TENTANG SURAT DAN AYAT DALAM AL QURAN

SURAT DAN AYAT
MAKALAH AL-QUR’AN DAN HADITS
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Al-Qur’an Hadits
Dosen : Drs. H. Abdul Madjid, AS

VINA IDAMATUSSILMI
14350037
AL-AKHWAL ASY-SYAKHSIYYAH (B)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya
haturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada bapak Abdul Majid, AS selaku
dosen pengampu Al-Qur’an Hadits yang telah membimbing saya dalam

pembuatan makalah. Tak lupa kepada teman-teman yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, dalam proses pembelajaran akademik
ataupun kegiatan di luar akademik. Terimakasih

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii-iii
BAB.I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................1
BAB.II PEMBAHASAN
SURAH
Pengertian Surah.....................................................................................................2
Jumlah Surah dalam Al-Qur’an............................................................................2-3
Pembagian Surah dalam Al-Qur’an.....................................................................3-4

Penyusunan Surah dalam Al-Qur’an...................................................................5-7
Penamaan Surah dalam Al-Qur’an......................................................................7-8
Antara yang Turun Pertama dan Terakhir..........................................................8-10
Surah Makiyyah dan Madaniyyah....................................................................10-11
AYAT
Pengertian Ayat.................................................................................................12-13
Jumlah Ayat dalam Al-Qur’an..........................................................................13-14

ii

Tertib Pengurutan Ayat dalam Al-Qur’an........................................................14-15
Huruf-Huruf Muqaththa’ah..............................................................................15-16
BAB.III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Allah menurunkan al-qur’an dengan begitu indahnya. Dari segi
bahasa, susunannya, ataupun hal lain yang membuat kita sebagai manusia
terkagum-kagum akan ciptaanNya, dan membuat kita berfikir bahwa alqur’an itu benar-benar mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
bukan buatan manusia, atau makhluq Allah lainnya. Semua itu dapat kita
lihat pada surat dan ayat yang menjadi bagian dalam al-qur’an.
Dengan itu, kita perlu mengetahui apa saja yang ada dalam alqur’an terkait dengan surat dan ayat. Guna menambah kekuatan iman kita
kepada al-qur’an yang termasuk kitab Allah.

B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud dengan surah dalam Al-Qur’an?
b) Apa yang dimaksud dengan ayat dalam Al-Qur’an?
C. TUJUAN
a) Mengetahui apa yang dimaksud dengan surah dalam al-qur’an
b) Mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat dalam al-qur’an

1

BAB II

PEMBAHASAN

A.

SURAH
a) PENGERTIAN SURAH
Dalam leksikologi Arab, kata surat (jamak: suwar) mengandung banyak

arti, yaitu: bangunan yang menjulang tinggi ke langit, kedudukan/tempat dan
keutamaan.1

Dari segi lughowi-nya surah juga berarti Manzilah atau

kedudukan. Arti lainnya adalah syaraf, atau kemuliaan. Arti lainnya adalah
Syaraf, atau kemuliaan.
Pada sisi terminologis, kita tidak melihat batasan surat dalam perspektif
yang berbeda. Pada umumnya memberikan batasan yang sama tentu dengan
sedikit penjelasan tambahan yang berbeda. Al-Zarkasyi misalnya menjelaskan
pengertian surat dengan “sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai
permulaan dan penutup”. 2Al-Zarqani memberikan sedikit tambahan bahwa

sekelompok ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai permulaan dan akhir itu
adalah berdiri sendiri. Menurut Abdul Wahhab Abdulmajid Ghazlan, surah
adalah “kelompok tersendiri dari Al-Qur’an yang terdiri dari sedikitnya tiga
ayat”. Jadi dapat disimpulkan bahwa surah adalah “kelompok tersendiri dari
ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai awal dan akhir”.
b) JUMLAH SURAH DALAM AL-QUR’AN
Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti
dalam mushaf Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari
Mujahid surat al-Qur’an adalah 113 surat dengan menggabungkan surat alAnfal dengan surat al-Tawbah menjadi satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah
surat al-Bara’ah dan surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab
“satu surat”. Ibnu Mas’ud dalam mushafnya terdapat 112 surat. Ini karena ia
tidak memasukan dua surat terakhir (mu’awidzatani) 3 yang oleh Montgomery
Watt dikatakan sebagai jimat-jimat pendek. Sementara sebagian di antara
ulama Syi’ah menetapkan bahwa jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena
mereka memasukan surat qunut yang dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang
oleh

ditulis

oleh


Ubay

c) PEMBAGIAN SURAH

1
2

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/
al-zarqasyi, t.t : I, 263

2
3

al-Sayuthi, t.t: 67; Abu Syuhbah, 1996: 288

di

kulit


al-Qur’an.

