2010-2014 2014 2011 2013 Master of Ceremony Fashion Design and Stylish Modeling Pengajuan judul Pembuatan usulan

PENDIDIKAN FORMAL No. Tahun Uraian Keterangan 1. 1997-1998 TK Angkasa 1 Lanud Sulaiman Berijazah 2. 1998-2004 SD Negeri Angkasa 3 Lanud Sulaiman Berijazah 3. 2004-2007 SMP Negeri 1 Margahayu Berijazah 4. 2007-2010 SMA Negeri 1 Margahayu Berijazah

5. 2010-2014

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia PENDIDIKAN NON FORMAL No. Tahun Uraian Keterangan 1. 2012 EEP English Practice Course Bersertifikat 2. 2014 LIA Toefl Course - PENGALAMAN ORGANISASI No. Tahun Uraian Keterangan 1. 2012-2013 Sekretaris Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unikom - PELATIHAN DAN SEMINAR No. Tahun Uraian Keterangan 1. 2011 Peserta, Simulasi Sidang ASEAN ASEAN Community Building 2015 Unikom Bersertifikat

2. 2014

Participant, in 1st International Confrence on Applied and Communication Technology Empowering Development Countries through Sustainable Bersertifikat ICT Unikom

3. 2011

Observer, Simulasi Praktikum Profesi ASEAN Summit 2011 ASEAN Community Building 2015 Unikom Bersertifikat 4. 2010 Panitia, Mubes 2010 Hubungan Internasional Unikom Bersertifikat 5. 2010 Peserta, Temu Kenal Mahasiswa Baru 2010 FISIP Unikom Bersertifikat 6. 2012 Peserta, seminar Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda Unikom Bersertifikat 7. 2011 Peserta, seminar NetPreneur Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet Unikom Bersertifikat 8. 2011 Participant, The Table Manner Course Savoy Homan Bandung Bersertifikat 9. 2011 Participant, Makrab 2010, Bumi Perkemahan Jayagiri Bandung Bersertifikat 10. 2012 Peserta, Seminar Kewarganegaraan Proud to be Indonesian : Generasi Kebagsaan Bangsa Unikom Bersertifikat 11. 2014 Peserta, Ujian Mata Kuliah Hardware Unikom Bersertifikat 12. 2012 Panitia, Penerimaan Mahasiswa Baru TAhun Akademik 2012- 2013, Sasana Budaya Ganesa Bandung Bersertifikat

13. 2013

Peserta, Penerima Beasiswa PPA tahun 2013, Unikom Bersertifikat KEAHLIANBAKAT No. Uraian 1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Design Graphic 3. Bahasa Inggris Pasif dan Aktif

4. Master of Ceremony

5. Fashion Design and Stylish

6. Modeling

7. Biola

Bandung, 5 Agustus 2014 Hormat Saya, Fitria Afriyanti 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Studi Hubungan Internasional merupakan studi interdisipliner yang dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan dari bidang-bidang ilmu lain, salah satunya kebudayaan. Relasi kebudayaan dan hubungan internasional dapat dijelaskan dalam kerangka Diplomasi Kebudayaan. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan dapat dibentangkan dari hal-hal yang bersifat mikro dimana kebudayaan dapat dianggap sebagai hal-hal yang berbau kesenian, namun juga sampai dengan kajian yang bersifat makro yang menganggap pengelolaan hubungan antar bangsa dipastikan melibatkan aspek kebudayaan dalam arti luas http:komahi.umy.ac.id201103kebudayaan-dalam-hubungan-internasional.htm diakses pada 20 Maret 2014 pukul 16:30 WIB. Di dunia modern delegasi kebudayaan sering dikirim untuk membina hubungan baik dengan negara-negara lain. Mereka bertindak sebagai duta semangat kebaikan. Oleh karena itu pertukaran kebudayaan memungkinkan rakyat masing-masing untuk mengetahui pandangan satu sama lain dengan cara yang baik. Tujuan diplomatik dengan mengirimkan delegasi kebudayaan adalah untuk memamerkan keagungan kebudayaan suatu negara dan apabila mungkin untuk mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi. Apabila suatu negara bisa mengesankan negara lain dengan warisan kebudayaannya dan mengekspornya ke bagian dunia lain, hal itu bisa memudahkan pembangunan basis yang kuat untuk memperoleh dukungan atas masalah-masalah lain Roy, 1991:12. Saat ini, beberapa negara memang sedang gencar-gencarnya mepromosikan negaranya, meningkatkan eksistensinya, atau menyebarkan pengaruhnya ke Negara lain, untuk meraih kepentingan nasionalnya masing-masing. Caranya, sudah tidak lagi melalui kekerasan atau menggunakan kekuatan militer, tetapi melalui cara-cara lembut, perlahan tapi pasti, dan dalam hubungan internasional, cara ini dinamakan soft power. Salah satu media soft power ini adalah melalui diplomasi publik multitrack diplomacy. Dimana, diplomasi publik ini melibatkan aktor-aktor di luar pemerintah, baik itu masyarakat ataupun organisasi-organisasi non pemerintah. Salah satu cara ampuh diplomasi publik itu adalah melalui budaya. Budaya dipercaya memiliki kemampuan untuk meraih atau merangkul banyak orang dengan mudah. Budaya memiliki cakupan yang luas. Bisa melalui kebijakan- kebijakan, pendidikan, dasar negara, agama, dan lain sebagainya. Namun, budaya yang dapat dengan mudah untuk mengambil hati masyarakat adalah budaya yang berkaitan dengan hal-hal seni. Seperti misalnya melalui film, musik, tarian-tarian, fotografi, makanan, dan sebagainya. Melalui diplomasi budaya, suatu negara bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan negara lain, menjalin lebih banyak kerjasama, yang tentunya akan bisa memberikan keuntungan di berbagai aspek http:m.kompasiana.compost read5286431 diakses pada tanggal 18 Januari 2014 pukul 07:31 WIB. Perancis adalah negara yang memiliki pengaruh besar pada kebudayaan, ekonomi, militer, dan politik di Eropa, maupun di dunia. Dilihat dari bangunan- bangunan bersejarah, arsitektur, dan kesenian yang dimiliki Perancis, negara ini memiliki daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk berkunjung bahkan untuk menimba ilmu di negara yang terkenal dengan menara Eiffel itu https:www.academia.edu4556937 diakses tanggal 12 Maret 2014 pukul 18:05 WIB. Di Eropa, Perancis merupakan negara yang giat dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Perancis merupakan negara pioner dalam melakukan diplomasi kebudayaan yang menempatkan aktifitas kebudayaan sebagai bentuk promosi negara. Diplomasi kebudayaan merupakan cara yang dilakukan oleh Perancis dengan berbagai tujuan. Bagi Perancis salah satu cara melaksanakan politik luar negeri melalui diplomasi kebudayaan. Upaya yang dilakukan Perancis adalah mendirikan pusat kebudayaan yang secara umum bertujuan untuk menyebarkan pengaruh kebudayaan dan bahasa di negara lain. Pemerintah Perancis memiliki kebijakan bilateral terhadap negara lain, tujuannya untuk memperkuat posisi bahasa Perancis di luar perbatasan negara nya melalui kerjasama dengan pemerintah negara lain untuk mengembangkan peran Perancis dalam sistem pendidikan mereka dan aksi langsung melalui pengajaran yang diberikan oleh jaringan budaya http:www.diplomatie.gouv.frenfrench-foreign-policy-1 promoting-francophony diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 06:03 WIB. Salah satu kepentingan Perancis melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia, bahwa saat ini negara-negara Eropa saling bersaing untuk menjadi negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia. Persaingan yang terjadi adalah untuk merebut mahasiswa-mahasiswa asing yang menuntut pendidikan tinggi di negara-negara Eropa, terutama dari negara dunia ketiga. Mahasiswa internasional menjadi penting karena kemampuannya menyedot devisa menjadi salah satu pertimbangan. Negara-negara di Eropa bersaing untuk mendapatkan mahasiswa internasional khususnya dari Indonesia. Kekuatan negara tidak semata-mata bertumpu pada kemampuan melobi atau kedekatan wakil rakyat dengan media. Negara mampu menjadi kuat bila rakyatnya sejahtera, dan kesejahteraan bisa dimulai dari pendidikan. Karena itulah, Pemerintah Perancis menawarkan salah satu jalan keluar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia, yaitu melalui jalan pendidikan. Kepala Kerja Sama Delegasi Uni-Eropa Franck Viault menyatakan jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan di Eropa saat ini tercatat ada 7.000 orang. Sementara jumlah mahasiswa Malaysia di Eropa mencapai 30.000 orang. Bila dibandingkan dengan luas wilayah kedua negara, jumlah mahasiswa dari Indonesia sangat sedikit jumlahnya. Sehingga menurutnya, perlu lebih banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Eropa. Sebab, semakin banyak mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di benua biru tersebut, maka akan memperkuat hubungan kerja sama Uni-Eropa dengan Indonesia. Banyak universitas di Eropa yang menawarkan biaya pendidikan yang lebih murah dibandingkan universitas-universitas di negara-negara lain, terlebih dengan adanya banyak tawaran beasiswa sehingga seharusnya para pelajar yang berminat untuk sekolah di Eropa agar tidak perlu takut http:www.soloblitz. co.id20131012minim-jumlah-mahasiswa-indonesia-di-eropa diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 12:03 WIB. Duta Besar Perancis untuk Indonesia menyatakan bahwa Perancis akan mendukung sebanyak mungkin pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Menurut Konselor Kerjasama dan Kebudayaan, yang juga Direktur Institute Francais dIndonesie, Bertrand de Hartingh, pada dasarnya potensi SDM Indonesia luar biasa. Kaum cendekiawan, para akademisi, dan tenaga-tenaga di tingkat kepala maupun managerial perusahaan, badan, serta organisasi memiliki kualitas di atas rata-rata. Sayangnya, secara umum, Indonesia punya dua kelemahan. Pertama, penelitian di Indonesia kurang mendapat dukungan dan perhatian. Kedua, Indonesia secara umum juga belum menaruh perhatian pada middle management. Padahal, hal ini penting dalam segala bidang. De Hartingh menyayangkan hal tersebut. Karena, jika akademisi Indonesia tidak menghasilkan teknologi termutakhir hasil penelitian sendiri, negara ini akan disetir oleh teknologi yang dihasilkan oleh pihak lain. Duta besar Perancis juga juga sempat mengungkapkan kekecewaannya bahwa di tahun akademik sebelumnya, jumlah pelajar Indonesia di Perancis sangat sedikit. Karena itu, pemerintah Perancis mendorong para pelajar Indonesia, khususnya mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan dalam jenjang lebih tinggi untuk memanfaatkan kerjasama ini http:edukasi.kompas. comread2014 02132006203Dubes.Perancis.Kecewa.Sangat.Sedikit.Pelajar.Indonesia.di. Perancis diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 11:41 WIB. Pendidikan tinggi Perancis memiliki biaya yang hampir sama dengan biaya- biaya pendidikan di negara-negara Eropa lainnya, namun mekanisme pembiayaan melalui beasiswa, tempat tinggal, biaya hidup, dan kehidupan budaya di Perancis memungkinkan lembaga-lembaga tersebut menerima para pelajar dari luar negeri dengan sebaik-baiknya. Namun pada kenyataannya Indonesia minim sekali dalam pengiriman jumlah pelajar Indonesia ke Perancis, terlihat pada tahun 2001 hanya 7 orang saja pelajar Indonesia yang diberangkatkan sebagai pelajar Indonesia di Perancis. Dalam 10 tahun terakhir ini Perancis berusaha meningkatkan kinerjanya terutama dalam hal pendidikan, dan Pada tahun 2007 jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan kuliah di Perancis mengalami peningkatan sebanyak 143 orang, pada tahun 2008 ada sekitar 210 orang atau meningkat sekitar 47, sementara tahun 2009 yang akan berangkat sekitar 250 orang. Namun angka tersebut masih berada di bawah jumlah pelajar negara-negara lain di Perancis http: edukasi.kompas.comread2009073104052613Makin.Banyak.Mahasiswa. Indonesia.Kuliah.di.Perancis diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 13:36 WIB. Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan salah satu target utama dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaan Perancis selain dari pengaruh kebudayaan dan bahasa Perancis. Peningkatan kinerja untuk meningkatkan jumlah pelajar Indonesia di Perancis tersebut terlihat dari strategi Perancis untuk merubah nama pusat kebudayaan Perancis yang bernama Centre Culturel Francais CCF menjadi Institut Francais yang berpusat di Paris pada tanggal 27 Juli 2010, perubahan nama tersebut juga dimaksudkan agar masyarakat tidak terfokus bahwa CCF hanya sebagai pusat kebudayaan, dalam strateginya merubah nama pusat kebudayaan menjadi Institut Francais, Perancis memfokuskan misinya untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research melalui jalur kebudayaan Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais dIndonesie IFI. Di Indonesia, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 Centre Culturel Francais CCF resmi berganti nama menjadi Institut Français dIndonesie IFI. IFI merupakan lembaga resmi pemerintah Republik Perancis yang berada langsung di bawah naungan Konselor bidang Kerjasama dan Kebudayan Kedutaan Besar Republik Perancis yang bertujuan mempromosikan budaya dan bahasa perancis untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research. Pergantian nama dari CCF menjadi IFI bukan hanya sekedar untuk penyeragaman nama di seluruh dunia yang berpusat pada Institut Francais di Paris. Tetapi ada peningkatan kinerja yang harus dicapai seiring dengan penandatanganan Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011 terutama dalam bidang Kerjasama Pendidikan, Kebudayaan dan Kerjasama antar Masyarakat yang memiliki point-point sebagai berikut : 1. Untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi termasuk penelitian dan pengembangan proyek. 2. Untuk meningkatkan kerja sama dalam pendidikan dan penelitian, termasuk melalui beasiswa untuk gelar pascasarjana, program pascadoktoral, dan pertukaran mahasiswa, pengajar dan peneliti antara lembaga pendidikan tinggi di Perancis dan Indonesia. 3. Untuk mengintensifkan kontak masyarakat melalui kerja sama di bidang pariwisata dan olahraga, di bidang budaya seperti seni pertunjukan, arsitektur, warisan budaya, permuseuman, media dan film termasuk melalui pertukaran ahli dan seniman, serta pengajaran bahasa masing masing. Kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama guna memastikan bahwa Kemitraan Strategis menghasilkan hasil yang nyata dan terus diperkuat di masa mendatang http: www.ambafrance-id.orgKesepakatan-bilateral diakses pada tanggal 12 Januari 2014 puku 17:55 WIB. Setelah peluncuran deklarasi kemitraan strategis tersebut, Pemerintah Perancis menyatakan akan menambah jumlah lembaga kebudayaan dan pembelajaran bahasa Perancis di Indonesia. Selain pembangunan pusat bahasa dan budaya Perancis, pemerintah Perancis juga akan menambah jumlah beasiswa dan pertukaran pelajar antara Indonesia-Perancis. Perancis akan berusaha menambah angka pertukaran pelajar, khususnya di tingkat universitas. Perancis juga akan mengupayakan pembelajaran kebudayaan Perancis yang lebih intensif di Indonesia http:dunia.news.viva.co.idnewsread230382-prancis-akan-tambah- pusat-bahasa-di-indonesia diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 12:22 WIB. Untuk meningkatkan kerjasama pendidikan dan pertukaran para ahli tersebut, peran IFI adalah melakukan segala bentuk kegiatan promosi kebudayaan dan bahasa Perancis serta membantu para pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan sekolah di Perancis baik melalui jalur beasiswa maupun jalur umum yaitu dengan biaya pribadi. IFI juga memberikan informasi tentang sekolah-sekolah yang ada di Perancis, tempat tinggal di Perancis, biaya hidup, dan membantu juga dalam pemeriksaan berkas visa pelajar yang nantinya akan diajukan kepada Kedutaan Besar Perancis di Indonesia, serta memberikan pembekalan kepada pelajar Indonesia yang akan menjadi pelajar di Perancis Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais dIndonesie IFI. Strategi yang dimiliki Perancis dalam misi IFI yaitu untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research pelajar Indonesia ke Perancis adalah, bahwa ketika pelajar Indonesia sekolah di Perancis dan tinggal lebih lama di Perancis, maka akan lebih banyak pengalaman mereka disana dan pengetahuan pelajar tersebut tentang kebudayaan Perancis terlihat secara langsung, kemudian bertambahnya juga jumlah pengguna bahasa Perancis. Salah satu strategi politik yang dilakukan Perancis melalui deklarasi kemitraan strategis tersebut dipengaruhi oleh Indonesia yang sangat minim dalam pengiriman jumlah pelajar ke Perancis sehingga pergantian nama dari CCF menjadi IFI lebih memfokuskann untuk meningkatkan jumlah pelajar tersebut Wawamcara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais dIndonesie IFI. Di sisi lain Pemerintah Perancis hingga kini terus melakukan upaya dalam menyebarkan dan mempromosikan bahasa dan kebudayaan Perancis di dunia. Kebijakan dalam menyebarkan dan mempromosikan bahasa Perancis terus dilakukan oleh Departmen Luar Negeri Perancis yang menaruh prioritas pada kerjasama internasional, yaitu solidaritas dan pengaruh : 1. Prioritas Solidaritas, dilihat sebagai bentuk kerjasama Perancis dengan negara negara lain melalui kerjasama pendidikan. 2. Prioritas pengaruh, dilihat sebagai dialog bahasa Perancis dengan bahasa lain dan budaya Perancis di dunia dalam rangka untuk mempromosikan keragaman budaya. Penyebaran bahasa dan kebudayaan masih menjadi prioritas Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaan, sehingga program penyebaran bahasa dan kebudayaan adalah hal yang sangat ditekankan oleh Pemerintah Perancis melaui Institut Francais melalui kerjasama pendidikan. Kerangka umum yang dijalankan Perancis saat ini dalam mempromosikan kebijakan eksternal kebahasaan, kebijakan tersebut dilakukan melalui 3 bidang, yaitu : 1. Mempromosikan multilingualism, yang bertujuan untuk mempertahankan bahasa Perancis dalam organisasi internasional terutama di wilayah Eropa. 2. Meningkatkan status dari bahasa Perancis di negara-negara bantuan Perancis. 3. Mempromosikan bahasa Perancis di negara-negara berkembang untuk meningkatkan minat baru dalam bahasa Perancis http:www. diplomatie.gouv.frenfrench-foreign-policy-1promoting-francophony diakses pada tanggal 29 Februari 2014 pukul 14:03 WIB. Dengan adanya kesepakatan bilateral, deklarasi bersama dan persetujuan antara Indonesia dan Perancis dalam melaksanakan kebijakan eksternal kebahasaan melalui Institut Français d’Indonésie IFI, Perancis ingin meningkatkan jumlah pelajar Indonesia untuk belajar di Perancis sebagai bentuk promosi bahasa dan kebudayaan Perancis, maka atas dasar inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengambil judul penelitian : “Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais dIndonesie IFI Tahun 2012- 2013” Peneliti mengambil rentang waktu penelitian yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2013 yaitu setelah CCF berganti nama menjadi IFI. Ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional yaitu antara lain: 1. Sistem Sosial dan Budaya Indonesia, membahas tentang saling ketergantungan dalam organisme sosial, bagaimana suatu budaya masuk ke Indoensia sehingga masyarakat mampu menerima budaya tersebut. 2. Diplomasi dan Negosiasi, membahas tentang cara berdiplomasi melalui negosiasi dan jenis-jenis diplomasi suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negaranya di dunia Internasional salah satunya melalui diplomasi kebudayaan. 3. Hubungan Internasional di Kawasan Eropa, membahas tentang fenomena- fenomena hubungan internasional yang terjadi di Eropa, sejarah-sejarah munculnya politik luar negri negara-negara di Eropa termasuk Perancis. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Masalah Mayor Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di Indonesia melalui Institut Français dIndonésie IFI pada tahun 2012 sampai tahun 2013?

