Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais D'indonesie (IFI) Tahun 2012-2013

(1)

The Cultural Diplomacy of France in Indonesia by Institute Francais d'Indonesie (IFI) in 2012-2013

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana (S-1) pada

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh,

FITRIA AFRIYANTI NIM. 44310011

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2014


(2)

xii

LEMBAR PENGESAHAN…………...………. ii

SURAT PERNYATAAN………... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN………...………... iv

ABSTRAK………... v

ABSTRACT………... vi

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI ………... xii

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR GAMBAR………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN………... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Rumusan Masalah...11

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor...11

1.2.2 Rumusan Masalah Minor...12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...12

1.3.1 Maksud Penelitian...12

1.3.2 Tujuan Penelitian...13

1.4 Kegunaan Penelitian...13

1.4.1 Kegunaan Teoritis...13

1.4.2 Kegunaan Praktis...13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka...14

2.2 Kerangka Pemikiran...20

2.2.1 Hubungan Internasional...20

2.2.2 Kepentingan Nasional...22


(3)

2.2.4 Soft Power...27

2.2.5 Diplomasi...29

2.2.5.1 Diplomasi Publik...31

2.2.5.2 Diplomasi Kebudayaan...33

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian...40

3.1.1 Gambaran Umum Perancis...40

3.1.1.1 Kebudayaan Dalam Politik Luar Negeri Perancis...41

3.1.1.2 Diplomasi Kebudayaan Perancis...44

3.1.2 Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia...48

3.1.2.1Perkembangan Hubungan Bilateral Perancis- Indonesia...49

3.1.2.2 Kepentingan Nasional Perancis di Indonesia Melalui Kerjasama Bilateral Bidang Pendidikan dan Kebudayaan...51

3.1.3 Institut Francais...56

3.1.3.1 Pendanaan Institut Francais...57

3.1.3.2 Institut Francais d'Indonesie (IFI)...59

3.1.3.3 Sejarah Institut Francais d'Indonesie (IFI)...61

3.1.3.4 Fungsi dan Tugas Institut Francais d'Indonesie (IFI) di Indonesia...63

3.3.1.5 Struktur Organisasi Institut Francais d'Indonesie (IFI)...65

3.3.1.6 Program Institut Francais d'Indonesie (IFI)...67

3.2 Metode Penelitian ...69

3.2.1 Desain Penelitian...69

3.2.1.1 Informan Penelitian...70

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data...70

3.2.3 Teknik Penentuan Informan...71


(4)

3.2.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...72

3.2.5.1 Lokasi Penelitian...72

3.2.5.2 Waktu Penelitian...72

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah Pemerintah Perancis melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) dalam Melakukan Diplomasi Kebudayaan di Indonesia...74

4.1.1 Otonomi Finansial dalam Pemberian Dana terhadap Institut Francais d'Indonesie (IFI)...74

4.1.2 Pemberian Infrastruktur...75

4.1.3 Pengiriman Seniman Perancis ke Indonesia...76

4.1.4 Melakukan Kerjasama dengan Universitas...76

4.1.5 Mendatangkan Peneliti dan Pengajar dari Perancis...77

4.2 Implementasi Program yang Dilakukan Institut Francais d'Indonesie (IFI) dalam Menjalankan Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia...77

4.2.1 Program Kebudayaan...78

4.2.1.1 Le Printemps Francais...79

4.2.1.2 Festival Sinema Perancis...83

4.2.2 Program Pendidikan...87

4.2.2.1 Campus France...88

4.2.2.2 Beasiswa...89

4.2.3 Program Kerjasama Ilmiah...93

4.2.3.1 Warung Perancis...93

4.2.3.2 Joint Research Project...95

4.2.4 Perpustakaan...96

4.3 Kendala dan Upaya Dalam Mengatasi Kendala dari Program-program Institut Francais d'Indonesie (IFI)...98

4.3.1 Kendala dan Upaya Program Kebudayaan IFI...98

4.3.2 Kendala dan Upaya Program Pendidikan IFI...111


(5)

4.4 Hasil Program-program Institut Francais d'Indonesie (IFI)

sebagai Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia...104

4.4.1 Hasil dari Program Kebudayaan...104

4.4.2 Hasil dari Program Pendidikan...105

4.4.3 Hasil dari Program Kerjasama Ilmiah...110

4.5 Analisis Keberhasilan Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) Tahun 2012-2013...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...116

5.2 Saran...121

5.2.1 Saran Untuk Institut Francais d'Indonesie (IFI)...121

5.2.2 Saran Untuk Pelajar dan Masyarakat Indonesia...122

DAFTAR PUSTAKA...124 LAMPIRAN


(6)

124

Berridge, Geoff R dan Alan, James. 2012. A Dictionary of Diplomacy. Houndmills, Basingstoke, Hampshire : Palgrave Macmillan.

Cummings Jr, Milton C. 2008. Cultural Diplomacy and the United States Goverment : ASurvey. Washington, D.C: Center for Arts and Culture. Koentjaraningrat. 1999. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta :

Djembatan.

Mas’oed, Mochtar. 2002. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Nye Jr, Joseph S. 2004. Soft Power: The Means of Success in World Politics, New York : Public Affairs.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Plano, Jack C dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung:

Putra Bardin.

Rocher, Jean dan Santosa, Iwan. 2013. Sejarah Kecil Indonesia-Perancis 1800-2000. Jakartka : Penerbit Buku Kompas.

Roy, S. L. 1991. Diplomasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rudy, Teuku May. 2002. Study Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. Bandung : Refika Aditama.

________________, 2011. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global. Bandung : PT.Refika Aditama.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Soedjatmiko and Thompson, Kenneth W. 1976. World Politics, Cultural Diplomacy, An Introduction. New York : New York Free Press.

Surya, Aelina. 2009. Hubungan Internsional di Kawasan Eropa. Bandung : PT. Kibar Internasional.


(7)

Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. The University of Michigan: BP Iblam.

Warsito, Tulus and Kartikasari, Wahyuni. 2007. Diplomasi Kebudayaan : Konsep dan Relevansi Bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta : Ombak.

Yudhantara, Reza Lukmanda. 2011. Korean Wave sebagai Soft Diplomacy Korea Selatan. INAKOS Pusat Studi Korea Universitas Gajah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press.

B. PUBLIKASI

Dokumen Institut Francais d'Indonesia (IFI) C. TESIS DAN JURNAL

Dibia, I Wayan. 2013. Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian. Jurnal Kesenian nomor 1 : 4.

Haigh, Anthony. 1974. Cultural Diplomacy in Europe. Strasbourg : Council of Europe : 73-74.

Junita. Kerjasama Bilateral antara Indonesia dengan Perancis Dalam Bidang Pendidikan Tinggi Periode 2008-2012. 2012. Karawaci : FISIP Universitas Pelita Harapan.

Maack, Mary Niles. 2001. Books and Libraries as Instruments of Cultural Diplomacy In Francophone Africa During the Cold War." Libraries & Culture 36 (Winter 2001) : 58-86.

McDonald, John W. 2012. Journal Conflictologi : The Institut for Multi-track Diplomacy : 67 -68.

Oktaviati, Zaenatien. Diplomasi Kebudayaan Perancis di Cina melalui Alliace Francaise Periode 1989-2009. 2011. Jakarta : FISIP Universitas Indonesia Wyszomirski, Margaret J & Christopher Burgess. 2003. International Vutural

elation : A Multy Country Comparation : Cultural Diplomacy. Ohio : Reserch Series :12

D. WEBSITE

Alumni Perancis di Indonesia, di akses melalui http://institutfrancais-indonesia.com/alumni/ introduction.php [22/05/2014]


(8)

Akselerasi Hubungan Bilateral Indonesia-Perancis, di akses melalui http://kemlu.go.id/Pages/News.aspx?IDP=3062&l=id [30/03/14]

Bagaimana Diplomasi Budaya Meraih Kepentingan Nasional, di akses melalui, http://m.kompasiana.com/post/read/528643/1 [18/01/14]

Beasiswa Perancis, di akses melalui http://2011.web.dikti.go.id/index.php?option=

com_content&view=article&id=1988:informasi-danpelaporan&catid=143:ber ita - harian [15/04/14]

Campus France, di akses melalui (http://ifi-id.com/campusfrance#.dpuf [13/06/2014]

CulturesFrance devient « L’Institut français » et la culture s’élargit, di akses melalui http://www.rfi.fr/afrique/20100721-culturesfrance-devient-institut-francais-culture-s-elargit/ [20/03/14]

Daftar Perjanjian Indonesia - Perancis, di akses melalui http://www.deplu.go.id/Daftar Perjanjian Internasional/france.htm [25/03/14]

Diplomasi Kebudayaan, diakses melalui http://hi.umy.ac.id/buku/diplomasi-kebudayaan/ [16/03/14]

Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui IFI, di akses melalui https://www.academia.edu/4556937/ [12/03/14]

Festival Seni dan Kebudayaan Perancis, di akses melalui

http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/15/festival-seni-dan-budaya-Perancis-printemps-francais-di-10-kota-di-indonesia-462988.html [01/06/2014]

Festival Sinema Perancis, di akses melalui (http://news.indonesiakreatif.net/festival-sinema-perancis-siap-dukung-sinema-lokal/ [14/06/2014]

Hubungan Bilateral Perancis-Indonesia, di akses melalui http://www.ambafrance-id.org/Hubungan-Perancis-dan-Indonesia [10/04/14] IFI, di akses melalui http://ifi-id.com/presentasi# [15/04/14]


(9)

Institut Francais di Indonesia (IFI), di akses melalui http://www.indonesie.campusfrance.org/id/site/institut-francais-dindonesie [12/03/14]

IFI Gabungan CCF dan SCAC, di akses melalui http://ifi-id.com/presentasi [20/05/2014]

Join Research Programme, di akses melalui (http://www.institutfrancais-indonesia.com/kerjasama-ilmiah/joint-research-programme [14/06/2014] Kebudayaan Dalam Hubungan Internasonal, di akses melalui

http://komahiumy.wordpress.com /2011/03/04/ kebudayaan-dalam-hubungan-internasional/ [20/03/14]

Kerjasama Ilmiah, di akses melalui (http://ifi-id.com/kerjasama-ilmiah# [13/06/2014]

