AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI

AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI

I.

PENDAHULUAN

Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan
mendatangkan kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan
keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang
luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu berbuat kebaikan, kebenaran,
serta memupuk keharmonisan hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering disebut dengan konsep tri
hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan manusia
dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia
lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang
harmonis antar umat manusia. Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap
Toleransi, Etika pergaulan.[1]
Kita sering terperangkap dengan jebakan “toleransi antar umat beragama”, yang
diartikan dengan mencampuradukkan ritual keagamaan. Bila kaum Nasrani natalan,

kitapun dianjurkan mengikutinya. Padahal sikap ini merupakan pengkhianatan
terhadap keimanan dan ritual kita.
Makna toleransi yang sebenarnya bukanlah mencampuradukkan keimanan dan
ritual Islam dengan agama non Islam, tapi menghargai eksistensi agama orang lain.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok
yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu
masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya[2]. Kata toleransi
sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris
“tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran.
Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah
quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s
own[3]. Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai
padanan dari kata toleransi adalah ‫ سماحة‬atau ‫تسامح‬. Kata ini pada dasarnya berarti
al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka
memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/
terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian
yang mulia[4].
Kita tidak dilarang melakukan kerjasama dengan non muslim dalam hal-hal yang

berkaitan dnegan hal-hal dunia, misalnya hubungan bisnis ataupun studi. Bahkan

ada ayat yang memerintahkan agar kita berlaku adil kepada siapa pun, termasuk
kepada non muslim. Yakni :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Maidah : 8)
Jadi, saat berinteraksi dengan non muslim, prinsip-prinsip toleransi, keadilan, dan
kebenaran harus kita tegakkan. Namun untuk urusan yang berkaitan dengan
kayakinan dan peribadatan, kita mengambil garis yang jelas dan tegas.
II.

PEMBAHASAN

Di dalam Islam, juga dikenal istilah toleransi. Toleransi (tasamuh) di dalam Islam
hanya berkenaan dengan masalah–masalah duniawiyyah/masalah kemasyarakatan
di dunia saja. Sedangkan dalam masalah i’tiqad/aqidah Islamiyyah juga dalam

masalah syari’ah tidak diketemukan toleransi di dalamnya. Semua sudah terbingkai
rapi dan teratur di dalam satu aturan/perundang–undangan yang berasal langsung
dari Allah (Tuhan Segala makhluk) dengan sistem aturan dari ‘langit’.
Banyak orang yang tidak tahu apa–apa tentang ad-din (agama) ini dan berkata :
“ayat toleransi dalam Islam adalah surat Al Kaafiruun ayat 6, ya’ni, untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku.”
Dengan kejahilan (kebodohan) mereka, mereka menjadikan Al Kaafiruun : 6 sebagai
dalil toleransi antar ummat beragama. Padahal, dari sebab–sebab turunnya ayat itu
(asbabun nuzul) sendiri sudah terlihat bahwa Rasulullah ‫وز‬TIDAK MAU
BERTOLERANSI dalam masalah aqidah.
Coba perhatikan asbabunnuzulnya:
‫ن‬
‫ن‬
‫ل نيا أ ني ينها ال ل ن‬
‫[ بسم الله الرحمن الرحيم } قر ل‬5] ‫سورة الكافرون مكية‬
‫م‬
‫دو ن‬
‫ما ت نعلب ر ر‬
‫كاففررو ن‬
‫( نول أن لت ر ل‬2) ‫ن‬

‫ (ل أع لب رد ر ن‬1) ‫ن‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ل نيا أي ينها ال ل ن‬
‫( { } قر ل‬3) ‫ما أع لب رد ر‬
‫ن { إلى آخر السورة‬
‫ ن‬.
‫كاففررو ن‬
‫دو ن‬
‫عاب ف ر‬
‫ن ن‬
،‫ والوليد بن المغيرة‬،‫ والعاص بن وائل‬،‫ الحارث بن قيس السهمي‬:‫نزلت في رهط من قريش منهم‬
‫م‬
‫ يا محمد ]هل م‬:‫ قالوا‬،‫ب وأمية بن خلف‬/202 ،‫ والسود بن المطلب بن أسد‬،‫[ بن عبد يغوث‬6] [‫]والسود‬
‫[ ديننا ونتبع دينك ونشر ر‬7] [‫ع‬
‫ فإن كان الذي جئت به‬،‫ تعبد آلهتنا سنة ونعبد إلهك سنة‬،‫كك في أمرنا كلله‬
‫فاتب ل‬
‫خيررا كنا قد شركناك فيه وأخذنا ح م‬
‫ وإن كان الذي بأيدينا خيررا كنت قد شركتنا في أمرنا وأخذت‬،‫ظنا منه‬
‫ حتى‬:‫ فقال‬،‫ فاستلم بعض آلهتنا نصدقك ونعبد إلهك‬:‫ قالوا‬،‫ معاذ الله أن أشرك به غيره‬:‫ فقال‬،‫بحظك منه‬

