menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki risiko hutang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan DER dengan harga saham adalah
berpengaruh negatif, yang artinya pada saat nilai DER naik maka harga saham turun atau setidaknya tidak berubah.
Berdasarka uraian tersebut, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
H1
H2
1.6 Hipotesis
H1 : Return On Assets ROA berpengaruh positif terhadap harga saham. H2 : Debt to Total Equity ratio DER berpengaruh negatif terhadap harga saham.
Return On Asset ROA X1
Debt to Total Equity DER
X2 Harga Saham
Y
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Saham
Saham adalah salah satu bentuk efek yang diperdagangkan dalam pasar modal. Saham merupakan surat berharga sebagai tanda pemilikan atas perusahaan
penerbitnya. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan terbuka Sunariyah, 2004. Menurut Suad
Husnan dan Enny Pudjiastuti 2004 saham atau sekuritas merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemilik kertas tersebut untuk memperoleh bagian
dari prospek atau kekayaan perusahaan yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi untuk melaksanakan hak tersebut.
Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Pada umumnya fluktusi
harga saham dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan di pasar. Harga saham akan cenderung mengalami penurunan jika terjadi penawaran yang berlebihan dan
harga saham akan cenderung mengalami kenaikan jika permintaan terhadap saham itu meningkat. Keuntungan hasil penjualan akibat adanya fluktuasi harga
saham ini dapat berupa Capital gain atau capital loss.
Capital gain adalah keuntungan dari hasil jual beli harga saham, diperoleh pada saat nilai jual lebih tinggi daripada nilai beli. Dan capital loss adalah kerugian dari
hasil jual beli saham dimana nilai jual saham lebih kecil daripada nilai beli saham. Biasanya pemegang saham akan tetap mempertahankan saham dengan tidak
diniagakan untuk menghindari capital loss dan berharap harga saham akan meningkat kembali. Bagi beberapa investor, membeli saham merupakan cara
untuk mendapatkan kekayaan besar capital gain yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan penghasilan yang berupa deviden.
Adapun jenis-jenis saham antara lain saham biasa common stock saham preferen preferren stock dan saham komulatif preferen commulative preferren stock
Riyanto, 2005. Penentuan harga saham dapat dilakukan melalui analisis teknikal dan analisis
fundamental. Pada analisis teknikal harga saham ditentukan berdasarkan catatan harga saham di waktu yang lalu, sedangkan dalam analisis fundamental harga
saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya, seperti laba dan dividen.
Analisis teknikal merupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham,
baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Inti pemikiran dari teknik analisis ini adalah bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari
adanya penawaran dan permintaan yang terjadi. Metode ini mengamati dan mempelajari perubahan-perubahan harga saham di masa lalu dengan
menggunakan analisis grafis untuk menetapkan estimasi harga saham. Analisis grafis ini kemudian dipelajari untuk mengetahui kemungkinan terjadinya suatu
pengulangan fluktuasi dan arah trend harga. Prediksi ini dimungkinkan karena konsep pendekatan teknikal beranggapan bahwa pola pergerakan saham yang
terjadi saat ini dan di masa yang lalu cenderung akan terulang di masa yang akan datang. Kelemahan utama yang dimiliki oleh analisis ini adalah tidak
dimasukkannya variabel ekonomi yang terkait dengan perusahaan atau pasar pada umumnya, sehingga faktor-faktor penyebab kondisi penawaran dan permintaan
menjadi tidak begitu berpengaruh. Analisis fundamental mempunyai anggapan bahwa setiap pemodal adalah makhluk rasional, oleh sebab itu analisis
fundamental mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Hal ini disebabkan karena nilai saham mewakili nilai perusahaan,
tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tetapi juga adalah harapan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Analisis
fundamental mencoba untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan hubungan variabel- variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Suatu informasi dikatakan relevan bagi investor jika informasi tersebut mampu
mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan transaksi di pasar modal yang tercermin pada perubahan harga. Harga saham adalah harga pasar yang
tercatat setiap hari pada waktu penutupan closing price dari suatu saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang dimaksud adalah rata-rata harga saham per tahun
selama periode analisis. Laporan keuangan dapat menyajikan informasi yang relevan dengan model keputusan yang digunakan oleh investor dalam membuat
keputusan buy, hold, atau sell saham. Harga saham yang terjadi di pasar modal
selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga dari suatu saham tersebut akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah
penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran
terhadap suatu efek, maka harga saham cenderung akan naik. Menurut Nainggolan 2008, hal-hal penting yang merupakan faktor makro atau
pasar yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan keuangan dan fiskal, situasi perekonomian dan situasi
bisnis internasional. Sedangkan faktor mikro perusahaan yang dapat menyebabkan fluktuasi harga saham adalah pendapatan perusahaan, dividen yang
dibagikan, arus kas perusahaan, perubahan mendasar dalam industri atau perusahaan dan perubahan dalam perilaku investasi misalnya merubah
investasinya dari saham menjadi obligasi. Kekuatan pasar dapat juga dilihat dari data mengenai sisa beli dan sisa jual. Bagi investor yang memerlukan investasi
jangka panjang maupun jangka pendek perlu memperhatikan likuiditas suatu saham dan posisinya di pasar, apakah diminati masyarakat atau tidak. Faktor-
faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal perusahaan. Faktor internalnya adalah kinerja perusahaan, arus kas
perusahaan, dividen, laba perusahaan dan penjulan, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, laju inflasi, kebijakan pemerintah dan kondisi
perekonomian. Menurut Halim 2005 analisis teknikal terdiri dari beberapa pendekatan diantaranya adalah:
a Dow Theory Teori Dow berupaya untuk menyelidiki bagaimana tren yang sedang terjadi di
pasar saham, baik saham individual maupun keseluruhan. Pergeseran tersebut meliputi gerakan utama primary movement yaitu trend jangka panjang atas
pasar modal, Pergerakan kedua secondary movement yaitu trend yang hanya terjadi beberapa bulan dan pergerakan ini tidak mengubah arah pergerakan
pertama tetapi hanya mengoreksi harga-harga saham, Pergerakan ketiga tertiary movement yaitu tren yang menunjukkan fluktuasi harian dari harga-
harga saham. b Grafik Batang
Dalam pendekatan ini digunakan 3 tiga tipe dasar diagram, yaitu diagram baris, diagram batang dan diagram gambar titik. Ketiganya menggunakan
grafik batang bar chart yang menunjukkan volume saham yang diperdagangkan pada masing-masing perubahan harga.
c Analisis Kekuatan Pasar Analisis kekuatan pasar dilakukan dengan cara membandingkan jumlah saham
yang mengalami kenaikan harga dengan jumlah saham yang mengalami penurunan harga, selanjutnya diakumulasikan.
d Analisis Kekuatan Relatif Analisis ini berupaya mengidentifikasikan saham yang memiliki kekuatan
relatif terhadap saham lain. Harga saham yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga saham lainnya.
e Analisis Rata-rata Bergerak Analisis ini memfokuskan pada harga rata-rata bergerak dengan cara
mengamati perubahan harga yang terjadi pada beberapa hari terkahir pada saat penutupan harga.
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi
yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut
Jogiyanto 2000, informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar
ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik good news atau signal buruk bad news.
Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Teori signal menjelaskan masalah asimetris informasi dalam pasar. Teori ini
menunjukkan bagaimana asimetris ini dapat dikurangi dengan memberikan lebih banyak signal informasi kepada pihak lain. Walaupun dikembangkan dalam pasar
tenaga kerja, teori signal merupakan fenomena umum yang dapat diaplikasikan dalam setiap pasar dengan asimetris informasi termasuk dalam pasar modal.
Asimetris informasi dalam pasar modal dapat terjadi karena pihak perusahaan
memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak eskternal perusahaan. Teori signal berbicara mengenai manajer yang menggunakan akun-
akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda atau signal harapan dan tujuan masa depan. Menurut teori ini, jika manajer mengharapkan suatu tingkat
pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan, mereka akan berusaha memberikan signal itu terhadap investor melalui akun-akun.
Manajer dari perusahaan lain yang memiliki kinerja yang baik akan memiliki
insentif yang sama, dan manajer dari perusahaan dengan kinerja rata-rata akan memiliki insentif untuk melaporkan berita yang positif sehingga mereka tidak
dianggap berkinerja buruk. Manajer dari perusahaan dengan kinerja buruk umumnya akan berinisiatif untuk tidak melaporkannya, tetapi mereka juga
memiliki insentif untuk melaporkan kinerja buruknya untuk mempertahankan kredibilitas dalam pasar saham. Mengasumsikan insentif-insentif tersebut untuk
memberikan signal informasi pada pasar modal, teori signal memprediksi bahwa perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak dari yang diharuskan.
Konsekuensi logis dari teori signal adalah ada banyak insentif untuk seluruh manajer untuk memberikan signal harapan keuntungan masa depan karena jika
investor mempercayai signal tersebut, harga saham akan naik dan pemegang saham akan diuntungkan.
