A AYU WIDIARTI PEMATAHAN DORMANSI

(1)

FISIOLOGI TUMBUHAN PEMATAHAN DORMANSI BIJI

Oleh : Ayu Widiarti 140210103018

Kelompok 6 Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER


(2)

I. Judul

Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

III. Tinjauan Pustaka

Asam jawa (Tamarindus indica) merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk da-lam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga dikategorikan pohon multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. Kayu asam jawa dapat digunakan sebagai ba-han mebel, kayu bakar dan arang. Buah asam jawa dapat dikonsumsi dan digunakan sebagai bumbu masak. Kandungan vitamin B yang terdapat dalam daging buah, sangat baik untuk ke-sehatan (Departemen Kehutanan, 2002). Biji asam jawa juga dapat digunakan sebagai koa-gulan alami dalam perbaikan kualitas air tanah, khususnya untuk menurunkan angka total koliform pada air tanah (Hendrawati dkk., 2013). Selain itu, akar pohon asam jawa yang da-lam, membuat jenis ini sangat tahan terhadap badai dan cocok sebagai pemecah angin (wind breaker) (Departemen Kehutanan, 2002). Asam jawa juga dikenal masyarakat sebagai pohon rindang dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga di berbagai daerah sa-ngat cocok digunakan sebagai pohon pelindung (Sundari dan Winarno, 2010).

Sebelum berubah menjadi tumbuhan baru, biji harus mengalami fase yang berupa suatu proses perkecambahan. Perkecambahan adalah permulaan aktif dar embrio yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan mundulnya tumbuhan tanamanan yang mampu mencukupi kebuthan nutrisinya sendiri (Tim dosen, 2016).

Pertumbuhan bagi tanaman yang di batasi oleh periode di mana hanya ada sedikit pertumbuhanan atau tidak bertumbuh sama sekali, yang biasanya di sebut dormansi. Tiga macam dormansi dapat di bedakan berdasarkan asal penghambatnya, yaitu kondisi lingkungan yang berubah, seperti suhu ekstrem(dormansi akibat lingkungan), dominasi apikal dan hambatan korelatif, dan kondisi yang ada pada waktu yang lebih awal akan menyebabkan perubahan pada jaringan yang akhirnya menghambat


(3)

pertumbuhan pada saat musim panas sebelumnya.

Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Dormansi dapat terjadi selama proses pengelolaan, sehingga benih tidak dapat berkecambah walaupun dalam lingkungan yang baik untuk perkecambahan. Beberapa perlakuan dapat diberikan pada benih, sehingga tingkat dormansinya dapat diturunkan dan presentase kecambahnya tetap tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit benih, embrio maupun endosperm benih dengan maksud untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel benih yang dorman. Dormansi benih dapat dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Willan (1985) membedakan dormansi ke dalam dormansi embrio, dormansi kulit benih dan dormansi kombinasi keduanya. Dormansi dapat dipatahkan dengan perlakuan pendahuluan untuk mengaktifkan kembali benih yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman dalam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi dan berbagai perlakuan lain (Kartiko 1986). Jurnal m0106

Sebenarnya dormansi merupakan cara embrio mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecambahan. Berikut ini jenis – jenis dormansi.

Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayur dan beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon, aksia, jamu mente, dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat di lewati air.

Dormansi mekanik sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari, dan mangga. Penyebabnya adalah kulit biji terlalu keras sehingga sulit di tembus calon akar dan tunas. Pada biji mangga, dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit bijinya. Sementara itu, pada biji


(4)

yang terbungkus tempurung seperti biji kemiri dan kenari. Dormansi mekanis dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit bijinya.

