• Menguji perbedaan antara dua nilai RACH dari kelompok yang berurutan dengan uji
t-student dengan rumus: 1
1 • Bila perbedaan nilai RACH antara dua
kelompok yang berurutan tidak nyata maka kedua kelompok digabung menjadi
satu. Berdasarkan jumlah kelompok baru, analisis kembali prosedur sebelumnya
hingga perbedaaan rata-rata RACH antara dua kelompok yang berurutan nyata.
Kelompok yang memiliki nilai koefisisen yang lebih dekat dengan nol dinamakan
kelompok yang tidak sensitif, sedangkan kelompok lainnya merupakan kelompok
yang sensitif.
Tabel 2 Klasifikasi tingkat sensitivitas curah hujan terhadap anomali SST di zona
nino-3.4 No Tingkat
Sensitivitas Kode
1. Tidak Signifikan
1 2. Sensitif 2
3. Sangat Sensitif 3
3.3.3 Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Hidrologis
Tingkat kerawanan aspek hidrologis dilihat dari tingkat kerapatan jaringan sungai.
Klasifikasi pengkodean bentuk jaringan sungai yaitu sebagai berikut:
Tabel 3 Klasifikasi tingkat kerapatan jaringan sungai
No. Tingkat
Kerapatan Jaringan
Sungai Klasifikasi Kode
1 Rapat Tidak
Rawan 1
2 Sedang Agak
Rawan 2
3 Jarang Rawan 3 3.3.4 Analisis Tingkat Rawan Kekeringan
Agronomis
Klasifikasi tingkat kerawanan dari aspek agronomis berdasarkan jenis penggunaan
lahan pertanian dan sistem irigasi yang digunakan. Penggunaan lahan yang
diidentifikasi meliputi sawah irigasi, sawah tadah hujan dan ladangtegalan. Sawah irigasi
diklasifikasi menjadi sawah irigasi teknis, semi teknis dan sederhana. Untuk
menentukan tingkat kekeringan agronomis, selain infrastruktur irigasi. frekuensi tanam
dijadikan pula sebagai indikator klasifikasi tingkat kekeringan pada sawah irigasi dan
sawah tadah hujan Pramudia 2008.
Tabel 4 Skoring kekeringan
berdasarkan bentuk penggunaan lahan pertanian
No. Bentuk
Penggunaan Lahan Pertanian
Klasifikasi Kode 1
Lahan sawah irigasi teknis 2 kali
tanam per tahun atau lebih
Tidak Rawan
1
2 Lahan sawah
irigasi teknis 1 kali tanam per tahun,
Lahan sawah non- teknis 2 kali per
tahun Agak
Rawan 2
3 Sawah tadah hujan
1 kali per tahun, sawah tegalan. dll
Rawan 3
3.3.5 Analisis Tingkat Rawan Kekeringan dan Wilayah Prioritas Penangan
Kekeringan Berdasarkan tingkat kerawanan dari tiga
aspek tersebut. diperoleh skor akhir yang merupakan penjumlahan skor yang dikoreksi
dengan faktor pembobot dari masing-masing aspek.
X W
X W
X W
X Keterangan :
X
rawan
= skor akhir tingkat rawan kekeringan dari aspek klimatologis. hidrologis
dan agronomis X
klim
= skor tingkat rawan kekeringan klimatologis
X
hidro
= skor tingkat rawan kekeringan
hidrologis X
agro
= skor tingkat rawan kekeringan agronomis
W
klim
= faktor pembobot aspek klimatologis 0.4
W
hidro
= faktor pembobot aspek hidrologis 0.35
W
agro
= faktor pembobot aspek agronomis 0.25
Tabel 5 Klasifikasi tingkat
kekeringan berdasarkan gabungan dari aspek
klimatologis, hidrologis dan agronomis
No. Skor Akhir
Klasifikasi 1 1.00-1.70 Tidak
Rawan 2 1.71-2.00
Rawan 3 2.21-3.00 Sangat
Rawan Berdasarkan klasifikasi Tabel 4,
wilayah rawan kekeringan dibagi menjadi 3 wilayah prioritas penanganan kekeringan
yaitu Prioritas I, Prioritas II dan Prioritas III. Prioritas I meliputi wilayah yang
sangat rawan terhadap kekeringan. Prioritas II merupakan wilayah yang termasuk kategori
rawan terhadap kekeringan. Sementara Prioritas III merupakan wilayah yang tidak
rawan.
3.3.6 Deliniasi Sebaran Wilayah Rawan Kekeringan