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

Rumusan masalah mayor kemudian diturunkan menjadi rumusan masalah minor, melalui beberapa poin pertanyaan sebagai berikut : 1. Langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis melalui IFI dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia? 2. Bagaimana implementasi program yang dilakukan IFI dalam menjalankan diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia? 3. Kendala apa saja yang ditemukan IFI dalam melaksanakan program- programnya, dan apa upaya untuk mengatasinya? 4. Bagaimana hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk mengetahui diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di Indonesia melalui Institut Français dIndonésie IFI pada tahun 2012 sampai tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis melalui IFI dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia. 2. Untuk mengetahui implementasi program yang dilakukan IFI dalam menjalankan diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia. 3. Untuk mengetahui kendala dari program tersebut dan apa upaya IFI untuk mengatasinya. 4. Untuk mengetahui hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Français dIndonésie IFI Tahun 2012-2013 diharapkan dapat berguna untuk menguji konsep –konsep yang digunakan peneliti dalam studi Hubungan Internasional, dan menjelaskan berbagai fenomena terkait diplomasi kebudayaan Perancis melalui Institut Français dIndonésie IFI di Indonesia dalam upaya meningkatkan jumlah pelajar Indonesia ke Perancis.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis melalui Institut Français dIndonésie IFI Tahun 2012 –2013. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam jurnal yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian, I Wayan Dibia 2013 : 6 menjelaskan bahwa Diplomasi kebudayaan adalah suatu upaya untuk membangun dan mengelola hubungan antar bangsa dengan media seni dan budaya. Sejauh ini, istilah diplomasi lazim digunakan dalam konteks kebijakan luar negeri, yaitu terkait dengan hubungan antara negara dengan negara. Dalam kaitan ini istilah diplomasi bermakna membangun hubungan eksternal antarbangsa. Namun dalam skala yang lebih kecil, hubungan harmonis yang bebas konflik juga diperlukan untuk mendekatkan serta mempersatukan berbagai suku bangsa yang ada dalam satu negara kepulauan dan multi-etnis. Atas dasar pemikiran seperti ini konsep diplomasi kiranya bisa digunakan dalam konteks membangun hubungan internal antarbangsa. Diplomasi kebudayaan dapat menggunakan berbagai unsur yang terintegrasi dalam kebudayaan. Di antara unsur-unsur kebudayaan yang ada, kesenian diyakini memiliki posisi yang sangat penting dan sentral serta mampu menjadi media yang efektif bagi sebuah diplomasi kebudayaan. Budayawan Bali I Wayan Geriya 1997 : 55 menyebut empat alasan, yaitu kesenian memiliki variasi dan keanekaragaman yang besar, kesenian memiliki wujud yang konkret dan cepat mengkhalayak, kesenian mudah menggugah apresiasi serta mampu menumbuhkan sikap saling menghormati dan saling menghargai, dan kesenian memiliki nilai-nilai estetik yang asasi dan dapat merupakan bahasa universal yang mampu menembus berbagai batas dan perbedaan. Karena komunikasi kesenian melibatkan interaksi olah rasa dan kreativitas, dalam suasana yang pada umumnya menyenangkan, sehingga diplomasi kebudayaan sering disebut sebagai soft power diplomacy. Dalam Tesis yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Perancis di China Melalui Alliances Francaise Periode 1989-2009 2011 Zaenatien Oktaviati menjelaskan mengenai diplomasi yang dilakukan oleh Perancis dalam hal kebudayaan di China melalui Alliances Francaise AF. Pembahasan mengenai diplomasi kebudayaan bukanlah satu hal yang baru. Penelitian-penelitian mengenai diplomasi kebudayaan sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari beberapa penelitian yang ada di beberapa negara, Perancis sering menjadi salah satu contoh negara yang konsisten dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh Perancis melihat adanya cara lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh tujuan negara tanpa menggunakan ancaman atau paksaan melainkan melalui kerjasama. Sebagai organisasi kebudayaan Pemerintah Perancis, AF mempunyai misi utama mempromosikan bahasa Perancis melalui kursus bahasa di dunia kepada setiap orang, memperkenalkan kebudayaan Perancis dan kebudayaan setempat melalui berbagai aspek budaya, dan mendukung keanekaragaman budaya dengan mengutamakan nilai-nilai semua budaya yang ada. Saat ini jaringan AF sudah terebar di lima benua dengan jumlah siswa kursus ratusan ribu orang. Pentingnya peranan AF dalam mempromosikan bahasa dan kebudayaan Perancis di dunia dapat dilihat dari dana yang diberikan oleh pemerintah Perancis. Untuk menjalankan misi yang ada, AF memiliki program pengajaran bahasa Perancis dan kegiatan kebudayaan yang rutin dilakukan. Kebutuhan setiap orang yang ingin belajar bahasa Perancis juga menjadi perhatian dari program kursus bahasa yang diberikan AF. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diantara 15 AF yang tersebar di Cina, dua AF yaitu berada di Hongkong dan Macau. Sebagian besar peserta kursus tidak memiliki tujuan pendidikan tetapi sebagai salah satu bentuk kesenangan untuk bisa berbicara bahasa Perancis dan mengenal budaya Perancis. Oleh karena adanya perbedaan tujuan dari setiap orang di Cina dalam mengenal Perancis selain pengajaran bahasa Perancis, kegiatan kebudayaan juga menjadi promosi penting yang dilakukan oleh AF. Diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis sebagai bentuk pengembangan dari soft power dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan politik dan ekonomi. Dalam penelitian ini juga tidak menutup kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi jalinan kerjasama dan dapat memberikan kontribusi ekonomi dan politik. Tinjauan pustaka ketiga dari jurnal Book and Libraries as Instrumets of Cultural Diplomacy in Francophone Africa during Cold War 2001 : 60 yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Mary Niles Maack, menjelaskan mengenai diplomasi kebudayaan melalui perpustakaan, penelitian tersebut berfokus pada tiga negara yaitu Perancis, Inggris, dan Amerika dengan waktu penelitian selama perang dingin. Strategi kebudayaan yang dilakukan di negara Francophone penutur bahasa Perancis di Afrika dengan cara membangun pusat kebudayaan yang memiliki perpustakaan. Negara Perancis sendiri mendirikan Alliance Francaise AF, Inggris mendirikan British Council dan Amerika mendirikan United Stated Information Agency. Pemilihan pendirian pusat kebudayaan dengan fokus perpustakaan tersebut dipengaruhi oleh tujuan masing-masing negara itu sendiri. Perbedaan tujuan yang dimiliki oleh negara-negara tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor sejarah didirikannya pusat kebudayaan tersebut. Amerika memiliki tujuan membangun pemahaman dan dukungan posisi Amerika di dunia Internasional, Perancis memiliki tujuan mendorong para penulis Afrika untuk menulis buku- buku berbahasa Perancis sebagai bentuk pertukaran kebudayaan, sedangkan Inggris memiliki tujuan mendukung program pengajaran bahasa Inggris. Melalui program-program tersebut diketahui seberapa besar upaya yang dilakukan negara untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Dan hasil dari penelitian dari ketiga negara yang dilakukan oleh Mary Niles Maack disimpulkan bahwa Perancis adalah negara yang konsisten dalam menggunakan buku sebagai alat dari diplomasi kebudayaan. Kemudian dalam jurnal International Vutural elation: A Multi Country Comparison: Cultural Diplomacy 2003 : 12-13 yang juga diterjemahkan kedalam bahsa Indonesia. Margaret J Wyzormsky dan Christopher Burgess menjelaskan bahwa istilah diplomasi kebudayaan Cultural Diplomacy ternyata tidak digunakan oleh semua negara. Jepang menggunakan istilah Cultural exchange, Austria, Swedia, dan Belanda menggunakan istilah International Cultural Policy, sedangkan Australian, Kanada, Singapura dan Inggris menggunakan istilah International Cultural Relation, dan hanya Perancis yang menggunakan istilah Diplomatte culturelle diplomasi kebudayaan. Istilah tersebut dipengaruhi oleh tujuan yang berbeda dari masing-masing negara. Jepang memiliki tujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang kepada dunia. Australia, Austria, Kanada dan Inggris memperkenalkan citra nasional yang baru. Belanda mencoba mengembangkan pandangan internasional akan cultural free port. Singapura memiliki tujuan membangun citra negara global untuk informasi, komunikasi, dan seni. Swedia memiliki tujuan meningkatkan peranan di bidang ekonomi, sosial, demokrasi, budaya, dan kemanusiaan dalam bentuk kerjasama. Sedangkan Perancis memiliki tujuan untuk mempromosikan budaya Perancis dan bahasa Perancis dengan menekankan pluralisme kebudayaan dan keanekaragaman sebagai bentuk komitmen kerjasama kebudayaan secara internasional. Perbedaan yang ada menyebabkan prioritas setiap negara menjadi berbeda- beda sehingga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan diplomasi kebudayaan pun menjadi berbeda. Perbedaan tujuan yang ditunjukan pada penelitian Wyzormski dan Burgess ini mempengaruhi cara negara tersebut melaksanakan diplomasi kebudayaan. Namun di sisi lain ada kesamaan yang dapat dilihat dari perbedaan tujuan yang ada. Kesamaan tersebut yaitu masing-masing negara ingin memperlihatkan citra yang baik dalam memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan yang mereka miliki. Citra positif yang diperoleh di negara tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif di bidang yang lainnya, seperti yang dikatakan Wyzormski pada penelitiannya yaitu diplomasi kebudayaan memberi pengaruh positif akan citra suatu negara sehingga negara tersebut dapat mengembangkan pasar dan membuka peluang perdagangan secara umum. Dengan demikian kontribusi yang diberikan oleh diplomasi kebudayaan kepada suatu negara dapat berhubungan dengan konsep ekonomi. Citra positif yang diperoleh suatu negara dengan melaksanakan diplomasi kebudayan mengindikasikan cara yang dilakukan negara tersebut tidak dengan cara kekerasan atau ancaman yang dikenal dengan hard power. Dengan demikian diplomasi kebudayaan lebih menggunakan cara kerjasama untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wyzormsky dalam laporan penelitiannya, bahwa adanya pandangan para ahli mengenai argumentasi mengenai soft power dalam diplomasi kebudayaan. Dari ke empat jurnal penelitian yang dijelaskan di atas, jika dihubungkan dan dibandingkan dengan penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais dIndonesie IFI Tahun 2012-2013 dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian No. Penelitian Isi Penelitian Perbandingan 1. Jurnal Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian , oleh I Wayan Dibia 2013 Kesenian diyakini memiliki posisi yang sangat penting dan sentral serta mampu menjadi media efektif bagi sebuah diplomasi kebudayaan. IFI menarik minat masyarakat Indonesia melalui kegiatan Kebudayaan yang menampilkan kesenian Perancis 2. Tesis Diplomasi Kebudayaan Perancis di China Melalui Alliances Francaise 1989-2009 oleh Zaenatien Oktaviati 2011 Alliance Francais melakukan diplomasi kebudayaan dengan mempromosikan bahasa Perancis melalui pengajaran bahasa Perancis dan memperkenalkan kebudayaan melalui kegiatan rutin kebudayaan. IFI mengadakan pengajaran bahasa Perancis dan juga mengadakan kegiatan kebudayaan. 3. Jurnal Book and Libraries as Instruments of Cultural Diplomacy in Francophone Africa during Cold War oleh Mary Niles Maack 2001 Perancis adalah negara yang konsisten dalam menggunakan buku sebagai alat diplomasi kebudayaan. IFI membuka perpustakaan untuk umum yang berisikan buku- buku dengan Bahasa Perancis. 4. Jurnal A Multi Country Comparison : Cultural Dipomacy oleh Wyzormsky 2003 Perancis memiliki tujuan mempromosikan budaya dan bahasa Perancis dengan menekankan pluraslime dan keanekaragaman. Keanekaragaman budaya Perancis dipromosikan melalui banyak jenis kegiatan kebudayaan yang dilaksanakan IFI. 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hubungan Internasional Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi mengenai interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state actor, memiliki berbagai macam pengertian. Dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional ” Anak Agung Banyu Perwita Yanyan Mochamad Yani. menyatakan bahwa : Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar“ Perwita Yani, 2005:3-4. Hal ini berarti hubungan internasional mencakup interaksi yang dilakukan oleh aktor suatu negara dalam kehidupan antarnegara. Adanya saling ketergantungan dari kedua negara Perancis dan Indonesia mendorong adanya kerjasama seperti yang didelegasikan dalam kesepakatan bilateral kedua negara, hendaknya kerjasama tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perancis memiliki prioritas solideritas dan pengaruh terhadap Indonesia melalui IFI untuk membangun pertukaran pelajar dan mempengaruhi budaya serta bahasa Perancis di Indonesia, dan bagi Indonesia dengan kesempatan study ke Perancis dapat meningkatkan intelektual mereka sehingga dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Kemudian Mochtar Mas‟oed lebih jauh menjelaskan dalam buku nya Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi bahwa : tujuan utama studi hubungan internasional adalah untuk mempelajari perilaku internasional, yakni perilaku para aktor negara maupun non negara dalam area transaksi internasional. Perilaku itu dapat berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya Mas‟oed, 2002:29. Ilmu hubungan internasional merupakan ilmu dengan kajian interdisipliner, maksudnya, ilmu ini dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan kajiannya. Sepanjang menyangkut aspek internasional hubunganinteraksi yang melintasi batas negara adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan berkaitan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, sosial dan budaya. Demikian juga untuk menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika konsep probabilitas, untuk diterapkan dalam kajian hubungan internasional Rudy, 2011:3. Dengan seiring perkembangan zaman yang semakin maju dengan berbagai macam teknologi yang diciptakan menyebabkan studi hubungan internasional menjadi semakin kompleks. Kompleksitas hubungan internasional itu sesuai dengan pendapat Jack. C Plano yang mengatakan bahwa hubungan internasional mencakup hubungan antar negara atau sebagai interaksi para aktor yang tindakan serta kondisinya dapat menimbulkan konsekuensi terhadap aktor lainnya untuk memberikan tanggapan Plano, 1999:115. Bidang sosial dan kebudayaan dapat masuk kedalam kajian ilmu hubungan internasional karna dalam penelitian ini hal yang dikaji adalah prioritas Perancis dalam meningkatkan pertukaran pendidikan dari Indonesia ke Perancis dan pengaruh penyebaran kebudayaan serta bahasa Perancis terhadap aspek sosial di Indonesia. Dan IFI berperan sebagai aktor yang menjembatani hubungan internasional di antara kedua negara tersebut.