Pembagian al-Qur’an menjadi 30 juz berkaitan dengan jumlah hari dalam
bulan Ramadhan, ketika satu juz al-Qur’an dibaca setiap harinya. Tetapi,
bagian atau juz al-Qur’an tampaknya kurang diperhitungkan untuk menjadi
pembicaraan dalam pembahasan ilmu-ilmu al-Qur’an.

Berbeda dengan

pembahasan surah dan ayat dalm al-qur’an yang dipandang cukup menarik.
4

Para ulama mengelompokkan Al-Qur’an yang berjumlah 114 surah menjadi

empat kelompok. Sandarannya adalah hadits marfu’ yang dikeluarkan oleh Abu
‘Ubaid dari Basyir, dari Qatadah, dari Abi Al-Mulih, dari Wailah bin Al-Asyqa
dari Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi :

‫م ن‬
‫وا ن‬

‫ن مكان النجيل‬
‫ت ال ئ‬
‫كا ن‬
‫ت ال ت‬
‫ن الت توينراةئ ونا تع يط ئي ي ت‬
‫ل ن‬
‫ا تع يط ئي ي ت‬
‫مئ ئي ي ن‬
‫سب يعن الط ط ن‬
‫واعطيت المثاني مكان الزبور وفضلت بالمفصل‬
“Aku diberi (oleh Allah) tujuh surah thiwal isi Taurat. Dan aku diberi mi’un
pada posisi Injil. Dan aku diberi matsani pada posisi Zabur. Dan, aku
dilebihkan dengan mufashshal”.
Sekalipun oleh Al-Zarkhasyi dalam Al-Burahn Fi ‘Ulumil Qur’an-nya
hadits ini dinyatakan gharib, tetapi istilah-istilah surah thiwal, mi’in atau
matsani dan mufashshal demikian populer di kalangan pengkaji ‘Ulumul
Qur’an. Dan pembagiannyapun sebagai berikut :

1. Ath-Thiwal
Yaitu surah yang panjang-panjang.

Kelompok surah ini ada enam surah yag disepakati. Dan satu surah
dipersoalkan. Surah-surah yang disepakati adalah : Al-Baqarah, Ali ‘Imron,
An-Nisa’, Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf. Sedangkan satu surah lainnya
yang dipertentangkan adalah surah Baraah (At-Taubah). Kedua surah ini
dianggap satu karena tidak dipisah dengan basmallah. Menurut pendapat yang
lain, yang ketujuh adalah surat Yunus.
2. Al-Mi’un atan Al-Mi’in
Yaitu surah-surah Al-Qur’an yang jumlah ayatnya sekitar 100 ayat.
3. Al-Matsani

4

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

3

Adalah surah-surah yang panjangnya kurang dari 100 ayat. Dinamakan
Matsani, karena surat itu diulang-ulang dalam bacaannya (sering dibaca),
lebih banyak dibandingkan dengan surat at-thiwwal dan al-mi’un.
4. Al-Mufashshal

Yaitu surah-surah yang lebih pendek dari matsani. Disebut mufashshal
karena terputus-putus. Sebabnya surah itu pendek. Ada 3 macam surah
Mufasshal, yaitu :
1. Thiwal Al-Mufasshal
Dimulai dari surah Qaaf atau dari surah Al-Hujurat sampai dengan
surah An-Naba atau sampai Al-Buruj.
2. Aussth Al-Mufasshal
Dari surah An-Naba’ atau dari surah Al-Buruj sampai surah AdhDhuha atau sampai surah Al-Bayyinah.
3. Qishar al-Mufasshal
Dari surah adh-Dhuha atau dari Al-Bayyinah sampai akhir Al-Qur’an.5

d) PENYUSUNAN SURAH DALAM AL-QUR’AN
Para ulama berbeda pendapat tentang susunan surat-surat al-Qur’an. Ada
tiga pendapat yang muncul tetang persoalan ini, yaitu: pertama, susunan
surat-surat al-Qur’an seluruhnya berdasarkan petunjuk Rasul (tawqifi).
Kedua, susunan surat-surat al-Qur’an adalah ijtihad para sahabat; dan ketiga,
susunan surat-surat al-Qur’an sebagian bersifat tawqifi dan sebagian lagi
adalah
ijtihad
sahabat.

