Pengaruh Manipulasi Genetika Dengan Metode Sambung Pucuk (Grafting) Antara Ubi Kayu Racun Dengan Ubi Kayu Biasa (Manihot Utilisima) Terhadap Peningkatan Kadar Karbohidrat Dan Produksi Umbi Yang Dihasilkan
Pengaruh manipulasi genetika (Ribu Surbakti)
PENGARUH MANIPULASI GENETIKA DENGAN METODE SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) ANTARA UBI KAYU RACUN DENGAN UBI KAYU BIASA (MANIHOT UTILISIMA) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KARBOHIDRAT DAN PRODUKSI UMBI YANG DIHASILKAN.
Ribu Surbakti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang manipulasi genetika dengan metode sambung pucuk (grafting) antara ubi racun dengan ubi kayu biasa. Persentasi keberhasilan pembentukan hibrida dapat mencapai 86 %. Dari tanaman hibrida yang diperoleh diteliti kandungan karbohidrat serta peningkatan produk yang dihasilkan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata kandungan karbohidrat meningkat sebesar 10 % serta produk umbi yang dihasilkan dapat mencapai tiga kali lipat dibanding produk umbi pada ubi kayu biasa, sedangkan umur tanaman lebih sedikit bertambah dari 8-9 bulan menjadi 12-14 bulan.
Kata Kunci : Genetika, Karbohidrat
PENDAHULUAN
Beadle dan Tatum (1941) mengatakan bahwa tanaman dapat dimanipulasi secara genetika untuk meningkatkan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Berkat kemajuan ilmu dan teknologi serta ditunjang oleh peralatan laboratorium yang telah modern Inhizuka (1985) melaporkan bahwa melalui revolusi hijau hasil panen padi dapat ditingkatkan dari 2 ton/Ha menjadi 4 ton/Ha.
Kemajuan yang pesat ini dapat dicapai disebabkan adanya kombinasi beberapa faktor berikut ini. 1. Veritan baru yang dikembangkan
melalui pemuliaan tanaman (teknik rekombinasi DNA) yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
2. Perbaikan teknik pembudidayaan
tanaman.
3. Pemupukan dengan zat kimia terutama
pupuk nitrogen.
4. Fungsida, insektisida dan hibridasi.
5. Perbaikan kualitas tanah.
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa jalur biosintesis yang nantinya
memberikan hasil akhir berlangsung
dibawah pengendalian genetika nyatalah
bahwa hasil akhir tersebut termasuk zat
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
Jalur biosintesis untuk menghasilkan β
karoten pada tomat merupakan contoh
klasik (Potter dan Kincolin 1950). Thomas
(1972) dan Steven (1973) dalam
symposium
holtikultura
telah
menyampaikan bahwa pengaruh genetika
sangat besar terhadap mutu dan kwalitas
15
Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 15-18
zat gizi yang terdapat di dalam bahan pangan. Fotosintesis terjadi pada daun. Makin banyak sinar yang diserap daun, maka makin cepat pula laju fotosintesis, berarti makin banyak pula karbohidrat yang dibentuk. Ubi kayu racun mempunyai luas permukaan daun yang jauh lebih luas disbanding dengan daun ubi kayu biasa. Disamping bentuk daun yang lebar, juga mempunyai batang yang kokoh dan lebih besar. Umur panen ubi kayu racun berkisar 4-5 tahun. Total umbi perpokok dapat mencapai 30-50 kg, tetapi kandungan asam sianida (HCN) relative besar sehingga disebut dengan ubi kayu racun. Jenis ubi ini tidak dibudi dayakan
Ubi kayu biasa (memikat ubilisinma) mempunyai bentuk daun relative kecil, demikian juga batangnya. Total umbi yang dihasilkan relative sedikit berkisar 35 kg/pokok. Umur pendek sekitar 8-9 bulan.
Pembentukan hibrida antara ubi kayu racun dengan ubi kayu biasa dengan metode teknik rekombinasi DNA atau dengan metode fusi protoplas sulit dilakukan mengingat sifat-sifat DNA yang sangat genetic serta peralatan laboratorium yang masih sangat terbatas.
