I. Judul
Pematahan Dormansi Biji
II. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.
III. Tinjauan Pustaka
Asam jawa
Tamarindus indica
merupakan tanaman tropis penghasil buah yang termasuk da-lam famili Caesalpiniaceae. Asam jawa juga
dikategorikan pohon multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan. Kayu asam jawa dapat digunakan sebagai ba-han mebel, kayu
bakar dan arang. Buah asam jawa dapat dikonsumsi dan digunakan sebagai bumbu masak. Kandungan vitamin B yang terdapat dalam daging buah, sangat
baik untuk ke-sehatan Departemen Kehutanan, 2002. Biji asam jawa juga dapat digunakan sebagai koa-gulan alami dalam perbaikan kualitas air tanah,
khususnya untuk menurunkan angka total koliform pada air tanah Hendrawati dkk., 2013. Selain itu, akar pohon asam jawa yang da-lam, membuat jenis ini
sangat tahan terhadap badai dan cocok sebagai pemecah angin wind breaker Departemen Kehutanan, 2002. Asam jawa juga dikenal masyarakat sebagai
pohon rindang dan ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga di berbagai daerah sa-ngat cocok digunakan sebagai pohon pelindung Sundari dan
Winarno, 2010.
Sebelum berubah menjadi tumbuhan baru, biji harus mengalami fase yang berupa suatu proses perkecambahan. Perkecambahan adalah
permulaan aktif dar embrio yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan mundulnya tumbuhan tanamanan yang mampu mencukupi kebuthan
nutrisinya sendiri Tim dosen, 2016. Pertumbuhan bagi tanaman yang di batasi oleh periode di mana
hanya ada sedikit pertumbuhanan atau tidak bertumbuh sama sekali, yang biasanya di sebut dormansi. Tiga macam dormansi dapat di bedakan
berdasarkan asal penghambatnya, yaitu kondisi lingkungan yang berubah, seperti suhu ekstremdormansi akibat lingkungan, dominasi apikal dan
hambatan korelatif, dan kondisi yang ada pada waktu yang lebih awal akan menyebabkan perubahan pada jaringan yang akhirnya menghambat
pertumbuhan, misalnya dormansi tunas di musim dingin akibat kondidi pertumbuhan pada saat musim panas sebelumnya.
Dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat viable gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik
untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai. Dormansi dapat terjadi selama proses pengelolaan, sehingga benih tidak
dapat berkecambah walaupun dalam lingkungan yang baik untuk perkecambahan. Beberapa perlakuan dapat diberikan pada benih, sehingga tingkat dormansinya
dapat diturunkan dan presentase kecambahnya tetap tinggi. Perlakuan tersebut dapat ditujukan pada kulit benih, embrio maupun endosperm benih dengan
maksud untuk menghilangkan faktor penghambat perkecambahan dan mengaktifkan kembali sel-sel benih yang dorman. Dormansi benih dapat
dibedakan atas beberapa tipe dan kadang-kadang satu jenis benih memiliki lebih dari satu tipe dormansi. Willan 1985 membedakan dormansi ke dalam dormansi
embrio, dormansi kulit benih dan dormansi kombinasi keduanya. Dormansi dapat dipatahkan dengan perlakuan pendahuluan untuk mengaktifkan kembali benih
yang dorman. Ada berbagai cara perlakuan pendahuluan yang dapat diklasifikasikan yaitu pengurangan ketebalan kulit atau skarifikasi, perendaman
dalam air, perlakuan dengan zat kimia, penyimpanan benih dalam kondisi lembab dengan suhu dingin dan hangat atau disebut stratifikasi dan berbagai perlakuan
lain Kartiko 1986. Jurnal m0106 Sebenarnya dormansi merupakan cara embrio mempertahankan
diri dari keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecambahan. Berikut ini jenis – jenis dormansi.
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayur dan beberapa jenis tanaman kehutanan seperti sengon, aksia, jamu mente, dan kaliandra.
Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak dapat di lewati air. Dormansi mekanik sering terjadi pada biji jati, kemiri, kenari, dan
mangga. Penyebabnya adalah kulit biji terlalu keras sehingga sulit di tembus calon akar dan tunas. Pada biji mangga, dormansi ini dapat diatasi
dengan menyayat dan membuang kulit bijinya. Sementara itu, pada biji
yang terbungkus tempurung seperti biji kemiri dan kenari. Dormansi mekanis dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit bijinya.
Dormansi kimia sering terjadi pada bijiyang mengandung lapisan pektin seperti biji pepaya. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat
tertentu di dalam biji yang menghambat perkecambahan. Buku Perlakuan pemecahan dormansi asam kuranji dapat dilakukan
dengan skarifikasi, ini merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi
dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi pelukaan kulit benih adalah cara untuk memberikan kondisi
benih yang impermiabel menjadi permeabel melalui pemasukan pembakaran, pemecahan, pengikiran dan penggoresan dengan bantuan
pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya. Kulit benih yang permeabel memungkinkan air dan gas dapat masuk ke dalam benih
sehingga proses imbibisi dapat terjadi Schmidt, 2000 cit. Juhanda et al., 2013. Menurut Copeland, L O. dan M. B., McDonald 1985 Menggosok
biji dengan amplas atau pasir dan penggoncangan biji banyak digunakan untuk melukai kulit biji untuk memudahkan terjadinya imbibisi.
Perendaman dengan H2 SO4 juga dapat dilakukan untuk pemecahan dormansi, menurut Suyatmi, et al., 2011, perendaman biji jati dengan H2
SO4 pada konsentrasi 70 dan 90 selama 20, 30, dan 40 menit menghasilkan persentase perkecambahan yang lebih tinggi dari
kontrol.jurnal hutan tropis
IV. Metodologi