Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PERANAN PEMERIKSAAN SEDERHANA DALAM PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)

PRATAMA MEDAN KOTA O

L E H

NAMA : MEGA YURISTIRA NIM : 112600080

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat berupa iman dan kesehatan serta nikmat lain yang tak terhingga yang dirasakan oleh penulis, tak lupa pula shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga dan para sahabatnya hingga akhir jaman sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jugalah yang disertai dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis,maka penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini

dengan judul “Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.


(3)

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M. Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Arlina, S.H. M.Hum selaku sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M. Si selaku Dosen Pembimbing 6. Bapak Irwan Harefa, selaku Kepala Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

7. Ibu Mesta, selaku supervisor yang membantu saya untuk mengumpulkan data di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Pegawai yang berada di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada Orang Tua saya, Ayahanda Rahmadsyah dan Ibunda saya Sunarni Wati yang selalu memberikan semangat, serta memberi dukungan moril dan materil, terimakasih nasehat yang selalu terucap dari ayahanda dan ibunda sangat mendorong semangat saya untuk menyelsaikan Laporan Tugas Akhir, semoga saya bisa menjadi anak yang selalu kalian banggakan. Aamiin


(4)

10.Kepada kakak dan adik saya yang selalu menghibur saya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

11. Kepada Teman yang paling spesial Dendy Nugraha Siregar yang selalu menemani, memberikan semangat, serta memberi motivasi dan membantu saya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

12.Kepada Sahabat saya Mira Febriani yang selalu menghibur saya dan memberi semangat untuk menyelesikan Laporan Tugas Akhir ini

13.Kepada Semua teman-teman saya stambuk 2011 Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

14.Kepada teman-teman seperjuangan saya terkhususnya TAX B 2011, Astari Ramadhani, Dahlia Syah Putri, Ihdan Mayandri, Ipak Purnama, Dian Rahma, Giezla Muttaqien, Mira Febriani, Putri Ulandari, Ade Wahyuni , Reza Haridsyah dan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan namanya disini, terimakasih telah menghibur, memberikan motivasi serta semangat untuk saya dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini, Harapan Saya Semoga kita Sukses Kedepannya, AAMIIN.


(5)

Akhir kata penulis mohon maaf jika didalam penulisan Tugas Akhir ini banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2014

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 5

C. Uraian Teoritis ... 8

D. Ruang Lingkup PKLM ... 16

E. Metode PKLM ... 17

F. Metode Pengumpulan Data ... 18

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 19

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA ... 22

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota ... 22

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota ... 27

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ... 28

D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota ... 29

BAB III GAMBARAN DATA PKLM... 33

A. Pemeriksaan ... 33


(7)

C. Standar Pemeriksaan Pajak ... 37

D. Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 53

E. Hak dan Kewajiban Pemeriksa dan Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Pajak 56 F. Peranan Pemeriksaan Pajak... 62

G. Peran Aparat Pajak ... 63

H. Kendala – Kendala Yang Dihadapi Pemeriksa Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pemeriksa ... 63

I. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak ... 64

J. Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksaan Pemeriksaan Lapangan.. 65

K. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia dari Pemeriksa Terhadap Perkembangan Kegiatan Usaha Dan Memahami Setiap Peraturan Pajak ... 68

L. Produk Dari Hasil Pemeriksaan ... 69

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sehubungan negara membutuhkan sejumlah dana yang tidak sedikit didalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan. Karenanya potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara harus di manfaatkan secara optimal, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran yang didapat dari masyarakat berupa pajak.

Pajak merupakan fungsi yang sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan negara dan pemerintah. Pajak bersama pendapatan lainnya seperti laba Badan Usaha Milik Negara, retribusi daerah kini semakin diandalkan perannya dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah seiring menurunnya peran migas terhadap penerimaan negara. Dengan demikian peranan bantuan luar negeri diusahakan semakin bergeser, hanya sebagai pelengkap dan penunjang untuk pencapaian program – program pembangunan.

Sejak tahun 2007 Indonesia menerapkan asas Self Assessment dalam Undang - Undang pajak menggantikan Official Assessment yang berlaku sebelumnya. Dalam

Self Assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan atau wewenang penuh dalam menghitung pajak terutangnya dan melaporkannya sendiri secara teratur jumlah kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku tanpa menunggu adanya suatu ketentuan pajak. Inti dari asas atau sistem ini


(9)

adalah adanya pengalihan sebagian wewenang Direktorat Jenderal Pajak dalam menetapkan kewajiban pajak kepada wajib pajak.

