Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah)

(1)

PE GARUH I TE SITAS CAHAYA MATAHARI

TERHADAP PERTUMBUHA JE IS

dan

dalam TEK IK TPTI I TE SIF

(STUDI KASUS di AREAL IUPHHK HA PT. SARPATIM,

KALIMA TA TE GAH)

I DAH RIADI PUTRI

DEPARTEME SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTA A

I STITUT PERTA IA BOGOR


(2)

PE GARUH I TE SITAS CAHAYA MATAHARI

TERHADAP PERTUMBUHA JE IS

dan

dalam TEK IK TPTI I TE SIF

(STUDI KASUS di AREAL IUPHHK HA PT. SARPATIM,

KALIMA TA TE GAH)

I DAH RIADI PUTRI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEME SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTA A

I STITUT PERTA IA BOGOR


(3)

RI GKASA

Indah Riadi Putri. E 14204082. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap

Pertumbuhan Jenis dalam Sistem TPTI

Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah). Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop

Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) merupakan cara cara cara permudaan, pememeliharaan dan pemanenan tegakan atau hutan untuk menghasilkan produk tertentu dan dirancang untuk mewujudkan pengelolaan hutan alam produksi lestari.

Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman dan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.

Penelitian dilakukan pada jalur penanaman operasional dalam blok PUP RKT 2005 dan 2006, jumlah plot sebanyak 4 buah , masing masing plot terdapat 3 jalur tanam sebanyak 120 tanaman jalur dengan ukuran /plot sebesar 100m x 100m. Data primer yang dikumpulkan antara lain, tinggi total tanaman, diameter tanaman, suhu udara kering dan basah, kelembaban, intensitas cahaya pada jalur tanam, kondisi kesehatan pohon. Data sekunder yang dikumpulkan yakni peta lokasi, keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak lokasi, iklim, curah hujan, jenis tanah, topografi, data diameter dan tinggi pohon tahun sebelumnya.

Pertumbuhan diameter Shorea parvifolia plot agak curam jalur 2 memiliki riap terbesar (1.59 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 6.85 %. Sedangkan pertumbuhan diameter Shorea leprosula

plot datar jalur 2 memiliki riap terbesar (2.91 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% persen yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 16.6 %. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter Shorea leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan

Shorea parvifolia.

Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.59 cm/tahun, 140.88 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.50 cm/tahun, 247.05 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.91 cm/tahun, 217.58 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.95 cm/tahun, 289.35 cm/tahun. Selama pengamatan pertumbuhan jenis S. parvifolia dan S. leprosula, didapatkan riap diameter yang berpengaruh dari penerimaan IC matahari berturut turut adalah 1.59 cm/tahun dengan penerimaan IC 397.07 foot candle; 2.91 cm/tahun dengan penerimaan IC 278.2 footcandle.

Kata kunci : produktivitas, TPTI Intensif, Intensitas Cahaya, kelerengan, S. leprosula,


(4)

ABSTRACT

INDAH RIADI PUTRI. Effect of Light sun Intensity on the Growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula Species in the of Intensive TPTI Silvicultural System (Case Study in the Area of IUPHHK – HA of PT Sarpatim, Central Kalimantan). Under academic supervision of Dr. Ir. PRIJANTO PAMOENGKAS. MSc. F. Trop

Silvicultural system of Intensive Indonesian Selective Cutting and Planting (TPTI) comprises the techniques of regeneration, tending and harvesting of a stand or forest for producing certain products, and is designed to create sustainable management of natural production forest. In relation with that, there is a need for research on the effect of light intensity on the growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula species (meranti), to obtain information on light intensity where the growth of meranti is maximum. Such information could be used as the basis of consideration in the action of environmental manipulation on intensity of lights which enter the forest floor, to increase the growth of the two species of tree for achieving high productivity.

The research was conducted in operational planting strip in block of PUP (Permanent Measurement Plot) of RKT (Annual Working Plan) 2005 and 2006, with 4 plots, and in each plot there were 3 planting strips comprising 120 strip plants. Plot size was 100 m X 100 m. The collected primary data were among other things total height of plants, plant diameter, wet bulb and dry bulb air temperature, humidity, light intensity in the planting strip and health condition of the trees. The collected secondary data were among other things site map, general condition of the research site (which comprised site geographic position, climate, rainfall, soil type, topography), and data of the tree diameter and height of the previous years.

Diameter growth of Shorea parvifolia in plot which was rather steep of strip 2 possesed the greatest increment (1.59 cm / year) which differed significantly at 5 % level, and was affected by sunlight intensity as much as 6.85 %. On the other hand, diameter growth in level plot of strip 2 possessed the largest increment of 2.91 cm / year which differed significantly at 5 % level and was affected by sunlight intensity of 16.6 %. It could be shown that the diameter growth of Shorea leprosula was greater than that of Shorea parvifolia.

The largest increment of diameter and height of S. parvifolia were respectively 1.59 cm / year and 140.88 cm / year. The largest increment of diameter and height of

S. parvifolia were respectively 1.50 cm /year and 247.05 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.91 cm /year and 217.58 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.95 cm /year and 289.35 cm / year. During observation of S. parvifolia

and S. leprosula growth, there were diameter increments as affected by IC sunlight exposure as large as 1.59 cm / year with IC exposure of 397.07 foot candle; and 2.91 cm / year with IC exposure 278.2 foot candle.

Key words: productivity, system of intensive Indonesian Selective cutting and planting, light intensity, slope, S. leprosula, S. parvifolia,


(5)

PER YATAA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula

dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) adalah benar benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.

Bogor, April 2009

Indah Riadi Putri NRP E14204082


(6)

LEMBAR PE GESAHA

Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis

Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah)

Nama Mahasiswa : Indah Riadi Putri Nomor Pokok : E14204082

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop IP : 131 849 394

Mengetahui

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto. M, Agr IP : 131 578 788


(7)

KATA PE GA TAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB.

Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah)” ini, penulis mengkaji pertumbuhan diameter dan tinggi S. parvifolia dan S. leprosula pada berbagai macam penerimaan intensitas cahaya matahari dalam jalu tanam. Penelitian berlangsung di areal hutan produksi PT. SARPATIM Kalimantan Tengah pada bulan Maret hingga April 2008. Saya telah dibimbing dalam penulisan karya tulis ini oleh Bpk. Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas. MSc. F. Trop.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena banyaknya beberapa keterbatasan dari segi biaya, waktu dan tenaga. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini maupun untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986 sebagai anak kedua dengan kakak bernama Ivan Olivan Jandra, adik bernama Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri dari empat bersaudara pasangan Januar Rasjid dan Dra Ermi Medias. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Islam AL AZHAR 4 Kemang Pratama dan pada tahun yang sama lulus dalam tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada jurusan Budidaya Hutan (Silvikultur), Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi yaitu Forest Management Student Club (FMSC) sebagai staf dalam negeri tahun 2004 2005 dan IFSA tahun 2005 2006. Penulis melakukan praktek lapang di wilayah Baturraden, Cilacap dan praktek Getas Jawa Timur pada tahun 2007. Selain melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Teknik TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) yang dibimbing oleh Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas MSc.F.Trop


(9)

UCAPA TERIMAKASIH

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kasih sayangnya sehingga laporan tugas akhir ini dapat tersusun dengan lancar dan baik. Judul tugas akhir ini adalah Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Jenis S. parvifolia dan S. leprosula dalam Sistem TPTI Intensif di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah.

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan mulai dari pelaksanaan tugas akhir hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini.

2. Ayahanda (Januar Rasjid), Ibunda (Dra Ermi Medias), Kakak (Ivan Olivan Jandra), kedua adik (Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri) dan Adhi Surya Perdana, A.Md yang telah banyak memberikan dorongan semangat, motivasi baik secara moral/ materi hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini maupun lainnya dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For. Sc, selaku orang tua Silvikultur yang telah banyak memberikan nasihatnya serta dukungan moral hingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik serta menyusun laporan tugas akhir ini.

4. Bapak Yana dan Ibu Neneng, selaku pemberi surat dari Kantor pusat PT. SARPATIM Jakarta yang telah memberikan rekomendasi ijin tugas akhir di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah.

5. Bapak Manager PT. SARPATIM sebagai pemberi ijin pelaksanaan tugas akhir 6. Bapak Eva sebagai koordinator bidang SILIN PT. SARPATIM, selaku pemberi

surat rekomendasi ijin pelaksanaan tugas akhir di areal PT. SARPATIM.

7. Bapak Poltak sebagai koordinator bidang LITBANG, selaku petunjuk wilayah di areal PT. SARPATIM dan pemberi masukan dalam pelaksanaan di lapangan . 8. Bapak Susul, Bpk Johar, Bpk. Willy, Bpk. Fajar, Bpk. Supit, Bpk. Mahfudz,

Bpk. Hany De Fretes, Mas Iqbal, selaku Koordinator di PT. SARPATIM dan Bpk. Bambang (Wana Aksara) yang telah banyak membina dan menuntun dalam pendataan laporan tugas akhir ini.


(10)

9. Bpk. Karno, Mas Herman, Mas Ketes, Mas Adi , Mas Dani, Mas Ma’Ruf, Mas Oka, Bpk. Suyitno, Bpk. Marsito, Bpk. Purwanto, Mba Isti, Mba Poppy, Mba Ana, Mba Dian, selaku staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi ataupun membantu dalam pengambilan data di lapangan untuk laporan tugas akhir ini.

10. Seluruh staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan semangat, dukungan dalam terselesaikannya pelaksanaan pendataan primer maupun sekunder untuk laporan tugas akhir ini.

11. Seluruh rekan seperjuangan di PT. SARPATIM (Gita, Arif, Ipul, Adon, Arman, Jarot, Rika, Popon, Bon Bon) yang telah banyak membantu dalam pengambilan data primer di lapangan untuk laporan tugas akhir ini.