Kerjasama Perancis-Indonesia, di akses melalui (http://ifi-id.com/kongres-kerjasama-Perancis-indonesia# [13/06/2014]

Kesepakatan Bilateral Indonesia-Perancis, di akses melalui http://www.ambafrance-id.org/Kesepakatan-bilateral [12/12/14]

Kompetisi Film Pendek Perancis, di akses melalui

http://flickmagazine.net/news/2180-bersiaplah-untuk-festival-sinema-Perancis-2013.html [14/06/2014]

Kongres Kebudayaan Indonesia, di akses melalui http://www.jogjapages.com/berikut-rumusan-hasil-kongres-kebudayaan-indonesia-2013/ [6/07/2014]

Le Printemps Francais , di akses melalui http://sabdadrupadi.com/printemps-francais-2013/ [01/06/2014]

Le Printemps Francais , di akses melalui http://www.ifi-id.com/printemps [13/06/2014]

Le Printemps Francais IFI, di akses melalui http://www.institutfrancais.com/fr/actualit%C3%A9s/printemps-francais-en-indonesie-2013 [01/06/2014]

Le Printemps Francais ke-9, di akses melalui (http://beatmag.com/jak/scoop/printemps-francais-2013.html [01/06/2014] Mediatek, di akses melalui


(10)

Minim Jumlah Mahasiswa Indonesia di Eropa, di akses melalui http://www.soloblitz.co.id/2013/10/12/minim-jumlah-mahasiswa-indonesia-di-eropa/ [09/04/14]

Pelajar Luar Negeri di Perancis, di akses melalui http://www.diplomatie.

gouv.fr/en/france/studying-in-france/receiving-foreign-studentsin/promoting-stud ent-mobility/ [15/04/12]

Pentingnya Bahasa Perancis, di akses melalui http://ifi-id.com/mengapa [13/06/2014]

Peranan Diplomasi Publik, di akses melalui http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/artikel [29/02/14]

Perancis, di akses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Perancis [26/03/14]

Program Kebudayaan IFI, di akses melalui http://ifi-id.com/kerjasama-budaya#.dpuf [13/06/2014]

Promoting Francophony, di akses melalui

http://www.diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/promoting-francophony/ [25/03/14]

Sangat Sedikit Pelajar Indonesia di Perancis, di akses melalui http://edukasi.kompas.com/read/2014/02/13/2006203/Dubes.Perancis.Kece wa.Sangat.Sedikit.Pelajar.Indonesia.di.Perancis [09/04/14]

Seminar Intelektual IFI, di akses melalui http://www.ifi-id.com/jakarta/workshop-pemanfaatan-sumber-daya-kelautan [30/05/2014]

Sertifikasi DELF, di akses melalui http://ifi-id.com/sertifikasi#sthash [13/06/2014] Suryanto, 2011. Indonesia-Malaysia Perlu Diplomasi Soft Power, diakses

melalui http://www.antaranews.com/news/248100/indonesia-malaysia-perlu-diplomasi-soft-power [26/03/14]


(11)

vii

ridho-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang telah membawa kaum nya dari kegalapan menuju terang akan ilmu. Peneliti menyadari bahwa, dalam penyusunan skripsi ini, banyak menemukan kesulitan dan hambatan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemamupuan peneliti. Dengan disertai keinginan yang kuat dan usaha yang sungguh-sungguh serta do’a, maka akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Untuk kedua orang tua yang saya sayangi dan hormati, Bapak Sugiyanto dan Mama Supiyanah, Kakak tersayang, Mas R. Budiarta terima kasih atas segala do’a, dukungan, nasihat dan kasih sayangnya yang luar biasa, juga dukungan moral serta materiil. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu baik itu penelitian maupun dalam penyusunan skripsi, peneliti tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam dan sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra wakil rektor III Unikom yang juga sebagai dosen pembimbing peneliti dengan memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi. Terima kasih yang sebesar-besarnya, atas waktu luangnya dalam memberikan bimbingan kepada saya, kemudian juga kesabarannya dalam menghadapi dan


(12)

membimbing saya, baik dalam masa proses pembuatan usulan penelitian hingga detik-detik akhir skripsi untuk disidangkan.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung, yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk penelitian skripsi dan menandatangani surat pengesahan.

3. Yth. Bapak Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Ketua Prodi Hubungan Internasional Unikom yang juga menjadi ketua sidang usulan penelitian saya, terima kasih telah membantu peneliti dalam proses revisi skripsi serta berjalannya usulan penelitian hingga sidang akhir penelitian. Terima kasih atas bimbingannya, nasehat, semangat yang diberikan selama ini serta dedikasi juga pengertiannya dalam segala hambatan yang saya hadapi.

4. Yth. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., Msi yang telah memberikan banyak ilmu, arahan, serta semangat, sehingga mengembalikan kepercayaan diri saya untuk menjalani penelitian ini sampai dengan selesai.

5. Yth. Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si yang telah membantu dalam perbaikan penelitian ini, terimakasih atas keramahan dalam proses revisi sehingga memberikan saya keberanian untuk bertanya banyak hal dalam penyelesaian penelitian ini.


(13)

6. Yth. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP terimakasih atas bantuannya dalam memberikan pandangan mengenai penelitian ini, arahan yang dapat menambah wawasan bagi peneliti.

7. Yth. teteh Dwi Endah Susanti, S.E Sekretariat Prodi Hubungan Internasional UNIKOM yang tanpa lelah membantu peneliti dalam membantu peneliti dalam administrasi selama berkuliah di UNIKOM dan selama proses skripsi.

8. Yth. mba Erna, terimakasih telah banyak membantu dalam memberikan informasi mengenai waktu luang Ibu untuk melaksanakan proses bimbingan, sehingga skripsi saya dapat selesai tepat pada waktunya.

9. Yth. Mr. Louiss Presset, wakil Direktur Institut Francais d'Indonesia (IFI) sekaligus sebagai Direktur Institut Francais d'Indonesia (IFI) Bandung, yang telah menerima peneliti dengan baik dan memberikan izin dalam melakukan penelitian di IFI.

10.Yth. Ibu Tatty Faik, assistent wakil Direktur Institut Francais d'Indonesia (IFI) Bandung, terimakasih atas segala bantuan data yang diberikan, terimkasih telah memperkenalkan saya kepada seluruh staff dan pegawai IFI Bandung dalam melancarkan penelitian saya tentang IFI.

11.Yth. Bapak Fauzi, selaku penanggungjawab staff pendidikan IFI yang telah meluangkan waktu untuk wawancara dan memberikan informasi dalam penelitian ini.


(14)

12. Yth. Ibu Ratri dan Mas Edo, selaku staff Pendidikan bagian Campus France di Institut Francais d'Indonesia (IFI), atas data dan informasi yang banyak diberikan.

13.Yth. Mas Ricky Arnold, staff Kebudayaan dan Komunikasi Institut Francais d'Indonesia (IFI), terimakasih telah banyak membantu dalam penyelesain penelitian ini.

14.Yth. Ibu Dwi Setiowati, bagian Komunikasi IFI di Kedutaan Besar Perancis di Indonesia yang telah memberikan akses dalam melakukan wawancara.

15.Terimakasih kepada keluarga tercinta Mba Imay, Mba Yani, Mas Pandi, Nazwa, Nabila, Jatira dan Sofia atas doa dan dukungannya. 16.Terimakasih kepada Keluarga besar Ayah di Klaten, Yogyakarta dan

Keluarga besar Ibu di Jakarta atas dukungan dan doa.

17.Terima kasih untuk sahabat-sahabat tersayang, Adjoe, Eca, Elin, Welsa, Ceumar, Dara, Cinta, Ardy Rizky, Herdy, Rey, Risa, Agnes yang saling menyemangati yang membuat kita dapat menyelesaikan penelitian ini.

18.Kakak-kakak Angkatan, Ka Leo, Ka Raya, A'Ucon, Ka Farhan, Ka Anggi dan Ka Ruddy. Terimakasih atas segala bantuannya.

19.Keluarga besar Basivenuno, yang selalu membuat semangat untuk bersama-sama menjadi orang sukses.

20.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian skripsi yang tak dapat peneliti sebutkan satu per satu.


(15)

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap kepada siapa saja (terutama mahasiswa Hubungan Internasional) yang ingin melanjutkan/ melakukan penelitian dengan subjek/objek yang serupa agar mampu membuat penelitian yang lebih baik dari apa yang peneliti telah susun.

Terima kasih atas saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 22 Agustus 2014


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Fitria Afriyanti

Nama Panggilan : Fitria

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 12 April 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon : 08987036376

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Sugiyanto

Pekerjaan : Purn. TNI-AU

Nama Ibu : Supiyanah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Orang Tua : Cingcin Permata Indah Blok D42 Rt 009 Rw 011 Kel. Cingcin Kec. Katapang Kab. Bandung Motto : “in every difficulty come ease”.


