VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
1 Terdapat hubungan yang kuat antara kelembagaan, prilaku, dan performa Gapoktan HKm Hijau Makmur pada wilayah kerja yang tidak memiliki
hambatan alamiah natural barrier dan tidak ada permasalahan jarak tempat tinggal social distance sehingga kinerja kelembagaan
menentukan kinerja kelompok; akan tetapi pada wilayah kerja yang memiliki hambatan alamiah natural barrier dalam bentuk bukit-bukit
terjal dan terpencar yang mengakibatkan hubungan antar partisipan terpisah satu sama lainnya membuat hubungan antara kelembagaan,
prilaku, dan performa sangatlah lemah. 2 Perubahan kelembagaan yang diikuti dengan penerapan teknologi
budidaya tanaman dan sistem pertanian konservasi akan meningkatkan kinerja kelompok HKm menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi
semula; a Pada kelompok IV, rekayasa kelembagaan dalam bentuk pemberian
reward bagi anggota yang telah menunjukkan kinerja terbaik skenario minimum akan meningkatkan kinerja kelompok HKm.
103
b Pada kelompok V, rekayasa kelembagaan harus dilakukan secara tegas dan kuat, antara lain, pembagian kelompok kedalam sub
kelompok-sub kelompok. Pada kondisi ini pembagian kelompok dalam 3 tiga sub kelompok disertai dengan penerapan teknologi
budidaya tanaman dan sistem pertanian konservasi akan meningkatkan kinerja yang sangat besar dibandingkan kondisi yang
ada saat ini. 3 Pada wilayah kerja yang tidak memiliki hambatan alamiah natural
barrier dan tidak ada permasalahan jarak tempat tinggal social distance, maka bentuk kelembagaan yang besar kelompok merupakan
kelembagaan yang paling sesuai; sedangkan pada wilayah kerja yang memiliki hambatan alamiah natural barrier dalam bentuk bukit-bukit
terjal dan terpencar yang mengakibatkan hubungan antar partisipan terpisah satu sama lainnya, maka bentuk kelembagaan yang kecil sub
kelompok-sub kelompok dengan penerapan teknologi budidaya tanaman dan konservasi lahan yang baik dan benar, serta penerapan peraturan yang
tegas dan kuat bagi anggota kelompok yang melanggar, dan mekanisme pengambilan keputusan organisasi melalui sub kelompok-sub kelompok
merupakan bentuk kelembagaan yang sesuai.
104 B. Saran-saran
1 Kepada Petani Pengelola HKm
Perlu dilakukan rekayasa kelembagaan melalui penataan organisasi dengan membagi kelompok menjadi sub kelompok-sub kelompok dan
meningkatkan pengetahuan dan kapasitas petani dalam teknologi budidaya tanaman dan teknik konservasi lahan, guna meningkatkan
produksi tanaman dan pendapatan serta kelstarian lingkungan. Khusus kelompok V; membangun struktur pada tingkat sub kelompok sangat
dianjurkan serta menata kembali lahan garapan.
2 Kepada Pemerintah
Perlu melengkapi petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis tentang hak dan kewajiban partisipan Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Kehutan dan
Perkebunan Kabupaten Tanggamus, BP4K Kabupaten Tanggamus, BP3K Kecamatan Air Naningan, Polisi Kehutanan, serta Pengurus dan anggota
Gapoktan Hijau Makmur dalam pengelolaan HKm, karena penerapan peraturan tidak dapat diaplikasikan secara umum digeneralisasi dan
harus mempertimbangkan kondisi geografis, kondisi prilaku usaha, dan karakteristik partisipan daya adaptasi partisipan, serta sesuai dengan
Standard Operational Procedure SOP dengan memperhatikan kearifan lokal yang ada.
105 3 Kepada Peneliti Lain
Karena penelitian ini hanya melalui pendekatan secara Institutional Impact Asessment, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
kelembagaan HKm melalui pendekatan “Institutional Development Analysis”
4 Kepada Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, Perguruan Tinggi, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, perlu melakukan
pendampingan yang komprehensif dalam rangka penguatan kelembagaan pengelola HKm.
