Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN

USAHATANI UBI KAYU

(Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI

OLEH :

ARISA VINIASARI LUBIS

080304032

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN

USAHATANI UBI KAYU

(Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI

OLEH:

ARISA VINIASARI LUBIS

080304032

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh:

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Ketua Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandarini, Ph. D) NIP : 196405051994032002

Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Thomson Sebayang, MT) NIP : 195711151986011001


(3)

ABSTRAK

Arisa Viniasari Lubis (080304032) dengan judul skripsi “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota pembimbing.

Deli Serdang merupakan salah satu sentra penghasil ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung. Tujuan dari penelitian adalah : Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu dan menetukan strategi peningkatan usahatani ubi kayu. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Metode analisis untuk menganalisis pendapatan usahatani digunakan analisis pendapatan, analisis deskriptif untuk melihat faktor internal dan eksternal dalam peningkatan pendapatan usahatani di daerah penelitian dan analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : Besar pendapatan usahatani ubi kayu rata-rata adalah Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Faktor Internal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kososng, kebutuhan konsumen, musim penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Arisa Viniasari Lubis lahir di Kota Medan pada tanggal 04 September 1990, putri dari Bapak H.Noviar Alamsyah Lubis, SE dan Ibu Hj.Kurnia Sari. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

− Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Negeri 020267 Binjai, tamat tahun 2002.

− Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Binjai, tamat tahun 2005.

− Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Binjai, tamat tahun 2008.

− Tahun 2008 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

− Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Serdang, Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Adapun judul skripsi ini adalah “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna menyelesaikan strata satu di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak

membimbing dalam penulisan skripsi ini, yaitu ibu

Ir. Iskandarini, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak

Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku Ketua Depertemen Agribisnis FP USU

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

3. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah mengajari dan membekali ilmu pengetahuan kepada penulis. 4. Seluruh pegawai di FP USU khususnya Program Studi Agribisnis.


(6)

Segala hormat dan terima kasih khusus saya ucapkan kepada orang tua saya yang tercinta Ayahanda H.Noviar Alamsyah Lubis, SE dan Ibunda Hj.Kurnia Sari atas doa, dukungan, semangat, kesabaran, motivasi dan kasih sayang yang luar biasa kepada saya selama menjalani perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Saya juga berterima kasih kepada adik-adik saya yang terkasih Ary Firiansyah Lubis,Amd dan Vina Mayasari Lubis atas segala doa, motivasi, dukungan dan juga pertanyaan “kapan kakak wisuda ?“ yang diberikan kepada saya.

Terima kasih saya ucapkan kepada sahabat–sahabat saya tersayang Azmeilia Syahfitri Lubis S.Ked, Andriyani Pulungan Amd, Chairul Azmy Amd,

Eka Hidayanti Febrina Amd, Ira Arindhini Sitepu (calon SPsi), Suspita Irmaini Amd dan Almarhum Prada M.Hendra Gunawan atas semangat, motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan seperjuangan di Departemen Agribisnis stambuk 2008, khususnya Eva Amalia SP, Rika Febriani Ginting SP, Sri Ardianti Pratiwi Siregar SP yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

Tinjauan Aspek Agronomi Ubi Kayu ... 8

Tinjauan Aspek Ekonomis Ubi Kayu ... 9

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 18

METODE PENELITIAN ... 21

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 22

Metode Analisis Data ... 22


(8)

Defenisi Operasional ... 27

Batasan Operasional ... 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 29

Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

Geografi dan Topografi ... 29

Demografi ... 30

Karakteristik Petani Sampel ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 36

Faktor Internal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu ... 37

Faktor Eksternal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu.. ... 39

Strategi Peningkatan Pendapatan usahatani Ubi Kayu... 41

Tahap Perhitungan Skor dan Analisis Data ... 42

Tahap Strategi Pengembangan ... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011 ... 5 2. Matriks Analisis SWOT ... 18 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Dusun di Desa Lau

Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012 ... 30 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lau

Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012 ... 31 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Lau

Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012... 32 6. Sarana dan Prasarana di Desa Lau Bekeri Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 33 7. Umur petani sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan

Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012 ... 34 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Lau Bekeri

Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2012... 35 9. Analisis Usahatani Ubi Kayu per Petani ... 36 10. Gabungan Matrik Faktor Strategi Internal-Eksternal

Usahatani Ubi Kayu ... 43 11. Tahap Analisis Data ... 46


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Matriks Posisi SWOT... 16 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 19 3. Matriks Posisi SWOT... 44


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani di Daerah Penelitian 2. Biaya Bibit Ubi Kayu Per Petani

3. Biaya Pupuk Ubi Kayu Per Petani 4. Biaya Pestisida Ubi Kayu Per Petani 5. Biaya Tenaga Kerja Petani Ubi Kayu 6. Total Biaya Produksi Ubi Kayu Per Petani 7. Total Penerimaan Ubi Kayu Per Petani 8. Pendapatan Ubi kayu Per Petani 9. Skor Kekuatan Usahatani Ubi Kayu 10. Skor Kelemahan Usahatani Ubi Kayu 11. Skor Peluang Usahatani Ubi Kayu 12. Skor Ancaman Usahatani Ubi Kayu


(12)

ABSTRAK

Arisa Viniasari Lubis (080304032) dengan judul skripsi “Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan Ibu Ir. Iskandarini, Ph.D sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT sebagai anggota pembimbing.

Deli Serdang merupakan salah satu sentra penghasil ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung. Tujuan dari penelitian adalah : Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu, mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu dan menetukan strategi peningkatan usahatani ubi kayu. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan daerah merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu. Metode analisis untuk menganalisis pendapatan usahatani digunakan analisis pendapatan, analisis deskriptif untuk melihat faktor internal dan eksternal dalam peningkatan pendapatan usahatani di daerah penelitian dan analisis SWOT untuk mengidentifikasi strategi.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : Besar pendapatan usahatani ubi kayu rata-rata adalah Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Faktor Internal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai, pemasaran mudah, kurang modal, penggunan pupuk tidak maksimal, biaya tenaga kerja mahal, lahan sempit, tingkat adopsi teknologi. Faktor eksternal yang ada pada peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu adalah akses kredit, tersedia bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, lahan kososng, kebutuhan konsumen, musim penghujan,naik harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu rendah. Strategi peningkatan pendapatan usahatani yang sesuai adalah strategi WO yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu jenis pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani diseluruh Indonesia adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat terbanyak. Di Indonesia, ubi kayu menjadi makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Ubi kayu menjadi makanan alternatif pengganti makanan pokok ketika Indonesia kekurangan bahan pangan ( beras ). Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia

(Jafar, 2003).

Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, semantara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani yang cukup tinggi (Nuryani,S dan Soedjono, 1994).

Ubi kayu merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki produktivitas paling tinggi per satuan luas lahan bila dibandingkan dengan tanaman padi, jagung dan ubi jalar. Meskipun demikian peranan ubi kayu sebagai penyedia karbohidrat masih lebih rendah dibanding dengan padi, dan jagung. Peran ubi kayu juga semakin pudar setelah hadirnya terigu impor yang tersedia secara meluas yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat. Panganan dari bahan terigu semakin tersebar dan beragam, sementara panganan dari bahan ubi


(14)

kayu relatif tidak berkembang. Seiring dengan itu pula pendapatan petani ubi kayu hampir tidak mengalami peningkatan, bahkan ikut menurun. Untuk meningkatkan kembali pamor ubi kayu sebagai alternatif sumber karbohidtrat perlu dibuat suatu strategi penyediaan karbohidrat di Indonesia bersumber dari ubi kayu.

