Penapisan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max. L. Merril.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur In-Vitro

PENAPISAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.)
TERHADAP BEBERAPA KONSENTRASI GARAM NaCl
SECARA KULTUR IN-VITRO
SKRIPSI

Rizki Akbar
060307001

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

PENAPISAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.)
TERHADAP BEBERAPA KONSENTRASI GARAM NaCl
SECARA KULTUR IN-VITRO

SKRIPSI


Oleh:
RIZKI AKBAR/ 060307001
BDP – PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi :

Penapisan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max. L. Merril.)

Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur InVitro

Nama

:

Rizki Akbar

NIM

:

060307001

Departemen

:

Budidaya Pertanian


Program Studi :

Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS
Ketua

Ir. Isman Nuriadi
Anggota

Mengetahui,

Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
RIZKI AKBAR. Penapisan Toleran Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine max L. Merril.) terhadap Beberapa Konsentrasi NaCl Secara Kultur InVitro, dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.
Penapisan varietas kedelai penting dilakukan untuk mengetahui
potensi toleransi kedelai terhadap salinitas sehingga dapat dijadikan rekomendasi
dalam budidaya kedelai di lahan salin. Skrining awal dapat dilakukan secara in
vitro. Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU pada bulan Januari
2010 sampai Maret 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
faktorial 2 faktor yaitu varietas kedelai dengan 20 varietas yaitu Detam 1, Detam
2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, Bromo, Burangrang,
Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan,
Seulawah, dan Kawi dan konsentrasi NaCl pada media tanam yaitu 0 ppm, 2.500
ppm, 5.000 ppm, 7.500 ppm, dan 10.000 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan konsentrasi NaCl pada
media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang
akar, volume akar, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah
tajuk dan bobot kering tajuk. Interaksi varietas kedelai dan konsentrasi NaCl pada
media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang

akar, volume akar. Varietas yang toleran terhadap salinitas adalah Bromo, varietas
agak toleran adalah Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, dan Tanggamus, varietas
yang agak sensitif adalah Detam 2, Wilis, Gumitir, Detam 1, Sinabung,
Panderman dan Malabar, sedangkan varietas yang sensitif adalah Sibayak, Ratai,
Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulawah, dan Kawi.
Kata kunci : NaCl, Varietas, Kedelai, In-Vitro

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIZKI AKBAR. Screening of Some Soybean (Glycine max L.) Varieties
Tolerant to NaCl Concentration in the In Vitro Culture, supervised by
ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.
Screening of soybean varieties is important to know the potential of
soybean tolerance to salinity to recommended in soybean cultivation in the saline
land. Preliminary screening can be performed in vitro. A study has been
conducted in the Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agriculture,
Faculty of Agriculture, USU in January 2010 until March 2010 .. This research
using completely randomized factorial design with two factors, they were
soybean varieties with 20 varieties of Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray,

Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Willis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,
Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, and Kawi
and NaCl concentration in growing media (0 ppm, 2,500 ppm, 5,000 ppm, 7,500
ppm and 10,000 ppm).
The results showed that the variety of soybean and concentration of NaCl
in the growing media had significant effect on the percentage of live, high planlet,
root length, root volume, leaf amount, root dry weight, root fresh weight and dry
weight of canopy canopies. Interaction of soybean varieties and NaCl
concentration on the growing media had significant effect on the percentage of
living. Varieties tolerant to salinity is Bromo, moderately tolerant varieties is the
Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, and Tanggamus, a moderately sensitive varieties
are Detam 2, Willis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman and Malabar, and
sensitive varieties are Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo,
Seulwah,andKawi
Key words: NaCl, Variety, Soybean, In-Vitro

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Pakantan pada tanggal 18 September 1988 putra dari
Bapak Khasman dan Ibunda Ida Warni. Penulis Anak ke tiga dari enam
bersaudara.
Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Nopan dan pada
tahun yang sama terdaftar masuk ke Program Studi

Pemuliaan Tanaman,

Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU melalui jalur
Penerimaan Mahasiswa Prestasi (PMP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi,
HIMADITA (Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian), dan pengajian
Nahdatus Syu’ban. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
PTPP. London Sumatera Indonesia Tbk Sei Merah Estate, Kecamatan Tanjung
Morawa pada tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Penapisan
Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.) Terhadap Beberapa
Konsentrasi Garam NaCl Secara Kultur In-Vitro, yang merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S., dan Ir. Isman Nuriadi
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan
saran kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis,
ayahanda Khasman dan ibunda Ida Warni yang telah memberi semangat,
dorongan, dan dukungan moril maupun materil kepada penulis untuk terus
berbuat lebih baik dalam hidup ini. Kepada kakanda Gusri Andi, Muhammad
Alkautsar dan ananda Rusdi Ihsan, Rahmad Fadli, dan Aisyah Ika Putri yang telah
memberikan semangat kepada penulis. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima
kasih kepada rekan-rekan mahasiswa BDP stambuk 2006, adik-adik stambuk
2007 dan 2008, para asisten Laboratorium Biokimia, yang telah memberikan
dukungan yang tak ternilai kepada penulis selama ini.