12. Mba Rina yang telah membantu proses pendataan dalam laporan tugas akhir ini. 13. Seluruh keluarga besar Budidaya Hutan 2004 2008 (Silvikultur) yang telah

banyak membantu dan memberikan suatu nilai berharga dalam menjalani proses belajar selama di Fakultas Kehutanan IPB, kenangan kalian tidak dapat terlupakan dalam perjalanan karier ke depan.

14. Seluruh sahabat dan teman teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak memberikan bantuan masukan, dorongan motivasi/materi dan semangat hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini “Saya selalu mengingat budi baik kalian semua”

Semoga Allah Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin.

Penulis mengharapkan kritik dan saran, guna perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya yang ingin belajar dan terus berusaha pantang menyerah.

Bogor, April 2009 Penulis


(11)

PE GARUH I TE SITAS CAHAYA MATAHARI

TERHADAP PERTUMBUHA JE IS

dan

dalam TEK IK TPTI I TE SIF

(STUDI KASUS di AREAL IUPHHK HA PT. SARPATIM,

KALIMA TA TE GAH)

I DAH RIADI PUTRI

DEPARTEME SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTA A

I STITUT PERTA IA BOGOR


(12)

PE GARUH I TE SITAS CAHAYA MATAHARI

TERHADAP PERTUMBUHA JE IS

dan

dalam TEK IK TPTI I TE SIF

(STUDI KASUS di AREAL IUPHHK HA PT. SARPATIM,

KALIMA TA TE GAH)

I DAH RIADI PUTRI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEME SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTA A

I STITUT PERTA IA BOGOR


(13)

RI GKASA

Indah Riadi Putri. E 14204082. Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap

Pertumbuhan Jenis dalam Sistem TPTI

Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah). Dibawah Bimbingan Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop

Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) merupakan cara cara cara permudaan, pememeliharaan dan pemanenan tegakan atau hutan untuk menghasilkan produk tertentu dan dirancang untuk mewujudkan pengelolaan hutan alam produksi lestari.

Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman dan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.

Penelitian dilakukan pada jalur penanaman operasional dalam blok PUP RKT 2005 dan 2006, jumlah plot sebanyak 4 buah , masing masing plot terdapat 3 jalur tanam sebanyak 120 tanaman jalur dengan ukuran /plot sebesar 100m x 100m. Data primer yang dikumpulkan antara lain, tinggi total tanaman, diameter tanaman, suhu udara kering dan basah, kelembaban, intensitas cahaya pada jalur tanam, kondisi kesehatan pohon. Data sekunder yang dikumpulkan yakni peta lokasi, keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak lokasi, iklim, curah hujan, jenis tanah, topografi, data diameter dan tinggi pohon tahun sebelumnya.

Pertumbuhan diameter Shorea parvifolia plot agak curam jalur 2 memiliki riap terbesar (1.59 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 6.85 %. Sedangkan pertumbuhan diameter Shorea leprosula

plot datar jalur 2 memiliki riap terbesar (2.91 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% persen yang dipengaruhi intensitas cahaya matahari sebesar 16.6 %. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter Shorea leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan

Shorea parvifolia.

Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.59 cm/tahun, 140.88 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. parvifolia yaitu 1.50 cm/tahun, 247.05 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.91 cm/tahun, 217.58 cm/tahun. Riap diameter dan tinggi terbesar S. leprosula yaitu 2.95 cm/tahun, 289.35 cm/tahun. Selama pengamatan pertumbuhan jenis S. parvifolia dan S. leprosula, didapatkan riap diameter yang berpengaruh dari penerimaan IC matahari berturut turut adalah 1.59 cm/tahun dengan penerimaan IC 397.07 foot candle; 2.91 cm/tahun dengan penerimaan IC 278.2 footcandle.

Kata kunci : produktivitas, TPTI Intensif, Intensitas Cahaya, kelerengan, S. leprosula,


(14)

ABSTRACT

INDAH RIADI PUTRI. Effect of Light sun Intensity on the Growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula Species in the of Intensive TPTI Silvicultural System (Case Study in the Area of IUPHHK – HA of PT Sarpatim, Central Kalimantan). Under academic supervision of Dr. Ir. PRIJANTO PAMOENGKAS. MSc. F. Trop

Silvicultural system of Intensive Indonesian Selective Cutting and Planting (TPTI) comprises the techniques of regeneration, tending and harvesting of a stand or forest for producing certain products, and is designed to create sustainable management of natural production forest. In relation with that, there is a need for research on the effect of light intensity on the growth of Shorea parvifolia and Shorea leprosula species (meranti), to obtain information on light intensity where the growth of meranti is maximum. Such information could be used as the basis of consideration in the action of environmental manipulation on intensity of lights which enter the forest floor, to increase the growth of the two species of tree for achieving high productivity.

The research was conducted in operational planting strip in block of PUP (Permanent Measurement Plot) of RKT (Annual Working Plan) 2005 and 2006, with 4 plots, and in each plot there were 3 planting strips comprising 120 strip plants. Plot size was 100 m X 100 m. The collected primary data were among other things total height of plants, plant diameter, wet bulb and dry bulb air temperature, humidity, light intensity in the planting strip and health condition of the trees. The collected secondary data were among other things site map, general condition of the research site (which comprised site geographic position, climate, rainfall, soil type, topography), and data of the tree diameter and height of the previous years.

Diameter growth of Shorea parvifolia in plot which was rather steep of strip 2 possesed the greatest increment (1.59 cm / year) which differed significantly at 5 % level, and was affected by sunlight intensity as much as 6.85 %. On the other hand, diameter growth in level plot of strip 2 possessed the largest increment of 2.91 cm / year which differed significantly at 5 % level and was affected by sunlight intensity of 16.6 %. It could be shown that the diameter growth of Shorea leprosula was greater than that of Shorea parvifolia.

The largest increment of diameter and height of S. parvifolia were respectively 1.59 cm / year and 140.88 cm / year. The largest increment of diameter and height of

S. parvifolia were respectively 1.50 cm /year and 247.05 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.91 cm /year and 217.58 cm / year. The largest increment of diameter and height of S. leprosula were respectively 2.95 cm /year and 289.35 cm / year. During observation of S. parvifolia

and S. leprosula growth, there were diameter increments as affected by IC sunlight exposure as large as 1.59 cm / year with IC exposure of 397.07 foot candle; and 2.91 cm / year with IC exposure 278.2 foot candle.

Key words: productivity, system of intensive Indonesian Selective cutting and planting, light intensity, slope, S. leprosula, S. parvifolia,


(15)

PER YATAA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula

dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) adalah benar benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.

Bogor, April 2009

Indah Riadi Putri NRP E14204082


(16)

LEMBAR PE GESAHA

Judul : Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis

Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah)

Nama Mahasiswa : Indah Riadi Putri Nomor Pokok : E14204082

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc. F.Trop IP : 131 849 394

Mengetahui

Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto. M, Agr IP : 131 578 788


(17)

KATA PE GA TAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penulisan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB.

Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Sistem TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah)” ini, penulis mengkaji pertumbuhan diameter dan tinggi S. parvifolia dan S. leprosula pada berbagai macam penerimaan intensitas cahaya matahari dalam jalu tanam. Penelitian berlangsung di areal hutan produksi PT. SARPATIM Kalimantan Tengah pada bulan Maret hingga April 2008. Saya telah dibimbing dalam penulisan karya tulis ini oleh Bpk. Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas. MSc. F. Trop.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena banyaknya beberapa keterbatasan dari segi biaya, waktu dan tenaga. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna perbaikan skripsi ini maupun untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 1986 sebagai anak kedua dengan kakak bernama Ivan Olivan Jandra, adik bernama Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri dari empat bersaudara pasangan Januar Rasjid dan Dra Ermi Medias. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Islam AL AZHAR 4 Kemang Pratama dan pada tahun yang sama lulus dalam tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada jurusan Budidaya Hutan (Silvikultur), Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi yaitu Forest Management Student Club (FMSC) sebagai staf dalam negeri tahun 2004 2005 dan IFSA tahun 2005 2006. Penulis melakukan praktek lapang di wilayah Baturraden, Cilacap dan praktek Getas Jawa Timur pada tahun 2007. Selain melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam Teknik TPTI Intensif (Studi Kasus di Areal IUPHHK HA PT. SARPATIM, Kalimantan Tengah) yang dibimbing oleh Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas MSc.F.Trop


(19)

UCAPA TERIMAKASIH

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan kasih sayangnya sehingga laporan tugas akhir ini dapat tersusun dengan lancar dan baik. Judul tugas akhir ini adalah Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Jenis S. parvifolia dan S. leprosula dalam Sistem TPTI Intensif di Areal IUPHHK HA PT. Sarpatim, Kalimantan Tengah.

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Prijanto Pamoengkas, MSc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan mulai dari pelaksanaan tugas akhir hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini.

2. Ayahanda (Januar Rasjid), Ibunda (Dra Ermi Medias), Kakak (Ivan Olivan Jandra), kedua adik (Ryan Eryandez dan Vindi Eryandwi Putri) dan Adhi Surya Perdana, A.Md yang telah banyak memberikan dorongan semangat, motivasi baik secara moral/ materi hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini maupun lainnya dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For. Sc, selaku orang tua Silvikultur yang telah banyak memberikan nasihatnya serta dukungan moral hingga saya dapat menyelesaikan studi dengan baik serta menyusun laporan tugas akhir ini.

4. Bapak Yana dan Ibu Neneng, selaku pemberi surat dari Kantor pusat PT. SARPATIM Jakarta yang telah memberikan rekomendasi ijin tugas akhir di areal PT. SARPATIM Kalimantan Tengah.

5. Bapak Manager PT. SARPATIM sebagai pemberi ijin pelaksanaan tugas akhir 6. Bapak Eva sebagai koordinator bidang SILIN PT. SARPATIM, selaku pemberi

surat rekomendasi ijin pelaksanaan tugas akhir di areal PT. SARPATIM.

