DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Teks 1. Spektrum warna a lampu neon spiral 20 watt dan b lampu neon
esensial 18 watt 11
2. Spektrum warna lampu pijar 15 watt a Lampu Pijar putih, b Lampu Pijar Orange, c Lampu Pijar Kuning, d Lampu Pijar Hijau, e
Lampu Pijar Biru. 12
3. Spektrum warna lampu halogen 25 watt. 13
4. Skema Hidroponik indoor 15
5. Diagram Alir Penelitian 16
6. Skema Jarak Lampu 18
7. Grafik Suhu Harian Pengamatan Pagi, Siang, dan Sore pada berbagai Perlakuan
24 8. Grafik Kelembaban Udara Harian Pengamatan Pagi, Siang, dan Sore
pada berbagai Perlakuan 26
9. Diagram Intensitas Cahaya setiap Lampu 27
10. Grafik Intensitas Cahaya dalam Ruang Penanaman 28
11. a Selada Etiolasi dan b Kerusakan Daun tip burn 29
12. Grafik Evapotranspirasi Kumulatif 31
13. Grafik Nilai Electrical conductivity EC Mingguan 32
14. Grafik Suhu Larutan Nutrisi Mingguan 32
15. Grafik pH Larutan Nutrisi 34
16. Grafik Tinggi Tanaman 35
17. Grafik Jumlah Daun 36
18. Diagram Berat Brangkasan Total 40
19. Penimbangan Brangkasan Atas 41
20. Diagram Berat Brangkasan Atas 41
21. Diagram Berat Brangkasan Bawah 42
22. Diagram Panjang Akar 43
Lampiran 23. Hubungan Luas Daun Metode Perkalian Panjang Lebar dan Metode
Gravimetri setiap Perlakuan 71
24. Hubungan Rata-rata Luas Daun Metode Perkalian Panjang Lebar dan Metode Gravimetri setiap Perlakuan
72 25. Lampu LED 36 watt
76 26. Lampu Pijar 40 watt dan 100 watt
76 27. Lampu Halogen 150 watt
76 28. Lampu Neon 18 watt
77 29. Bibit selada 3 minggu semai
77 30. Perlakuan N1 awal tanam
77 31. Perlakuan N2 awal tanam
78 32. Perlakuan N3 awal tanam
78 33. Perlakuan N4 awal tanam
78 34. Pengukuran Suhu Ruang Penanaman
79 35. Perlakuan N0 pada 1 MST
79 36. Perlakuan N1 pada 1 MST
79 37. Perlakuan N2 pada 1 MST
80 38. Perlakuan N3 pada 1 MST
80
39. Perlakuan N4 pada 1 MST 80
40. Perlakuan N0 pada 2 MST 81
41. Perlakuan N1 pada 2 MST 81
42. Perlakuan N2 pada 2 MST 81
43. Perlakuan N3 pada 2 MST 81
44. Perlakuan N4 pada 2 MST 81
45. Perlakuan N0 pada 3 MST 82
46. Perlakuan N1 pada 3 MST 82
47. Perlakuan N2 pada 3 MST 82
48. Perlakuan N3 pada 3 MST 82
49. Perlakuan N4 pada 3 MST 82
50. Perlakuan N0 pada 4 MST 83
51. Perlakuan N1 pada 4 MST 83
52. Perlakuan N2 pada 4 MST 83
53. Perlakuan N3 pada 4 MST 83
54. Perlakuan N4 pada 4 MST 83
55. Hasil Terbaik pada Perlakuan N1 84
56. Hasil Terbaik pada Perlakuan N2 84
57. Hasil Terbaik pada Perlakuan N3 84
58. Hasil Terbaik pada Perlakuan N4 84
59. Hasil Terbaik pada Perlakuan N0 84
60. Pengukuran Tinggi Tanaman 84
61. Sampel Brangkasan Total Tanaman Selada 85
62. Penimbangan Brangkasan Total 85
63. Penimbangan Brangkasan Atas 85
64. Penimbangan Berat Replika Daun 85
65. Hasil Panen Terbaik Masing-masing Perlakuan 86
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selada Lactuca sativa L. merupakan tanaman sayuran daun yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi. Seperti halnya sayuran daun lainnya, selada sudah umum dimakan mentah dan menjadi sayuran salad. Hal ini menuntut produksi harus
bersih dan terbebas dari penggunaan pestisida. Sistem budidaya yang dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik yaitu dengan menggunakan teknologi
hidroponik. Selada merupakan tanaman yang cocok dibudidayakan secara hidroponik Susila dan Koerniawati, 2004.