Untuk mencapai tujuan di atas maka dicari suatu metode sederhana untuk dapat memanipulasi genetika anatar kedua jenis tanaman di atas, yaitu dengan metode sambung pucuk (grafting) dengan batang atas bersumber dari batang ubi kayu racun dan batang bawah berasal dari ubi kayu biasa.
BAHAN DAN METODA
• Tanam 150 batang ubi biasa dengan jarak tanam 1 meter pada bedenganbedengan yang telah disediakan. 100 batang dilakukan penyambungan sedangkan 50 batang selebihnya digunakan sebagai blanko.
• Sebanyak 100 batang bawah yang disebut dengan pohon pangkal atau
16
pokok tunggul dari ubi kayu biasa yang ditanam dengan jarak tanam satu meter pada satu bedengan.
• Setelah berumur 45 hari tanaman yang tumbuh pada pokok pangkal ini dibuang, dengan cara mengguntingnya, terkecuali satu yaitu yang paling subur (gemuk).
• Potong pucuk tanaman ini sehingga tersisa 10 cm dari pangkal atau 15 cm dari permukaan tanah.
• Belah batang ini secara memanjang dari atas ke bawah sehingga diperoleh hasil belahan sepanjang 2-3 cm.
• Sediakan 100 pucuk ubi kayu racun yang panjangnya 5-8 cm dan diameternya dipilih yang sama atau sedikit lebih kecil dari diameter batang bawah.
• Semua daun yang ada pada batang atas ini dipotong sehingga tinggal hanya pucuknya saja.
• Iris memanjang pangkal batang atas ini sehingga berbentuk runcing (disesuaikan pada belahan batang bawah).
• Sambungkan batang atas ini pada belahan batang bawah lalu diikat dengan tali plastik. Bungkus hasil sambungan ini dengan plastik asoi yang transparan untuk menjaga dari pengaruh luar agar sambungan cepat menyatu.
• Setelah dua minggu plastik asoi dibuka tetapi tali pengikat sambungan dibiarkan beberapa hari lagi.
• Setelah sambungan berumur 20 hari tali plastik pengikat sambungan dibuka, karena penyatuan batang bawah dengan batang atas sudah cukup kuat.
• Semua tunas-tunas liar yang tumbuh disekitar sambungan dibuang dengan cara mengguntingnya, agar tetap satu saja yang tumbuh.
• Untuk menjaga agar nantinya batang tidak tumbang maka dibuat penopang dari bambu untuk setiap batang. Dari 100 batang yang disambungkan, yang jadi hanya 86 batang.
Pengaruh manipulasi genetika (Ribu Surbakti)
• Setelah berumur 6 bulan diamatai perlakuan kimia khusus kandungan karbohidrat yang terbentuk pada umbi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pembukaan
sungkup ada 16 pokok sambungannya
tidak jadi (mati), ini diduga karena
mungkin
sewaktu
dilakukan
penyambungan pertemuan batang atas dan
batang bawah kurang rapat sehingga
distribusi zat-zat nutrient ke batang atas
tidak mencukupi. Kemungkinan kedua
terjadi kontaminasi/tidak steril atau suci
hama mengakibatkan batang atas juga
mati.
Pada sambungan yang jadi, pada
ketiak daun disekitar sambungan tumbuh
tunas-tunas liar yang subur dan gemuk.
Bila tunas-tunas ini tidak digunting, lama
kelamaan batang atas akan semakin kerdil
lalu mati. Ini diduga batang bawah
menolak kehadiran batang atas sehingga
berusaha mendominasi pertumbuhan
batang atas. Ini terlihat pada 6 pokok
yang tidak dilakukan pemangkasan atau
pemotongan tunas-tunas liar setelah
batang berumur 3 bulan, tunas-tunas baru
tidak tumbuh lagi sehingga yang tumbuh
keatas tunggal yaitu ubi kayu racun.
Karena perkembangan batang atas tidak
seimbang dengan batang bawah dimana
batang atas jauh lebih besar dibanding
batang bawah maka setiap pokok dibuat
ajir atau penopang dari bambu.
