III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember tahun 2011. Penelitian ini
dilakukan di Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Cimanggu-Bogor dan
Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB.
3.2
Bahan dan Alat
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data curah hujan bulanan 158 stasiun di
Provinsi Sulawesi Selatan 1979-2007 Sumber : Badan Meteorologi dan
Klimatologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
2. Data anomali SST Nino 3.4 bulanan
1979-2007 Sumber :
http:www.cpc.ncep.noaa.govdataindices nino34.mth.ascii.txt
3. Peta penggunaan lahan Provinsi Sulawesi
Selatan Sumber : Badan Konservasi dan Survei
Pemetaan Nasional 4.
Peta jaringan sungai Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber : Departemen Kehutanan Alat yang digunakan dalam penelitian ini
berupa: 1.
Seperangkat komputer 2.
Perangkat Lunak Minitab vers.15, ArcGIS 10 dan Microsoft Office.
3.3 Metode
3.3.1 Analisis Anomali Curah Hujan
dengan Anomali SST Data yang digunakan adalah data curah
hujan bulanan dan anomali SST Nino 3.4 bulanan. Nilai anomali SST kemudian
dikorelasikan dengan curah hujan bulanan yang dibagi menjadi beberapa musim yaitu,
musim hujan MH, musim kemarau pertama MK-1 dan musim kemarau kedua MK-2.
Periode MH terjadi pada bulan November- Februari, MK-1 terjadi pada bulan Maret-Juni,
dan MK-2 terjadi pada bulan Juli-Oktober. Pembagian periode musim tersebut
berdasarkan musim tanam yang telah mennjadi standar di kementerian pertanian.
Hubungan antara curah hujan dan anomali SST Nino 3.4 digambarkan dalam
grafik sebaran acak. Analisis regresi terboboti dilakukan
dengan melihat grafik pencar per musim. Hasil dari analisis ini berupa persamaan
pendugaan anomali curah hujan:
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑ Keterangan:
AnoCHMH = nilai anomali curah hujan
pada musim hujan IndMH
= besaran nilai indikator iklim regionalglobal pada musim
hujan AnoCHMK
i
= nilai anomali curah hujan pada musim kemarau-i
IndMK
i
= besaran nilai indikator iklim regionalglobal pada musim
kemarau-i a
dan a
1
= koefisien dari persamaan regresi yang sudah terboboti
w
i
= pembobot bagi pengamatan ke-i.
3.3.2 Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Klimatologis
Secara klimatologis, kekeringan dilihat dari sensitivitas perubahan anomali curah
hujan akibat adanya perubahan indikator iklim global. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien
a
1
, Semakin positif atau semakin negatif nilai koefisien a
1
, menunjukkan semakin sensitif anomali curah hujan terhadap perubahan iklim
global. • Menghitung nilai rata-rata anomali curah
hujan RACH = AnoCH – AnoCHMin
• Menyusun data nilai koefisien a
1
dari yang terkecil
• Mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok dengan syarat: a terdapat
penurunan cukup besar dari nilai RACH dengan sebelahnya dan rata-rata nilai
RACH harus menurun; b batas pemisah harus ditarik antara dua nilai koefisien a
1
yang sama atau hampir sama, dan c. anggota kelompok minimal dua.
• Menghitung pasangan data n
i
, simpangan baku dan rata-rata RACH dari kelompok
ke-i dan S
2
gabungan dari semua kelompok.
• Menguji perbedaan antara dua nilai RACH dari kelompok yang berurutan dengan uji
t-student dengan rumus: 1
1 • Bila perbedaan nilai RACH antara dua
kelompok yang berurutan tidak nyata maka kedua kelompok digabung menjadi
satu. Berdasarkan jumlah kelompok baru, analisis kembali prosedur sebelumnya
hingga perbedaaan rata-rata RACH antara dua kelompok yang berurutan nyata.
Kelompok yang memiliki nilai koefisisen yang lebih dekat dengan nol dinamakan
kelompok yang tidak sensitif, sedangkan kelompok lainnya merupakan kelompok
yang sensitif.
Tabel 2 Klasifikasi tingkat sensitivitas curah hujan terhadap anomali SST di zona
nino-3.4 No Tingkat
Sensitivitas Kode
1. Tidak Signifikan
1 2. Sensitif 2
3. Sangat Sensitif 3
3.3.3 Analisis Tingkat Rawan Kekeringan Hidrologis