Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI NITROGEN DAN PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELADA

(Lactuca sativaL.) SECARA HIDROPONIK Oleh

GORENDVA R. WARGANEGARA

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman sayur yang di konsumsi

masyarakat dalam bentuk segar. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan selada diantaranya adalah unsur hara. Nitrogen merupakan unsur hara yang aktif diserap oleh akar, nitrogen mempunyai pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman sayuran. Plant Catalyst merupakan pupuk cair yang berfungsi meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara makro N, P, K dari berbagai pupuk utama maupun pupuk alami sehingga tanaman dapat menghasilkan produksi yang tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengaruh Plant Catalyst terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada, (2) mengetahui pengaruh konsentrasi nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada, (3) mengetahui respons konsentrasi nitrogen terhadap pupuk cair Plant Catalyst.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Mei sampai Juli 2014. Metode yang digunakan adalah rancangan


(2)

kelompok teracak sempurna (RKTS) disusun faktorial (5x2) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk cair Plant Catalyst (P1) dan tanpa

pemberian pupuk cair (P0) dengan konsentrasi 2 g/L air. Faktor kedua adalah konsentrasi nitrogen 200, 225, 250, 275, dan 300 ppm. Setiap unit percobaan terdiri dari dua tanaman. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot segar tanaman, bobot kering berangkasan, dan tingkat kecerahan warna daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemberian pupuk cair Plant Catalyst menghasilkan pertumbuhan selada yang lebih baik pada teknik budidaya hidroponik terlihat pada variabel pengamatan tinggi tanaman (4,13%), panjang akar (6,81%), dan bobot segar tanaman (11,12%), tetapi tidak berbeda pada bobot kering tanaman (2) Peningkatan konsentrasi nitrogen yang diberikan cenderung diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot segar tanaman yang masih linier (3) Respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen pada pemberian pupuk cair Plant Catalyst sudah kuadratik, sedangkan tanpa pemberian pupuk cair Plant Catalyst respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen masih linier.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 April 1992, merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Drs. Ramlan Amron dan Ibu Yulis Masari Daud, S. H.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Dharma Wanita pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 21 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Penjaringan Bibit Unggul Daerah (PBUD). Penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMB-TPH) Cimanggis, Depok pada bulan Juli hingga September 2013. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Banjarmasin, kecamatan

Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Januari hingga Maret 2014.

Untuk menambah wawasan dan pengalaman, penulis dipercaya menjadi asisten dosen pada mata kuliah Produksi Tanaman Buah tahun 2012/2013 dan Teknologi Benih tahun 2013/2014. Penulis juga pernah aktif dalam organisasi Korps


(7)

Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada

niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (mendapat


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Nitrogen dan Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativaL.) secara Hidroponik”.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M. P., selaku pembimbing utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan saran dalam penelitian hingga penulisan skripsi;

2. Bapak Ir. Kushendarto, M. S., selaku pembimbing kedua atas bimbingan, arahan, motivasi dan saran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi;

3. Bapak Dr. Ir. Darwin H. Pangaribuan, M. Sc., selaku penguji yang telah bersedia memberikan pengarahan dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi;

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Hamim Sudarsono, M. Sc., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan nasihat kepada penulis;

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M. S., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;


(9)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Ayahanda Ramlan Amron, Ibunda Yulis Masari Daud, Popo Rayu R.

Warganegara, Kiay Valdo R. Warganegara, dan Paksu Anggi Romando yang telah memberikan dukungan baik materil dan non-materil, serta doa yang tak pernah putus yang diberikan kepada penulis;

8. Sahabat seperjuangan Oktariza Permana, Mustika Adzania Lestari, Rahmah Catur Putri, Safira Maulidina, Dian Saputra, Widya Prabawati, Arisha Azima, Intan Desmania, Jefri Zulkarnain, Khoirul Yunus, dan Tabroni atas bantuan, semangat, dan kenangan yang telah diberikan kepada penulis;

9. Teman-teman Agroteknologi 2009, 2010; Kehutanan 2010, dan Teknik Pertanian 2010 serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian dan penyelesaian skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Semoga Allah SWT. membalas semua amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Bandar Lampung, Januari 2015


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori ... 4

1.4 Kerangka Pemikiran ... 6

1.5 Hipotesis ... 7

II. TINJAUN PUSTAKA ... 8

2.1 Tanaman Selada ... 8

2.2 Hidroponik ... 9

2.3 Larutan Nutrisi ... 10

2.4 Nitrogen Pada Tanaman ... 11

2.5 Plant Catalyst ... 11

III. BAHAN DAN METODE ... 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2 Bahan dan Alat ... 14

3.3 Metode Penelitian ... 15

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 15

3.4.1 Persemaian…... 15

3.4.2 Pembuatan Formulasi Pupuk ... 16

3.4.3 Persiapan Media Tanam ... 17


(11)