Membangun sebuah kesadaran adalah hal yang tidak mudah, apabila yang ingin dibangun merupakan suatu kesadaran permanen. Kesadaran membayar pajak dengan sukarela dan patuh sampai saat ini juga masih sulit dilakukan. Untuk itu pemerintah mengimbangkan kepercayaan yang diberikan kepada wajib pajak melalui penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kepercayaan tersebut.

Pajak merupakan penerimaan negara yang sangat penting. Membayar pajak merupakan kewajiban setiap negara. Besarnya pajak ditetapkan berdasarkan Undang - Undang atau dalam Undang - Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa : Segala penerimaan pajak harus berdasarkan Undang -Undang.

Namun demikian masih banyak wajib pajak yang menghindarinya karena kurang menyadari akan arti dan fungsi pajak. Beberapa ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai makna dan tujuan yang sama.

Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi


(10)

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut S.I Djajadiningrat menyatakan bahwa pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum (Resmi,2008:1).

Menurut Rochmat Soemitro bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang - Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2006:1)

Dari pendapat diatas, jelas bahwa pajak kas negara yang sangat penting dalam pemerintahan terutama bagi pembangunan yang bermanfaat untuk masyarakat umum. Hanya saja sebagaimana baiknya sistem dan peraturan pajak itu diciptakan, namun yang akan sangat menentukan keberhasilannya adalah kesadaran dari pelaksananya.

Direktorat Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak diberikan wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan ketetapan


(11)

pajak yang terutang dan keperluan - keperluan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan peraturan perundang - undangan.

Menurut Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menerangkan pengertian pemeriksaan pajak yang terdapat didalam pasal 1 angka 25, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu :

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


(12)

2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

Dengan demikian sudah menjadi salah satu tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak yakni melakukan pengawasan terhadap wajib pajak dengan tujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dengan kata lain petugas pajak hanya menjalankan fungsi kontrol, agar penerapan asas ini tidak melenceng dari tujuannya.

Dari pembahasan tersebut, penulis menyusun sebuah Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dengan judul : “Peranan Pemeriksaan Sederhana Dalam Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah: 1.1Untuk mengetahui proses pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya

sebagai pemeriksa.

1.2Untuk mengetahui kendala – kendala yang dihadapi pemeriksa dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa.


(13)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.1.Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang pemeriksa pajak yang kelak dapat membekali penulis untuk terjun langsung kelingkungan kerja.

b. Melihat penerapan disiplin ilmu yang telah dipelajari kedalam permasalahan yang timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

c. Meningkatkan motivasi.

d. Mempelajari perilaku dan keahlian baru serta mempelajari bentuk tim dan kerjasama.

e. Agar dapat mempraktikkan teori - teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dalam kegiatan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

f. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

g. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian, keterampilan dan pengalaman yang


(14)

diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

h. Mempersiapkan mahasiswa yang terampil dalam menghadapi persaingan bebas.

2.2. Bagi Instansi/Tempat PKLM (KPP Pratama Medan Kota)

a. Membina kerjasama antar lembaga pendidikan dengan instansi pemerintah.

b. Meningkatkan mutu dan kualitas dengan adanya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

c. Mmemperoleh masukan atau pemikiran baru.

d. Mempromosikan image Institusi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

2.3. Bagi Universitas

a. Sarana bagi praktikum mahasiswa.

b. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan. c. Membuka interaksi antara program studi Administrasi Perpajakan

dan instansi pemerintah.

d. Mempromosikan kegunaan sumber daya

e. Mengusahakan adanya umpan baik untuk revisi dan evaluasi kurikulum.


(15)

2.4. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi pajak sekaligus menambah pengetahuan tentanng perpajakan terutama dalam hal Pemeriksaan Sederhana.

C. Uraian Teoritis

1. Definisi dan Fungsi Pajak 1.1. Definisi pajak

Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2006:1)

Pengertian pajak menurut S.I Djajadiningrat menyatakan bahwa pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberi kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum (Resmi,2008:1).


(16)

Mr. Dr. N. J. Feldman, memberi definisi sebagai berikut : pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak dan terutang kepada penguasa (menurut norma – norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata – mata digunakan untuk menutup pengeluaran - pengeluaran umum (Mardiasmo,2003).

