Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan
URGENSI HUKUM PERSAINGAN BAGI DUNIA USAHA
PENERBANGAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh :
EDI ZULHAM
992105111
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2003
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
URGENSI HUKUM PERSAINGAN BAGI DUNIA USAHA PENERBANGAN DI KOTA
MEDAN
Edi Zulham*
Sanwani Nasution*
Syamsul Arifin*
Hikmahanto Juwana**
INTISARI
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dibentuk berdasarkan pada Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan persaingan
usaha. Setelah lebih kurang satu tahun sejak pembentukannya, KPPU telah mengeluarkan
serangkaian keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan UU No. 5 tahun 1999, salah
satu Surat Keputusan No, 206/K/VII/2001, tertanggal 30 Juli 2001, yang meminta kepada
Menteri Perhubungan untuk mencabut Kepmenhub No. 25 Tahun 1997 yang mendelegasikan
kewenangan penetapan tarif angkutan udara komersial dalam negeri kepada INACA. KPPU
menilai penetapan tarif oleh INACA diduga telah melangar ketentuan Pasal 5 dan Pasal 11 UU
No. 5 Tahun 1999. Menteri Perhubungan kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2002 mengenai penentuan tarif angkutan niaga
berjadwal dalam negeri kelas ekonomi. Tarif yang ditetapkan pemerintah itu hanya menetapkan
tarif batas atas (ceilling price) dengan besaran rupiah sedang batasan bawah kepada
masing-masing perusahaan penerbangan. Keadaan ini kemudian menyebabkan
persaingan pada jalur Medan-Jakarta menjadi sangat ketat dan sudah menjurus pada
perang tarif yang saling mematikan dan dianggap sebagai persaingan tidak sehat.
Penelian ini berjudul “Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan
di Kota Medan”. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : apakah telah
terjadi praktek penetapan harga (price fixing) oleh perusahaanperusahaan penerbangan dalam
menentukan tarif penerbangan jalur Medan-Jakarta yang pada saat ini dilakukan diluar wadah
INACA; serta bagaimanakah fenomena peristiwa perang tarif untuk jalur penerbangan Medan –
Jakarta dikaitkan dengan ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999 ? Permasalahan ini diharapkan
dapat dijawab melalui penelitian hukum in concrito dan tipe penelitian hukum empirik dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data-data sekunder yang relevan dikumpulkan
dengan menggunakan tehnik penelusuran bahan-bahan literarur (studi pustaka atau studi dokumen).
Sedangkan data primer dikumpulkan melalui
* Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara .
** Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan menggunakan pedoman
wawancara kepada responden yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penerbangan yang melayani
jalur penerbangan Medan-Jakarta.
Hasil penelitian inenunjukkan bahwa ada petunjuk yang kuat perusahaanpentsahaan
penerbangan di kota Medan telah melakukan penetapan harga (price ,fixing) meskipun tidak
terdapat kesepakatan tertentu di antara para pelaku usaha tersebut. Terdapat kecenderungan
untuk menetapkan harga yang sama, baik pada saat harga naik maupun pada waktu harga turun.
Penetapan harga yang sama dilakukan lewat price signaling sesama para pelaku usaha.
Meskipun tidak ada perjanjian khusus di antara pelaku usaha untuk menetapkan harga
yang sama, tetapi unsur adanya perjanjan dapat dilihat dari munculnya understanding dan
meeting of mind di antara para pelaku usaha untuk menetapkan harga yang sama.. Dengan
mehhat nimusan Pasal 5 UU No 5 tahun 1999 maka dapat diketahui penetapan harga
demikian termasuk pada penetapan harga yang horisontal dan termasuk perjanjian yang per
se illegal. Selanjutnya, tarif yang wajar untuk rute Medan-Jakarta kelas ekonomi pada saat
dilakukannya penelitian adalah sekitar Rp.600.000 hingga 650.000 dengan jumlah kursi terisi
sebanyak 70 %. Harga ini sudah memungkinkan perusahaan penerbangan untuk bersaing
dalam pelayanan dan tidak bersaing dalam harga. Terdapat pertanda yang kuat bahwa perusahaanperusahaan penerbangan telah melakukan jual rugi atau predatory pricing sebagai strategi untuk
rnenghilangkan persaingan yaitu dengan tujuan untuk mematikan para pesaingnya. Persaingan
harga yang sudah menjurus kepada perang tarif, dalam jangka pendek sepertinya
menguntungkan konsumen, tetapi dalam jangka panjang akan berakibat buruk pada persaingan
usaha karena akan ada perusahaan-perusahaan penerbangan yang tidak mampu bertahan dan pada
akhirnya akan menciptakan oligopoly, yang selanjutnya akan merugikan konsumen. Dalam
jangka pendek, keamanan dan kenyamanan penerbangan yang tidak diperhatikan akan merugikan
konsumen. Untuk mengatasi keadaan tersebut Pemerintah seharusnya segera meninjau ulang
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri Perhubungan
Nornor KM 9 Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang Angkutan Niaga Berjadwal Dalam
Negeri Kelas Ekonomi, yang menetapkan tarif berdasarkan batas atas (ceiling price) yang telah
menyebabkan terjadinya perang tarif. Pemerintah perlu menetapkan tarif berdasarkan batas
bawah (floor price), untuk menghindari terjadinya predatory pricing oleh perusahaanperusahan dengan modal kuat.