(17)

PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 1997-1998 TK Angkasa 1 Lanud Sulaiman Berijazah 2. 1998-2004 SD Negeri Angkasa 3 Lanud

Sulaiman Berijazah

3. 2004-2007 SMP Negeri 1 Margahayu Berijazah 4. 2007-2010 SMA Negeri 1 Margahayu Berijazah

5. 2010-2014

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

PENDIDIKAN NON FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012 EEP English Practice Course Bersertifikat

2. 2014 LIA Toefl Course -

PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2012-2013 Sekretaris Himpunan Mahasiswa

Hubungan Internasional Unikom -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2011 Peserta, Simulasi Sidang ASEAN "ASEAN Community Building 2015" Unikom

Bersertifikat

2. 2014 Participant, in 1st International Confrence on Applied and Communication Technology "Empowering Development Countries through Sustainable


(18)

ICT" Unikom

3. 2011 Observer, Simulasi Praktikum Profesi ASEAN Summit 2011 "ASEAN Community Building 2015" Unikom

Bersertifikat

4. 2010 Panitia, "Mubes 2010" Hubungan Internasional Unikom

Bersertifikat 5. 2010 Peserta, "Temu Kenal Mahasiswa

Baru 2010 FISIP Unikom"

Bersertifikat

6. 2012

Peserta, seminar "Reaktualisasi Nilai-nilai Pancasila di Kalangan Generasi Muda" Unikom

Bersertifikat

7. 2011

Peserta, seminar NetPreneur "Meraih Peluang Bisnis Melalui Internet" Unikom

Bersertifikat

8. 2011 Participant, "The Table Manner

Course" Savoy Homan Bandung Bersertifikat 9. 2011 Participant, "Makrab" 2010, Bumi

Perkemahan Jayagiri Bandung Bersertifikat

10. 2012

Peserta, Seminar

Kewarganegaraan "Proud to be Indonesian : Generasi Kebagsaan Bangsa" Unikom

Bersertifikat

11. 2014 Peserta, "Ujian Mata Kuliah

Hardware" Unikom Bersertifikat 12. 2012 Panitia, "Penerimaan Mahasiswa

Baru TAhun Akademik 2012-2013", Sasana Budaya Ganesa Bandung

Bersertifikat

13. 2013 Peserta, "Penerima Beasiswa PPA tahun 2013", Unikom

Bersertifikat

KEAHLIAN/BAKAT

No. Uraian

1. Operasionalisasi Microsoft Office 2. Design Graphic

3. Bahasa Inggris Pasif dan Aktif 4. Master of Ceremony


(19)

5. Fashion Design and Stylish 6. Modeling

7. Biola

Bandung, 5 Agustus 2014 Hormat Saya,


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Studi Hubungan Internasional merupakan studi interdisipliner yang dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan dari bidang-bidang ilmu lain, salah satunya kebudayaan. Relasi kebudayaan dan hubungan internasional dapat dijelaskan dalam kerangka Diplomasi Kebudayaan. Oleh karena itu, diplomasi kebudayaan dapat dibentangkan dari hal-hal yang bersifat mikro dimana kebudayaan dapat dianggap sebagai hal-hal yang berbau kesenian, namun juga sampai dengan kajian yang bersifat makro yang menganggap pengelolaan hubungan antar bangsa dipastikan melibatkan aspek kebudayaan dalam arti luas (http://komahi.umy.ac.id/2011/03/kebudayaan-dalam-hubungan-internasional.htm diakses pada 20 Maret 2014 pukul 16:30 WIB).

Di dunia modern delegasi kebudayaan sering dikirim untuk membina hubungan baik dengan negara-negara lain. Mereka bertindak sebagai duta semangat kebaikan. Oleh karena itu pertukaran kebudayaan memungkinkan rakyat masing-masing untuk mengetahui pandangan satu sama lain dengan cara yang baik. Tujuan diplomatik dengan mengirimkan delegasi kebudayaan adalah untuk memamerkan keagungan kebudayaan suatu negara dan apabila mungkin untuk mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi. Apabila suatu negara bisa mengesankan negara lain dengan warisan kebudayaannya dan mengekspornya ke


(21)

bagian dunia lain, hal itu bisa memudahkan pembangunan basis yang kuat untuk memperoleh dukungan atas masalah-masalah lain (Roy, 1991:12).

Saat ini, beberapa negara memang sedang gencar-gencarnya mepromosikan negaranya, meningkatkan eksistensinya, atau menyebarkan pengaruhnya ke Negara lain, untuk meraih kepentingan nasionalnya masing-masing. Caranya, sudah tidak lagi melalui kekerasan atau menggunakan kekuatan militer, tetapi melalui cara-cara lembut, perlahan tapi pasti, dan dalam hubungan internasional, cara ini dinamakan soft power. Salah satu media soft power ini adalah melalui diplomasi publik (multitrack diplomacy). Dimana, diplomasi publik ini melibatkan aktor-aktor di luar pemerintah, baik itu masyarakat ataupun organisasi-organisasi non pemerintah.

Salah satu cara ampuh diplomasi publik itu adalah melalui budaya. Budaya dipercaya memiliki kemampuan untuk meraih atau merangkul banyak orang dengan mudah. Budaya memiliki cakupan yang luas. Bisa melalui kebijakan-kebijakan, pendidikan, dasar negara, agama, dan lain sebagainya. Namun, budaya yang dapat dengan mudah untuk mengambil hati masyarakat adalah budaya yang berkaitan dengan hal-hal seni. Seperti misalnya melalui film, musik, tarian-tarian, fotografi, makanan, dan sebagainya. Melalui diplomasi budaya, suatu negara bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan negara lain, menjalin lebih banyak kerjasama, yang tentunya akan bisa memberikan keuntungan di berbagai aspek (http://m.kompasiana.com/post/ read/528643/1 diakses pada tanggal 18 Januari 2014 pukul 07:31 WIB).


(22)

Perancis adalah negara yang memiliki pengaruh besar pada kebudayaan, ekonomi, militer, dan politik di Eropa, maupun di dunia. Dilihat dari bangunan-bangunan bersejarah, arsitektur, dan kesenian yang dimiliki Perancis, negara ini memiliki daya tarik bagi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara untuk berkunjung bahkan untuk menimba ilmu di negara yang terkenal dengan menara Eiffel itu (https://www.academia.edu/4556937/ diakses tanggal 12 Maret 2014 pukul 18:05 WIB).

Di Eropa, Perancis merupakan negara yang giat dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Perancis merupakan negara pioner dalam melakukan diplomasi kebudayaan yang menempatkan aktifitas kebudayaan sebagai bentuk promosi negara. Diplomasi kebudayaan merupakan cara yang dilakukan oleh Perancis dengan berbagai tujuan. Bagi Perancis salah satu cara melaksanakan politik luar negeri melalui diplomasi kebudayaan. Upaya yang dilakukan Perancis adalah mendirikan pusat kebudayaan yang secara umum bertujuan untuk menyebarkan pengaruh kebudayaan dan bahasa di negara lain. Pemerintah Perancis memiliki kebijakan bilateral terhadap negara lain, tujuannya untuk memperkuat posisi bahasa Perancis di luar perbatasan negara nya melalui kerjasama dengan pemerintah negara lain untuk mengembangkan peran Perancis dalam sistem pendidikan mereka dan aksi langsung melalui pengajaran yang diberikan oleh jaringan budaya (http://www.diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/ promoting-francophony/ diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul 06:03 WIB).

Salah satu kepentingan Perancis melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia, bahwa saat ini negara-negara Eropa saling bersaing untuk menjadi


(23)

negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia. Persaingan yang terjadi adalah untuk merebut mahasiswa-mahasiswa asing yang menuntut pendidikan tinggi di negara-negara Eropa, terutama dari negara dunia ketiga. Mahasiswa internasional menjadi penting karena kemampuannya menyedot devisa menjadi salah satu pertimbangan. Negara-negara di Eropa bersaing untuk mendapatkan mahasiswa internasional khususnya dari Indonesia. Kekuatan negara tidak semata-mata bertumpu pada kemampuan melobi atau kedekatan wakil rakyat dengan media. Negara mampu menjadi kuat bila rakyatnya sejahtera, dan kesejahteraan bisa dimulai dari pendidikan. Karena itulah, Pemerintah Perancis menawarkan salah satu jalan keluar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia Indonesia, yaitu melalui jalan pendidikan.

Kepala Kerja Sama Delegasi Uni-Eropa Franck Viault menyatakan jumlah mahasiswa Indonesia yang sedang melanjutkan pendidikan di Eropa saat ini tercatat ada 7.000 orang. Sementara jumlah mahasiswa Malaysia di Eropa mencapai 30.000 orang. Bila dibandingkan dengan luas wilayah kedua negara, jumlah mahasiswa dari Indonesia sangat sedikit jumlahnya. Sehingga menurutnya, perlu lebih banyak mahasiswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di Eropa. Sebab, semakin banyak mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di benua biru tersebut, maka akan memperkuat hubungan kerja sama Uni-Eropa dengan Indonesia.

Banyak universitas di Eropa yang menawarkan biaya pendidikan yang lebih murah dibandingkan universitas-universitas di negara-negara lain, terlebih dengan adanya banyak tawaran beasiswa sehingga seharusnya para pelajar yang berminat


(24)

untuk sekolah di Eropa agar tidak perlu takut (http://www.soloblitz. co.id/2013/10/12/minim-jumlah-mahasiswa-indonesia-di-eropa/ diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 12:03 WIB).

Duta Besar Perancis untuk Indonesia menyatakan bahwa Perancis akan mendukung sebanyak mungkin pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Menurut Konselor Kerjasama dan Kebudayaan, yang juga Direktur Institute Francais d'Indonesie, Bertrand de Hartingh, pada dasarnya potensi SDM Indonesia luar biasa. Kaum cendekiawan, para akademisi, dan tenaga-tenaga di tingkat kepala maupun managerial perusahaan, badan, serta organisasi memiliki kualitas di atas rata-rata. Sayangnya, secara umum, Indonesia punya dua kelemahan. Pertama, penelitian di Indonesia kurang mendapat dukungan dan perhatian. Kedua, Indonesia secara umum juga belum menaruh perhatian pada middle management. Padahal, hal ini penting dalam segala bidang. De Hartingh menyayangkan hal tersebut. Karena, jika akademisi Indonesia tidak menghasilkan teknologi termutakhir hasil penelitian sendiri, negara ini akan disetir oleh teknologi yang dihasilkan oleh pihak lain.

Duta besar Perancis juga juga sempat mengungkapkan kekecewaannya bahwa di tahun akademik sebelumnya, jumlah pelajar Indonesia di Perancis sangat sedikit. Karena itu, pemerintah Perancis mendorong para pelajar Indonesia, khususnya mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan dalam jenjang lebih tinggi untuk memanfaatkan kerjasama ini (http://edukasi.kompas. com/read/2014/ 02/13/2006203/Dubes.Perancis.Kecewa.Sangat.Sedikit.Pelajar.Indonesia.di. Perancis diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 11:41 WIB).


(25)

Pendidikan tinggi Perancis memiliki biaya yang hampir sama dengan biaya-biaya pendidikan di negara-negara Eropa lainnya, namun mekanisme pembiaya-biayaan melalui beasiswa, tempat tinggal, biaya hidup, dan kehidupan budaya di Perancis memungkinkan lembaga-lembaga tersebut menerima para pelajar dari luar negeri dengan sebaik-baiknya. Namun pada kenyataannya Indonesia minim sekali dalam pengiriman jumlah pelajar Indonesia ke Perancis, terlihat pada tahun 2001 hanya 7 orang saja pelajar Indonesia yang diberangkatkan sebagai pelajar Indonesia di Perancis. Dalam 10 tahun terakhir ini Perancis berusaha meningkatkan kinerjanya terutama dalam hal pendidikan, dan Pada tahun 2007 jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan kuliah di Perancis mengalami peningkatan sebanyak 143 orang, pada tahun 2008 ada sekitar 210 orang atau meningkat sekitar 47%, sementara tahun 2009 yang akan berangkat sekitar 250 orang. Namun angka tersebut masih berada di bawah jumlah pelajar negara-negara lain di Perancis (http:// edukasi.kompas.com/read/2009/07/31/04052613/Makin.Banyak.Mahasiswa. Indonesia.Kuliah.di.Perancis diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 13:36 WIB).

Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan salah satu target utama dalam pelaksanaan diplomasi kebudayaan Perancis selain dari pengaruh kebudayaan dan bahasa Perancis. Peningkatan kinerja untuk meningkatkan jumlah pelajar Indonesia di Perancis tersebut terlihat dari strategi Perancis untuk merubah nama pusat kebudayaan Perancis yang bernama Centre Culturel Francais (CCF) menjadi Institut Francais yang berpusat di Paris pada tanggal 27 Juli 2010, perubahan nama tersebut juga dimaksudkan agar masyarakat tidak terfokus bahwa


(26)

CCF hanya sebagai pusat kebudayaan, dalam strateginya merubah nama pusat kebudayaan menjadi Institut Francais, Perancis memfokuskan misinya untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research melalui jalur kebudayaan (Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Di Indonesia, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012 Centre Culturel Francais (CCF) resmi berganti nama menjadi Institut Français d'Indonesie (IFI). IFI merupakan lembaga resmi pemerintah Republik Perancis yang berada langsung di bawah naungan Konselor bidang Kerjasama dan Kebudayan Kedutaan Besar Republik Perancis yang bertujuan mempromosikan budaya dan bahasa perancis untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research. Pergantian nama dari CCF menjadi IFI bukan hanya sekedar untuk penyeragaman nama di seluruh dunia yang berpusat pada Institut Francais di Paris. Tetapi ada peningkatan kinerja yang harus dicapai seiring dengan penandatanganan Deklarasi Bersama tentang Kemitraan Strategis antara Perancis dan Indonesia pada tanggal 1 Juli 2011 terutama dalam bidang Kerjasama Pendidikan, Kebudayaan dan Kerjasama antar Masyarakat yang memiliki point-point sebagai berikut :

1. Untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi termasuk penelitian dan pengembangan proyek.

2. Untuk meningkatkan kerja sama dalam pendidikan dan penelitian, termasuk melalui beasiswa untuk gelar pascasarjana, program pascadoktoral, dan pertukaran mahasiswa, pengajar dan peneliti antara lembaga pendidikan tinggi di Perancis dan Indonesia.


(27)

3. Untuk mengintensifkan kontak masyarakat melalui kerja sama di bidang pariwisata dan olahraga, di bidang budaya seperti seni pertunjukan, arsitektur, warisan budaya, permuseuman, media dan film termasuk melalui pertukaran ahli dan seniman, serta pengajaran bahasa masing masing.

Kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama guna memastikan bahwa Kemitraan Strategis menghasilkan hasil yang nyata dan terus diperkuat di masa mendatang (http:// www.ambafrance-id.org/Kesepakatan-bilateral diakses pada tanggal 12 Januari 2014 puku 17:55 WIB).

Setelah peluncuran deklarasi kemitraan strategis tersebut, Pemerintah Perancis menyatakan akan menambah jumlah lembaga kebudayaan dan pembelajaran bahasa Perancis di Indonesia. Selain pembangunan pusat bahasa dan budaya Perancis, pemerintah Perancis juga akan menambah jumlah beasiswa dan pertukaran pelajar antara Indonesia-Perancis. Perancis akan berusaha menambah angka pertukaran pelajar, khususnya di tingkat universitas. Perancis juga akan mengupayakan pembelajaran kebudayaan Perancis yang lebih intensif di Indonesia (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/230382-prancis-akan-tambah-pusat-bahasa-di-indonesia diakses pada tanggal 09 April 2014 pukul 12:22 WIB). Untuk meningkatkan kerjasama pendidikan dan pertukaran para ahli tersebut, peran IFI adalah melakukan segala bentuk kegiatan promosi kebudayaan dan bahasa Perancis serta membantu para pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan sekolah di Perancis baik melalui jalur beasiswa maupun jalur umum yaitu dengan biaya pribadi. IFI juga memberikan informasi tentang sekolah-sekolah yang ada di Perancis, tempat tinggal di Perancis, biaya hidup, dan membantu juga dalam


(28)

pemeriksaan berkas visa pelajar yang nantinya akan diajukan kepada Kedutaan Besar Perancis di Indonesia, serta memberikan pembekalan kepada pelajar Indonesia yang akan menjadi pelajar di Perancis (Wawancara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Strategi yang dimiliki Perancis dalam misi IFI yaitu untuk meningkatkan mobilitas akademik dan research pelajar Indonesia ke Perancis adalah, bahwa ketika pelajar Indonesia sekolah di Perancis dan tinggal lebih lama di Perancis, maka akan lebih banyak pengalaman mereka disana dan pengetahuan pelajar tersebut tentang kebudayaan Perancis terlihat secara langsung, kemudian bertambahnya juga jumlah pengguna bahasa Perancis.

Salah satu strategi politik yang dilakukan Perancis melalui deklarasi kemitraan strategis tersebut dipengaruhi oleh Indonesia yang sangat minim dalam pengiriman jumlah pelajar ke Perancis sehingga pergantian nama dari CCF menjadi IFI lebih memfokuskann untuk meningkatkan jumlah pelajar tersebut (Wawamcara Staff Bidang Pendidikan Institut Francais d'Indonesie (IFI)).

Di sisi lain Pemerintah Perancis hingga kini terus melakukan upaya dalam menyebarkan dan mempromosikan bahasa dan kebudayaan Perancis di dunia. Kebijakan dalam menyebarkan dan mempromosikan bahasa Perancis terus dilakukan oleh Departmen Luar Negeri Perancis yang menaruh prioritas pada kerjasama internasional, yaitu solidaritas dan pengaruh :

1. Prioritas Solidaritas, dilihat sebagai bentuk kerjasama Perancis dengan negara negara lain melalui kerjasama pendidikan.


(29)

2. Prioritas pengaruh, dilihat sebagai dialog bahasa Perancis dengan bahasa lain dan budaya Perancis di dunia dalam rangka untuk mempromosikan keragaman budaya.

Penyebaran bahasa dan kebudayaan masih menjadi prioritas Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaan, sehingga program penyebaran bahasa dan kebudayaan adalah hal yang sangat ditekankan oleh Pemerintah Perancis melaui Institut Francais melalui kerjasama pendidikan. Kerangka umum yang dijalankan Perancis saat ini dalam mempromosikan kebijakan eksternal kebahasaan, kebijakan tersebut dilakukan melalui 3 bidang, yaitu :

1. Mempromosikan multilingualism, yang bertujuan untuk mempertahankan bahasa Perancis dalam organisasi internasional terutama di wilayah Eropa. 2. Meningkatkan status dari bahasa Perancis di negara-negara bantuan Perancis. 3. Mempromosikan bahasa Perancis di negara-negara berkembang untuk

meningkatkan minat baru dalam bahasa Perancis (http://www. diplomatie.gouv.fr/en/french-foreign-policy-1/promoting-francophony/ diakses pada tanggal 29 Februari 2014 pukul 14:03 WIB).

Dengan adanya kesepakatan bilateral, deklarasi bersama dan persetujuan antara Indonesia dan Perancis dalam melaksanakan kebijakan eksternal kebahasaan melalui Institut Français d’Indonésie (IFI), Perancis ingin meningkatkan jumlah pelajar Indonesia untuk belajar di Perancis sebagai bentuk promosi bahasa dan kebudayaan Perancis, maka atas dasar inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengambil judul penelitian :


(30)

“Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI)Tahun 2012-2013”

Peneliti mengambil rentang waktu penelitian yaitu dari tahun 2012 sampai tahun 2013 yaitu setelah CCF berganti nama menjadi IFI.

Ketertarikan peneliti terhadap penelitian ini didukung oleh beberapa mata kuliah Ilmu Hubungan Internasional yaitu antara lain:

1. Sistem Sosial dan Budaya Indonesia, membahas tentang saling ketergantungan dalam organisme sosial, bagaimana suatu budaya masuk ke Indoensia sehingga masyarakat mampu menerima budaya tersebut.

2. Diplomasi dan Negosiasi, membahas tentang cara berdiplomasi melalui negosiasi dan jenis-jenis diplomasi suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional negaranya di dunia Internasional salah satunya melalui diplomasi kebudayaan.

3. Hubungan Internasional di Kawasan Eropa, membahas tentang fenomena-fenomena hubungan internasional yang terjadi di Eropa, sejarah-sejarah munculnya politik luar negri negara-negara di Eropa termasuk Perancis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor

Berdasarkan rumusan dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :


(31)

"Bagaimana diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di Indonesia melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) pada tahun 2012 sampai tahun 2013?"

1.2.2 Rumusan Masalah Minor

Rumusan masalah mayor kemudian diturunkan menjadi rumusan masalah minor, melalui beberapa poin pertanyaan sebagai berikut :

1. Langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis melalui IFI dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia?

2. Bagaimana implementasi program yang dilakukan IFI dalam menjalankan diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia?

3. Kendala apa saja yang ditemukan IFI dalam melaksanakan program-programnya, dan apa upaya untuk mengatasinya?

4. Bagaimana hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis di Indonesia melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) pada tahun 2012 sampai tahun 2013.


(32)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah apa saja yang ditempuh pemerintah Perancis melalui IFI dalam melakukan diplomasi kebudayaan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui implementasi program yang dilakukan IFI dalam menjalankan diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia.

3. Untuk mengetahui kendala dari program tersebut dan apa upaya IFI untuk mengatasinya.

4. Untuk mengetahui hasil dari program yang dilakukan oleh IFI sebagai diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) Tahun 2012-2013 diharapkan dapat berguna untuk menguji konsep–konsep yang digunakan peneliti dalam studi Hubungan Internasional, dan menjelaskan berbagai fenomena terkait diplomasi kebudayaan Perancis melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) di Indonesia dalam upaya meningkatkan jumlah pelajar Indonesia ke Perancis.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis melalui Institut Français d'Indonésie (IFI) Tahun 2012–2013.