‫دا رسول الله‬
‫ فنغن ن‬،‫ "قل يا أيها الكافرون" إلى آخر السورة‬:‫ فأنزل الله عز وجل‬،‫أنظر ما يأتي من عند ربي‬
‫ فقام على رءوسهم ثم قرأها عليهم حتى‬،‫صلى الله عليه وسلم إلى المسجد الحرام وفيه الملء من قريش‬
‫ن‬
‫ن { في الحال‬
‫دو ن‬
‫ما ت نعلب ر ر‬
‫ }ل أع لب رد ر ن‬: ‫ ومعنى الية‬. [8] ‫ فأيسوا منه عند ذلك وآذوه وأصحابه‬،‫فرغ من السورة‬
‫ن‬
‫ن‬
‫ما أع لب رد ر { في الحال‬
‫م ن‬
‫دو ن‬
‫عاب ف ر‬
‫ن ن‬
‫} نول أن لت ر ل‬،

‫ن‬
‫ن‬
(6) ‫ن‬

‫م ن‬
‫وننل أ نننا ن‬
‫دو ن‬
‫عاب ف ر‬
‫م فدين رك ر ل‬
‫( ل نك ر ل‬5) ‫ما أع لب رد ر‬
‫ن ن‬
‫( وننل أن لت ر ل‬4) ‫م‬
‫ما ع نب ند لت ر ل‬
‫عاب فد د ن‬
‫م ونل ف ن‬
‫ي فدي ف‬
‫ن‬
‫ن‬
{ (6) ‫ن‬
‫م ن‬
‫} نول أ نننا ن‬
‫دو ن‬
‫عاب ف ر‬
‫م فدين رك ر ل‬

‫( ل نك ر ل‬5) ‫ما أع لب رد ر‬
‫ن ن‬
‫( نول أن لت ر ل‬4) ‫م‬
‫ما ع نب ند لت ر ل‬
‫عاب فد د ن‬
‫م ونل ف ن‬
‫ي فدي ف‬
‫ن‬
{‫م‬
‫[ } نول أ نننا ن‬9] ‫ما أ نع لب رد ر { في الستقبال‬
‫م ن‬
‫دو ن‬
‫عاب ف ر‬
‫ما ع نب ند لت ر ل‬
‫عاب فد د ن‬
‫ن ن‬
‫ } نول أن لت ر ل‬،‫في الستقبال‬.
‫وهذا خطاب لمن سبق في علم الله أنهم ل يؤمنون‬.
‫ "ما تعبدون‬:‫ لكنه ذكره لمقابلة‬،‫ن أعبد‬
‫ ن‬:‫[ أعبد" أي‬10] [‫ " ]ما‬:‫"وقوله‬.

‫م ل‬
‫ ومن مذاهبهم‬،‫ وعلى مجاز خطابهم‬،‫ هو أن القرآن نزل بلسان العرب‬:‫ قال أكثر أهل المعاني‬:‫ووجه التكرار‬
‫ إرادة التوكيد والفهام كما أن من مذاهبهم الختصار إرادة التخفيف واليجاز‬،‫التكرار‬.
‫ما فادخل في‬
‫ إن سمرك أن ندخل في دينك عا ر‬:‫ وذلك أنهم قالوا‬،‫ تكرار الكلم لتكرار الوقت‬:‫وقال القتيبي‬
،‫ ونافع‬،‫ قرأ ابن كثير‬،‫[ السلم‬11] { ‫ن‬
‫م فدين نك ر ل‬
‫ } ل نك ر ل‬.‫ فنزلت هذه السورة‬،‫ما‬
‫ديننا عا ر‬
‫م { الشرك } ونل ف ن‬
‫ي فدي ف‬
[13].[12] [‫ ]وهذه الية منسوخة بآية السيف‬.‫ قرأ الخرون بإسكانها‬،‫ "ولي" بفتح الياء‬:‫وحفص‬
Sangat jelaslah dari asbabunnuzul tersebut bahwa surat Al-Kafirun diturunkan untuk
menanggapi bujuk rayu para dedengkot kafir Quraisy diantaranya : Haris bin Qois
Assahmy, Al-'Ashi bin Wa-il, Al-Walid bin Al-Mughirah, Al-Aswad bin Abdu Yaguts, AlAswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf yang menemui Rasulullah saw dan
berkata: "Wahai Muhammad! Mari kita bersama - sama menyembah apa yang kami
sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu
dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Lalu para kafir itu pun
menjanjikan beberapa imbalan seperti harta yang berlimpah, sehingga akan
membuat Rasulullah SAW menjadi lelaki yang terkaya di kota Makkah, juga mereka