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang

– Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak memliki beberapa apek dasar :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang – Undang. 2. Sifatnya dapat dipaksakan

3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak.


(17)

4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah maupun daerah.

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

1.2. Fungsi Pajak

1. Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran – pengeluarannya.

2. Funggsi Regurelend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Mardiasmo,2006,2).

1.3. Jenis Pajak

a. Menurut golongannya

Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan.

Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.


(18)

b. Menurut Sifatnya

Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.

Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak . Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya

Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas dua yaitu Pajak Provinsi (Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan pajak Kabupaten/kota (Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan).


(19)

1.4. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.

b. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak di hubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

1.5. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.


(20)

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

c. Withholding System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

1.6. Pengertian Pemeriksaan

Menurut SE-04/PJ.7/2000 (Kebijakan Pemeriksaan Tahun 2009) pemeriksaan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak, untuk seluruh jenis pajak atau jenis – jenis tertentu, dan/atau untuk tujuan lain, baik untuk tahun berjalan dan/atau tahun – tahun sebelumnya yang dilakukan dengan menerapkan teknik – teknik pemeriksaan dengan bobot dan kedalaman yang sederhana.

Selain itu menurut Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara


(21)

Perpajakan menerangkan pengertian pemeriksaan pajak yang terdapat didalam pasal 1 angka 25, pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standart pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

Pengertian pemeriksaan pajak menekankan pada pemeriksaan bukti yang berupa buku – buku, dokumen dan catatan yang dilaksanakan secara objektif oleh pemeriksa pajak yang profesional berdasrkan suatu standart pemeriksaan ; pemeriksaan pajak tidak mencari – cari kesalahan wajib pajak tetapi untuk kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.

1.7. Jenis – Jenis Pemeriksaan

Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan yang dimana tertuang dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor


(22)

6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu :

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan ditempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal wajib pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

1.8. Tujuan Pemeriksaan pajak

Pemeriksaan juga mempunyai tujuan yaitu : a. Menguji kepatuhan perpajakan.

b. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang –undangan perpajakan.

Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dalam hal :

a. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau rugi.

b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.


(23)

c. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan yang tidak dipenuhi.

d. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

e. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

f. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma perhitungan. g. Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau pencabutan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

h. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding pemberian Norma Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabutan Norma Penghitungan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

i. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak bagi Wajib Pajak baru.

j. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

k. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan untuk tujuan lain selain huruf a sampai huruf f. l. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.

m. Penentun satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 21.


(24)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam suatu penelitian sangat penting dibuat ruang lingkup masalah terlebih dahulu dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar peneliti memiliki fokus dan arah yang jelas. Pnegasan tersebut sekaligus menggambarkan fokus yang diteliti nantinya dalam proses penelitian.

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam menjalani Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu :

1. Proses pemeriksaan dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. 2. Kendala – kendala dalam peningkatan penerimaan pajak melalui

pelaksanaan Pemeriksaan Sederhana serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan – persiapan mulai dari penentuan judul Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), pengajuan proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), seminar proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), perbaikan proposal Praktik Kerja Lapanngan


(25)

Mandiri (PKLM), dan penentuan dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2. Studi Literature

Penulis mencari berbagai sumber - sumber bacaan seperti buku - buku, majalah, Undang - Undang maupun literature yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Di dalam tahap ini penulis melakukan observasi lapangan selama satu bulan. Yaitu dengan mencari key informan, mengetahui waktu untuk memberikan surat pengantar, melaksanakan wawancara dan mengamati peranan pemeriksaan sederhana dalam penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

4. Pengumpulan Data

Mengumpulkan data - data yang berhubungan dengan peranan pemeriksaan sederhana.

5. Analisis dan Evaluasi Data

Kegiatan - kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis dan mengevaluasi data meliputi :


(26)

a. Penggunaan teknik – teknik analisis yang sesuai dengan bentuk dan macam data yang diperoleh sesuai dengan tuntutan permasalahan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

b. Pengolaha n data dengan memberikan penjelasan secara sistematis atas permasalahan yang diangkat.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi Lapangan

Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan sederhana, melakukan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) serta mempelajari laporan – laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai (key informan) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.