Kata Kunci :
hukum persaingan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
penetapan harga
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
THE URGENCY OF COMPETITION LAW FOR AIR CARRIER BUSINESS
IN CITY OF MEDAN'
Edi Zulham*
Sanwani Nasution*
Syamsul Arifin*
Hikmahanto Juwana**
ABSTRACT
Business Co mpetitio n Surveil lan ce Co mmi ssion (Ko mi si Peng awas
Persaingan Usaha = KPPU) which is established pursuant to Law Number 5 of 1999 on
Prohibition of Monopoly and Unfair Business Competition Practices have duty to execute
the surveillance upon the implementation of business competition. After more than one
year of the establishment, KPPU have issued number of decrees related to the
implementation of Law Number 5 of 1999. One of the decrees was Decree Number:
206/KJVII/2001, dated July 30, 2001, requested Minister of Transportation to revoke Minister
of Transportation Decree Number 25 of 1997, which delegate the authority to decide
tariff on domestic commercial air carrier to INACA. KPPU consider that the tariff decision
by INACA has broken the provision of Article 5 and Article 11 of Law Number of 1999.
The Minister of Transportation then, issued Decree of Minister of Transportation
Number 9 of 2002 on Tariff of Economic Class of Domestic Scheduled Commercial
Flight. Tariff which was determined by the government only stipulated the ceiling price in
rupiah, whereas the floor price was given to every air carrier. As result of this
circumstance then, competition in Medan-Jakarta route become very tight and led to
tariff war which caused being vanished each other and consider as unfair competition.
This research has a title of “The Urgency of Competition Law for Air Carrier
Business in City of Medan”. Questions wanted to answer in this research are : Is there any
price fixing committed by the air carrier companies in determining the air tariff for Medan –
Jakarta route, which at this time was not facilitated by INACA; How is the phenomenon of
tariff war in Medan – Jakarta route consider to provisions in Law Number 5 of 1999 ?
Those questions are going to be answered through in concreto legal research and empirical
legal research, by using primary and secondary data. Relevant secondary data were
obtained by using library research. Whereas, primary data were obtained by in-depth
interview, using the interview guidance to the respondents of air carrier companies which flight the
route of Medan – Jakarta.
Result ogf this research shows that there were strong indications that air carrier
companies in City of Medan has committed the price fixing, even there was no
* Faculty of Law, Universitas of Indonesia
** Faculty of Law, Universitas of Indonesia
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
certain agreement reached between the business actors. There was a tendencies Terdapat to
fix the same price, whether when the price was raise or down. The price fixing was reached by
price signalling between the business actors. To fix the same price. Even there was no specific
agreement reached amongst the business actors but the element of contract could be seen in the
emerge of understanding and meeting of minds among the business actors. By consider the
provision of Article 5 of Law Number 5 of 1999, it could be known that the price fixing is
categorized as horizontal price fixing and identified as per se illegal contract Reasonable
tariff for Medan-Jakarta for economic class at the time of the research taken place was
around Rp.600.000 till Rp. 650.000 with the load factor of 70 %. This price could make the air
carrier compete each other in service and not in price. There was strong indications
that the air carrier companies has committed in predatory pricing as strategy to lessening the
competition and at the end to vanishing the competitor Price competition which has led to tariff
war, in a short term seems to give advantages to the consumers but in long term will caused
damages to business competition since there will some air carrier companies that could not
survive and eventually will create oligopoly which could harm the consumers. In short term,
the unsecured and uncomfortable of flight will also harm the consumers.. To cope with this
situations, government should immediately reconsider the Decree of Minister of Transportation
Number 8 of 2002 and Decree of Minister of Transportation Number 9 of 2002 on taraiff of
Economic Class of Domestic Scheduled Air Carrier, which stipulated the tariff based on ceiling
price which already caused the tariff war. The government urge to stipulated tariff based also on
floor price, to avoid the predatory pricing committed by the air carrier companies which have
enough fund.