(33)

14 2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam jurnal yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian, I Wayan Dibia (2013 : 6) menjelaskan bahwa Diplomasi kebudayaan adalah suatu upaya untuk membangun dan mengelola hubungan antar bangsa dengan media seni dan budaya. Sejauh ini, istilah diplomasi lazim digunakan dalam konteks kebijakan luar negeri, yaitu terkait dengan hubungan antara negara dengan negara. Dalam kaitan ini istilah diplomasi bermakna membangun hubungan eksternal antarbangsa. Namun dalam skala yang lebih kecil, hubungan harmonis yang bebas konflik juga diperlukan untuk mendekatkan serta mempersatukan berbagai suku bangsa yang ada dalam satu negara kepulauan dan multi-etnis. Atas dasar pemikiran seperti ini konsep diplomasi kiranya bisa digunakan dalam konteks membangun hubungan internal antarbangsa. Diplomasi kebudayaan dapat menggunakan berbagai unsur yang terintegrasi dalam kebudayaan.

Di antara unsur-unsur kebudayaan yang ada, kesenian diyakini memiliki posisi yang sangat penting dan sentral serta mampu menjadi media yang efektif bagi sebuah diplomasi kebudayaan. Budayawan Bali I Wayan Geriya (1997 : 55) menyebut empat alasan, yaitu kesenian memiliki variasi dan keanekaragaman yang besar, kesenian memiliki wujud yang konkret dan cepat mengkhalayak, kesenian mudah menggugah apresiasi serta mampu menumbuhkan sikap saling


(34)

menghormati dan saling menghargai, dan kesenian memiliki nilai-nilai estetik yang asasi dan dapat merupakan bahasa universal yang mampu menembus berbagai batas dan perbedaan. Karena komunikasi kesenian melibatkan interaksi olah rasa dan kreativitas, dalam suasana yang pada umumnya menyenangkan, sehingga diplomasi kebudayaan sering disebut sebagai soft power diplomacy.

Dalam Tesis yang berjudul Diplomasi Kebudayaan Perancis di China Melalui Alliances Francaise Periode 1989-2009 (2011) Zaenatien Oktaviati menjelaskan mengenai diplomasi yang dilakukan oleh Perancis dalam hal kebudayaan di China melalui Alliances Francaise (AF). Pembahasan mengenai diplomasi kebudayaan bukanlah satu hal yang baru. Penelitian-penelitian mengenai diplomasi kebudayaan sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Dari beberapa penelitian yang ada di beberapa negara, Perancis sering menjadi salah satu contoh negara yang konsisten dalam melakukan diplomasi kebudayaan. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh Perancis melihat adanya cara lain yang dapat dilakukan untuk memperoleh tujuan negara tanpa menggunakan ancaman atau paksaan melainkan melalui kerjasama.

Sebagai organisasi kebudayaan Pemerintah Perancis, AF mempunyai misi utama mempromosikan bahasa Perancis melalui kursus bahasa di dunia kepada setiap orang, memperkenalkan kebudayaan Perancis dan kebudayaan setempat melalui berbagai aspek budaya, dan mendukung keanekaragaman budaya dengan mengutamakan nilai-nilai semua budaya yang ada. Saat ini jaringan AF sudah terebar di lima benua dengan jumlah siswa kursus ratusan ribu orang. Pentingnya peranan AF dalam mempromosikan bahasa dan kebudayaan Perancis di dunia


(35)

dapat dilihat dari dana yang diberikan oleh pemerintah Perancis. Untuk menjalankan misi yang ada, AF memiliki program pengajaran bahasa Perancis dan kegiatan kebudayaan yang rutin dilakukan. Kebutuhan setiap orang yang ingin belajar bahasa Perancis juga menjadi perhatian dari program kursus bahasa yang diberikan AF. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diantara 15 AF yang tersebar di Cina, dua AF yaitu berada di Hongkong dan Macau. Sebagian besar peserta kursus tidak memiliki tujuan pendidikan tetapi sebagai salah satu bentuk kesenangan untuk bisa berbicara bahasa Perancis dan mengenal budaya Perancis. Oleh karena adanya perbedaan tujuan dari setiap orang di Cina dalam mengenal Perancis selain pengajaran bahasa Perancis, kegiatan kebudayaan juga menjadi promosi penting yang dilakukan oleh AF.

Diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Perancis sebagai bentuk pengembangan dari soft power dapat memberikan dampak positif bagi kepentingan politik dan ekonomi. Dalam penelitian ini juga tidak menutup kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi jalinan kerjasama dan dapat memberikan kontribusi ekonomi dan politik.

Tinjauan pustaka ketiga dari jurnal Book and Libraries as Instrumets of Cultural Diplomacy in Francophone Africa during Cold War (2001 : 60) yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Mary Niles Maack, menjelaskan mengenai diplomasi kebudayaan melalui perpustakaan, penelitian tersebut berfokus pada tiga negara yaitu Perancis, Inggris, dan Amerika dengan waktu penelitian selama perang dingin. Strategi kebudayaan yang dilakukan di negara Francophone 'penutur bahasa Perancis' di Afrika dengan cara membangun pusat


(36)

kebudayaan yang memiliki perpustakaan. Negara Perancis sendiri mendirikan Alliance Francaise (AF), Inggris mendirikan British Council dan Amerika mendirikan United Stated Information Agency.

Pemilihan pendirian pusat kebudayaan dengan fokus perpustakaan tersebut dipengaruhi oleh tujuan masing-masing negara itu sendiri. Perbedaan tujuan yang dimiliki oleh negara-negara tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor sejarah didirikannya pusat kebudayaan tersebut. Amerika memiliki tujuan membangun pemahaman dan dukungan posisi Amerika di dunia Internasional, Perancis memiliki tujuan mendorong para penulis Afrika untuk menulis buku-buku berbahasa Perancis sebagai bentuk pertukaran kebudayaan, sedangkan Inggris memiliki tujuan mendukung program pengajaran bahasa Inggris. Melalui program-program tersebut diketahui seberapa besar upaya yang dilakukan negara untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Dan hasil dari penelitian dari ketiga negara yang dilakukan oleh Mary Niles Maack disimpulkan bahwa Perancis adalah negara yang konsisten dalam menggunakan buku sebagai alat dari diplomasi kebudayaan.

Kemudian dalam jurnal International Vutural elation: A Multi Country Comparison: Cultural Diplomacy (2003 : 12-13) yang juga diterjemahkan kedalam bahsa Indonesia. Margaret J Wyzormsky dan Christopher Burgess menjelaskan bahwa istilah diplomasi kebudayaan "Cultural Diplomacy" ternyata tidak digunakan oleh semua negara. Jepang menggunakan istilah Cultural exchange, Austria, Swedia, dan Belanda menggunakan istilah International Cultural Policy, sedangkan Australian, Kanada, Singapura dan Inggris


(37)

menggunakan istilah International Cultural Relation, dan hanya Perancis yang menggunakan istilah Diplomatte culturelle "diplomasi kebudayaan". Istilah tersebut dipengaruhi oleh tujuan yang berbeda dari masing-masing negara. Jepang memiliki tujuan untuk memperkenalkan budaya Jepang kepada dunia. Australia, Austria, Kanada dan Inggris memperkenalkan citra nasional yang baru. Belanda mencoba mengembangkan pandangan internasional akan cultural free port. Singapura memiliki tujuan membangun citra negara global untuk informasi, komunikasi, dan seni. Swedia memiliki tujuan meningkatkan peranan di bidang ekonomi, sosial, demokrasi, budaya, dan kemanusiaan dalam bentuk kerjasama. Sedangkan Perancis memiliki tujuan untuk mempromosikan budaya Perancis dan bahasa Perancis dengan menekankan pluralisme kebudayaan dan keanekaragaman sebagai bentuk komitmen kerjasama kebudayaan secara internasional.

Perbedaan yang ada menyebabkan prioritas setiap negara menjadi berbeda-beda sehingga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan diplomasi kebudayaan pun menjadi berbeda. Perbedaan tujuan yang ditunjukan pada penelitian Wyzormski dan Burgess ini mempengaruhi cara negara tersebut melaksanakan diplomasi kebudayaan. Namun di sisi lain ada kesamaan yang dapat dilihat dari perbedaan tujuan yang ada. Kesamaan tersebut yaitu masing-masing negara ingin memperlihatkan citra yang baik dalam memperkenalkan dan mempromosikan kebudayaan yang mereka miliki. Citra positif yang diperoleh di negara tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif di bidang yang lainnya, seperti yang dikatakan Wyzormski pada penelitiannya yaitu diplomasi kebudayaan memberi pengaruh positif akan citra suatu negara sehingga negara tersebut dapat


(38)

mengembangkan pasar dan membuka peluang perdagangan secara umum. Dengan demikian kontribusi yang diberikan oleh diplomasi kebudayaan kepada suatu negara dapat berhubungan dengan konsep ekonomi. Citra positif yang diperoleh suatu negara dengan melaksanakan diplomasi kebudayan mengindikasikan cara yang dilakukan negara tersebut tidak dengan cara kekerasan atau ancaman yang dikenal dengan hard power. Dengan demikian diplomasi kebudayaan lebih menggunakan cara kerjasama untuk memperoleh tujuan yang diinginkan. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Wyzormsky dalam laporan penelitiannya, bahwa adanya pandangan para ahli mengenai argumentasi mengenai soft power dalam diplomasi kebudayaan.

Dari ke empat jurnal penelitian yang dijelaskan di atas, jika dihubungkan dan dibandingkan dengan penelitian Diplomasi Kebudayaan Perancis di Indonesia Melalui Institut Francais d'Indonesie (IFI) Tahun 2012-2013 dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian

No. Penelitian Isi Penelitian Perbandingan

1. Jurnal Diplomasi Kebudayaan Menggunakan Kekuatan Kesenian , oleh I Wayan Dibia (2013)

Kesenian diyakini memiliki posisi yang sangat penting dan sentral serta mampu menjadi media efektif bagi sebuah diplomasi kebudayaan.