7. Bapak Poltak sebagai koordinator bidang LITBANG, selaku petunjuk wilayah di areal PT. SARPATIM dan pemberi masukan dalam pelaksanaan di lapangan . 8. Bapak Susul, Bpk Johar, Bpk. Willy, Bpk. Fajar, Bpk. Supit, Bpk. Mahfudz,

Bpk. Hany De Fretes, Mas Iqbal, selaku Koordinator di PT. SARPATIM dan Bpk. Bambang (Wana Aksara) yang telah banyak membina dan menuntun dalam pendataan laporan tugas akhir ini.


(20)

9. Bpk. Karno, Mas Herman, Mas Ketes, Mas Adi , Mas Dani, Mas Ma’Ruf, Mas Oka, Bpk. Suyitno, Bpk. Marsito, Bpk. Purwanto, Mba Isti, Mba Poppy, Mba Ana, Mba Dian, selaku staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi ataupun membantu dalam pengambilan data di lapangan untuk laporan tugas akhir ini.

10. Seluruh staf di PT. SARPATIM yang telah banyak memberikan semangat, dukungan dalam terselesaikannya pelaksanaan pendataan primer maupun sekunder untuk laporan tugas akhir ini.

11. Seluruh rekan seperjuangan di PT. SARPATIM (Gita, Arif, Ipul, Adon, Arman, Jarot, Rika, Popon, Bon Bon) yang telah banyak membantu dalam pengambilan data primer di lapangan untuk laporan tugas akhir ini.

12. Mba Rina yang telah membantu proses pendataan dalam laporan tugas akhir ini. 13. Seluruh keluarga besar Budidaya Hutan 2004 2008 (Silvikultur) yang telah

banyak membantu dan memberikan suatu nilai berharga dalam menjalani proses belajar selama di Fakultas Kehutanan IPB, kenangan kalian tidak dapat terlupakan dalam perjalanan karier ke depan.

14. Seluruh sahabat dan teman teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak memberikan bantuan masukan, dorongan motivasi/materi dan semangat hingga tersusunnya laporan tugas akhir ini “Saya selalu mengingat budi baik kalian semua”

Semoga Allah Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua amin.

Penulis mengharapkan kritik dan saran, guna perbaikan pada penulisan selanjutnya. Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya yang ingin belajar dan terus berusaha pantang menyerah.

Bogor, April 2009 Penulis


(21)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shorea leprosula... 3

2.2 Shorea parvifolia... 3

2.3 Faktor tempat tumbuh ... 4

2.4 Pertumbuhan ... 5

2.5 Intensitas Cahaya ... 6

2.6 Fotosintesis ... 8

BAB III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu

...

10

3.2 Bahan dan Alat ... 10

3.3 Metode Penelitian ... 10

3.4 Cara Pengumpulan Data...12

3.5 Analisa Data... 12

BAB IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak, Luas Areal dan administratif... 14

4.2 Topografi, Geologi dan Jenis Tanah... 14

4.3 Hidrologi dan Iklim ... .15

4.4 Kondisi Vegetasi Hutan ... .15

4.5 Tanaman Komersil TPTII ... .16

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... 18

5.1.1 Pertumbuhan Shorea parvifolia ... 18

5.1.2 Pertumbuhan Shorea leprosula ... 19


(22)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(23)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Persentase luas areal IUPHHK/HA PT. Sarmeinto Parakantja Timber berdasarkan kelas lereng ... ...11 2. Rata rata riap Diameter dan riap tinggi S. parvifolia pada umur 2.5 tahun ... 19 3. Rata rata riap Diameter dan riap tinggi S. leprosula pada umur 2.5 tahun ... 21 4. Persentase Penerimaan Intensitas Cahaya Matahari dan Penutupan Tajuk Shorea


(24)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Plot Pengukuran Diameter, Tinggi, Intensitas Cahaya, Suhu Basah, Suhu Kering, Kelerengan ... 11 2. Grafik hubungan antara rata rata riap diameter S. parvifolia umur 2.5 tahun dengan

intensitas cahaya pada kondisi agak curam... 19 3. Grafik hubungan antara rata rata riap diameter S. leprosula umur 2.5 tahun dengan


(25)

DAFTAR LAMPIRA

No. Halaman

1. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 1 ... 35 2. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 2 ... 36 3. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Agak Curam Pada Jalur 3 ... 37 4. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 1 ... 38 5. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 2 ... 39 6. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Datar Pada Jalur 3 ... 40 7. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 1 ... 41 8. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 2 ... 42 9. Riap Diameter dan Tinggi S. parvifolia Datar Pada Jalur 3 ... 43 10. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 1 ... 44 11. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 2 ... 45 12. Riap Diameter dan Tinggi S. leprosula Agak Curam Pada Jalur 3 ... 46 13. Rata Rata Intensitas Cahaya 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula

pada kondisi Agak Curam atau Datar ... 48 15. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 1 ... 50 16. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 2 ... 52 17. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Agak Curam Jalur 3 ... 54 18. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 1 ... 56 19. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 2 ... 58 20. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Datar Jalur 3 ... 60 21. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 1 ... 62


(26)

22. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 2 ... 64 23. Persentase Penutupan Tajuk Shorea parvifolia Datar Jalur 3 ... 66 24. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 1 ... 68 25. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 2 ... 70 26. Persentase Penutupan Tajuk Shorea leprosula Agak Curam Jalur 3 ... 72 27. Rata Rata Suhu 5 Hari Plot Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada kondisi

Agak Curam atau Datar ... 74 28. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Agak Curam

... 76 29. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi

Datar54 ... 84 30. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea parvifolia pada kondisi Datar 92 31. Perhitungan Analisis Uji Duncan Plot Shorea leprosula pada kondisi Agak Curam


(27)

BAB I

PE DAHULUA

1.1 Latar Belakang

Dalam pengelolaan hutan alam produksi, suatu nilai ekologis dan nilai ekonomis harus diusahakan demi terciptanya Sustainableyield principle dimana sustainable yield principle didukung oleh produktifitas yang tinggi. Pada produktifitas yang tinggi haruslah dapat memperhatikan faktor genetik dan lingkungan yang baik. Salah satu tolak ukur produktifitas ialah pertumbuhan tanaman.

Sistem TPTII adalah silvikultur hutan alam produksi yang mengharuskan adanya tanaman pengayaan pada areal pasca penebangan secara jalur, yaitu 20 meter antar jalur dan 2,5 meter dalam jalur tanam. Salah satu keunggulan dari TPTII ini adalah dilakukan bina pilih pada pohon inti tertentu, pemeliharaan tanaman pengayaan dan manipulasi lingkungan (penutupan tajuk atau pemulihan tanah subur) sehingga mendapatkan produktifitas riap kayu yang tinggi dimana manipulasi lingkungan ini salah satunya adalah pembuatan lebar jalur yang optimal pada pertumbuhan pohon jenis tertentu.

Melihat sifat dari jenis meranti merah (Shorea parvifolia dan Shorea leprosula) yaitu jenis yang cepat tumbuh pada tumbuhan lokal Kalimantan dan memiliki struktur batang pohon yang lurus dan silindris sehingga jenis ini banyak digunakan dalam produksi kayu lapis, kayu furniture, maupun kayu pertukangan. Dari permintaan ini maka penanaman kembali jenis meranti merah agar harus dikayakan.

Berkaitan dengan nilai produksi kayu komersial, sebagai tolak ukur utama dalam produktifitas pohon yang disebut riap. TPTII dapat dipandang sebagai salah satu alternatif pengelolaan hutan alam bekas tebang. Meskipun masih dalam tahap uji coba, namun dibeberapa HPH pelaksanaan TPTII seperti HPH Sari Bumi Kusuma (SBK), HPH Erna Juliawati, dan HPH Suka Jaya Makmur, terdapat adanya pertambahan riap tanaman terhadap jenis meranti yang memuaskan yaitu sebesar ± 2 cm/tahun.

Pertumbuhan jenis meranti dalam sistem TPTII, sangat dipengaruhi oleh kondisi cahaya. Manaker (1981) menyatakan bahwa jika intensitas cahaya terlalu rendah akan menyebabkan daun menguning dan gugur, sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan menyebabkan daunnya terbakar; keriting; serta warnanya pudar. Maka


(28)

perbaikan lingkungan areal penanaman TPTII yang berbentuk jalur perlu mendapat perhatian yang lebih baik. Pertumbuhan jenis meranti termasuk ke dalam gap opportunist, sehingga kontrol cahaya meranti dalam jalur tanaman diperlukan.

Dengan adanya pengaturan kontrol cahaya maka diharapkan pertumbuhan

Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dalam penanaman jalur lebih diperhatikan dengan tidak mengesampingkan faktor faktor kondisi lingkungan lainnya. Sehingga masing masing pertumbuhan jenis meranti ini dapat mencapai pertumbuhan yang optimal.

Berkaitan dengan hal tersebut maka penelitian mengenai pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula perlu dilakukan untuk mengetahui intensitas cahaya dimana pertumbuhan meranti maksimal. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai kajian tindakan dalam manipulasi lingkungan terhadap intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan, agar dapat meningkatkan pertumbuhan kedua jenis tanaman dan mencapai tingkat produktifitas yang tinggi.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pertumbuhan tinggi, diameter pada jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula pada umur 2,5 tahun.

2. Intensitas cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai bentuk informasi lapangan mengenai riap maksimal bagi beberapa jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula dengan intensitas cahaya tertentu.