3.4.5 Pemeliharaan………... 17

3.4.6 Pemanenan………... 18

3.5 Variabel Pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

4.1 Hasil Penelitian…... 20

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 20

4.1.2 Jumlah Daun ... 21

4.1.3 Panjang Akar ... 22

4.1.4 Bobot Segar Tanaman ... 23

4.1.5 Bobot Kering Berangkasan ... 25

4.1.6 Kecerahan Warna Daun ... 26

4.2 Pembahasan ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

PUSTAKA ACUAN ... 34


(12)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kebutuhan unsur hara tanaman selada. ... 10

2. Formulasi dasar larutan hara untuk pertanaman secara hidroponik untuk 1000 liter larutan hara. ... 16 3. Pengaruh pupuk cair dan konsentrasi nitrogen terhadap tinggi tanaman selada. ... 20 4. Pengaruh pupuk cair dan konsentrasi nitrogen terhadap jumlah daun tanaman selada. ... 22 5. Pengaruh pupuk cair dan konsentrasi nitrogen terhadap panjang akar tanaman selada. ... 22 6. Pengaruh pupuk cair dan konsentrasi nitrogen terhadap bobot segar tanaman selada. ... 24 7. Pengaruh pupuk cair dan konsentrasi nitrogen terhadap bobot kering berangkasan tanaman selada. ... 26 8. Data tinggi tanaman selada. ... 38

9. Uji homogenitas tinggi tanaman selada. ... 38

10. Analisis ragam tinggi tanaman selada. ... 39

11. Polinomial ortogonal tinggi tanaman selada. ... 39

12. Data jumlah daun tanaman selada. ... 40

13. Uji homogenitas jumlah daun tanaman selada. ... 40

14. Analisis ragam jumlah daun tanaman selada. ... 41

15. Polinomial ortogonal jumlah daun tanaman selada. ... 41

16. Data panjang akar tanaman selada. ... 42

17. Uji homogenitas panjang akar tanaman selada. ... 42

18. Analisis ragam panjang akar tanaman selada. ... 43

19. Polinomial ortogonal panjang akar tanaman selada. ... 43


(13)

iv

21. Uji homogenitas bobot segar tanaman selada. ... 44

22. Analisis ragam bobot segar tanaman selada. ... 45

23. Polinomial ortogonal bobot segar tanaman selada. ... 45

24. Data bobot kering berangkasan tanaman selada. ... 46 25. Uji homogenitas bobot kering berangkasan

tanaman selada. ...

46

26. Analisis ragam bobot kering berangkasan

tanaman selada. ...

47

27. Polinomial ortogonal bobot kering berangkasan

tanaman selada. ...


(14)

i DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara konsentrasi nitrogen dan

tinggi tanaman selada ...

21

2. Hubungan antara konsentrasi nitrogen dan

panjang akar tanaman selada ...

23

3. Hubungan antara konsentrasi nitrogen dan

bobot segar tanaman selada ...

25

4. The New Munsell Student Color Set ... 26

5. Tata letak satuan percobaan ... 48

6. Pupuk cairPlant Catalyst ………..…………... 48

7. Pembuatan formulasi pupuk ………..…... 49

8. Formulasi pupuk siap pakai …………..……… 49


(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk segar. Warna, tekstur, dan aroma daun selada dapat mempercantik juga menjadi penghias sajian makanan. Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, ekonomis dan bisnis, selada daun layak diusahakan untuk memenuhi permintaan masyarakat yang cukup tinggi baik lokal maupun ekspor (Haryanto, 2003). Permintaan selada sampai saat ini belum terpenuhi secara maksimal, hal ini karena terdapat kendala dalam budidaya yang

berpengaruh terhadap kualitas dan hasil produksinya. Oleh karena itu, diperlukan teknik budidaya yang memerhatikan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar.

Salah satu teknik budidaya yang dapat diterapkan pada selada daun yaitu teknik hidroponik. Hidroponik merupakan suatu metode penanaman tanaman yang sangat produktif dan efisien serta ramah lingkungan (Wijayaniet al., 2005). Hidroponik merupakan teknik bercocok tanam dengan menekankan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Terpenuhinya suatu nutrisi tanaman akan berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan. Bagian selada yang dikonsumsi


(16)

2

masyarakat adalah hasil vegetatif berupa daun dalam bentuk segar. Oleh karena itu, penting untuk diperhatikan warna, tekstur, dan tingkat kecerahan selada daun sehingga kualitas selada daun terpenuhi dan produksi dapat dilakukan secara terus-menerus.

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan selada daun diantaranya adalah unsur hara. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara/nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air, dan pupuk. Tercukupinya kebutuhan hara tanaman akan menghasilkan produk dengan kualitas dan nilai ekonomis yang tinggi. Fitteret al.(1998) menambahkan rendahnya ketersediaan unsur hara akan memperlambat pertumbuhan tanaman. Masing-masing unsur hara mempunyai fungsi dan proses fisiologis tanaman, seperti nitrogen yang mempunyai peranan sangat besar dalam pertumbuhan tanaman.