IFI menarik minat masyarakat Indonesia melalui kegiatan Kebudayaan yang menampilkan kesenian Perancis 2. Tesis Diplomasi

Kebudayaan Perancis di China Melalui Alliances Francaise 1989-2009 oleh Zaenatien Oktaviati (2011)

Alliance Francais melakukan diplomasi kebudayaan dengan mempromosikan bahasa Perancis melalui pengajaran bahasa Perancis dan memperkenalkan kebudayaan melalui kegiatan rutin kebudayaan.

IFI mengadakan pengajaran bahasa Perancis dan juga mengadakan kegiatan kebudayaan.


(39)

3. Jurnal Book and Libraries as Instruments of

Cultural Diplomacy in Francophone Africa during Cold War oleh Mary Niles Maack (2001)

Perancis adalah negara yang konsisten dalam menggunakan buku sebagai alat diplomasi kebudayaan.

IFI membuka perpustakaan untuk umum yang berisikan buku-buku dengan Bahasa Perancis.

4. Jurnal A Multi

Country Comparison : Cultural Dipomacy oleh Wyzormsky (2003)

Perancis memiliki tujuan mempromosikan budaya dan bahasa Perancis dengan menekankan pluraslime dan keanekaragaman. Keanekaragaman budaya Perancis dipromosikan melalui banyak jenis kegiatan kebudayaan yang dilaksanakan IFI.

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Hubungan Internasional

Hubungan internasional yang pada dasarnya merupakan studi mengenai interaksi lintas batas negara oleh state actor maupun non-state actor, memiliki berbagai macam pengertian. Dalam buku “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional” Anak Agung Banyu Perwita & Yanyan Mochamad Yani. menyatakan bahwa :

"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar“ (Perwita & Yani, 2005:3-4).

Hal ini berarti hubungan internasional mencakup interaksi yang dilakukan oleh aktor suatu negara dalam kehidupan antarnegara. Adanya saling ketergantungan dari kedua negara Perancis dan Indonesia mendorong adanya kerjasama seperti yang didelegasikan dalam kesepakatan bilateral kedua negara,


(40)

hendaknya kerjasama tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perancis memiliki prioritas solideritas dan pengaruh terhadap Indonesia melalui IFI untuk membangun pertukaran pelajar dan mempengaruhi budaya serta bahasa Perancis di Indonesia, dan bagi Indonesia dengan kesempatan study ke Perancis dapat meningkatkan intelektual mereka sehingga dapat membangun Indonesia ke arah yang lebih baik.

Kemudian Mochtar Mas‟oed lebih jauh menjelaskan dalam buku nya Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi bahwa :

"tujuan utama studi hubungan internasional adalah untuk mempelajari perilaku internasional, yakni perilaku para aktor negara maupun non negara dalam area transaksi internasional. Perilaku itu dapat berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya "(Mas‟oed, 2002:29).

Ilmu hubungan internasional merupakan ilmu dengan kajian interdisipliner, maksudnya, ilmu ini dapat menggunakan berbagai teori, konsep, dan pendekatan dari bidang ilmu-ilmu lain dalam mengembangkan kajiannya. Sepanjang menyangkut aspek internasional (hubungan/interaksi yang melintasi batas negara) adalah bidang hubungan internasional dengan kemungkinan berkaitan dengan ekonomi, hukum, komunikasi, politik, sosial dan budaya. Demikian juga untuk menelaah hubungan internasional dapat meminjam dan menyerap konsep-konsep sosiologi, psikologi, bahkan matematika (konsep probabilitas), untuk diterapkan dalam kajian hubungan internasional (Rudy, 2011:3).

Dengan seiring perkembangan zaman yang semakin maju dengan berbagai macam teknologi yang diciptakan menyebabkan studi hubungan internasional menjadi semakin kompleks. Kompleksitas hubungan internasional itu sesuai


(41)

dengan pendapat Jack. C Plano yang mengatakan bahwa hubungan internasional mencakup hubungan antar negara atau sebagai interaksi para aktor yang tindakan serta kondisinya dapat menimbulkan konsekuensi terhadap aktor lainnya untuk memberikan tanggapan (Plano, 1999:115).

Bidang sosial dan kebudayaan dapat masuk kedalam kajian ilmu hubungan internasional karna dalam penelitian ini hal yang dikaji adalah prioritas Perancis dalam meningkatkan pertukaran pendidikan dari Indonesia ke Perancis dan pengaruh penyebaran kebudayaan serta bahasa Perancis terhadap aspek sosial di Indonesia. Dan IFI berperan sebagai aktor yang menjembatani hubungan internasional di antara kedua negara tersebut.

2.2.2 Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional (National Interest) merupakan dasar dalam pembentukan kebijakan luar negeri. Pemerintah memproyeksikan kepentingan nasionalnya melalui kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri berisi cara tertentu untuk membantu negara-negara mencapai kepentingan nasionalnya. Dalam penelitian ini kepentingan nasional yang ingin dicapai Perancis melalui IFI Perancis ingin mempromosikan kebudayaan serta bahasa Perancis di Indonesia, melalui pertukaran pendidikan yang nantinya akan memberikan dampak positif dalam berbagai bidang di Perancis. Teuku May Rudy dalam buku Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-masalah Global menjelaskan bahwa:

"Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara


(42)

sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang dikategorikan atau ditetapkan sebagai Kepentingan Nasional” (Rudy, 2011 : 116).

Diplomasi dilakukan demi mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pada dasarnya, seorang diplomat India Kuno, dalam karyanya yang tersohor, Arthasastra, mengemukakan bahwa : "pencapaian kebijakan secara tepat akan memberi hasil yang menguntungkan" (Roy, 1991 : 5). Dijelaskan juga mengenai tujuan diplomasi, antara lain acquisition (perolehan), preservation (pemeliharaan), augmentation (penambahan), dan proper distribution (distribusi yang adil).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama diplomasi adalah demi mengamankan kepentingan negara sendiri. Kepentingan nasional yang biasanya dimiliki suatu negara antara lain memajukan perekonomian, melindungi warga negaranya di negara lain, mengembangkan budaya, meningkatkan gengsi, menjalin persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan seperti di atas, negara membutuhkan instrumen atau sarana dalam berdiplomasi, baik dalam segi politik, ekonomi, budaya, maupun militer. Dari segi politik, negara pasti berdiplomasi demi mengamankan kebebasan politik dan integritas wilayahnya. Instrumen yang bisa digunakan dalam aspek ini antara lain dengan cara memperkuat hubungan dengan negara sahabat, memelihara hubungan yang harmonis dengan negara yang memiliki kesamaan kepentingan, dan mengajukan jalan perdamaian dengan negara-negara yang memusuhinya.

Dewasa ini, negara-negara sering bertukar kebudayaan, diantaranya dengan mengirim duta budaya ke luar negeri. "Tujuan diplomatik dengan mengirim


(43)

delegasi kebudayaan adalah untuk menunjukkan keagungan kebudayaan suatu negara, dan apabila mungkin, dapat digunakan untuk mempengaruhi pendapat umum negara yang didatangi" (Roy, 1991:12).

Jika negara A sudah terkesan dengan kebudayaan negara B, maka akan lebih mudah bagi negara B untuk menggalang dukungan negara A, jika sewaktu-waktu negara B ditimpa masalah. Selain mengirim delegasi kebudayaan ke luar negeri, penggunaan instrumen kebudayaan yang lain misalnya adalah mengadakan acara budaya atau seni di negara lain, mengadakan forum internasional terkait dengan pertukaran budaya, memberi beasiswa bagi warga negara lain yang berprestasi di bidang seni atau kebudayaan, membangun pusat kebudayaan di negara lain, dan sebagainya.

2.2.3 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah keseluruhan perjalanan pemerintah untuk mengatur semua hubungan dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan pola perilaku yang diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam hubungannya dengan negara lain.

Diplomasi tidak dapat dipisahkan dari politik luar negeri suatu negara, tetapi keduanya bersama-sama merupakan kebijakan eksekutif, seperti kebijakan untuk menetukan suatu strategi (Suryokusumo, 2004:7-8).

Maka dengan demikian hubungan internasional merupakan forum interaksi dari berbagai kepentingan-kepentingan nasional. Dalam interaksi itu pula setiap negara berupaya menegakkan dan mempertahankan kepentingan nasionalnya


(44)

dalam forum interaksi masyarakat internasional yakni dengan melalui kebijaksanaan politik luar negeri masing-masing.

Dalam menjalankan politik luar negeri, hubungan internasional menjelaskan beberapa pendekatan, yang salah satunya adalah pendekatan pemikiran strategis suatu negara atau pendekatan adaptif, salah satu tokoh pemikirnya adalah James N. Rosenau. Berkaitan juga dengan politik luar negeri yang dirumuskan oleh Perancis berdasarkan keadaan geopolitik Indonesia. Bahwa menurut teoritisi pendekatan ini lingkungan akan menimbulkan akibat-akibat khusus, terlepas dari tindakan apa yang dilakukan oleh negara tersebut, model ini akan memisahkan perkiraan kapabilitas yang dimiliki oleh sebuah negara dengan posisi geopolitiknya, keadaan geografis dan sebagainya. Menurut Rosenau politik luar negeri merupakan suatu mekanisme interaksi negara-negara dengan beradaptasi dengan lingkungannya. Kondisi sebuah negara akan mempengaruhi politik luar negerinya. Negara yang memiliki lingkungan strategis pasti akan memiliki politik luar negeri yang berbeda, begitu juga dengan keadaan negara tujuan dimana politik luar negeri tersebut dilaksanakan, akan mempengaruhi perumusan politik luar negeri negara lain (Perwita & Yani, 2005: 62-63).

Ada beberapa langkah atau tahapan yang dilakukan oleh sebuah negara dalam proses politik luar negerinya. Langkah-langkah tersebut antara lain, pertama sebuah negara akan menetapkan semua tujuan dan kemana arah politik luar negerinya, serta mengumpulkan data-data penting seperti bagaimana kemampuan negaranya, kondisi dunia luar saat ini dan lainnya, tahap kedua adalah perumusan kebijakan dalam politik luar negeri untuk dapat mencapai


(45)

tujuan nasionalnya, biasanya hal ini akan dipengaruhi oleh faktor dalam negeri. Tahap selanjutnya yang dilalui oleh sebuah negara adalah keluarnya suatu kebijakan yang nantinya akan diterapkan, dimana dalam kebijakan tersebut terdapat serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan sebuah negara. Berikutnya negara akan melaksanakan politik luar negeri berdasarkan pada rumusan yang telah dibuatnya, hal ini dilakukuan dengan cara berhubungan dengan dunia luar, maka pasti akan muncul kemampuan baru sebuah negara dan tujuan lain yang hendak dicapai kembali, yang kemudian akan kembali pada proses awal yaitu information assessment (Perwita & Yani, 2005:60).