Universitas Sumatera Utara

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Untuk itu penulis berusaha bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam
menyelesaikannya.
Akhir kata, penulis mengucapakan terima kasih banyak atas perhatian para
pembaca.
Medan, Juni 2010

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. v i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
Hipotesis Penelitian .................................................................................. 4
Kegunaan Penelitian................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ....................................................................................... 5
Kultur Jaringan......................................................................................... 7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan ................................ 7
Eksplan .................................................................................................... 7
Media Kultur Jaringan .............................................................................. 8
Lingkungan In Vitro ................................................................................. 8
Varietas ................................................................................................. 10
Salinitas ................................................................................................. 11
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu ................................................................................. 15
Bahan dan Alat ....................................................................................... 15
Metode Penelitian .................................................................................. 16

PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat ........................................................................................ 19
Pembuatan Larutan Stok......................................................................... 19
Pembuatan Media ................................................................................... 19
Sterilisasi Bahan Tanaman ..................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara

Penanaman Eksplan ............................................................................... 21
Pemeliharaan ......................................................................................... 21
Pengamatan Parameter ........................................................................... 22
Persentase Hidup (%) .................................................................... 22
Panjang Akar(cm) .......................................................................... 22
Tinggi Tanaman(cm) ..................................................................... 22
Jumlah Daun.................................................................................. 22
Volume Akar ................................................................................. 22
Bobot Basah Akar.......................................................................... 23
Bobot Kering Akar ........................................................................ 23
Bobot Basah Tajuk ........................................................................ 23
Bobot Kering Tajuk ....................................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ...................................................................................................... 24
Pembahasan ........................................................................................... 37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................ 42
Saran ...................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal.
1. Persentase hidup beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................25
2. Tinggi tanaman beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................26
3. Panjang Akar beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................27
4. Volume Akar beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................28
5. Jumlah Daun beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................29
6. bobot kering akar beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................30
7. Bobot basah akar beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................31
8. . bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ...................................................................................32
9. Bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai pada berbagai
konsentrasi NaCl ....................................................................................33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
1.

Hal
Deskripsi beberapa varietas kedelai ............................................................. 47

2.

Bagan Penelitian ........................................................................................... 63

3.

Tabel kegiatan penelitian ............................................................................... 64

4.

Komposisi Media Dasar MS.......................................................................... 65

5.

Data pengamatan persentase hidup beberapa varietas kedelai .......................66

6.

Daftar sidik ragam persentase hidup beberapa varietas kedelai......................68

7.

Data pengamatan tinggi tanaman beberapa varietas kedelai ..........................69

8.

Daftar sidik ragam tinggi tanaman beberapa varietas kedelai ....................... 71

9.

Data pengamatan panjang akar beberapa varietas kedelai .............................72

10. Daftar sidik ragam panjang akar beberapa varietas kedelai ...........................74
11. Data pengamatan jumlah daun beberapa varietas kedelai ............................. 75
12. Daftar sidik ragam jumlah daun beberapa varietas kedelai............................ 77
13. Data pengamatan volume akar beberapa varietas kedelai ............................. 78
14. Daftar sidik ragam volume akar beberapa varietas kedelai............................ 80
15. Data pengamatan bobot basah akar beberapa varietas kedelai ..................... 81
16. Daftar sidik ragam bobot basah akar beberapa varietas kedelai.................... 83
17. Data pengamatan bobot kering akar beberapa varietas kedelai .................... 84
18. Daftar sidik ragam bobot kering akar beberapa varietas kedelai................... 86
19. Data pengamatan bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai ..................... 87
20. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk beberapa varietas kedelai.................... 89
21. Data pengamatan bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai .................... 90
22. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk beberapa varietas kedelai...................92
23. Foto kegiatan penelitian ................................................................................. 93