(29)

BAB II

TI JAUA PUSTAKA

2.1

Shorea leprosula merupakan salah satu jenis asli Kalimantan yang dikenal dengan nama meranti merah (Red meranti). Pohonnya besar mencapai tinggi 60 m, tajuk besar, batang lurus, silinder. Tajuk lebar, berbentuk payung dengan ciri berwarna coklat kekuning kuningan. Permukaan daun bagian bawah bersisik seperti krim, tangkai utama urat daun dikelilingi domatia terutama pada pohon muda, sedang urat daun tersier rapat seperti tangga. Bunga kecil dengan mahkota kuning pucat, helai mahkota sempit dan melengkung ke dalam seperti tangan menggenggam, fruiting calix dengan tiga sayap yang lebih panjang dan dua sayap lebih pendek. Panjang sayap 5 – 6.7 x 1 1.4 cm, sayap pendek 1.9 – 2.5 x 0.15 0.25 cm; buah 12 14 x 7 9 mm (Anonim).

Semai mempunyai cabang dan petiole agak jarang. Stipule 0.5x0.1x0.2 cm, oblong, petiole 0.7 cm. Daun oblong lanceolate 9 12.7 x 4 5.6 cm, berangsur angsur meruncing, pangkal daun membulat. Biasanya dijumpai di hutan dipterokarpa dataran rendah dibawah 700 m menempati ruang terbuka di hutan yang mengalami gangguan. Tumbuh pada berbagai jenis tanah tetapi tidak toleran terhadap genangan. Curah hujan 1500 3500 mm pertahun, dan musim kemarau pendek perlu untuk pertumbuhan dan regenerasi. Jarang ditemukan di punggung bukit, dari percobaan penanaman menunjukkan pertumbuhan di kaki bukit lebih baik dibanding puncak bukit, menurut daftar IUCN tergolong langka (Anonim).

2.2

Shorea parvifolia sering disebut Meranti Sabut, Meranti sarang Punai, Kantoi Burung (Kalimantan Barat); Abang Gunung (Kalimantan Timur). Penyebarannya Sumatra, Kalimantan, Peninsula Malaysia, Thailand pada hutan dipterocarps, jenis tanah liat di bawah 800 m d.p.l. Pohon Raksasa tinggi mencapai 65 m; tajuk besar, terbuka. Berbatang lurus, silindris, mencapai diameter 200 cm; banir besar, mencapai tinggi 4 m (Rudjiman dan Andriyani, 2002). Daunnya alternate, petiole 0.6 1.5 cm.


(30)

Ujung daun kulminasi acuminate. dasar daun membulat, atau sub cordate; permukaan atas halus bila disentuh. Tulang daun sekunder 9 13 pasangan pada masing masing sisi. Bunganya kecil; daun bunga merah muda pada dasar; stamen 15; kelopak fruiting dengan tiga lebih panjang dan dua sayap lebih pendek; panjang sayap sayap 6 9 x 1 1.5 cm, sayap sayap pendek 1.4 1.8 x 0.15 0.2 cm, buah 9 16 x 7 9 mm. Semai Stipule semi$persistent. Oblong ke ovate tetapi tidak beraturan bentuknya 0.5 x 0.3 cm, petiole 0.4 0.5 cm. Meranti ini dikategorikan dalam jenis Meranti Merah bersama sama dengan Shorea leprosula. Meranti merah terdiri dari pohon besar dan berbanir besar. Batang merekah atau bersisik, pada umumnya berdamar. Kulit luar tebal, kulit dalam juga tebal, berurat urat, warnanya merah atau kemerah merahan, gubalnya kuning pucat. Isi kayu berwarna merah (Anonim).

2.3 Faktor tempat tumbuh

Faktor faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi faktor faktor yang berpengaruh secara langsung dan faktor faktor yang berpengaruh secara tidak langsung. Faktor faktor yang berpengaruh secara langsung misalnya radiasi matahari, kelembaban, dan air tanah. Faktor faktor yang berpengaruh secara tidak langsung misalnya lereng dan flora serta fauna yang mempengaruhi vegetasi hutan, terutama efeknya terhadap faktor faktor yang berpengaruh secara langsung. Faktor faktor tempat tumbuh dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu faktor klimatis, faktor fisiografis, faktor edafis, dan faktor biotis (Soekotjo 1976).

Faktor klimatis adalah faktor faktor yang berhubungan dengan keadaan atmosfer yang berpengaruh terhadap kehidupan tanaman. Pengaruh faktor ini dapat terasa secara regional maupun lokal. Keadaan atmosfer yang menentukan iklim regional dan lokal terutama berhubungan dengan temperatur, air, dan cahaya. Faktor faktor yang menentukan ini adalah radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara dan presipitasi, serta dapat ditambahkan pula, angin dan petir (Soekotjo 1976).

Ketinggian tempat sangat mempengaruhi iklim, terutama curah hujan dan suhu udara. Curah hujan berkorelasi positif dengan ketinggian, sedangkan suhu udara berkorelasi negatif. Wilayah pegunungan, dimana curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah, kecepatan penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan


(31)

lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat. Karena itu di daerah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah (Djayadiningrat 1990).

Menurut Rochidayat dan Sukowi (1979) dalam Sulistyono (1995) tinggi tempat berpengaruh terhadap suhu udara dan intensitas cahaya. Suhu dan intensitas cahaya akan semakin kecil dengan semakin tingginya tempat tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya penyerapan (absorbsi) dari udara. Berkurangnya suhu dan intensitas cahaya dapat mengahambat pertumbuhan karena proses fotosintesis terganggu. Pengaruh tinggi tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung, artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tumbuh pohon terhadap suhu, kelembaban, oksigen di udara, dan keadaan tanah.

2.4 Pertumbuhan

Pertumbuhan pohon sangat ditentukan oleh tiga faktor yaitu genetik, lingkungan, dan teknik budidaya (silvikultur). Faktor faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai faktor eksternal (tanah, iklim, api, pencemaran dan faktor biotik), dan faktor internal (hormon, keseimbangan air, dan genetik). Diantara komponen iklim, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon adalah suhu, cahaya, angin dan hujan (Lambers dan Pons 1998).

Laju pertumbuhan pohon tropis biasanya diukur dengan perubahan dimensi, berdasarkan lingkar batang atau diameter. Pohon tropis dapat lebih mudah diukur dan akurat dengan pengukuran pertumbuhan rata rata yang dimulai dari pengukuran awal (Gardner et al. 1991).

Perkembangan diameter pohon terjadi karena pertumbuhan xilem dan floem sekunder yang berkembang dari jaringan meristem sekunder. Penebalan batang dimulai setelah meristem apikal berkembang menjadi tiga lapis silinder jaringan yaitu epidermis, jaringan dasar, dan sistem vaskular. Pertumbuhan sekunder melibatkan sel sel pada dua macam meristem yaitu kambium vascular dan kambium gabus. Kambium vaskular terdiri dari sel sel meristem lateral yang aktif membelah dan berada di antara xilem dan floem primer. Kambium vascular mampu membelah dalam dua arah. Sel sel


(32)

yang dibentuk ke arah luar akan berkembang menjadi floem sekunder, sedangkan sel sel yang dibentuk kearah dalam membentuk xilem sekunder. Dalam pembelahannya kambium vascular menghasilkan sel xilem lebih banyak daripada sel floem. Sel sel xilem sekunder yang dibentuk dari hasil pembelahan merupakan penyusun kayu. Sementara jaringan floem sekunder yang terbentuk akan menggantikan sel sel epidermis dan korteks yang akan terkelupas secara kontinyu (Gardner et al. 1991).

Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperature dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. (Suhardi et al. 1995).

2.5 Intensitas Cahaya

Secara langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses fotosintesis, pembukaan stomata dan sintesis klorofil, sedangkan pengaruhnya terhadap pembesaran dan differensiasi sel terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman dan ukuran serta struktur daun dan batang (Kramer dan Kozlowski 1960).

Menurut Bey dan Las (1991), mekanisme pengaruh radiasi surya pada tanaman terdiri atas : a. foto energi (fotosintesis) dan foto stimuls yang terdiri atas proses pergerakan dan proses pembentukan (klorofil, pigmen, perluasan daun, pertunasan dan pembungaan).

Spektrum cahaya tampak adalah spektrum yang dapat membangkitkan proses fotosintesis yaitu pada spektrum PAR (Photosynthetic Active Radiation) atau energi cahaya tampak. Di dalam proses fotosintesis radiasi spektrum PAR diubah dari energi fisika menjadi energi kimia organik dan disimpan ke dalam gugus (CH2O)n atau karbohidrat di dalam sel organ (Nasir 2001). Spektrum ini biasa kita sebut dengan cahaya.


(33)

Reaksi cahaya dalam fotosintesis merupakan akibat langsung penyerapan foton oleh molekul molekul pigmen seperti klorofil. Tidak seluruh foton memiliki tingkat energi yang cocok untuk menggiatkan pigmen daun. Pada kisaran di atas 760 nm foton tidak memiliki cukup energi dan dibawah 390 nm foton (bila diserap oleh daun) memiliki terlalu banyak energi, menyebabkan ionisasi dan kerusakan pigmen. Hanya foton yang mempunyai panjang gelombang antara 390 dan 760 nm (cahaya tampak) memiliki energi yang cocok untuk proses fotosintesis (Gardner 1991 diacu dalam Rudiyana 2000).

Cahaya merah 600 700nm (respon fitokrom) aktif untuk induksi fotoperiodisitas pembungaan, perkembangan kloroplas (tidak termasuk sintesis klorofil), penuaan (senescence) daun dan absisi daun. Sedangkan PAR dari 500 600 nm, kelompok cahaya hijau, tergolong tidak aktif untuk fotosintesis. Cahaya merah jauh dengan panjang gelombang 700 800 nm juga tidak aktif untuk fotosintesis tetapi banyak mempengaruhi fotomorgenesis (Grant 1977). Menurut Salibusry dan Ross (1992); Grant (1997), cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek akan menghasilkan energi foton yang lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang lebih panjang. Adanya naungan dapat menyebabkan rendahnya foton yang dapat diserap (Neff, Frankhauser dan Chory 2000).