Key word :
competition law
Business Competition Surveillance Commission (KPPU)
price fixing
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
PENERBANGAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh :
EDI ZULHAM
992105111
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2003
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
URGENSI HUKUM PERSAINGAN BAGI DUNIA USAHA PENERBANGAN DI KOTA
MEDAN
Edi Zulham*
Sanwani Nasution*
Syamsul Arifin*
Hikmahanto Juwana**
INTISARI
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang dibentuk berdasarkan pada Undangundang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan persaingan
usaha. Setelah lebih kurang satu tahun sejak pembentukannya, KPPU telah mengeluarkan
serangkaian keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan UU No. 5 tahun 1999, salah
satu Surat Keputusan No, 206/K/VII/2001, tertanggal 30 Juli 2001, yang meminta kepada
Menteri Perhubungan untuk mencabut Kepmenhub No. 25 Tahun 1997 yang mendelegasikan
kewenangan penetapan tarif angkutan udara komersial dalam negeri kepada INACA. KPPU
menilai penetapan tarif oleh INACA diduga telah melangar ketentuan Pasal 5 dan Pasal 11 UU
No. 5 Tahun 1999. Menteri Perhubungan kemudian mengeluarkan Surat Keputusan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2002 mengenai penentuan tarif angkutan niaga
berjadwal dalam negeri kelas ekonomi. Tarif yang ditetapkan pemerintah itu hanya menetapkan
tarif batas atas (ceilling price) dengan besaran rupiah sedang batasan bawah kepada
masing-masing perusahaan penerbangan. Keadaan ini kemudian menyebabkan
persaingan pada jalur Medan-Jakarta menjadi sangat ketat dan sudah menjurus pada
perang tarif yang saling mematikan dan dianggap sebagai persaingan tidak sehat.
Penelian ini berjudul “Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan
di Kota Medan”. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : apakah telah
terjadi praktek penetapan harga (price fixing) oleh perusahaanperusahaan penerbangan dalam
menentukan tarif penerbangan jalur Medan-Jakarta yang pada saat ini dilakukan diluar wadah
INACA; serta bagaimanakah fenomena peristiwa perang tarif untuk jalur penerbangan Medan –
Jakarta dikaitkan dengan ketentuan dalam UU No. 5 Tahun 1999 ? Permasalahan ini diharapkan
dapat dijawab melalui penelitian hukum in concrito dan tipe penelitian hukum empirik dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data-data sekunder yang relevan dikumpulkan
dengan menggunakan tehnik penelusuran bahan-bahan literarur (studi pustaka atau studi dokumen).
Sedangkan data primer dikumpulkan melalui
* Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara .
** Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan menggunakan pedoman
wawancara kepada responden yang terdiri dari perusahaan-perusahaan penerbangan yang melayani
jalur penerbangan Medan-Jakarta.
Hasil penelitian inenunjukkan bahwa ada petunjuk yang kuat perusahaanpentsahaan
penerbangan di kota Medan telah melakukan penetapan harga (price ,fixing) meskipun tidak
terdapat kesepakatan tertentu di antara para pelaku usaha tersebut. Terdapat kecenderungan
untuk menetapkan harga yang sama, baik pada saat harga naik maupun pada waktu harga turun.
Penetapan harga yang sama dilakukan lewat price signaling sesama para pelaku usaha.
Meskipun tidak ada perjanjian khusus di antara pelaku usaha untuk menetapkan harga
yang sama, tetapi unsur adanya perjanjan dapat dilihat dari munculnya understanding dan
meeting of mind di antara para pelaku usaha untuk menetapkan harga yang sama.. Dengan
mehhat nimusan Pasal 5 UU No 5 tahun 1999 maka dapat diketahui penetapan harga
demikian termasuk pada penetapan harga yang horisontal dan termasuk perjanjian yang per
se illegal. Selanjutnya, tarif yang wajar untuk rute Medan-Jakarta kelas ekonomi pada saat
dilakukannya penelitian adalah sekitar Rp.600.000 hingga 650.000 dengan jumlah kursi terisi
sebanyak 70 %. Harga ini sudah memungkinkan perusahaan penerbangan untuk bersaing
dalam pelayanan dan tidak bersaing dalam harga. Terdapat pertanda yang kuat bahwa perusahaanperusahaan penerbangan telah melakukan jual rugi atau predatory pricing sebagai strategi untuk
rnenghilangkan persaingan yaitu dengan tujuan untuk mematikan para pesaingnya. Persaingan
harga yang sudah menjurus kepada perang tarif, dalam jangka pendek sepertinya
menguntungkan konsumen, tetapi dalam jangka panjang akan berakibat buruk pada persaingan
usaha karena akan ada perusahaan-perusahaan penerbangan yang tidak mampu bertahan dan pada
akhirnya akan menciptakan oligopoly, yang selanjutnya akan merugikan konsumen. Dalam
jangka pendek, keamanan dan kenyamanan penerbangan yang tidak diperhatikan akan merugikan
konsumen. Untuk mengatasi keadaan tersebut Pemerintah seharusnya segera meninjau ulang
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2002 dan Keputusan Menteri Perhubungan
Nornor KM 9 Tahun 2002 tentang Tarif Penumpang Angkutan Niaga Berjadwal Dalam
Negeri Kelas Ekonomi, yang menetapkan tarif berdasarkan batas atas (ceiling price) yang telah
menyebabkan terjadinya perang tarif. Pemerintah perlu menetapkan tarif berdasarkan batas
bawah (floor price), untuk menghindari terjadinya predatory pricing oleh perusahaanperusahan dengan modal kuat.