Ubi kayu merupakan sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori bagi banyak orang. Biasanya produksi ubi kayu berasal dari pertanian dalam skala kecil yang kebanyakan memiliki lahan yang diolah seadanya. Dengan kata lain, kurangnya kepercayaan petani dalam mengembangkan ubi kayu. Sementara jika diolah dengan sungguh-sungguh dan dalam skala besar akan menambah kontribusi yang lebih besar bagi daerah tersebut dan cukup menguntungkan bagi petani ubi kayu (Sundari, 2010).

Kekurangan pangan akan menyebabkan kerawanan ekonomi bagi suatu negara, oleh karena itu ubi kayu penting untuk dikembangkan. Di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan cadangan sehingga masyarakat sebagai bahan makanan pokok.

Dalam mengembangkan usahatani, kegiatan utama yang dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningktan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembagunan pertanian. Produksi dan produktivitas ubi kayu pada petani masih rendah karena penggunanan varietas unggul belum memasyarakat dan teknik budi dayanya


(15)

tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 1997).

Untuk meningkatkan produktivitas, maka strategi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaan bibit yang bermutu dan harga terjangkau oleh ekonomi petani sehingga perlu didukung oleh permodalan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produtivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunankan teknologi yang didorong oleh aspek social dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja,dkk, 2004)

Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismayani (2007), bahwa


(16)

ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani harus mempertimbangkan harga jual produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya. Keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani akibat efektivitas dan efesiensi usahatani yang rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh diluar harapan yang dikhayalkan petani (Fadholi,1991).

Permasalahan dalam pengembangan komoditi ubikayu secara umum adalah penerapan teknologi belum optimal, penggunaan benih bermutu masih rendah, penggunaan pupuk berimbang dan organik masih rendah, kompetisi lahan dengan komoditi lainnya, harga kurang menarik dibandingkan komoditas lain, masih dianggap sebagai tanaman sela dalam sistem budidaya, pemasaran kurang terjamin, lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan/pembiayaan usaha, dan kelembagaan dan kemitraan usaha belum berkembang

Sumatera utara merupakan salah satu daerah potensial untuk menghasilkan ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat sentra produksi ubi kayu di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Data ini merupakan data yang dipublikasikan melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.


(17)

Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009

2010 2011

1. N i a s 3 021 7 963 51 298 5 981 2 857 2. Mandailing Natal 2 982 3 238 1 799 1 967 1 951 3. Tapanuli Selatan 13 541 18 269 8 854 9 955 7 377 4. Tapanuli Tengah 14 361 27 986 33 506 34 076 31 057 5. Tapanuli Utara 16 000 26 068 37 451 38 398 43 852 6. Toba Samosir 7 681 7 949 10 560 29 760 35 933

7. Labuhanbatu 3 393 4 451 2 428 164 114

8. A s a h a n 15 384 10 565 18 536 18 464 17 265 9. Simalungun 144 954 309 303 373 304 351 575 327 185 10. D a i r i 2 567 5 808 6 280 10 778 8 595

11. K a r o - 2 412 52 848 345

12. Deli Serdang 78 800 75 497 167 017 78 734 116 834

13. L a n g k a t 6290 7 974 9 244 10 793 39 827 14. Nias Selatan 8 665 15 870 72 585 53 452 10 724

15. Humbang Hasundutan 4 274 12 883 12 469 13 845 24 324 16. Pakpak Bharat 463 405 441 2 502 2 781

17. Samosir 2 495 4 985 16 163 7 379 8 102

18. Serdang Bedagai 96 726 155 389 111 066 148 734 292 398 19. Batu Bara x 16 205 22 994 23 436 63 159 20. Padang Lawas Utara x x 8 925 7 457 8 518

21. Padang Lawas x x 10 482 7 882 4 068

22. Labuhanbatu Selatan x x x 1 426 1 091

23. Labuhanbatu Utara x x x 3 391 3 817

24. Nias Utara x x x 5 545 6 067

25. Nias Barat

71. S i b o l g a

x x x 851 1 668

- - -

72. Tanjungbalai 351 387 390 1 062 484

73. Pematangsiantar 4 461 7 106 9 091 10 210 10 290 74. Tebing Tinggi 3 273 6 610 7 148 8 695 7 889 75. M e d a n 4 737 4 616 7 533 7 260 2 348 76. B i n j a i 2 372 2 863 3 147 3 678 1 236 77. Padangsidimpuan 1 780 1 971 4 521 4 877 7 052

78. Gunungsitoli x x x 2 398 2 503

Sumatera Utara 438 573 736 771 1 007 284 905 571 1 091 711

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012

Perkembangan sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan tanaman ubi kayu sangat diharapkan menunjang sasaran pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah yang sebagian penduduknya bekerja disektor pertanian. Dimana diantara sebagian penduduknya mengusahakan tanaman ubi kayu.


(18)

Disamping itu sektor ini juga diharapkan sangat mendorong peningkatan pendapatan petani regional yang akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk di daerah ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1) Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?

2) Faktor internal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?

3) Faktor eksternal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ?

4) Bagaimana strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian . 2) Untuk mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan

usahatani ubi kayu didaerah penelitian.

3) Untuk mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian.

4) Untuk menentukan strategi peningkatan pendapatan usahatani didaerah penelitian.


(19)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1) Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan . 3) Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Aspek Agronomi Ubi Kayu

Ubi kayu atau Manihot esculenta Crantz, termasuk keluarga Eupharbiaceae adalah tanaman berkayu dan tumbuh tegak beruas dan berbuku-buku dengan tinggi antara 1-3 meter. Warna batang hijau muda dan setelah tua berubah menjadi putih kelabu atau hijau kelabu atau coklat. Daun tumbuh disepanjang batang dengan tangkai yang agak panjang. Daunnya mudah gugur dan yang berdaun biasanya hanya batang bagian atas dekat pucuk. Ubi kayu mulai dari umbi , batang dan daun umumnya mengandung racun asam biru (HCN). Kandungan asam biru tiap ubi kayu tidaak tetap. Umumnya kandungan asam biru akan meningkat apabila pertumbuhan pada musim kemarau yang panjang, dan bila saat bibitnya terbalik (Lingga, 1991).

Akar tanaman ubi kayu dapat tumbuh menjadi umbi yang banyak mengandung kharbohidrat dan dapat digunakan sebagai bahan pangan dan tujuan industri. Pada mulanya akar ubi kayu tumbuh mendatar dan memanjang, setelah berumur 2-3 bulan bagian akar dekat pangkal batang mulai menebal menjadi umbi dengan diameter 1 cm lebih. Penebalan akar disebabkan oleh perkembangan kambium yang ke dalam menyusun bagian kayu dan keluar menyusun bagian kulit (Darjanto dan Murjati 1980).


(21)

Ubi kayu dapat berbuah jika di tanam di dataran tinggi. Bunganya berumah satu dan kematangan bunga betina dan jantan berbeda waktunya sehingga penyerbukan terjadi dengan peersilangan (Lingga, 1991).

2.2 Tinjauan Aspek Ekonomi Ubi Kayu

Saat ini Indonesia tergolong penghasil singkong yang punya peluang untuk dimanfaatkan sebagai salah satu komoditi ekspor untuk mengimbangi ekspor migas yang mulai merosot. Disadari sampai sejauh ini dunia perumbian Indonesia belum menggembirakan dan nyata sekali belum pernah ditangani serius. Sebaliknya Thailand, yang menduduki urutan ke empat sebagai penghasil ubi kayu dunia berhasil merajai pasaran di dunia termasuk ke Indonesia

(Lingga, 1991).