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
RIZKI AKBAR. Penapisan Toleran Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine max L. Merril.) terhadap Beberapa Konsentrasi NaCl Secara Kultur InVitro, dibimbing oleh ROSMAYATI dan ISMAN NURIADI.
Penapisan varietas kedelai penting dilakukan untuk mengetahui
potensi toleransi kedelai terhadap salinitas sehingga dapat dijadikan rekomendasi
dalam budidaya kedelai di lahan salin. Skrining awal dapat dilakukan secara in
vitro. Suatu penelitian telah dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian USU pada bulan Januari
2010 sampai Maret 2010. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
faktorial 2 faktor yaitu varietas kedelai dengan 20 varietas yaitu Detam 1, Detam
2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Wilis, Bromo, Burangrang,
Tanggamus, Gumitir, Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan,
Seulawah, dan Kawi dan konsentrasi NaCl pada media tanam yaitu 0 ppm, 2.500
ppm, 5.000 ppm, 7.500 ppm, dan 10.000 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan konsentrasi NaCl pada
media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang
akar, volume akar, jumlah daun, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah
tajuk dan bobot kering tajuk. Interaksi varietas kedelai dan konsentrasi NaCl pada
media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase hidup, tinggi planlet, panjang
akar, volume akar. Varietas yang toleran terhadap salinitas adalah Bromo, varietas
agak toleran adalah Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, dan Tanggamus, varietas
yang agak sensitif adalah Detam 2, Wilis, Gumitir, Detam 1, Sinabung,
Panderman dan Malabar, sedangkan varietas yang sensitif adalah Sibayak, Ratai,
Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo, Seulawah, dan Kawi.
Kata kunci : NaCl, Varietas, Kedelai, In-Vitro

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
RIZKI AKBAR. Screening of Some Soybean (Glycine max L.) Varieties
Tolerant to NaCl Concentration in the In Vitro Culture, supervised by
ROSMAYATI and ISMAN NURIADI.
Screening of soybean varieties is important to know the potential of
soybean tolerance to salinity to recommended in soybean cultivation in the saline
land. Preliminary screening can be performed in vitro. A study has been
conducted in the Laboratory of Plant Tissue Culture, Department of Agriculture,
Faculty of Agriculture, USU in January 2010 until March 2010 .. This research
using completely randomized factorial design with two factors, they were
soybean varieties with 20 varieties of Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray,
Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Willis, Bromo, Burangrang, Tanggamus, Gumitir,
Argomulyoo, Sinabung, Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, and Kawi
and NaCl concentration in growing media (0 ppm, 2,500 ppm, 5,000 ppm, 7,500
ppm and 10,000 ppm).
The results showed that the variety of soybean and concentration of NaCl
in the growing media had significant effect on the percentage of live, high planlet,
root length, root volume, leaf amount, root dry weight, root fresh weight and dry
weight of canopy canopies. Interaction of soybean varieties and NaCl
concentration on the growing media had significant effect on the percentage of
living. Varieties tolerant to salinity is Bromo, moderately tolerant varieties is the
Anjasmoro, Grobogan, Cikuray, and Tanggamus, a moderately sensitive varieties
are Detam 2, Willis, Gumitir, Detam 1, Sinabung, Panderman and Malabar, and
sensitive varieties are Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba, Burangrang, Argomulyo,
Seulwah,andKawi
Key words: NaCl, Variety, Soybean, In-Vitro

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu diperlukan suplai kedelai
tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat
mencukupi keadaan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan
produktivitasnya ditingkatkan (Adisarwanto, 2005).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2009) Angka Ramalan III (ARAM III)
produksi kedelai tahun 2009 diperkirakan sebesar 966,47 ribu ton biji kering.
Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi kenaikan sebesar 190,76 ribu ton
(24,59 persen). Kenaikan produksi tahun 2009 diperkirakan terjadi karena naiknya
luas panen seluas 137,24 ribu hektar (23,22 persen) dan produktivitas sebesar 0,14
kuintal/hektar (1,07 persen). Kenaikan produksi kedelai tahun 2009 tersebut
diperkirakan terjadi di Jawa sebesar 104,73 ribu ton (20,18 persen) dan di luar
Jawa sebesar 86,03 ribu ton (33,51 persen). Di Jawa, peningkatan produksi
diperkirakan disebabkan oleh naiknya luas panen seluas 69,27 ribu hektar (17,77
persen) dan produktivitas sebesar 0,27 kuintal/hektar (2,03 persen). Di luar Jawa,
kenaikan produksi diperkirakan disebabkan naiknya luas panen seluas 67,97 ribu
hektar (33,79 persen), sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar
0,03 kuintal/hektar (0,24 persen). Perkiraan kenaikan produksi kedelai tahun 2009
yang relatif besar terjadi di Provinsi Jawa Timur, Nanggroe Aceh Darussalam,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Lampung. Sementara
penurunan produksi diperkirakan terjadi antara lain di Provinsi Maluku Utara dan
Papua Barat.

