Kadar Pati Tepung Jagung Nikstamal

90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 14,9. Tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan lama perendaman 24 jam, pada suhu 60 C nilai persentase kelarutan sebesar 2,6 kemudian meningkat pada suhu 70 o C sebesar 4,5 dan pada suhu pemanasan 80 o C, nilai kelarutan menjadi 9,5, sampai dengan suhu 90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 12,8. Gambar 13. Persentase kelarutan tepung jagung nikstamal jenis lampung Gambar 13 menunjukkan bahwa tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan perendaman 0 jam tanpa perendaman larutan alkali mengalami peningkatan kelarutan secara linier. Semakin lama suhu pemanasan, maka kelarutan tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung mengalami peningkatan. Namun, penurunan kelarutan terjadi pada tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan lama perendaman 24 jam. Penurunan kelarutan pada tepung jagung nikstamal dengan lama perendaman 24 jam diduga akibat perubahan sifat pati yang semula hidrofilik menjadi hidrofobik. Menurut Xu et al. 2004, hidrofobisitas pati meningkat dengan peningkatan panjang rantai karbon ditinjau dari kandungan pati. Selain itu, penurunan kelarutan juga diduga karena terjadi kompleks antara amilosa dengan gugus substituen dengan ikatan yang sangat kuat, sehingga menyebabkan terjadi pemerangkapan molekul air didalam molekul pati yang mengakibatkan daya mengembang meningkat dan mencegah molekul amilosa untuk terlarut dalam sistem yang menyebabkan daya larut menurun Thirathumthavorn and Charoenrein, 2006. Untuk tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Madura Gambar 14, pada lama perendaman 0 jam pada suhu 60 C nilai persentase kelarutan sebesar 3 kemudian meningkat pada suhu 70 o C sebesar 3,5 dan pada suhu pemanasan 80 o C, nilai kelarutan menjadi 5,6, sampai dengan suhu 90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 11,3. Tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan lama perendaman 8 jam, pada suhu 60 C nilai persentase kelarutan sebesar 3,5 kemudian meningkat pada suhu 70 o C sebesar 5 dan pada suhu pemanasan 80 o C, nilai kelarutan menjadi 6,2, sampai dengan suhu 90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 13,2. Tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan lama perendaman 16 jam, pada suhu 60 C nilai persentase kelarutan sebesar 4,3 kemudian meningkat pada suhu 70 o C sebesar 5,9 dan pada suhu pemanasan 80 o C nilai kelarutan menjadi 8,4, sampai dengan suhu 90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 14. Tepung jagung nikstamal berbahan baku jagung Lampung dengan lama perendaman 24 jam, pada suhu 60 C nilai persentase kelarutan sebesar 4,9 kemudian meningkat pada suhu 70 o C sebesar 8,3 dan pada suhu pemanasan 80 o C, nilai kelarutan menjadi 13, sampai dengan suhu 90 o C mencapai nilai kelarutan sebesar 15,2. Gambar 14. Persentase kelarutan tepung jagung nikstamal jenis madura Secara garis besar dapat dilihat bahwa semakin lama perendaman jagung Madura dalam proses nikstamalisasi maka nilai persentase kelarutan mengalami peningkatan. Kelarutan pun meningkat seiring meningkatnya suhu pemanasan. Menurut Singh et al. 2005, kelarutan pati jagung berkisar 6 - 20,3 pada suhu 90 C. Sedangkan penelitian Setiawan 2009 melaporkan bahwa pada suhu pemanasan 90 C kelarutan pati jagung berkisar antara 9 – 12. Persentase kelarutan tepung jagung nikstamal pada penelitian ini berkisar antara 7,5 – 15,2 pada suhu 90 o C. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai persentase kelarutan antara pati jagung dengan tepung nikstamal tidak berbeda jauh,walaupun dapat dilihat bahwa nilai kelarutan tepung jagung nikstamal lebih rendah dibandingkan dengan nilai kelarutan pati jagung. Pada Gambar 13 dan 14 terlepas dari jenis jagung dan lama perendaman dapat dilihat bahwa peningkatan suhu pemanasan juga mempengaruhi persentase kelarutan, semakin tinggi suhu pemanasan maka persentase kelarutan menjadi lebih tinggi.

Dokumen yang terkait

Isolation and identification of indigenous microorganisms and its application in fermented corn and characterization of physicochemical properties of the flour

1 21 271

Study on the Effect of Proportion of Soya Flour and Corn Flour on Physicochemical Properties of Pork Nuggets | Surjoseputro | Indonesian Food and Nutrition Progress 15214 28853 1 PB

0 0 7

THE EFFECT OF CORN BOILING TIME (Zea mays L) AND CONCENTRATION OF CaCO3 ON THE QUALITY OF CORN CHIPS

0 0 9

FIXED ORDER QUANTITY DISCOUNT A Study on A Study on Inventory Control of Soybean Inventory Control of Soybean Inventory Control of Soybean as as as Raw Material Raw Material Raw Material in in in ““““Takwa Takwa Takwa”””” Tofu Tofu Industry Using The Fixe

0 0 10

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF AGROINDUSTRI CHIPS UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DI KABUPATEN TRENGGALEK (THE ANALYSIS OF ALLOCATIVE EFFICIENCY IN AGROINDUSTRY OF CHIPS CASSAVA AS RAW MATERIAL OF MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) AT

0 0 13

Effect of Particle Size Variation of Corn Flour on Physicochemical Characteristics of Instant Corn Noodles

0 0 11

STUDI FORMULASI JAGUNG (Zea mays L.) DAN TEMPE TERHADAP NILAI GIZI DAN SIFAT MUTU SENSORIS TORTILLA CHIPS Study of Formulation of Corn (Zea mays L.) and Tempeh on Nutrition Value and Hedonic Quality Property of Tortilla Chips Yulian Andriyani, Hudaida Sya

0 1 6

FORMULASI TEPUNG JAGUNG (Zea corn L.) TERFERMENTASI DAN TEPUNG TERIGU TERHADAP SIFAT KIMIA, FISIKOKIMIA DAN SENSORI ROTI MANIS [Formulation of Fermented Corn (Zea corn L.) Flour and Wheat Flour on The Chemical, Physicochemical and Sensory Properties of Sw

0 0 14

EFFECT OF RIPENING STAGE OF PINEAPPLE (Ananas comosus (L.) Merr.) AND VACUUM FRYER TEMPERATUR ON THE CHARACTERISTIC PHYSICOCHEMICAL AND SENSORY PINEAPPLE CHIPS

0 0 11

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG PATI JAGUNG, MOCAF DAN TEPUNG JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN SENSORI NAAN BREAD THE EFFECTS OF SUBSTITUTION CORN STARCH FLOUR, MOCAF AND CORN FLOUR ON THE PHYSICOCHEMICAL AND SENSORY CHARACTERISTICS OF NAAN BREAD

0 0 12