Pendapat yang pertama ini didukung oleh ulama-ulama seperti Abu Ja’far
bin Nuhas, Ibnu al-Hasr dan Abu Bakar al-Anbari. Alasan yang mendukung
pendapat ini adalah riwayat Abu Syaibah bahwa Nabi pernah membaca
beberapa surat al-mufashshal dalam satu rakaat menurut susunan mushaf alQur’an. Di samping itu juga pernyataan Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari bahwa ia pernah menyebutkan surat Makiyah, surat Bani Israil, alKahfi, Maryam, Thaha dan al-Anbiya’ yang pertama kali ia pelajari—secara
beruntut seperti urutan sekarang ini. Al-Zarqani menambahkan alasan
golongan ini dengan mengatakan bahwa para sahabat telah sepakat terhadap
mushaf Usman dan tidak ada seorang pun dari sahabat yang berkeberatan atau
menyangkalnya. Kesepakatan ini tak terjadi kecuali karena pengumpulan ini

5

http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/

4

sifatnya tawqifi. Sebab bila seandainya berdasarkan ijtihad maka para sahabat
tentu akan berpegang teguh pada pendapat mereka yang berlainan.
Pendapat kedua dinisbahkan kepada imam Malik. Dan al-Zarqani
menyebut bahwa pendapat ini adalah pendapat jumhur ulama dan termasuk di
dalamnya seperti al-Qadhi dan Abu Bakar. Argumen pendapat ini adalah
adanya beberapa mushaf pribadi beberapa orang sahabat yang sistematika
surat tersebut saling berbeda satu sama lain. Mushaf Ibnu Mas’ud misalnya,
dimulai dengan surat al-fatihah, al-Baqarah, an-Nisak, Ali Imran dan
seterusnya. Demikian juga dengan mushaf Ubay. Mushaf Ali disusun
berasarkan urutan turunnya ayat, karenanya dimulai dengan surat al-Alaq,
kemudian
al-Mudaststir,
Nun,
Qalam
dan
seterusnya.
Ketika Usman ditanya oleh para sahabat, kenapa ia mengambil
kebijaksanaan untuk menggabungkan surat al-Anfal dengan surat al-Bara’ah
menjadi satu dengan tidak meletakkan basmalah di antara kedua surat
tersebut, ia menjawab bahwa itu hanya perkiraannya karena kisah yang
terdapat dalam surat al-Anfal serupa dengan kisah dalam surat al-Bara’ah.
5
Dan Rasulullah sampai akhir hayatnya tidak menjelaskan bahwa surat alBara’ah
merupakan
bagian
dari
surat
al-Anfal.
Pendapat ketiga beralasan dengan adanya beberapa hadis yang
menunjukkan bahwa sebagian surat-surat al-Qur’an tertibnya berdasarkan
petunjuk Rasul dan juga pada sisi lain terdapatnya beberapa mushaf sahabat
yang susunan surat-suratnya berlainan. Abu Muhammad Ibnu Athiyah
mengatakan bahwa sebagian besar surat-surat al-Qur’an diketahui
susunannya pada masa nabi seperti al-Sab’u al-Thiwal dan Mufasshal,
sedangkan sebagian lain adalah berdasarkan ijtihad para sahabat nabi.
Dari ketiga pendapat yang dikemukakan di atas Manna’ al-Qaththan
cenderung pada pendapat yang pertama, karena menurutnya pendapat ini
lebih kuat dari pendapat lainnya. Terhadap argumen pendapat kedua ia
mengatakan bahwa adanya beberapa mushaf pribadi sebagian sahabat yang
berbeda itu merupakan hasil ikhtiar mereka sendiri sebelum al-Qur’an
dikumpulkan
(Manna’
al-Qaththan,
tt:
144).
Tetapi penulis secara pribadi cenderung pada pendapat al-Baihaqi yang
juga diikuti oleh al-Sayuthi (t.t: 65) yang mengatakan bahwa susunan surat alQur’an pada dasarnya adalah tawqifi, hanya surat al-Anfal dan al-Bara’ah
yang hanya ijtihad para sahabat. Hal ini karena secara jelas terlihat adanya
ijtihad Usman seperti yang disebutkan dalam hadis di atas. Di samping itu al-

Qur’an sebelumnya telah turun ke lauh mahfudh dan telah berupa kitabyang
tentunya tersusun secara sistematis. Namun demikian, terlepas dari perbedaan
tertib surat tersebut, sistematika surat tidaklah mengindikasikan suatu
kemestian dan keharusan orang membaca dan mempelajari sesuai dengan
susunan
surat
tersebut.
Adapun tertib ayat al-Qur’an oleh ulama seperti yang dikatakan al-Sayuthi
—disepakati urutannya berdasarkan tawqifi dari Rasul. Karena setiap kali
turun ayat nabi selalu memberikan petunjuk supaya meletakkan ayat tersebut
pada tempat tertentu atau pada surat yang di dalamnya disebutkan seperti ini.
Usman
bin
Abi
al-Ash
mengatakan:
Saya duduk di samping Rasul, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu
kembali seperti semula kemudian memerintahkan aku meletakan ayat ini di
tempat ini surat ini.