2.2.2 Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional National Interest merupakan dasar dalam pembentukan kebijakan luar negeri. Pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya melalui kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri berisi cara tertentu untuk membantu negara-negara mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam penelitian ini kepentingan nasional yang ingin dicapai Perancis melalui IFI Perancis ingin mempromosikan kebudayaan serta bahasa Perancis di Indonesia, melalui pertukaran pendidikan yang nantinya akan memberikan dampak positif dalam berbagai bidang di Perancis. Teuku May Rudy dalam buku Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global menjelaskan bahwa: Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan decision makers masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri Foreign Policy perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai K epentingan Nasional” Rudy, 2011 : 116. Diplomasi dilakukan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pada dasarnya, seorang diplomat India Kuno, dalam karyanya yang tersohor, Arthasastra, mengemukakan bahwa : pencapaian kebijakan secara tepat akan memberi hasil yang menguntungkan Roy, 1991 : 5. Dijelaskan juga mengenai tujuan diplomasi, antara lain acquisition perolehan, preservation pemeliharaan, augmentation penambahan, dan proper distribution distribusi yang adil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama diplomasi adalah demi mengamankan kepentingan negara sendiri. Kepentingan nasional yang biasanya dimiliki suatu negara antara lain memajukan perekonomian, melindungi warga negaranya di negara lain, mengembangkan budaya, meningkatkan gengsi, menjalin persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan seperti di atas, negara membutuhkan instrumen atau sarana dalam berdiplomasi, baik dalam segi politik, ekonomi, budaya, maupun militer. Dari segi politik, negara pasti berdiplomasi demi mengamankan kebebasan politik dan integritas wilayahnya. Instrumen yang bisa digunakan dalam aspek ini antara lain dengan cara memperkuat hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan yang harmonis dengan negara yang memiliki kesamaan kepentingan, dan mengajukan jalan perdamaian dengan negara-negara yang memusuhinya. Dewasa ini, negara-negara sering bertukar kebudayaan, diantaranya dengan mengirim duta budaya ke luar negeri. Tujuan diplomatik dengan mengirim delegasi kebudayaan adalah untuk menunjukkan keagungan kebudayaan suatu negara, dan apabila mungkin, dapat digunakan untuk mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi Roy, 1991:12. Jika negara A sudah terkesan dengan kebudayaan negara B, maka akan lebih mudah bagi negara B untuk menggalang dukungan negara A, jika sewaktu-waktu negara B ditimpa masalah. Selain mengirim delegasi kebudayaan ke luar negeri, penggunaan instrumen kebudayaan yang lain misalnya adalah mengadakan acara budaya atau seni di negara lain, mengadakan forum internasional terkait dengan pertukaran budaya, memberi beasiswa bagi warga negara lain yang berprestasi di bidang seni atau kebudayaan, membangun pusat kebudayaan di negara lain, dan sebagainya.

2.2.3 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah keseluruhan perjalanan pemerintah untuk mengatur semua hubungan dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan pola perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam hubungannya dengan negara lain. Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri suatu negara, tetapi keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, seperti kebijakan untuk menetukan suatu strategi Suryokusumo, 2004:7-8. Maka dengan demikian hubungan internasional merupakan forum interaksi dari berbagai kepentingan-kepentingan nasional. Dalam interaksi itu pula setiap negara berupaya menegakkan dan mempertahankan kepentingan nasionalnya dalam forum interaksi masyarakat internasional yakni dengan melalui kebijaksanaan politik luar negeri masing-masing. Dalam menjalankan politik luar negeri, hubungan internasional menjelaskan beberapa pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan pemikiran strategis suatu negara atau pendekatan adaptif, salah satu tokoh pemikirnya adalah James N. Rosenau. Berkaitan juga dengan politik luar negeri yang dirumuskan oleh Perancis berdasarkan keadaan geopolitik Indonesia. Bahwa menurut teoritisi pendekatan ini lingkungan akan menimbulkan akibat-akibat khusus, terlepas dari tindakan apa yang dilakukan oleh negara tersebut, model ini akan memisahkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki oleh sebuah negara dengan posisi geopolitiknya, keadaan geografis dan sebagainya. Menurut Rosenau politik luar negeri merupakan suatu mekanisme interaksi negara-negara dengan beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi sebuah negara akan mempengaruhi politik luar negerinya. Negara yang memiliki lingkungan strategis pasti akan memiliki politik luar negeri yang berbeda, begitu juga dengan keadaan negara tujuan dimana politik luar negeri tersebut dilaksanakan, akan mempengaruhi perumusan politik luar negeri negara lain Perwita Yani, 2005: 62-63. Ada beberapa langkah atau tahapan yang dilakukan oleh sebuah negara dalam proses politik luar negerinya. Langkah-langkah tersebut antara lain, pertama sebuah negara akan menetapkan semua tujuan dan kemana arah politik luar negerinya, serta mengumpulkan data-data penting seperti bagaimana kemampuan negaranya, kondisi dunia luar saat ini dan lainnya, tahap kedua adalah perumusan kebijakan dalam politik luar negeri untuk dapat mencapai tujuan nasionalnya, biasanya hal ini akan dipengaruhi oleh faktor dalam negeri. Tahap selanjutnya yang dilalui oleh sebuah negara adalah keluarnya suatu kebijakan yang nantinya akan diterapkan, dimana dalam kebijakan tersebut terdapat serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebuah negara. Berikutnya negara akan melaksanakan politik luar negeri berdasarkan pada rumusan yang telah dibuatnya, hal ini dilakukuan dengan cara berhubungan dengan dunia luar, maka pasti akan muncul kemampuan baru sebuah negara dan tujuan lain yang hendak dicapai kembali, yang kemudian akan kembali pada proses awal yaitu information assessment Perwita Yani, 2005:60. Politik luar negeri suatu negara ditunjukan untuk memajukan dan melindungi kepentingan negara itu. Fungsi utama diplomasi juga, adalah untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional. Dari situlah maka politik luar negeri dan diplomasi memiliki fungsi yang sama. Namun ada beberapa perbedaan yang mendasar diantara keduanya. Di dunia yang terdiri dari banyak bangsa ini, untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional, setiap bangsa harus menentukan sikapnya terhadap bangsa lain dan arah tindakan yang akan diambil dan dicapai dalam urusan internasional. Pada saat dasar ini diletakan dan politik luar negeri dirumuskan, maka munculah peranan diplomat untuk melaksanakan keputusan itu dengan kegiatan-kegiatannya. Jadi apabila fungsi utama politik luar negeri adalah mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri maka tugas utama diplomasi adalah untuk melaksanakanya dengan baik dan efektif Roy, 1991:34.