Unsur hara yang aktif diserap oleh akar dan hilang dari larutan dalam beberapa jam yaitu N, P, K dan Mn. Unsur-unsur tersebut harus tetap dijaga pada

konsentrasi rendah dalam larutan untuk mencegah akumulasi yang bersifat racun bagi tanaman. Konsentrasi yang tinggi dalam larutan dapat menyebabkan serapan yang berlebihan, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hara. Nitrogen mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman sayuran. Nitrogen pada larutan hidroponik disuplai dalam bentuk nitrat. Nitrogen dalam bentuk amonium nitrat mengurangi serapan K, Ca, Mg, dan unsur mikro.


(17)

3

Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk cair. Saat ini telah tersedia berbagai merk pupuk cair di pasaran, satu diantaranya yaitu Plant Catalyst. Plant Catalyst merupakan pupuk cair dengan kandungan hara yang lengkap, baik hara makro maupun hara mikro. Plant Catalyst berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara makro N, P, K dari berbagai pupuk utama maupun pupuk alami sehingga tanaman dapat menghasilkan produksi yang tinggi.

Penggunaan Plant Catalyst membantu tanaman untuk tumbuh sehat dan memiliki daya tahan terhadap hama penyakit dan perubahan cuaca sehingga dapat

menghasilkan produksi yang berkualitas.

Berdasarkan uraian di atas, perlu melakukan penelitian tentang pengaruh berbagai konsentrasi nitrogen dan pupuk cair Plant Catalyst agar komposisi unsur hara dalam tanaman dapat seimbang untuk menghasilkan produksi tanaman selada yang berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh pupuk cair Plant Catalyst terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

2. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

3. Apakah respons tanaman selada pada berbagai konsentrasi nitrogen tergantung pada pemberian pupuk cair Plant Catalyst.


(18)

4

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh Plant Catalyst terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

3. Mengetahui apakah respons tanaman selada pada berbagai konsentrasi nitrogen tergantung pada pemberian pupuk cair Plant Catalyst.

1.3 Landasan Teori

Nitrogen telah dikenal bertanggung jawab untuk pertumbuhan vegetatif yang lebat dan warna daun yang hijau gelap setelah ditetapkannya sebagai suatu unsur

mineral yang esensial untuk tanaman berakar pada tahun 1800-an. Cukupnya nitrogen untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif bagian diatas tanah, meningkatkan rasio pucuk/akar, dan essensial untuk pembentukan buah dan biji. Sebagai suatu anasir esensial asam amino, nitrogen dibutuhkan dalam sintesis protein, merupakan 12-19% dan berbagai protein dengan rata-rata sekitar 16% atas dasar berat (Fatma, 2009).


(19)

5

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap

pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, atau perkembangan batang dan daun (Novizan, 2002).

Kekurangan unsur nitrogen dapat mengganggu kegiatan dalam pembentukan sel-sel baru, karena terganggunya perkembangan protein serta bahan-bahan penting lainnya. Defisiensi nitrogen menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur. Kelebihan unsur nitrogen pada tanaman warna tanaman tampak gelap, pertumbuhan tanaman yang subur dan membuat tanaman mudah rusak (Misriatun, 2010).

Pupuk cair mengandung berbagai jenis unsur hara dan zat yang diperlukan oleh tanaman. Zat tersebut terdiri dari mineral, baik makro maupun mikro, asam amino, hormon pertumbuhan dan mikroorganisme. Kandungan zat dan unsur hara harus dalam kondisi yang seimbang sehingga dapat memacu pertumbuhan

tanaman (Pranata, 2004). Pemberian unsur hara mikro yang cukup akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk memanfaatkan unsur hara makro.


(20)

6

1.4 Kerangka Pemikiran

Secara umum kebutuhan tanaman akan unsur hara ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah jenis dan varietas, suhu, sinar matahari, ketersediaan air, dan bagian yang akan dipanen. Bagian selada yang dikonsumsi masyarakat adalah bagian daun, maka diperlukan unsur nitrogen agar daun dapat berkembang dengan baik. Surtinah (2009) menyatakan bahwa nutrisi dan mineral yang ada dan tersedia bagi tanaman, terutama nitrogen memiliki pengaruh yang paling menonjol terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena dapat meningkatkan fitohormon sitokinin. Sitokinin berperan untuk meningkatkan serapan nitrogen yang tersedia sehingga dapat mempengaruhi bentuk dan ukuran daun.

Nitrogen merupakan unsur pembentuk asam nukleat, seperti DNA dan RNA yang membawa hereditas pada pembentukan protein. Unsur nitrogen terdapat pada protein 16% dari protein yang banyak tersimpan pada pucuk dan daun muda. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.

