Keefektifan dan Kinerja Organisional

Smircich 1983 menunjukkan empat fungsi penting budaya organisasional, yaitu: 1 memberikan suatu identitas organisasional kepada para anggota organisasi., 2 memfasilitasi atau memudahkan komitmen kolektif, 3 meningkatkan stabilitas sistem sosial, dan 4 membentuk perilaku dengan membantu anggota organisasi memilih sense terhadap sekitarnya. Di ssamping itu budaya organisasional disimpulkan pula sebagai “ruh” organisasi karena di sana bersemayam filosofi, misi dan visi organisasi yang akan menjadi kekuatan penting untuk berkompetisi.

2. Keefektifan dan Kinerja Organisional

Konsep keefektifan seperti juga konsep budaya organisasinal, juga memiliki pemaknaan yang beragam yang berimplikasi pada kesulitan dalam pemahaman konsep dan metoda. Hal tersebut disebabkan belum adanya kesepakatan tentang dimensi-dimensi dari konsep keefektifan, kriteria yang digunakan dalam pengukuran, tingkat analisis yang appropriate dan kelompok kegiatan organisasional mana yang mencerminkan pusat perhatian untuk studi keefektifan Scott, 1977. Kondisi “chaos” tentang konsep tersebut tidak membuat konsep keefektifan “hengkang” dari topik organisasi. Dalam pandangan Cameron dan Whetten 1983, ada tiga alasan meliputi teoritis, empiris dan praktis. Pertama secara teoritis konsep keefektifan organisasional secara teoritis terletak pada pusat semua model organisasional. Kedua, keefektifan secara empiris berfungsi sebagai variabel penting dalam kegiatan riset dan konsep penting dalam penafsiran fenomena organisasional. Dan ketiga, adanya kebutuhan 5 untuk membuat judgements tentang kinerja performance berbagai organisasi. Namun demikian, paling tidak ada dua pandangan yang paling banyak digunakan dalam mengevaluasi keefektifan kepemimpinan, yaitu dalam kaitannya dengan konsekuensi-konsekuensi dari tindakan-tindakan pemimpin tersebut bagi para pengikutnya dan para stakeholder organisasi lainnya. Pandangan lainnya dengan melihat berbagai jenis hasil yang telah digunakan, termasuk di dalamnya kinerja dan pertumbuhan kelompok atau organisasi dari pemimpin tersebut, kesediaannya untuk menanggapi tantangan-tantangan atau krisis- krisis, kepuasan pengikut dengan pemimpinnya, komitmen pengikut terhadap sasaran-sasaran kelompok, kesejahteraan psikologis dan pengembangan para pengikut dan kemajuan pemimpin ke posisi kekuasaan yang lebih tinggi di dalam organisasi. Beberapa model keefektifan organisasional yang berkembang dalam khasanah akademik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Model-model Keefektifan Organisasional Model Definisi Kapan Bermanfaat? Model Tujuan Goal Model Mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan Tujuan-tujuan jelas, konsesual, berjangka waktu dan terukur Model Sumber Daya Sistem System resource Model Mampu memperoleh sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan Ada kaitan jelas antara input dan kinerja Model Proses Internal Fungsi-fungsi internal berjalan lancar Ada kaitan jelas antara berbagai proses organisasional dan kinerja Multiple Constituency Semua pihak terkait terpuaskan Pihak-pihak terkait mempunyai 6 Model pengaruh kuat terhadap organisasi Competing Values Model Memenuhi preferensi pihak- pihak terkait dalam hal empat kuadran yang berbeda Organisasi tidak jelas kriterianya atau sering berubah kriteria Model Legitimasi Kelangsungan hidup terjamin sebagai hasil pelaksanaan kegiatan legitimate Kelangsungan hidup organisasi penting Model Ketidakefektifan Tidak mempunyai kelemahan- kelemahan atau sifat-sifat sumber ketidakefektifan Kriteria keefektifan tidak jelas atau berbagai strategi perbaikan diperlukan. Sumber: K.S. Cameron 1984 Salah satu hal yang menyebabkan kurangnya pengembangan konsepsual mengenai keefektifan adalah kesulitan dalam mengintegrasikan berbagai konsepsualisasi organisasi yang berbeda. Oleh karena itu setiap upaya pengembangan konsep keefektifan harus dimulai dengan suatu analisis teori organisasi yang menjadi dasarnya Goodman dan Penning, 1980.

3. Hubungan Budaya Organisasional dengan Keefektifan Organisasional