeng. S. ovalis mempunyai 3 subspesies dan biasa tumbuh pada hutan dipterokarpa dataran
rendah dengan ketinggian 500 m. Berat jenis S. ovalis adalah 320 –860 kgm
3
pada kadar air 15 Soerianegara dan Lemmens 1993.
2.4 Shorea selanica
S. selanica secara umum dikenal dengan nama meranti bapa atau kayu bapa. S. selanica merupakan jenis meranti merah dengan pertumbuhan cepat dan
tumbuh dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan B dan kayunya biasa dimanfaatkan untuk pembuatan veneer, kayu lapis, konstruksi bahan bangunan
dan kayu perkapalan Al Rasyid et al. 1991. S. selanica tersebar di pulau buru Maluku bagian barat sampai selatan. S.
selanica adalah spesies dominan pada hutan dataran rendah, tanah latosol, podsolik merah-kuning dan tanah drainase baik dengan ketinggian 150 m. S.
selanica mempunyai berat jenis kayu 440 –530 kgm
3
pada kadar air 15 Soerianegara dan Lemmens 1993.
2.5 Respon Pertumbuhan Terhadap Intensitas Cahaya
Pertumbuhan adalah
proses dalam
kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang
menentukan hasil tanaman Sitompul 1995, dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh cahaya matahari. Menurut Squire 1993 diacu dalam Ardie 2006 cahaya
matahari merupakan unsur iklim yang sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Tiga faktor utama radiasi yang penting bagi tanaman
yaitu kuantitas intensitas, kualitas, dan periode lama penyinaran. Intensitas
adalah jumlah energi yang diterima tanaman pada luasan dan jangka waktu tertentu. Radiasi berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, laju transpirasi dan
periode kritis dalam pertumbuhan. Menurut Grant 1997 diacu dalam Ardie 2006 PAR dikelompokan
menjadi dua bagian berdasarkan kisaran panjang gelombang yang diserap pigmen tanaman yaitu panjang gelombang aktivitas tinggi 400
–500 nm kelompok cahaya biru, dan panjang gelombang aktif rendah 600
–700 nm kelompok cahaya merah respon fitokrom. Cahaya merah respon fitokrom aktif untuk induksi
fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas tidak termasuk sintesis klorofil, penuaan senescence daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari 500
– 600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis. Cahaya
merah jauh far-red dengan panjang gelombang 700 –800 nm juga tidak aktif
untuk fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorfogenesis. Intensitas cahaya dapat mempengaruhi proses metabolisme dalam
tanaman. Intensitas cahaya rendah pada umumnya disebabkan oleh naungan. Spesies tanaman yang memiliki habitat ternaungi shade plant memiliki laju
fotosintesis yang lebih rendah, titik kompensasi cahaya yang rendah, serta respon fotosintesisnya mencapai jenuh pada tingkat radiasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan spesies yang memiliki habitat di daerah terbuka sun plant. Nilai kejenuhan cahaya tanaman shade plant lebih rendah karena laju respirasi
pada shade plant sangat rendah, sehingga dengan sedikit saja fotosintesis netto yang dihasilkan sudah cukup membuat laju pertukaran netto CO
2
menjadi nol. Laju respirasi yang rendah menunjukkan bentuk adaptasi dasar yang
memungkinkan tanaman shade plant mampu bertahan pada lingkungan cahaya terbatas Salisbury dan Ross 1992.
Menurut Sugito 1999 intesitas cahaya mempengaruhi morfologi, anatomi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Daun tanaman yang ternaungi
akan lebih tipis dan lebar daripada daun tanaman di tempat terbuka. Daun tanaman ternaungi menjadi lebih tipis karena penerimaan cahaya matahari agar
merata sampai bagian bawah sedangkan permukaan daun lebih lebar dimaksudkan penerimaan energi cahaya matahari lebih banyak.
BAB III METODOLOGI