Dormansi kimia sering terjadi pada bijiyang mengandung lapisan pektin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat tertentu di dalam biji yang menghambat perkecambahan. Buku

Perlakuan pemecahan dormansi asam kuranji dapat dilakukan dengan skarifikasi, ini merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermiabel menjadi permeabel melalui pemasukan pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya. Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih sehingga proses imbibisi dapat terjadi (Schmidt, 2000 cit. Juhanda et al., 2013). Menurut Copeland, L O. dan M. B., McDonald (1985) Menggosok biji dengan amplas atau pasir dan penggoncangan biji banyak digunakan untuk melukai kulit biji untuk memudahkan terjadinya imbibisi. Perendaman dengan H2 SO4 juga dapat dilakukan untuk pemecahan dormansi, menurut Suyatmi, et al., (2011), perendaman biji jati dengan H2 SO4 pada konsentrasi 70% dan 90% selama 20, 30, dan 40 menit menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih tinggi dari kontrol.jurnal hutan tropis

IV. Metodologi 4.1 Alat dan bahan

a. Alat

1. Beaker glass 2. Petridish

3. Kertas ampelas b. Bahan

1. Biji asam dan biji lain yang berkulit keras 2. Asam sulfat pekat


(5)

4. air 4.2 Cara Kerja


(6)

V. Hasil Pengamatan

memilih 30 biji asam dan membagi dalam 3 kelompok

merendam 10 biji dengan hati - hati dalam asam sulfat selama 15 menit kemudian cuci dengan air

menghilangkan kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara di gosok menggunakan amplas sebanyak 10 biji, bilas

dengan air

menyusun biji - biji di atas bak perkecambahan yang telah di lapisi kertas hisap basah lagi diatasnya

untuk menjaga kelembabpan siram dengan air secukupnya tiap hari

sebagai kontrol, lakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan

mengamati proses terbentuknya radikel yang menandai telah berkecambah dan hitung prosentase erkecambahannya

mengehentikan pengamatan setelah 2 minggu


(7)

1 Kontrol 1 3 pecah dan 6 utuh

Kimia 0 7 pecah dan 3utuh

Mekanik 10

-2 Kontrol 8 2 kulit biji tidak pecah

Kimia 4 6 kulit biji tidak pecah

Mekanik 10

-3 Kontrol 0 10 biji tidak tumbuh

Kimia 3 6 biji tidak tumbuh dan

1 biji membusuk

Mekanik 10

-4 Kontrol 4 4 bji merujuk, 2 tidak

merujuk

Kimia 2 5 biji merujuk dan 3

tidak merujuk

Mekanik 9 1 biji merujuk

5 Kontrol 0 10 biji tidak tumbuh

Kimia 0 9 biji tidak tumbuh, dan

1 pecah

Mekanik 10

-6 Kontrol 0 Ada 1 biji terkelupas

Kimia 3 7 tidak tumbuh

Mekanik 10 Radikula panjang

VI. Pembahasan

Pertumbuhan bagi tanaman yang di batasi oleh periode di mana hanya ada sedikit pertumbuhanan atau tidak bertumbuh sama sekali, yang biasanya di sebut dormansi. (buku) Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.(jurnal)

Langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu memilih 30 biji asam dengan ukuran yang sama alasannya untuk menyamakan semua besar biji asam agar tidak ada pengaruh dari ukuran asam, sebab ukuran biji juga mempengaruhi kecepatan perkecambahan, selain itu kami juga memilih biji asam yang benar-benar tua karena biji masam yang tua telah siap untuk melakukan pematahan dormansi, kemudian kami ke dalam 3 kelompok. Merendam 10 biji dengan hati-hati dalam asam sulfat selama 15 menit, asam sulfat di sini berfungsi


(8)

untuk untuk melunakkan kulit biji yang keras sehingga air dapat masuk ke dalam biji dan dapat merangsang hormon giberellin. Penggunaan bahan kimia ini merupakan upaya pematahan dormansi untuk mengatasi impermeabilitas kulit biji ini kemudian membilas dengan air agar sisa-sisa larutan asam sulfat luruh dan tidak mengganggu proses perkecambahan. Sedangkan disisi lain kami menghilangkan kulit biji asam sebanyak 10 buah pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara digosok dengan menggunakan ampelas ketika mengamplas kami menghindari daerah titik pertumbuhan akar, karena jika rusak maka perkecambahan tidak akan terjadi. Langkah selanjutnya yaitu menyusun biji-biji di atas cawan petri yang telah dilapisi kapas basah, menutup dengan kapas basah lagi di atasnya. Menyiram dengan air secukupnya setiap hari untuk menjaga kelembaban. Sebagai control, melakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan.