Universitas Sumatera Utara

Penurunan produksi kedelai dalam negeri terutama disebabkan oleh
penurunan areal tanam dan produktivitas yang rendah. Walaupun tidak bisa
setinggi produktivitas di daerah sub-tropis (>3 ton/ha), namun peluang
peningkatan produktivitas kedelai di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu dari 1
ton/ha menjadi 2 ton/ha (Deptan, 2008).
Upaya yang
nasional

dapat dilakukan untuk

meningkatkan produksi kedelai

secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Secara intensifikasi dapat

dilakukan dengan teknologi budidaya, pemakaian varietas unggul dan penanganan
pasca panen yang baik. Secara ekstensifikasi dapat dilakukan dengan perluasan
areal tanam ke lahan-lahan marginal atau lahan basah seperti lahan lebak, lahan
gambut dan lahan salin. Sekitar 6 dari 35 juta hektar lahan pasang surut di
Indonesia diperkirakan cocok untuk produksi pertanian.
Penanaman varietas kedelai yang toleran di lahan salin, merupakan salah
satu alternatif dalam pengembangan dan peningkatan budidaya pertanaman
kedelai. Sumber ketahanan terhadap salinitas pada kedelai sampai saat ini sangat
terbatas sehingga perbaikan untuk karakter tersebut dilakukan melalui metode
seleksi in vitro. Metode ini telah digunakan untuk meningkatkan sifat resistensi
pada beberapa jenis tanaman, baik cekaman biotik maupun abiotik (Mariska, dkk
(2004); Sutjahjo, 2006).
Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi
yang berlebihan dalam larutan tanah. Pengaruh utama salinitas adalah
berkurangnya pertumbuhan daun yang langsung mengakibatkan berkurangnya
fotosintesis tanaman. Salinitas mengurangi pertumbuhan dan hasil tanaman

Universitas Sumatera Utara

pertanian penting dan pada kondisi terburuk dapat menyebabkan terjadinya gagal
panen (Yuniati, R., 2004).
Studi mengenai respon tanaman terhadap salinitas penting dalam usaha
teknik penapisan (screening) tanaman yang efektif. Skrining dapat dilakukan pada
di lapangan maupun secara kultur jaringan. Skrining secara in vitro dapat
digunakan sebagai penapisan awal untuk melihat pengaruh kegaraman terhadap
proses fisiologis, morfologi dan pertumbuhan tanaman. Skrining awal dengan
teknik kultur jaringan ini dapat dilanjutkan dengan skrining di lapangan agar
penapisan varietas lebih tepat.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mendapatkan varietas kedelai yang
toleran terhadap salinitas, di antaranya dengan melakukan skrining (penapisan)
berbagai varietas kedelai secara in vitro. Skrining beberapa varietas kedelai
toleran salin secara kultur in vitro

menggunakan media dengan berbagai

konsentrasi garam (NaCl). Simulasi kondisi salin secara buatan yang
dikombinasikan dengan penerapan teknik in vitro diharapkan dapat membantu
usaha memperoleh genotipe kedelai yang toleran terhadap salinitas dan berdaya
hasil tinggi. Teknik in vitro diketahui sangat berguna untuk menghasilkan
populasi varian somaklon yang memiliki karakteristik unggul tertentu sehingga
dapat membantu pengembangan galur tanaman yang toleran terhadap cekaman
salinitas.
Skrining varietas kedelai toleran salin secara in vitro akan dilanjutkan
dengan skrining varietas kedelai toleran salin di lapangan agar penapisan lebih
tepat. Dengan skrining varietas kedelai ini akan diperoleh data awal mengenai
varietas yang toleran, agak toleran dan peka terhadap salinitas. Data ini akan

Universitas Sumatera Utara

mendukung pengembangan kedelai pada lahan salin yaitu dengan memberikan
rekomendasi pemilihan varietas kedelai yang paling tepat sesuai dengan tingkat
salinitas lahan.
Tujuan Penelitian
Untuk

mengetahui

pertumbuhan

beberapa

varietas

kedelai

(Glycine max L. Merril.) terhadap beberapa konsentrasi garam NaCl secara kultur
in-vitro.
Hipotesis Penelitian
Ada

perbedaan

pertumbuhan

beberapa

varietas

kedelai

(Glycine max L. Merril.) pada konsentrasi garam NaCl yang berbeda yang
ditanam secara in-vitro.

Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993), tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae
Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Polypetales

Family

: Papilonaceae

Genus

: Glycine

Species

: Glycine max (L.) Merril

Kedelai mempunyai susunan genom diploid (2n) dengan 20 pasang
kromosom, beberapa jenis liar kedelai juga mempunyai 20 pasang kromosom.
Kedelai

yang

ditanam

sekarang

diperkirakan

berasal

dari

jenis

liar

Glycine soja = Glycine usunensis. Glycine soja mempunyai bentuk polong dan
biji yang hampir sama dengan kedelai biasa, tetapi tumbuhnya merambat dan kulit
bijinya sangat tebal, sehingga embrio dan keping bijinya terlindungi dengan baik
(Departemen Pertanian, 1990).
Kedelai berakar tunggang, pada tanah subur dan gembur akar dapat
tumbuh sampai kedalaman 150 cm. Pada akar kedelai terdapat bintil akar yang
merupakan koloni-koloni dari bakteri Rhizobium yaponicum. Pada tanah-tanah
yang telah mengandung bakteri Rhizobium, bintil akar mulai terbentuk pada umur
15 – 20 hari setelah tanam. Pada tanah yang belum pernah ditanam kedelai bakteri