2.2.4 Soft Power

Soft Power yang dimiliki oleh suatu negara, pada dasarnya bergantung pada tiga sumber utama, yakni: budaya, nilai-nilai politis, dan terakhir kebijakan luar negeri Nye, 2004:11. Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dan kebiasaan yang mempunyai arti bagi sebuah masyarakat. Budaya memiliki banyak manivestasi, dan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu high culture, seperti sastra, seni, dan edukasi yang biasa ditunjukan bagi kalangan elit dan popular culture yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum. Apabila budaya suatu negara memiliki nilai universal serta mempromosikan nilai dan kepentingan yang dibagi bersaman maka budaya tersebut dapat meningkatkan hasil yang diinginkan dengan citra yang tercipta Nye, 2004:12. Menurut Joseph S. Nye, JR mengenai soft power dalam bukunya Soft Power: The Means to Success in World Politics bahwa Soft power merupakan kemampuan suatu negara untuk membentuk pola pikir negara lain supaya cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh negara pelaku soft power tersebut Nye, 2004:5. Kemudian Nye juga menjelaskan bahwa power datang dari sebuah ketertarikan : Para pemimpin politik telah lama memahami kekuatan yang berasal dari daya tarik. Kemampuan untuk membangun yang dipilih cenderung dikaitkan dengan aset tidak berwujud seperti kepribadian yang menarik, budaya, nilai-nilai politik dan lembaga, dan kebijakan yang dipandang sebagai otoritas yang memiliki moral yang sah Nye, 2004 : 6. Dari kutipan di atas, Nye menjelaskan bahwa terdapat tiga sumber soft power suatu negara, yakni kebudayaan, nilai-nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Joseph Nye berargumen bahwa disamping sisi nilai tradisi dan bangunan politik serta kebijakan luar negeri sebuah negara, budaya merupakan salah satu elemen soft power yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi bangsa lain. Ketiga sumber power ini sebagai kemampuan menciptakan pilihan- pilihan bagi orang lain, yakni kemampuan memikat pihak lain agar dapat memilih melakukan suatu hal yang kita kehendaki tanpa kita perlu untuk memintanya. Ketika seseorang mengagumi bahkan tergila-gila dengan suatu budaya, ia bukan hanya akan mencari tahu tentangnya, tapi bahkan akan menyebarluaskannya, sehingga dikenal menjadi mode tersendiri bagi mereka. Budaya yang masuk akan dengan mudah mempengaruhi orang yang terobsesi tersebut. Di Indonesia, IFI berkepentingan mensosialisasikan budaya, seni, citra, nilai, dan kebijakan negerinya kepada masyarakat Indonesia dengan berbagai cara lembaga tersebut melakukan diplomasi budaya untuk mecapai kepentingan nasional negaranya melalui program-program yang memikat masyarakat Indonesia tanpa harus memaksa, yakni dengan menggunakan pendekatan soft power seperti kursus bahasa, pemutaran film, pertunjukan seni, pemberian beasiswa, dsb. Selain itu, media-media mereka mamainkan peran penting dalam menggiring opini publik terhadap Perancis, negara yang mendirikan pusat kebudayaan tersebut.

2.2.5 Diplomasi

Banyak defenisi yang dapat dikutip dari para ahli ilmu hubungan internasional mengenai diplomasi. Ada para ahli yang menghubungkan diplomasi dengan perang, atau perang merupakan kelanjutan dari diplomasi dengan melalui sarana lain. Akan tetapi kebanyakan para ahli lebih menekankan keterkaitan diplomasi dengan negosiasi. Harold Nicholson 1942 dalam S.L.Roy 1991 mejelaskan : “diplomasi merupakan cakupan dari lima hal yang berbeda yaitu; 1 politik luar negeri, 2 negosiasi, 3 mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut, 4 suatu cabang Dinas Luar Negeri, dan interpretasi yang kelima merupakan kualitas abstrak pemberian yang mencakup keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional ”Roy, 1991:3. Dalam prakteknya diplomasi harus dibedakan dengan politik luar negeri, oleh karena itu diperlukan adanya batasan diantara kedua konsep tersebut. Dimana, diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi merupakan lembaga untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun diplomasi dan kebijakan keduanya saling melengkapi karena seseorang tidak akan dapat bertindak tanpa kerjasama satu sama lain Roy, 1991:6. Diplomasi merupakan cara-cara yang dilakukan dalam hubungan internasional melalui perundingan, yang mana dilaksanakan oleh para duta besar, yang merupakan pekerjaan atau seni dari diplomat. Praktek-praktek negara semacam itu sudah melembaga sejak dahulu dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. Dengan demikian diplomasi juga merupakan cara-cara yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuannya dan memperoleh dukungan mengenai prinsip-prinsip yang diambilnya. Menurut Kardinal Richeliu seorang negarawan Perancis yang ulung pada zamannya mengarahkan tujuan Perancis selama pemerintahan Louis XIV dan Groyius dalam S.L.Roy 1991, mengatakan bahwa : seni negosiasi bukanlah suatu yang tergesa-gesa melaikan sesuatu yang permanen, perjanjian merupakan alat yang penting dari diplomasi, harus ditetapkan sesudah pertimbangan yang hati terhadap semua aspek, dan negosiasi tidak perlu berakhir dengan persetujuan, tetapi setiap pihak yang akan berunding harus mengetahui sejak awal bahwa pihak lain tersebut benar-benar mewakili hak kedaulatan di negerinya sendiri Roy, 1991:67. Metode Perancis bertahan sebagai suatu model diplomasi dalam waktu yang lama. Selama periode ini bangsa Perancis memberikan penekanan yang besar pada instruksi tertulis yang diberikan kepada para duta besar. Instruksi ini memuat garis besar kebijaksanaan yang harus dicapai oleh duta besar. Suatu perhitungan menyeluruh tentang kondisi politik negara yang akan dituju juga diberikan. Instruksi itu juga menyertakan surat kepercayaan. Selama abad 17 dan 18 metode diplomasi Perancis menjadi demikian populer sehingga bahasa Perancis menjadi lingua franca diplomasi Roy, 1991:68. Tujuan dari diplomasi yang baik atau efektif adalah untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri. Kepentingan terdepan tampaknya adalah pemeliharaan keamanan. Tetapi selain pertimbangan yang vital tentang keamanan nasional, terdapat tujuan vital yang lain antara lain memajukan ekonomi, perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan budaya dan ideologi, peningkatan prestise nasional, memperoleh persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Secara luas tujuan ini bisa dibagi menjadi empat: politik, ekonomi, budaya dan ideologi Roy, 1991:5. Dalam penelitian ini jika ditinjau dari teori diplomasi, bahwa yang menjadi dasar suatu diplomasi adalah politik luar negri Perancis yang membuat kebijakan eksternal kebahasaan kemudian kebijakan tersebut di implementasikan terhadap hubungan bilateral Perancis dan Indonesia kemudian terjadi negosiasi antara para state actor untuk membicarakan mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut. Sehingga lebih jauhnya IFI yang merupakan lembaga dijadikan sebagai sarana diplomasi tersebut.

2.2.5.1 Diplomasi Publik

Diplomasi publik merupakan kunci dalam implementasi apa yang disebut dengan Soft Diplomacy menjadi alat utama diplomasi sekarang ini. Perkembangan diplomasi di era globalisasi menjadikan Diplomasi Publik itu sendiri semakin beragam. Kecenderungan pelaksanaan Diplomasi Publik dengan menggunakan aplikasi Soft Diplomacy dianggap efektif dan efisien karena mudah untuk dilakukan tanpa menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan Diplomasi Publik melibatkan berbagai kalangn aktor non-pemerintah. Oleh karena itu, Soft Diplomacy merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrumen selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi, salah satunya yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi Yudhantara, 2011:183. Diplomasi publik „second track diplomacy’, didefinisikan sebagai upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-government secara tidak resmi unofficial. Dalam hal ini second track diplomacy bukan berarti bertindak sebagai pengganti first track diplomacy, akan tetapi turut melancarkan jalan bagi negosiasi. Selain itu peranan second track diplomacy ini juga untuk melancarkan persetujuan yang dilaksanakan oleh first track diplomacy, dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting yang diperoleh pelaku- pelaku second track diplomacy. Menurut John W. McDonald 2012 dalam Journal Conflictologi : The Institut for Multi-track Diplomacy yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, Multi-track diplomacy terdiri dari sembilan jalur yaitu sebagai berikut : 1. Track 1 - Pemerintah, atau Perdamaian melalui Diplomasi. Menyangkut pendekatan diplomasi resmi, perumusan kebijakan, dan perdamaian. 2. Track 2 - Non-PemerintahProfessional, Perdamaian melalui Resolusi Konflik. 3. Track 3 - Bisnis, atau Perdamaian melalui Perdagangan. 4. Track 4 - Private Citizen, melalui Keterlibatan Perdamaian warga negara sipil. 5. Track 5 - Penelitian, dan Pendidikan, atau perdamaian melalui Pembelajaran. Jalur ini mencakup: penelitian, seperti yang terhubung ke program universitas, pola pikir, dan minat khusus pada pusat penelitian. 6. Track 6 - Aktivisme, atau Perdamaian melalui Advokasi. 7. Track 7 - Agama, atau Perdamaian melalui Iman dalam tindakan. 8. Track 8 - Pendanaan, atau Perdamaian melalui Pemberian Resources. 9. Track 9 - Komunikasi dan Media, atau Perdamaian melalui Informasi. Sistem ini mengharuskan semua track untuk akhirnya bekerja sama untuk membangun sebuah proses perdamaian yang akan berlangsung, itu merupakan transisi dari track 1 untuk melacak 2 sulit dicapai , menjadi salah satu masalah utama yang harus dihadapi organisasi Diamond, 2012:67-68. Lima dari sembilan track tersebut yang digunakan Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaannya di Indonesia, dimulai dengan adaya negosiasi dalam pencapaian kerjasama bilateral, privat citizen, pelatihan dan pendidikan, pendanaan yang diberika Perancis dan jiga komunikasi serta media yang membantu Perancis dalam melancarkan diplomasi kebudayaannya.

2.2.5.2 Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan merupakan fenomena lama, dalam beberapa literatur diplomasi kebudayaan disebutkan sebagai Cultural Techniques in Foreign Policy Warsito Kartikasari, 2007:1. Sehingga saat ini diplomasi kebudayaan banyak dipakai dalam menyampaikan kebijakan luar negeri suatu negara. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur- struktur sosial, religiusm dan lain-lain yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kemudian menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat Simanjuntak, 2006:136. Pada tanggal 26 Juli sampai dengan 6 Agustus 1982 telah diadakan World Conference on Cultural Policies di Mexico City yang disponsori oleh UNESCO. Konfrensi ini menghasilkan kesepakatan bahwa : Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melaksanakan kehidupanhttp:id.wikipedia.orgwikiBudaya, Konsep Kebudayaan diakses pada tanggal 14 April 2014 pukul 08:02 WIB. Para ahli berpedapat untuk mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut : 1. Melville J. Herkovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu, alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan poltik. 2. Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok yang meliputi : a Sistem norma sosial yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya. b Orgaisasi ekonomi c Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-ptugas untuk pendidikan. d Organisasi kekuatan politik Koentjaraningrat, 1999:13. Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yang berdaulat melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional Berrige dan James, 2012:69. Namun secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasionalnya di dunia internasional Roy, 1991:9. Sedangkan definisi diplomasi budaya adalah sebuah pertukaran ide, informasi, seni, serta aspek kebudayaan lainnya dengan tujuan untuk menjaga sikap saling pengertian antara satu negara dengan negara lain maupun antar masyarakat Cummings, 2003:1. Eksibisi kebudayaan lebih sering berguna daripada pameran kekuatan militer. J.W. Fulbright dalam S.L.Roy 1991 berkomentar bahwa : bentuk dunia, satu generasi sesudah ini akan lebih dipengaruhi oleh seberapa baik kita mengkomunikasikan nilai-nilai masyarakat kita kepada negara lain Roy, 1991:12. Imperialisme kebudayaan merupakan suatu usaha untuk menakhlukan dan menguasai jiwa manusia serta sebagai sebuah instrumen untuk mengubah hubungan power antara kedua negara. Hubungan kebudayaan bisa banyak membawa dua bangsa menjadi lebih dekat. Hal ini sekarang sudah diakui. Ini sebabnya mengapa negara-negara sekarang sibuk memapankan hubungan- hubungan kebudayaan. Mereka menyelenggarakan program-program pertukaran kebudayaan dan membangun pusat-pusat kebudayaan permanen di negara lain. Pusat-pusat kebudayaan ini sekarang telah menjadi alat yang efektif Roy, 1991:13. Dalam buku Diplomasi : Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia Kebudayaan, Tulus Warsito Wahyuni Kartikasari mendefinisikan Diplomasi Kebudayaan sebagai berikut : diplomasi kebudayaan adalah usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri-ciri khas yang utama, misalnya propaganda, dll, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer. Beberapa literatur menyebutnya dengan propaganda Warsito Kartikasari, 2007:4. Diplomasi kebudayaan menunjuk pada kegiatan-kegiatan di bidang budaya yang diintegrasikan ke dalam kebijakan politik luar negeri suatu negara dan pelaksanaannya dikoordinasikan sepenuhnya oleh Departemen Luar Negeri Deplu. IFI yang mendapat dukungan penuh dari kementrian luar negeri Perancis, karna diplomasi kebudayaan juga harus didukung dengan kekuatan dan kewibawaan ekonomi, politik, dan militer. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan pada umumnya efektif dijalankan oleh negara-negara maju seperti Perancis. Seperti penjelasan diplomasi kebudayaan dalam buku Tulus Warsito, pada dasarnya ada dua hal penting dalam diplomasi kebudayaan. Pertama, diplomasi mikro bahwa diplomasi kebudayaan hanya menyangkut pemanfaatan kebudayaan untuk mendukung pelaksanaan politik luar negeri. Kedua, diplomasi makro bahwa pada saat dijelaskan bahwa diplomasi kebudayaan harus melibatkan kekuatan dan kewibawaan politik, ekonomi, dan militer, dan semua itu dimiliki oleh negara maju, maka efektivitas diplomasi kebudayaan dipengaruhi oleh ketidaksetaraan hubungan di antara negara-negara yang terlibat dalam diplomasi kebudayaan itu. Terdapat beberapa tujuan dari diplomasi kebudayaan : 1. Tujuan diplomasi kebudayaan lebih luas dari pada pertukaran kebudayaan, misalnya mengirim utusan keluar negeri untuk meperkenalkan kebudayaan suatu negara ke negara lain. 2. Membangun pengetahuan baru dan kepekaan terhadap negara lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik antara masyarakat dengan bangsanya. 3. Mempengaruhi pendapat masyarakat negara lain guna mendukung suatu kebijakan luar negeri tertentu Soedjatmiko dan Thompson, 1976:406. Kemudian Warsito menjelaskan konsep-konsep diplomasi kebudayaan, dilihat dari bentuk, tujuan dan sarana nya, adalah sebagai berikut : 1. Eksibisi atau pameran merupakan bentuk diplomasi paling konvensional mengingat gaya diplomasi modern adalah diplomasi secara terbuka. 2. Propaganda, merupakan penyebaran informasi mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial ideologis suatu bangsa. 3. Kompetisi, berupa olahraga, kontes kecantikan, ataupun kompetisi ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. 4. Penetrasi, merupakan salah satu bentuk diplomasi yang dilakukan melalui bidang-bidang perdagangan, ideologi, dan militer. 5. Negosiasi, dalam lingkungan budaya negosiasi dilakukan sebelum negosiasi tersebut dilaksanakan, karena lingkungan budaya tersebut akan mempengaruhi cara pengambilan keputusan dalam suatu negosiasi yang akan dilaksanakan. 6. Pertukaran Ahli, merupakan salah satu jenis dari hasil negosiasi. Pertukaran ahli mencakup masalah kerjasama pertukaran budaya secara luas, yakni dari kerjasama beasiswa antar negara, sampai dengan pertukaran ahli dalam bidang tertentu. Sarana diplomasi dibagi menjadi dua, yaitu, infrastruktur yang meliputi Elektronik, audio visual, dan media cetak dan suprastruktur yang meliputi Pariwisata, para militer, pendidikan, kesenian, perdagangan, opini publik, dan olahraga. Sedangkan cara diplomasi kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu secara langsung melalui kesepakatan bilateral, multilateral, konvensi internasional, dan secara tidak langsung, melalui negara ketiga atau melalui lembaga internasional Warsito Kartikasari, 2013 : 21-20. Hubungan antara situasi, bentuk, tujuan, dan sarana diplomasi kebudayaan dapat dijelaskan melalui tabel berikut : Tabel 2.2 Tabel Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi Kebudayaan SITUASI BENTUK TUJUAN SARANA DAMAI -eksibisi -kompetisi -pertukaran missi -negosiasi -konfrensi -pengakuan -hegemoni -persahabatan -penyesuaian -pariwisata -olah raga -pendidikan -perdagangan -kesenian KRISIS -propaganda -pertukaran misi -negosiasi -persuasi -penyesuaian -pengakuan -ancaman -politik -mass media -diplomatik -missi tingkat tinggi -opini publik KONFLIK -terror -penetrasi -pertukaran misi -boikot -negosiasi -ancaman -subversi -persuasi -pengakuan -opini publik -perdagangan -para militer -forum resmi -pihak ketiga PERANG -kompetisi -terror -penetrasi -propaganda -embargo -boikot -blokade -dominasi -hegemoni -ancaman -subversi -pengakuan -penaklukan -militer -para militer -penyelundupan -opini publik -perdagangan -supply barang konsumtiftermasuk senjata Sumber : buku Diplomasi Kebudayaan Warsito Kartikasari, 2013:31 Keterangan : Semakin negatif hubungan antar dua atau lebih negara bangsa, maka semakin banyakintensif bentuk diplomasi kebudayaan yang dipakai. Dan dalam pengertian konvensional, diplomasi kebudayaan dikenal hanya pada waktu damai saja. Kemudian, dijelaskan pula ada dua pendekatan yang dipakai oleh negara- negara berkembang dalam hubunganya terhadap kebudayaan modern dunia, yaitu yang pertama melaui konsep bipolaritas, atau dikotomi global dalam hal ini kebudayaan modern dunia yang digolongkan hanya dalam 2 dua kelompok, yakni maju dan berkembang, atau modern dan tradisional. Bahwa posisi negara yang sedang berkembang berada dibawah negara-negara maju, sehingga terdapat ketergantungan antara negara berkembang terhadap negara maju untuk men sejajarkan posisinya. Yang kedua, pendekatan Spektrum Perkembangan Kebudayaan, menjelaskan bahwa pusat kebudayaan modern di negara yag sedang berkembang sesungguhnya merupakan budaya dari pinggiran yang berpola kepada pusat-pusat budaya modern dunia Warsito Kartikasari, 2007 : 33-35. 40