(kafir Quraisy) akan menikahkannya dengan wanita – wanita yang cantik. Lalu
mereka berkata :
“Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari
mencaci maki tuhan-tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut-nyebutnya
dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan
kami selama setahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun.”
Tapi, apa jawab orang yang Allah telah pilih menjadi kekasih-Nya itu, “"Tunggulah
sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Robbku." Lalu seketika itu, Allah Jalla
JalalluHu menurunkan firman-Nya :
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku." (Al Kaafiruun : 1-6)
Lalu Allah menurunkan firman-Nya lagi,
Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orangorang yang tidak berpengetahuan?" (Az Zumar : 64)

Setelah mendengar keterangan itu, lalu pergilah mereka dengan tangan hampa dan
dalam keadaan hina dina.
Jadi sangatlah jelas bahwa Allah ‘Azza wa Jalla melarang Rasul-Nya untuk

bertoleransi dalam masalah aqidah dan syari’ah kepada orang kafir bahkan di ayat
itu juga, secara tidak langsung Allah melalui Nabi-Nya menyuruh ummatnya agar
menyebut mereka (yang bukan Islam) dengan sebutan Kafir (orang yang ingkar
kepada Allah). Tidak pernah Allah menyebut mereka ataupun orang semacam
mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuha Ghoirul Muslimuun (Wahai, orang–orang nonIslam)”, tapi Allah menyebut mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuhal Kaafiruun
(Wahai, orang–orang kafir). Meskipun agak terdengar kasar (bagi orang Indonesia)
tetapi itulah sebutan langsung dari Allah ‘Azza wa Jalla untuk mereka, dan kita wajib
mengikutinya. Tidak oleh membantahnya. Hal itu semata–mata hanya untuk
menyatakan bahwa Islam tidak bisa bertoleransi dalam hal aqidah.
Dan ayat ‘Lakum Diinukum WaLiyadiin’ BUKANLAH ayat toleransi, melainkan ayat
PENEGASAN untuk TIDAK mengikuti apa–apa yang orang kafir suruh kepada kita
ummat Islam. Disinilah banyak yang salah kaprah.
2.1.

Toleransi Saat Ini

Sebetulnya, tidak ada bedanya antara toleransi ummat beragama zaman ini dengan
toleransi ummat beragama zaman dulu (ya’ni zaman Nabi SAW dan para
Shahabatnya RA), dimana toleransi itu hanya sebatas mu’amalah duniawiyyah saja.
Bahkan, jika dilihat kenyataannya saat ini kaum Kafir tidak ada sikap toleransinya

sama sekali terhadap kaum Muslimin. Bahkan masalah duniapun mereka memusuhi
ummat yang telah dibangun atas dasar tauhid ini.
Telah benarlah firman Allah Tabaroka wa Ta’Ala :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah
petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu.” (Al Baqarah : 120)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak hentihentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (Ali Imran : 118)
Berdasarkan ayat di atas maka toleransi harus diberdayakan terhadap siapapun
selama mereka :

1.

Tidak menimbulkan madharat kepada kita (baik duniawy maupun ukhrawy);

2.

Tidak merasa bahagia dengan derita dan kesusahan yang menimpa kita;

3.

Jelas menyatakan benci kepada kita.