Peningkatan jumlah (kuantitas) serta
kadar karbohidrat (kualitas) umbi yang
dihasilkan di antara keduanya terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Ini
berarti bahwa kecepatan biosintesa
karbohidrat pada ubi kayu sambung pucuk
lebih banyak dibandingkan ubi kayu biasa
sesuai dengan perbedaan luas daun. Pada
ubi kayu biasa umur rata-rata masa panen
antara 9 s/d 12 bulan setelah 12 bulan
buah sudah mulai membusuk sedangkan
pada ubi kayu sambung pucuk terjadi
perubahan kenaikan umur yaitu berkisar
antara 12 s/d 14 bulan. Setelah berumur
14 bulan maka buah sudah mulai
membusuk. Terjadinya peningkatan umur
mungkin disebabkan sifat yang dibawa
oleh ubi kayu racun yang lebih dominan.
Hal ini berbeda dengan tanaan jeruk
dimana terjadi percepatan masa produksi.
Berat rata-rata umbi pada ubi kayu biasa
mencapai rata-rata 3 – 4 kg/batang,
sedangkan produksi ubi kayu sambung
pucuk rata-rata 8 –10 kg/batang atau
terjadi peningkatan produksi sebesar 2 –
2,5 kali lipat.
Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa pada ubi kayu biasa setelah
berumur 7 bulan kecepatan bosintesa
karbohidrat naik secara menonjol sampai
dengan bulan ke 10 tetapi setelah bulan
yang ke 11 sampai dengan 12 biosintesa
karbohidrat relatif konstan, sedangkan
pada ubi kayu sambung pucuk kenaikan
biosintesa karbohidrat menonjol pada
bulan ke 10, 11 dan 12 pada bulan ke 13
relatif konstan dan setelah bulan ke 14
karbohidrat akan menurun. Hal ini sesuia
dengan rekasi fotosintesa.
cahaya
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + O2
matahari
Makin luas permukaan daun makin
banyak cahaya yang diserap maka makin
banyak pula terjadinya reaksi fotosintesa.
17
Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 15-18
Grafik 1. Berat total um bi per pohon pada
um ur 7 bulan sam pai dengan 14 bulan
dalam satuanl kg
5.Blanko
dihasilkan dengan perlakuan adalah berwarna coklat muda. Berat rata-rata antara ubi biasa dengan berat rata-rata ubi sambung pucuk
Berat (kg)
12 hampir mendekati 2,5 x lipat.
10 8
B1 6. Umur ubi kayu biasa 9 – 12 bulan
6 mencapai berat maksimum sedangkan
4 B2 umur ubi kayu sambung pucuk
2 0
mencapai maksimum (12 – 14) bulan,
7 8 9 10 11 12 13 14
Um ur (bulan)
B3 setelah mencapai umur tersebut kandungan karbohidrat menurun dan
Grafik 2. Kadar karbohidrat total antara ubi kayu biasa dan ubi kayu sambung pucuk untuk umur 7 sampai 14 bulan per 100 gram
bahan
umbi sudah mulai menunjukkan tandatanda membusuk.
Blanko
50 DAFTAR PUSTAKA
Kadar Karbohidrat (gram)
40 30 20 10
0 7 8 9 10 11 12 13 14 Umur (bulan)
KH1
Azhari Sumeru. 1995., “Hortikultura Aspek
KH2 Budidaya”, penerbit Universitas Indonesia, UI – Press, Jakarta.
KH3
Direktorat Gizi Depkes RI, 1972., “Komposisi Bahan Makanan”, di dalam Ciptadi,
Penerbit Bharata, Jakarta, 1976.
Frank Salisbury. 1995., “Fisilogi Tumbuhan”,
Grafik 3. Perbedaan luas permukaan daun antara ubi biasa dan ubi pucuk sambung
perbulannya
Penerbit ITB Bandung. Halliwell Bary. 1981., “Chloroplast Metabolism”,
Clarendon Press, Oxford, New York.
80 Blanko Haris, R. S. 1989., “Evolusi Gizi Pada Bahan
Luas permukaan daun (cm2)
3 5 7 9 11 13
60 Pangan”, edisi kedua, ITB Bandung.
40 S1 Harjadi, S. S, 1974., “Pembiakan Vegetatif”,
20
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. S2 Hasyim Hasmawi, “Bercocok Tanam Umbi-
0 Umbian”, Fakultas Pertanian Universitas
S3 Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Umur (bulan)
Karta Sapoetra, A. G, 1994., “Teknologi
Penanganan Pasa Panen”, Penerbit Rineka
KESIMPULAN
Cipta, Jakarta. Lehninger, A. L, 1994., “Dasar-Dasar Biokimia”,
alih bahasa Maggy Thenawijaya. Jilid I.