(27)

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi yang berhubungan dengan peranan pemeriksaan sederhana.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam BAB I penulis mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, (PKLM), Ruang Lingkup Masalah, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II : GAMBARAN LOKASI PKLM

Dalam BAB II berisi tentang Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.


(28)

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Dalam BAB III ini penulis menggambarkan suatu data yang didapat dari penelitian Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Dalam BAB IV ini penulis menganalisis dan membahas masalah yang dihadapi oleh para pelaksana Pemeriksa Lapangan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis menari kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak dalam menghadapi permasalahan.

DAFTAR PUSTAKA


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198,


(30)

diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.


(31)

Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi enam

wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan timur 2. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Tembung 4. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Barat 2. Kecamatan Medan Sunggal 3. Kecamatan Medan Petisah 4. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: 1. Kecamatan Medan kota

2. Kecamatan Medan Denai 3. Kecamatan Medan Johor 4. Kecamatan Medan Amplas


(32)

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1. Kecamatan Medan Polonia 2. Kecamatan Medan Maimun 3. Kecamatan Medan Baru 4. Kecamatan Medan Tuntungan 5. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

1.Kecamatan Medan Belawan 2.Kecamatan Medan Marelan 3.Kecamatan Medan Labuhan 4.Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan rakyat. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di jalan


(33)

Sukamulia Nomor. 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.


(34)

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan

praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.

Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”

MISI

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi”


(35)

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan

5) Seksi Pemeriksaan


(36)

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11) Kelompok Jabatan Fungsional

D. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota

1. Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.


(37)

3. Seksi Ekstensifikasi

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakn, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pengalokasia dan penatausahaan bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

5. Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.


(38)

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial tertentu).

7. Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

8. Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan


(39)

berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.

Tabel 2.2

Berdasarkan Jabatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

Jabatan Jumlah %

Kepala Kantor 1 1.16

Kasi/Kasubbag 10 11.63

Fungsional 12 13.95

AR 27 31.40

Pelaksana 36 41.86

Jumlah 86 100


(40)

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM A.Pemeriksaan

Dasar hukum pemeriksaan adalah pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu:

1. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus memiliki tanda pengenal pemeriksa dan dilengkapi Surat Perintah Pemeriksaan serta memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.

3. Wajib Pajak yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan. c. Memberikan keterangan lain yang diperlukan.

4. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk


(41)

merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1.

Direktorat Jenderal Pajak, dalam rangka melaksanakan tugas pemungutan pajak, diberi wewenang untuk melaksanakan pemeriksaan, guna keperluan penetapan pajak yang terutang dan keperluan-keperluan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 Tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Perpajakan :

1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan Pemeriksaan.

3. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan


(42)

penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak. 4. Pembahsan Akhir Hasil Pemeriksaan adalah pembahasan antara Wajib Pajak

dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui.

5. Laporan Hasil Pemeriksaan adalah laporan yang berisi tentang pelaksanaan dan hasil Pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan Pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksaan adalah untuk:

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

2. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1. Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak dan/atau rugi.

2. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan.


(43)

3. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Penyampaian SPT yang tidak dipenuhi.

4. Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Dalam tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:

1. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan. 2. Pemberian dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak. 3. Wajib Pajak mengajukan keberatan atau banding.

4. Pemberian Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) dan pengukuhan atau pencabutan NPPKP.

5. Penentuan besarnya jumlah angsuran pajak dalam suatu Masa Pajak bagi Wajib Pajak baru.

6. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.

7. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain selain angka 1 sampai dengan angka 6.

8. Penentuan Wajib Pajak berlokasi didaerah tertentu.

9. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 21.


(44)

B.Jenis – Jenis Pemeriksaan

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang di mana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya ditulis UU. No.16/2009) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011, pemeriksaan pajak terdapat dua bagian yaitu:

1. Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. 2. Pemeriksaan Kantor

Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

C.Standar Pemeriksaan Pajak

Standar pemeriksaan pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan meliputi:


(45)

1. Standar Umum

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan 3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

1. Standar Umum

Standar Umum adalah standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan Pemeriksa Pajak dan mutu pekerjaannya. Standar umum sebagaimana dimaksud pada pasal 4 yang terdapat pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 meliputi :

a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak, dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.

1. Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi seorang Pemeriksa Pajak, baik sebagai individu maupun sebagai Tim Pemeriksa Pajak (kompetensi kolektif).

