Respons Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro

RESPONS PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP BEBERAPA
KONSENTRASI GARAM NaCl SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH :

DANIL FERDIANSYAH
040307028
BDP-PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
1
Universitas Sumatera Utara


RESPONS PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS
KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP BEBERAPA
KONSENTRASI GARAM NaCl SECARA IN VITRO

SKRIPSI
Oleh:
DANIL FERDIANSYAH
040307028
BDP-PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Disetujui Oleh :

(Prof.Dr. Ir. Rosmayati, MS)
Ketua Komisi Pembimbing
NIP : 131 415 963


(Ir. E. Harso Kardhinata, M.Sc )
Anggota Komisi Pembimbing
NIP : 132 149 452

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

2
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Research is purposed to find out the growth response of some varieties of soy
bean (Glycine max L.) to NaCl concentrate with in vitro. This research was held in
Plant Biotechnology Laboratory at Agriculture Faculty Universitas Sumatera

Utara, Medan, started from April 2009 until June 2009. The design use
Completely Randomized Design with 2 aspects. The first aspect is NaCl
concentrate, those are 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, and 3000 ppm. The second
aspects is varieties of soy bean those are Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung,
Galungggung, and Kaba. NaCl concentrate perform real effects to long root, and
amount of leaves, but not gave any influenced to height planlet, amount of root
branch, total weight planlet and weight root. The varieties of soy bean not gave to
any parameters. Interaction between NaCl concentrate with varieties of soy bean
not gave response to all parameters.
Keywords: NaCl concentrate, varieties, in vitro, soy bean.

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas
kedelai (Glycine max L.) terhadap konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dimulai dari bulan April 2009

sampai dengan bulan Juni 2009. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi
garam NaCl yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm. Faktor kedua
adalah varietas, yaitu varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung,
dan Kaba. Konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap parameter
panjang akar dan parameter jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi planlet, jumlah cabang akar, bobot total planlet, dan bobot akar.
Varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Interaksi antara
konsentrasi garam NaCl dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua
parameter.
Kata kunci : konsentrasi garam NaCl, varietas, in vitro, kedelai

ii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Danil Ferdiansyah, lahir pada tanggal 09 Februari 1987 di Medan,
Kecamatan Pulo Brayan Darat I, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara,
anak ke-2 dari 6 bersaudara, putera dari ayahanda Dermawansyah dan ibunda

Nur Asiah.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah
Pendidikan Dasar di SD Swasta Khalsa Medan lulus tahun 1998, Pendidikan
Menengah Pertama di SLTP Swasta Raksana Medan lulus tahun 2001, Pendidikan
Menengah Atas di SMU Swasta Raksana Medan lulus tahun 2004 dan terdaftar
sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada
tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.
Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2008 sampai
Juli 2008 di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir, Kabupaten
Simalungun.

iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Respons


Pertumbuhan Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap
Beberapa Konsentrasi Garam NaCl Secara In Vitro” yang merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adaya
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan serta motivasi baik
materil maupun spiritual. Kepada ayah dan mama penulis menyampaikan rasa
sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang diberikan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Ir. E. Harso Khardinata, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing
yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta
kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan
skripsi ini.
3. Kepada Abang Dani, Dicky, Mael dan Diaz serta Diana yang telah
memberikan semangat, bantuan, kritik, saran dan menampung keluh kesah
penulis selama melaksanakan penelitian serta menyelesaikan skripsi ini.

iv

Universitas Sumatera Utara

4. Kepada teman-teman: Dinan, Toto, Anggiat, Perdi, Kobay, Mamang, Sylvia,
Papao, Susek, Ophie dan seluruh keluarga besar HIMADITA atas semangat,
doa, motivasi, dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama
perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2010

Penulis

v
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI


ABSTRACT ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
Hipotesis Penelitian......................................................................... 4
Kegunaan Penelitian........................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .............................................................................. 5
Syarat Tumbuh ................................................................................ 7
Tanah........................................................................................ 7
Iklim ......................................................................................... 8
Salinitas ........................................................................................... 9
Varietas ........................................................................................... 10

Daya Hantar Listrik......................................................................... 11
Kultur Jaringan................................................................................ 12
Faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan ................................. 13
Eksplan .................................................................................. 13
Media Kultur Jaringan........................................................... 14
Lingkungan............................................................................ 14
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 17
Bahan dan Alat................................................................................ 17
Metode Penelitian ........................................................................... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-Alat......................................................................... 20
vi
Universitas Sumatera Utara

Pembuatan Media............................................................................ 20
Persiapan Bahan .............................................................................. 21
Penanaman Eksplan ....................................................................... 21
Pemeliharaan Eksplan.................................................................... 22
Pengamatan Parameter .................................................................... 23

Tinggi Planlet .......................................................................... 23
Panjang akar ........................................................................... 23
Bobot Total Planlet ................................................................ 23
Bobot Akar ............................................................................. 23
Jumlah cabang Akar............................................................... 23
Jumlah daun ........................................................................... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................. 24
Pembahasan...................................................................................... 31
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................... 34
Saran................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL


NO

JUDUL TABEL

HALAMAN

1

Rataan Tinggi Planlet Pada Perlakuan Garam NaCl dan
Varietas ………………………………………………….