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian mendeskipsikan tentang objek yang diteliti, sebelum dibahas mengenai hasil penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais dIndonesie IFI tahun 2012-2013, maka terlebih dahulu dijelaskan mengenai diplomasi kebudayaan Perancis dan apa yang dimaksud dengan Institut Francais dIndonesie IFI.

3.1.1 Gambaran Umum Perancis

Perancis dikenal dengan sebutan negeri Mode Dunia. Ibu kota Perancis adalah Paris yang disebut kota cahaya. Perancis juga terkenal sebagai negara mode di dunia dan memiliki salah satu keajaiban dunia yaitu Menara Eiffel yang terletak di Kota Paris. Negara ini juga terkenal di bidang kuliner, anggur, musik, seni, kereta api super cepat TGV, resort-resort sky di Pegunungan Alpen dan pusat pusat wisata lainnya. Sektor pariwisata menyumbangkan devisa yang sangat besar bagi negara ini. Perancis merupakan negara tertua ke tiga di dunia setelah Ethiopia dan San Marino. Di bidang ekonomi, negara ini memiliki tingkat kestabilan ekonomi ke 4 dan kekuatan militernya nomor 6 di dunia. Panorama metropolitan Perancis sangat beragam. Di bagian utara, dan barat terdapat pesisir pantai sedangkan di bagian tenggara terdapat Pegunungan Alpen dan Pegunungan Pirenia di bagian barat daya. Daerah dataran tinggi lainnya adalah Massif Centlal, Pegunungan Jura, Vosges dan Pegunungan Arden. Di daerah pegunungan Alpen Perancis, terdapat Mount Blanc yang merupakan titik tertinggi di Eropa Barat. Sungai-sungai terkenal di Perancis antara lain Sungai Loire, Sungai Rhone, dan Sungai Siene. Perancis dapat dikatakan sebuah negeri dengan panorama, budaya, dan tempat wisata eksotis di dunia Surya, 2009:265.

3.1.1.1 Kebudayaan Dalam Politik Luar Negeri Perancis

Perancis merupakan negara yang tidak dapat terpisahkan dalam perkembangan diplomasi kebudayaannnya. Selain itu keterlibatan pemerintah Perancis yang besar dalam mendukung pelaksanaan diplomasi kebudayaan di negara lain menunjukan kebudayaan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan Perancis untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Di Eropa, Perancis merupakan negara pioner yang melakukan kebudayaan yang menempatkan aktifitas kebudayaan sebagai bentuk promosi negara. Diplomasi kebudayaan yang dilakukan Perancis dengan berbagai macam tujuan. Bagi Perancis salah satu cara melaksanakan politik luar negeri melalui diplomasi kebudayaan. Dan upaya yang dilakukan Perancis adalah dengan mendirikan pusat kebudayaan yang secara umum bertujuan untuk menyebarkan pengaruh kebudayaan dan bahasa Perancis di negara lain http:www.diplomatie.gouv.fr enfrench-foreign-policy-1promoting-francopho ny diakses pada tanggal 11 April 2014 pukul 09:01 WIB. Departement luar negeri Perancis sebagai penanggungjawab utama bagi pemerintah Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaan dan mengatur seluruh kegiatan yang berkaitan melalui Bagian Kerjasama dan Kebudayaan, di bagi menjadi tiga bagian organisasi, yaitu: 1. LAssosiation Francaise dAction Artistique AFFA yang bertugas mempromosikan kebudayaan Perancis dan mengembangkan kerjasama kebudayaan internasional. Mengatur seniman-seniman yang akan terlibat dalam berbagai program yang menyediakan informasi dan jasa. 2. Alliance Francais AF, merupakan organisasi yang bertujuan menyebarkan bahasa dan kebudayaan Perancis melaui Francophoni. AF merupakan organisasi nasional untuk propaganda bahasa perancis di wilayah koloni dan di luar koloni Perancis. Dengan misi utama, mempromosikan bahasa Perancis melalui kursus bahasa Perancis, memperkenalkan kebudayaan Perancis dan kebudayaan setempat melalui berbagai aspek budaya, dan mendukung keragaman budaya dengan mengutamakan nilai-nilai semua budaya yang ada. 3. Centre Culturel Francais CCF, merupakan pusat kebudayaan Perancis yang memiliki tujuan yang sama dengan AF, tapi memiliki perbedaan pada struktur organisasi. Dan dalam menjalankan tujuannya menyebarkan bahasa dan kebudayaan Perancis, ada perbedaan fungsi yang dimiliki oleh AF dan CCF, yaitu CCF memiliki fungsi mengedepankan acara kebudayaan dalam mempromosikan kebudayaan Perancis sedangkan AF mengedepankan pada pengajaran bahasa Perancis http:www.diplomatie.gouv.fr diakses pada tanggal 11 April 2014 pukul 09:10 WIB. Tiga bagian organisasi yang disebutkan di atas menjalankan fungsinya sesuai dengan kebijakan dari kedutaan besar Perancis di masing-masing negara yang membawahinya. Di Indonesia, CCF telah digantikan menjadi IFI sebagai lembaga resmi pemerintah Perancis dengan peningkatan kinerjanya yang bukan hanya mengedepankan kegiatan kebudayaan tetapi promosi di bidang pendidikan dengan membawahi Campus France dan lembaga-lembaga riset Perancis. IFI dan AF di Indonesia disebarkan di daerah yang berbeda untuk memberikan pengaruh yang merata. Keterkaitan CCF dan AF dapat dijelaskan dalam bagan sebagai berikut : Data diolah oleh peneliti Gambar 3.1 Bagan Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perancis di Indonesia

3.1.1.2 Diplomasi Kebudayaan Perancis

Perubahan yang terjadi di dunia yang diakibatkan antara lain oleh perang dunia memberikan dampak bagi suatu negara salah satunya terjadi di negara- negara Eropa. Perang yang terjadi membuat hubungan antar negara menjadi menegang yang kemudian menimbulkan diplomasi kebudayaan berkembang di Eropa. Perancis sebagai salah satu negara di Eropa merupakan negara yang memimpin dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Melihat sejarah perkembangan diplomasi kebudayaan Perancis, sudah dilakukan sejak abad 17 dan 18. Pada awalnya bukan negara yang melakukannya melainkan individu terutama umat Kristen Perancis yang membawa bahasa dan cara pandang mereka menuju negara lain. Para filsuf Perancis seperti Rabelais, Descartes, Voltaire, dan Diderot melakukan perjalanan ke luar Perancis. Mereka memulai penyebaran bahasa Perancis dan arah pandang mereka di berbagai negara. Kemudian bahasa Perancis mulai diterima di negara lain Oktaviati, 2011:26. Dalam sejarah perkembangan diplomasi kebudayaan di Perancis, abad 18 dan 19 merupakan titik acuan Perancis dalam melakukan penetrasi di negara lain melalui diplomasi kebudayaan. Dan selama abad tersebut Perancis banyak melakukan kegiatan yang didasari oleh penyebaran bahasa Perancis. Penyebaran tersebut dilakukan oleh misioner katholik Perancis yang juga menyebarkan agama, pendidikan, kegiatan amal dari negara terdekat hingga timur jauh. Pada saat itu konsep diplomasi kebudayaan yang dilakukan melalui cara pandang, persepsi negara, tindakan yang dilakukan, cara berkomunikasi, dan cara penyebaran yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan melalui kebjakan linguistik, kebijakan hak azasi manusia, dan segala bentuk revolusi Roy, 1991:68. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan peyebaran kebudayaan dilakukan dengan melaksanakan operasi kebudayaan yang diatur oleh Department Luar Negeri Perancis. Operasi tersebut dilakukan oleh Department Kebudayaan pada awal abad 20an, terdiri dari empat kategori yaitu sekolah dan universitas, kesusatraan dan seni, pariwisata, olah raga, dan film serta berbagai ragam karya seni. Selain itu juga, pemberian dana oleh Department Luar Negeri Perancis dilakukan untuk memperkuat lembaga yang mengatur pendidikan dan pekerja luar negeri dengan memberikan dana sebanyak 17 juta Franc per tahunnya yang telah dimulai pada tahun 1920. Pemerintah Perancis secara berkelanjutan melakukan operasi kebudayaan tersebut. Di tahun 1938 sebelum pecahnya perang dunia kedua, dana yang diberikan untuk operasi kebudaaan tersebut mencapai 70 juta Franc. Dengan dana tersebut institusi dan sekolah yang berada di luar Perancis melakukan berbagai program yaitu pengiriman guru-guru Perancis ke berbagai negara, melakukan pameran seni, konser musik, dan film yang melibatkan organisasi non pemerintah Oktaviati, 2011:28. Pecahnya perang dunia kedua membuat keadaan Perancis menurun, baik secara politik dan ekonomi Perancis. Keadaan tersebut juga mempengaruhi Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Namun pemerintah Perancis melihat bahwa membangun kembali perekonomian dan meningkatkan kembali pengaruh positif Perancis dapat dilakukan dengan cara mengembalikan citra positif Perancis di dunia. Oleh karena itu Perancis masih tetap giat dalam melakukan diplomasi kebudayaan Anthony, 1974 : 35. Usaha yang dilakukan Perancis dalam membangun kembali kerjasama dengan negara lain dalam upaya mengembalikan citra positif Perancis di dunia, pada akhir perang dunia ke dua hingga tahun 1960an pemerintah Perancis melakukan restrukturisasi di Department Luar Negeri. Restukturisasi tersebut dilakukan dengan cara perluasan infrastuktur, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berkut : Tabel 3.1 Perluasan Infrastruktur Pada Departemen Luar Negeri Perancis Tahun 1945-1969 Tahun Perluasan Infrastruktur 1945 Pembentukan Direction generale des relation culturelles Direksi Umum Urusan Hubungan Kebudayaan 1946 Kerjasama dibawah pimpinan Department Pendidikan dan Kesenian 1947 Kerjasama dengan UNESCO dan organisasi internasional lainnya di bidang kebudayaan 1948 Kerjasama dengan Service dinformation et de press aletranger Pelayanan Informasi dan Pers Luar Negeri. 1954-1956 Melakukan kegiatan kebudayaan di Maroko, Tunisia, dan negara-negara Indocina. 1956 Pembentuka Direction general des affaires culturelles et Techniques Direksi Umum Urusan Kebudayaan dan Teknik 1969 Pembentukan Department of Science Affairs, yang kemudian membentuk Direction generale des relation culturelles, scientifiques et technique direksi umum yang menangani hubungan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknik. Sumber : Jurnal Cultural Diplomacy in Europe Anthony, 1974 : 73-74 Diplomasi kebudayaan Perancis memang sudah sejak lama dilakukan oleh Perancis di Indonesia. Bahasa Perancis di masa silam adalah bahasa resmi Nusantara semasa Hindia-Belanda ketika Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels 1808-1811 dan kemudian Jan Willem Janssens 1811 menjadi Gubernur Jenderal. Penaklukan Pulau Jawa selama bulan Agustus dan September 1811 oleh pasukan Inggris mengakhiri status bahasa Perancis sebagai bahasa resmi walaupun sang pemenang perang, Lord Minto yang dulu menjabat sebagai Gubernur Jenderal British India kini, India, Bangladesh, dan Pakistan, menguasai bahasa Perancis dengan sempurna. Waktu Hindia-Belanda dikembalikan ke bawah kekuasaan negeri Belanda 1815, banyak sekolah yang di bangun seperti HBS Hoogree Burgrschool dan AMS Algemeene Middelbare School. Sekolah ini pada permulaan didirikan khusus untuk murid Belanda, kemudian dengan adanya kebijaksanaan etis 1910 disediakan juga kepada murid-murid Indo, Tionghoa, dan Indonesia. Seperti di negeri Belanda zaman itu. Bahasa Perancis dipilih sebagai bahasa asing kedua atau yang ketiga sesudah bahasa Inggris dan Jerman. Situasi ini berlangsung sampai tahun 1942 ketika pasukan Jepang menyerbu Hindia-Belanda. Kemudian di tengah-tengah murid Indonesia yang diperbolehkan masuk ke sekolah tersebut, beberapa diantarnya memilih Bahasa Perancis, diakui seperti bahasa diplomasi dan dianggap sebagai bahasa internasional yang kedua di banyak organisasi. Sesudah perang Dunia kedua, bahasa yang dipakai oleh pemenang peran, yakni Amerika Serikat dan kerajaan Inggris menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa bisnis dan bahasa nomor 1 untuk hubungan internasional. Termasuk di Asia Tenggara. Akhirnya, Pemerintah Republik Indonesia memutuskan bahwa bahasa Inggris menjadi bahasa asing pertama dan dipelajari di pendidikan dasar di sekolah dasar dan sekolah menengah. Kalau dibandingkan, bahasa Perancis tidak begitu dipakai walaupun bahasa ini mempunyai aset komunikasi dan pendidikan yang kuat, jaringan pusat pendidikan cukup luas, dinas resmi seperti Kedutaan perancis yang dinamis, saluran TV internasional dan terutama ribuan siswa-siswi indonesia yang telah belajar di Perancis Rocher Santosa, 2013 : 206.