Universitas Sumatera Utara

Rhizobium tidak terdapat dalam tanah sehingga bintil akar tidak terbentuk
(Departemen Pertanian, 1990).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm),
menyemak,

berbulu

halus

(pubescens),

dengan

system perakaran

luas

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997). Kedelai berbatang semak dengan tinggi
30-100 cm. Batang dapat membentuk 3-6 cabang. Tipe pertumbuhan dapat
dibedakan menjadi 3 macam yakni Indeterminit, diterminit dan semi diterminit
(Departemen Pertanian, 1990).
Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji,
daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana
berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang
1-2 cm, terletak bersebrangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun
berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat
atau daun berlima (Hidayat, 1985).
Susunan bunga ditangkai axilar atau rangkaian terminal dengan
3-30 bunga; bunganya kecil, berwarna ungu atau putih; kelopaknya berbentuk
pipa (Van der Maesen and Somaatmadja, 1992). Corolla (mahkota bunga) terdiri
atas 5 petal yang menutupi sebuah pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen
berkembang membentuk seludang yang mengelilingi putik, sedangkan stamen
yang ke sepuluh terpisah bebas (Poehlman and Sleper, 1995).
Biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji dan tidak mengandung
jaringan endosperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji
kuning, hitam, hijau, atau coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji

Universitas Sumatera Utara

melekat pada dinding buah, bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong,
tetapi ada juga yang bundar atau bulat agak pipih (Departemen Pertanian, 1990).
Kultur Jaringan
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap
(http://e-learning.unram.ac.id, 2008).
Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah
laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratoruim harus menyediakan alatalat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas
dasar seperti air, listrik, dan bahan bakar (Gunawan, 1988).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan
Eksplan
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan
faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran
eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan
awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda

Universitas Sumatera Utara

mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan
relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).
Media Kultur Jaringan
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur
telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2003).
Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu kita harus menentukan
medium apa yang akan kita buat. Jenis medium dengan komposisi unsur kimia
yang berbeda dapat digunakan untuk media tumbuh dari jaringan tanaman yang
berbeda pula (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Medium MS yang direvisi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah yang
paling luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium
MS yang direvisi-selanjutya disebut MS-banyak digunakan, terutama pada
mikropropagasi tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu
dikarenakan medium MS memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi
daripada

media

lain,

disamping

kandungan

nitratnya

juga

tinggi

(Zulkarnain, 2009).
Lingkungan In-Vitro
Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman
dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya
dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur
jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas,

Universitas Sumatera Utara

dan kualitasnya. Prof. Murashige menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan
lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari
kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya
mempengaruhi arah diferensiasi jaringan (Yusnita, 2003).
Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan.
Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah
26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20
0

C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32

0

C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu
yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).
Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan
pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi
sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam
penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garamgaram lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH
yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk 1981).
Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau kadangkadang KOH) atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampurkan,
seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan
pH setelah disterilkan dalam autoclave. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, Mann
dkk dalam George dan Sherrington (1984) membuat pH 7.0 dalam media yang
belum disterilkan. Untuk menghindarkan perubahan pH yang cukup besar,

Universitas Sumatera Utara

Murashige dan skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan
agar-agar dan memanaskan beberapa menit media dalam autoclave, baru diadakan
penetapan pH. Cara lain yang dilakukan adalah penetapan pH setelah media
disterilkan dalam autoclave. Dalam wadah yang besar media disterilkan dan
kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang diinginkan.
Selanjutnya media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah dipersiapkan di
dalam laminar air flow cabinet. Cara ini juga digunakan pada penelitian yang
menggunakan media dengan pH rendah untuk tujuan seleksi (Gunawan, 1988).
Varietas
Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria
tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan
penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan
varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan
keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru
(unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat
baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal
produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Gen suatu tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter
kecuali tanaman tersebut berada pada lingkungan yang sesuai dan sebaliknya
tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah
tingkat keadaaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun
harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat terutama yang
disebabka oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan

Universitas Sumatera Utara

terhadap viabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh
perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Salinitas
Garam di dalam tanah maupun di dalam air selalu berada di dalam jumlah
yang bervariasi, baik kadarnya maupun jenisnya. Oleh karena itu pengaruh
keragaman terhadap lingkungan tanah dan pertumbuhan tanaman juga beragam.
Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1. Kadar garam di atas ambang toleran, peingkatan kadar garam berpengaruh
semakin jelek bagi tanaman
2. Macam garam. Banyak ragamnya dalam tanah yaitu : Klorida (NaCl, CaCl,
KCl), Nitrat (NaNO, Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang
mengandung Na yang tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi garam
yang mengandung K dan Ca tinggi lebih baik bagi tanaman
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta biomass
tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan
perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan
tingkat salinitas tinggi
Stres garam adalah salah satu dari beberapa bentuk stres pada tanaman
yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia, stres angin dan lainnya.
Stres garam termasuk stres bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas,
herbisida, insektisida dan sebagainya. Harjadi dan Yahya (1988) dalam Sipayung

Universitas Sumatera Utara

(2003) berpendapat bahwa stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau
konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini
umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan
semakin meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu
yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan
stres tanaman antara lain ialah NaCl, NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut
dalam air. Dalam larutan tanah garam-garam ini mempengaruhi pH dan daya
hantar listrik. Menurut Follet et al, (1981) dalam Sipayung (2003), tanah salin
memiliki pH < 8,5 dengan daya hantar listrik > 4 mmhos/cm. Pada kebanyakan
spesies, pengaruh jenis-jenis garam umumnya tidak khas terhadap tumbuhan
tanaman tetapi lebih tergantung pada konsentrasi total garam. Salinitas tidak
ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis garam yang
berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman.
Dalam konteks ini tanaman mengalami stres garam bila konsentrasi garam
yang berlebih cukup tinggi sehingga menurunkan potensial air sebesar 0,05-0,1
Mpa. Stres garam ini berbeda dengan stres ion yang tidak begitu menekan
potensial air (Lewit, 1980 dalam Sipayung, 2003). Toleransi terhadap salinitas
adalah beragam dengan spektrum yang luas diantara spesies tanaman mulai dari
yang peka hingga yang cukup toleran.
Spesies-spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam
rendah termasuk dalam kelompok tanaman glikofita dan spesies-spesies tanaman
yang mentoleransi konsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.
Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna
sehubungan dengan berbagai akibat kerusakan ataupun gangguan yang

Universitas Sumatera Utara

ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui pengenalan gejala-gejala
yang timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan
struktur tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis
tanaman yang cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah. Kerusakan yang
timbul akibat stres dapat dikelompokkan dalam 3 jenis kerusakan, seperti
pendapat Harjadi dan Yahya (1988) berikut ini :
a. Kerusakan stres langsung primer
b. Kerusakan stres tak langsung primer
c. Kerusakan stres sekunder (dapat terjadi juga stres tersier)
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi
sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah.
Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi
produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsurunsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke
dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah
persediaan air dalam tanaman. Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cldiduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan
tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi
fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+
oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan
pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid
tanah.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sigalingging (1985) dalam Sipayung (2003), salinitas akan
mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu : tekanan osmotik yang
meningkat, peningkatan potensi ionisasi, infiltrasi tanah yang menjadi buruk,
kerusakan dan terganggunya struktur tanah, permeabilitas tanah yang buruk serta
penurunan konduktivitas. Salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang
cukup tinggi akan menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap
pertumbuhan tanaman. Menurut Maas dan Nieman, (1978) dalam Sipayung 2003,
salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara
yaitu :
a. Dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman
terganggu.
b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi
pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses.
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomass tanaman.Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat
salinitas yang cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun
mengering di bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena
konsentrasi garam terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial
larutan tanah sehingga tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh
antara lain bentuk struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin
tinggi konsentrasi NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya
hantar listrik tanah (Nassery, Ogata dan Maas dalam Basri, 1991).

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan, dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini
dimulai Februari 2010 sampai Maret 2010.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah biji kacang kedelai
varietas Detam 1, Detam 2, Anjasmoro, Cikuray, Sibayak, Ratai, Ijen, Kaba,
Wilis, Bromo,

Burangrang, Tanggamus, Gumitir, Argomulyo, Sinabung,

Panderman, Malabar, Grobogan, Seulawah, Kawi, NaCl, bahan penyusun media
MS, deterjen, akuades steril, NaOH, HCl, Tween 20, agar-agar, betadine, Clorox,
larutan benlate (benomyl), alkohol dan bahan pendukung penelitian.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow, oven,
autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, pengguncang, hot plate dengan pengaduk
magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pinset,
batang

pengaduk,

handsprayer,

termometer,

timer

(alat

pengatur

lama

penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker,
kertas saring, kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
dengan dua perlakuan, yaitu:
Faktor I, yaitu varietas yang terdiri dari 20 varietas kedelai:
V1