Sayuran yang dibudidayakan akan menunjukkan respons pertumbuhan yang baik jika nutrisi yang diberikan sesuai sehingga dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Nitrogen berfungsi sebagai pembentuk klorofil yang berperan penting


(21)

7

dalam proses fotosintesis, juga sebagai pembentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Semakin tinggi konsentrasi nitrogen yang diberikan akan berpengaruh terhadap warna daun yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dibuat beberapa konsentrasi nitrogen agar dapat diketahui konsentrasi terbaik untuk pertumbuhan selada.

Plant Catalyst merupakan pupuk cair yang mengandung unsur hara mikro

lengkap. Diketahui bahwa unsur hara mikro berperan dalam pembentukan enzim pada tanaman. Dengan cukupnya unsur hara mikro maka diharapkan tanaman akan mampu memanfaatkan unsur nitrogen secara maksimal.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan didapatkan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pupuk cair Plant Catalyst terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

2. Terdapat pengaruh konsentrasi nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada secara hidroponik.

3. Pengaruh konsentrasi nitrogen tergantung pada penambahan pupuk cair Plant Catalyst.


(22)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Selada

Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang menyebar pada kedalaman media tanam 25-50 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Menurut Nazaruddin (2000), terdapat empat jenis tanaman selada yang dikenal masyarakat, yaitu selada telor, selada daun, selada rapuh dan selada batang. Jenis selada yang banyak diusahakan di dataran rendah adalah selada daun. Selada daun memiliki daun yang berwarna hijau segar, tepinya bergerigi dan berombak.

Selada dapat ditanam di dataran rendah dan di dataran tinggi. Hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman selada yaitu pemilihan varietas yang cocok dengan lingkungan setempat. Suhu merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap kualitas yang dihasilkan tanaman selada. Suhu optimum tanaman untuk siang hari adalah 20oC dan malam hari adalah 10oC. Suhu yang


(23)

9

lebih tinggi dari 30oC akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Rukmana, 1994).

2.2 Hidroponik

Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur. Susila (2006) menjelaskan prinsip dasar dalam budidaya hidroponik yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak terjadi

ketergantungan tanaman terhadap alam. Kebutuhan tanaman terhadap hara dipasok dari luar dengan membuat formulasi nutrisi.

Larutan hara hidroponik harus mengandung unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, dan S serta hara mikro Fe, B, Mn, Zn, Cu, dan Mo. Larutan hara dapat menggunakan pupuk hidroponik yang tersedia atau mencampur dengan berbagai macam pupuk (Pracaya, 2002).

Teknik budidaya sayuran secara hidroponik, diantaranya yaitu hidroponik sistem terapung,standing aerated nutrient solution, nutrient film technique, aeroponics, ebb-and-flow nutrient solution system, dandrip/pass-through inorganic medium system(Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).


(24)

10

2.3 Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi merupakan kebutuhan vital pada budidaya hidroponik. Menurut Resh (2004), formulasi larutan nutrisi berbeda-beda dan bergantung dari beberapa variabel yaitu spesies dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang akan dipanen atau dikonsumsi, musim (panjang hari), dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, dan lama penyinaran).

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan larutan nutrisi harus memiliki sifat larut sempurna di dalam air. Terdapat 12 jenis bahan kimia yang mengandung unsur-unsur berguna bagi tanaman. Unsur-unsur tersebut dibagi ke dalam dua kelompok unsur, yaitu unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro terdiri atas Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg), sedangkan unsur mikro terdiri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Molibdenum (Mo).

Tabel 1. Kebutuhan unsur hara tanaman selada.

Unsur Hara Konsentrasi (ppm) Yang digunakan (ppm)

N 70-250 250

P 15-80 62

K 150-400 300

Ca 70-200 175

Mg 15-80 62

S 20-200 110

Fe 0.8-6 5

Mn 0.5-2 2

Cu 0.05-0.3 0.1

Zn 0.1-0.5 0.3

B 0.1-0.6 0.6

Mo 0.05-0.15 0.05


(25)

11

2.4 Nitrogen pada tanaman

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Tanaman menyerap unsur nitrogen dalam bentuk NO3-, NH4+dan urea. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman mempengaruhi pembentukan

protein dan merupakan bagian integral dari klorofil. Ditinjau dari aspek fisiologis, nitrogen mempunyai peranan pada reduksi metabolik nitrat dan assimilasi amonia (Nyakpa dkk., 1988).

Nitrogen merupakan unsur pokok pembentuk protein dan penyusun utama protoplasma, kloroplas dan enzim. Dalam kegiatan sehari-hari peran nitrogen berhubungan dengan aktivitas fotosintesis, sehingga secara langsung atau tidak nitrogen penting dalam proses metabolisme dan respirasi (Yoshida, 1981).