24

Rataan Panjang Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan
Varietas …………………………………………………..

25

Rataan Jumlah Cabang Akar Pada Perlakuan Garam
NaCl dan Varietas ……….................................................

27

Rataan Bobot Total Planlet Pada Perlakuan Garam NaCl
dan Varietas ……………………………………………...

28

Rataan Bobot Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan
Varietas …..........................................................................

29

Rataan Jumlah Daun Pada Perlakuan Garam NaCl dan
Varietas ………………………………………………….

30

2
3
4
5
6

viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

NO

JUDUL GAMBAR

HALAMAN

1

Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap panjang akar

26

2

Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap jumlah daun

31

ix
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

NO
1

JUDUL LAMPIRAN
HALAMAN
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)…………………
39

2

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman ……...……………

39

3

Data Pengamatan Panjang Akar (cm) …………………...

40

4

Daftar Sidik Ragam Panjang Akar ………………………

40

5

41

6

Data Pengamatan Bobot Total Planlet (g) ……………….
.
Daftar Sidik Ragam Bobot Total Planlet ………………..

7

Data Pengamatan Bobot Akar (g) ……………………….

42

8

Daftar Sidik Ragam Bobot Akar ………………………..

42

9

Data Pengamatan Jumlah Cabang Akar (cabang)………..

43

10

Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Akar ………………

43

11

Data Pengamatan Jumlah daun (helai) …………………..

44

12

Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun ……………………….

44

13

Rangkuman Rataan Konsentrasi Garam NaCl dan
Varietas Kedelai …………………………………………

45

14

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Wilis...……

46

15

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Tidar...……

47

16

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Anjasmoro..

48

17

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Sinabung…

49

18

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Galunggung

50

19

Deskripsi Kedelai (Glycine max L.) Varietas Kaba..……

51

20

Bahan Media Murashige dan Skoog……………………..

52

41

x
Universitas Sumatera Utara

21

Bagan Plot Penelitian…………………………………….

53

22

Jadwal Kegiatan Mingguan………………………………

54

23

Foto Sterilisasi botol……….……………………………..

55

24

Foto Pembuatan Media…………………………………...

56

25

Foto Persiapan Bahan Tanaman………………………….

57

26

Foto Pemeliharaan Planlet di rak kultur………...………..

58

27

Foto Planlet pada masing- masing perlakuan…………….

59

xi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Research is purposed to find out the growth response of some varieties of soy
bean (Glycine max L.) to NaCl concentrate with in vitro. This research was held in
Plant Biotechnology Laboratory at Agriculture Faculty Universitas Sumatera
Utara, Medan, started from April 2009 until June 2009. The design use
Completely Randomized Design with 2 aspects. The first aspect is NaCl
concentrate, those are 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, and 3000 ppm. The second
aspects is varieties of soy bean those are Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung,
Galungggung, and Kaba. NaCl concentrate perform real effects to long root, and
amount of leaves, but not gave any influenced to height planlet, amount of root
branch, total weight planlet and weight root. The varieties of soy bean not gave to
any parameters. Interaction between NaCl concentrate with varieties of soy bean
not gave response to all parameters.
Keywords: NaCl concentrate, varieties, in vitro, soy bean.

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas
kedelai (Glycine max L.) terhadap konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bioteknologi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dimulai dari bulan April 2009
sampai dengan bulan Juni 2009. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi
garam NaCl yaitu 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm. Faktor kedua
adalah varietas, yaitu varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung,
dan Kaba. Konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap parameter
panjang akar dan parameter jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter tinggi planlet, jumlah cabang akar, bobot total planlet, dan bobot akar.
Varietas tidak berpengaruh nyata pada semua parameter. Interaksi antara
konsentrasi garam NaCl dengan varietas tidak berpengaruh nyata pada semua
parameter.
Kata kunci : konsentrasi garam NaCl, varietas, in vitro, kedelai

ii
Universitas Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kedelai sudah dikenal dan dikonsumsi nenek moyang kita sejak berabad
tahun yang lalu. Sebagai bahan makanan, kedelai lebih baik jika dibandingkan
dengan kacang tanah, karena kandungan protein dan lemak pada kedelai lebih
baik daripada kacang tanah. Daun dan batang tanaman kedelai yang sudah agak
kering digunakan sebagai makanan ternak, dan pupuk hijau. Pada akar tanaman
kedelai, seperti pada akar tanaman kacang tanah dan turi, terdapat bintil-bintil
yang dapat mengikat unsur N (Nitrogen) dari udara dengan memanfaatkan
aktivitas bakteri rhizobium. Dengan demikian akar-akar yang tertinggal pada saat
tanaman dicabut, setelah membusuk akan sangat berguna bagi tanaman berikutnya
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Di Indonesia kedelai mulai dilaporkan pada zaman Rumphius (abad
ke-17). Pada waktu itu kedelai dibudidayakan sebagai tanaman makanan dan
pupuk hijau. Sampai saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran
rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir utara Jawa Timur,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawasi Utara), Sulawesi Tenggara dan
Lampung serta Sumatera Selatan dan Bali (Andrianto dan Indarto, 2004).
Pemanfaatan kedelai oleh masyarakat misalnya sebagai bahan makanan
dan ransum ternak peliharaan seperti ayam. Sebagai bahan makanan kita pada
umumnya kedelai tidak langsung dimasak melaikan diolah terlebih dahulu, sesuai
dengan kegunaannya, misalnya dibuat tempe, tahu, kecap, tauco, dan taoge. Selain
tiu, di era industrialisasi saat ini kedelai sudah diolah menjadi aneka bahan