Pada praktikum kali ini di dapatkan hasil yaitu pada kelompok 1 pada perlakuan kontrolbiji yang tumbuh sebanyak 1, 3 pecah, dan 6 utuh. Lalu pada perlakuan kimia tidak ada biji yang tumbuh. Pada perlakuan mekanik semua biji tumbuh. Pada kelompok 2 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol 8 biji tumbuh dan 2 kulit biji tidak pecah. Pada perlakuan kimia biji yang tumbuh sebanyak 4 biji dan 6 biji tidak pecah. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok 3 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol semua biji tidak tumbuh. Pada perlakuan kimia 3 biji tumbuh dan 6 biji tidak tumbuh 1 bijinya membusuk. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok 4 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol 4 biji tumbuh, 4 biji merujuk, dan 2 biji tidak merujuk. Pada perlakuan kimia 2 biji tumbuh, 5 biji merujuk dan 3 biji tidak merujuk. Pada perlakuan mekanik 9 biji tumbuh. Pada kelompok ke 5 pada kontrol tidak ada biji yang tumbuh. Pada perlakuan kimia juga tidak ada yang tumbuh tetapi 1 biji mulai pecah. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok terakhir kelompok 6 pada kontrol tidak terdapat biji yang tumbuh. Pada perlakuan kimia terdapat 3 biji yang tumbuh dan 7 biji tidak tumbuh. Pada perlakuan mekanik semua biji


(9)

perlakuan yaitu pada kontrol sebesar 7,22%, pada perlakuan kimia 6,67%, dan pada perlakuan mekanik 32,8%. Jika di lihat dari prosentasenya maka cara mekanik merupakan cara terbaik untuk mematahkan dormansi pada biji asam hal ini sesuai dengan teori. Menurut jurnal hutan Hasil anova pada taraf signifikansi 95% menunjukkan bahwa perlakuan perendaman biji asam kuranji dengan

H2SO4 berpengaruh nyata pada panjang hipokotil dan panjang radikula, serta antar perlakuan antara pengamplasan dan perendaman H2SO4 berbeda nyata pada panjang hipokotil dan panjang radikula. Akan tetapi pada hasil perendaman pada bahan kimia hasilnya tidak sebanyak pada perlakuan mekanik.

Menurut Sutopo (1993) bahwa perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering digunakan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan kulit benih menjadi lebih mudah untuk dimasuki air pada proses imbibisi. Perlakuan kimia (biasanya asam sulfat) yang digunakan dapat membebaskan koloid hidrofil sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan metabolisme benih. Perlakuan kimia seperti H2SO4 pada prinsipnya adalah membuang lapisan lilin pada kulit benih yang keras dan tebal sehingga benih kehilangan lapisan yang permeabel terhadap gas dan air sehingga metabolisme dapat berjalan dengan baik. Jurnal mo106

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ketersediaan air, suhu air, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dengan air, komposisi kimia, dan umur.

1. Tersedianya Air

Bagian biji yang mengatur masuknya air yaitu kulit dengan cara imbibisi (perembesan) dan mikro raphae hilum dengan cara difusi (perpindahan substansi karena perbedaan konsentrasi) dari kadar air tinggi ke rendah/konsentrasi larutan rendah ke tinggi. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air : permeabilitas kulit/membran biji dan konsentrasi air. Karena air masuk secara difusi, maka konsentrasi larutan diluar bji harus tidak lebih pekat dari di dalam biji.


(10)

2. Suhu air : suhu air tinggi energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi

3. Tekanan hidrostatik : berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Kerika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong keluar biji sehingga kecepatan penyerapan air menurun

4. Luas permukaan biji yang kontak dengan air : berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air

5. Komposisi Kimia : biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air: protein > karbohidrat > lemak

6. Umur : berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air.

Pada praktikum kali ini telah mengalami kesalah pada hasil perendaman dengan bahan kimia hal ini mungkin terjadi karena kulit biji asam yang tebal sehingga bahan kimia tersebut tidak dapat membuat kulit biji menipis sehingga air tidak dapat masuk. Selain itu bisa saja waktu perendaman dalam larutan asam pekat kurang lama.