2.5 Plant Catalyst

Plant Catalyst merupakan pupuk cair yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara makro N, P, K dari berbagai pupuk utama maupun pupuk alami sehingga tanaman dapat

menghasilkan produksi yang tinggi juga dapat mengefektifkan pemakaian unsur hara makro, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Agung, 2004).


(26)

12

Pemberian pupuk pada tanaman dapat dilakukan melalui tanah atau daun.

Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan larutan ke daun, cara ini dapat menggantikan fungsi akar yang menyerap unsur hara (Lingga, 2002). Penyerapan unsur hara melalui daun lebih cepat sehingga meningkatkan

pertumbuhan dan efisiensi metabolisme pada daun. Plant Catalyst mengandung zat renik pengaktif (bioaktifator) kegiatan biosintesis dalam jaringan tanaman dan biokatalisator pembentuk berbagai senyawa sel tanaman yang berguna untuk memanfaatkan ketersediaan unsur hara tanah secara optimal (Hakim, dkk., 2002).

Plant Catalyst mampu meningkatkan kegiatan fotosintesis dan daya angkut unsur hara dari dalam tanah ke dalam jaringan, mengurangi kehilangan nitrogen dari jaringan daun, meningkatkan pembentukan karbohidrat, lemak dan protein, serta meningkatkan potensi hasil tanaman (Syahputra, 2014). Lingga dan Marsono (2001) menyatakan bahwa kelebihan paling mencolok dari pemupukan melalui daun yaitu penyerapan unsur hara berjalan lebih cepat dibandingkan pemupukan melalui akar, sehingga tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak, oleh karena itu pemupukan lewat daun dinyatakan lebih berhasil

dibandingkan pemupukan lewat akar. Pemberian Plant Catalyst dengan

konsentrasi optimum 2,0 g plant catalyst yang terlarut di dalam 1 liter air dapat meningkatkan potensi hasil/ha tanaman sawi (Surtinah, 2006).

Keunggulan dari pupuk cair Plant Catalyst yaitu meningkatkan produksi per satuan luas, meningkatkan kualitas produksi, ramah lingkungan, kandungan unsur


(27)

13

hara lengkap (makro dan mikro), mengatasi defisiensi laten unsur mikro yang dibutuhkan tanaman, berbentuk tepung (powder) sehingga memudahkan cara penyimpanan dan dapat digunakan semua jenis tanaman (Centranusa Insan Cemerlang, 2001).


(28)

14

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai bulan Juli 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih selada varietas

Grand Rapid, pupuk NPK Mutiara, urea, kalsium klorida, Grand K, magnesium sulfat, besi sulfat, mangan sulfat, asam boraks, kalium nitrat, tembaga sulfat, seng sulfat, natrium molibad, pupukPlant Catalyst, arang sekam, pupuk kompos, dan air.

Alat-alat yang digunakan yaitu alat tulis, amplop, wadah pembibitan, wadah penyimpan nutrisi (ember plastik), gelas ukur, kamera, kertas label, meteran, oven, polybag ukuran 25 x 25 cm dengan diameter 30 cm, sprayer, dan timbangan analitik.


(29)

15

3.3 Metode Penelitian

Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (5x2) dalam rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemberian pupuk cair Plant Catalyst (P1) dan tanpa pemberian (P0). Faktor kedua adalah konsentrasi nitrogen (N) yaitu 200 ppm (K1), 225 ppm (K2), 250 ppm (K3), 275 ppm (K4), dan 300 ppm (K5).

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 10 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Setiap unit percobaan ditanam 2 tanaman, sehingga keseluruhan digunakan 60 tanaman percobaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan yang diterapkan. Jika terdapat pengaruh diantara perlakuan maka dilanjutkan dengan pemisahan nilai tengah Polinomial Ortogonal pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1Persemaian

Untuk persemaian dilakukan dengan menyiapkan kotak persemaian yang berisi media semai berupa arang sekam dan pupuk organik dengan perbandingan 1:1. Setelah media semai siap, benih selada yang sudah direndam terlebih dahulu, ditanam pada kedalaman 0,5 cm dari permukaan media semai, ditutup kembali,


(30)

16

kemudian disiram air secukupnya dan diletakkan di dalamGreenhouse. Setelah bibit memiliki 3 helai daun atau berumur 2 minggu bibit selada siap untuk dipindahkan ke media tanam.

3.4.2Pembuatan Formulasi Pupuk

Pupuk dibuat dengan menggunakan bahan–bahan yang telah tersedia kemudian ditimbang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Formulasi dasar larutan hara untuk pertanaman secara hidroponik untuk 1000 liter larutan hara.