6
Ibnu Zubair berkata, aku mengatakan kepada Usman bahwa ayat 23 surat
al-Baqarah telah dimansukhkan oleh ayat lain, tetapi mengapa anda
menuliskannya atau membiarkannya dituliskan. Beliau menjawab:
“Kemenakanku, aku tidak mengubah sesuatu pun dari tempatnya”.
Di samping itu diriwayatkan pula bahwa Jibril senantiasa mengulangi dan
memeriksa al-Qur’an yang telah disampaikannya kepada Muhammad setiap
tahun pada bulan Ramadhan, bahkan sampai dua kali pada tahun-tahun
terakhir hidup Muhammad saw. Pengulangan Jibril terkahir ini adalah seperti
susunan
surat-surat
al-Qur’an
yang
dikenal
sekarang.
Baik surat-surat maupun ayat-ayat, selalu mempunyai korelasi (munasabah).
Penjelasan tentang korelasi surat-surat dan ayat-ayat al-Qur’an biasanya
dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir.

e) PENAMAAN SURAH DALAM AL-QUR’AN
Surat-surat al-Qur’an tersebut memiliki nama-nama tersendiri. Sebuah
surat boleh jadi mempunyai satu atau beberapa nama. Surat al-Tawbah
misalnya, disebut juga dengan surat al-Bara’ah, dan al-Buhus. Surat al-Insan
dinamai pula dengan surat al-Dahr, dan lain-lain. Tetapi, nama-nama surat
tersebut tidaklah menunjukan judul atau tema pokok dari surat-surat tersebut
—meskipun tak dapat dipungkiri bahwa setiap surat mempunyai tema—tetapi

hanya dijadikan sebagai alat metode identifikasi.

Nama-

nama surat ini diambil dari kata yang mencolok atau tidak lazim di dalamnya.
Biasanya kata ini muncul hampir di awal surat, tetapi tidak demikian
selamanya. Surat 16 misalnya, diberi nama dengan surat al-Nahl (lebah)
tetapi tidak disebutkan di dalamnya hingga pada ayat 68 lebih separuh dari
surat tersebut; bahkan ayat ini (16: 68) merupakan satu-satunya bagian dari
al-Qur’an yang berbicara tentang al-Nahl. Senada dengan ini, surat 26 diberi
nama dengan al-Syu’ara, kata yang disebutkan al-Qur’an di dalam ayat 224
surat tersebut dan merupakan bagian paling akhir dari surat tersebut.
7
Jelas sekali bahwa nama-nama surat ini tidak berasal dari al-Qur’an, tetapi
diperkenalkan oleh para-pakar al-Qur’an. Tampaknya tidak ada aturan yang
umum dalam pemilihan nama-nama surat tersebut. Orang-orang
menggunakan kata apa saja yang paling menonjol dalam suatu surat.
Sebagian ulama mengasumsikan bahwa nama-nama surat al-Qur’an ini
adalah petunjuk Rasul (tawqifi). (petunjuk Rasul). Sedangkan sebagian lagi
percaya bahwa penamaan surat tersebut berdasarkan jitihad sahabat yang
diambil dari pokok pembicaraan dalam surat itu. (Ismail, tt: 66). Tetapi,
tampaknya yang lebih masuk akal adalah bahwa Nabi sangat berperan dalam
mensosialisasikan nama-nama surat. Tidak mungkin Nabi saw sebagai
transmiter dan penerjemah al-Qur’an untuk para sahabat tidak memiliki
nama-nama surat sebagai alat identifikasi. Yang jelas sejak masa yang paling
awal Nabi dan sahabat-sahabat telah mengetahui dan mempopulerkan namanama surat al-Qur’an.
f) ANTARA YANG TURUN PERTAMA DAN TERAKHIR
e.1) Surat dan Ayat yang Pertama Turun
Tampaknya tak ada perbedaan pendapat di antara ulama tentang
bulan turunnya al-Qur’an pertama kali. Semua mereka sepakat menyatakan
bahwa al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan. Surat al-Baqarah 185, surat alDukhan 1-6 dan surat al-Qadr menuntun para pakar ilmu al-Qur’an
menyatakan al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan. Akan tetapi mereka
berbeda pendapat tentang ayat dan surat yang pertama sekali turun.

Setidaknya

ada

empat

pendapat

yang

berkembang

tentang

ini.