Dari Shahabat Abu Hurairah ra; Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya akan
datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan, dimana PENDUSTA
DIBENARKAN, sedangkan ORANG JUJUR DIDUSTAKAN, PENGKHIANAT DIPERCAYA,
sedangkan ORANG AMANAT DIANGGAP PENGKHIANAT, Pada masa itu Ruwaibidhah
berbicara.” Beliau saw ditanya : “Apakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah ? Beliau
saw bersabda : “Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan (masalah) yang
banyak.”[14]
Jadi, toleransi kaum kafir terhadap kaum Muslim hanyalah isapan jempol semata.
Mereka memusuhi kaum Muslim dengan permusuhan yang besar. Bahkan sampai–
sampai, mereka mampu membuat lidah saudara–saudara kita (yang awam) latah
(ikut–ikutan) menyebut saudara/saudarinya sebagai ‘teroris’. Dan sampai sekarang
pun, apa dan siapa yang disebut ‘teroris’, itu masih belum jelas.
2.2.

Islam Tidak Memaksa

Islam sendiri tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam Islam,
sebagaimana :
tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut[15] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqoroh: 256)
Islam tidak mengenal paksaan, karena paksaan hanya melahirkan ketidak setiaan
bahkan ketidak ikhlasan, oleh karena itu Islam hanya mengenal ajakan. Ajakan
kepada Islam adalah dakwah Islamiyyah yang mengajak manusia yang masih
berkubang di dalam lumpur kejahiliyahan (kebodohan/ketidakpahaman masalah addin) ke dalam cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu al-Islam juga
bermakna yang membedakan antara yang Haq (Jalan yang Benar) dengan yang
Bathil (Jalan yang Sesat).
serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[16][845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Annahl:125)
Di dalam membedakan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat/bathil,
Islam tidak mengenal kompromi apalagi toleransi, karena itu menyangkut hal yang
prinsip (aqidah). Jadi, inti dari ayat ‘tidak ada paksaan dalam Islam’ itu tidak ada

hubungannya dengan kompromi atau toleransi dengan kekafiran dan kemaksiyatan.
Tiap–tiap yang mengaku ummat Islam wajib menyebarkan ajaran Islam ke seluruh
penjuru dunia guna menancapkan kemuliaan Islam yang didasari dengan akhlak
dan prinsip (aqidah) yang baik.
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[17].
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.(AlMaidah:67)
2.3.

Toleransi Yang Dinginkan si Kafir

Orang–orang kafir menginginkan agar kita sebagai ummat Islam mau mengikuti tata
cara mereka sebagai salah satu toleransi/loyalitas pada mereka. Padahal Islam
sangat melarang berloyalitas pada kaum Kafir karena loyalitas yang dilakukan akan
menimbulkan al-Muwaalaah (kecintaan) pada si kafir, jika sudah cinta, maka Allah
‘Azza wa Jalla berfirman :
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir,
lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara
mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka
jika mereka berpaling[18], tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu
menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi
pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong. (An Nisaa’ : 89)
Kita dilarang menjadi penolong dalam agama–agama mereka. Seperti, mereka
menginginkan kita ikut serta dalam perayaan hari raya mereka. Mereka juga
menginginkan kita mensahkan apa–apa yang mereka lakukan, seperti minum
khomr, makan daging–daging yang haram (anjing, babi, dsb), membuat rumah
ibadah mereka, berzina, pacaran, mengghibah, dan lainnya. Yang pada akhirnya,
mereka menyuruh agar kita menghargai pemurtadan yang mereka lakukan.
Maka dari itu, kita harus mempunyai sikap al-Mu’aadaah (membenci). Membenci
siapa yang dimaksud?. Membenci apapun yang bertentangan dengan hukum Qur’an
dan Sunnah, membenci siapapun yang membenci Allah dan Rosul-Nya, membenci
apa–apa yang selain Allah dan membenci karena Allah.
‫ " من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد‬: ‫ عن النبي صلى الله عليه وسلم قال‬، ‫عن أبي أمامة‬
(‫ استكمل اليمان)رواه أبو داود‬.
Dari Abi Umamah dari Nabi Muhammad ‫ ز‬: Beliau ‫ ز‬pernah bersabda : “Siapa saja
yang mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan
melarang karena Allah, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan
imannya.”[19] (HR. Abu Daud, dishohihkan oleh Al Abani)