DAFTAR PUSTAKA
AAK [Aksi Agraris Kanisius]. 1980. Bercocok Tanam Lada. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
AAK [Aksi Agraris Kanisius]. 1989. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
ADART Gapoktan Hijau Makmur. 2009 [BPDAS WSS] Balai Pengelolaan DAS Wilayah Sungai Way Seputih – Way
Sekampung. 2003. Master Plan Rencana Induk Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Lampung tahun 2003-2007. Bandar Lampung.
Banuwa, I.S. 2008. Pengembangan Alternatif Usaha Tani Berbasis Kopi Untuk Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Di DAS
Sekampung Hulu [Disertasi]. IPB. Bogor. 134 halaman
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2005. Tanggamus dalam Angka 20042005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus.
Lampung.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia.Dephutbun RI. Jakarta.
Djogo. T. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan Dalam Pengelolaan Agroforestri. ICRAF.
Finsterbusch, K. 1975. “Estimating Policy Consequences for Individual, Organizations, and Communities” dalam Methodology of Social Impact
Assessment. Second Edition. Edited by Finsterbusch, K and C.P. Wolf. Hutchinson Ross Publishing Company. Massachusetts: 13-23.
Jamal M. Gawi. 1999. Konsep Pengembangan Hutan Kemasyarakatan. Seminar dan Lokakarya Pengembangan SDM Hutan Kemasyarakatan, Bogor 7-9
April 1999
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 31Kpts-II2001 tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan. Tanggal 12 Pebruari 2001. Jakarta
107
Keputusan Menteri Kehutanan No. 70Kpts-II2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan. Jakarta
Keputusan Menteri Kehutanan No. 751Menhut-II2009 tentang Ijin Pemanfaat HKm Kab. Tanggamus
Monografi Pekon Air Naningan Kec. Air Naningan. 2009 Monografi Pekon Sinar Jawa Kec. Air Naningan. 2009
Pakpahan, 1990. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam rekayasa Institusi. Makalah disampaikan sebagai bahan seminar pad Pengkajian
Masalah Perkoperasian Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Koperasi di Jakarta. 23 Oktober 1990. 26 halaman
Pakpahan dkk., 1992. Studi Kebijaksanaan Irigasi Pompa di Indonesia. Kerjasama Penelitian Ford Foundatation dengan Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 19 halaman.
Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan No P.37Menhut-II2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Jakarta. 41 pasal
Permenhut No P 13Menhut-II2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No P.37Menhut-II2007 tentang Hutan
Kemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008. tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta
Rochmayanto, Y., Edi Nurrohman, dan Dodi Frianto. 2003. Analisis Sistem Kelembagaan Pada Hutan Kemasyarakatan Koto Panjang, Riau. Loka
Litbang HHBK Kuok. kelembagaandas.wordpress.comkelembagaan-hutan-kemasyarakatan
Roy, S.B. 1999. “Joint Forest Management in India.” Presentation made for Workshop on Training for Social Forestry Official”, Bogor, April 1999.
108
Sukanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Kesatu. CV. Rajawali. Jakarta. 447 halaman
Sylviani. 2006. Kajian Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air. www.scribd.comdoc26661735
Undang-Undang R I Nomor 41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan. Jakarta. 83 pasal
Undang-Undang R I Nomor 7 Tahun 2004. Tentang Sumber Daya Air. Jakarta. 98 halaman
Yanuardi, D. 2011. Evaluasi Kelompok Tani Mekar Jaya Menjadi Kelompok Tani HKm Register 21 Perentian Batu di Dusun Cikantor Desa Sinar
Harapan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Skripsi Sarjana. Faperta Unila. Bandar Lampung. 78 halaman.