Kultur hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media
tumbuh dari tanah. Hidroponik merupakan teknik penanaman dalam air yang mengandung campuran hara. Hidroponik tidak terlepas dari penggunaan media
tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan tanaman, seperti arang sekam dan pasir Rosliani dan Sumarni, 2005.
Teknologi hidroponik umumnya dilakukan di dalam greenhouse. Greenhouse
digunakan untuk melindungi tanaman dari gangguan luar seperti tingginya intensitas cahaya, angin kencang, hujan deras, radiasi matahari dan kelembaban
yang tinggi Prihmantoro dan Indriani, 1999. Atap greenhouse yang umumnya
terbuat dari plastik akan menahan 6 sampai 20 sinar matahari langsung. Sinar ultraviolet yang berlebihan dapat merusak dan menghambat pertumbuhan
tanaman Lingga, 2005. Cahaya ultraviolet UV berada pada daerah panjang gelombang dari 100 sampai 380 nm. Energi sinar yang digunakan tumbuhan
untuk fotosintesis ternyata hanya 0,5 sampai 2 dari jumlah energi sinar yang tersedia. Energi yang diberikan oleh sinar itu bergantung pada kualitas panjang
gelombang, intensitas banyaknya sinar per 1 cm
2
per detik, dan lama waktu Handoko dan Fajariyanti, 2008.
Manipulasi sinar matahari dalam hidroponik dapat dilakukan dengan
menggunakan lampu dan biasanya di dalam ruangan tertutup. Klorofil tanaman dapat menyerap dan memanfaatkan sinar pada panjang gelombang 700 sampai
400 nm. Penelitian Kobayashi et al. 2012 menunjukkan bahwa sinar biru baik untuk mempertahankan proses vegetatif tanaman dan sinar merah baik untuk
meningkatkan proses gerenatif. Menurut Morrow 2008, LED dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman karena tidak mengeluarkan suhu
tinggi. Pertumbuhan optimum tanaman dapat dibantu dengan penyinaran dengan panjang
gelombang dan lama penyinaran dari lampu yang sesuai. Namun belum diketahui jenis lampu yang mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
secara optimal. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis lampu yang sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman
selada dengan sistem hidroponik sumbu. Penggunaan beberapa jenis dan
kombinasi lampu dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan dampak berbeda bagi pertumbuhan dan produksi tanaman selada.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis lampu terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada pada sistem hidroponik indoor.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang jenis lampu yang
sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada pada sistem hidroponik indoor.
1.4 Hipotesis
Penggunaan beberapa jenis lampu diduga mampu memberikan pengaruh berbeda
terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman selada pada sistem hidroponik indoor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Selada Lactuca sativa L.
Selada merupakan tanaman yang berasal dari negara beriklim sedang. Tanaman
selada sudah dibudidayakan sejak 500 tahun sebelum masehi. Peranan komoditas hortikultura berperan penting terhadap perkembangan gizi masyarakat,
peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis dan agroindustri, peningkatan ekspor dan pengurangan impor. Nilai
ekonomi selada cukup tinggi sehingga tanaman ini menjadi salah satu tanaman prioritas nasional untuk mendukung perkembangan di Indonesia Rukmana,
1994. Menurut Edi dan Bobihoe 2010, selada Lactuca sativa L. merupakan sayuran
daun yang berumur semusim dan termasuk dalam famili compositae yang biasa dikonsumScmi sebagai lalapan atau salad. Menurut jenisnya, selada ada yang
dapat membuat krop dan ada yang tidak. Jenis yang tidak membentuk krop daun- daunnya berbentuk ”rosete”. Jenis selada yang banyak dibudidayakan adalah
selada mentega dan selada krop. Selada mentega disebut juga dengan selada bokor atau selada daun, bentuk kropnya bulat lepas. Selada heading lettuce atau
selada krop, bentuk krop bulat dan lonjong, kropnya padat atau kompak. Warna daun selada hijau terang sampai putih kekuningan.