Dan siapa saja yang mencintai tidak karena Allah dan membenci tidak karena Allah,
bahkan dia membenci Allah, Rosul dan penganut agama-Nya, maka ia telah Kafir.
Atau membenci Allah saja maka ia sudah Kafir. Atau membenci Rosul-Nya saja maka
ia juga Kafir, atau membenci penganut agama-Nya saja, maka ia juga telah Kafir.
Jadi pada intinya, orang–orang kafir menginginkan kita bertoleransi terhadap
mereka dengan cara, kita (kaum Muslimin) harus :
1.
Mengikuti perayaan hari besar/raya mereka, seperti ; Natal bersama, Nyepi
bersama, Paskah bersama, perayaan hari valentine, perayaan malam tahun baru
serta ikut serta dalam pembuatan/memeriahkan hari besar mereka.
2.
Mensahkan pendirian bangunan ibadah mereka, seperti Gereja, Pura,
Wihara, dan tempat tempat penyembahan berhala lainnya yang dibangun di
tengah–tengah komunitas kaum Muslimin.
3.
Mengikuti atau membenarkan apa–apa yang mereka lakukan, seperti
ibadahnya mereka, minum–minuman haramnya mereka, pemurtadan yang mereka
lakukan, dll.
4.

Menampakkan kebahagiaan/kesenangan jika hari raya mereka tiba.

Kesemuanya itu adalah HARAM dilakukan oleh ummat Islam, bahkan tidak boleh
terlintas di dalam hati ummat Islam sedikitpun.
Dari Abu Sa'id al-Khudry bahwasanya Rasulullah ‫ ز‬bersabda: "Sungguh kalian akan
mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi
sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga andaikata mereka menelusuri/masuk ke
lubang biawak, niscaya kalian akan masuk ke dalamnya juga. Para Shahabat
‫ؤر‬bertanya : "Wahai Rasulullah! Apakah (mereka itu) orang-orang Yahudi dan
Nashrani?". Beliau ‫ وز‬bersabda: "Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Bukhari)
[20]
2.4.

Islam Melarang Mengambil Orang–Orang Kafir Sebagai Teman

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zholim." (Al Maa’idah: 51)
Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’)
pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan.[21]
Bahkan, Imam Hasan bin Muhammad bin Asshobah telah meriwayatkan dari
Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah

seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa
disadarinya, Beliau menduga bahwa itu yang dikehendaki ayat ini."[22]
Islam melarang kita menjadikan orang–orang kafir dan musyrik sebagai pemimpin,
karena dikhawatirkan bahkan diyakini bahwa mereka akan memimpin dengan
kekafiran, kemaksiyatan dan kebodohannya. Islam juga melarang mengambil
mereka sebagai teman dekat (shahabat), dikhawatirkan dia (si kafir) akan
menjerumuskan kita ke dalam kekafirannya.
Rasulullah ‫ ز‬pernah berpesan : “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka
hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan
Tirmidzi)[23].
Di hadist tersebut Nabi ‫ ز‬memberikan pesan yang tersirat, bahwa kita harus
mengambil orang Mukmin saja sebagai teman.
Bahkan orang–orang Muslim yang mengambil orang–orang kafir sebagai teman,
diancam oleh Allah dengan siksaan yang pedih,
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan
yang pedih,” (An Nisaa’ : 138)
2.5.

Siapa yang dimaksud dengan orang–orang munafik ?

“(ya’ni) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan
Allah.” (An Nisaa’ : 139)
Akan tetapi, Islam membolehkan kita berbuat adil terhadap orang kafir, dengan
catatan ; si kafir tersebut TIDAK MEMERANGI DAN MEMBENCI KAUM MUSLIMIN.
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang TIDAK MEMERANGIMU karena agama dan TIDAK JUGA MENGUSIR KAMU
dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al
Mumtahanah : 8)
Jika si kafir tidak memerangi dan membenci kaum Muslimin karena agama juga
tidak mengusir kita dari negeri kita (tidak menjajah). Maka kita boleh berbuat adil
kepada mereka (ya’ni, memberikan hak–haknya). Berbuat adil disini bukan berarti
loyal (mencintai serta menjadi penolong) terhadap mereka. Tetap, kita tidak boleh
bertoleransi dalam hal aqidah. Tetap kita harus berlepas diri dari kekufuran mereka.
Ibnu Katsir -rahimahullah- menjelaskan makna ayat tersebut, “Allah tidak melarang
kalian berbuat ihsan (baik) terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum
muslimin dalam agama dan juga tidak menolong mengeluarkan wanita dan orangorang lemah, ya’ni Allah tidak melarang kita untuk berbuat baik dan berbuat adil

kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat
adil.”[24]
2.6.