Universitas Sumatera Utara

2

makanan, susu kedelai dan minuman sari kedelai yang kemudian dikemas dalam
botol serta penyedap rasa makanan dengan kandungan prootein yang tinggi
(Andrianto dan Indarto, 2004).
Produksi kedelai dalam negeri dari tahun ke tahun terus merosot. Tahun
1992 luas panen kedelai lokal 1.665.706 hektar dan sembilan tahun kemudian,
tahun 2001 turun menjadi 723.029 hektar. Pada tahun 2005, atau empat tahun
kemudian, luas penen turun lagi menjadi 621.541 hektar dengan produksi
808.353 ton. Tahun 2006 menjadi 580.534 hektar dengan produksi 747.611 ton
dan tahun 2007 menjadi 56.824 hektar dengan produksi 598.029 ton atau hanya
tinggal 27,4% dari luas panen 1992 (Harian Kompas, 2008).
Berdasarkan data dari dinas pertanian Sumatera Utara, produksi kedelai
Sumatera Utara tahun 2007 hanya 4.436 ton atau menurun 37,02 % di banding
produksi tahuan 2006 sebanyak 7.043 ton. Luas panen juga mengalami penurunan
hingga 39,09% dari 6.311 hektar pada tahun 2006 menjadi 3.793 hektar pada
tauan 2007. Upaya untuk meningkatkan produksi kedelai diantaranya dengan
penerapan teknologi pertanian, seperti penggunaan benih unggul dan peningkatan
produktivitas serta penambahana luas areal pertanaman. Sumatera Utara memiliki
potensi lahan untuk tanaman pengan dan hortikultura sebanyak 7.168.068 hektar.
Meliputi lahan sawah sebanyak 485.499 haktar dan lahan kering sebanyak
6.689.569 hektar (Harian Medan Bisnis, 2008).
Untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional tersebut,
Indonesia masih memiliki potensi lahan untuk perluasan usaha tani. Dari luas
lahan yang sesuai untuk usaha pertanian sebesar 100,8 juta hektar, telah
dimanfaatkan 68,8 juta hektar, sehingga lahan yang belum dimanfaatkan sekitar

Universitas Sumatera Utara

3

32 juta hektar. Selain itu, terdapat potensi lahan untuk usaha pertanian berupa
lahan terlantar 11,5 juta hektar serta perkarangan 5,4 juta hektar, dan belum
termasuk

lahan

gambut

dan

lebak

yang

potensinya

cukup

besar

(Syafa’at dan Simatupang, 2006).
Penurunan produksi ini dapat diatasi dengan menambah lahan penanaman
kedelai. Lahan-lahan yang sebelumnya tidak terpakai dapat ditanami kedelai,
misalnya lahan dengan kandungan garam yang cukup tinggi. Penanaman yang
dilakukan dengan menggunakan varietas-varietas kedelai yang tahan salinitas.
Dengan cara kultur jaringan, diharapkan dapat memberi solusi varietas yang
tahan, toleransi ataupun peka terhadap salinitas. Misalnya dengan kultur embrio yang
diharapkan dapat mempertahankan integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman. Kultur
embrio ditujukan untuk membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap.
Kultur embrio juga penting dalam ilmu fisiologi dalam hal perkembangan embrio
(Gunawan, 1988).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
ketahanan beberapa varietas kedelai terhadap salinitas dengan kultur embrio.
Penelitian menggunakan varietas kedelai yang tahan, toleransi serta yang peka
terhadap salinitas.

Universitas Sumatera Utara

4

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai
(Glycine max L.) terhadap beberapa konsentrasi garam NaCl secara in vitro.
Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh tingkat konsentrasi garam terhadap pertumbuhan kedelai
2. Ada perbedaan respons pertumbuhan beberapa varietas kedelai terhadap
pemberian garam
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai

salah

satu

syarat

untuk

dapat

memperoleh

gelar

sarjana

di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

5

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Menurut Sharma (1993) tanaman kedelai diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae
Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Polypetales

Family

: Papilionaceae

Genus

: Glycine

Species

: Glycine max (L.) Merril

Sistem perakaran kedelai adalah akar tunggang yang terdiri dari akar
utama dan akar cabang. Selain sebagai penyerap unsur hara dan penyangga
tanaman, pada perakaran kedelai ini adalah merupakan tempat terbentuknya
bintil/nodul

akar

yang

berfungsi

sebagai

tempat

bakteri

Rhizobium

(Rahman dan Tambas, 1986).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak (tinggi 70-150 cm).
menyemak

berbulu

halus

(pubescens),

dengan

sistem

perakaran

luas

(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Waktu tanaman kedelai masih sangat muda,
atau setelah fase menjadi kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat
dibedakan menjadi dua. Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas

Universitas Sumatera Utara

6

disebut hypokotil, sedangkan bagian di atas keping biji disebut epycotyl. Batang
kedelai tersebut berwarna ungu atau hijau (Andrianto dan Indarto, 2004).
Terdapat empat tipe daun yang berbeda, yaitu kotiledon atau daun biji,
daun primer sederhana, daun bertiga, dan daun profila. Daun primer sederhana
berbentuk telur (oval) berupa daun tunggal (unifoliat) dan bertangkai sepanjang
1-2 cm, terletak berseberangan pada buku pertama di atas kotiledon. Daun-daun
berikutnya daun bertiga (trifoliat), namun adakalanya terbentuk daun berempat
atau daun berlima (Hidayat dalam Somaatmadja dkk, 1999).
Kultivar kedelai memiliki bunga bergerombol terdiri atas 3-15 bunga yang
tersusun pada ketiak daun. Karekteristik bunganya seperti famili Papilionaceae
lainnya, yaitu corolla (mahkota bunga) terdiri atas 5 petal yang menutupi sebuah
pistil dan 10 stamen (benang sari). 9 stamen berkembang membentuk seludang
yang mengelilingi putik, sedangkan stamen yang kesepuluh terpisah bebas
(Poehlman and Sleper, 1995)
Banyaknya polong bergantung jenisnya. Ada jenis kedelai yang
menghasilkan banyak polong, ada pula yang sedikit. Berat masing-masing biji pun
berbeda-beda, ada yang bisa mencapai berat 50-500 gram per 100 butir biji. Selain
itu warna biji juga berbeda-beda. Perbedaan warna biji dapat dilihat pada belahan
biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan (tembus
cahaya). Ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan sampai hitam, atau
berbintik-bintik (Andrianto dan Indarto, 2004).
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan
polong-polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu

Universitas Sumatera Utara

7

tergantung dari varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda,
ada

yang

berwarna

coklat

dan

ada

pula

yang

putih

kehijauan

(Andrianto dan Indarto, 2004).
Syarat Tumbuh
Tanah
Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol,
grumosol, latosol, dan andosol. Pada tanah-tanah padzolik merah kuning dan
tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik,
kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang
cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam
pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar
(http://www.warintek.bantul.go.id/web.php?mod=basisdata, 2008).
Kedelai termasuk tanaman yang mampu beradaptasi terhadap berbagai
agroklimat, menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur lempung berpasir dan
liat. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mengandung
bahan organik dan pH antara 5,5-7 (optimal 6,7). Tanah hendaknya mengandung
cukup air tapi tidak sampai tergenang (Departemen Pertanian, 1996).

Universitas Sumatera Utara

8

Iklim
Pada awalnya kedelai merupakan tanaman subtropika hari pendek, namun
setelah didomestikasi dapat menghasilkan banyak kultivar yang dapat beradaptasi
terhadap lintang yang berbeda. Kemampuannya untuk ditanam di mana saja
adalah keunggulan utama tanaman ini. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu
20-25 0C. Suhu 12-20 0C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses
pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan
pemunculan biji. Pada suhu yang lebih tinggi dari 30 0C, fotorespirasi cenderung
mengurangi hasil fotosintesis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya
terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya
kedelai adalah 100-200 mm/bulan. Tanaman kedelai dapat tumbuh pada
ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut (Departemen Pertanian, 1996).
Kedelai merupakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila
lama penyinaran (panjang hari) melampaui batas kritis. Setiap varietas
mempunyai panjang hari kritis. Apabila lama penyinaran kurang dari batas kritis,
maka kedelai akan berbunga. Dengan lama penyinaran 12 jam, hampir semua
varietas
umumnya

kedelai
berbunga

tanam. Apabila
tersebut

dapat

akan

berbunga

beragam

lama

dari

penyinaran

meneruskan

dan
20

tergantung
hingga

melebihi

pertumbuhan

dari
60

varietasnya,
hari

setelah

periode

kritis,

tanaman

vegetatifnya

tanpa

berbunga

(Baharsjah, Suardi, dan Las dalam Somaatmadja dkk, 1985).

Universitas Sumatera Utara

9

Salinitas
Garam di dalam tanah maupun di dalam air selalu berada di dalam jumlah
yang bervariasi, baik kadarnya maupun jenisnya. Oleh karena itu pengaruh
keragaman terhadap lingkungan tanah dan pertumbuhan tanaman juga beragam.
Pengaruh garam terhadap pertumbuhan tanaman adalah :
1. Kadar garam di atas ambang toleran, peingkatan kadar garam berpengaruh
semakin jelek bagi tanaman
2. Macam garam. Banyak ragamnya dalam tanah yaitu : Klorida (NaCl, CaCl,
KCl), Nitrat (NaNO, Ca(NO3)2), Sulfat (Na2(SO4)2, K2SO4). Garam yang
mengandung Na yang tinggi berpengaruh jelek terhadap tanaman, tetapi garam
yang mengandung K dan Ca tinggi lebih baik bagi tanaman
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Bahaya salinitas dan sodifikasi mungkin tidak hanya terbatas pada tanahtanah di daerah beriklim agak kering. Bahaya salinitas tentunya agak berkurang
dengan adanya iklim basah. Namun demikian, dalam jangka waktu bertahuntahun dapat diperkirakan terjadinya penurunan kualitas air akibat penggunaan
pupuk dalam jumlah tinggi dan dalam kondisi tidak adanya sistem drainase yang
memadai (Tan, 2004).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta biomass
tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan

Universitas Sumatera Utara

10

perubahan secara perlahan. Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan
tingkat salinitas tinggi
Varietas
Varietas adalah kelompok tanaman dalam jenis atau spesies tertentu yang
dapat dibedakan dari kelompok lain berdasarkan suatu sifat atau sifat-sifat tertentu
(Nurhayati, 2005).
Varietas-varietas kedelai yang dianjurkan mempunyai kriteria-kriteria
tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan
penyakit. Setelah ciri-ciri tanaman kedelai diketahui, akhirnya dapat dihasilkan
varietas-varietas yang dianjurkan. Varietas-varietas ini diharapkan sesuai dengan
keadaan tempat yang akan ditanami. Dengan ditemukannya varietas-varietas baru
(unggul) melalui seleksi galur atau persilangan (crossing), diharapkan sifat-sifat
baru yang akan dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam hal
produksi, umur produksi, maupun daya tahan terhadap hama dan penyakit
(Andrianto dan Indarto, 2004)
Menggunakan varietas unggul merupakan salah satu upaya yang mudah
dan murah untuk meningkatkan produksi kedelai. Mudah karena teknologinya
tidak rumit karena hanya mengganti varietas kedelai dengan varietas yang lebih
unggul dan murah karena tidak memerlukan tambahan biaya produksi.
Tersedianya varietas unggul yang beragam sangat penting artinya guna menjadi
banyak pilihan bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim, mencegah
petani menanam satu varietas terus-menerus, mencegah timbulnya serangan hama
dan penyakit, dan menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan. Pengenalan atau

Universitas Sumatera Utara

11

identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang
dihadapi

tersebut

adalah

benar

varietas

unggul

yang

dimaksudkan.

Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa
deskripsi varietas (Gani, 2000).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatu
lingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada
umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah dkk, 2001).
Gen suatu tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter
kecuali tanaman tersebut berada pada lingkungan yang sesuai dan sebaliknya
tidak ada pengaruh terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah
tingkat keadaaan lingkungan terkecuali jika gen yang diperlukan ada. Namun
harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat terutama yang
disebabka oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan
terhadap viabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh
perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Daya Hantar Listrik
Ada dua parameter yang digunakan sebagai indikator untuk menilai
tingkat salinitas lahan, yaitu daya hantar listrik (DHL) dan kandungan garam
dalam bahan tersebut. Makin tinggi nilai DHL, persentase kehilangan hasil
tanaman makin besar (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/.pdf,2008).

Universitas Sumatera Utara

12

Parameter yang digunakan sebagai indikator salinitas lahan yaitu Daya
hantar listrik (DHL) dan kandungan garam. Salinitas tanah adalah keadaan tinggi
rendahnya garam di dalam tanah. Garam dapur (NaCl) merupakan garam yang
dominan, namun garam-garam Na2SO4, MgSO4, NaHCO3,Na2CO3, CaSO4,
CaCO3 juga menentukan salinitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi garam-garam
ini pada larutan tanah, semakin tinggi pula daya hantar listrik (DHL) larutan
tanah. Tanah dengan DHL >4 dS/m tergolong tanah salin. Pengaruh garam
terhadap struktur tanah yakni, dispersi agregat tanah, penyumbatan pori sehingga
infiltrasi tanah terhambat dan terjadi crusting, dan menghalangi perkecambahan
tanaman. Akibatnya, tanaman tidak mampu menyerap air dan unsur hara.
Tanaman pun mudah layu, kerdil dan gejala defisiensi hara, walaupun dalam
tanah tersedia cukup hara (http://elisa.ugm.ac.id/cahyonoagus/ppt, 2009)
Kultur Jaringan
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori
yang digunakan adalah teori totipotensi. Totipotensi adalah bagian tanaman yang
hidup mempunyai potensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat
bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora
(http://e-learning.unram.ac.id, 2008).

Universitas Sumatera Utara

13

Tehnik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah
laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratoruim harus menyediakan alatalat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas
dasar seperti air, listrik, dan bahan bakar. Kultur jaringan sangat membantu dalam
usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini kita dapat memilih bagian-bagian
atau sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus, dan menumbuhkan
sel-sel tersebut serta meregenerasikannya kembali menjadi tanaman lengkap dan
sehat (Gunawan, 1988).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan
Eksplan
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan
faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran
eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan
awal kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda
mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan
relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).
Penggunaan embrio tanaman sebagai eksplan dikenal dengan kultur
embrio

yang

memisahkan

embrio

tanaman

yang

belum

dewasa

dan

menumbuhkannya secara kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang
viable. Faktor-faktor yang mempengaruhi kultur embrio yaitu genotip, hasil