Ubi kayu merupakan tanaman serbaguna. Batang, daun dan umbinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri. Batang ubikayu dapat dimanfaatkan untuk bibit, papan partikel, kerajinan, briket dan arang. Daunnya untuk makanan, farmasi dan industri pakan ternak (Soekartawi, 2000).

Ubi kayu/singkong yang disebut juga kaspe, merupakan tanaman yang banyak kharbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai sumber kharbohidrat di samping beras Biji ubi kayu berpotensi sebagai penghasil minyak (Popoola dan Yangomodou, 2006). Kulit umbinya dapat digunakan sebagai pakan ternak, dan daging umbinya dapat diolah menjadi berbagai produk seperti makanan, tapioka, gaplek, tepung ubi kayu, dekstrin, perekat Gambar, bioetanol, dan lain-lain.


(22)

Pemanfaatan ubi kayu dikelompokkam menjadi dua kelompok, yaitu sebagai bahan baku tapioka (tepung tapioka atau gaplek) dan sebagai pangan langsung. Tepung tapioca dengan kadar amylase yang rendah tapi berkadar amyloopectine yang tinggi ternyata merupakan sifat yang khusus dari singkong yang tidak dimiliki oleh jeis tepung lainnya, sehigga tepung tapioca mempunyai kegunaan yg lebih luas (Rismayani, 2007).

2.3 Landasan Teori

Pendapatan

Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono, 1992). Pendapatan juga merupakan suatu gambaran tingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam satuan waktu tertentu, biasanya per bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihubungkan dengan suatu standart kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan dapat diperoleh seseorang dari mata pencaharian utama dengan atau tanpa mata pencaharian lain. Dengan demikian seseorang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Pendapatan dari usahatani adalah total penerimaan dari nilai penjualan hasil ditambah dari nilai hasil yang dipergunakan sendiri, dikurangi dengan total nilai pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk input (benih, pupuk, pestisida dan alat-alat) pengeluaran untuk upah tenaga kerja dari luar keluarga, pajak dan lain-lain (Hernanto, 1993).


(23)

Faktor pendapatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan terdiri dari faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output). Faktor produksi (input) terbagi dalam dua hal yaitu ketersediaan dan harga. Apabila ketersediaan input dipasaran langka maka akan mempengaruhi produktivitas. Demikian pula dengan harga yang tinggi akan menentukan besar atau kecilnya biaya dan pendapatan dari usahatani. Jumlah produksi (output) terdiri dari permintaan dan harga. Jika permintaan akan produksi tinggi maka harga di tingkat petani tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula. Oleh karena itu faktor produksi (input) dan jumlah produksi (output) akan berpengaruh terhadap biaya dan pendapatan usahatani (Suratiyah, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut yaitu pertama faktor eksternal dan faktor internal serta kedua faktor manajemen. Hal yang termasuk faktor internal adalah umur petani, pendidikan,, pengalaman, jumlah tenaga kerja,luas lahan dan modal. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah input berupa ketersediaan input berupa harga, dan output berupa permintaan dan harga. Faktor manajemen juga sangat menentukan dalam mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal (Suratiyah, 2006).


(24)

Analisis SWOT

Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perumbian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perumbian.

Analisis SWOT adalah analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis. Analisis ini digunakan untuk menemukan faktor intenal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada suatu organisasi. Dari hasil analisis akan ditemukan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, selanjutnya perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk memperkecil atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada (Anonimus, 2012).

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan


(25)

tergantung pada kriteria yang digunakan. Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data 2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

− Matriks faktor strategi eksternal

− Matriks faktor strategi internal (Soepeno, 1997).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matrik Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

− Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.


(26)

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

− Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.


(27)

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian di perbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

c. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

− Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

− Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0


(28)

Y(+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X(-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y(-)

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT

Kuadran I

− Merupakan posisi yang menguntungkan.

− Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

− Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

− Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

− Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

− Dilakukan dengan penggunaan diversivikasi produk atau pasar. I N T E R N A L F A K T O R EKSTERNAL FAKTOR


(29)

Kuadran III

− Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

− Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

− Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

− Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Situmorang dan Dilham, 2007).

Matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.


(30)

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matriks di bawah ini :

Tabel .2 Matriks Analisis SWOT

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)

Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O)

Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman Eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2008.

2.4 Kerangka Pemikiran

Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, semantara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani yang cukup tinggi.

Pendapatan petani merupakan indikator kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi pendapatan petani maka kehidupan masyarkat juga semakin sejahtera. Pendapatan petani ubi kayu ditentukan oleh beberapa hal seperti harga dan produktivitas.


(31)

Pendapatan petani akan meningkat apabila pasar dapat memberikan harga yang tinggi kepada petani, namun akan menurun apabila pasar memberikan harga yang rendah. Untuk meningkatkan kesejahteraan diperlukan peningkatan produktivitas sehingga produksi meningkat sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani. Setiap usahatani yang dijalankan tentunya memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani. Diperlukan penentuan alternative strategi dalam peningkatan pendapatan dengan menggunakan analisis SWOT. Setelah dilakukan analisis faktor SWOT, maka kita dapat menetukan strategi peningkatan apa yang cocok dan bisa diterapkan untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada skema gambar berikut :


(32)

Keterangan :

: Ada Hubungan : Ada Pengaruh

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Petani Ubi Kayu

Usahatani Ubi Kayu

Pendapatan Petani

Internal Eksternal

(S) Kelemahan

(W) Kekuatan

(O) Peluang

(T) Ancaman

Strategi Peningkatan


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Lau Bekeri , Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh petani ubi kayu yang ada di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan wawancara terhadap kepala desa, populasi petani yang mengusahakan ubi kayu di desa tesebut ± 70 petani. Sampel diambil dengan menggunakan metode Simple Random Sampling yaitu sebanyak 40 petani, dengan rumus slovin sebagai berikut :

n = �

1+��2

Dimana :

n = ukuran sampel N = ukuran populasi


(34)

Jadi :

n = ��

�+ �� (�,��)�

n = �� �+�,�

n = 40 petani

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani ubi kayu dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai lembaga, instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan kantor camat kecamatan Kutalimbaru.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data bertujuan untuk menyerderhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikan secara sistematik, kemudian mengolah, menafsirkan, dan memaknai data tersebut. Analisis data merupakan upaya pemecahan permasalahan penelitian untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang diteliti.


(35)

Untuk mengidentifikasi masalah 1 mengenai besar pendapatan petani ubi kayu digunakan rumus :

I = TR – TC

Dimana :

I = Income (rp)

TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Untuk mengidentifikasi masalah 2 dan 3 diuji dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah proses mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode, mengkategorikan, mengartikan, dan menginterpretasikan/menafsirkan data dan informasi kualitatif dan kuantitatif tanpa ada hitung-hitungannya. Proses ini berusaha mendeskripsikan, menggambarkan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat.

Untuk mengidentifikasi masalah 4, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti digambarkan pada diagram di bawah ini.


(36)

Tabel 3.4.1 Matriks Analisis SWOT

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

 Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)  Tentukan 5-10 faktor

kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor

peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman Eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal, matrik faktor strategi eksternal seperti dibawah ini:


(37)

Rating Kategori Faktor internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Total skor

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk ketegori sangat baik sampai 1 untuk kategori tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari -4 untuk kategori sangat baik sampai -1 untuk kategori tidak baik.


(38)

Faktor Strategi

Faktor Strategi internal/eksternal

Rating Bobot Skoring

(Rating x Bobot)

Kekuatan/Peluang: 1.

2. 3. 4. 5.

Total Bobot kekuatan/peluang 100

Kelemahan/Ancaman: 1.