Islam Menghargai Pluralitas Agama Tapi Tidak Untuk Pluralisme Agama

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu,
tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. kecuali orang-orang yang diberi
rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat
Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi
neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Huud : 118 –
119)
Imam Qotadah –rahimahullah- menjelaskan : “Kalaulah Allah menghendaki, tentu
Dia akan menjadikan seluruh umat manusia ini sebagai Muslimin.”[25]
“Tetapi mereka senantiasa berikhtilaf (berselisih pendapat) … .” Dari perselisihan itu
bercerailah antara dua kubu, sebagian menjadi Kafir dan sebagian lagi menjadi
Mukmin.
Seorang kafir berhak untuk tetap dalam agamanya, tapi di akhirat, ia harus
mempertanggung jawabkan atas pilihannya itu. Tapi tetap, kaum Muslim wajib
mengajak mereka dengan seruan Islam.
Islam pun menghargai adanya pluralitas (kemajemukan, keberagaman, perbedaan)
agama –selama kemajemukan itu tidak memerangi, menistai dan melecehkan
agama Islam-, akan tetapi Islam tidak menerima pluralisme agama. Jika pluralitas
diubah menjadi isme (suatu paham yang harus diyakini keberadaannya) maka
otomatis Islam harus membenarkan keimanan/prinsip dasar orang kafir. Maka dari
itu, ajaran Islam menolak pluralisme agama dan tidak memungkiri adanya pluralitas
agama.
Perlu diketahui, kesesatan pluralisme dalam beragama bisa berdampak buruk :
1.
Pernikahan beda agama, yang akan melahirkan anak yang cacat aqidah dan
akhlaknya. Dan Allah pun tidak merestui/meridhoi pernikahan itu. Dan para ulama’
SEPAKAT bahwa, pernikahan tersebut (beda agama) termasuk dari zina dan dosa
besar, juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik,
walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu.
mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Al Baqarah : 221)

2.
Akan munculnya orang–orang yang bodoh (jahil) dalam perkara ad-din
(agama), karena semua agama dijadikan satu dan diaduk secara sistematis dengan
pemikiran yang berasal dari akal insani dan membuang wahyu Ilahi Yang Suci. Jika
sudah begitu, maka lahirlah orang–orang bodoh yang berpengetahuan agama yang
kosong.
3.
Akan munculnya kesesatan dimana–mana, karena kebohodan dalam perkara
agama. Orang–orang yang mengusung ideologi pluralisme agama akan menafsirkan
ayat–ayat suci berdasarkan percampur adukkan dari semua agama. Jika sudah
begitu, agama bukan lagi suatu produk dari langit (Allah), tapi sudah berupa produk
dari manusia (ciptaan Allah).
4.
Akan terjadi kemaksiyatan dimana–mana. Agama mengajarkan menyeru
orang untuk berbuat baik/ma’ruf dan mencegah dari hal–hal yang munkar/maksiyat.
Jika pluralisme agama sudah merebak di suatu masyarakat, maka hal–hal yang
ma’ruf akan dianggap menjadi hal yang munkar/maksiyat, sedangkan hal–hal yang
munkar/maksiyat dianggap sebagai hal–hal yang ma’ruf/baik.
Jika sudah begitu, orang–orang yang tidak mau agamanya dilecehkan, dinistakan
bahkan dicampur aduk dengan agama lain, mereka akan mempertahankan
agamanya dengan caranya sendiri.
Maka dari itu, Islam sangat menolak apapun bentuk pluralisme dalam beragama.
Dan tiada toleransi maupun kompromi dengan pluralisme agama. Karena itu
(pluralisme agama) bisa menjadi indikasi senjata orang–orang kafir untuk
menghancurkan agama Allah Yang Mulia ini.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka
itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali Imran : 54)
III.

KESIMPULAN

Pada intinya, Islam tidak mengajarkan toleransi dan kompromi dalam masalah yang
sifatnya i’tiqadiyyah (aqidah/prinsip) atau yang berkaitan dalam masalah
ukhrowi/akhirat seorang Muslim. Dan haram bagi ummat Islam untuk membenarkan
aqidah keimanan orang–orang kafir dan musyrik serta bergembira atau ikut–ikutan
pada acara hari raya mereka.
Dan ummat Islam dilarang mengikuti fatwa–fatwa ulama’ sesat yang bergelar
akademis tinggi sekalipun, yang membolehkan bertoleransi kepada kaum kafir
dalam masalah–masalah yang terkait di atas. Mereka sengaja memadamkan cahaya
agama Allah dengan pemikiran–pemikiran mereka dengan cara memanipulasi
hujjah dan argumentasi serta melecehkan ayat–ayat Al Qur’an Yang Suci. Dan
ummat Islam tidak boleh tertipu dengan orang–orang semacam itu.