Politik luar negeri suatu negara ditunjukan untuk memajukan dan melindungi kepentingan negara itu. Fungsi utama diplomasi juga, adalah untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional. Dari situlah maka politik luar negeri dan diplomasi memiliki fungsi yang sama. Namun ada beberapa perbedaan yang mendasar diantara keduanya. Di dunia yang terdiri dari banyak bangsa ini, untuk melindungi dan memajukan kepentingan nasional, setiap bangsa harus menentukan sikapnya terhadap bangsa lain dan arah tindakan yang akan diambil dan dicapai dalam urusan internasional. Pada saat dasar ini diletakan dan politik luar negeri dirumuskan, maka munculah peranan diplomat untuk melaksanakan keputusan itu dengan kegiatan-kegiatannya. Jadi apabila fungsi utama politik luar negeri adalah mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri maka tugas utama diplomasi adalah untuk melaksanakanya dengan baik dan efektif (Roy, 1991:34).


(46)

2.2.4 Soft Power

Soft Power yang dimiliki oleh suatu negara, pada dasarnya bergantung pada tiga sumber utama, yakni: budaya, nilai-nilai politis, dan terakhir kebijakan luar negeri (Nye, 2004:11).

Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dan kebiasaan yang mempunyai arti bagi sebuah masyarakat. Budaya memiliki banyak manivestasi, dan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu high culture, seperti sastra, seni, dan edukasi yang biasa ditunjukan bagi kalangan elit dan popular culture yang diperuntukan bagi masyarakat secara umum. Apabila budaya suatu negara memiliki nilai universal serta mempromosikan nilai dan kepentingan yang dibagi bersaman maka budaya tersebut dapat meningkatkan hasil yang diinginkan dengan citra yang tercipta (Nye, 2004:12).

Menurut Joseph S. Nye, JR mengenai soft power dalam bukunya Soft Power: The Means to Success in World Politics bahwa "Soft power merupakan kemampuan suatu negara untuk membentuk pola pikir negara lain supaya cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh negara pelaku soft power tersebut (Nye, 2004:5).

Kemudian Nye juga menjelaskan bahwa power datang dari sebuah ketertarikan :

"Para pemimpin politik telah lama memahami kekuatan yang berasal dari daya tarik. Kemampuan untuk membangun yang dipilih cenderung dikaitkan dengan aset tidak berwujud seperti kepribadian yang menarik, budaya, nilai-nilai politik dan lembaga, dan kebijakan yang dipandang sebagai otoritas yang memiliki moral yang sah" (Nye, 2004 : 6).


(47)

Dari kutipan di atas, Nye menjelaskan bahwa terdapat tiga sumber soft power suatu negara, yakni kebudayaan, nilai-nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Joseph Nye berargumen bahwa disamping sisi nilai tradisi dan bangunan politik serta kebijakan luar negeri sebuah negara, budaya merupakan salah satu elemen soft power yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi bangsa lain. Ketiga sumber power ini sebagai kemampuan menciptakan pilihan-pilihan bagi orang lain, yakni kemampuan memikat pihak lain agar dapat memilih melakukan suatu hal yang kita kehendaki tanpa kita perlu untuk memintanya.

Ketika seseorang mengagumi bahkan tergila-gila dengan suatu budaya, ia bukan hanya akan mencari tahu tentangnya, tapi bahkan akan menyebarluaskannya, sehingga dikenal menjadi mode tersendiri bagi mereka. Budaya yang masuk akan dengan mudah mempengaruhi orang yang terobsesi tersebut.

Di Indonesia, IFI berkepentingan mensosialisasikan budaya, seni, citra, nilai, dan kebijakan negerinya kepada masyarakat Indonesia dengan berbagai cara lembaga tersebut melakukan diplomasi budaya untuk mecapai kepentingan nasional negaranya melalui program-program yang memikat masyarakat Indonesia tanpa harus memaksa, yakni dengan menggunakan pendekatan soft power seperti kursus bahasa, pemutaran film, pertunjukan seni, pemberian beasiswa, dsb. Selain itu, media-media mereka mamainkan peran penting dalam menggiring opini publik terhadap Perancis, negara yang mendirikan pusat kebudayaan tersebut.


(48)

2.2.5 Diplomasi

Banyak defenisi yang dapat dikutip dari para ahli ilmu hubungan internasional mengenai diplomasi. Ada para ahli yang menghubungkan diplomasi dengan perang, atau perang merupakan kelanjutan dari diplomasi dengan melalui sarana lain. Akan tetapi kebanyakan para ahli lebih menekankan keterkaitan diplomasi dengan negosiasi. Harold Nicholson (1942) dalam S.L.Roy (1991) mejelaskan :

“diplomasi merupakan cakupan dari lima hal yang berbeda yaitu; (1) politik luar negeri, (2) negosiasi, (3) mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut, (4) suatu cabang Dinas Luar Negeri, dan interpretasi yang kelima merupakan kualitas abstrak pemberian yang mencakup keahlian dalam pelaksanaan negosiasi internasional”(Roy, 1991:3).

Dalam prakteknya diplomasi harus dibedakan dengan politik luar negeri, oleh karena itu diperlukan adanya batasan diantara kedua konsep tersebut. Dimana, diplomasi bukanlah merupakan kebijakan, tetapi merupakan lembaga untuk memberikan pengaruh terhadap kebijakan tersebut. Namun diplomasi dan kebijakan keduanya saling melengkapi karena seseorang tidak akan dapat bertindak tanpa kerjasama satu sama lain (Roy, 1991:6).

Diplomasi merupakan cara-cara yang dilakukan dalam hubungan internasional melalui perundingan, yang mana dilaksanakan oleh para duta besar, yang merupakan pekerjaan atau seni dari diplomat. Praktek-praktek negara semacam itu sudah melembaga sejak dahulu dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. Dengan demikian diplomasi juga merupakan cara-cara yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk mencapai tujuannya dan memperoleh dukungan mengenai prinsip-prinsip yang diambilnya.


(49)

Menurut Kardinal Richeliu seorang negarawan Perancis yang ulung pada zamannya mengarahkan tujuan Perancis selama pemerintahan Louis XIV dan Groyius dalam S.L.Roy (1991), mengatakan bahwa :

"seni negosiasi bukanlah suatu yang tergesa-gesa melaikan sesuatu yang permanen, perjanjian merupakan alat yang penting dari diplomasi, harus ditetapkan sesudah pertimbangan yang hati terhadap semua aspek, dan negosiasi tidak perlu berakhir dengan persetujuan, tetapi setiap pihak yang akan berunding harus mengetahui sejak awal bahwa pihak lain tersebut benar-benar mewakili hak kedaulatan di negerinya sendiri" (Roy, 1991:67). Metode Perancis bertahan sebagai suatu model diplomasi dalam waktu yang lama. Selama periode ini bangsa Perancis memberikan penekanan yang besar pada instruksi tertulis yang diberikan kepada para duta besar. Instruksi ini memuat garis besar kebijaksanaan yang harus dicapai oleh duta besar. Suatu perhitungan menyeluruh tentang kondisi politik negara yang akan dituju juga diberikan. Instruksi itu juga menyertakan surat kepercayaan. Selama abad 17 dan 18 metode diplomasi Perancis menjadi demikian populer sehingga bahasa Perancis menjadi lingua franca diplomasi (Roy, 1991:68).

Tujuan dari diplomasi yang baik atau efektif adalah untuk menjamin keuntungan maksimum negara sendiri. Kepentingan terdepan tampaknya adalah pemeliharaan keamanan. Tetapi selain pertimbangan yang vital tentang keamanan nasional, terdapat tujuan vital yang lain antara lain memajukan ekonomi, perdagangan dan kepentingan komersial, perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan budaya dan ideologi, peningkatan prestise nasional, memperoleh persahabatan dengan negara lain, dan sebagainya. Secara luas tujuan ini bisa dibagi menjadi empat: politik, ekonomi, budaya dan ideologi (Roy, 1991:5).


(50)

Dalam penelitian ini jika ditinjau dari teori diplomasi, bahwa yang menjadi dasar suatu diplomasi adalah politik luar negri Perancis yang membuat kebijakan eksternal kebahasaan kemudian kebijakan tersebut di implementasikan terhadap hubungan bilateral Perancis dan Indonesia kemudian terjadi negosiasi antara para state actor untuk membicarakan mekanisme pelaksanaan negosiasi tersebut. Sehingga lebih jauhnya IFI yang merupakan lembaga dijadikan sebagai sarana diplomasi tersebut.

2.2.5.1 Diplomasi Publik

Diplomasi publik merupakan kunci dalam implementasi apa yang disebut dengan Soft Diplomacy menjadi alat utama diplomasi sekarang ini. Perkembangan diplomasi di era globalisasi menjadikan Diplomasi Publik itu sendiri semakin beragam. Kecenderungan pelaksanaan Diplomasi Publik dengan menggunakan aplikasi Soft Diplomacy dianggap efektif dan efisien karena mudah untuk dilakukan tanpa menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan Diplomasi Publik melibatkan berbagai kalangn aktor non-pemerintah. Oleh karena itu, Soft Diplomacy merupakan bentuk nyata dari penggunaan instrumen selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi, salah satunya yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi (Yudhantara, 2011:183).

Diplomasi publik „second track diplomacy’, didefinisikan sebagai upaya diplomasi yang dilakukan oleh elemen-elemen non-government secara tidak resmi (unofficial). Dalam hal ini second track diplomacy bukan berarti bertindak sebagai


(51)

pengganti first track diplomacy, akan tetapi turut melancarkan jalan bagi negosiasi. Selain itu peranan second track diplomacy ini juga untuk melancarkan persetujuan yang dilaksanakan oleh first track diplomacy, dengan cara mendorong para diplomat untuk memanfaatkan informasi penting yang diperoleh pelaku-pelaku second track diplomacy.