2. 3. 4. 5.

Total bobot kelemahan/ancaman 100

Selisih Kekuatan-Kelemahan/ Peluang-Ancaman

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor


(39)

tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 3. Secara matematis penentuan bobot dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

�����= �����������������

�����������

kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi Operasional

1) Petani ubi kayu adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani ubi kayu pada sebidang tanah atau lahan

2) Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dari usahatani tanaman ubi kayu dengan total biaya produksi usahatani tanaman ubi kayu

3) Strategi peningkatan pendapatan adalah hal-hal yang digunakan untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu.

4) Strengths adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki petani ubi kayu 5) Weaknesses adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki petani ubi kayu. 6) Opportunities adalah berbagai peluang yang muncul terhadap petani ubi kayu.


(40)

7) Threats adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap petani ubi kayu.

Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

2) Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman ubi kayu di Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

3) Waktu Penelitian adalah tahun 2013.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Geografi dan Topografi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lau Bekeri, ditinjau dari letak geografisnya, Desa Lau Bekeri termasuk didalam wilayah Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang dengan luas wilayah 730 Ha, dimana berupa 8% daratan yang bertofografi berbukit, 22% berupa daratan yang bertofografi curam dengan kemiringan 5º- 45º, dan 70% daratan dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan perkebunan. Desa Lau Bekeri memiliki batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Silebo lebo dan Desa Gunung Tinggi  Sebelah Timur : Sungai Tuntungan dan Desa Sukarende  Sebelah Selatan : Desa Sampe Cita

 Sebelah Barat : Sungai Mencirim

Sebagaimana desa-desa pada umumnya di wilayah Indonesia, iklim di Desa Lau Bekeri mempunyai iklim penghujan dan kemarau. Dimana faktor iklim tersebut mempunyai pengaruh terhadap pola tanam pada lahan pertanian yang ada di desa tersebut.


(42)

4.1.2 Demografi

a. Kependudukan

Desa Lau Bekeri memiliki penduduk yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda, mayoritas dari penduduk Desa Lau Bekeri adalah suku karo. Desa Lau Bekeri mempunyai jumlah penduduk 4.605 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.106 jiwa, perempuan sebanyak 2.499 jiwa dan 1.098 kepala keluarga, yang terbagi dalam 10 wilayah dusun, seperti berikut :

Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Dusun di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Nama Dusun Jumlah Penduduk

Dusun I 383 orang

Dusun I-A 285 orang

Dusun II 1.570 orang

Dusun II-A 1.144 orang

Dusun III 91 orang

Dusun IV 163 orang

Dusun V 448 orang

Dusun VI 227 orang

Dusun VII 99 orang

Dusun VIII 124 orang

Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012

b. Pekerjaan

Penduduk di Desa Lau Bekeri memiliki pekerjaan yang beraneka ragam, tetapi sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dapat dilihat


(43)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Pekerjaaan Jumlah Persentase

Petani 603 orang 55 %

PNS 110 orang 10 %

Buruh 165 orang 15 %

Pedagang 220 orang 20 %

Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012

Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahnwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa lau Bekeri yang paling banyak ialah sebagai petani yaitu 603 orang dengan persentase 58,26 % dan mata pencarian terendah ialah sebagai PNS yaitu 110 orang dengan persentase 10 %

c. Pendidikan

Penduduk di Desa Lau Bekeri memiliki tingkat pendidikan yang beraneka ragam, dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :


(44)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Pendidikan Jumlah Persentase

Pra sekolah 447 orang 18,7%

SD 954 orang 40 %

SLTP 575 orang 24 %

SLTA 307 orang 13 %

Sarjana 72 orang 3 %

Pasca Sarjana 31 orang 1,3 %

Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 954 orang dengan persentase 40 % dan yang paling sedikit ialah pasca sarjana yaitu 31 orang dengan persentase 1,3 % d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Lau Bekeri cukup tersedia dengan kondisi baik, seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan,dan sarana peribadatan. Kondisi jalan yang dulunya kurang bagus sekarang sudah cukup bagus sehingga memudahkan petani dalam mengangkut hasil panenya dan sarana transportasi juga cukup tersedia.


(45)

Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Sarana / Prasarana Jumlah

Balai Desa 7

Kantor Desa 1

Puskesmas Pembantu 1

Mesjid 5

Gereja 17

Pos Kamling 10

Taman Kanak-kanak 6

Pos Polisi 1

SD negeri 2

Tempat Pemakaman Umum 2

MCK 1

Sungai 6

Jalan Produksi 1

Jalan Usahatani 1

Jalan Tanah 2

Jalan Koral 3

Jalan Aspal Penetrasi 2

Sumur Bor 1

Sumber Air Mata 10

Sumber : Data Demografi Desa Lau Bekeri, 2012

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud disini adalah seluruh petani ubi kayu yang mengusahakan tanaman ubi kayu sebanyak 40 orang dengan luas lahan ≤ 2 Ha yang berada di Desa Lau Bekeri. Gambaran umum petani sampel juga meliputi umur petani, tingkat pendidikan petani, lama bertani ubi kayu, penyerapan tenaga


(46)

kerja usahatani ubi kayu, produktivitas ubi kayu, dan jumlah anggota keluarga dan tanggungan petani yang diuraikan berikut ini.

4.2.1 Umur petani

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan fisik.

Hasil penelitian menunjukkan 34-50 tahun dengan rata-rata 41,3 tahun. Jumlah petani sampel yang berumur dibawah 41,62 adalah sebesar 52,5 %, yaitu sebanyak 21 orang, dan yang berumur diatas 41,3 tahun adalah sebesar 47,5 %, yaitu sebanyak 19 orang. Komposisi petani sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Umur petani sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Umur Jumlah (orang) Persentase (%)

30-35 5 12,5 %

36-40 12 30 %

41-45 12 30 %

45-50 11 27,5 %

Jumlah 40 100


(47)

Berdasarkan tabel 4.4 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 36-40 tahun dan 41-45 tahun dengan persentase sebesar 30 %. Artinya petani sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

4.2.2 Pendidikan Petani

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani sampel :

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Lau Bekeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 19 47,5%

SLTP 14 35%

SLTA 6 15 %

Sarjana 1 2,5 %

Jumlah 40 100


(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Berdasarkan keadaan di daerah penelitian diperoleh rataan produksi ubi kayu sebesar 29.075 kg dengan rataan luas lahan sebesar 0,607 ha. Maka diperoleh produktivitas ubi kayu didaerah penelitian sebesar 47,9 kg/ha.

Berdasarkan hasil analisis sederhana yang dilakukan untuk pengelolaan ubi kayu, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Analisis Usahatani Ubi Kayu per Petani

No Uraian Jumlah

I Produksi (Kg) 29.075

II Harga Jual (Rp) 1.100

III Penerimaan (Rp) 31.982.500

IV Biaya Produksi (Rp)

a. Bibit 2.132.500

b. Pupuk 1.026.875

c. Pestisida 604.500

d. Tenaga Kerja 518.750

V Pendapatan Usahatani Ubi kayu (Rp) 27.665.125 Sumber : Data diolah dari lampiran 6, 7 dan 8

Diketahui bahwa pengelolaan ubi kayu ini bisa memberikan pendapatan bagi pemiliknya. Dengan rata-rata pendapatan bersih yang diperoleh petani ubi kayu di daerah penelitian sebesar Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam. Ini


(49)

menunjukkan bahwa keuntungan petani cukup tinggi dalam satu periode musim tanam.