DAFTAR PUSTAKA
1.
Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet.
ke-3. Jilid ke-2.
2.
A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English.
London: Oxford University Press. Cet. ke-23.
3.
Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia
Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14.
4.

Tafsir Al-Baghowy, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 8.

5.

http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi

6.

Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 4.

7.

Al Muhalla, Ibnu Hazm, Yaman, 2011, jilid 11.

8.

Tafsir Ibnu Katsir, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 3.

9.

Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 8.

10. Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad
Salamah, jilid 8, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H
11.

Jami’ul Bayan jilid 7.

[1]
Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet.
ke-3. Jilid ke-2. h. 667
[2]

http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi

[3]
A. S. Hornby. 1986. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English.
London: Oxford University Press. Cet. ke-23. h. 909
[4]
Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia
Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657
[5]
.‫ نزلت سورة )قل يا أيها الكافرون( بمكة‬:‫ قال‬- ‫ رضي الله عنهما‬- ‫أخرج ابن مردويه عن ابن عباس‬
654 / 8 :‫ الدر المنثور‬:‫انظر‬.
[6]

‫ والصحيح ما أثبت‬،‫في "أ" السد‬.

[7]

‫في "أ" هل تتبع‬.

[8]
‫ أسباب‬،561 / 4 :‫ ابن كثير‬،331 / 30 :‫ وانظر الطبري‬.362 / 1 :‫ سيرة ابن هشام‬،‫أخرجه ابن إسحاق‬
‫ وقد أخرج ابن أبي حاتم من حديث ابن‬333 / 8 :‫ قال الحافظ في الفتح‬.(543) ‫النزول للواحدي صفحة‬

‫ فإن لم تفعل فاعبد‬،‫ كف عن آلهتنا فل تذكرها بسوء‬:‫ قالت قريش للنبي صلى الله عليه وسلم‬:‫عباس قال‬
‫ وهو ضعيف‬،‫ وفي إسناده أبو خلف عبد الله بن عيسى‬.‫ فنزلت‬،‫آلهتنا سنة ونعبد إلهك سنة‬.
[9]

‫ ترجمة الباب‬733 / 8 ‫ البخاري‬: ‫انظر‬.

[10] ‫ في "ب "ل‬.
[11] :‫ كما قال‬،‫ "ولم يقل ديني" لن اليات بالنون فحذفت الياء‬297 / 3 :‫قال الفراء في معاني القرآن‬
‫""يهدين" و "يشفين‬.
[12] ،‫ نقل ذلك عن ابن عباس‬:‫ وهذه الية منسوخة بآية السيف‬: ‫ وقوله‬."‫ما بين القوسين ساقط من "ب‬
‫ ول يصار‬،‫ لن الجمع بينهما ممكن‬،‫ فل مجال للقول فيها بالنسخ‬،‫وهذه الية ل تعارض بينها وبين آية السيف‬
‫ لنه ختم على‬،‫ ومعنى الية )لكم دينكم( فل تتركونه أبدا‬.‫إلى القول بالنسخ إل بعد تعذر الجمع بين اليتين‬
‫ طلبوا من الرسول صلى الله عليه‬- ‫ كما تقدم‬- ‫ وذلك أن المشركين‬،‫قلوبكم )ولي دين( الذي ل أتركه أبدا‬
‫وسلم أن يعبد آلهتهم سنة ويعبدوا إلهه سنة فنزلت السورة بيانا لحالهم وتيئيسا للرسول صلى الله عليه‬
‫ الناسخ‬،331 - 330 / 30 :‫ تفسير الطبري‬:‫ انظر‬.‫وسلم من إيمان أشخاص بأعيانهم وعدم الطمع في إيمانهم‬
(1) ‫ تعليق‬32 / 3 : ‫ وراجع فيما سبق‬.‫( مع التعليق‬162 - 161) :‫ صفحة‬،‫والمنسوخ للبغدادي‬.
[13] ‫ موسوعة القرآن الكريم‬8 .‫ ج‬564-561.‫تفسير البغوى ص‬
[14] HR. Ibnu Majah no. 4023, Ahmad no. 7571, dan Al-Hakim no. 8708.
Dinyatakan HASAN oleh Ahmad Syakir, dan SHAHIH oleh Ibnu Katsir dan Al Albani
dalam Silsilah Al Ahadist Ash Shahihah no. 1887 dan Shahih Al Jami’ Ash Shagir no.
3650
[15]

Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

[16] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan
antara yang hak dengan yang bathil.
[17]

Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Muhammad s.a.w.