Universitas Sumatera Utara

14

perkembangan embrio setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam
media, cahaya dan suhu (Gunawan, 1988).
Media Kultur Jaringan
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur
telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang dikulturkan (Yusnita, 2003).
Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan
sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Harus
diingat bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar
eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan
terpenuhi bila media yang dipilih mempertimbangkan apa-apa yang diperlukan
oleh tanaman. Secara umum kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi
secara khusus hal tersebut berbeda. Kesamaannya adalah tanaman memerlukan
hara makro dan mikro, vitamin-vitamin, karbohidrat (gula), asam amino dan Norganik, zat pengatur tumbuh, zat pemadat dan kadang ada penambahan bahanbahan seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik,
ataupun arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan
jumlah yang diperlukan (Santoso dan Nursandi, 2001).
Lingkungan
Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman
dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya
dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur

Universitas Sumatera Utara

15

jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas,
dan kualitasnya. Prof. Murashige menyarankan untuk mengasumsikan kebutuhan
lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman merupakan pencerminan dari
kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan di lapangan. Kualitas cahaya
mempengaruhi arah diferensiasi jaringan. Energi radiasi dekat spektrum ultra
violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang paling efektif untuk merangsang
pembentukan tunas, sedangkan pembentukan akar dirangsang oleh cahaya merah
dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap inisiasi dan multiplikasi tunas
digunakan pencahayaan dengan lampu fluorescent (TL). Secara umum, intensitas
cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur tahap inisiasi kultur adalah 01.000 lux, tahap multiplikasi sebesar 1.000-10.000 lux, tahap pengakaran sebesar
10.000-30.000 lux, dan tahap aklimatisasi sebesar 30.000 lux (Yusnita, 2003).
Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan.
Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah
26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah (kurang dari 20
0

C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32

0

C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu
yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).
Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan
pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi
sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam
penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-

Universitas Sumatera Utara

16

garam lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH
yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk 1981).
Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau kadangkadang KOH) atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampurkan,
seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan
pH setelah disterilkan dalam autoclave. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, Mann
dkk dalam George dan Sherrington (1984) membuat pH 7.0 dalam media yang
belum disterilkan. Untuk menghindarkan perubahan pH yang cukup besar,
Murashige dan skoog menyarankan agar dilakukan pemanasan untuk melarutkan
agar-agar dan memanaskan beberapa menit media dalam autoclave, baru diadakan
penetapan pH. Cara lain yang dilakukan adalah penetapan pH setelah media
disterilkan dalam autoclave. Dalam wadah yang besar media disterilkan dan
kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang diinginkan.
Selanjutnya media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah dipersiapkan di
dalam laminar air flow cabinet. Cara ini juga digunakan pada penelitian yang
menggunakan media dengan pH rendah untuk tujuan seleksi (Gunawan, 1988).

Universitas Sumatera Utara

17

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai
pada bulan April 2009 sampai dengan Juni 2009.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah embrio kacang
kedelai (varietas Wilis, Tidar, Anjasmoro, Sinabung, Galunggung, dan Kaba),
garam dapur NaCl, bahan penyusun media MS, deterjen, larutan benlate, akuades
steril, NaOH, HCl, bacto agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow,
autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, pengguncang, hot plate dengan pengaduk
magnetik, erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pipet,
pinset, batang pengaduk, handsprayer, termometer, timer (alat pengatur lama
penyinaran), lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker,
kertas saring, kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan :
Faktor I

: Konsentrasi garam NaCl (G) dengan 4 perlakuan :
G0 = tanpa pemberian garam NaCl (Kontrol)

Universitas Sumatera Utara

18

G1 = garam NaCl 1000 ppm
G2 = garam NaCl 2000 ppm
G3 = garam NaCl 3000 ppm
Faktor II

: Varietas Kedelai (V) dengan 6 perlakuan :
V1= Varietas Wilis (Tahan)
V2= Varietas Tidar (Peka)
V3= Varietas Anjasmoro
V4= Varietas Sinabung
V5= Varietas Galunggung
V6= Varietas Kaba

Jumlah Ulangan

= 6 ulangan

Jumlah botol

= 144 botol

Jumlah tanaman/botol

= 2 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

= 288 tanaman

Diperoleh 24 kombinasi perlakuan yaitu :
G0V1

G0V2

G0V3

G0V4

G0V5

G0V6

G1V1

G1V2

G1V3

G1V4

G1V5

G1V6

G2V1

G2V2

G2V3

G2V4

G2V5

G2V6

G3V1

G3V2

G3V3

G3V4

G3V5

G3V6

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial sebagai berikut :
Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
Yijk

= Hasil pengamatan dari perlakuan varietas ke i dan konsentrasi garam ke j

Universitas Sumatera Utara

19

i

= perlakuan varietas

j

= perlakuan konsentrasi garam

k

= ulangan

μ

= Nilai tengah

αi

= pengaruh perlakuan varietas

βj

= pengaruh perlakuan konsentrasi garam

(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan varietas dan konsentrasi garam
εijk

= Efek dari perlakuan ke-i dan ulangan ke j
Data diolah dengan analisis sidik ragam. Bila perlakuan berpengaruh nyata

terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan Uji Duncan
(Gomez dan Gomez, 1995).