VII. Penutup 7.1 Kesimpulan 7.2

7.3 Saran


(1)

3. Kertas hisap 4. air


(2)

V. Hasil Pengamatan

memilih 30 biji asam dan membagi dalam 3 kelompok

merendam 10 biji dengan hati - hati dalam asam sulfat selama 15 menit kemudian cuci dengan air

menghilangkan kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara di gosok menggunakan amplas sebanyak 10 biji, bilas

dengan air

menyusun biji - biji di atas bak perkecambahan yang telah di lapisi kertas hisap basah lagi diatasnya

untuk menjaga kelembabpan siram dengan air secukupnya tiap hari

sebagai kontrol, lakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan

mengamati proses terbentuknya radikel yang menandai telah berkecambah dan hitung prosentase erkecambahannya

mengehentikan pengamatan setelah 2 minggu


(3)

Kelompok Perlakuan Biji yang tumbuh Keterangan

1 Kontrol 1 3 pecah dan 6 utuh

Kimia 0 7 pecah dan 3utuh

Mekanik 10

-2 Kontrol 8 2 kulit biji tidak pecah

Kimia 4 6 kulit biji tidak pecah

Mekanik 10

-3 Kontrol 0 10 biji tidak tumbuh

Kimia 3 6 biji tidak tumbuh dan

1 biji membusuk

Mekanik 10

-4 Kontrol 4 4 bji merujuk, 2 tidak

merujuk

Kimia 2 5 biji merujuk dan 3

tidak merujuk

Mekanik 9 1 biji merujuk

5 Kontrol 0 10 biji tidak tumbuh

Kimia 0 9 biji tidak tumbuh, dan

1 pecah

Mekanik 10

-6 Kontrol 0 Ada 1 biji terkelupas

Kimia 3 7 tidak tumbuh

Mekanik 10 Radikula panjang

VI. Pembahasan

Pertumbuhan bagi tanaman yang di batasi oleh periode di mana hanya ada sedikit pertumbuhanan atau tidak bertumbuh sama sekali, yang biasanya di sebut dormansi. (buku) Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viable) gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai.(jurnal)

Langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu memilih 30 biji asam dengan ukuran yang sama alasannya untuk menyamakan semua besar biji asam agar tidak ada pengaruh dari ukuran asam, sebab ukuran biji juga mempengaruhi kecepatan perkecambahan, selain itu kami juga memilih biji asam yang benar-benar tua karena biji masam yang tua telah siap untuk melakukan pematahan dormansi, kemudian kami ke dalam 3 kelompok. Merendam 10 biji dengan hati-hati dalam asam sulfat selama 15 menit, asam sulfat di sini berfungsi


(4)

untuk untuk melunakkan kulit biji yang keras sehingga air dapat masuk ke dalam biji dan dapat merangsang hormon giberellin. Penggunaan bahan kimia ini merupakan upaya pematahan dormansi untuk mengatasi impermeabilitas kulit biji ini kemudian membilas dengan air agar sisa-sisa larutan asam sulfat luruh dan tidak mengganggu proses perkecambahan. Sedangkan disisi lain kami menghilangkan kulit biji asam sebanyak 10 buah pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara digosok dengan menggunakan ampelas ketika mengamplas kami menghindari daerah titik pertumbuhan akar, karena jika rusak maka perkecambahan tidak akan terjadi. Langkah selanjutnya yaitu menyusun biji-biji di atas cawan petri yang telah dilapisi kapas basah, menutup dengan kapas basah lagi di atasnya. Menyiram dengan air secukupnya setiap hari untuk menjaga kelembaban. Sebagai control, melakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan.