Faktor radiasi surya yang berkolerasi dengan temperature berpengaruh terhadap mekanisme stomata. Apabila cahaya dalam keadaan terang dan temperature tinggi, akan mengakibatkan membukanya stomata, sebaliknya bila keadaan gelap dan temperature rendah mengakibatkan menutupnya stomata (Abidin, 1991).

Menurut Nicholson (1964) (dalam Whitemore 1975), keadaan terbuka menguntungkan bagi pertumbuhan bibit jenis jenis Dipterocarpaceae, asalkan suhu dan kelembaban tanah tidak menjadi faktor pembatas. Secara tidak langsung intensitas cahaya mempengaruhi pertumbuhan melalui proses transpirasi (Daubenmire 1970).

Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik di tempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/naungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan


(34)

menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi (Soekotjo1976 dalam Faridah 1995).

Sebagian dari jenis jenis dipterocarpaceae terutama untuk jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi atau tenggelam dalam air atau sebagian lagi tergolong jenis semi toleran atau gap opportunist yaitu jenis jenis yang memiliki kayu terapung atau berat jenis rendah. Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhannya diwaktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 85 % dari cahaya total. Untuk jenis jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 3 meter. Sedangkan untuk jenis jenis toleran lebih lama lagi yaitu 5 – 8 tahun. Sangat sedikit jenis yang tergolong intoleran antara lain Shorea concorta (Rasyid H. A. dkk 1991).

Mayer dan Anderson (1952) dalam Simarangkir (2000) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan, yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari.

Radiasi dari matahari diserap oleh bermacam gas, uap dan debu dalam atmosfer dengan berbagai tingkatan sebelum mencapai bumi. Cahaya yang mengenai daun sebagian diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi diteruskan melalui daun itu. Besarnya yang diserap oleh bagian bagian daun yang berpigmen akan bergantung kepada struktur daun dan faktor faktor lain, tetapi dapat mencapai 50 persen dari energi matahari yang mengenai daun. Hanyalah radiasi yang diserap yang dapat memberikan energi untuk fotosintesis (Botani Umum 2).

2.6 Fotosintesis

Tourney dan Korstia (1974) dalam Simarangkir (2000) mengemukakan pertumbuhan diameter tanaman berhubungan erat dengan laju fotosintesis akan sebanding dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang diterima dan respirasi. Akan tetapi pada titik jenuh cahaya, tanaman tidak mampu menambah hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah. Selain itu produk fotosintesis sebanding dengan total luas daun aktif yang dapat melakukan fotosintesis.


(35)

Peralatan fotosíntesis tumbuhan adalah kloroplas, yang terdiri dari dua bagian pokok yaitu : (1) lamela (membran), terdiri dari lamela stroma (lamela ganda) dan lamela grana (lamela bertumpuk), yang keduanya merupakan bagian pekat berisi pigmen pigmen fotosíntesis ; (2) bagian cair yang kurang padat tempat terjadinya reduksi karbondioksida (reaksi gelap), perubahan energi cahaya menjadi energi kimia (fotofosforilasi) terjadi di dalam lamela (Gardner 1991).

Organ utama fotosíntesis pada tumbuhan tingkat tinggi adalah daun. Sebagian besar pertukaran gas dalam daun terjadi melalui stomata. Pada permukaan daun terdapat banyak stomata (12 28 stomata/mm) yang memungkinkan terjadinya difusi CO2 secara maksimum ke dalam daun pada saat stomata terbuka. Sel sel pengawal yang mengelilingi stomata mengendalikan pembukaan dan penutupan stomata (Gardner 1991).

Fungsi utama daun adalah menjalankan síntesis senyawa senyawa organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan, suatu proses yang dikenal sebagai fotosíntesis. Proses pengubahan energi berlangsung dalam organel sel yang disebut kloroplas (Fahn 1991).

Fotosintesis dipengaruhi oleh laju translokasi hasil fotosinesis (fotosintat dalam bentuk sukrosa) dari daun ke organ organ penampung yang berfungsi sebagai lumbung. Perlakuan pemotongan organ seperti umbi, biji, atau buah yang sedang membesar dapat menghambat laju fotosintesis untuk beberapa hari, terutama untuk daun yang berdekatan dengan organ yang dibuang tersebut. Tumbuhan dengan laju fotointesis yang tinggi, juga memiliki laju translokasi fotosintat yang tinggi (Lakitan 1993).


(36)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu

Lokasi penelitian terletak di areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam(IUPHHK HA) PT. Sarmiento Parakantja Timber (Sarpatim) Propinsi Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di areal TPTI Intensif dalam blok RKT 2005 2006 pada jenis Shorea parvifolia dan Shorea leprosula umur 2,5 tahun. Pengamatan dan pengukuran data lapangan dilakukan pada bulan Maret dan April 2008.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman Meranti yaitu

Shorea parvifolia dan Shorea leprosula yang berumur 2,5 tahun. Layout penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian meliputi:

1. haga/ stick, 5. suhu basah dan kering,

2. caliper , 6. alat tulis,

3. luxmeter, 7. tally sheet,

4. stopwatch/ jam, 8. kompas.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada jalur penanaman operasional dalam blok PUP RKT 2005 dan 2006, jumlah plot sebanyak 4 buah , masing masing plot terdapat 3 jalur tanam sebanyak 120 tanaman jalur dengan ukuran /plot sebesar 100m x 100m.

Data primer yang dikumpulkan antara lain : 1. Tinggi total tanaman,

2. Diameter tanaman,

3. Suhu udara kering dan basah, kelembaban, 4. Intensitas cahaya pada jalur tanam,


(37)

6. Penutupan tajuk pada jalur tanam.

Gambar 1 Plot Pengukuran Diameter, Tinggi, Intensitas Cahaya, Suhu basah, Suhu Kering, Kelerengan

Keterangan : a = lebar jalur tanam (3 m) b = jarak antar jalur tanam (20 m) c = jalur antara (17 m)

d = jarak antar tanam dalam jalur (2,5 m)

e = pengukuran intensitas cahaya matahari dan kelembaban

Data sekunder yang dikumpulkan adalah : 1. Peta lokasi,

2. Keadaan umum lokasi penelitian yang meliputi letak lokasi, iklim, curah hujan, jenis tanah, topografi.

3. Data diameter dan tinggi pohon tahun sebelumnya. c

d

e

a b


(38)

3.4 Cara Pengumpulan Data

Pada empat plot terpilih dilakukan pelaksanan pengukuran pada masing masing jalur tanam. Parameter yang diamati dalam jalur tersebut, antara lain :

1. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan stick dan haga, pada waktu sebelum melakukan pengukuran intensitas cahaya dan suhu. 2. Diameter tanaman

Pengukuran diameter tanaman dilakukan dengan menggunakan jangka sorong, tepat berada diameter setinggi dada (Dbh=130 cm). Pengukuran dilakukan pada waktu sebelum melakukan pengukuran intensitas cahaya dan suhu.

3. Pengukuran Intensitas Cahaya Matahari

Pengukuran ini dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, masing masing waktu selama 5 menit. Pengukuran terletak diantara tanaman dijalur tanam yang berada di tengah jalur tanaman. Pengulangan pengukuran sebanyak 5 kali.

4. Pengukuran Suhu Basah dan Kering

Pengukuran ini dilakukan pada pukul 09.00, 12.00, 15.00, masing masing waktu selama 5 menit. Pengukuran terletak pada batang tanaman dijalur tanam yang berada di tengah jalur tanaman. Pengulangan pengukuran sebanyak 5 kali.

3.5 Analisis data

Adapun analisis yang pakai dalam pengolahan data antara lain : 1. Rataan pertumbuhan tinggi

Dari pertumbuhan tinggi rata rata dapat diketahui dari riap rata rata tahunan tinggi (MAI). Mean annual increament dihitung dengan cara membagi rataan pertumbuhan tinggi dengan umur tanaman meranti setiap masing masing pohon dan dikalikan 12 bulan (∆t1 ∆t0/umur tanam x 12bulan).


(39)

2. Rataan pertumbuhan diameter

Dari pertumbuhan diameter rata rata dapat diketahui dari riap rata rata tahunan diameter (MAI). Mean annual increament dihitung dengan cara membagi rataan pertumbuhan diameter dengan umur tanaman meranti setiap masing masing pohon dan dikalikan 12 bulan (∆d1 ∆d0/umur tanam x 12bulan).

3. Rataan Intensitas cahaya matahari dalam 5 hari 4. Rataan Suhu basah dan suhu kering dalam 5 hari

5. Data hasil rataan intensitas cahaya matahari, rataan pertumbuhan diameter dan tinggi selajutnya akan diolah dengan program Excel dan SAS 9.0


(40)

BAB IV

KO DISI UMUM

4.1 Letak, Luas Areal dan Administratif

Letak areal IUPHHK HA PT. SARPATIM berada pada 111°55’BT 112°19΄BT dan 1°10’LS 1°57’LS. PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan salah satu anak perusahaan Grup Kayu Lapis Indonesia yang bergerak dibidang pengusahaan hutan sebagai penyuplai bahan baku industri kayu lapis. PT. SARPATIM berkedudukan di Kab. Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah.

Kantor pusat PT. SARPATIM bertempat di Jakarta dan kantor cabang terdapat di Kota Sampit. PT. SARPATIM didirikan pada tanggal 6 September 1972 oleh PMA Sei Trading Company Limited (Sarmiento Enterprises) dengan mitra Indonesia PT. Parakantja Djaja Raja, mendirikan PT. Sarmiento Parakantja Timber di Jakarta yang tertuang dalam akte notaris Djojo Mulyadi, SH nomor 19 tahun 1972.