Pendapat pertama, yang dipandang oleh Manna’ al-Qaththan sebagai
pendapat yang terkuat, mengatakan bahwa ayat al-Qur’an yang pertama
kalinya diturunkan adalah ayat 1 sampai 5 surat al-‘Alaq, yang turun di Gua
Hira. Pendapat ini didukung oleh hadis Aisyah yang diriwayatkan oleh dua
syaikh ahli hadis—Bukhari dan Muslim—serta ahli hadis lainnya. Pendapat
kedua, ayat yang pertama kali turun adalah ayat-ayat surat al-Mudatsir.
8
Pendapat ini juga berdasarkan hadis, yakni hadis dari Abu Salamah bin
Abdurrahman dari Jabir ketika ia ditanya tentang ayat yang pertama
diturunkan. Ia menjawab al-Mudatsir. Hadis ini juga diriwayatkan oleh dua
syaikh ahli hadis. Pendapat ketiga menyatakan ayat yang pertama kali turun
adalah surat al-Fatihah. Sedangkan pendapat keempat menyatakan basmalah
sebagai ayat yang pertama sekali turun, dengan alasan karena basmalah
merupakan turun mendahului setiap surat. (Manna’ Qaththan: 67).
Pendapat pertama tampaknya memang lebih kuat sebab boleh jadi Jabir tidak
mendengar kisah permulaan turunnya wahyu sehingga ia menyangka bahwa
surat al-Mudatstsir adalah ayat al-Qur’an yang pertama turun. Sebab surat alMudatstsir adalah surat yang turun setelah ayat 1-5 surat al-‘Alaq—setelah
wahyu terhenti beberapa lama. Di samping itu, hadis Jabir sendiri juga
mengindikasikan bahwa al-Mudatstsir turun setelah peristiwa yang terjadi di
Gua Hira. Nabi melihat malaikat yang pernah datang kepadanya di langit.
Karena ketakutan ia segera pulang dan meminta Khadijah untuk
menyelimutinya dan kemudian turunlah ayat: “Wahai orang berselimut;
bangkitlah,

lalu

berilah

peringatan”.

Sedangkan dalam menetapkan ayat yang terakhir turun para ulama juga tidak
sepakat. Dari beberapa pendapat yang banyak berkembang dapat dicatat
bahwa ayat yang terakhir turun adalah: surat al-Baqarah ayat 278, 281, 282;
Ali Imran ayat 190; al-Nisa’ ayat 93, 176; al-Maidah ayat 3; al-Tawbah ayat
128

dan

surat

al-Nashr.

Menarik untuk diamati bahwa komentar-komentar sekitar ayat yang terakhir
turun disandarkan kepada hadis-hadis sahabat (hadis mawquf). Mungkin

sekali ini adalah apa yang mereka dengar dari Rasul, tetapi juga mungkin
ijtihad mereka sendiri

.

e.2) Surat dan Ayat yang Terakhir Turun
Tak berbeda dengan pembahasan surat yang pertama turun, yang
terakhir turun pun banyak khilafiyyah. Ada beberapa pendapat, yaitu :
1. Al-Maidah ayat 3
9
2. Al-Baqarah ayat 281
3. Al-Baqarah 282
4. Ali Imron 195
5. An-Nisa 93
6. An-Nisa 176
7. Akhir surah At-Taubah 128-129
8. Al-Kahfi 110
9. dan masih ada beberapa pendapat lagi, namun dipandang lemah
Dan dari beberapa pendapat diatas, yang paling masyhur adalah AlMaidah ayat 3, yang turun 9 Dzulhijjah, saat nabi melaksanakan haji wada’.
Namun dilihat dari waktu turunnya, Al-Baqarah ayat 281 lebih akhir dari
pada Al-Maidah ayat 3, karena ayat ini turun 9 hari sebelum Nabi SAW
wafat.
g) SURAH MAKIYYAH DAN MADANIYYAH
Alat identifikasi kronologis surat atau ayat untuk kepentingan penafsiran
dan pemahaman adalah Makiyyah dan Madaniyyah. Persoalan ini tampaknya
bagian yang penting dan tak dapat diabaikan begitu saja. Itu sebabnya pakarpakar tafsir diharuskan untuk memiliki pengetahuan tentang surat atau ayat
Makiyyah dan Madaniyyah. Dapat ditegaskan bahwa surat atau ayat
Makiyyah adalah surat atau ayat yang diturunkan sebelum hijrah, meskipun
ayat atau surat tersebut turun di luar Mekah, termasuk dalam kategori ini
adalah ayat yang turun dalam perjalanan hijrah. Sedangkan ayat-ayat

Madaniyah adalah ayat-ayat diturunkan setelah hijrah, meskipun turunnya di
luar Madinah, termasuk dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang turun dalam
perjalanan

dari

Hudaibiyah

(Abu

Syuhbah,

1992,

198).