Zakaria W. A. 1992. Analisis Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A Irigasi Pompa Dalam. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
330 Halaman
LAMPIRAN
ANALISIS KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN
KEMASYARAKATAN DI DAS SEKAMPUNG HULU Studi Kasus pada Gapoktan Hijau Makmur
Tesis
Oleh
ZAINAL MUTAQIN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
ANALISIS KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN
KEMASYARAKATAN DI DAS SEKAMPUNG HULU Studi Kasus pada Gapoktan Hijau Makmur
Oleh ZAINAL MUTAQIN
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER SAINS pada
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2012
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. iii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah ……………………………… 1
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………………. 6
C. Kerangka Pemikiran………………….……………………. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Hutan ……………………….……………… 10
B. Sistem Pertanian Berkelanjutan ………….………………
11 C. Kebijakan Pengelolaan HKm………………………………
13 D. Teori Organisasi……………………………………………
18 E. Konsep Kelembagaan…………….………………………..
24 1. Ciri Utama Kelembagaan………………………………
27 2. Perubahan Kelembagaan …………….…………………
28 3. Performa Organisasi …………………..………………
29
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………… 31
B. Jenis, Sumber dan Kegunaan Data……………………..….. 31
C. Teknik Penentuan Sampel dan Pengumpulan Data…………. 33
D. Analisis Data ………………………………………………. 33
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
A. Keadaan Lingkungan Alam ……………………………… 37
B. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ………….………… 40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Organisasi Gapoktan Hijau Makmur 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Hijau Makmur …. …………
42 2. Keragaan Kelembagaan
………………………………… 43
a. Batas Yurisdiksi ……………….……………………… 43
b. Hak dan Kewajiban ………………….………………
48 c. Mekanisme Pengambilan Keputusan ………………….
49 d. Penegakan Aturan Main..………………………………
50 3. Keragaan usaha anggota Gapoktan ……. …………………
51 B. Hubungan Antara Kelembagaan, Prilaku dan Kinerja
1. Tingkat Gapoktan …………………………… …………… 52
a. Karakteristik Partisipan……. ………………………… 52
b. Teknologi……………………………………………… 64
c. Kelembagaan ………………………………………… 66
1 Batas Yurisdiksi ………………………………… 66
2 Hak Kepemilikan dan Izin Pengelolaan HKm ..… 70
3 Aturan Representasi……. ………………………… 71
4 Penegakan Aturan Main ………………………….. 72
2. Tingkat Kelompok Tani ………………………………… 73
a. Kelompok IV Kelompok dengan Karakteristik Baik… 73
1 Karakteristik Partisipan…………………………… 73
2 Teknologi…………………………………………… 76
3 Kelembagaan……………………………………… 77
a Batas Yurisdiksi……………………………… 77
b Hak Kepemilikan dan Izin Pengelolaan HKm … 78 c Aturan Representasi ……………………………
82 d Penegakan Aturan Main ………………………
83
b. Kelompok V Kelompok dengan Karakteristik Buruk….. 84 1
Karakteristik Partisipan……….. …………………… 84
2 Teknologi……………………………………………. 84
3 Kelembagaan………………………………………… 85
a Batas Yurisdiksi………….. …………………… 85
b Hak Kepemilikan dan Izin Pengelolaan HKm .. 88
c Aturan Representasi ………..…………………. 88
d Penegakan Aturan Main .….…………………… 89 C. Rekayasa Kelembagaan
1. Kelompok IV Kelompok dengan Karakteristik Baik……… 90
2. Kelompok V Kelompok dengan Karakteristik Buruk……. 93
D. Alternatif Kelembagaan…………….……………………… 99
1. Kelompok IV Kelompok dengan Karakteristik Baik........... 99 2. Kelompok V Kelompok dengan Karakteristik Buruk…… 100
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ……………….................................................... 102 B. Saran
……………………........................................ 104 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 106
LAMPIRAN ………............................................................................. 109
1. Peraturan Menteri Kehutanan, No.: P.37Menhut-II2007 Tentang Hutan Kemasyarakatan
2. Peraturan Menteri Kehutanan, No. P.18Menhut-II2009 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No.:P.37Menhut-II2007
3. Peraturan Menteri Kehutanan, No. P.13Menhut-II2010 Tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan No.:P.37Menhut-
II2007
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahapan Pelaksanaan HKm …………………………… 15
2. Keragaan Organisasi Gapoktan Hijau Makmur ……
19 3. Paradigma hubungan antara situasi, struktur, behavior,
dan performa………………………………………………. 25
4. Lokasi HKm Gapoktan Hijau Makmur pada DAS Sekampung Hulu………………………………………….
38 5. Struktur Organisasi Gapoktan Hijau Makmur, Air Naningan ….