3.1.2 Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia

Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-empat terbesar di dunia, merupakan mitra penting negara Perancis, ditinjau dari kedudukannya baik di tingkat regional maupun dari peranannya di percaturan internasional. Hubungan persahabatan dan kerjasama yang erat antara Perancis dan Indonesia terjalin sejak lama. Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Perancis dalam bidang pendidikan dan kebudayaan sudah dimulai sejak penandatanganan Agreement on Cultural and Technical Cooperation pada tanggal 20 September 1969 melalui ratifikasi Keppres No.29 Tahun 1970 Tgl 14-04-1970 LN No.25 http:www.deplu.go.id Daftar Perjanjian Internasionalfrance.htm di akses tanggal 25 Maret 2014 pukul 19 : 43 WIB. Kemudian Perancis dan Indonesia menandai 60 tahun hubungan bilateralnya dengan penandatanganan Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011 salah satunya dalam bidang Kerjasama Pendidikan, Kebudayaan dan Kerjasama antar Masyarakat. Kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama guna memastikan bahwa Kemitraan Strategis menghasilkan hasil yang nyata dan terus diperkuat di masa mendatang. Kemudian deklarasi kemitraan strategis tersebut dipertegas lagi dengan adanya kesepakatan bilateral dalam Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Perancis tentang Kerjasama di Bidang Pendidikan Tinggi yang juga ditandatangani pada tangga 1 Juli 2011 http: www.ambafrance-id.orgKesepakatan-bilateral diakses pada tanggal 12 Januari 2014 pukul 17:55 WIB.

3.1.2.1 Perkembangan Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia

Pada tahun 2005 Xavier Darcos, Menteri urusan Kerjasama, kemudian Pembangunan dan Frankofoni, Renaud Muselier, Menteri Muda Luar Negeri, dan François Loos, Menteri urusan perdangangan luar negeri Perancis, melawat ke Indonesia, hubungan bilateral kedua negara semakin dipererat pada tahun 2007, dengan kunjungan Rama Yade, Menteri Muda Luar Negeri dan Hak Asasi Manusia ke Jakarta, dan terjalinnya kembali konsultasi politik bilateral tahunan yang diikuti oleh para pejabat dari lingkungan Kementerian Luar Negeri. Tahun 2011 merupakan tahun yang sangat penting bagi hubungan bilateral kedua negara, ketika Indonesia memimpin Organisasi Negara-Negara Asia Tenggara ASEAN sementara Perancis memimpin Forum G-20, dimana Indonesia merupakan satu- satunya negara Asia Tenggara yang memiliki perwakilannya di sana. Selain bertemu di sela-sela pertemuan internasional pada tahun 2008 dalam KTT G8 di Jepang dan KTT ASEM di Peking, dan pada bulan Januari 2011 di Davos, kedua kepala negara sempat saling bertukar pikiran secara mendalam pada kesempatan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Paris, tanggal 14 Desember 2009. Pernyataan bersama yang dikeluarkan seusai pertemuan tersebut menggarisbawahi keinginan bersama untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi kemitraan strategis dan memperdalam kerjasama kedua negara di segala bidang, yakni di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, akademik dan ilmiah, dan juga bekerja sama untuk menjawab berbagai tantangan besar di tingkat internasional. Kunjungan Perdana Menteri Perancis, François Fillon, dari tanggal 30 Juni s.d. 2 Juli 2011, telah memungkinkan peluncuran kemitraan strategis antara Perancis dan Indonesia, yang langsung terealisasi melalui penandatanganan sejumlah kesepakatan di bidang energi dan sumber daya mineral, pariwisata, museum, akademik dan perhubungan angkutan udara dan kereta api. Di bidang kerjasama, kebijakan kami di Indonesia difokuskan pada dua poros utama : a. Kerjasama akademis dan ilmiah. Dengan kehadiran Campus France Jakarta, berbagai kegiatan dilakukan guna menarik minat mahasiswa Indonesia pada pendidikan tinggi Perancis. Kedutaan Besar Perancis dan Kementerian Pendidikan Indonesia menyelenggarakan program beasiswa master ganda dan program studi doktor untuk seratus orang Indonesia. Selain itu, kerjasama ilmiah bersandar pada dukungan sejumlah lembaga penelitian Perancis yang ada di Indonesia CIRAD, IRD, EFEO, IRASEC, terutama yang terkait dengan bidang perlindungan Barang Publik Global, dan dilanjutkannya kemitraan Hubert Curien program Nusantara yang dimulai pada tahun 2008. b. Kerjasama kebudayaan dalam arti luas, yang bertumpu pada jaringan pusat kebudayaan Perancis yaitu Institut Francais d’Indonesie IFI yang berada di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan pada Alliances Françaises yang membuka perwakilannya di Bali, Balikpapan, Medan dan Semarang. Puncak kerja sama ini adalah Festival Budaya Printemps français dan Festival Film Perancis. Kerjasama kami juga bertujuan untuk mengembangkan pengajaran bahasa Perancis tercatat ada 50 ribu siswa, 10 jurusan Bahasa Perancis di berbagai universitas, diskusi, dan pertukaran intelektual melalui seminar berkala tentang perkembangan Islam kontemporer, ekonomi global atau hubungan internasional http:www.ambafrance-id.orgHubungan-Perancis- dan-Indonesia di akses pada tanggal 10 April 2014 pukul 08:05 WIB. Di samping itu, hubungan Perancis dengan Indonesia merupakan bagian dari kebijakan luar negeri Perancis yang lebih besar di Asia dan Asia Tenggara. Perancis memberikan perhatian khusus kepada ASEAN, yang merupakan aktor penting dalam arsitektur kawasan. Terbukti dengan masuknya Perancis dalam TAC sejak tahun 2007 dan akreditasi Duta Besar Perancis di Jakarta menjadi Duta Besar Perancis di Sekretariat ASEAN pada tahun 2009 http:www.ambafrance- id.org di akses pada tanggal 10 April 2014 pukul 08:05 WIB. 3.1.2.2 Kepentingan Nasional Perancis di Indonesia Melalui Kerjasama Bilateral Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Globalisasi memunculkan adanya interaksi antara Perancis dan Indonesia sehingga sebuah perjanjian bilateral dapat terlaksana. Munculnya persaingan antar negara-negara di Eropa untuk mendapatkan mahasiswa asing menjadi faktor yang mendorong Perancis melakukan kerjsama bilateral dengan Indonesia khususnya di bidang pendidikan. Pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia yang cukup pesat saat ini sehingga kebutuhan SDM yang berkualitas meningkat pula di Indonesia, dan juga kemajuan teknologi yang dimiliki oleh Perancis. Berdasrkan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua negara, pada dasarnya bersifat timbal balik. Kedua negara berharap mendapatkan manfaat dari persetujuan tersebut. Perjanjian dimulai ketika Atase Pendidikan Tinggi Perancis untuk Indonesia mengadakan pertemuan dengan pihak Universitas Indonesia dalam pembicaraan untuk memperbanyak dosen Indonesia yang menempuh pendidikan tinggi di Perancis. Kesepakatan yang awalnya diungkapkan pada tahun 2009 kemudian di formalkan pada tanggal 1 Juli 2011 dalam Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia. Faktor yang dimiliki Perancis adalah kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu Perancis menjanjikan mutu dan kualitas pendidikan bertaraf internasional dengan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Hal tersebut yang menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam menjalin kerjasama dengan Perancis. Di sisi lain, Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, memiliki sumber daya manusia yang banyak seingga bisa memberikan keuntungan bagi Perancis apabila sebagian besar dari sumber daya manusia tersebut memilih Perancis sebagai tujuan studi mereka, maka hal tersebut akan membantu menjalankan roda perekonomian negara Perancis dengan masuknya devisa dari pelajar Indonesia yang belajar di Perancis http:www.diplomatie. gouv.frenfrancestudying-in-francereceiving-foreign-studentsinpromoting-stud ent-mobility diakses pada 15 April 2012 pukul 13.04 WIB. Sementara itu pihak pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian dan Kebudayaan memiliki keinginan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di segala bidang, khususnya mutu pendidikan, menurut pihak Kemdikbud, tidak cukup hanya menempuh jalur pendidikan S1, tetapi bagi setaraf dosen harus studi lanjut S2 sampai S3 di negara maju seperti Perancis. Selain itu juga dikarenakan adanya kesepakatan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan perguruan tinggi di Perancis tentang persyaratan studi, skema studi, dan pengakuan kesetaraan Junita, 2012:83. Perancis dalam melakukan perjanjian dengan Indonesia dalam bidang pendidikan tinggi tentunya sudah memikirkan apa saja yang didapat apabila melaksanakan perjanjian ini. Tentunya Perancis memiliki kepentingan sendiri saat melakukan kerjasama pendidikan tinggi dengan Indonesia. Perancis menggunakan unsur kebudayaan sebagai soft power untuk mencapai kepentingan nasionalnya dalam bidang pendidikan. Perancis mengharapkan bahwa kedepannya banyak alumni Indonesia yang menuntut ilmu dari Perancis yang bisa berbagi pengalaman tentang studi di Perancis kepada khalayak umum dan tentunya hal tersebut akan membantu industri-industri Perancis yang ada di Indonesia dalam merekrut karyawan yang memiliki pengetahuan bahasa dan budaya Perancis. Sehingga pada akhirnya hal ini akan menguntungkan pihak Perancis sendiri. Selain itu, melalui kerjasama pendidikan, Perancis dimudahkan untuk mengadakan riset maupun penelitian di Indonesia. Oleh karena itu keuntungan bagi Perancis sendiri dengan diadakannya kerjasama dalam bidang pendidikan ini. Sesuai dengan yang telah tertulis dalam persetujuan antara Perancis dan Indonesia melalui Deklarasi Kemitraan Strategis, bahwa kerjasama tersebut bertujuan untuk memajukan kerjasama di bidang pendidikan berdasarkan prinsip timbal-balik, untuk memberikan kesempatan memperoleh pengalaman global, dalam rangka memajukan pengetahuan dan pengembangan intelektual. Kerjasama pendidikan tinggi kedua negara ini bukan hanya demi kepentingan pengembangan ilmu dan penelitian, namu juga untuk saling memahami kebudayaan dan cara berfikir masing-masing bangsa. Untuk masa yang akan datang, kerjasama pendidikan tinggi tidak hanya untuk mahasiswa dari Indonesia yang akan belajar ke Perancis. Namun lebih bersifat timbal balik dimana mahasiswa Perancis juga dapat belajar di Indonesia http:2011.web.dikti.go.idindex.php?option=com_contentview =articleid =1988:informasi-danpelaporancatid=143:berita-harian diakses pada 15 April 2014 pukul 19.25 WIB. Hal lain yang menjadi kepentingan Perancis dalam kerjasama ini yaitu adalah krisis yang saat ini melanda benua Eropa. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan APBN yang cukup besar -20- dalam bidang pendidikan membuat Perancis melihat bahwa ini salah satu kesempatan untuk mendapatkan sumber devisa melalui mahasiswa Indonesia yang belajar disana. Dengan masuknya mahasiswa Indonesia, semua yang dibelanjakan oleh mahasiswa Indonesia, biaya hidupnya, keperluan selama Perancis itu akan menjadi sumber pendapatan devisa bagi Perancis. Hal itu pula yang membuat negara-negara di Eropa saling bersaing untuk mendapatkan mahasiswa asing, karena secara tidak langsung, itu akan membantu perekonomian mereka yang saat ini sedang terkena imbas dari krisis yang bermula dari krisis Yunani sejak 2008 silam. Hal lain yang juga menjadi salah satu kepentingan nasional yang ingin diraih oleh Perancis adalah, Perancis berharap seluruh mahasiswa-mahasiswa yang telah menuntut pendidikan di Perancis dan kembali ke Indonesia bisa menjadi salah satu atau mungkin beberapa orang yang berperan penting di dalam pemerintahan Indonesia dan dapat membantu Perancis untuk menanamkan pengaruhnya di pemerintahan Indonesia. Perancis yang merupakan salah satu sekutu Amerika Serikat yang menjunjung tinggi pentingnya demokrasi memandang sangat penting jika orang-orang berpengaruh dalam pemerintahan Indonesia memiliki ikatan dengan Perancis, misalnya karena mereka adalah alumni Perguruan Tinggi Perancis sehingga mereka tentunya akan lebih mau bekerjasama, berkooperasi dengan pemerintah Perancis. Bagi Perancis, kedudukan Indonesia dianggap penting karena Indonesia merupakan target country atau negara kunci yang suaranya berpengaruh di kawasan ASEAN. Sementara itu berkat reformasi yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara paling demokratis dunia, Perancis memandang perlu untuk lebih meningkatkan kerjasama kemitraan dengan Indonesia http:www.kemlu. go.idpagesifpdisplay. aspx di akses pada tanggal 15 April 2014 pukul 08:08 WIB.