Kata Kunci :
hukum persaingan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
penetapan harga
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
THE URGENCY OF COMPETITION LAW FOR AIR CARRIER BUSINESS
IN CITY OF MEDAN'
Edi Zulham*
Sanwani Nasution*
Syamsul Arifin*
Hikmahanto Juwana**
ABSTRACT
Business Co mpetitio n Surveil lan ce Co mmi ssion (Ko mi si Peng awas
Persaingan Usaha = KPPU) which is established pursuant to Law Number 5 of 1999 on
Prohibition of Monopoly and Unfair Business Competition Practices have duty to execute
the surveillance upon the implementation of business competition. After more than one
year of the establishment, KPPU have issued number of decrees related to the
implementation of Law Number 5 of 1999. One of the decrees was Decree Number:
206/KJVII/2001, dated July 30, 2001, requested Minister of Transportation to revoke Minister
of Transportation Decree Number 25 of 1997, which delegate the authority to decide
tariff on domestic commercial air carrier to INACA. KPPU consider that the tariff decision
by INACA has broken the provision of Article 5 and Article 11 of Law Number of 1999.
The Minister of Transportation then, issued Decree of Minister of Transportation
Number 9 of 2002 on Tariff of Economic Class of Domestic Scheduled Commercial
Flight. Tariff which was determined by the government only stipulated the ceiling price in
rupiah, whereas the floor price was given to every air carrier. As result of this
circumstance then, competition in Medan-Jakarta route become very tight and led to
tariff war which caused being vanished each other and consider as unfair competition.
This research has a title of “The Urgency of Competition Law for Air Carrier
Business in City of Medan”. Questions wanted to answer in this research are : Is there any
price fixing committed by the air carrier companies in determining the air tariff for Medan –
Jakarta route, which at this time was not facilitated by INACA; How is the phenomenon of
tariff war in Medan – Jakarta route consider to provisions in Law Number 5 of 1999 ?
Those questions are going to be answered through in concreto legal research and empirical
legal research, by using primary and secondary data. Relevant secondary data were
obtained by using library research. Whereas, primary data were obtained by in-depth
interview, using the interview guidance to the respondents of air carrier companies which flight the
route of Medan – Jakarta.
Result ogf this research shows that there were strong indications that air carrier
companies in City of Medan has committed the price fixing, even there was no
* Faculty of Law, Universitas of Indonesia
** Faculty of Law, Universitas of Indonesia
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007
certain agreement reached between the business actors. There was a tendencies Terdapat to
fix the same price, whether when the price was raise or down. The price fixing was reached by
price signalling between the business actors. To fix the same price. Even there was no specific
agreement reached amongst the business actors but the element of contract could be seen in the
emerge of understanding and meeting of minds among the business actors. By consider the
provision of Article 5 of Law Number 5 of 1999, it could be known that the price fixing is
categorized as horizontal price fixing and identified as per se illegal contract Reasonable
tariff for Medan-Jakarta for economic class at the time of the research taken place was
around Rp.600.000 till Rp. 650.000 with the load factor of 70 %. This price could make the air
carrier compete each other in service and not in price. There was strong indications
that the air carrier companies has committed in predatory pricing as strategy to lessening the
competition and at the end to vanishing the competitor Price competition which has led to tariff
war, in a short term seems to give advantages to the consumers but in long term will caused
damages to business competition since there will some air carrier companies that could not
survive and eventually will create oligopoly which could harm the consumers. In short term,
the unsecured and uncomfortable of flight will also harm the consumers.. To cope with this
situations, government should immediately reconsider the Decree of Minister of Transportation
Number 8 of 2002 and Decree of Minister of Transportation Number 9 of 2002 on taraiff of
Economic Class of Domestic Scheduled Air Carrier, which stipulated the tariff based on ceiling
price which already caused the tariff war. The government urge to stipulated tariff based also on
floor price, to avoid the predatory pricing committed by the air carrier companies which have
enough fund.
Key word :
competition law
Business Competition Surveillance Commission (KPPU)
price fixing
Edi Zulham : Urgensi Hukum Persaingan Bagi Dunia Usaha Penerbangan Di Kota Medan, 2003
USU Repository © 2007