Adanya asimetris informasi dalam pasar modal dimana pihak perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak eskternal
perusahaan, membuat Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM sebagai pengawas jalannya pasar modal, berusaha mengatasinya dengan mengharuskan
setiap perusahaan yang terdaftar dalam bursa saham mengeluarkan laporan keuangan secara periodik untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal
perusahaan, terutama pihak investor Hartono, 2008. Berdasarkan pembahasan teori signal diatas, pihak internal perusahaan atau manajemen membuat dan
mempublikasikan laporan keuangan dengan tujuan memberikan signal kepada investor mengenai kinerja mereka. Pemberian signal mengenai kinerja mereka
diharapkan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan mereka dengan menggunakan laporan keuangan sebagai pertimbangan mereka. Dengan
laporan keuangan menjadi bahan pertimbangan investor, maka investor akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Munawir 1979 mengatakan
salah satu alat analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas.
Bila hasil analisis laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahan yang bersangkutan
dan dapat meningkatkan harga saham perusahaan di pasar modal.
2.1.2 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri Sartono,
2008. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan analisis
perusahaan karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan
elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jumlah laba bersih kerap dibandingkan dengan ukuran
kegiatan atau kondisi keuangan lainnya seperti penjualan, aktiva, ekuitas pemegang saham untuk menilai kinerja sebagai suatu persentase dari beberapa
tingkat aktivitas atau investasi. Perbandingan ini disebut rasio profitabilitas profitability ratio.
Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergunakan. Dengan mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Menurut Riyanto 2000 ROA adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih bagi semua investor dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva.
Return on Assets atau disebut juga rentabilitas ekonomi ialah laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba
tersebut dan dinyatakan dalam persentase Riyanto, 2001. Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di
dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva
yang dimiliknya. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Analisa Return On Assets ROA dalam analisa keuangan mempunyai arti yang
sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh komprehensif. Analisa ROA ini sudah merupakan tehnik analisa
yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Dengan demikian ROA menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan Net Operating Income dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan operasi tersebut Net Operating Assets. Sebutan lain untuk ROA adalah “Net Operating profit Rate Of Return” atau “Operating Earning Power”
Munawir, 2001.
2.1.3 Struktur Modal
Modal adalah segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan ke dalam suatu usaha dan atau badan yang gunanya sebagai sumber pendanaan dalam
menjalankan usaha. Modal terdiri dari modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri terdiri dari penyertaan kepemilikan perusahaan saham dan laba ditahan,
sedangkan modal asing yaitu pendanaan yang berasal dari luar perusahaan seperti
hutang jangka panjang dan jangka pendek. Sehingga struktur modal adalah perbandingan antara modal asing hutang dengan modal sendiri ekuitas untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur modal terhadap
nilai perusahaan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang, atau sebaliknya, apakah harga saham akan berubah.
Apabila perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi kalau
dengan merubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik Husnan dan Pujiastuti, 1996. Dalam struktur keuangan jangka panjang
perusahaan struktur modal mencerminkan perimbangan antara total hutang dengan modal sendiri.
Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut juga akan mempengaruhi biaya modal cost of capital yang dikeluarkan
perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham
menjadi maksimal. Tingkat biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan dana guna membiayai investasinya.
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat
pengembalian, di mana menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar
risiko yang ditanggung pemegang saham, namun di sisi lain menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko
yang makin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan expected rate of return akan menaikkan
harga saham tersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan antara risiko dan pengembalian yang memaksimumkan harga
saham Weston Brigham, 2001. Martono dan Harjito 2001 menyatakan bahwa struktur modal adalah
perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.
Martin 1999 menyatakan bahwa struktur modal merupakan bauran segenap sumber pendanaan jangka panjang yang digunakan perusahaan. Tujuan pokok
struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber dana permanen yang sedemikian rupa mampu memaksimalkan harga saham
perusahaan. Pendanaan perusahaan yang bersumber dari modal sendiri dapat berupa modal saham, laba ditahan dan cadangan. Jika pendanaan dari dalam
perusahaan masih mengalami kekurangan defisit, maka perusahaan dapat mempertimbangkan pendanaan dari luar perusahaan, yaitu dari hutang. Kombinasi
hutang dan modal sendiri harus dikelola sedemikian rupa, agar tercipta struktur modal yang optimal.