Pada mushaf Usman istilah Makiyyah dan Madaniyyah lebih ditujukan
kepada surat-surat al-Qur’an, bukan ayat-ayatnya, meskipun sebenarnya yang
menjadikannya surat Makiyyah dan Madaniyyah adalah ayat-ayatnya.

10
Identifikasi yang lebih ditujukan kepada surat-surat dan bukan kepada ayatayat dapat diterima dan tampaknya cukup relevan untuk surat-surat pendek
yang terdiri dari 3 sampai 10 ayat. Tetapi untuk surat-surat yang panjang
tampaknya tidak dapat digeneralisir, karena dalam surat Makiyyah boleh jadi
terdapat ayat-ayat Madaniyyah. Dalam surat al-An’am misalnya, yang
diidentifikasi sebagai surat Makiyyah terdapat ayat Madaniyyah yang
menurut keterangan Ibnu Abbas adalah ayat 151-153. (Manna’ al-Qaththan,
t.t: 155).

11

B. AYAT
a) PENGERTIAN AYAT
Pengertian ayat secara etimologi dalam Al-Qur’an bermacam-macam,
pertama berarti tanda, seperti yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 248.
Yang kedua berarti ibrah atau pelajaran, seperti yang terdapat pada surah
Al-Baqarah ayat 164. Yang ketiga adalah mu’jizat, seperti yang terdapat pada
surah Al-Baqarah ayat 211. Yang ke empat adalah, hal yang menajubkan,
seperti dalam surah Al-Mu’minun ayat 50. Dan yang kelima berarti dalil,
baurhan, atau bukti, seperti dalam surah Ar-Rum ayat 22.
Dan secara terminologis, para ulama memberi batasan ayat dengan
sekelompok kata yang mempunyai permulaan dan akhir yang berada dalam
suatu surat al-Qur’an (al-Zarqani, 1988: I, 350). Batasan ini didukung oleh alQur’an sendiri yang mengungkapkan ayat dengan pengertian tersebut
sehingga makana etimologis tetap relevans dengan pengertian terminologis.
Salah

satunya

adalah

dalam

surat

Yusuf

ayat

1:

‫الرتلكءاياتالكتابالمبين‬
Alif lam ra. Ini adalah ayat-ayat kitab (al-Qur’an) yang nyata (dari Allah)
Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam
beberapa surat, pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang
panjang dan menggugah. Sedangkan dalam surat-surat pendek yang terletak
di bagian akhir al-Qur’an, surat-suratnya pun pendek, padat dan mengena.
Namun kenyataan seperti itu bukanlah aturan yang mutlak. Sebab, surat 98
atau surat al-Baiyinah berisi 6 ayat panjang untuk ukuran surat-surat yang
bersamanya. Demikian pula pada surat 26 atau surat al-Syu’ara yang

tergolong surat yang panjang berisi lebih dari 100 ayat yang pendek-pendek.
Pada ayat-ayat yang panjang yang terdapat dalam surat yang panjang, bentuk
ungkapannya sangat beragam, tak dapat ditentukan matra yang baku, baik
pada suku-suku kata atau pada tekanan. Pada umumnya akhiran-akhiran dari
ayat tersebut adalah bunyi yang dibentuk dengan akhiran kata benda dan kata

12
kerja berbentuk jamak, -un dan –in, diselang-seling dengan kata bentukan
yang secara teknis disebut fail, salah satu bentuk yang paling umum di dalam
bahsa Arab. Sebagai contoh ‫ يتفكرمن‬،‫ تعقلون‬dan ‫ كافرون‬،‫ظالمون‬. Dan inilah
bentuk yang umum dan paling banyak digunakan. Tetapi juga terkadang
dengan akhiran vokal panjang a. Sedangkan pada ayat-ayat yang pendekpendek memiliki irama dan ritma yang juga sangat bervariasi. Terkadang
semua atau sebagian besar ayat-ayatnya berakhiran ud, ha dan lain-lain.
b) JUMLAH AYAT DALAM AL-QUR’AN
Secara umum dapat dinyatakan bahwa para ulama menghitungnya tidak
kurang dari 6200 ayat. Tetapi, secara rinci mereka berbeda pendapat. Orangorang Madinah menyuguhkan dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan
bahwa seluruh ayat al-Qur’an berjumlah 6217 ayat. Sedangkan pendapat
yang kedua menyatakan bahwa seluruhnya berjumlah 6214 ayat. Orang-orang
Mekah menghitung ayat al-Qur’an secara keseluruhan sebanyak 6220 ayat.
Sedang orang-orang Kufah menyatakan 6226 ayat dan orang-orang Basrah
menyatakan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya adalah 6205 ayat. Sementara
pendapat yang beredar di masyarakat awam bahwa ayat al-Qur’an seluruhnya
berjumlah 6666 ayat tampaknya kurang dapat diterima. Angka ini barangkali
lebih bernuansa mitos atau keramat dibanding dengan realita konkrit.
Perbedaan penetapan basmalah sebagai ayat dari surat-surat al-Qur’an atau
tidak menyebabkan ulama berbeda pendapat dalam menentukan jumlah ayat
al-Qur’an. Seperti yang dinyatakan oleh Hamka, ada dua pendapat tentang
basmalah ini. Sebagian besar sahabat dan ulama salaf berpendapat bahwa