5.2Faktor Internal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Berdasarkan penelitian ke lapangan terdapat beberapa faktor internal yang telah diidentifikasi dalam menyusun strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu yaitu :

a. Beberapa kekuatan yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian

1) Motivasi petani

Motivasi yang dimiliki petani dalam berusahatani ubi kayu tergolong baik, bahwa ada keinginan yang besar dari petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya.

2) Pengalaman petani

Hampir setiap petani didaerah memiliki pengalaman dalam usahatani ubi kayu. Dimana petani yang memiliki pengalaman yang memadai lebih baik dalam mengelola usahataninya dibanding petani yang kurang pengalaman. Dari hasil penelitian pengalaman petani tergolong baik.

3) Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga

Dengan adanya tenaga kerja dalam keluarga maka petani dapat terbantu dalam menjalankan usahataninya. Dari hasil penelitian ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga tergolong baik.


(50)

4) Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu

Di daerah penelitian memiliki lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu,dimana dapat dilihat dari banyaknya warga di daerah penelitian yang berusahatani ubi kayu,baik sebagai tanaman utama maupun selingan. Dari hasil penelitian tergolong baik.

5) Pemasaran yang mudah

Ada agen yang langsung datang ke lokasi usahatani untuk membeli hasil panen petani. Dari hasil penelitian pemasaran di daerah tersebut tergolong baik.

b. Beberapa kelemahan yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian

1) Kekurangan modal

Kekurangan modal sudah pasti menjadi kelemahan petani, karena petani tidak sanggup untuk membeli sarana produksi yang berkualitas misalnya bibit dan pupuk.Dari hasil penelitian tergolong baik.

2) Penggunaan pupuk yang kurang maksimal

Dari hasil penelitian banyak petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosisnyaatau kurang maksimal bahkan tidak menggunakan pupuk sama sekali, sehingga menyebabkan produksi menjadi rendah.Dari hasil penelitian tergolong baik.

3) Biaya tenaga kerja yang mahal

Biaya tenaga kerja menjadi kelemahan petani untuk meningkatkan pendapatan usahataninya, dimana petani harus memberikan upah kepada


(51)

tenaga kerja dari mulai penanaman hingga panen.Dari hasil penelitian tergolong baik.

4) Luas lahan yang sempit

Petani di daerah penelitian rata-rata memiliki lahan dibawah 1 hektar. Hal ini menyebabkan produksi ubi kayu masih rendah bila dibandingkan daerah lain sehingga mempengaruhi pendapatan petani tersebut.Dari hasil penelitian tergolong baik.

5) Tingkat adopsi teknologi

Kemajuan teknologi seharusnya dapat menjadi peluang bagi petani untuk memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan usahataninya untuk meningkatkan pendapatan,tetapi rata-rata petani di daerah penelitian tidak menggunakan teknologi untuk usahataninya.Dari hasil penelitian tergolong baik.

5.3 Faktor eksternal Pada Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Berdasarkan penelitian ke lapangan terdapat beberapa faktor internal yang telah diidentifikasi dalam menyusun strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu yaitu :

a. Beberapa peluang yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian

1) Adanya akses kredit

Pinjaman modal sangat dibutuhkan petani dalam hal memenuhi kebutuhan sarana produksi. Dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat seharusnya


(52)

dapat menjadi peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatannya.Dari hasil penelitian tergolong baik.

2) Ketersediaan bibit dan pupuk

Kemudahan petani untuk mendapatkan bibit dan pupuk didaerah penelitian menjadi peluang petani untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya.Dari hasil penelitian tergolong baik.

3) Nilai ekonomis dari ubi kayu

Dari hasil penanaman ubi kayu,tidak hanya buahnya saja yang dapat digunakan ,bahkan batang dan daunnya juga dapat dimanfatkan.Dari hasil penelitian tergolong baik.

4) Ketersediaan lahan kosong

Tersedianya lahan kosong dapat dimanfaatkan petani untuk memperluas usahataninya, dimana rata-rata petani didaerah penelitian memiliki lahan yang sempit.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.

5) Kebutuhan konsumen

Beragamnya olahan berbahan dasar ubi kayu, membuat kebutuhan kosumen ubi kayu juga meningkat sehingga dapat menjadi peluang bagi petani.Dari hasil penelitian tergolong baik.

c. Beberapa ancaman yang ada pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian

1) Musim penghujan

Musim penghujan dapat menjadi ancaman petani ubi kayu, karena dapat berpengaruh pada umbinya.Dari hasil penelitian tergolong baik.


(53)

2) Kenaikan harga input

Naiknya harga input menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan pendapatannya. Jika harga input naik maka biaya untuk memenuhi sarana produksi juga akan naik, kenaikan biaya akan menurunkan pendapatan yang diterima petani.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.

3) Kelangkaan tenaga kerja luar keluarga

Petani setempat mengalami kesulitan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit. Setiap petani membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan.Dari hasil penelitian tergolong baik.

4) Serangan hama penyakit

Serangan hama penyakit akan menyebabkan produksi ubi kayu menjadi tidak maksimal. Produksi yang rendah akan menjadi penghalang bagi petani untuk meningkatkan pendaptannya.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik. 5) Harga jual ubi kayu yang murah

Harga jual ubi kayu yang cenderung murah menjadi ancaman petani di daerah penelitian.Dari hasil penelitian tergolong kurang baik.

5.4 Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Strategi adalah perencanaan, arah dan pengelolaan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi dengan tantangan lingkungan. Strategi dirancang untuk mengetahui apakah tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat


(54)

5.4.1 TahapPerhitungan Skor dan Analisis Data

Pada tahap ini data akan dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal, kemudian skor tiap masing-masing data akan dihitung yang kemudian akan dianalisis.


(55)

Tabel 10. Gabungan Matrik Faktor Strategi Internal-Eksternal Usahatani Ubi Kayu

Faktor dan Elemen Strategi Internal dan Eksternal

Rating Bobot Skoring (Rating x Bobot)

Kekuatan:

• Motivasi petani dalam berusahatani ubi kayu

• Pengalaman petani dalam usahatani ubi kayu

• Ketersedian tenga kerja dalam keluarga

• Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu

• Pemasaran yang mudah

3 3 3 3 3 10 10 10 10 10 30 30 30 30 30

Total skor kekuatan: 50 150

Kelemahan:

• Kekurangan modal

• Penggunaan pupuk yang tidak maksimal

• Biaya tenaga kerja mahal

• Luas lahan yang sempit

• Tingkat adopsi teknologi

-3 -3 -3 -4 -3 9 9 9 14 9 -27 -27 -27 -56 -27

Total skor kelemahan: 50 -164

Selisih kekuatan-kelemahan -14

Peluang:

• Adanya akses kredit

• Ketersediaan bibit dan pupuk

• Nilai ekonomis ubi kayu

• Adanya lahan kosong

• Kebutuhan konsumen

3 4 3 2 3 10 13 10 7 10 30 52 30 14 30

Total skor peluang: 50 156

Ancaman:

• Musim penghujan

• Kenaikan harga input

• Kelangkaan tenaga kerja luar keluarga

• Serangan hama penyakit

• Harga jual ubi kayu

-3 -2 -3 -2 -2 13 8 13 8 13 -39 -16 -39 -16 -16

Total skor ancaman: 50 -126

Selisih peluang-ancaman 30


(56)

Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing-masing faktor internal maupun eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik posisi. Matrik ini digunakan untuk melihat posisi strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Berdasarkan tabel diperoleh nilai X < 0 yaitu -14, dan nilai Y > 0 yaitu 30. Posisi titik kordinatnya dapat dilihat pada kordinat Cartesius berikut ini.