PT. SARPATIM telah masuk periode rotasi ke 2. Setelah berakhirnya SK IUPHHK jangka I pada tahun 1993. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber diperpanjang untuk periode ke II (1992 2012) sesuai surat Menteri Kehutanan nomor 1277/Menhut IV/1994 tanggal 2 September 1994 seluas ± 305.535 ha yang merupakan penggabungan areal IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber dan PT. Parakantja Djaja Raja.

PT. Sarmiento Parakantja Timber memperoleh perpanjangan IUPHHK seluas ± 216.580 ha untuk jangka waktu 45 tahun (periode 5 Nopember 1992 s/d 5 Nopember 2037) sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.266/Menhut II/2004 tanggal 21 Juli 2004.

4.2 Topografi, Geologi, dan Jenis Tanah

Topografi areal IUPHHK/HA PT. Sarminto Parakantja Timber umumnya datar, landai, bergelombang dan agak curam hingga curam dengan persentase kemiringan lapangan dan persentase luas seperti pada Tabel 1 Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 18 m dpl dan maksimum 944 m dpl.


(41)

Tabel 1 Persentase luas areal IUPHHK/HA PT. Sarmeinto Parakantja Timber berdasarkan kelas lereng

Klasifikasi Kelerengan (%) Persentase (%) Luas (Ha)

Datar 0 8 51 109.728

Landai 8 15 17 37.304

Agak Curam 15 25 15 31.747

Curam 25 40 15 33.231

Sangat Curam >40 2 4.570

Jumlah 100 216.580

Sumber hasil seminar Pengembangan Hutan Tanaman Dipterokarpa dan Eksp.ose TPTII/SILI- di Samarinda tanggal 4$5 September 2007

Berdasarkan hasil seminar Pengembangan hutan Tanaman Dipterokarpa dan Ekspose TPTII/SILIN di Samarinda tanggal 4 5 September 2007, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi PT. Sarmeinto Parakantja Timber adalah jenis batuan Andesit dan Granit. Sebagian besar jenis tanah di areal IUPHHK PT. Sarmeinto Parakantja Timber adalah Dystropepts (61%) dan Tropodilts (39%).

Sungai yang terdapat di areal kerja IUPHHK PT. SARPATIM adalah Sungai Seruya, Mentaya, Kaleh, Bahan, Kumpang, Bai, Pangke, dan Nahiang. Di areal tersebut terdapat kurang lebih 181 mata air dengan letak yang tersebar.

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson (1951) kondisi iklim di areal IUPHHK PT. SARPATIM termasuk tipe iklim A. Curah hujan rata rata tahunan berkisar antara 3.086 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret. Pada areal tersebut tidak ada bulan kering yang nyata (< 60 cm/bulan).

4.4 Kondisi Vegetasi Hutan

Tipe hutan di areal IUPHHK PT. SARPATIM Kalimantan Barat termasuk dalam tipe hutan hujan tropika (Low Land Tropical Rain Forest). Dari tipe hutan tersebut sebaran jenisnya untuk jenis komersial didominasi oleh kelompok kayu meranti (Dipterocarpaceae) yang terdiri dari: Meranti (Shorea spp.), Keruing (Dipterocarpus spp.), dan jenis jenis lainnya. Jenis kayu komersil non dipterocarpaceae yang mendominasi terdiri dari: Kempas (Koompassia malaccensis) dan Sindur (Sindora


(42)

spp.). terdapat juga jenis pohon langka yang dilindungi seperti Tengkawang dan Ulin

(Eusideroxylon zwageri).

4.5 Tanaman Komersil TPTII

Adapun tanaman operasional yang terdapat pada RKT 2005 dan 2006 antara lain sebagai berikut :

I. Operasional RKT 2005

luas Bruto = 751 Ha

luas Netto = 772,85 Ha (154.570 batang), terdiri dari : 1. Jenis Shorea parvivolia = 540,1 Ha / (108.141 batang) 2. Jenis Shorea leprosula = 107,37 Ha / (21.473 batang) 3. Jenis Shorea johorensis = 124,78 Ha / (24.956 batang) II. Operasional RKT 2006

luas Bruto = 2.460,00 Ha

luas Netto = 1.964,85 Ha (392.969 batang), terdiri dari : 1. Jenis Shorea parvivolia = 780,77 Ha / (156.153 batang) 2. Jenis Shorea leprosula = 43,65 Ha / (8.730 batang) 3. Jenis Shorea johorensis = 1.140,43 Ha / (228.086 batang) III. Pertumbuhan

Berdasarkan hasil monitoring pada Plot Ukur Permanenan (PUP) sebanyak 15 plot, presentase tumbuh dan pertumbuhan tanaman operacional RKT 2005 dan 2006, secara deskripsi data (tidak melalui uji statistik) didapat hasil sementara sebagai berikut :

1. RKT 2005 :

1.1. jenis tanaman Shorea parvifolia pada umur tanaman 18 20 bulan : presentase tumbuh = 90,50 %

rerata tinggi = 229,86 cm rerata diameter = 2,11 cm

1.2 jenis tanaman Shorea leprosula pada umur tanaman 14 bulan : presentase tumbuh = 96 %


(43)

rerata diameter = 1,60 cm

1.3 jenis tanaman Shorea johorensis pada umur tanaman 17 bulan : presentase tumbuh = 90 %

rerata tinggi = 171,23 cm rerata diameter = 1,57 cm 2. RKT 2006 :

2.1 jenis tanaman Shorea parvifolia pada umur tanaman 6 7 bulan : presentase tumbuh = 85,66 %

rerata tinggi = 53,45 cm rerata diameter = 0,47 cm

2.2 jenis tanaman Shorea leprosula pada umur tanaman 12 bulan : presentase tumbuh = 94,00 %

rerata tinggi = 132,86 cm rerata diameter = 1,29 cm

2.3 jenis tanaman Shorea johorensis pada umur tanaman 6 bulan : presentase tumbuh = 100 %

rerata tinggi = 77,81 cm rerata diameter = 0,711 cm


(44)

BAB V

HASIL DA PEMBAHASA

5.1 HASIL

5.1.1 Pertumbuhan Shorea parvifolia

Pengamatan pertumbuhan (riap) tanaman yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pertumbuhan diameter dan tinggi dua jenis meranti, yaitu Shorea parvifolia

dan Shorea leprosula umur 2,5 tahun. Data pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman

S. parvifolia umur 2,5 tahun dapat dilihat pada tabel 2. yakni ;

Tabel 2 Rata rata riap diameter dan tinggi S. parvifolia umur 2,5 tahun

Plot/ jalur (2005 2006)

Kelerengan Datar (0 8%) Kelerengan Agak curam (8 35%)

Intensitas Cahaya (Foot Candle) x 1000 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun) Intensitas Cahaya (Foot Candle) x 1000 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)

1 404.67 1.50ª 247.05ª 215.67 0.92b 130.29ª

2 390.33 0.93ª 85.58ª 397.07 1.59ª 140.88ª

3 282.87 0.74ª 101.18ª 156.53 1.44ª 141.00a

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa riap diameter tanaman S. parvifolia umur 2,5 tahun, terdapat pada jalur 1 plot datar sebesar 1.50cm/ tahun dengan intensitas cahaya matahari 404.67 foot candle, sedangkan pada plot agak curam yang memiliki riap diameter terbesar adalah pada jalur 2 senilai 1.59 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 397.07 foot candle. Nilai riap diameter terkecil pada plot datar jalur 3 yaitu 0.74 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 282.87 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yaitu 0.92 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 215.67 foot candle.

Pertumbuhan tinggi tanaman S. Parvifolia pada umur 2,5 tahun, terdapat di plot datar jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar sebesar 247.05 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari sebesar 404.67 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 141.00 cm/tahun dengan intensitas cahaya 156.53 foot candle.


(45)

Gambar 2 Grafik hubungan antara rata rata riap diameter S. parvifolia pada umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi agak curam.

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa riap diameter jenis Shorea parvifolia umur 2,5 tahun memiliki nilai antara jalur satu dengan jalur yang lain yaitu sangat berbeda nyata. Nilai f hitung yang dimiliki sebesar 0.0158 dengan pengaruh dari intensitas cahaya matahari sebesar 6.85%. Riap diameter yang sangat berbeda nyata ada pada jalur yang berintensitas 397.07 foot candle dengan bentuk laju grafik fluktuatif. Dimana grafik ini menunjukkan bahwa hubungan antara riap diameter Shorea parvifolia dengan intensitas cahaya pada kondisi agak curam tidak selalu naik atau turun pada penambahan intensitas cahaya.

5.1.2 Pertumbuhan Shorea leprosula

Pengamatan rata rata riap diameter dan riap tinggi pada jenis Shorea leprosula

cenderung lebih besar daripada rata rata riap diameter dan tinggi jenis Shorea parvifolia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.


(46)

Tabel 3 Rata rata riap diameter dan riap tinggi Shorea leprosula umur 2,5 tahun.

Plot/ jalur (2005 2006)

Kelerengan Datar (0 8%) Kelerengan Agak curam (8 35%)

Intensitas Cahaya (Foot Candle) x 1000 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun) Intensitas Cahaya (Foot Candle) x 1000 Riap Diameter (cm/tahun) Riap Tinggi (cm/tahun)

1 285.87 2.19ª 221.03b

133.6 2.95ª 289.35ª

2 278.20 2.91ª 217.58b

133.73 2.18ª 236.48ª 3 137.80 0.70b

141.08b 130.47 1.78ª 201.15ª

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata rata riap diameter tanaman S. leprosula

pada umur 2,5 tahun plot datar jalur 2 yang memiliki rata rata riap terbesar senilai 2.91 cm/ tahun adalah pada dengan intensitas cahaya matahari 278.20 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yang memiliki rata rata riap diameter terbesar senilai 2.95 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 133.6 foot candle. Nilai riap diameter terkecil pada plot datar jalur 3 senilai 0.70 cm/tahun dengan intensitas cahaya matahari 137.80 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 senilai 1.78 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 130.47 foot candle.