basmalah adalah ayat pertama dari setiap surat. Dari golongan sahabat yang
berpendapat demikian antara lain: Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abdullah
ibn Umar dan Abu Hurairah. Sedangkan dari golongan ulama salaf antara
lain: Ibnu Katsir, al-Kasa’i, al-Syafi’i, al-Tsauri dan Ahmad. Sedangkan
sebagian lagi menyatakan bahwa basmalah bukan ayat pertama dari setiap

13
surat, tetapi hanya sebagai pemisah antara satu surat dengan surat lainnya. Di
antara mereka yang berpendapat seperti ini adalah Imam Malik dan al-Auza’i.
(Hamka,

1982:

74).

Di samping itu, serta penentuan fashilah dan ra’s al-ayat juga menjadi
sebab perbedaan pendapat ulama dalam menghitung jumlah ayat. Fashilah
adalah istilah yang diberikan kepada kalimat yang mengakhiri ayat dan
merupakan akhir ayat. Sedangkan ra’s al-ayat adalah akhir ayat yang padanya
diletakkan tanda fashal (pemisah) antara ayat yang satu dengan ayat yang
lain. Fashilah ini terkadang berupa ra’s al-ayat dan terkadang tidak. Dengan
demikian, setiap ra’s al-ayat adalah fashilah dan tidak setiap fashilah adalah
ra’s al-ayat (Manna’ al-Qaththan, tt: 153). Fashilah dan ra’s al-ayat ini
mungkin mirip dengan sajak, seperti yang dikenal dalam ilmu Badi’
(stalistik). Tetapi ulama tidak menggunakan istilah sajak karena al-Qur’an
bukan karya sastrawan atau ungkapan para nabi, tetapi adalah wahyu Allah
yang tentu lebih tinggi kedudukannya dibanding sajak. Di samping itu,
fashilah yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah meruntutkan makna dan
bukan fashilah itu sendiri yang dimaksud. Sementara sajak, maka sajak itu
sendiri yang dimaksudkan (dalam suatu perkataan) dan baru kemudian arti
perkataan itu dialihkan kepadanya, sebab hakikat sajak ialah menguntai
kalimat dalam satu irama.
c) TERTIB PENGURUTAN AYAT DALAM AL-QUR’AN
Pengurutan ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi, ketentuan dari Rasulullah
SAW dan sebagian ulama menghikayatkan adanya ijma’ dalam masalah ini,
juga menjelaskan bahwa tertib ayat berdasarkan tauqifi dari Rasulullah SAW

dan tidak ada keraguan dalam hal itu. Jibril AS secara bertahab turun
membawa wahyu kepada nabi SAW berupa ayat-ayat Al-Qur’an diman ayat
tersebut harus ditempatkan surat atau ayat-ayat yang turun sebelumnya.

14
Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada penulis wahyu untuk
menulisnya pada tempatnya. Beliau bersabda “Tempatkan/letakkan ayat-ayat
ini pada pada surat yang didalamnya terdapat penyebutan tentang ini dan itu,
atau tempatkna ayat ini pada tempat anu.”6
d) HURUF-HURUF MUQATHTHA’AH
Satu hal yang menjadi ciri khas al-Qur’an adalah adanya huruf-huruf
muqaththa’ah (huruf-huruf yang terpisah) yang memulai suatu surat (fawatih
al-suwar). Dalam al-Qur’an terdapat 29 surat yang menggunakan huruf-huruf
tersebut sebagai pembuka surat. Huruf-huruf ini hanya muncul sekali secara
tunggal, namun huruf-huruf ini juga muncul bersama dengan huruf lain
sebagai pembuka surat yang lain. Dari 29 huruf hijaiyah, hanya 14 huruf yang
digunakan sebagai pembuka surat, yaitu: ‫ ا ج ر ع س ص ط ق ك ل م ن هـ ي‬dalam
29 surat. Dari 14 huruf ini 3 huruf yang berdiri sendiri sebagai pembuka
surat, yakni ‫ ص‬pada surat Shad, ‫ ق‬pada surat Qaf dan ‫ ن‬pada surat al-Qalam
Sedang selebihnya merupakan kombinasi dari beberapa huruf. Lebih jelasnya
perhatikan
Tabel
Fawatih

tabel
Fawatih

di

al-Suwar
al-Suwar

bawah
pada

Surat
Nama

ini:
al-Qur’an
Surat

‫ الم‬Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah
‫ ___________________________________________________المص‬Al-A’raf
‫________________________________الر‬

