Evaluasi Ekonomi INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

150 modal maksimum untuk pabrik beresiko tinggi sesudah pajak selama 1,078 tahun. 3. Break Even Point BEP Break Event Point BEP merupakan titik di mana kapasitas produksi yang dihasilkan dapat menutupi seluruh biaya produksi tanpa adanya keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP merupakan persentase kapasitas pabrik terhadap kapasitas penuhnya. Dari analisis ekonomi, diketahui BEP pabrik 1,3-propandiol adalah 59,442 . Jadi, kapasitas pabrik ketika BEP sebesar 23.776,8 tontahun. Pengoperasian pabrik di bawah kapasitas tersebut menyebabkan pabrik merugi. Sebaliknya, pengoperasian pabrik di atas kapasitas produksi tersebut menyebabkan pabrik untung. 4. Shut Down Point SDP Nilai Shut Down Point SDP suatu pabrik merupakan level produksi di mana pada kondisi ini menutup pabrik lebih menguntungkan daripada mengoperasikannya. Keadaan ini terjadi bila output turun sampai di bawah BEP dan pada kondisi di mana fixed expenses lebih kecil daripada selisih antara total cost dan total sales. Penurunan kapasitas terpasang terpaksa dilakukan bila bahan baku kurang dan untuk menjaga ketersediaan produk di pasaran atau menjaga harga produk di pasaran. Dari analisis ekonomi, diketahui nilai SDP pabrik 1,3-propandiol adalah 22,96 . Grafik BEP dan SDP untuk pabrik 1,3-propandiol dapat dilihat di bawah ini, 151 Gambar 7. Grafik BEP dan Shut Down Point 5. Discounted Cash Flow Metode discounted cash flow merupakan analisis kelayakan ekonomi yang berdasarkan aliran uang masuk selama masa usia ekonomi pabrik. Nilai Internal Rate of Return IRR atau Discounted Cash Flow Rate of Return merupakan suku bunga yang menghasilkan harga net present value pada akhir umur pabrik sama dengan nol. Dari analisis ekonomi, diketahui tingkat suku bunga maksimum agar modal dapat diperoleh kembali di akhir umur pabrik sebesar 62,548 . Nilai DCF tersebut menunjukan bahwa investasi modal di pabrik 1,3- propandiol lebih menguntungkan daripada di bank karena suku bunga bank lebih kecil dibandingkan suku bunga dari hasil investasi di pabrik. -200,000,000,000 1,068,400,000,000 2,336,800,000,000 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kapasitas Produksi Rp Sales Fixed Cost Total Cost Variable Cost SDP = 22,96 BEP=59,5 152 -2.E+11 -1.E+11 0.E+00 1.E+11 2.E+11 3.E+11 4.E+11 5.E+11 6.E+11 7.E+11 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur Pabrik tahun C u m u la ti v e C a sh F lo w Gambar 8. Kurva Cummulative Cash Flow Metode Discounted Cash Flow

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam industri. Salah satu industri yang memanfaatkan sumber daya alam adalah industri biodiesel, dengan menggunakan bahan baku CPO crude palm oil. Dari 1 kilogram bahan baku CPO bisa menghasilkan sedikitnya 1 liter biodiesel. Sedang dari distilasi limbahnya dapat dihasilkan gliserol crude glycerol. Gliserol ini bukannya tidak berguna, banyak industri menggunakannya sebagai zat tambahan aditif dalam produk-produk rumah tangga sabun dan shampoo. Namun pemanfaatan gliserol yang terbatas dapat menyebabkan kelebihan produksi gliserol. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai ekonominya, maka gliserol harus dikonversi menjadi senyawa lain. Salah satu pemanfaatan gliserol lebih lanjut adalah sebagai bahan baku 1,3-propandiol PDO. Pendirian pabrik 1,3-propandiol diharapkan dapat memenuhi kebutuhan 1,3- propandiol di Indonesia dan negara-negara di Asia, serta merangsang pertumbuhan pabrik baru yang menggunakan bahan baku 1,3-propandiol. Sehingga memperlancar roda perekonomian di Indonesia dan Asia, dan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

B. Kegunaan Produk

Kegunaan dari PDO adalah sebagai bahan baku pembuatan polimer, kosmetik, makanan, minyak pelumas, hingga obat-obatan. Pemanfaatan PDO yang paling utama adalah pada industri polimer, dimana PDO digunakan dalam produksi polyurethane, polyether , atau polyester. Salah satu penelitian mengenai kegunaan PDO yang sedang berkembang sekarang adalah penelitian mengenai pemanfaatan PDO sebagai salah satu monomer dalam pembuatan polytrimethylene terephthalate PTT, yang merupakan jenis polimer biodegradable.

C. Ketersediaan Bahan Baku

Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki potensi cukup besar untuk pengembangan industri PDO terutama yang berbahan baku gliserol. Hal ini disebabkan Indonesia sedang menjalankan program pengembangan sumber energi alternatif dimana biodiesel adalah salah satu sasaran utama untuk dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Dengan diadakannya program tersebut maka jumlah pabrik biodiesel di Indonesia akan terus bertambah sehingga jumlah gliserol, yang merupakan produk samping biodiesel, juga akan meningkat. Saat ini, pabrik biodiesel di Indonesia terdapat di Serpong kapasitas 1,5 tonhari, di Riau 8 tonhari, dan yang terbesar hingga saat ini terdapat di Gresik dengan kapasitas 50 tonhari akan dikembangkan hingga kapasitas 200.000 tonhari. Pada tahun 2009, telah terdapat 25 unit pabrik biodiesel dengan kapasitas masing-masing pabrik minimal 30.000 tontahun. Hal tersebut semakin memperkuat bahwa pendirian pabrik DPO mempunyai prospek yang cerah karena jumlah bahan baku yang melimpah. Hingga sekarang di Indonesia sendiri masih belum terdapat pabrik PDO.