Pertumbuhan tinggi tanaman S. leprosula pada umur 2,5 tahun pada plot datar jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 221.03 cm/tahun adalah dengan intensitas cahaya matahari 285.87 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 1 yang memiliki riap tinggi terbesar senilai 289.35 cm/tahun adalah dibawah intensitas cahaya 133.6 foot candle. Nilai riap tinggi terkecil pada plot datar jalur 3 senilai 141.08 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 137.80 foot candle, sedangkan pada plot agak curam jalur 3 senilai 201.15 cm/tahun dibawah intensitas cahaya matahari 130.47 foot candle.


(47)

Gambar 3 Grafik hubungan antara rata rata riap diameter S. leprosula pada umur 2.5 tahun dengan intensitas cahaya pada kondisi datar.

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa riap diameter jenis Shorea leprosula umur 2,5 tahun memiliki nilai antara jalur satu dengan jalur yang lain yaitu sangat berbeda nyata. Nilai f hitung yang dimiliki sebesar 0.0001 dengan pengaruh dari intensitas cahaya matahari sebesar 16.6%. Riap diameter yang sangat berbeda nyata ada pada jalur 2 yang berintensitas 278.20 foot candle dengan bentuk laju grafik grafik fluktuatif. Dimana grafik ini menunjukkan bahwa hubungan antara riap diameter Shorea parvifolia

tidak selalu diikuti dengan penambahan intensitas cahaya.

Tabel 4 Persentase Penerimaan Intensitas Cahaya Matahari dan Penutupan Tajuk

Shorea parvifolia dan Shorea leprosula

Plot/ Lereng Jalur

!"" # $% &

' (&

) )* + ,)- (&

./ - #) !" #$

%$ &$ !"# "

0 '" '$

$' & ! $ '&

0 & #$

%& ' '$

./ - #) ! #&

! $


(48)

Dari tabel 4 dapat menunjukkan persentase penerimaan intensitas cahaya matahari yang masuk ke lantai hutan dan persentase penutupan tajuk. Persentase penerimaan intensitas cahaya matahari akan berbanding terbalik dengan persentase penutupan tajuk.


(49)

6.2 PEMBAHASA

Hutan hujan tropis adalah suatu masyarakat tumbuhan kompleks merupakan tempat yang menyediakan pohon dari berbagai ukuran. Dari berbagai ukuran tinggi dan lebar tajuk tegakan pohon dapat membentuk kanopi atau tutupan tajuk. Di dalam kanopi iklim micro berbeda dengan diluarnya seperti cahaya lebih sedikit, kelembaban sangat tinggi, dan temperatur lebih rendah sehingga disana hidup binatang dengan cakupan luas sehingga tercipta hubungan timbal balik kompleks antara tumbuhan dan binatang yang dapat mendukung pertumbuhan pohon. Kanopi atau tutupan tajuk yang bersifat penuh sebanding dengan penerimaan intensitas cahaya matahari minimal ke lantai hutan, sedangkan kanopi yang bersifat rendah sebaliknya.

Hubungan penerimaan intensitas cahaya ke lantai hutan akan mempengaruhi proses fotosintesis pada pohon. Penerimaan Intensitas cahaya yang optimal pada daun akan mempercepat laju transpirasi, pembukaan stomata, sehingga mempengaruhi proses laju fotosintesis. Adanya proses fotosintesis yang maksimal akan mempercepat pertumbuhan diameter dan tinggi tanaman. Pembukaan penutupan tajuk adalah penting untuk regenerasi sukses, sekitar 87% cahaya memberikan hasil lebih baik dibanding cahaya penuh (Nicholson 1960). Penelitian terhadap naungan menunjukkan bahwa Dipterocarpaceae memerlukan sejumlah radiasi cahaya yang lebih besar dibandingkan radiasi cahaya lansung (Mori 1980, Sasaki 1981 dan Ashton 1989).

Penerimaan IC rata rata perhari pada keadaan terbuka di lapangan sebesar 768.29 Footcandle, dan pada arah jalur Utara Selatan. Penetapan penanaman jenis Dipterocarpaceae di lahan hutan, Adjers (1995) telah meneliti efek lebar jalur dan arah jalur serta pemeliharaan jenis Shorea johorensis, S. leprosula dan S. Parvifolia. Arah jalur memiliki pengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman.

Penerimaan IC rata rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis Shorea parvifolia agak curam jalur 1, 2, dan 3 berturut turut adalah 215.67 Footcandle, 28.07%, 124.33%; 397.07 Footcandle, 51.68%, 65.50%; 156.53 Footcandle, 20.37 %, 90.42%. Penerimaan IC rata rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis Shorea leprosula kondisi datar jalur 1, 2, dan 3 berturut turut adalah 285.87 Footcandle, 37.21%, 76.08% ; 278.20 Footcandle, 36.21%, 48.75% ; 137.80 Footcandle, 17.94%, 165.25%. Penerimaan IC rata rata dan persentasenya,


(50)

persentase penutupan tajuk, pada jenis S. parvifolia datar pada jalur 1, 2, dan 3 berturut turut adalah 404.67 Footcandle, 52.67%, 36.25%; 390.33 Footcandle, 50.81%, 49,75%; 282.87 Footcandle, 36.82%, 59.33%. Penerimaan IC rata rata dan persentasenya, persentase penutupan tajuk, pada jenis S. leprosula agak curam jalur 1,2, dan 3 berturut turut adalah 133.6 Footcandle, 17.39%, 54.58% ; 133.73 Footcandle, 17.41%, 98.75%; 130.47 Footcandle, 16.98%, 81.67%. Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa penerimaan IC di lahan hutan berbanding terbalik dengan penutupan tajuk tanaman. Perubahan keterbukaan pada ukuran tajuk kecil dapat mempengaruhi keseluruhan jumlah radiasi yang diterima di lahan terbuka (Brown, 1993). Naungan memiliki pengaruh dalam pertumbuhan jenis Dipterocarpaceae pada tingkatan bibit yang akan tumbuh di tegakan tinggal ( Barnard 1954). Keberadaan naungan hanya dibutuhkan untuk regenerasi tanaman baru dengan adanya factor pendukung cahaya yang berpengaruh terhadap persaingan tumbuh terhadap Shorea spp. Hanya regenerasi baru yang membutuhkan suatu perlakuan arah naungan atau toleransi cahaya dengan kesesuaian yang mendukung keterbukaan tetap (Strugnell 1936).

Jenis S. parvifolia dan S. leprosula memiliki kebutuhan IC matahari yang berbeda dalam pertumbuhan. Kebutuhan IC matahari maksimal jenis S. parvifolia

adalah 404.67 Footcandle (riap diameter 1.50 cm/tahun) di kondisi datar, tetapi kebutuhan optimal berada pada IC sebesar 397.07 Footcandle (riap diameter 1.59 cm/tahun) di kondisi agak curam. Kebutuhan IC matahari minimal jenis S. parvifolia

sebesar 156.53 Footcandle (riap diameter 1.44 cm/tahun) di kondisi agak curam.

Kebutuhan IC matahari maksimal jenis S. leprosula adalah 285.87 Footcandle (riap diameter 2.19 cm/tahun) di kondisi datar, tetapi kebutuhan optimal berada pada IC sebesar 278.20 Footcandle (riap diameter 2.91 cm/tahun). Kebutuhan IC matahari minimal jenis S. leprosula adalah 130.47 Footcandle (riap diameter 1.78 cm/tahun). Dapat dilihat bahwa pada jenis S. leprosula memiliki ketahanan terhadap penerimaan IC matahari yang minimal lebih tinggi bila dibandingkan dengan S. parvifolia. Pada penerimaan IC matahari jenis S. parvifolia yang hampir sama dengan penerimaan IC matahari jenis S. leprosula, memiliki riap diameter dan riap tinggi lebih besar pada jenis S. leprosula. Turner dan Ashton (1989 dan 1995) mengatakan bahwa jenis Shorea spp. yang lebih toleran terhadap naungan mengalokasikan keseimbangan kekeringan


(51)

massa terhadap pengembangan akar dibanding uap air dan daun di lingkungan lantai hutan, namun kebalikan untuk yang tidak toleran naungan. Hasil perbandingan pertumbuhan dengan penerimaan IC yang hampir sama dari kedua jenis meranti tersebut adalah bahwa S. leprosula memiliki sifat yang lebih toleran terhadap cahaya.

Pertumbuhan diameter S. parvifolia plot agak curam jalur 2 memiliki riap terbesar (1.59 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% yang dipengaruhi IC matahari sebesar 6.85 %. Sedangkan pertumbuhan diameter S. leprosula plot datar jalur 2 memiliki riap terbesar (2.91 cm/tahun) yang berbeda nyata pada taraf 5% persen yang dipengaruhi IC matahari sebesar 16.6 %. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan diameter S. leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea parvifolia.

Pertumbuhan tinggi S. parvifolia plot datar jalur 1 memiliki riap terbesar sebesar 247.05 cm/tahun dengan IC matahari 404.67 Footcandle. Sedangkan riap tinggi S. leprosula plot agak curam jalur 1 memiliki riap terbesar sebesar 289.35 cm/tahun dengan IC matahari 133.6 Footcandle. Dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi S. leprosula lebih tinggi dibandingkan dengan Shorea leprosula.

Pertumbuhan tinggi jenis S. parvifolia rata rata plot penerimaan IC matahari yang lebih besar (plot datar) memiliki rata rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil, sebaliknya pada penerimaan IC matahari yang lebih kecil (plot agak curam) memiliki rata rata riap tinggi dan diameter yang lebih besar.