Yunus,Hud,Yusuf,Ibrahim,al-Hijr

‫ ____________________________________________________المر‬Al-Ra’d
‫_________________________________________________كهيعص‬

Maryam

‫ _______________________________________________________طه‬Thaha
6 http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/05/tertib-pengurutan-ayat-dan-surat.html

‫ ________________________________________طسم‬Al-Syu’ara,al-Qashahs
‫ ____________________________________________________طس‬Al-Naml
‫ _______________________________________________________يس‬Yasin
‫ _______________________________________________________ص‬Shad
‫___حم‬

Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf

15
‫ _________________________________________________حمعسق‬Al-Syura
‫ _________________________________________________________ق‬Qaf
‫ ____________________________________________________ن‬Al-Qalam
Sebagian orang percaya bahwa huruf-huruf tersebut merupakan simbol
rahasia antara si pembicara dengan si pendengar, yaitu Tuhan dan Nabi saw,
sebagai suatu yang berada di luar pemahaman orang awam. Contoh ini dapat
dilihat pada kode-kode yang disusun antara dua orang yang tidak ingin orang
lain mengetahui masalah apa yang mereka bicarakan. Pendapat lain
mengatakan bahwa huruf ini adalah nama dari surat-surat yang bersangkutan.
Ada juga yang menyatakan bahwa huruf-huruf tersebut merupakan
sumpah yang diucapkan atas nama huruf-huruf pendek sebagaimana disebut
dalam al-Qur’an nama wujud lain dari ciptaan Tuhan seperti matahari, bulan,
bintang, malam, siang dan lain-lain sebagainya (Muthahari, 1992: 42).
Orientalis seperti Hirschfeld, dalam keputusasannya, mencoba menemukan
makna huruf-huruf ini. Ia memandang bahwa huruf-huruf tersebut sebagai
singkatan dari nama-nama sahabat. Huruf ‫ ص‬adalah singkatan dari nama
Hafsah,‫ ك‬dari nama Abu Bakar, dan ‫ م‬dari Usman. Tetapi, seperti yang
dikatakan Watt bahwa penjelasan seperti ini menjadi lebih pelik Sebab untuk
surat dua dan tiga yang dimulai dengan huruf dikatakan Hirschfeld sebagai
singkatan dari nama al-Mughirah sebagai orang yang mengumpulkannya, dan
kenapa pengumpulannya bergantung hanya pada satu orang (Watt: 98).
Tampaknya dari berbagai penafsiran terhadap huruf-huruf ini tak ada yang
memuaskan dan tak mempunyai alasan yang cukup kuat. Karena itu penulis

menyatakan bahwa huruf-huruf ini tampaknya tetap menjadi huruf-huruf
misterius.7

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendapat yang paling umum diterima, jumlah surat al-Qur’an seperti dalam
mushaf Usman adalah 114 surat. Tetapi pendapat yang diterima dari Mujahid surat
al-Qur’an adalah 113 surat dengan menggabungkan surat al-Anfal dengan surat
al-Tawbah menjadi satu surat. Hasan, ketika ditanya apakah surat al-Bara’ah dan
surat al-Anfal itu satu surat atau dua surat, menjawab “satu surat”. Ibnu Mas’ud
dalam mushafnya terdapat 112 surat. Ini karena ia tidak memasukan dua surat
terakhir (mu’awidzatani) yang oleh Montgomery Watt dikatakan sebagai jimatjimat pendek. Sementara sebagian di antara ulama Syi’ah menetapkan bahwa
jumlah surat al-Qur’an 116. Hal ini karena mereka memasukan surat qunut yang
dinamai surat al-khaf dan al-hafd yang oleh ditulis oleh Ubay di kulit al-Qur’an.

7 http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/05/tertib-pengurutan-ayat-dan-surat.html

16

17

DAFTAR PUSTAKA
Manna’ Qaththan, tt: 126; al-Zanjani, 1986: 85).
al-Zarqani,1988: I, 352.
Manna’ al-Qaththan, tt: 154)
http://isialkitaab.wordpress.com/kajian-ayat-dan-surat-al-quran/
http://wahdah-banggai.blogspot.com/2011/06/pembagian-surat-surat-al-qurandan-ayat.html

18