kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. a.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
b.Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang
bersangkutan. c.
Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
d.Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.3 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang Bandung.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Kantor Wilayah. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya KPP Pratama Soreang menyelenggarakan fungsi:
a. pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
b. penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
c. pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. d.
penyuluhan perpajakan. e.
pelaksanaan registrasi wajib pajak. f.
pelaksanaan ekstensifikasi. g.
penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. h.
pelaksanaan pemeriksaan pajak. i.
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. j.
pelaksanaan konsultasi perpajakan. k.
pelaksanaan intensifikasi. l.
pelaksanaan administrasi KPP Pratama.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Pada hakikatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya yang mempunyai tujuan untuk
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan itu maka bangsa Indonesia harus menghimpun segala potensi dan
kemampuan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu sumber dana yang sangat potensial pada saat ini adalah dari penerimaan pajak.
Besarnya potensi pajak ini menjadikan pajak sebagai sarana yang efektif sebagai sumber pendanaan pembangunan. Bahkan saat ini pajak merupakan sumber penerimaan
negara yang sangat diandalkan. Hal ini tercermin dari kenaikan persentase penerimaan dari sektor pajak yang ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Republik Indonesia dari tahun ke tahun. Untuk mencapai target penerimaan pajak yang telah ditetapkan serta untuk
menggali kemungkinan potensi penerimaan yang lebih besar dari sektor pajak, pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan yang antara lain adalah dengan
melakukan reformasi sistem perpajakan pada tahun 1983 yang kemudian mengalami beberapa kali perbaikan sampai dengan yang terakhir pada tahun 2000. Sejak reformasi
perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup
9
BAB II
GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA SOREANG
2.1 Sejarah KPP Pratama Soreang
Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan pada setiap wajib pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Jenis
pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Hadiah dan lain-lain.
Organisasi Direktorat Jenderal Pajak Pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :
Jawatan Pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan
kas Bendaharawan Pemerintah. Jawatan Lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-
barang sitaan guna pelunasan piutang pajak Negara. Jawatan Akuntan Pajak yang bertugas membantu Jawatan Pajak untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan Wajib Pajak Badan
Jawatan Pajak hasil Bumi Direktorat Iuran Pembangunan Daerah pada Dirjen Moneter yang bertugas melakukan pungutan pajak hasil bumi
18
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Bidang pelaksanaan
kerja praktek
yang penulis
kerjakan selama
melaksanakan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Soreang adalah di bagian pengolahan data dan informasi, yaitu merekam Surat Pemberitahuan
SPT masa Pajak Penghasilan orang pribadi dan Pajak Penghasilan Badan.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun langkah-langkah secara teknis dalam melaksanakan tugas di seksi pengolahan data dan informasi adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melaksanakan perekaman Surat Pemberitahuan SPT terlebih
dahulu harus diperiksa kelengkapan datanya seperti tanggal, bulan , dan tahun Masa Pajaknya.
2. Memeriksa apakah data pribadi dari Wajib Pajak yang melaporkan Surat
Pemberitahuan SPT Pajaknya tersebut sudah lengkap. 3.
Memeriksa apakah data dari perusahaan yang melaporkan Surat Pemberitahuan SPT Pajaknya tersebut sudah lengkap.
4. Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan SPT Pajaknya PPN,PPH OP
DLL tersebut Lebih Bayar LB, Kurang Bayar KB, atau NIHIL. 5.
Memeriksa apakah Surat Pemberitahuan SPT Pajaknya tersebut sudah e- SPT atau belum.
1. Apabila sudah diperiksa dan datanya sudah lengkap, selanjutnya Surat
Pemberitahuan SPT Pajaknya tersebut siap untuk direkam. 2.
Apabila Surat Pemberitahuan SPT Pajaknya tersebut telah selesai direkam, selanjutnya disusun sesuai dengan nomor urutnya.
Apabila Surat Pemberitahuan Masa Pajaknya tersebut telah selesai disusun sesuai dengan nomor urutnya, selanjutnya diserahkan ke pembimbing Kerja Praktek
untuk dilakukan tinjauan lebih lanjut
3.2.1 Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21
a. Pemotong pajak harus sudah menerima laporan jumlah tanggungan
pegawainya pada permulaan tahun takwim atau pada saat pegawainya tersebut mulai bekerja.
b. Pemotong pajak memotong penghasilan yang dibayarkan kepada pegawainya
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. c.
Pemotong pajak memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 dengan menggunakan formulir yang telah ditentukan kepada orang pribadi bukan
sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang pesangon, dan penerima dana pensiun pada saat
dilakukannya pemotongan. Sedangkan untuk pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan, bukti pemotongan yang diberikan adalah Bukti Pemotongan
PPh Pasal 21 Tahunan yang diberikan dalam waktu 2 dua bulan setelah