2. Untuk menunjang tugasnya sebagai Pemeriksa Pajak, pendidikan yang berkaitan dengan pemeriksaan sangat diperlukan. Selain pendidikan formal dan pelatihan teknis, seorang Pemeriksa Pajak juga harus mampu menggunakan keterampilan yang telah diperoleh dari pengalamannya selama bekerja secara cermat dan seksama.


(46)

3. Pemeriksa Pajak yang melaksanakan pemeriksaan harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang perpajakan , akuntansi, dan pemeriksaan.

4. Pemeriksa Pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan proses bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.

5. Pemeriksa Pajak agar menguasai keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

6. Pemeriksa Pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan kompetensinya melalui pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat, kursus singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di dalam maupun di luar negeri.

7. Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan LHP, Pemeriksa Pajak wajib menggunakan kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama, objektif dan independen, serta selalu memelihara integritas.

b. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara meliputi:


(47)

1. Pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan tercela serta mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.

2. Pemeriksa Pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus bersikap independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan/kondisi/perbuatan dan/atau Wajib Pajak yang diperiksanya. Gangguan independensi yang dapat dialami oleh Pemeriksa Pajak selama pemeriksaan meliputi hal-hal berikut:

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan Wajib Pajak; b. Memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun

tidak langsung dengan Wajib Pajak;

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada Wajib Pajak dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;

d. Memiliki teman dekat/keluarga yang bekerja dalam posisi kunci di tempat Wajib Pajak;atau

e. Keadaan/kondisi/perbuatan tertentu lainnya yang menurut pandangan pihak lain dapat mengganggu independensi Pemeriksa Pajak.


(48)

c. Dalam hal Pemeriksa Pajak mengalami gangguan independensi sebagaimana dimaksud pada angka (3) di atas, maka Pemeriksa Pajak harus secepatnya memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya gangguan independensi tersebut. Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera mengambil tindakan untuk mengatasi gangguan independensi tersebut. d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan,

termasuk taat terhadap batasan waktu yang ditetapkan. Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari dalam dan luar Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 pasal 5 pelaksanaan pemeriksaan harus dilakukan sesuai Standar Pelaksanaan Pemeriksaan, yaitu :

a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama.

b. Luas pemeriksaan (audit scope) ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan keterangan, konfirmasi, teknik sampling, dan


(49)

pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan. Persiapan pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :

1. Mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, meliputi : a. Mempelajari profil Wajib Pajak

b. Menganalisis data keuangan Wajib Pajak minimal dua tahun terakhir atau sesuai dengan data yang tersedia.

c. Mempelajari data lain yang relevan 2. Menyusun Rencana Pemeriksaan

a. Setelah mempelajari data Wajib Pajak, supervisor harus menyusun Rencana Pemeriksaan.

b. Rencana Pemeriksaan harus disusun sebelum diterbitkan SP2. c. Rencana Pemeriksaan harus ditelaah dan disetujui oleh Kepala

UP2

d. Rencana Pemeriksaan antara lain berisi :

1. Identitas Wajib Pajak yang berisi gambaran umum Wajib Pajak.

2. Identitas Tim Pemeriksa Pajak yang berisi susunan tim dan jumlah SP2 yang sedang dikerjakan.

3. Uraian rencana pemeriksaan yang berisi : a. Kriteria pemeriksaan

1. Kriteria pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan Khusus.


(50)

2. Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya atau karena diwajibkan oleh Undang-Undang KUP. 3. Pemeriksaan Khusus adalah pemeriksaan yang

dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko terhadap ketidakpatuhan Wajib Pajak.

b. Jenis Pemeriksaan

1. Jenis pemeriksaan terdiri atas Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan Lapangan.

2. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

3. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

c. Ruang lingkup pemeriksaan.

Ruang lingkup pemeriksaan terdiri atas semua jenis pajak (all taxes), PPh Badan/Orang Pribadi, PPN, PPh Pemotongan dan Pemungutan, dan lain-lain baik untuk satu


(51)

atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan. d. Identifikasi masalah.

Identifikasi masalah dilakukan setelah mempelajari berkas Wajib Pajak. Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, Pemeriksa Pajak harus mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin ada dan perlu dilakukan pengujian.

e. Tanggal selesai pemeriksaan.

f. Tanggal jatuh tempo penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

g. Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pemeriksaan h. Sarana pendukung yang diperlukan.

a. Pos-pos SPT yang akan diperiksa.