Y(+)

Kuadran III 30 Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X(-) -14 X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y(-)

Gambar 3. Matriks Posisi SWOT

Dari hasil hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan pada usaha peningkatan pendapatan petani ubi kayu oleh petani di daerah penelitian adalah untuk faktor internal, bernilai -14 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara kekuatan dan kelemahan dimana kekuatan lebih kecil dibandingkan dengan kelemahan. Untuk faktor eksternal, bernilai 30 yang artinya

I N T E R N A L F A K T O R EKSTERNAL FAKTOR


(57)

nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman dimana ternyata nilai peluang lebih besar daripada ancaman.

Hasil ini menunjukkan bahwa usaha peningkatan pendapatanusahatani ubi kayu ini berada pada kuadran III (Strategi Turn-around). Situasi pada kuadran III kurang menguntungkan. Petani memiliki peluang yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan, namun usahatani ini juga memiliki beberapa kelemahan yang lebih dominan dari kekuatannya. Oleh karena itu, kelemahan-kelemahan tersebut harus dikurangi dengan beberapa strategi yang tepat. Kuadran yang ingin dituju ialah kuadran I (strategi agresif), dimana Strategi turn-around ini lebih fokus kepada strategi WO (Weakness-Opportunities) untuk mencapai kuadran yang dituju, yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(58)

Tabel 11. Tahap Analisis Data

Matriks SWOT INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTHS (S) • Motivasi petani dalam

berusahatani ubi kayu

• Pengalaman petani dalam usahatani ubi kayu

• Ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga

• Lahan yang sesuai untuk bertanam ubi kayu

• Pemasaran yang mudah

WEAKNESSES (W) • Kurang modal

• Penggunaan pupuk yang tidak maksimal

• Biaya tenaga kerja yang mahal

• Luas lahan yang sempit

• Tingkat adopsi teknologi

OPPORTUNITIES (O) • Adanya akses kredit

• Ketersediaan bibit dan pupuk

• Nilai ekonomis ubi kayu

• Adanya lahan kosong

• Kebutuhan konsumen

STRATEGI SO

1) Memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan pupuk dan bibit untuk memacu motivasi petani dalam meningkatkan produksinya

(S1, S4O2, O3)

2) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga yang ada dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu

(S3, O2, O3)

3) Memanfaatkan pemasaran yang mudah untuk memenuhi kebutuhan kosumen.

(S5, O5)

STRATEGI WO

1) Memanfaatkan akses kredit sebagai modal untuk biaya produksi. (W1, W2W3, O1) 2) Mengoptimalkan

penggunaan pupuk dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi.

(W2, W5O2, O5)

3) Peningkatan produksi melalui perluasan lahan dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(W4, O3O4, O5)

4) Menanam bibit unggul dan memanfaatkan lahan kosong yang ada.

(W2, W4O2, O4)

THREATS (T) • Musim penghujan

• Kenaikan harga input

• Kelangkaan tenaga kerja luar keluarga

• Serangan hama penyakit

• Harga jual ubi kayu murah

STRATEGI ST

1) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi persoalan cuaca sehingga proses produksi dan pemasaran tepat waktu

(S3, S5T1, T3)

2) Meningkatkan produksi ubi kayu dengan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat. (S4, T2, T5)

3) Menggunakan pengalaman petani dalam perawatan tanaman ubi kayu agar ubi yang dihasilkan mempunyai harga jual yg tinggi

(S2, S4T4, T5)

STRATEGI WT

1) Menggiatkan kembali gapoktan dan memanfaatkan lembaga

keuangan yang ada. (W1, W4T1, T3, T5)

2) Membuat bibit unggul yang tahan terhadap penyakit dan hama.

(W2, W5T4)

3) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi biaya dan kelangkaan tenaga kerja luar keluarga.

(W1, W3T1, T3)

4) Memanfaatkan teknologi untuk memperluas usahatani dan mengatasi ancaman serangan hama.


(59)

Tahap Strategi Pengembangan

Yaitu tahap yang bertujuan untuk menyusun strategi yang telah digambarkan oleh matrik SWOT, sehingga strategi yang muncul dapat dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Adapun strategi yang dimaksud adalah:

Strategi SO

1) Memanfaatkan lahan kosong dan ketersediaan pupuk dan bibit untuk memacu motivasi petani dalam meningkatkan produksinya.

(S1, S4O2, O3)

2) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga yang ada dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu, dengan memanfaatkan nilai ekonomis dari ubi kayu petani dapat meningkatkan pendapatannya.

(S3, O2, O3)

3) Memanfaatkan pemasaran yang mudah untuk memenuhi kebutuhan kosumen. (S5, O5)

Strategi WO

1) Memanfaatkan akses kredit sebagai modal untuk biaya produksi,dengan adanya akses kredit diharapkan petani mendapatkan pinjaman modal untuk biaya produksi.

(W1, W2W3, O1)

2) Mengoptimalkan penggunaan pupuk dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi.


(60)

3) Peningkatan produksi melalui perluasan lahan dan memanfaatkan nilai ekonomis ubi kayu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

(W4, O3O4, O5)

4) Menanam bibit unggul dan memanfaatkan lahan kosong yang ada. (W2, W4O2, O4)

Strategi ST

1) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi persoalan cuaca sehingga proses produksi dan pemasaran tepat waktu

(S3, S5T1, T3)

2) Meningkatkan produksi ubi kayu dengan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat.

(S4, T2, T5)

3) Menggunakan pengalaman petani dalam perawatan tanaman ubi kayuagar ubi kayu yang dihasilkan mempunyai harga jual yg tinggi.

(S2, S4T4, T5)

Strategi WT

1) Menggiatkan kembali gapoktan dan memanfaatkan lembaga keuangan yang ada.

(W1, W4T1, T3, T5)

2) Membuat bibit unggul yang tahan terhadap penyakit dan hama. (W2, W5T4)

3) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengatasi biaya dan kelangkaan tenaga kerja luar keluarga.


(61)

4) Memanfaatkan teknologi untuk memperluas usahatani dan mengatasi ancaman serangan hama.

(W4, W5T4)

Berdasarkan analisis strategi yang diatas, maka adapun program-program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu di daerah penelitian adalah:

1) Program Pemberian Modal Usaha

Program ini diperlukan untuk memberikan suntikan dana yang berupa pinjaman modal kepada petani. Petani setempat mengalami kesulitan modal untuk membeli input produksi terutama pupuk dan obat-obatan.

2) Program Pelatihan Pemanfaatan Nilai Ekonomis Ubi Kayu

Nilai ekonomis ubi kayu dapat dimanfaatkan petani dalam hal meningkatkan pendapatan, untuk itu perlu adanya program pelatihan ini agar petani memiliki pengetahuan yang luas tentang komoditi yang diusahakannya dan menyadari bahwa ada banyak kelebihan dari ubi kayu yang dapat dimanfaatkan.

3) Program Informasi Pasar

Program ini diperlukan untuk memberikan informasi kepada para petani dalam memperluas jangkauan distribusi dan pemasaran hasil. Informasi yang dibutuhkan seperti toko, restaurant, swalayan dan lokasi yang strategis untuk menjalin kerja sama untuk mengembangkan usahanya sehingga akan menarik permintaan bahan baku (ubi kayu) untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Besar pendapatan usahatani ubi kayu per petani di daerah penelitian adalah rata-rata Rp.27.665.125,- per sekali musim tanam dengan jumlah rata-rata produksi 29.075 kg.