3.1.3 Institut Francais

Institut Français adalah organisasi non profit yang didirkan pemerintah republik Perancis untuk menggantikan CCF, dimulai oleh Departemen Luar Negeri untuk mempromosikan budaya Perancis di seluruh dunia, menggantikan proyek Cultures France pada tahun 2011 dengan perluasan lingkup pekerjaan dan peningkatan sumber daya Keputusan No 2010-1695 dari 30 Desember 2010 sebagai respon hukum yang berkaitan dengan ruang lingkup eksternal dari Negara diadopsi pada 12 Juli 2010. Institut Francais termasuk etablissement public a caractere industriel et commercial EPIC yaitu kategori dari lembaga publik di Perancis yang meliputi antara lain beberapa institut penelitian dan operator infrastruktur. Pada 2010, Parlemen Perancis membuat asosiasi mengalihkan tugas yang diembannya dari Kementerian Luar Negeri Perancis menjadi korporasi publik EPIC yang disebut Institut Francais. Kegiatan budaya eksternal mewakili Perancis setiap tahunnya dengan 50.000 acara budaya dengan 5.000 seniman. Pada awalnya, peralihan nama dari CCF kepada Institut Francais ditetapkan oleh Undang-Undang 12 Juli 2010 : Cultures France menjadi The French Institute. Tetapi pada akhir presentasi kepada pers, Menteri Kebudayaan, Frédéric Mitterrand, membahas masalah nyata reorganisasi ini di bawah payung Departemen Luar Negeri dan Budaya. Mr Mitterrand mengakui bahwa pusat kebudayaan Perancis bukan lagi seperti hegemoni Amerika. Kemudian, Direksi dari Institute Francais , yang dipimpin oleh mantan Menteri Xavier Darcos, Departemen Kebudayaan akan memiliki lebih banyak anggota. Sampai saat ini, departemen hampir tidak ada otoritas hukum pada kebijakan budaya di luar Perancis. Cultures France adalah sebuah asosiasi yang diatur oleh hukum 1901 dan Alliance Francais adalah asosiasi swasta hukum setempat. Sedangkan Institute Francais akan bertindak sebagai sifat industri dan komersial umum EPIC, sebagai lembaga pemerintah yang sifatnya publik oleh hukum 1901 http:www.rfi.frafrique20100721-culturesfrance-devient-institut-fran cais- culture-s-elargit di akses pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 21:05 WIB. Secara historis lembaga Perancis yang didirikan pada paruh pertama abad ke-20 yang berkomitmen untuk lembaga akademis , sedangkan pusat kebudayaan Perancis, dibuat kemudian di paruh kedua abad ke-20 atau awal abad ke-21 diciptakan oleh pemerintah Perancis. Perbedaan ini tidak ada lagi dan pusat kebudayaan sekarang mengadopsi nama Institut Français. Kemudian lembaga Perancis dan pusat-pusat kebudayaan Perancis adalah lembaga yang terletak di luar Perancis di bawah Departemen Luar Negeri dan ditugaskan mempromosikan kerjasama audiovisual intelektual dan budaya antara profesional, untuk menyajikan seni kontemporer Perancis dan Francophone untuk semua masyarakat, untuk mempromosikan pendidikan tinggi Perancis ke mahasiswa asing dan guru dan menawarkan rangkaian lengkap pengajaran bahasa Perancis Rocher Santosa, 2013 : 208.

3.1.3.1 Pendanaan Institut Francais

Pergantian nama dari CCF menjadi Institut Francais ditujukan untuk meningkatkan kinerja dalam memperkenalkan budaya dan juga bahasa Perancis, kemudian pemerintah Perancis memberikan tambahan 100 juta euro untuk tujuan utama yang harus dilaksanakan oleh Institut Francais, status EPIC akan membuat lebih mudah untuk meningkatkan pendanaan swasta dan Institut Francais menerima tambahan anggaran sebesar €100 juta selama lima tahun, yang diperoleh oleh Menteri Luar Negeri. Sebagai tmbal baliknya, Institut Francais harus menjanjikan aksi budaya yang lebih luas. Untuk mencapai tujuan utama antara lain: 1. Meningkatkan pangsa ditempati oleh produksi Perancis dan adegan seni di pasar untuk industri budaya di luar negeri. 2. Memperkuat kehadiran Perancis di lanskap media global. 3. Mempromosikan keragaman budaya, terutama untuk kepentingan negara- negara berkembang. 4. Menyebarkan bahasa Perancis. Menteri Luar Negeri itu sangat bangga tentang pentingnya internasional Institut Francais yang baru, anggaran budaya yang dikeluarkan pemerintah Perancis adalah €350 juta. Ini jauh lebih banyak daripada Spanyol dengan Cervantes Institute nya dan Goethe Institut yang dimiliki Jerman. Namun lebih sedikit dari British Council milik Inggris. Pendanaan yang diberikan ke setiap negara ini tergantung kepada status perkonomian dimana Institut Francais tersebut berada dan kemampuannya dalam membiayai kebutuhan lokal. Institute Francais menyediakan untuk pembentukan dua lembaga publik baru, France keahlian internasional, yang meriputi pusat lembaga research dan Campus France untuk pelajar http:www.rfi.frafrique20100721-culturesfrance-devient- institut-fran cais-culture-s-elargit di akses pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 21:05 WIB. Institut Français biasanya dimiliki oleh kedutaan besar Perancis di mana mereka bergantung, status otonom secara finansial. Hal ini juga memberikan direktur status otorisasi yang bertanggung jawab atas anggaran yang ditujukan untuk pembentukan dan dana cadangan tidak terbatas pada tahun yang memungkinkan penciptaan program multi-tahun. Mereka dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pendapatan mereka sendiri dibesarkan dengan mengajarkan bahasa Perancis sebagai bahasa asing dan sponsor. Lembaga penelitian Perancis di luar negeri dan pusat kebudayaan Perancis adalah tuas penting bagi pengembangan kerjasama antara profesional jaringan budaya dan pendidikan serta untuk promosi keanekaragaman budaya dan bahasa http:www.institutfrancais. com di akses pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 21:14 WIB. Di Indonesia sendiri, Perancis menganggap bahwa Indonesia memiliki tingkat perekonomian yang berkembang pesat, sehingga berpengaruh terhadap aliran pendanaan yang diberikan oleh pemerintah Perancis kepada IFI Wawancara Staff Pendidikan Institut Francais dIndonesie IFI.

3.1.3.2 Institut Francais dIndonesie IFI

Institut Francais dIndonesie IFI, hasil penggabungan Bagian Kerja Sama dan Kebudayaan Kedutaan Besar Perancis dan pusat-pusat kebudayaan Perancis CCF di Indonesia, merupakan badan yang melaksanakan seluruh aksi kerja sama budaya antara Perancis dan Indonesia. Institut Francais d’Indonesie IFI adalah sebuah lembaga yang dibentuk untuk mepererat hubungan negara Indonesia dengan Perancis terutama bidang pendidikan, konsuler, dan kebudayaan. IFI bertugas mempromosikan bahasa dan budaya Perancis di Indonesia. IFI menjalankan kebijakan eksternal kebahasaan melalui promosi budaya, penelitian ilmiah dan kerjasama di bidang pendidikan dari Kedubes Perancis di lapangan melalui penawaran kursus bahasa Perancis, penyelenggaraan berbagai persitiwa budaya bersama mitranya dari Indonesia seperti pertunjukkan seni, pameran atau konferensi http:www.indonesie.campusfrance.orgidsite di akses pada tanggal 12 Maret 2014 pukul 20:51 WIB. Perubahan kebijakan politik kebudayaan Perancis di luar negeri ini dilakukan agar jaringan kebudayaan Perancis di seluruh dunia bergandengan dengan Alliance Française. Berjalan dalam sistem yang menarik, lebih terlihat dan bernaung di bawah naungan yang sama. Institut Français memiliki otonomi finansial agar pengelolaan bidang-bidang yang dibawahinya kebudayaan, linguistik dan universitas dapat berjalan dengan fleksibilitas yang maksimal. IFI melalui kerjasama kebudayaan, pendidikan, dan penelitianilmiah dari kedutaan besar Perancis di Indonesia merupakan barisan terdepan yang menjembatani kerjasama dalam ketiga bidang tersebut. IFI mendukung dan mengukuhkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga penelitian utama Perancis yang aktif di Indonesia, seperti Pusat Penelitian Pertanian untuk Pembangunan, Centre International de Recherche en Agronomie pour le Développement CIRAD, Lembaga Perancis untuk Kajian Asia, l’Ecole Française d’Extrême Orient EFEO, Pusat Penelitian untuk Pembangunan, l’Institut de Recherche pour le Développement IRD, Museum Sejarah dan Alam Perancis, le Museum National d’Histoire Naturelle MNHN, Pusat penelitian Asia tenggara Kontemporer, l’Institut de Recherche sur l’Asie du Sud-Est Contemporain IRASEC, dan berbagai universitas. Seluruh institusi tersebut menggabungkan penelitian dengan studi tingkat doktor. IFI juga bekerjasama erat dengan lembaga-lembaga Perancis lainnya yang saat ini sedang mengembangkan proyek-proyek di Indonesia. Seperti Komisariat Energi Atom, Le Commissariat à l’Energie Atomique CEA membidangi manajemen resiko, Badan Penelitian Geologi dan Pertambangan, le Bureau des Recherches Géologiques et Minières BRMG mengembangkan program panas bumi, sedangkan Pusat Penelitian Ilmiah Perancis, le Centre National de la Recherche Scientifique CNRS menyelenggarakan beberapa misi di Indonesia dengan tema penelitian yang beragam. Bagi Perancis, Penelitian merupakan faktor primodial inovasi. Riset adalah satu keharusan bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat modern. Oleh karena itu, suatu keuntungan tersendiri bagi Perancis dengan diadakannya kerjasama dalam bidang pendidikan tinggi. http:www.ambafrance-id.org Penelitian-Ilmiah-Perancis diakses pada tanggal 10 April 2014 pukul 10:11 WIB.

3.1.3.3 Sejarah Institut Francais dIndonesie IFI

Kehadiran pusat kebudayaan Perancis di Indonesia berawal dari keinginan beberapa orang yang menyukai Bahasa Perancis dan anggotanya adalah Gondosubagyo, Ali Basyah,dll untuk membentuk suatu kelompok “Penyuka Bahasa Perancis”. Kelompok ini mendapat dukungan dari Jeanne Cuisinier, wanita Perancis, yang memberikan buku-buku, majalah dalam bahasa Perancis untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran. Kelompok ini mendapat dukungan dari Claude Guillot, dosen natif di Universitas Gadjah Mada. Agar dapat menyelenggarakan dan mewujudkan semua aktivitasnya, pada 1975 secara resmi dibentuklah LIP Lembaga Indonesia-Perancis. Kegiatan yang dijalankan LIP mendapat perhatian dari Kedutaan Perancis di Jakarta, yang mengirimkan Joseph Klein sebagai wakil yang berada di strukturalnya. Pada 1985 LIP berstatus sebagai CCF. Pada tahun 1986 Centre Culturel Francais CCF secara resmi didirikan sebagai Pusat Kebudayaan perancis di Indonesia. Pada tahun 1991, Alliance Francaise yang juga merupakan pusat kebudayaan Perancis dan CCF membuat sebuah persetujuan bahwa kerjasama di bidang pengajaran untuk menyelenggarakan kursus bahasa Perancis untuk umum dibawah tanggung jawab AF, sedangkan kegiatan budaya dan mediatek berada dibawah tanggung jawab CCF. Kemudian, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012, Centre Culturel Francais CCF berganti nama menjadi Institut Français d’Indonésie IFI. Perubahan nama ini untuk merubah struktur organisasi pusat kebudayaan Perancis di Indonesia sehingga saat ini seluruh kegiatan kerjasama di bidang pengajaran untuk menyelenggarakan kursus bahasa Perancis untuk umum dan kegiatan budaya serta mediatek secara keseluruhan berada dibawah tanggung jawab IFI. Sehingga dengan perubahan nama dari CCF menjadi IFI masyarakat tidak terfokus bahwa pusat kebudayaan Perancis hanya menangani hal-hal tentang kebudayaan saja tetapi dengan IFI kepentingan Perancis untuk menyebarkan pengaruh budaya dan bahasanya dilakukan melalui jalur pendidikan. Perubahan nama tersebut juga dikarenakan oleh proses penyeragaman nama seluruh lembaga milik Perancis di dunia yang berpusat pada Institut Francais. Terdapat 96 Institut Francais yang tersebar di seluruh belahan dunia dengan menyediakan perpustakaan buku-buku berbahasa Perancis, menawarkan kursus bahasa Perancis, serta menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya untuk komunitas pecinta Perancis di negara IF tersebut berada Dokumen Institut Francais dIndonesia.