Pada praktikum kali ini di dapatkan hasil yaitu pada kelompok 1 pada perlakuan kontrolbiji yang tumbuh sebanyak 1, 3 pecah, dan 6 utuh. Lalu pada perlakuan kimia tidak ada biji yang tumbuh. Pada perlakuan mekanik semua biji tumbuh. Pada kelompok 2 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol 8 biji tumbuh dan 2 kulit biji tidak pecah. Pada perlakuan kimia biji yang tumbuh sebanyak 4 biji dan 6 biji tidak pecah. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok 3 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol semua biji tidak tumbuh. Pada perlakuan kimia 3 biji tumbuh dan 6 biji tidak tumbuh 1 bijinya membusuk. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok 4 mendapatkan hasil pada perlakuan kontrol 4 biji tumbuh, 4 biji merujuk, dan 2 biji tidak merujuk. Pada perlakuan kimia 2 biji tumbuh, 5 biji merujuk dan 3 biji tidak merujuk. Pada perlakuan mekanik 9 biji tumbuh. Pada kelompok ke 5 pada kontrol tidak ada biji yang tumbuh. Pada perlakuan kimia juga tidak ada yang tumbuh tetapi 1 biji mulai pecah. Pada perlakuan mekanik 10 biji tumbuh. Pada kelompok terakhir kelompok 6 pada kontrol tidak terdapat biji yang tumbuh. Pada perlakuan kimia terdapat 3 biji yang tumbuh dan 7 biji tidak tumbuh. Pada perlakuan mekanik semua biji


(5)

tumbuh. Sehingga diperoleh prosentase tumbuh pada masing – masing perlakuan yaitu pada kontrol sebesar 7,22%, pada perlakuan kimia 6,67%, dan pada perlakuan mekanik 32,8%. Jika di lihat dari prosentasenya maka cara mekanik merupakan cara terbaik untuk mematahkan dormansi pada biji asam hal ini sesuai dengan teori. Menurut jurnal hutan Hasil anova pada taraf signifikansi 95% menunjukkan bahwa perlakuan perendaman biji asam kuranji dengan

H2SO4 berpengaruh nyata pada panjang hipokotil dan panjang radikula, serta antar perlakuan antara pengamplasan dan perendaman H2SO4 berbeda nyata pada panjang hipokotil dan panjang radikula. Akan tetapi pada hasil perendaman pada bahan kimia hasilnya tidak sebanyak pada perlakuan mekanik.

Menurut Sutopo (1993) bahwa perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering digunakan untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan kulit benih menjadi lebih mudah untuk dimasuki air pada proses imbibisi. Perlakuan kimia (biasanya asam sulfat) yang digunakan dapat membebaskan koloid hidrofil sehingga tekanan imbibisi meningkat dan akan meningkatkan metabolisme benih. Perlakuan kimia seperti H2SO4 pada prinsipnya adalah membuang lapisan lilin pada kulit benih yang keras dan tebal sehingga benih kehilangan lapisan yang permeabel terhadap gas dan air sehingga metabolisme dapat berjalan dengan baik. Jurnal mo106

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ketersediaan air, suhu air, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dengan air, komposisi kimia, dan umur.

1. Tersedianya Air

Bagian biji yang mengatur masuknya air yaitu kulit dengan cara imbibisi (perembesan) dan mikro raphae hilum dengan cara difusi (perpindahan substansi karena perbedaan konsentrasi) dari kadar air tinggi ke rendah/konsentrasi larutan rendah ke tinggi. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air : permeabilitas kulit/membran biji dan konsentrasi air. Karena air masuk secara difusi, maka konsentrasi larutan diluar bji harus tidak lebih pekat dari di dalam biji.


(6)

2. Suhu air : suhu air tinggi energi meningkat, difusi air meningkat sehingga kecepatan penyerapan tinggi

3. Tekanan hidrostatik : berbanding terbalik dengan kecepatan penyerapan air. Kerika volume air dalam membran biji telah sampai pada batas tertentu akan timbul tekanan hidrostatik yang mendorong keluar biji sehingga kecepatan penyerapan air menurun

4. Luas permukaan biji yang kontak dengan air : berhubungan dengan kedalaman penanaman biji dan berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air

5. Komposisi Kimia : biji tersusun atas karbohidrat, protein, lemak. Kecepatan penyerapan air: protein > karbohidrat > lemak

6. Umur : berhubungan dengan lama penyimpanan makin lama disimpan, makin sulit menyerap air.

Pada praktikum kali ini telah mengalami kesalah pada hasil perendaman dengan bahan kimia hal ini mungkin terjadi karena kulit biji asam yang tebal sehingga bahan kimia tersebut tidak dapat membuat kulit biji menipis sehingga air tidak dapat masuk. Selain itu bisa saja waktu perendaman dalam larutan asam pekat kurang lama.

VII. Penutup

7.1 Kesimpulan 7.2

7.3 Saran