1. Bahwa persentase keberhasilan penyambungan tanaman adalah 93 %.
2. Kadar karbohidrat pada ubi kayu tanpa perlakuan sambung pucuk adalah
Jakarta,. Neffi Indra, 1996., “Peningkatan Kapabilitas
Peralatan Pembuatan Kerupuk Opak Untuk Industri Kecil”, Balai Industri Medan. Roehring, K. L. 1984., “Carbohydrat Biochemistry
30,40 gr sampai 32 gr/100 gr bahan.
and Metabolism”, Avi Publishing Company.
3. Kadar glukosa hasil sambung pucuk adalah 35 gr sampai 35,40 gr/100 gr bahan, ini berarti terjadi kenaikan kadar glukosa.
4. Warna kulit umbi yang dihasilkan dari
Weport. Sitompul, S. M. 1995., “Analisis Pertumbuhan
Tanaman”, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Slamet Sudarmadji. 1984., “Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian”,
ubi kayu biasa adalah berwana coklat
Liberty. Yogyakarta.
tua sedangkan warna kulit umbi yang
Sulaiman, A. Halim. 1994., “Dasar-Dasar Biokimia”, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
18
Pengaruh manipulasi genetika (Ribu Surbakti) Komano Tohru, Wirahadikusumah M, Surbakti
Ribu. 1996., “Seminar Rekayasa Genetika”, Institut Teknologi Bandung. Widarto, L, 1996., “Perbanyakan Tanaman”, Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Winarno, F. G, 1996., “Enzim Pangan”, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wirahadikusumah, Muhammad, “Biokimia Metabolisme Energi Karbohidrat Dan Lipid”, ITB Bandung, 1985. Wiriano Harry, “Penelitian Dan Pengembangan Penggunaan Tepung Untuk Industri Pangan”, Balai Industri Medan, 1990.
19
PENGARUH MANIPULASI GENETIKA DENGAN METODE SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) ANTARA UBI KAYU RACUN DENGAN UBI KAYU BIASA (MANIHOT UTILISIMA) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KARBOHIDRAT DAN PRODUKSI UMBI YANG DIHASILKAN.
Ribu Surbakti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang manipulasi genetika dengan metode sambung pucuk (grafting) antara ubi racun dengan ubi kayu biasa. Persentasi keberhasilan pembentukan hibrida dapat mencapai 86 %. Dari tanaman hibrida yang diperoleh diteliti kandungan karbohidrat serta peningkatan produk yang dihasilkan, dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata kandungan karbohidrat meningkat sebesar 10 % serta produk umbi yang dihasilkan dapat mencapai tiga kali lipat dibanding produk umbi pada ubi kayu biasa, sedangkan umur tanaman lebih sedikit bertambah dari 8-9 bulan menjadi 12-14 bulan.
Kata Kunci : Genetika, Karbohidrat
PENDAHULUAN
Beadle dan Tatum (1941) mengatakan bahwa tanaman dapat dimanipulasi secara genetika untuk meningkatkan zat gizi yang dibutuhkan oleh manusia. Berkat kemajuan ilmu dan teknologi serta ditunjang oleh peralatan laboratorium yang telah modern Inhizuka (1985) melaporkan bahwa melalui revolusi hijau hasil panen padi dapat ditingkatkan dari 2 ton/Ha menjadi 4 ton/Ha.
Kemajuan yang pesat ini dapat dicapai disebabkan adanya kombinasi beberapa faktor berikut ini. 1. Veritan baru yang dikembangkan
melalui pemuliaan tanaman (teknik rekombinasi DNA) yang dilakukan secara sistematis dan ilmiah.
2. Perbaikan teknik pembudidayaan
tanaman.
3. Pemupukan dengan zat kimia terutama
pupuk nitrogen.