1. Yang dimaksud dengan pos-pos SPT yang akan diperiksa adalah pos-pos SPT atau pos turunannya yang ditentukan akan diperiksa. Sebagai contoh, pada saat Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan atas Pos Peredaran Usaha, maka Pemeriksa Pajak dapat menentukan untuk memeriksa Pos Penjualan Afiliasi saja. Penentuan pos-pos SPT yang akan diperiksa ini adalah hal yang penting dalam rencana


(52)

pemeriksaan dan ditentukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang telah disebutkan dalam huruf (a) sampai dengan (h). Penentuan pos yang akan diperiksa ini akan membantu Pemeriksa Pajak untuk :

a. Membuat Program Pemeriksaan yang efektif karena tidak perlu memeriksa seluruh pos yang ada dalam SPT.

b. Melakukan peminjaman buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain dari Wajib Pajak dalam jumlah tertentu sesuai dengan program pemeriksaan yang dibuat untuk melakukan pemeriksaan atas pos-pos dalam SPT yang akan diperiksa tersebut. c. Rencana Pemeriksaan dapat diperbaiki jika Pemeriksa Pajak menemukan

kondisi yang berbeda saat melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kondisi awal yang dijadikan pertimbangan saat membuat Rencana Pemeriksaan.

d. Perubahan Rencana Pemeriksaan harus dengan persetujuan kepala UP2 dan Rencana Pemeriksaan yang lama tetap menjadi lampiran dalam Rencana Pemeriksaan yang baru.


(53)

3. Menyusun Program Pemeriksaan.

a. Penyusunan Program Pemeriksaan dilakukan secara mandiri, objektif, profesional serta memperhatikan Rencana Pemeriksaan yang telah ditelaah dan disetujui oleh Kepala UP2

b. Program Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan dibantu oleh Ketua Tim berdasarkan pos-pos yang akan diperiksa dalam Rencana Pemeriksaan.

c. Program Pemeriksaan yang harus disusun ada 2 (dua), yaitu Rencana Program Pemeriksaan dan Realisasi Program Pemeriksaan. Rencana Program Pemeriksaan disusun sebelum pemeriksaan dilakukan, sedangkan Realisasi Program Pemeriksaan disusun setelah program pemeriksaan tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi yang ditemui Pemeriksa Pajak saat pemeriksaan.

d. Kepala UP2 menandatangani Rencana Program Pemeriksaan untuk mengetahui apakah Program Pemeriksaan yang dibuat relevan dengan pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam Rencana Pemeriksaan, sedangkan Realisasi Program Pemeriksaan tidak perlu ditandatangani oleh Kepala UP2.


(54)

e. Rencana dan Realisasi Program Pemeriksaan berisi tentang tujuan, metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak.

f. Program Pemeriksaan merupakan bagian dari KKP d. Menyiapkan sarana pemeriksaan.

Untuk kelancaran dan kelengkapan dalam menjalankan pemeriksaan, Tim Pemeriksa Pajak harus menyiapkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak, SP2, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan, dan sarana pemeriksaan lainnya

e. Pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dengan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan,Pedoman Pemeriksaan, dan Petunjuk Teknis Pemeriksaan, antara lain :

1. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan; 2. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor; 3. Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan; 4. Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan;

5. Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan; 6. Pedoman Penyusunan KKP;

7. Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Bantuan Tenaga Ahli Dalam Pemeriksaan;

8. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Transfer Pricing; 9. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Migas;


(55)

10.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Pertambangan Umum; 11.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Perusahaan Grup;

12.Petunjuk Teknis Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai;dan 13.Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan, pedoman pemeriksaan, dan

petunjuk teknis pemeriksaan lainnya.

f. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

1. Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan. a. Validitas bukti dipengaruhi oleh tiga hal dibawah ini :

1. Indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti. 2. Bukti yang diperoleh dari sumber eksternal (misalnya konfirmasi) memiliki validitas lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh dari sumber internal. Meskipun sumber informasi independen, bukti tidak valid jika orang yang menyediakan informasi tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut. Sebagai contoh, penyedia informasi yang dapat diakui adalah DJBC, Bapepam, dan lain-lain. 3. Kondisi di mana bukti diperoleh.

Bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki sistem pengendalian internal kuat memiliki validitas


(56)

lebih tinggi dibandingkan bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki sistem pengendalian internal lemah.

4. Cara bukti diperoleh.

Bukti yang diperoleh secara langsung oleh Pemeriksa Pajak (misalnya observasi persediaan) lebih handal dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya hasil wawancara dengan Wajib Pajak).

b. Relevan berarti bahwa bukti pemeriksaan harus berkaitan dengan pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam Program Pemeriksaan.

2. Bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung LHP. Kecukupan terkait dengan pertimbangan Pemeriksa Pajak (auditor judgment) dan biasanya didasarkan pada materialitas dan

kecukupan sistem pengendalian internal. Pemeriksa Pajak akan meminta jumlah bukti yang lebih banyak untuk pos-pos utama. Sebagai contoh, penambahan aset tetap pada Wajib Pajak manufaktur akan diperiksa lebih intensif dibandingkan beban lain-lain.


(57)

g. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu Tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang Supervisor, seorang Ketua Tim, dan seorang atau lebih Anggota Tim.

h. Tim Pemeriksa Pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan merupakan Pemeriksa Pajak, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun instansi lain yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti penerjemah bahasa, tenaga ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara.

i. Laporan tenaga ahli yang digunakan dalam pemeriksaan merupakan bagian dari KKP. Laporan tersebut antara lain berisi tujuan, langkah-langkah yang dilakukan, informasi yang dihasilkan dan pendapat atau simpulan dari tenaga ahli yang bersangkutan.

j. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain.

k. Pemeriksa dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, di tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, di tempat tinggal Wajib Pajak, atau ditempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.


(58)

l. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam kerja.

m. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP. 1. KKP - Rencana Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dan

ditelaah serta disetujui oleh Kepala UP2.

2. KKP - Rencana Program Pemeriksaan disusun oleh Supervisor dengan bantuan Ketua Tim dan diketahui oleh Kepala UP2. 3. KKP selain KKP- Rencana Pemeriksaan dan KKP- Rencana

Program Pemeriksaan disusun oleh Ketua Tim dan/atau Anggota Tim dan ditelaah oleh Supervisor.

3. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan, yaitu :

a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan pemeriksaan.

b. LHP antara lain berisi : 1. Penugasan pemeriksaan;


(59)

2. Identitas Wajib Pajak;

3. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak 4. Pemenuhan kewajiban perpajakan; 5. Data/informasi yang tersedia; 6. Lampiran yang diwajibkan;

7. Buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan lain yang dipinjam;

8. Materi yang diperiksa; 9. Uraian hasil pemeriksaan; 10.Ikhtisar hasil pemeriksaan; 11.Penghitungan pajak terutang; dan 12.Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

c. LHP disusun dan ditandatangani oleh Ketua Tim dan Anggota Tim. d. LHP ditelaah dan ditandatangani oleh Supervisor.

e. Penelaahan LHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf d meliputi penelaahan untuk meyakini bahwa :

1. Pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan rencana pemeriksaan. 2. Pemilihan metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, prosedur

pemeriksaan, penghitungan koreksi, dasar hukum koreksi, dan penghitungan pajak terutang, telah dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dan didasari oleh objektivitas dan profesionalisme Pemeriksa Pajak.


(60)

3. Semua data, informasi, dan fakta material yang diketahui Ketua Tim dan/atau Anggota Tim telah dilaporkan dalam LHP dan tidak menutupi praktik-praktik yang tidak patut atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

f. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah : 1. Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan Rencana Pemeriksaan. 2. Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan perpajakan.

Bentuk, isi, dan format LHP disusun dengan merujuk pada Pedoman Penyusunan LHP. LHP digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak.

D.Kebijaksanaan Pemeriksaan Pajak

Beberapa kebijaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang harus diketahui Wajib Pajak mengenai pemeriksaan pajak adalah sebagai berikut:

1. Surat Perintah Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan yang mencantumkan identitas Wajib Pajak, identitas pemeriksa, tahun pajak yang diperiksa, dan ditandatangani oleh pejabat berwenang. Kebanyakan Surat Perintah Pemeriksaan berlaku untuk satu tahun pajak.


(61)

2. Jenis Pajak Yang Diperiksa

Pada umumnya setiap pemeriksa pajak mencakup seluruh jenis pajak yang menjadi kewajiban wajib pajak yang diperiksa.