Pertumbuhan tinggi jenis S. leprosula plot penerimaan intensitas cahaya matahari yang lebih besar (plot datar) memiliki rata rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil, sebaliknya pada penerimaan intensitas cahaya matahari yang lebih kecil (plot agak curam) memiliki rata rata riap tinggi dan tinggi yang lebih besar. Dapat dilihat bahwa penerimaan IC matahari rata rata yang lebih besar menghasilkan rata rata riap tinggi dan diameter yang lebih kecil dan sebaliknya. Dari hasil penerimaan rata rata IC bahwa jenis S. parvifolia dan S. leprosula pada umur 2,5 tahun memiliki pertumbuhan diameter dan tinggi yang lebih baik pada penerimaan rata rata IC yang lebih sedikit.

Tabel 1 menunjukkan rata rata riap diameter dan tinggi S. parvifolia umur 2,5 tahun pada plot agak curam jalur 2 dibawah IC 397.07 foot candle memiliki riap diameter terbesar senilai 1.59 cm/ tahun. Suatu toleransi naungan pada semai atau


(52)

anakan pohon jenis dipterocarp yang lebih tua, memiliki permintaan IC yang lebih tinggi dan dapat dimanipulasi pada awal penanaman (Strugnell, 1936). Pada plot dan jalur ini terdapat hasil analisis yang berbeda nyata sebesar 0.0158 dengan pengaruh IC sebesar 6.85 % terhadap riap diameter. Di jalur 2 ini IC berada di tingkat cahaya jenuh (tajuk lebih terbuka) yang mencapai titik maksimal bagi pertumbuhan diameter dibandingkan dengan jalur lain pada plot yang sama, sehingga akan meningkatkan suhu udara. Peningkatan cahaya bagi Shorea parvifolia secara berangsur angsur akan meningkat proses fotosintesis hingga tingkat kompensasi cahaya, yaitu tingkat cahaya pada saat pengambilan CO2 sama dengan pengeluaran CO2, apabila cahaya terus menerus meningkat fotosintesis akan terus naik sampai mencapai tingkat cahaya jenuh (Daniel et al. 1989). Observasi lapang menunjukkan bahwa dipterocarp memerlukan keteduhan parsial dengan perkembangan terbaik pada intenistas cahaya matahari penuh. Surigao del Sur menunjukkan bahwa semai dan pancang dipterocarp (dbh 5 20cm) dapat tumbuh tiga kali lebih cepat di dalam area yang bersih sehingga mencegah persaingan pertumbuhan lainnya. Di dalam Bislig menunjukkan bahwa semai dan pancang dapat tumbuh lebih cepat 35 kali daripada area yang tidak diperlakukan (Revilla 1976). Dalam jalur ini didapatkan hasil riap tumbuh terbaik yang disebabkan oleh proses fotosintesis berjalan lancar sehingga mengakibatkan cadangan makanan tersimpan baik dan diikutsertakan oleh respirasi yang baik pula.

Jenis Shorea parvifolia pada plot agak curam jalur 2 memiliki suhu udara yang tinggi akibat dari penyinaran IC matahari yang agak besar. Pada suhu tinggi laju respirasi meningkat dan suhu tersebut tinggi tersebut optimal maka ini akan mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tunas (Kozlowski et al. 1991). Kramer dan Kozlowski (1960) mengatakan bahwa pertumbuhan diameter sebagian besar jelas berasal dari hasil fotosíntesis dan sangat peka terhadap kondisi lingkungan, terutama persediaan air. Pada saat suhu dalam tanah maksimum, maka respon akar dalam menghisap air dan mineral maksimum; sebaliknya pada saat suhu dalam tanah minimum, praktis akar tidak mampu menghisap air dan mineral. Respon akar dalam menghisap air dan mineral dari dalam tanah berkaitan dengan tercapainya suhu maksimum dalam tanah. Adanya intensitas cahaya yang lebih tinggi akan lebih baik bagi pertumbuhan akar. Dengan demikian maka akar akan lebih mudah mengambil air


(53)

yang paling dalam, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik. Bagaimanapun, pada siang hari bila tumbuhan mendapat cahaya yang cukup maka fotosintesis berlangsung dengan laju sekitar 10 kali lebih besar dari pada laju respirasi.

Petak Shorea parvifolia pada plot agak curam yang memiliki intensitas dibawah kurang dari 397.07 foot candle tidak menunjukkan perbedaan riap tumbuh diameter yang nyata ini bisa disebabkan oleh IC matahari yang masuk ke dalam jalur belum maksimal. Pernyataan Daniel, et. al. (1997) bahwa terhambatnya pertumbuhan diameter tanaman karena produk fotosintesisnya serta spektrum cahaya matahari yang kurang merangsang aktivitas hormon dalam proses pembentukan sel meristematik kearah diameter batang, terutama pada IC yang rendah. Keadaan pada beberapa jalur ini dapat disimpulkan bahwa penyinaran IC matahari terhadap daun tidak maksimal, dikarenakan luasan daun pada jenis ini kecil sehingga belum sepenuhnya mengoptimalkan IC matahari yang masuk. Hal ini dapat menyebabkan proses fotosintesis berjalan lambat.

Riap tinggi Shorea parvifolia plot agak curam tidak memiliki perbedaan yang nyata. Pada intensitas cahaya yang rendah maka konsentrasi CO2 sulit untuk meningkat, sifat ini didukung oleh sifat morfologi jenis Shorea parvifolia yang luas daunnya lebih kecil sehingga jumlah klorofil rendah yang sulit untuk menangkap intensitas cahaya dan CO2 dengan maksimal. Mooney dan Ehrelinger (1977) menyebutkan bahwa CO2 adalah bahan utama fotosintesis, kecepatan fotosintesis meningkat dengan meningkatnya konsentrasi CO2 intraseluler. Sehingga bila pada jalur ini kurang memiliki intensitas cahaya yang maksimal untuk peningkatan konsentrasi CO2 maka kecepatan fotosintesis kurang maksimal. Etherington (1976) menambahkan konsentrasi CO2 dan tingkat pembukaan stomata mempengaruhi fotosintesis.

Plot Shorea parvifolia datar memiliki rata rata intensitas cahaya maksimum, terdapat hasil analisis yang tidak berbeda nyata terhadap riap diameter dan riap tinggi. Keadaan ketiga jalur ini yaitu IC tinggi sehingga menyebabkan transpirasi tinggi, sehingga menyebabkan laju fotosintesis tinggi. Laju transpirasi yang besar, bila terus menerus akan cepat menurunkan kadar air dalam tanah, hal ini dapat ditandai dengan turunnya kelembaban udara relatif. Apabila hal seperti ini cukup lama berlangsung maka, dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter tanaman. Kondisi plot ini didukung oleh tegakan pohon yang rendah sehingga terciptanya suhu udara yang


(1)

Transformasi Ln(Y+10) 5 * 0 * $ . + 73 "# $)

* + ,

* +

-( . , /. +

( . , /. + 0

+ 73 "# $)

0 * $ : 2% ; *"

1 1 , 12 3 12 - ) 4

3 5

6

712 ,, - 315 3

1 6 11 3 12 - ) 4


(2)

0) # < )% *% 5 / + =" *"

8" ; + #" "% + * #" * " > " 4 " * > "

8

5 ,

5 3 12

( . , 3

3 9

, ,,

: 3 (

. . . . .


(3)

5 * + // * $ . + 73 "# $)

* + ,

* +

-( . , /. +

( . , /. + 0

+ 73 "# $)

0 * $ : 2% ; *"

1 1 , 12 3 12 - ) 4

3 5

6

712 ,, - 315 3

1 6 11 3 12 - ) 4


(4)

+ 73 "# $)

0) # < )% *% 5 / + =" *"

8" ; + #" "% + * #" * " > " 4 " * > "

8

5 ,

5 3 12

( . , 3

3 9

, ,,

: 3 (

. . . . .


(5)

Transformasi (akar(Ln(Y+20))) 5 * + // * $ .

+ 73 "# $)

* + ,

* +

-( . , /. +

( . , /. + 0

+ 73 "# $) 0 * $ : 2% ; *"

1 1 , 12 3 12 - ) 4

3 5

6

712 ,, - 315 3

1 6 11 3 12 - ) 4


(6)

0) # < )% *% 5 / + =" *"

8" ; + #" "% + * #" * " > " 4 " * > "

8

5 ,

5 3 12

( . , 3

3 9

, ,,

: 3 (

. . . . .


Dokumen yang terkait

Diagnosis jenis Shorea parvifolia Dyer dan Shorea leprosula Miq. berdasarkan random amplified polymorphic DNA(RAPD)

1 20 56

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit.

0 6 118

Pertumbuhan Tanaman Shorea leprosula Miq dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Kalimantan Barat)

1 9 81

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) Dalam Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Tengah)

1 15 5

Respon Pertumbuhan Anakan Shorea leprosula Miq, Shorea mecistopteryx Ridley, Shorea ovalis (Korth) Blume, dan Shorea selanica (Dc) Blume terhadap Tingkat Intensitas Cahaya Matahari

0 2 90

The Growth of Red Meranti (Shorea leprosula Miq.) with Selective Cuttingand Line Planting in areas IUPHHK-HA PT. Sarpatim Central Kalimantan

0 3 86

Model Penduga Volume Sortimen Kayu Perdagangan pada Pohon Berdiri dengan Inventarisasi Kualitas. Studi Kasus Jenis Shorea leprosula Miq. di Areal IUPHHK-HA PT Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah

0 3 53

Pertumbuhan Meranti Merah (Shorea leprosula Miq.) pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Areal IUPHHK-HA PT Sarmiento Parakantja Timber Kalimantan Tengah

1 21 29

Tabel Volume Meranti Merah (Shorea leprosula Miq) dan Meranti Kuning (Shorea multiflora Miq) di Areal IUPHHK Provinsi Kalimantan Tengah

0 4 35

Variasi DNA Kloroplas Shorea spp (Shorea acuminata Dyer, Shorea leprosula Miq dan Shorea parvifolia Dyer) Berdasarkan Penanda Mikrosatelit

1 15 54