47 6. Lahan HKm Gapoktan Hijau Makmur………………………
65 7. Tanaman Merah Andong ……………………………………
77 8. Tata Letak Lahan Garapan Kelompok Tani IV…… …………
79 9. Perbedaan Skor kinerja kelompok V dan IV
Gapoktan Hijau Makmur ………………..………………… 98
DAFTAR PUSTAKA
AAK [Aksi Agraris Kanisius]. 1980. Bercocok Tanam Lada. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
AAK [Aksi Agraris Kanisius]. 1989. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
ADART Gapoktan Hijau Makmur. 2009 [BPDAS WSS] Balai Pengelolaan DAS Wilayah Sungai Way Seputih – Way
Sekampung. 2003. Master Plan Rencana Induk Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Lampung tahun 2003-2007. Bandar Lampung.
Banuwa, I.S. 2008. Pengembangan Alternatif Usaha Tani Berbasis Kopi Untuk Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan Di DAS Sekampung
Hulu [Disertasi]. IPB. Bogor. 134 halaman
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus. 2005. Tanggamus dalam Angka 20042005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus.
Lampung.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia.Dephutbun RI. Jakarta.
Djogo. T. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan Dalam Pengelolaan Agroforestri. ICRAF.
Finsterbusch, K. 1975. “Estimating Policy Consequences for Individual, Organizations, and Communities” dalam Methodology of Social Impact
Assessment. Second Edition. Edited by Finsterbusch, K and C.P. Wolf. Hutchinson Ross Publishing Company. Massachusetts: 13-23.
Jamal M. Gawi. 1999. Konsep Pengembangan Hutan Kemasyarakatan. Seminar dan Lokakarya Pengembangan SDM Hutan Kemasyarakatan, Bogor 7-9
April 1999
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 31Kpts-II2001 tentang Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan. Tanggal 12 Pebruari 2001. Jakarta
107
Keputusan Menteri Kehutanan No. 70Kpts-II2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsi kawasan hutan. Jakarta
Keputusan Menteri Kehutanan No. 751Menhut-II2009 tentang Ijin Pemanfaat HKm Kab. Tanggamus
Monografi Pekon Air Naningan Kec. Air Naningan. 2009 Monografi Pekon Sinar Jawa Kec. Air Naningan. 2009
Pakpahan, 1990. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam rekayasa Institusi. Makalah disampaikan sebagai bahan seminar pad Pengkajian
Masalah Perkoperasian Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Koperasi di Jakarta. 23 Oktober 1990. 26 halaman
Pakpahan dkk., 1992. Studi Kebijaksanaan Irigasi Pompa di Indonesia. Kerjasama Penelitian Ford Foundatation dengan Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi Pertanian. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 19 halaman.
Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan No P.37Menhut-II2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Jakarta. 41 pasal
Permenhut No P 13Menhut-II2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No P.37Menhut-II2007 tentang Hutan
Kemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2008. tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta
Rochmayanto, Y., Edi Nurrohman, dan Dodi Frianto. 2003. Analisis Sistem Kelembagaan Pada Hutan Kemasyarakatan Koto Panjang, Riau. Loka
Litbang HHBK Kuok. kelembagaandas.wordpress.comkelembagaan-hutan-kemasyarakatan
Roy, S.B. 1999. “Joint Forest Management in India.” Presentation made for Workshop on Training for Social Forestry Official”, Bogor, April 1999.
108
Sukanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Kesatu. CV. Rajawali. Jakarta. 447 halaman
Sylviani. 2006. Kajian Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air. www.scribd.comdoc26661735
Undang-Undang R I Nomor 41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan. Jakarta. 83 pasal
Undang-Undang R I Nomor 7 Tahun 2004. Tentang Sumber Daya Air. Jakarta. 98 halaman
Yanuardi, D. 2011. Evaluasi Kelompok Tani Mekar Jaya Menjadi Kelompok Tani HKm Register 21 Perentian Batu di Dusun Cikantor Desa Sinar
Harapan Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Skripsi Sarjana. Faperta Unila. Bandar Lampung. 78 halaman.