: Detam 1

V11

: Burangrang

V2

: Detam 2

V12

: Tanggamus

V3

: Anjasmoro

V13

: Gumitir

V4

: Cikuray

V14

: Argomulyo

V5

: Sibayak

V15

: Sinabung

V6

: Ratai

V16

: Panderman

V7

: Ijen

V17

: Malabar

V8

: Kaba

V18

: Grobogan

V9

: Wilis

V19

: Seulawah

V10

: Bromo

V20

: Kawi

Faktor II, yaitu media tanam yang terdiri dari 5 taraf:
G0

= 0 ppm NaCl

G1

= 2500 ppm NaCl

G2

= 5000 ppm NaCl

G3

= 7500 ppm NaCl

G4

= 10.000 ppm NaCl

Universitas Sumatera Utara

Kombinasi perlakuan ada 100, yaitu:
V1G0
V1G1
V1G2
V1G3
V1G4
V2G0
V2G1
V2G2
V2G3
V2G4
V3G0
V3G1
V3G2
V3G3
V3G4
V4G0
V4G1
V4G2
V4G3
V4G4
V5G0
V5G1
V5G2
V5G3
V5G4

V6G0
V6G1
V6G2
V6G3
V6G4
V7G0
V7G1
V7G2
V7G3
V7G4
V8G0
V8G1
V8G2
V8G3
V8G4
V9G0
V9G1
V9G2
V9G3
V9G4
V10G0
V10G1
V10G2
V10G3
V10G4

V11G0
V11G1
V11G2
V11G3
V11G4
V12G0
V12G1
V12G2
V12G3
V12G4
V13G0
V13G1
V13G2
V13G3
V13G4
V14G0
V14G1
V14G2
V14G3
V14G4
V15G0
V15G1
V15G2
V15G3
V15G4

Jumlah ulangan

: 5 ulangan

Jumlah Kombinasi

: 100 kombinasi

Jumlah Tanaman/botol

: 3 tanaman

Jumlah seluruh botol

: 500 botol kultur

Jumlah seluruh tanaman

: 1500 tanaman

V16G0
V16G1
V16G2
V16G3
V16G4
V17G0
V17G1
V17G2
V17G3
V17G4
V18G0
V18G1
V18G2
V18G3
V18G4
V19G0
V19G1
V19G2
V19G3
V19G4
V20G0
V20G1
V20G2
V20G3
V20G4

Universitas Sumatera Utara

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial sebagai berikut:

Dimana :
i

: 1, 2, 3, 4,...,20 (varietas)

j

: 1, 2, 3, 4 (konsentrasi NaCl)

k

: 1,2,3,4,5 (ulangan)

Yijk

: Hasil pengamatan dari faktor varietas pada taraf ke-i, konsentrasi NaCl
pada taraf ke-j dan pada ulangan ke-k.

µ

: Nilai tengah

αi

: Efek varietas pada taraf ke-i.

βj

: Efek konsentrasi NaCl pada taraf ke-j.

(αβ)ij : Efek interaksi antara varietas pada taraf ke-i dengan konsentrasi NaCl
pada taraf ke-j.
εijkl

: Efek galat dari kedua faktor yaitu varietas pada taraf ke-i, konsentrasi
NaCl pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.

Data hasil penelitian yang berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1995).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Alat
Sterilisasi bermanfaat untuk membersihkan seluruh alat-alat yang
digunakan dalam kultur jaringan sehingga terbebas dari hal-hal yang dapat
menimbulkan kontaminasi. Alat-alat tersebut dicuci dengan deterjen, kemudian
dibilas dengan air, setelah itu dikeringkan. Kemudian alat seperti scalpel, pipa
skala, pinset dan cawan petri dibungkus dengan kertas, sedang untuk erlenmeyer
dan gelas ukur permukaannya ditutup dengan aluminium foil. Setelah itu, semua
botol kultur dan alat-alat dimasukkan ke dalam autoklaf pada tekanan 17,5 psi,
dengan suhu 1210C selama 60 menit.

Pembuatan Larutan Stok
Pembuatan larutan stok bertujuan untuk memudahkan pekerjaan dalam
membuat media. Stok dibuat sesuai dengan komposisi media Murashige Skoog
(MS) yang diaduk dalam erlenmeyer dengan konsentrasi yang lebih pekat. Setelah
membuat stok garam-garam, stok harus disimpan di dalam lemari es.
Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media dasar Murashige
Skoog (MS) padat dengan penambahan NaCl dengan konsentrasi sesuai dengan
perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok
bahan kimia hara makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa dan myo inositol.
Untuk pembuatan media 4 liter dilakukan dengan mengisi beaker glass
dengan aquadest steril sebanyak 500 ml. Kemudian ditambahkan 120 g sukrosa,