[18] Diriwayatkan bahwa beberapa orang Arab datang kepada Rasulullah s.a.w. di
Madinah. lalu mereka masuk Islam, kemudian mereka ditimpa demam Madinah,
karena itu mereka kembali kafir lalu mereka keluar dari Madinah. kemudian mereka
berjumpa dengan sahabat Nabi, lalu sahabat menanyakan sebab-sebab mereka
meninggalkan Madinah. mereka menerangkan bahwa mereka ditimpa demam
Madinah. sahabat-sahabat berkata: mengapa kamu tidak mengambil teladan yang
baik dari Rasulullah? sahabat-sahabat terbagi kepada dua golongan dalam hal ini.
yang sebahagian berpendapat bahwa mereka telah menjadi munafik, sedang yang
sebahagian lagi berpendapat bahwa mereka masih Islam. lalu turunlah ayat ini yang
mencela kaum muslimin karena menjadi dua golongan itu, dan memerintahkan
supaya orang-orang Arab itu ditawan dan dibunuh, jika mereka tidak berhijrah ke
Madinah, karena mereka disamakan dengan kaum musyrikin yang lain.
[19]

(4681) ‫أبو داود‬

[20] Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 4, hal. 169
no. 3456
[21]

Al Muhalla, Ibnu Hazm, Yaman, 2011, jilid 11, hal 138

[22]

Tafsir Ibnu Katsir, Maosoatulquranil’adzim, Yaman, 2011, Juz 3, hal 132

[23] Shahih Al-Bukhori, Maosoatulhaditsunnabawy, Yaman,2011, Juz 8, hal. 38 no.
6170
[24] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad
Salamah, jilid 8 hal 90, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H
[25]

Jami’ul Bayan jilid 7, hal 137 nomor 18712

Diposkan oleh Dini di 07.51
Reaksi:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Kritik dan saran amat kami harapkan. Terima kasih

Link ke posting ini

Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Apa komentar Anda?
Pengikut
Pencarian

Arsip Blog

► 2013 (26)

▼ 2012 (22)
► Desember (1)
▼ Juli (4)
Konsep Diri
AL-QUR'AN, AS-SUNNAH DAN IJTIHAD
AYAT-AYAT AL-QURAN DAN HADITS TENTANG TOLERANSI
Kenali Gejala Penyakit Lewat Mata
► April (6)
► Maret (11)

► 2011 (6)

► 2010 (11)

Mengenai Saya
Foto Saya

Dini

Lihat profil lengkapku
Share it
kalender

Newsletter
Apple Google Microsoft
Apple Said to Prepare Song-ID Feature for IPhone Software
Bloomberg
Apple is bolstering its music offerings even as song-download sales have slowed
across the industry. While the Cupertino, California-based company is the world's
largest music seller through its iTunes store, customers are listening more to
Internet ...
Related Articles »
'Now is the time to invest' in Apple ahead of new product launches, Morgan ...
Apple Insider
A strong recommendation for Apple stock was pushed by investment firm Morgan
Stanley on Thursday, which said now is the right time to invest due to low
institutional ownership, resilient iPhone sales, and anticipated upcoming product
launches.
Related Articles »
Here's what Apple's CarPlay will look like in your next car
The Verge
It's been a long time in the making, but Apple's CarPlay is finally here. Well, almost.
At the New York International Auto Show, Apple is showing off its CarPlay integration
with a handful of its automotive partners. We got a chance to take a look at ...
Related Articles »
Marissa Mayer's Secret Plan to Get Apple to Dump Google and Default to Yahoo ...
Re/code
Apple has long had a good relationship with Yahoo, which Mayer hopes to further
improve. Yahoo already is the default data source on the iPhone for the device's
stocks and weather apps, the latter of which is a very slick and attractive piece of ...
Related Articles »
powered by

Universal Converter
Artikel Kita
di sini anda bisa kirim artikel
Follow by Email

Powered By Blogger

powered by

http://ajdamily.blogspot.com.. Template Picture Window. Gambar template oleh
borchee. Diberdayakan oleh Blogger.