STOK Kimia Sumber Gram/

1000 L

Formula Nama

A

NPK 16:16:16 NPK mutiara N, P, K 1.000

Urea Urea N 250

CaCl.2H2O Kalsium klorida Ca 800

MgSO4.7H2O Magnesium sulfat Mg, S 750

B

FeSO4.7H2O Besi sulfat Fe, S 4,00

MnSO4.4H2O Mangan sulfat Mn, S 2,00

H3BO4 Asam boraks B 2,00

CuSO4.5H2O Tembaga sulfat Cu, S 0,83

ZnSO4.7H2O Seng sulfat Zn, S 0,65

Na2MoO4.2H2O Natrium molibad Mo 0,36

Catatan:

1. Pupuk Stok A dan B masing- masing dilarutkan secara terpisah dalam 10 liter air sebagai larutan stok. Larutan stok disimpan pada tempat tidak terkena sinar matahari langsung. 2. Menyiapkan 5 ember untuk membuat larutan siap pakai. Setiap akan dibuat larutan siap

pakai, ambil masing- masing 1 liter dari stok A dan B (200; 225; 250; 275; dan 300 ppm) setelah diaduk terlebih dahulu, campurkan dengan 98 liter air sehingga jumlahnya menjadi 100 liter, larutan ini siap diberikan ke tanaman.


(31)

17

3.4.3Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam dilakukan dengan menyiapkan polybag berukuran 25 x 25 cm sebanyak 60 polybag, kemudian mengisi polybag tersebut dengan media tanam arang sekam 1/3 dari kedalaman polybag. Setelah polybag terisi dilakukan pemasangan plastik di luar polybag guna menampung unsur hara yang tersisa dan label, kemudian diberikan perlakuan aplikasi konsentrasi nitrogen (200 ppm, 225 ppm, 250 ppm, 275 ppm, dan 300 ppm). Kebutuhan nitrogen untuk tiap polybag sebanyak 300ml.

3.4.4Penanaman

Penanaman selada dilakukan saat bibit memiliki 2-3 helai daun atau berumur dua minggu setelah semai. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 30 x 25 cm, setiap polybag ditanam satu bibit. Pindah tanam bibit dilakukan pada pagi hari pukul 09.00 WIB, karena pada waktu tersebut cuaca tidak terlalu panas sehingga dapat mencegah kelayuan pada tanaman. Pindah tanam dilakukan dengan cara mencabut bibit hingga akar, bibit yang ditanam adalah bibit yang memiliki pertumbuhan yang seragam dan sehat.

3.4.5Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, serta pengendalian hama dan gulma. Penyiraman dilakukan sejak pindah tanam, penyiraman dilakukan setiap


(32)

18

hari sebanyak 3x sehari pada waktu pagi sampai sore hari. Sedangkan aplikasi pupuk cair Plant Catalyst diberikan setelah bibit berumur satu minggu di media tanam dengan konsentrasi 2 gram/ L air. Interval aplikasi pupuk cair yaitu seminggu sekali hingga waktu panen. Pengendalian hama dan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma dan membunuh hama yang ada pada lingkungan sekitar.

3.4.6Pemanenan

Pemanenan selada dilakukan satu kali pada umur tanaman 70 HST (hari setelah tanam) dengan mencabut seluruh bagian tanaman beserta akarnya dengan menggunakan tangan.

3.5 Variabel Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Data penelitian untuk tinggi tanaman diukur pada saat tanaman berumur 70 HST. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan per tanaman dengan

menggunakan penggaris dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi.

2. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung pada saat panen, yaitu 70 HST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang telah membuka penuh.


(33)

19

3. Panjang Akar

Pengukuran panjang akar dilakukan saat panen, pengukuran dilakukan dari pangkal akar hingga akar terpanjang.

4. Bobot Segar Tanaman (g)

Bobot segar tanaman terdiri dari akar, batang dan daun. Akar, batang dan daun dibersihkan sebelum ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Penghitungan hanya satu kali pada saat panen umur 70 HST.

5. Bobot Kering Berangkasan (g)

Bobot kering berangkasan diperoleh dari tanaman selada yang telah ditimbang, selanjutnya dikeringkan selama 72 jam pada oven listrik dengan

suhu 60oC kemudian ditimbang kembali menggunakan timbangan analitik.

6. Tingkat Kecerahan Warna Daun

Nilai tingkat kecerahan warna daun diperoleh dengan menyesuaikan warna daun pada kertasThe New Munsell Student Color Set.


(34)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk cair Plant Catalyst menghasilkan pertumbuhan selada yang lebih baik pada teknik budidaya hidroponik terlihat pada variabel pengamatan tinggi tanaman (4,13%), panjang akar (6,81%), dan bobot segar tanaman (11,12%), tetapi tidak berbeda pada bobot kering tanaman.

2. Peningkatan konsentrasi nitrogen yang diberikan cenderung diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot segar tanaman yang masih linier.

3. Respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen pada pemberian pupuk cair Plant Catalyst sudah kuadratik, sedangkan tanpa pemberian pupuk cair Plant Catalyst respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen masih linier.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian serupa di rumah kaca yang lebih memenuhi standar, memanipulasi iklim mikro dengan memberi pengkabutan secara berkala agar suhu tidak terlalu panas.


(35)

34

PUSTAKA ACUAN

Agung, T. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil

Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6 (2): 70-74.

Centranusa Insan Cemerlang. 2001. Pupuk Pelengkap Cair Plant Catalyst 2006. Jakarta. 78 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1994. Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 232 hlm.

East West Seed Indonesia. 2006. Deskripsi beberapa varietas selada. PT. East West Seed Indonesia. Purwakarta.

Fatma, Dora. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.). Jurnal Agronobis 1 (1): 89-98.

Fitter, A. H., and R. K. M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Alih Bahasa Oleh Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. 421 hlm.

Hakim, N. Nyak Pa, M. Y. Diha, M. A. Lubis, A. M. Nugroho, S. G. Saul, M. R. Hong, G. B. dan Bailey, H. H. 2002. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. 488 hlm.

Harlina. 2003. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147.

Haryanto. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 126 hlm. Ismail. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas MIPA Biologi Universitas Negeri

Makassar. Makassar. 114 hlm.

Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hlm.


(36)

35

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 345 hlm.

Loveles, A.R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi tumbuhan untuk daerah tropik.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 71 hlm.

Misriatun. 2010. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica alboglabra). Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru.

Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya, Jakarta. 69 hal.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal. 31-32, 73-74.

Nurlenawati, N. 2008. Respons Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim

(Brassica junceaL.)Terhadap Kombinasi Dosis Pupuk Nitrogen. Jurnal Penelitian LPPM UNSIKA 7 (2): 12-18.

Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Pulung, M.A., Amrah, A.G., Munawar, A., Hong, G.B., Hakim, N. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 hlm. Pranata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia

Pustaka. Jakarta. Hal. 15-18.

Prawinata, W., S. Harran dan D. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jilid 1. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Resh, H. M. 2004. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co. Santa Barbara. 527p.

Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. 234 hlm.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung.

Rukmana. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta. 58 hlm. Surtinah, 2006. Peranan Pupuk Cair Plant Catalyst dalam meningkatkan


(37)

36

Surtinah. 2009. Pemberian Pupuk Organik SNN pada Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Tanah Ultisol. Jurnal Ilmiah Pertanian 6 (1): 20-25.

Susila. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran Hidroponik. Bagian

Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. 131 hlm. Sutedjo, S. S. 2002. Pengaruh Pupuk Cair Plant Catalyst dalam Meningkatkan

Produksi dan Hasil Caisim (Brassica sinensis L.). J. Hort 17 (1): 20-28. Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

122 hlm.

Syahputra, Endra. 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Floratek 9 (2): 39-45.

Wasiaturrohmah. 2008. Respon Plasma Nutfah Kedelai (Glycine max(L.)

Merill) terhadap Keracunan Fe. Universitas Negeri Malang. Malang. Skripsi. 64 hlm.

Wijayani, A., D. Muljanto dan Widodo. 2005. Pemberian nitrogen pada berbagai macam media tumbuh hidroponik: pengaruhnya terhadap kuantitas dan kualitas buah paprika (Capsicum annuum var. Grossum).

Jurnal Ilmu Pertanian 6 (2): 8-13.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Loas Banos, Laguna, Phillippines. 269p.


(1)

hari sebanyak 3x sehari pada waktu pagi sampai sore hari. Sedangkan aplikasi pupuk cair Plant Catalyst diberikan setelah bibit berumur satu minggu di media tanam dengan konsentrasi 2 gram/ L air. Interval aplikasi pupuk cair yaitu seminggu sekali hingga waktu panen. Pengendalian hama dan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma dan membunuh hama yang ada pada lingkungan sekitar.

3.4.6Pemanenan

Pemanenan selada dilakukan satu kali pada umur tanaman 70 HST (hari setelah tanam) dengan mencabut seluruh bagian tanaman beserta akarnya dengan menggunakan tangan.

3.5 Variabel Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Data penelitian untuk tinggi tanaman diukur pada saat tanaman berumur 70 HST. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan per tanaman dengan

menggunakan penggaris dari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi.

2. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung pada saat panen, yaitu 70 HST. Pengamatan dilakukan dengan menghitung daun yang telah membuka penuh.


(2)

19

3. Panjang Akar

Pengukuran panjang akar dilakukan saat panen, pengukuran dilakukan dari pangkal akar hingga akar terpanjang.

4. Bobot Segar Tanaman (g)

Bobot segar tanaman terdiri dari akar, batang dan daun. Akar, batang dan daun dibersihkan sebelum ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Penghitungan hanya satu kali pada saat panen umur 70 HST.