4. Fungsida, insektisida dan hibridasi.
5. Perbaikan kualitas tanah.
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa jalur biosintesis yang nantinya
memberikan hasil akhir berlangsung
dibawah pengendalian genetika nyatalah
bahwa hasil akhir tersebut termasuk zat
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
Jalur biosintesis untuk menghasilkan β
karoten pada tomat merupakan contoh
klasik (Potter dan Kincolin 1950). Thomas
(1972) dan Steven (1973) dalam
symposium
holtikultura
telah
menyampaikan bahwa pengaruh genetika
sangat besar terhadap mutu dan kwalitas
15
Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 15-18
zat gizi yang terdapat di dalam bahan pangan. Fotosintesis terjadi pada daun. Makin banyak sinar yang diserap daun, maka makin cepat pula laju fotosintesis, berarti makin banyak pula karbohidrat yang dibentuk. Ubi kayu racun mempunyai luas permukaan daun yang jauh lebih luas disbanding dengan daun ubi kayu biasa. Disamping bentuk daun yang lebar, juga mempunyai batang yang kokoh dan lebih besar. Umur panen ubi kayu racun berkisar 4-5 tahun. Total umbi perpokok dapat mencapai 30-50 kg, tetapi kandungan asam sianida (HCN) relative besar sehingga disebut dengan ubi kayu racun. Jenis ubi ini tidak dibudi dayakan
Ubi kayu biasa (memikat ubilisinma) mempunyai bentuk daun relative kecil, demikian juga batangnya. Total umbi yang dihasilkan relative sedikit berkisar 35 kg/pokok. Umur pendek sekitar 8-9 bulan.
Pembentukan hibrida antara ubi kayu racun dengan ubi kayu biasa dengan metode teknik rekombinasi DNA atau dengan metode fusi protoplas sulit dilakukan mengingat sifat-sifat DNA yang sangat genetic serta peralatan laboratorium yang masih sangat terbatas.
Untuk mencapai tujuan di atas maka dicari suatu metode sederhana untuk dapat memanipulasi genetika anatar kedua jenis tanaman di atas, yaitu dengan metode sambung pucuk (grafting) dengan batang atas bersumber dari batang ubi kayu racun dan batang bawah berasal dari ubi kayu biasa.
BAHAN DAN METODA
• Tanam 150 batang ubi biasa dengan jarak tanam 1 meter pada bedenganbedengan yang telah disediakan. 100 batang dilakukan penyambungan sedangkan 50 batang selebihnya digunakan sebagai blanko.
• Sebanyak 100 batang bawah yang disebut dengan pohon pangkal atau
16
pokok tunggul dari ubi kayu biasa yang ditanam dengan jarak tanam satu meter pada satu bedengan.
• Setelah berumur 45 hari tanaman yang tumbuh pada pokok pangkal ini dibuang, dengan cara mengguntingnya, terkecuali satu yaitu yang paling subur (gemuk).
• Potong pucuk tanaman ini sehingga tersisa 10 cm dari pangkal atau 15 cm dari permukaan tanah.
• Belah batang ini secara memanjang dari atas ke bawah sehingga diperoleh hasil belahan sepanjang 2-3 cm.
• Sediakan 100 pucuk ubi kayu racun yang panjangnya 5-8 cm dan diameternya dipilih yang sama atau sedikit lebih kecil dari diameter batang bawah.
• Semua daun yang ada pada batang atas ini dipotong sehingga tinggal hanya pucuknya saja.
• Iris memanjang pangkal batang atas ini sehingga berbentuk runcing (disesuaikan pada belahan batang bawah).
• Sambungkan batang atas ini pada belahan batang bawah lalu diikat dengan tali plastik. Bungkus hasil sambungan ini dengan plastik asoi yang transparan untuk menjaga dari pengaruh luar agar sambungan cepat menyatu.
• Setelah dua minggu plastik asoi dibuka tetapi tali pengikat sambungan dibiarkan beberapa hari lagi.
• Setelah sambungan berumur 20 hari tali plastik pengikat sambungan dibuka, karena penyatuan batang bawah dengan batang atas sudah cukup kuat.
• Semua tunas-tunas liar yang tumbuh disekitar sambungan dibuang dengan cara mengguntingnya, agar tetap satu saja yang tumbuh.