2. Faktor internal yang mempengaruhi pendapatan petani ubi kayu adalah motivasi petani, pengalaman petani, ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga, lahan yang sesuai untuk ditanami ubi kayu, pemasaran yang mudah, kurangnya modal, penggunaan pupuk yang tidak maksimal, biaya tenaga kerja yang mahal, luas lahan yang sempit, tingkat adopsi teknologi

3. Faktor eksternal yang mempengaruhi pendapatan petani ubi kayu adalah adanya akses kredit, ketersediaan bibit dan pupuk, nilai ekonomis ubi kayu, adanya lahan kosong, kebutuhan konsumen, musim penghujan, kenaikan harga input, kelangkaan tenaga kerja luar keluarga, serangan hama penyakit, harga jual ubi kayu yang murah.

4. Strategi yang dapat diterapkan di daerah penelitian untuk meningkatkan pendapatan petani ubi kayu adalah strategi Turn-Around (WO) yaitu Memanfaatkan akses kredit sebagai modal untuk biaya produksi, Mengoptimalkan penggunaan pupuk dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produksi, peningkatan produksi melalui perluasan lahan dan pemupukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, Menanam bibit unggul


(63)

6.2 Saran

1. Kepada pemerintah disarankan agar memberikan bantuan kepada para petani berupa modal dan jasa juga menciptakan suatu agroindustri pengolahan ubi kayu di daerah penelitian,disamping membantu pendapatan petani ubi kayu. 2. Kepada petani sebaiknya dapat memaiksimalkan kekuatan yang dimilki agar

dapat memanfaatkan peluang yang ada dan lebih terrmotivasi untuk mengusahakan ubi kayu karena produksinya yang tinggi.

3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti potensi pengembangan agribisnis ubi kayu.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Edisi I Cetakan ke 5. BPFE. Jogjakarta.

Darjanto dan Murjati, 1980. Khasiat Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor : Yayasan Dewi Sri.

Fadholi Hernanto, 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Hernanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta . Jafar. M.H. 2003. Bisnis Ubi Kayu Indonesia. Cetakan Pertama.

PT Pustaka Sinar Harapan : Jakarta. Nuryani S dan Soedjono, 1994.

Popola TOS, Yangomodou OD. 2006. Extraction, properties and utilization potensial of cassava seed oil. Biotechnologi.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Rismayani, 2007. Usaha Tani dan Pemasaran Hasil Pertanian. USU press, Medan.

Rukmana Rahmat. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. PT Kanisius : Yogyakarta.

Situmorang dan Dilham. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. USU-Press, Medan. Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Soepono, B. 1997. Statistic Terapan: Dalam Penelitian Ilmu – Ilmu Sosial dan

Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta .

Sundari, Titik. 2010. Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu, Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang .


(65)

Suratiyah K. 2008. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya

Yusdja, Y dkk. 2004. Analisis Peluang Kesempatan Kerja dan Pendapatan Petani Melalui Pengelolaan Usahatani Bersama, Jurnal Agro Ekonomi. Vol 22 no.1-25. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.


(1)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Ubi Kayu Di Desa Lau Bekeri

No Umur

(Tahun)

Pendidiik an

Status Kepemilikan Lahan

(Ha) Lama Bertani

(Tahun)

Jumlah Tanggungan Milik sendiri Sewa

1 38 SD 1 0 3 2

2 58 SLTP 1 0 10 5

3 40 SLTP 2 0 4 2

4 43 SD 1 0 3 1

5 55 SD 1 0 4 2

6 46 SD 1 0 4 6

7 38 SLTP 0,5 0 2 2

8 49 SD 0,7 0 4 2

9 45 SLTP 0,5 0 3 3

10 42 SLTP 0,7 0 3 2

11 55 SD 2 0 5 3

12 56 SD 3 0 7 2

13 43 SLTA 3 0 7 3

14 44 SD 0,5 0 5 3

15 34 SD 1 0 3 4

16 39 SLTP 0,5 0 3 3

17 50 SD 1 0 6 4

18 36 SLTP 1 0 5 2

19 44 SLTP 1 0 3 2

20 41 SLTP 0,8 0 6 1

21 45 S1 0,7 0 6 2

22 35 SD 0,7 0 7 1

23 44 SLTP 1 0 4 5

24 37 SD 1,7 0 20 2

25 40 SLTP 0.6 0 20 3

26 47 SLTP 0,3 0 30 3

27 45 SD 0,4 0 25 3

28 44 SD 0,4 0 30 1

29 41 SLTA 0,5 0 25 1

30 40 SLTA 0,7 0 25 1

31 38 SLTA 0,7 0 20 2

32 38 SD 1 0 25 4

33 44 SD 0.7 0 30 3

34 50 SD 0,7 0 30 3

35 40 SD 1 0 25 1

36 46 SLTP 0,4 0 25 3

37 44 SLTP 0,5 0 25 4

38 35 SLTA 0,5 0 15 1

39 43 SLTA 0,5 0 25 3

40 47 SD 1 0 30 3

Total 1739 24,3 529 103

Rataa


(2)

Lampiran 2. Biaya Bibit Ubi Kayu Per Petani

No Luas Lahan Jenis Bibit Ubi Mentega (perpetani)

Jumlah (Batang) Harga (Rp/Batang) Total Biaya Bibit (Rupiah)

1 1 10000 200 2000000

2 1 10000 250 2500000

3 2 20000 200 4000000

4 1 10000 200 2000000

5 1 10000 250 2500000

6 1 10000 200 2000000

7 0,5 5000 200 1000000

8 0,7 7000 250 1750000

9 0,5 5000 250 1250000

10 0,7 7000 250 1750000

11 2 20000 250 5000000

12 3 30000 250 7500000

13 3 30000 250 7500000

14 0,5 5000 250 750000

15 1 10000 250 2500000

16 0,5 5000 200 1000000

17 1 10000 200 2000000

18 1 10000 250 2500000

19 1 10000 250 2500000

20 0,8 8000 200 1600000

21 0,7 7000 250 1750000

22 0,7 7000 250 1750000

23 1 10000 250 2500000

24 1,7 17000 200 3400000

25 0.6 6000 200 1200000

26 0,3 3000 200 600000

27 0,4 4000 200 800000

28 0,4 4000 250 1000000

29 0,5 5000 250 1250000

30 0,7 7000 250 1750000

31 0,7 7000 250 1750000

32 1 10000 250 2500000

33 0.7 7000 250 1750000

34 0,7 7000 200 1400000

35 1 10000 200 2000000

36 0,4 4000 200 800000

37 0,5 5000 200 1000000

38 0,5 5000 200 1000000

39 0,5 5000 200 1000000

40 1 10000 250 2500000

Total 24,3 362000 9100 85300000


(3)

Lampiran 5. Biaya Tenaga Kerja Petani Ubi Kayu

No

Penanaman Pemupukan Penyemprotan Panen

Biaya Tenaga Kerja TK (Or ang ) Biaya (Rp/Ora ng) TK (Or ang ) Biaya (Rp/Ora ng) TK (Or ang ) Biaya (Rp/Ora ng) TK (Or ang ) Biaya (Orang )