Menurut John W. McDonald (2012) dalam Journal Conflictologi : The Institut for Multi-track Diplomacy yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, Multi-track diplomacy terdiri dari sembilan jalur yaitu sebagai berikut :

1. Track 1 - Pemerintah, atau Perdamaian melalui Diplomasi. Menyangkut pendekatan diplomasi resmi, perumusan kebijakan, dan perdamaian.

2. Track 2 - Non-Pemerintah/Professional, Perdamaian melalui Resolusi Konflik. 3. Track 3 - Bisnis, atau Perdamaian melalui Perdagangan.

4. Track 4 - Private Citizen, melalui Keterlibatan Perdamaian warga negara sipil. 5. Track 5 - Penelitian, dan Pendidikan, atau perdamaian melalui Pembelajaran. Jalur ini mencakup: penelitian, seperti yang terhubung ke program universitas, pola pikir, dan minat khusus pada pusat penelitian.

6. Track 6 - Aktivisme, atau Perdamaian melalui Advokasi.

7. Track 7 - Agama, atau Perdamaian melalui Iman dalam tindakan. 8. Track 8 - Pendanaan, atau Perdamaian melalui Pemberian Resources. 9. Track 9 - Komunikasi dan Media, atau Perdamaian melalui Informasi.

Sistem ini mengharuskan semua track untuk akhirnya bekerja sama untuk membangun sebuah proses perdamaian yang akan berlangsung, itu merupakan


(52)

transisi dari track 1 untuk melacak 2 sulit dicapai , menjadi salah satu masalah utama yang harus dihadapi organisasi (Diamond, 2012:67-68).

Lima dari sembilan track tersebut yang digunakan Perancis dalam melakukan diplomasi kebudayaannya di Indonesia, dimulai dengan adaya negosiasi dalam pencapaian kerjasama bilateral, privat citizen, pelatihan dan pendidikan, pendanaan yang diberika Perancis dan jiga komunikasi serta media yang membantu Perancis dalam melancarkan diplomasi kebudayaannya.

2.2.5.2 Diplomasi Kebudayaan

Diplomasi kebudayaan merupakan fenomena lama, dalam beberapa literatur diplomasi kebudayaan disebutkan sebagai Cultural Techniques in Foreign Policy (Warsito & Kartikasari, 2007:1). Sehingga saat ini diplomasi kebudayaan banyak dipakai dalam menyampaikan kebijakan luar negeri suatu negara.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religiusm dan lain-lain yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kemudian menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat (Simanjuntak, 2006:136).


(53)

Pada tanggal 26 Juli sampai dengan 6 Agustus 1982 telah diadakan World Conference on Cultural Policies di Mexico City yang disponsori oleh UNESCO. Konfrensi ini menghasilkan kesepakatan bahwa :

"Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan bendabenda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melaksanakan kehidupan"(http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Konsep Kebudayaan diakses pada tanggal 14 April 2014 pukul 08:02 WIB).

Para ahli berpedapat untuk mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut :

1. Melville J. Herkovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu, alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan poltik. 2. Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok yang meliputi :

a) Sistem norma sosial yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

b) Orgaisasi ekonomi

c) Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-ptugas untuk pendidikan. d) Organisasi kekuatan (politik) (Koentjaraningrat, 1999:13).

Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yang berdaulat melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional (Berrige dan James, 2012:69). Namun secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara dalam


(54)

rangka memperjuangkan kepentingan nasionalnya di dunia internasional (Roy, 1991:9).

Sedangkan definisi diplomasi budaya adalah sebuah pertukaran ide, informasi, seni, serta aspek kebudayaan lainnya dengan tujuan untuk menjaga sikap saling pengertian antara satu negara dengan negara lain maupun antar masyarakat (Cummings, 2003:1).

Eksibisi kebudayaan lebih sering berguna daripada pameran kekuatan militer. J.W. Fulbright dalam S.L.Roy (1991) berkomentar bahwa : "bentuk dunia, satu generasi sesudah ini akan lebih dipengaruhi oleh seberapa baik kita mengkomunikasikan nilai-nilai masyarakat kita kepada negara lain" (Roy, 1991:12).

Imperialisme kebudayaan merupakan suatu usaha untuk menakhlukan dan menguasai jiwa manusia serta sebagai sebuah instrumen untuk mengubah hubungan power antara kedua negara. Hubungan kebudayaan bisa banyak membawa dua bangsa menjadi lebih dekat. Hal ini sekarang sudah diakui. Ini sebabnya mengapa negara-negara sekarang sibuk memapankan hubungan-hubungan kebudayaan. Mereka menyelenggarakan program-program pertukaran kebudayaan dan membangun pusat-pusat kebudayaan permanen di negara lain. Pusat-pusat kebudayaan ini sekarang telah menjadi alat yang efektif (Roy, 1991:13).

Dalam buku Diplomasi : Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia Kebudayaan, Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari mendefinisikan Diplomasi Kebudayaan sebagai berikut :


(1)

mengetahui kapasitas Perancis di bidang penelitian. Kemudian kurangnya informasi tentang program-program penelitian Perancis di Indonesia menjadi suatu kesulitan sendiri bagi IFI dalam menjalankan program kerjasama ilmiah tersebut. Upaya yang dilakukan IFI adalah dengan menggencarkan informasi dan promosi-program kerjasama ilmiah. Berupaya mengubah stereotip dan pandangan masyarakat tentang Perancis tentang Perancis

Hasil dari program-program yang dilaksanakan oleh IFI sebagai diplomasi kebudayaan Perancis di Indonesia yaitu, dalam program kebudayaan, terjadinya dialog antar seniman sehingga terjadi suatu seniman residence sehingga diplomasi kebudayaan yang terjadi adalah pertukaran ide dari para seniman dari Indonesia dan Perancis sehingga menghasilkan suatu karya tertentu.

Dalam program pendidikan, hasil yang didapat yaitu memberikan kesadaran kepada masyarakat Indonesia terutama pada kalangan intelektual atas pentingnya belajar bahasa Perancis. Dalam misi meningkatkan mobilitas pelajar, dosen dan peneliti Indonesia ke Perancis ataupun sebaliknya IFI telah mengupayakan meningkatkan jumlah pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke Perancis setelah pada tahun 2009 sampai 2011 mengalami penurunan. Alumni Indonesia lulusan Perancis juga sudah dapat diintegrasikan sehingga mempermudah bagi perusahaan untuk mengambil tenaga kerja. Alumni lulusan Perancis tersebut menjadi suatu instrumen yang dapat mempererat hubungan antara Indonesia dan Perancis karna alumni tersebut memiliki keterikatan bagi dengan Perancis. Pola-pola pikir mereka pun sedikit atau banyak pasti ada orientasi atas apa yang mereka pelajari atau alami di Perancis.


(2)

121

Dalam program kerjasama ilmiah Perancis melalui IFI melakukan kerjasama universitas sehingga berperan merangsang program-program baru, menyelenggarakan kerjasama secara lebih terstruktur dan lebih efektif, terutama di empat poros utama kerjasama yang dijalin dengan Pemerintah Indonesia, yaitu pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, kesehatan, bidang teknik dan teknologi, ilmu sosial dan humaniora melalui lembaga-lembaga penelitian yang dibawahi oleh IFI.

Perubahan nama dari CCF kepada IFI pada tahun 2012 berpengaruh terhadap peningkatan minat masyarakat terhadap Perancis, melalui 3 Program yang dilaksanakan oleh IFI degan diperkuat oleh data-data yang ada, minat masyarakat dalam program kebudayaan meningkat dua kali lipat begitu juga pada program pendidikan, sedangkan dalam program kerjasama ilmiah berpengaruh terhadap meningkatnya hubungan Perancis-Indonesia yang semakin erat dengan berbagai kerjasama yang terjalin di antara kedua negara.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Institut Francais d'Indonesie (IFI)

Dalam Program Kebudayaan agar lebih gencar lagi dalam mempromosikan acara-acara kebudayaan kepada masyarakat luas sehingga semua kalangan dapat menikmati pertunjukan tersebut dan mengambil manfaat baik ilmu ataupun hiburan yang didapat, sehingga masyarakat akan lebih mengenal kebudayaan Perancis, lebih meningkatkan jumlah seniman residence bukan saja sebagai agen dari diplomasi kebudayaan tetapi para seniman tersebut akan memiliki banyak


(3)

pengalaman sehingga dapat menghasilkan karya yang lebih baik ketika mereka kembali ke Indonesia.

Saran dalam program Pendidikan adalah, supaya IFI lebih banyak membuka cabang kerjasama ilmiah dan warung Perancis di berbagai universitas sehingga mempermudah bagi peminat Perancis untuk mendapatkan informasi tentang Perancis baik segi beasiswa maupun dalam mengenal bahasa dan kebudayaan Perancis. Kemudian agar IFI lebih banyak memiliki rekanan dengan berbagai department dan prusahaan-perusahaan baik di Perancis atau di Indonesia supaya dapat menambah jumlah pemberian beasiswa, memberi kemudahan dalam persyaratan namum di imbangi dalam memberikan pelatihan yang lebih intense lagi kepada para calon pelajar Indonesia yang akan melanjutkan pendidikan ke Perancis.

Dalam Program Kerjasama Ilmiah, supaya IFI lebih sering lagi mengadakan seminar-semianar intelektual di universitas yang belum pernah mendapat seminar tersebut akan lebih mengenal lembaga-lembaga penelitian Perancis yang ada di Indonesia untuk lebih memanfaatkannya lagi dalam meningkatkan penelitian Indonesia.

5.2.2 Saran Untuk Pelajar dan Masyarakat Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia ataupun para pelajar, memang sebagai warga negara yang baik kita harus cinta terhadap kebudayaan negara Indonesia yang beraneka ragam. Tetapi alangkah lebih baik jika kita mengenal kebudayaan negara lain sebagai ilmu pengetahuan, dengan usaha dan upaya mencari tahu maka akan


(4)

123

banyak sekali manfaat yang akan didapat. Sebagai warga negara juga kita dapat berperan sebagai agen diplomasi kebudayaan. Program-program yang diselenggarakan oleh IFI banyak memberikan kesempatan bukan saja Perancis yang secara tidak langsung menjadikan para seniman residence ataupun pelajar Indonesia sebagai agend diplomasi kebudayaan. Tetapi para pelajar dan seniman Indonesia yang berada di Perancis juga dapt menjadi agen diplomasi kebudayaan di Perancis.


(5)

(6)