Zakaria W. A. 1992. Analisis Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A Irigasi Pompa Dalam. Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
330 Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelompok HKm Kecamatan Air Naningan Kabupaten Tanggamus………………………………………………
3 2. Jenis, Sumber, dan Kegunaan Data
…………………. 32
3. Pengukuran Indikator Kelembagaan…………………… 35
4. Jumlah dan Tingkat Pendidikan Aparatur Pemerintahan Pekon, Kepala Suku dan Ketua RT
……. 40
5. Uraian Tugas Partisipan Gapoktan HKm Hijau Makmur… 44
6. Persepsi Anggota Gapoktan HKm Hijau Makmur terhadap Hutan Lindung………….……………………….
46 7. Pendapatan Anggota Gapoktan dari Usahatani…..
……. 51
8. Hubungan antara Kelembagaan, Prilaku, dan Performa Gapoktan Hijau Makmur…………………………………..
53 9. Pengukuran Indikator Kelembagaan Kelompok-kelompok
Tani Pada Gapoktan Hijau Makmur ……………..
74 10. Hubungan antara Kelembagaan, Prilaku, dan Performa
Kelompok IV ………………………………
81 11. Hubungan antara Kelembagaan, Prilaku, dan Performa
Kelompok V ………………………………
86 12. Rekayasa Kelembagaan Kelompok Tani IV
Kelompok dengan Kinerja baik….. ……………………. 92
13. Rekayasa Kelembagaan Kelompok Tani V Kelompok dengan Kinerja Buruk
…………………….. 95
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Hutan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan UU No. 41 tahun 1999, sedangkan kawasan hutan yaitu wilayah tertentu yang ditunjuk dan
atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap PP No. 70Kpts-II2001. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.
34 tahun 2002, kawasan hutan terbagi menjadi 1 Kawasan Hutan Konservasi yang terdiri dari kawasan suaka alam cagar alam dan Suaka Margasatwa,
Kawasan Pelestarian Alam Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, dan Taman Buru, 2 Hutan Produksi, dan 3 Hutan Lindung.
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, dan memelihara kesuburan tanah UU No. 41 tahun 1999.
Hutan lindung memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Peranan hutan
11
lindung dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat direalisasikan dalam bentuk 1 hutan kemasyarakatan, dan 2 hutan rakyat.
B. Sistem Pertanian Berkelanjutan
Menurut Sinukaban 2005 dalam Banuwa, 2008, pertanian berkelanjutan adalah suatu bentuk pengelolaan lahan yang dapat menjamin
kelestarian sumberdaya alam dan sekaligus dapat memenuhi kebutuhan ekonomi secara layak dan terus menerus serta penerapan agroteknologi yang acceptable
dan replicable. Berdasarkan definisi tersebut, Banuwa, 2008 menyimpulkan
bahwa indikator pertanian berkelanjutan adalah : 1 Pendapatan masyarakat cukup tinggi, 2 Agroteknologi yang diterapkan tidak menimbulkan degradasi
pada lahan yang dikelola, dan 3 Teknologi yang diterapkan harus dapat diterima acceptable dan dapat dikembangkan replicable oleh masyarakat petani.
Menurut Banuwa 2008, salah satu upaya agar penggunaan sumberdaya lahan dapat dilakukan secara berkelanjutan adalah menerapkan sistem pertanian
konservasi. Sistem pertanian konservasi adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan teknik konservasi tanah dan air ke dalam sistem usahatani yang
sedang dilakukan, dengan tujuan utama meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sekaligus menekan bahaya erosi, sehingga sistem pertanian tersebut dapat
dilakukan secara berkesinambungan tanpa batas waktu. Selanjutnya Sinukaban 1994 dalam Banuwa 2008 menyatakan bahwa
sistem pertanian konservasi dicirikan oleh : 1 Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah melanjutkan usahanya, 2 Pendapatan petani cukup
12