Hutang debt adalah sumber pembelanjaan yang mengandung risiko, yaitu risiko
keuangan berupa bunga interest serta pembayaran kembali hutang
repayment. Karena mengandung risiko, maka hutang yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan harus dilakukan dengan berhati-hati. Hutang
hanya dapat digunakan untuk membelanjai proyek, bila hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut lebih besar dari kewajiban yang harus dipenuhi. Berikut akan
dijelaskan beberapa teori struktur modal yang dikemukakan oleh para ahli, meliputi pendekatan tradisional, pendekatan Modigliani dan Miller, teori trade off,
pendekatan laba operasi bersih dan pecking order theory.
1. Pendekatan Tradisional
Mereka yang menganut pendekatan tradisional berpendapat bahwa dalam pasar
modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya. Pendapat ini
dominan sampai dengan awal tahun 1950 an Husnan Pujiastuti, 1996: 296. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa hingga tingkat leverage tertentu, risiko
perusahaan tidak mengalami perubahan. Namun demikian setelah leverage rasio utang tertentu, biaya hutang dan biaya modal sendiri meningkat. Peningkatan ini
akan semakin besar dan bahkan akan semakin besar daripada penurunan biaya karena penggunaan hutang yang lebih besar. Akibatnya biaya modal rata-rata
tertimbang pada awalnya menurun, dan setelah leverage tertentu meningkat. Oleh karena itu nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun sebagai
akibat dari penggunaan hutang yang semakin besar. Menurut pendekatan tradisional ini, struktur modal yang optimal terjadi pada saat nilai perusahaan
maksimum atau struktur modal yang mengakibatkan biaya modal rata-rata tertimbang minimum.
2. Pendekatan Modigliani dan Miller Profesor Franco Modigliani dan Professor Merton Miller MM mempublikasikan
teori ini pada tahun 1958. Di dalam artikel yang ditulisnya, mereka menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Dengan
perkataan lain, mereka menyatakan bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai operasinya, jadi struktur modal tidak relevan Houston
Brigham, 2001: 31. Tetapi studi mereka didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain: tidak ada broker pialang, tidak ada pajak dan tidak ada
biaya kebangkrutan.
3. Teori Trade Off
Teori trade off menyatakan di mana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari
pendanaan dengan utang, karena utang memberikan manfaat perlindungan pajak. Dengan kata lain hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat
dikurangkan dalam menghitung pajak tax deductible. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari
pemerintah yang mengijinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.
4. Pendekatan Laba Operasi Bersih
Pendekatan laba operasi bersih ini mengasumsikan investor memiliki reaksi yang
berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapa pun tingkat hutang yang
digunakan perusahaan. Pertama, diasumsikan bahwa biaya hutang konstan seperti
halnya dalam pendekatan laba bersih. Kedua, penggunaan hutang yang semakin besar oleh pemilik modal sendiri dilihat sebagai peningkatan risiko perusahaan,
sehingga tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri akan meningkat sebagai akibat meningkatnya risiko perusahaan. Konsekuensinya,
biaya modal ratarata tertimbang tidak mengalami perubahan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting.
5. Pecking Order Theory
Teori ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih
disukai disebabkan lebih murah biayanya jika dibandingkan penggunaan sumber dana eksternal. Penggunaan sumber dana eksternal melalui hutang hanya
digunakan jika kebutuhan investasi lebih tinggi dari sumber dana internal. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit, karena mereka tidak akan melakukan pinjaman jika tidak diperlukan. Perusahaan yang kurang profitable
akan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup, dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
2.1.4 Profitabilitas Dengan Harga Saham
Modal merupakan salah satu elemen terpenting dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan disamping sumberdaya manusia, mesin, material, dan metode. Oleh
karena itu perusahaan wajib melakukan perencanaan yang berkenan dengan modal itu sendiri. Pemilihan modal perusahaan berasal dari dua sumber yaitu modal
asing atau modal hutang dan modal sendiri. Modal sendiri atau sekuritas
konvensional yang diterbitkan oleh perusahaan dapat diperjual belikan dibursa efek baik dalam bentuk saham maupun obligasi. Kedua sumber tersebut masing-
masing memiliki perbedaaan satu dengan yang lain. Perusahaan dalam pemenuhan modalnya akan menimbulkan biaya baik bersifat eksplisit biaya yang
nampak maupun biaya yang tidak nampak implisit yang harus dibayar oleh perusahaan. Walaupun demikian bukan berarti biaya modal sendiri lebih kecil dari
biaya modal hutang. Besarnya tingkat biaya modal sendiri lebih kecil dari biaya modal hutang. Besarnya tingkat biaya modal pada perusahaan ditentukan
berdasarkan rata-rata tertimbang dari tingkat bursa setelah pajak.