Universitas Sumatera Utara

hara makro, hara mikro, 0,4 g myo-inositol, dan larutan ion. Selanjutnya
ditambahkan vitamin sebanyak 20 ml yang diambil dari larutan stok, sambil
diaduk dengan menggunakan magnetik stirrer. Penambahan bahan-bahan tersebut
harus dilakukan secara berurutan dan bahan-bahan tersebut harus larut secara
homogen, setiap bahan yang dimasukkan harus larut terlebih dahulu sebelum
masuk bahan berikutnya. Kemudian larutan ini dimasukkan ke dalam gelas ukur
setelah itu ditambahkan aquadest steril hingga volume mencapai 4 liter sambil
diaduk hingga merata. Lalu dibagi menjadi empat bagian sehingga masing-masing
menjadi 1000 ml. Setiap bagian diberi Nacl sesuai dengan perlakuan. Keasaman
diukur dengan menetapkan pH yang dikehendaki yaitu 5,8. Jika pH terlalu rendah
maka ditambahkan NaOH secukupnya dan jika pH terlalu tinggi maka
ditambahkan HCl secukupnya.
Tepung agar sebanyak 3,2 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan
sesuai dengan kebutuhan, lalu dipanaskan di atas piring pemanas dengan
pengaduk magnetik sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut).
Media siap dipindahkan ke dalam botol kultur steril dan dibagi sesuai dengan
banyak ulangan serta jumlah sampel. Setiap botol berisi 20 ml media. Kemudian
botol tersebut ditutup dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan
perlakuan. Media dalam botol tersebut disterilkan dengan menggunakan autoklaf
dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya dapat
disimpan dalam ruang kultur dengan suhu 240 C sebelum digunakan.
Sterilisasi Bahan Tanaman

Biji-biji kedelai direndam dalam larutan deterjen 30g/l akuades selama 30
menit. Setelah itu dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

direndam lagi dalam larutan Benlate 2 g/l selama 15 menit, dan setelah itu dibilas
dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Selanjutnya dilakukan sterilisasi biji
kedelai didalam laminar air flow. Sebelum memakai laminar air flow, laminar air
flow dibersihkan dan meja lap dengan kertas tissue atau kapas yang diberi alkohol
96%. Kemudian biji kacang kedelai disterilkan dengan larutan Clorox 20 %
selama 10 menit, dan direndam dalam larutan betadin 10 % selama 5 menit. Pada
setiap tahap biji-biji kacang kedelai dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga
kali.
Penanaman Eksplan
Penanaman eksplan dilakukan di Laminar Air Flow (LAF) yang telah
disterilkan dengan alkohol 96%. Eksplan yang sudah steril diletakkan di petridis.
Diambil botol media lalu di dekatkan dengan api bunsen kemudian eksplan
ditanamkan ke dalam botol media sesuai dengan perlakuan, setiap botol media
terdapat 3 eksplan. Setelah itu botol media dikembalikan ke dalam ruang kultur.
Pemeliharaan
Botol-botol yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak kultur di
dalam ruang kultur. Setiap hari disemprot dengan alkohol 96% agar bebas dari
organisme yang menyebabkan terjadi kontaminasi.

Universitas Sumatera Utara

Parameter Pengamatan

Persentase Hidup (%)
Kultur dikatakan hidup adalah berwarna hijau, secara visual ukuran
bertambah, berat bertambah dan biji menghasilkan organ tanaman
(organogenesis).
Persentase hidup dihitung pada akhir penelitian dengan rumus:
Persentase Hidup =
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung dari pangkal hingga ujung akar planlet. Pengukuran
dilakukan di akhir penelitian.
Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur
dari pangkal planlet hingga titik tumbuh planlet. Pengukuran tinggi planlet
dilakukan pada akhir penelitian.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk (daun semu) yang telah
terbuka sempurna dari setiap planlet. penghitungan jumlah daun dilakukan pada
akhir penelitian.
Volume Akar (ml)
Volume akar diukur dengan cara mencabut tanaman hingga ke akar.
Kemudian akar dibersihkan dengan air bersih dan dimasukkan ke dalam
beaker glass yang berisi air. Volume air yang naik akibat dimasukkannya
akar, dicatat sebagai volume akar.

Universitas Sumatera Utara

Bobot Basah Akar (g)
Bobot basah akar dihitung dengan menimbang semua bobot basah akar
yang terbentuk pada setiap planlet. Pengukuran bobot basah akar dilakukan pada
akhir penelitian.
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar dihitung dengan menimbang semua bobot kering akar
yang sudah diovenkan selama 14 jam. Pengukur an bobot kering akar dilakukan
pada akhir penelitian.
Bobot Basah Tajuk (g)
Bobot basah tajuk dihitung dengan menimbang semua bobot basah tajuk
yang terbentuk pada setiap planlet. Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan pada
akhir penelitian.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering akar dihitung dengan menimbang semua bobot kering tajuk
yang sudah diovenkan salama 14 jam. Pengukuran bobot kering tajuk dilakuk