Universitas Sumatera Utara

20

PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-Alat
Semua alat-alat seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, gelas kultur,
erlenmeyer, pinset, pisau, scalpel, spatula dan alat-alat gelas lainnya terlebih
dahulu direndam dalam deterjen dan dicuci bersih dengan air, selanjutnya
dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan
17,5 psi selama 60 menit.
Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media Murashige
Skoog (MS) padat dengan penambahan garam dengan konsentrasi sesuai dengan
perlakuan. Tahap pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok
bahan kimia hara makro, hara mikro, larutan ion, sukrosa, dan myo-inositol.
Tahap berikutnya, unsur hara makro, sukrosa dan myo-inositol
dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi aquades, lalu dipanaskan di
atas hot plate dengan menggunakan magnetic stirer sebagai pengaduk. Kemudian
ditambahkan larutan stok hara mikro, iron dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
Larutan ditambah aquadest hingga volume mencapai 500 ml, lalu dibagi menjadi
empat bagian sehingga masing-masing menjadi 125 ml. Setiap bagian diberi
garam sesuai dengan perlakuan dan larutan ditambahkan menjadi 250 ml.
Keasaman diukur dengan menetapkan pH yang dikehendaki yaitu 5,8. Untuk
mengatur pH sesuai dengan yang ditetapkan, dapat digunakan larutan HCl 0,1 N
atau NaOH 0,1 N.

Universitas Sumatera Utara

21

Tepung agar sebanyak 2 g ditambahkan ke dalam setiap perlakuan sesuai
dengan kebutuhan, lalu dipanaskan diatas piring pemanas dengan pengaduk
magnetic sampai larutan menjadi bening (semua agar telah larut). Media siap
dipindahkan ke dalam tabung kultur steril dan dibagi sesuai dengan banyak
ulangan serta jumlah sampel. Kemudian botol kultur tersebut ditutup dengan
aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Media dalam botol
tersebut disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf dengan tekanan 17,5 psi,
suhu 1210C selama 15 menit. Selanjutnya dapat disimpan dalam ruang kultur
sebelum digunakan.
Persiapan bahan
Kacang kedelai direndam dalam deterjen 3 g/l akuades selama 30 menit.
Selanjutnya direndam dalam larutan benlate 2 g/l + Tween 20 2 g/l selama 15
menit, lalu digojok dalam larutan Clorox 20 % selama 10 menit. Lalu digojok
dalam larutan Clorox 10% selama 15 menit.. Pada setiap tahap sterilisasi, kacang
kedelai dibilas dengan aquadest steril sebanyak tiga kali.
Kertas merang steril dimasukkan kedalam cawan petri bersih dan dibasahi
dengan akuades steril sampai kertas merang tersebut lembab, kemudian kacang
kedelai yang telah steril diletakkan di atas kertas merang yang telah dibasahi .
Kemudian kacang kedelai dibiarkan pada suhu kamar 280 selama 1 hari agar biji
membengkak dan memudahkan dalam pengambilan embrio

Universitas Sumatera Utara

22

Penanaman Eksplan
Eksplan yang akan ditanam berasal dari embrio kacang kedelai yang telah
berumur 1 hari. Kacang kedelai direndam dalam larutan betadine 10% kemudian
dilakukan isolasi embrio. Isolasi embrio dilakukan secara aseptik dimana embrio
dipisahkan dari bagian kotiledon secara hati-hati supaya tetap utuh kemudian
diletakkan di atas kertas merang kering. Eksplan embrio tanpa kotiledon siap
ditanam dalam media MS dengan memakai pinset steril dengan mengarahkan
mulut botol ke lampu Bunsen. Setiap botol diisi dua embrio lalu ditutup dengan
aluminium foil dengan rapat agar tidak terjadi kontaminasi.
Pemeliharaan Eksplan
Botol-botol yang berisi eksplan dan telah ditutup dengan aluminium foil
diletakkan pada rak kultur. Suhu ruangan kultur diatur 250C-280C, dengan
penyinaran lampu fluorencent (neon) dengan intensitas cahaya 1000 lux dan
panjang penyinaran 24 jam/hari. Ruangan kultur diusahakan bebas dari bakteri
dan jamur.

Universitas Sumatera Utara

24

Pengamatan Parameter
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung dari pangkal hingga ujung akar planlet. Pengukuran
dilakukan di akhir penelitian.
Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet diukur dengan menggunakan kertas millimeter yang diukur
dari pangkal planlet hingga titik tumbuh planlet. Pengukuran tinggi planlet
dilakukan pada akhir penelitian.
Jumlah Akar (helai)
Jumlah akar dihitung dari jumlah akar yang terbentuk dari leher akar (akar
sekunder) pada setiap planlet. Penghitungan jumlah akar dilakukan pada akhir
penelitian.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dari daun yang terbentuk (daun semu) yang telah
terbuka sempurna dari setiap planlet. penghitungan jumlah daun dilakukan pada
akhir penelitian.
Bobot Akar (g)
Bobot akar dihitung dengan menimbang semua akar yang terbentuk pada
setiap planlet. Pengukuran bobot akar dilakukan pada akhir penelitian.
Bobot Total Planlet (g)
Bobot total planlet dihitung dengan menimbang seluruh bagian masingmasing eksplan. Parameter ini dihitung pada akhir penelitian.