1 3 40000 2 40000 1 40000 4 40000 400000

2 6 50000 6 50000 2 30000 10 50000 1160000

3 10 40000 4 40000 2 20000 4 40000 760000

4 5 50000 3 50000 3 40000 5 40000 720000

5 5 50000 5 50000 3 30000 5 50000 840000

6 4 50000 3 50000 3 40000 3 50000 620000

7 3 50000 3 50000 2 30000 3 50000 510000

8 4 50000 3 40000 2 30000 5 50000 630000

9 2 50000 2 40000 1 40000 2 50000 320000

10 3 50000 3 50000 3 30000 4 50000 590000

11 4 50000 3 40000 3 30000 4 50000 610000

12 5 50000 4 40000 4 30000 4 50000 730000

13 5 50000 3 50000 2 40000 3 50000 630000

14 3 50000 3 40000 2 40000 3 50000 500000

15 3 50000 3 50000 3 50000 3 50000 600000

16 3 50000 3 50000 2 30000 4 50000 530000

17 2 50000 3 40000 1 50000 4 40000 430000

18 4 50000 3 40000 2 30000 3 40000 500000

19 3 50000 4 40000 1 50000 4 50000 560000

20 2 50000 1 50000 3 30000 2 50000 340000

21 2 50000 3 40000 2 40000 4 40000 460000

22 3 50000 2 40000 2 40000 4 50000 510000

23 4 50000 4 40000 3 40000 5 50000 730000

24 5 40000 4 40000 3 30000 6 50000 750000

25 2 40000 2 40000 1 40000 4 40000 360000

26 1 40000 1 50000 1 30000 2 50000 220000

27 2 40000 1 50000 1 30000 3 40000 280000

28 1 40000 1 40000 1 40000 3 50000 270000

29 1 40000 1 50000 1 30000 2 50000 220000

30 2 40000 3 50000 2 30000 3 50000 440000

31 2 50000 3 40000 2 40000 4 40000 460000

32 4 50000 4 40000 3 40000 5 50000 730000

33 2 50000 3 40000 2 40000 4 40000 460000

34 2 50000 3 40000 2 40000 4 40000 460000

35 4 50000 4 40000 3 40000 5 50000 730000

36 1 40000 1 40000 1 40000 3 50000 270000

37 1 40000 1 50000 1 30000 2 50000 220000

38 1 40000 1 50000 1 30000 2 50000 220000

39 1 40000 1 50000 1 30000 2 50000 250000

40 4 50000 4 40000 3 40000 5 50000 730000

Tot

al 124 1870000 111 1770000 81 1430000 151

189000

0 20750000

Rat

aan 3.1 46750

2.77

5 44250

2.02

5 35750

3.77


(4)

Lampiran 6. Total Biaya Produksi Ubi Kayu Per Petani

No

Biaya Bibit (Rp)

Biaya Pupuk (Rp)

Biaya Pestisida (Rp)

Biaya Tenga Kerja (Rp)

Total Biaya Produksi (Rp)

1 2000000 1150000 682000 400000 4232000

2 2500000 1150000 682000 1160000 5942000

3 4000000 2287000 1323000 760000 8370000

4 2000000 1119500 628000 720000 4467500

5 2500000 1150000 628000 840000 5118000

6 2000000 1165000 728000 620000 4513000

7 1000000 580000 280000 510000 2370000

8 1750000 684000 296000 630000 3360000

9 1250000 582500 180000 320000 2332500

10 1750000 748500 376000 590000 3464500

11 5000000 1565500 1036000 610000 8211500

12 7500000 3002000 1809000 730000 14041000

13 7500000 3065000 1845000 630000 13040000

14 750000 700000 799000 500000 2749000

15 2500000 955000 464000 600000 4519000

16 1000000 897500 280000 530000 2707500

17 2000000 1182500 464000 430000 4076500

18 2500000 1117000 817000 500000 4934000

19 2500000 1007500 726000 560000 4793500

20 1600000 678500 738000 340000 3356500

21 1750000 893000 360000 460000 3463000

22 1750000 1165000 260000 510000 3685000

23 2500000 1551000 536000 730000 5317000

24 3400000 1820000 1213000 750000 7183000

25 1200000 950000 650000 360000 3160000

26 600000 394000 275000 220000 1489000

27 800000 394000 311000 280000 1785000

28 1000000 394000 303000 270000 1967000

29 1250000 590000 338000 220000 2398000

30 1750000 590000 332000 440000 3112000

31 1750000 980000 332000 460000 3522000

32 2500000 1080000 684000 730000 4994000

33 1750000 880000 640000 460000 3730000

34 1400000 905000 562000 460000 3327000

35 2000000 1080000 772000 730000 4582000

36 800000 392000 287000 270000 1749000

37 1000000 490000 287000 220000 1997000

38 1000000 490000 251000 220000 1961000

39 1000000 490000 287000 250000 2027000

40 2500000 760000 719000 730000 4709000

Tota

l 85300000 24180000 20750000 172755000

Rata


(5)

Lampiran 7. Total Penerimaan Ubi Kayu Per Petani

No

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Produksi (Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

Penerimaan (Rp)

1 1 30000 1100 33000000

2 1 30000 1100 33000000

3 2 60000 1100 66000000

4 1 30000 1100 33000000

5 1 30000 1100 33000000

6 1 30000 1100 33000000

7 0,5 15000 1100 16500000

8 0,7 23000 1100 25300000

9 0,5 13000 1100 14300000

10 0,7 25000 1100 27500000

11 2 60000 1100 66000000

12 3 90000 1100 99000000

13 3 90000 1100 99000000

14 0,5 15000 1100 16500000

15 1 30000 1100 33000000

16 0,5 15000 1100 16500000

17 1 30000 1100 33000000

18 1 30000 1100 33000000

19 1 30000 1100 33000000

20 0,8 25000 1100 27500000

21 0,7 22000 1100 24200000

22 0,7 22000 1100 24200000

23 1 30000 1100 33000000

24 1,7 50000 1100 55000000

25 0.6 26000 1100 28600000

26 0,3 11000 1100 12100000

27 0,4 12500 1100 13750000

28 0,4 12000 1100 13200000

29 0,5 25000 1100 27500000

30 0,7 27000 1100 29700000

31 0,7 29500 1100 32450000

32 1 30000 1100 33000000

33 0.7 25000 1100 27500000

34 0,7 26000 1100 28600000

35 1 31000 1100 34100000

36 0,4 11500 1100 12650000

37 0,5 13000 1100 14300000

38 0,5 13000 1100 14300000

39 0,5 14500 1100 15950000

40 1 31000 1100 34100000

Total 24,3 1163000 44000 1279300000


(6)

Lampiran 8. Pendapatan Ubi Kayu Per Petani

No

Penerimaan (Rp)

Biaya Produksi (Rp)

Pendapatan (Rp)

1 33000000 4232000 28768000

2 33000000 5942000 27058000

3 66000000 8370000 57630000

4 33000000 4467500 28532500

5 33000000 5118000 27882000

6 33000000 4513000 28487000

7 16500000 2370000 14190000

8 25300000 3360000 21940000

9 14300000 2332500 11967500

10 27500000 3464500 24035500

11 66000000 8211500 57788500

12 99000000 14041000 84959000

13 99000000 13040000 85960000

14 16500000 2749000 13751000

15 33000000 4519000 28481000

16 16500000 2707500 13792500

17 33000000 4076500 28923500

18 33000000 4934000 28066000

19 33000000 4793500 28206500

20 27500000 3356500 24143500

21 24200000 3463000 20737000

22 24200000 3685000 20515000

23 33000000 5317000 27683000

24 55000000 7183000 47817000

25 28600000 3160000 25440000

26 12100000 1489000 10611000

27 13750000 1785000 11965000

28 13200000 1967000 11233000

29 27500000 2398000 25102000

30 29700000 3112000 26588000

31 32450000 3522000 28928000

32 33000000 4994000 28006000

33 27500000 3730000 23770000

34 28600000 3327000 25273000

35 34100000 4582000 29518000

36 12650000 1749000 10901000

37 14300000 1997000 12303000

38 14300000 1961000 12339000

39 15950000 2027000 13923000

40 34100000 4709000 29391000

Total 1279300000 172755000 1106605000