Teori struktur modal menjelaskan bahwa apakah terdapat pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan apabila keputusan investasi dan
kebijakan deviden diasumsikan konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan menggunakan modal hutang sebagai ganti modal sendiri atau sebaliknya apakah
nilai atau harga saham akan berubah apabila perusahaan tidak merubah keputusankeputusan lainnya. Jika diperoleh kesimpulan bahwa perubahan struktur
modal tidak dipengaruhi terhadap nilai perusahaan, berarti semua struktur modal dianggap tidak baik karena tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur
modal yang baik apabila perusahaan merubah struktur modal dan diikuti dengan perubahan nilai perusahaan, karena struktur modal yang dapat memaksimumkan
nilai perusahaan adalah struktur modal yang baik. Berdasarkan para fundamentalis, mereka mencoba mempelajari hubungan antara
harga saham dan kondisi perusahaan. Pada dasarnya argumentasi mereka bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan. O’Connor dalam Hermina Sihasale,
2001 mendefinisikan pembuat keputusan adalah pemegang saham biasa. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa kekuatan hubungan dari variasi model rasio Rate
of return memproyeksikan adanya keragaman akan manfaat risiko keuangan bagi investor dan pemegang saham biasa. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
investor dapat diproyeksikan berdasarkan rasio profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan.
Penelitian ini hanya menggunakan tiga rasio yaitu Return on Asset ROA.
2.1.5 Struktur Modal Dengan Harga Saham
Kombinasi pemilihan struktur modal merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena kombinasi pemilihan struktur modal tersebut
juga akan mempengaruhi biaya modal cost of capital yang dikeluarkan perusahaan. Setiap perusahaan yang memiliki struktur modal yang optimal berarti
utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa yang menyebabkan harga saham menjadi maksimal. Apabila struktur modal semakin baik, maka investor akan
semakin tertarik untuk menanamkan modalnya dengan demikian harga saham juga semakin tinggi. Oleh karena itu perusahaan akan membuat struktur modal
yang seoptimal mungkin untuk harga saham yang optimal juga. Maka dapat disimpulkan struktur modal memiliki hubungan dengan harga saham, yaitu
struktur modal berpengaruh terhadap harga saham.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian penelitian terdahulu yang membahas tentang pengaruh profitabilitas dan struktur modal terhadap harga saham:
Tabel 2.1 Tabulasi penelitian terdahulu
No Penulis
Topik Variabel
yang digunakan
Hasil Penleitian
1
Haryanto 2003
Pengaruh rasio profitabilitas terhadap
harga saham pada perusahaan industri
minuman di Bursa Efek Jakarta
ROA, ROE, NPM
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara
simultan ROA, ROE dan NPM berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham. Secara parsial ROE berpengaruh
terhadap harga saham sedangkan ROA dan NPM
tidak berpengaruh terhadap harga saham.
2
Dwireza 2010
Pengaruh variabel profitabilitas terhadap
harga saham di perusahaan makanan
dan minuman yang terdaftar di BEI
NPM, ROI, EPS
Hasil penelitian menunjukan variabel NPM, ROI dan EPS
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham, sedangkan secara parsial NPM dan EPS yang
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
3
Dian Novita
2011 Analisis Pengaruh Roa,
Roe, Npm, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Bei Tahun 2005-2009 ROA, ROE,
NPM, Inflasi, harga
saham. ROA, ROE, NPM dan Inflasi
tidak berpengaruh pada harga saham.
4
Iman Muhamma
d 2006
Analisis struktur modal terhadap
harga saham perusahaan obatobatan
terbuka di Bursa Efek
Jakarta. DER,
DAR, LDER,
LDAR dan EAR,
serta harga saham.
DER, DAR, LDER, LDAR dan EAR secara
bersama-sama berpengaruh negatif
terhadap harga saham. - DER merupakan
variabel yang dominan.
5
Andri Chasian
Siregar 2004
Analisis Struktur Modal dan
Pengaruhnya terhadap
Profitabilitas Perusahaan
Consumer Goods yang Go Public di
Indonesia. DER,
DAR, LDER,
LDAR dan EAR,
serta harga saham
serta profitabilitas
perusahaan. DER, DAR, LDER,
LDAR dan EAR berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perusahaan.
6
Ulupui 2006
Analisis rasio likuiditas terhadap harga saham
pada perusahaan makanan dan minuman
yang terdaftar di BEI Current
ratio, ROA, DER
Hasil penelitian current ratio dan ROA berpengaruh positif
terhadap harga saham, sedangkan DER hasilnya
positif tetapi tidak signifikan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data