• Untuk menjaga agar nantinya batang tidak tumbang maka dibuat penopang dari bambu untuk setiap batang. Dari 100 batang yang disambungkan, yang jadi hanya 86 batang.
Pengaruh manipulasi genetika (Ribu Surbakti)
• Setelah berumur 6 bulan diamatai perlakuan kimia khusus kandungan karbohidrat yang terbentuk pada umbi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pembukaan
sungkup ada 16 pokok sambungannya
tidak jadi (mati), ini diduga karena
mungkin
sewaktu
dilakukan
penyambungan pertemuan batang atas dan
batang bawah kurang rapat sehingga
distribusi zat-zat nutrient ke batang atas
tidak mencukupi. Kemungkinan kedua
terjadi kontaminasi/tidak steril atau suci
hama mengakibatkan batang atas juga
mati.
Pada sambungan yang jadi, pada
ketiak daun disekitar sambungan tumbuh
tunas-tunas liar yang subur dan gemuk.
Bila tunas-tunas ini tidak digunting, lama
kelamaan batang atas akan semakin kerdil
lalu mati. Ini diduga batang bawah
menolak kehadiran batang atas sehingga
berusaha mendominasi pertumbuhan
batang atas. Ini terlihat pada 6 pokok
yang tidak dilakukan pemangkasan atau
pemotongan tunas-tunas liar setelah
batang berumur 3 bulan, tunas-tunas baru
tidak tumbuh lagi sehingga yang tumbuh
keatas tunggal yaitu ubi kayu racun.
Karena perkembangan batang atas tidak
seimbang dengan batang bawah dimana
batang atas jauh lebih besar dibanding
batang bawah maka setiap pokok dibuat
ajir atau penopang dari bambu.
Peningkatan jumlah (kuantitas) serta
kadar karbohidrat (kualitas) umbi yang
dihasilkan di antara keduanya terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Ini
berarti bahwa kecepatan biosintesa
karbohidrat pada ubi kayu sambung pucuk
lebih banyak dibandingkan ubi kayu biasa
sesuai dengan perbedaan luas daun. Pada
ubi kayu biasa umur rata-rata masa panen
antara 9 s/d 12 bulan setelah 12 bulan
buah sudah mulai membusuk sedangkan
pada ubi kayu sambung pucuk terjadi
perubahan kenaikan umur yaitu berkisar
antara 12 s/d 14 bulan. Setelah berumur
14 bulan maka buah sudah mulai
membusuk. Terjadinya peningkatan umur
mungkin disebabkan sifat yang dibawa
oleh ubi kayu racun yang lebih dominan.
Hal ini berbeda dengan tanaan jeruk
dimana terjadi percepatan masa produksi.
Berat rata-rata umbi pada ubi kayu biasa
mencapai rata-rata 3 – 4 kg/batang,
sedangkan produksi ubi kayu sambung
pucuk rata-rata 8 –10 kg/batang atau
terjadi peningkatan produksi sebesar 2 –
2,5 kali lipat.
Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa pada ubi kayu biasa setelah
berumur 7 bulan kecepatan bosintesa
karbohidrat naik secara menonjol sampai
dengan bulan ke 10 tetapi setelah bulan
yang ke 11 sampai dengan 12 biosintesa
karbohidrat relatif konstan, sedangkan
pada ubi kayu sambung pucuk kenaikan
biosintesa karbohidrat menonjol pada
bulan ke 10, 11 dan 12 pada bulan ke 13
relatif konstan dan setelah bulan ke 14
karbohidrat akan menurun. Hal ini sesuia
dengan rekasi fotosintesa.
cahaya
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + O2
matahari
Makin luas permukaan daun makin
banyak cahaya yang diserap maka makin
banyak pula terjadinya reaksi fotosintesa.
17
Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 15-18
Grafik 1. Berat total um bi per pohon pada
um ur 7 bulan sam pai dengan 14 bulan
dalam satuanl kg
5.Blanko
dihasilkan dengan perlakuan adalah berwarna coklat muda. Berat rata-rata antara ubi biasa dengan berat rata-rata ubi sambung pucuk
Berat (kg)
12 hampir mendekati 2,5 x lipat.