Universitas Sumatera Utara

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil analisis data pada setiap perlakuan diperoleh bahwa perlakuan
pemberian garam NaCl pada konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata
terhadap parameter panjang akar dan jumlah daun tetapi berpengaruh tidak nyata
terhadap parameter lainnya. Sedangkan perlakuan varietas

yang berbeda

memberikan pengaruh tidak nyata pada semua parameter.
Hasil analisis terhadap interaksi masing-masing perlakuan berpengaruh
tidak nyata pada semua perlakuan.
Tinggi Planlet (cm)
Tinggi planlet akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang
berbeda ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Tinggi Planlet Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Rataan
Varietas (V)
 
G0
G1
G2
G3
(0 ppm)

Wilis (V1)
Tidar (V2)
Anjasmoro (V3)
Sinabung (V4)
Galunggung (V5)
Kaba (V6)
Rataan

 

(1000 ppm)

(2000 ppm)

(3000 ppm)

----------------------------------------cm-----------------------------6.8 
6.9 
6.0 
6.1 
6.4
5.5 
6.7 
5.3 
6.1 
5.9
6.5 
6.2 
6.5 
6.1 
6.4
7.0 
6.3 
6.5 
5.9 
6.4
6.4 
7.0 
5.8 
5.9 
6.3
6.5 
5.3 
6.3 
6.3 
6.1
     
6.4
6.4
6.1
6.1

Universitas Sumatera Utara

26

Dari hasil pengamatan sidik ragam tinggi planlet (lampiran 2) diperoleh
bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl varietas dan interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi planlet.
Tinggi planlet tertinggi cenderung terlihat pada perlakuan konsentrasi
garam NaCl 0 ppm dan 1000 ppm yaitu sebesar 6,4 cm sedangkan perlakuan
garam 2000 ppm serta 3000 ppm memberikan tinggi planlet berkisar 6,1 cm.
Pada varietas Wilis, Anjasmoro dan Sinabung didapatkan tinggi planlet
tertinggi yaitu 6,4 cm sedangkan yang terendah didapatkan pada varietas Tidar.
Kombinasi kedua perlakuan yang memberikan tinggi planlet paling tinggi
didapatkan pada kombinasi 0 ppm pada varietas Sinabung serta kombinasi 1000
ppm pada varietas Galunggung. Dan kombinasi dengan tinggi planlet terkecil
didapatkan pada 1000 ppm dengan varietas Kaba serta pada 2000 ppm dengan
varietas Tidar.
Panjang Akar (cm)
Panjang akar akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas yang
berbeda ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Panjang Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Varietas (V)
G0  
G1
G2
G3
(0 ppm)

 

(1000 ppm)

(2000 ppm)

Rataan

(3000 ppm)

----------------------------------------cm---------------------------Wilis (V1)
16.40
17.60
13.38
14.32
15.43
Tidar (V2)
18.52
17.30
15.53
10.37
15.43
Anjasmoro (V3)
19.83
11.07
10.62
14.47
14.00
Sinabung (V4)
17.07
12.25
14.42
16.63
15.09
Galunggung (V5)
12.73
12.13
14.23
13.05
13.04
Kaba (V6)
15.62
13.10
14.22
13.37
14.08
Rataan
16.69 a
13.91 b
13.73 b
13.70 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang tidak sama pada kolom dan kelompok
perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Beda Jujur

Universitas Sumatera Utara

27

Dari hasil pengamatan sidik ragam panjang akar (lampiran 4) diperoleh
bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl berpengaruh nyata terhadap panjang
akar, Varietas serta interaksi memberikan pengaruh tidak nyata terhadap panjang
akar.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian garam NaCl 0 ppm
memberikan panjang akar terpanjang yaitu 16,69 cm dan berbeda nyata dengan
pemberian garam lainnya yang hanya berkisar 13,70-13,91 cm.
Pengaruh pemberian garam NaCl terhadap panjang akar ditampilkan pada
Gambar 1.

18

P an jan g  A kar (c m )

17
Y  = ‐0,915x + 16,795
2
R  = 0,6565

16
15
14
13
12
11
10
0

1000
2000
K ons entras i G aram NaC l (ppm)

3000

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi garam NaCl terhadap panjang akar
Jumlah Cabang Akar (helai)
Dari hasil pengamatan sidik ragam jumlah cabang akar (lampiran 6)
diperoleh bahwa perlakuan konsentrasi garam NaCl varietas dan interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang akar.

Universitas Sumatera Utara

28

Jumlah cabang akar akibat perlakuan konsentrasi garam NaCl dan varietas
yang berbeda ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan Jumlah Cabang Akar Pada Perlakuan Garam NaCl dan Varietas
Garam NaCl (G)
Rataan
Varietas (V)
G0  
G1
G2
G3
(0 ppm)

Wilis (V1)
Tidar (V2)
Anjasmoro (V3)
Sinabu