5. Bobot Kering Berangkasan (g)

Bobot kering berangkasan diperoleh dari tanaman selada yang telah ditimbang, selanjutnya dikeringkan selama 72 jam pada oven listrik dengan

suhu 60oC kemudian ditimbang kembali menggunakan timbangan analitik.

6. Tingkat Kecerahan Warna Daun

Nilai tingkat kecerahan warna daun diperoleh dengan menyesuaikan warna daun pada kertasThe New Munsell Student Color Set.


(3)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk cair Plant Catalyst menghasilkan pertumbuhan selada yang lebih baik pada teknik budidaya hidroponik terlihat pada variabel pengamatan tinggi tanaman (4,13%), panjang akar (6,81%), dan bobot segar tanaman (11,12%), tetapi tidak berbeda pada bobot kering tanaman.

2. Peningkatan konsentrasi nitrogen yang diberikan cenderung diikuti dengan peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman, panjang akar, dan bobot segar tanaman yang masih linier.

3. Respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen pada pemberian pupuk cair Plant Catalyst sudah kuadratik, sedangkan tanpa pemberian pupuk cair Plant Catalyst respons tanaman terhadap konsentrasi nitrogen masih linier.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan untuk melakukan penelitian serupa di rumah kaca yang lebih memenuhi standar, memanipulasi iklim mikro dengan memberi pengkabutan secara berkala agar suhu tidak terlalu panas.


(4)

34

PUSTAKA ACUAN

Agung, T. 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil

Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 6 (2): 70-74.

Centranusa Insan Cemerlang. 2001. Pupuk Pelengkap Cair Plant Catalyst 2006. Jakarta. 78 hlm.

Dwidjoseputro, D. 1994. Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 232 hlm.

East West Seed Indonesia. 2006. Deskripsi beberapa varietas selada. PT. East West Seed Indonesia. Purwakarta.

Fatma, Dora. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.). Jurnal Agronobis 1 (1): 89-98.

Fitter, A. H., and R. K. M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Alih Bahasa Oleh Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press. 421 hlm.

Hakim, N. Nyak Pa, M. Y. Diha, M. A. Lubis, A. M. Nugroho, S. G. Saul, M. R. Hong, G. B. dan Bailey, H. H. 2002. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung. 488 hlm.

Harlina. 2003. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman Dalam Pengembangan Inovasi Budidaya Sayuran berkelanjutan. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147.

Haryanto. 2003. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta. 126 hlm. Ismail. 2008. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas MIPA Biologi Universitas Negeri

Makassar. Makassar. 114 hlm.

Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hlm.


(5)

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 345 hlm.

Loveles, A.R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi tumbuhan untuk daerah tropik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 71 hlm.

Misriatun. 2010. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan (Brassica alboglabra). Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru.

Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya, Jakarta. 69 hal.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal. 31-32, 73-74.

Nurlenawati, N. 2008. Respons Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica junceaL.)Terhadap Kombinasi Dosis Pupuk Nitrogen. Jurnal Penelitian LPPM UNSIKA 7 (2): 12-18.

Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Pulung, M.A., Amrah, A.G., Munawar, A., Hong, G.B., Hakim, N. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 43 hlm. Pranata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia

Pustaka. Jakarta. Hal. 15-18.

Prawinata, W., S. Harran dan D. Tjondronegoro. 1981. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jilid 1. Departemen Botani. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Resh, H. M. 2004. Hydroponic Food Production. Woodbridge Press Publ. Co. Santa Barbara. 527p.

Rinsema, W. T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhatara Karya Aksara. Jakarta. 234 hlm.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi, dan Gizi. ITB, Bandung.

Rukmana. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta. 58 hlm. Surtinah, 2006. Peranan Pupuk Cair Plant Catalyst dalam meningkatkan


(6)

36

Surtinah. 2009. Pemberian Pupuk Organik SNN pada Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) di Tanah Ultisol. Jurnal Ilmiah Pertanian 6 (1): 20-25.

Susila. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran Hidroponik. Bagian

Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. 131 hlm. Sutedjo, S. S. 2002. Pengaruh Pupuk Cair Plant Catalyst dalam Meningkatkan

Produksi dan Hasil Caisim (Brassica sinensis L.). J. Hort 17 (1): 20-28. Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

122 hlm.

Syahputra, Endra. 2014. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Floratek 9 (2): 39-45.

Wasiaturrohmah. 2008. Respon Plasma Nutfah Kedelai (Glycine max(L.) Merill) terhadap Keracunan Fe. Universitas Negeri Malang. Malang. Skripsi. 64 hlm.

Wijayani, A., D. Muljanto dan Widodo. 2005. Pemberian nitrogen pada berbagai macam media tumbuh hidroponik: pengaruhnya terhadap kuantitas dan kualitas buah paprika (Capsicum annuum var. Grossum). Jurnal Ilmu Pertanian 6 (2): 8-13.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research Institute. Loas Banos, Laguna, Phillippines. 269p.