10 8
B1 6. Umur ubi kayu biasa 9 – 12 bulan
6 mencapai berat maksimum sedangkan
4 B2 umur ubi kayu sambung pucuk
2 0
mencapai maksimum (12 – 14) bulan,
7 8 9 10 11 12 13 14
Um ur (bulan)
B3 setelah mencapai umur tersebut kandungan karbohidrat menurun dan
Grafik 2. Kadar karbohidrat total antara ubi kayu biasa dan ubi kayu sambung pucuk untuk umur 7 sampai 14 bulan per 100 gram
bahan
umbi sudah mulai menunjukkan tandatanda membusuk.
Blanko
50 DAFTAR PUSTAKA
Kadar Karbohidrat (gram)
40 30 20 10
0 7 8 9 10 11 12 13 14 Umur (bulan)
KH1
Azhari Sumeru. 1995., “Hortikultura Aspek
KH2 Budidaya”, penerbit Universitas Indonesia, UI – Press, Jakarta.
KH3
Direktorat Gizi Depkes RI, 1972., “Komposisi Bahan Makanan”, di dalam Ciptadi,
Penerbit Bharata, Jakarta, 1976.
Frank Salisbury. 1995., “Fisilogi Tumbuhan”,
Grafik 3. Perbedaan luas permukaan daun antara ubi biasa dan ubi pucuk sambung
perbulannya
Penerbit ITB Bandung. Halliwell Bary. 1981., “Chloroplast Metabolism”,
Clarendon Press, Oxford, New York.
80 Blanko Haris, R. S. 1989., “Evolusi Gizi Pada Bahan
Luas permukaan daun (cm2)
3 5 7 9 11 13
60 Pangan”, edisi kedua, ITB Bandung.
40 S1 Harjadi, S. S, 1974., “Pembiakan Vegetatif”,
20
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. S2 Hasyim Hasmawi, “Bercocok Tanam Umbi-
0 Umbian”, Fakultas Pertanian Universitas
S3 Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.
Umur (bulan)
Karta Sapoetra, A. G, 1994., “Teknologi
Penanganan Pasa Panen”, Penerbit Rineka
KESIMPULAN
Cipta, Jakarta. Lehninger, A. L, 1994., “Dasar-Dasar Biokimia”,
alih bahasa Maggy Thenawijaya. Jilid I.
1. Bahwa persentase keberhasilan penyambungan tanaman adalah 93 %.
2. Kadar karbohidrat pada ubi kayu tanpa perlakuan sambung pucuk adalah
Jakarta,. Neffi Indra, 1996., “Peningkatan Kapabilitas
Peralatan Pembuatan Kerupuk Opak Untuk Industri Kecil”, Balai Industri Medan. Roehring, K. L. 1984., “Carbohydrat Biochemistry
30,40 gr sampai 32 gr/100 gr bahan.
and Metabolism”, Avi Publishing Company.
3. Kadar glukosa hasil sambung pucuk adalah 35 gr sampai 35,40 gr/100 gr bahan, ini berarti terjadi kenaikan kadar glukosa.
4. Warna kulit umbi yang dihasilkan dari
Weport. Sitompul, S. M. 1995., “Analisis Pertumbuhan
Tanaman”, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Slamet Sudarmadji. 1984., “Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian”,
ubi kayu biasa adalah berwana coklat
Liberty. Yogyakarta.
tua sedangkan warna kulit umbi yang
Sulaiman, A. Halim. 1994., “Dasar-Dasar Biokimia”, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
18
Pengaruh manipulasi genetika (Ribu Surbakti) Komano Tohru, Wirahadikusumah M, Surbakti
Ribu. 1996., “Seminar Rekayasa Genetika”, Institut Teknologi Bandung. Widarto, L, 1996., “Perbanyakan Tanaman”, Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Winarno, F. G, 1996., “Enzim Pangan”, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wirahadikusumah, Muhammad, “Biokimia Metabolisme Energi Karbohidrat Dan Lipid”, ITB Bandung, 1985. Wiriano Harry, “Penelitian Dan Pengembangan Penggunaan Tepung Untuk Industri Pangan”, Balai Industri Medan, 1990.
19