3.1.3.4 Fungsi dan Tujuan Institut Francais dIndonesie IFI di Indonesia

Memiliki tugas yang sejalan dengan tugas Bagian Kerjasama dan Kebudayaan Kedutaan Besar Perancis, yaitu untuk mempromosikan budaya, keilmuan dan teknologi Perancis, memperkokoh kehadiran Perancis dalam semua bidang dan melaksanakan program kerjasama dan keahlian sesuai dengan permintaan yang diajukan oleh mitranya dari Indonesia. IFI bertugas membantu kelancaraan tugas dan wewenang Kedutaan Besar Perancis dan Kementrian Luar Negeri Perancis di Indonesia. Dengan program dan tujuan spesifik sebagai berikut: 1. Pengajaran bahasa Perancis, meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan dengan cara menyelenggarakan kursus bahasa perancis secara periodik dan terbuka untuk umum. Kursus bahasa Perancis di Institut Français d’Indonésie IFI ada 6 tingkatan yaitu Elémentaire 1, Elémentaire 2, Intermédiaire 1, Intermédiaire 2, Avancé 1, Avancé 2. Terdapat beberapa jenis kursus : a. Kursus regular b. Kursus intensif c. Kursus spesialisasi, kelas khusus seperti conversation, pariwisata, seni,dll. d. Kursus anak-anak e. Kursus privat 2. Pengenalan budaya Perancis dengan konsep keragaman budaya menjadi tempat bagi penyelenggaraan kebudayaan Perancis. Memperkenalkan kepada masyarakat Indonesia dengan cara penyelenggaraan kesenian, kebudayaan, pameran, dan pemutaran film. Kegiatan dengan para seniman atau paraprofesional dari Indonesia dan dari Perancis dalam program-program yang menyimbolkan Perancis : Musim Semi Penyair, Pekan Francophoni, Hari Eropa, Bulan Foto, dan Musim Semi Perancis. Lebih sering diselenggarakan melalui kerja sama dengan IFI dari Jakarta, Bandung, Surabaya dan Alliances Françaises Balikpapan dan Denpasar. Program mercusuar yang menggambarkan kerja jaringan dispositif pusat kebudayaan Perancis di Indonesia adalah Musim Semi Perancis, yang berlangsung sepanjang bulan meijuni sejak lima tahun terakhir. Mengadakan pemutaran film Perancis dan juga Festival Film Eropa. Setiap bulan mengadakan pameran foto, lukisan atau karya seni lainnya. Ada juga pertunjukan teater, tarian, dan konser musik baik dengan seniman lokal maupun internasional. 3. Berperan aktif dalam diskusi intelektual mengadakan diskusi kebudayaan, workshop serta seminar yang menghadirkan pakar dan pembicara, kaum intelektual atau ilmuwan yang kompeten dari Perancis dengan menjalin kerja sama dengan para pelaku dan organisasi lokal di bidang perguruan tinggi, budaya, seni, sosial, ilmiah, teknologi fasilitas. Selain hal-hal di atas IFI juga menyelenggarakan beberapa kegiatan dan menjadi satu-satunya tempat untuk: 1. Ujian bahasa Perancis DELF DELF Diplôme détudes en Langue Française adalah ijazah kemampuan berbahasa Perancis yang dikeluarkan Pemerintah Perancis. Ujiannya diadakan 2 kali bulan Juni dan November selama setahun. Yang lulus akan mendapat ijasah yang diakui oleh sekolah atau universitas- universitas di Perancis, bahkan di seluruh dunia, dan berlaku seumur hidup. 2. Bidang konselor Kegiatan bidang konselor yang dilakukan IFI adalah sebagai berikut : a. Membantu pengurusan Visa Perancis untuk masyarakat Indonesia b. Melayani pendaftaran warga Perancis yang berdomisili di Indonesia c. Membantu proses legalisasi dokumen-dokumen penting yang berhubungan dengan Kedutaan Besar Perancis Dokumen Institut Francais dIndonesia.

3.3.1.5 Struktur Organisasi Institut Francais dIndonesie IFI

Institut Français diketuai oleh Xavier Darcos yang dibantu oleh Sylviane Tarsot-Gillery sebagai Deputy General manager, dan Peter Colliot sebagai Sekretaris Jenderal. Di Indonesia Institut Francais dIndonesie IFI memiliki struktur organisasi sebagai berikut : Tabel 3.2 Struktur Organisasi Institut Francais dIndonesie IFI JABATAN NAMA Konselor Kerja Sama dan Kebudayaan – Direktur Institut Perancis di Indonesia Conseiller de Coopération et d’Action culturelle – Directeur de l’Institut Français d’Indonésie Bertrand de HARTINGH Pelaksana Tugas untuk Konselor Kerjasama dan Kebudayaan-Direktur IFI Chargé de mission auprés du COCAC - Directeur de lIFI Anne-Clémence DESMIDT Wakil Direktur Directeurs Adjoints 1. Mathieu DUMESNIL 2. Louis PRESSET 3. Christine MOERMAN 4. David TURSZ KOMUNIKASI KEMITRAAN COMMUNICATION PARTENARIAT Penanggung Jawab Bagian Komunikasi Responsable du pole communication Stephanie Capelani Wakil Penanggung Jawab Bagian Komunikasi Adjointe du Responsable de la Communication Dwi Setyowati SEKTOR KERJA SAMA UNIVERSITAS, ILMIAH TEKNIK PÔLE COOPÉRATION UNIVERSITAIRE, SCIENTIFIQUE TECHNIQUE Atase Kerja Sama Universitas, Ilmiah Teknik Attaché de coopération universitaire, scientifique et technique Joël LE BAIL Koordinator Kerja Sama Universitas Campus France Chargée de mission universitaire Campus France Roxane PONCELET Koordinator Kerja Sama Ilmiah Chargée de mission scientifique Heloïse PICHOT Penanggung jawab kerjasama universitas Responsable coopération universitaire Marion NOIROT SEKTOR KERJA SAMA BIDANG BAHASA, PENDIDIKAN PELATIHAN PROFESIONAL PÔLE COOPÉRATION LINGUISTIQUE, EDUCATIVE FORMATION PROFESSIONNELL Atase Kerja Sama Bidang Bahasa, Pendidikan dan Pelatihan Profesional Pierrick LE JEUNE Attaché de coopération linguistique, éducative et formation professionnelle Direktur Kursus Nasional - Penanggung Jawab Pusat Sertifikasi FLEFOS Directeur national des cours - Responsable de la gestion centrale des certifications FLEFOS Nicolas MOREAU Koordinator Kerja Sama Bidang Linguistik dan Pendidikan Chargée de mission linguistique et éducative Nabila HKIKAT Koordinator Kerja Sama Bidang Pengajaran bahasa Perancis dan Pelatihan Profesional Coopération pour le français et formation professionnelle Anne MAVIER Koordinator Pusat Sertifikasi Coordonnateurtrice du Centre national des certifications Eka ILHAM Azzahra MUSTAFAFI SEKTOR KEBUDAYAAN DAN AUDIOVISUAL PÔLE CULTUREL ET AUDIOVISUEL Atase Kebudayaan dan Audiovisual Attaché culturel et audiovisuel David TURSZ Wakil Atase Adjoint de l’Attaché Dimas JAYASRANA Koordinator Bidang Audiovisual Chargée de mission audiovisuelle Arnaud Miquel Koordinator Bidang Kerja Sama Artistik Chargé de mission culturelle Gaëtan AUBARET SEKTOR SEKRETARIAT JENDERAL PÔLE SECRÉTARIAT GÉNÉRAL Sekretaris Jenderal Secrétaire Général Fabrice de SAINT- ETIENNE Penanggung jawab Administrasi Keuangan Chargée de gestion Lestari Retno HADIWATI KEUANGAN AGENCE COMPTABLE Penanggung Jawab Agent comptable Patrick DORP http:institutfrancais-indonesia.comnasionalkontak, di akses pada taggal 3 April 2014 pukul 12:53 WIB

3.3.1.6 Program

Institut Francais dIndonesie IFI Lembaga Perancis lebih dulu didirikan pada tahun 1907 di Florence oleh Julien Luchaire, dengan bantuan Fakultas Seni Grenoble , diikuti oleh orang lain akan memainkan peran penting dalam penciptaan hubungan budaya yang mendalam antara Perancis dan negara lain. Institut Français bekerja sama dengan lebih dari 150 jaringan kebudayaan Perancis di luar negeri dan lembaga hampir 1000 Alliance Française di seluruh dunia. Pemerintah telah mempercayakan Institut Français dengan mempromosikan budaya Perancis di luar negeri melalui pertukaran seni - seni pertunjukan, seni visual, arsitektur, difusi di seluruh dunia, buku Perancis, film, teknologi dan ide-ide. Oleh karena itu, pihaknya telah mengembangkan program ilmiah baru bagi penyebaran budaya http:www.institutfrancais. com di akses pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 21:14 WIB. Mengikuti program dari pusat, Institut Français dIndonesie IFI mendukung kebebasan berekspresi dan keberagaman dalam konteks globalisasi seraya menunjukkan kompetensi dan keahliannya dalam mempromosikan budaya Perancis di seluruh dunia. Institut Français dIndonesie IFI adalah perpanjangan tangan dan alat kerjasama Perancis, serta wadah para ahli dan konsultasi. Sehingga IFI berkecimpung dalam 3 bidang, yaitu : 1. Kebudayaan : beragam kegiatan budaya dan kolaborasi proyek-proyek seni, dengan Program khusus Le Printemps Français dan Festival Sinema Perancis. 2. Linguistik : kursus bahasa Perancis, sertifikasi bahasa, pelatihan untuk pengajar bahasa Perancis dan pendidikan kejuruan. 3. Ilmiah dan Universitas : promosi pendidikan tinggi Perancis, program beasiswa, kerja sama universitas, kerja sama penelitian, seminar-seminar tematik. IFI hadir di 4 kota di Indonesia: IFI Bandung, IFI Jakarta, IFI Surabaya, IFI Yogyakarta. Keempat cabang tersebut menyediakan kursus bahasa Perancis, informasi tentang kegiatan budaya IFI dan biro konsultasi Campus France. Agar IFI menjadi lebih semarak dan rekan-rekan mahasiswa dapat lebih mengenal Perancis, kebudayaannya, serta peluang kuliah di Perancis, IFI membuka Warung Perancis di berbagai universitas di Indonesia. Warung Perancis adalah pusat informasi yang memberikan fasilitas mediatek dan juga cafe agar mahasiswa dapat mengetahaui lebih banyak tentang Perancis http:ifi-id.compresentasi di akses pada tanggal 15 April 2014 pukul 11:31 WIB. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan teknik analisa deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dilakukan oleh subjek penelitian yaitu IFI, baik itu program-program yang diadakan, cara IFI menarik minat masyarakat Indonesia untuk menjalankan dua prioritas kebijakan luar negeri Perancis, dan kepentingan nasional apa yang ingin dicapai oleh Perancis dengan diplomasi kebudyaan IFI di Indonesia, hal-hal tersebut secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa akan dijelaskan dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Adapun penggunaan studi kasus deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan agar dapat memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Penjelasan lainnya bahwa metode deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan fakta-fakta yang berhubungan dengan subjek yang diteliti. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai hubungan antar fenomena yang diselidiki, yang kemudian pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari jawaban dari objek yang diteliti.

3.2.1.1 Informan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, adapun pihak yang peneliti jadikan sebagai informan adalah sebagai berikut : 1. Direktur Institut Francais dIndonesie IFI Bandung, beserta staff pendidikan dan staff kebudayaan IFI Bandung. 2. Konselor bidang Kerjasama dan Budaya Kedutaan Besar Perancis sebagai Direktur Institut Francais dIndonesie IFI Jakarta. 3. Direktur Institut Francais dIndonesie IFI Bandung, beserta staff pendidikan dan staff kebudayaan IFI Jakarta.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan sistem, yang didukung oleh teknik pengumpulan data: Studi Kepustakaan, wawancara, dan pengamatan langsung. Penelitian ini difokuskan pada diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis melaui IFI dengan program-program pendidikan dan kebudayaannya, melalui : Studi kepustakaan, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik kepustakaan dengan menelaan teori, opini, membaca buku atau jurnal yang relevan dengan masalah yang diteliti. Wawancara, merupakan salah satu metode pengumpulan berita, data atau fakta untuk memperoleh keterangan. Pelaksanaannya bisa secara langsung dengan cara mendatangi lembaga yang diteliti, bertatap muka face to face dengan orang yang akan diwawancarai atau bisa secara tidak langsung dengan memanfaatkan akses teknologi melalui telepon, internet dan sebagainya. Pengamatan langsung, peneliti datang langsung ke lembaga yang menjadi objek penelitian untuk mengamati langsung tentang objek yang diteliti.

3.2.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik Penentuan informan yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan teknik Purposive, yaitu teknik sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Metode yang digunakan adalah metode wawancara sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Peneliti bertemu dengan narasumber yang merupakan DirekturKepala IFI serta staff IFI dalam masing-masing bidangnya yang akan memberikan informasi seputar diplomasi kebudyaan yang dilakukan oleh IFI.

3.2.4 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menganalisis data dengan menggunakan teknik reduksi data. Artinya, data-data yang diperoleh, baik melalui studi pustaka, wawancara, dan pengamatan langsung digunakan sesuai dengan keperluan penelitan berdasarkan dengan tujuan penelitian. Hal ini bertujuan supaya data yang digunakan berkorelasi dengan perumusan masalah yang telah dibuat. Penyajian Data, peneliti menyajikan data-data yang diperoleh dari hasil meneliti dan wawancara atau dari sumber-sumber internet sesuai dengan kebutuhan. Dalam penarikan kesimpulan, peneliti menarik kesimpulan dari beberapa data yang disajikan baik data primer atau sekunder yang didapatkan dari informan yakni staff IFI. 3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.5.1 Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dan informasi yang bersumber dari berbagai tempat, diantaranya: 1. Institut Francais dIndonesie IFI Bandung Jalan Purnawarman no.32 Bandung. 2. Kedutaan Besar PerancisFrench Embassy Menara BCA – 40th floor Jl. M. H. Thamrin no.1 Jakarta Pusat 10310. 3. Institut Francais dIndonesie IFI Jakarta Jalan Salemba Raya no.25 Jakarta.

3.2.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung sejak bulan Februari 2014 hingga Agustus 2014, yang dirinci sebagai berikut : Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Skripsi No Kegiatan Waktu Penelitian 2014 Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus

1. Pengajuan judul

2. Pembuatan usulan

Penelitian

3. Seminar usulan