3. Pemeriksaan Ulang

Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktorat Jenderal Pajak, yang diberikan apabila:

a. Terdapa indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan.

b. Terdapat data baru dan atau data semula yang belum terungkap yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. Hal lainnya yang dianggap perlu oleh Direktorat Jenderal Pajak. 4. Pemeriksaan Keberatan

Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap keberatan yang ditujukan Wajib Pajak. Pemeriksaan tersebut harus berdasarkan instruksi dan Kepala Kantor Wailayah atau Direktur Pemeriksaan Pajak.Apabila keberatan berasal dari Laporan Hasil Pemeriksaan, maka dapat terjadi pemeriksaan ulang dalam rangka penyelesaian keberatan.

5. Peminjaman Buku dan Catatan

Pemeriksa berhak meminjam buku, catatan, dan bukti pembukuan dari Wajib Pajak. Atas peminjaman buku tersebut Wajib Pajak harus mendapatkan bukti peminjaman.


(62)

6. Tempat Pemeriksaan

Pada Pemeriksaan lapangan, pemeriksaan harus dilakukan ditempat usaha Wajib Pajak atau ditempat lain yang dipandang perlu.

7. Jangka Waktu Pemeriksaan

Pemeriksaan dianggap selesai seluruhnya dengan disetujui Laporan Pemeriksaan Pajak oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor Wilayah atau Direktorat Jenderal Pajak.

1. Pemeriksaan Kantor

Jangka waktu pemeriksaan kantor yang dilihat dari menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan sedangkan dilihat dari tujuan lain yang di mana jangka waktu Pemeriksaan Kantor terkait dengan Pemeriksaan untuk tujuan lain adalah paling lama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 14 (empat belas) hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Lapangan

Jangka waktu pemeriksaan lapangan yang dapat dilihat dari menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam jangka


(63)

waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan sedangkan jangka waktu Pemeriksaan Lapangan terkait dengan Pemeriksaan untuk tujuan lain adalah paling lama 2 (dua) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

E.Hak dan Kewajiban Pemeriksa dan Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Pajak 1. Hak dan Kewajiban Pemeriksa Pajak

Berdasarkan pasal 11 dan pasal 12 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 , hak dan kewajiban pemeriksa pajak dalam pemeriksaan pajak adalah:

a. Hak Pemeriksa Pajak

1. Memanggil wajib pajak untuk datang ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan surat panggilan.

2. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.


(64)

3. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik, di dalam pemeriksaan lapangan.

4. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau pencatatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak.

5. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, antara lain berupa:

a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya wajib pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan perlatan dan/atau keahlian khusus.

b. Memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak

c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya pemeriksaan lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke Kantor Direktorat Jenderal Pajak.

6. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak.


(65)

7. Meminta kepada wajib pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.

8. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari wajib pajak.

9. Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik melalui wajib pajak.

10.Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang dipaksa melalui kepala unit pelaksana pemeriksa.

b. Kewajiban Pemeriksa Pajak

1. Pemeriksa pajak wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis dalam pemeriksaan kantor, karena pemeriksa pajak berwenang memanggil wajib pajak untuk datang ke kantor pemeriksa dengan menggunakan surat panggilan.

2. Memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan surat perintah pemeriksa kepada wajib pajak pada waktu pemeriksaan.

3. Menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada wajib pajak yang akan diperiksa.

4. Memperlihatkan surat tugas kepada wajib pajak apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan.

5. Di dalam pemeriksaan lapangan, pemeriksa pajak wajib menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib


(66)

pajak dan pemeriksa pajak wajib memberitahukan secara tertulis hasil pemeriksaan kepada wajib pajak.

6. Memberikan hak hadir kepada wajib pajak dalam rangka pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang telah ditentukan atau melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan apabila wajib pajak hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan.

7. Melakukan pembinaan kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya atau memberi petunjuk kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 8. Mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam dari wajib pajak paling lama tujuh hari sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan.

9. Merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka pemeriksaan.


(67)

2. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Dalam Pemeriksaan Pajak

Berdasarkan pasal 13 dan pasal 14 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.03/2011 , terdapat hak dan kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan pajak yaitu:

a. Hak Wajib Pajak

1. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;

2. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;

3. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;

4. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;

5. menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;

6. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;

7. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan


(68)

8. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir kuesioner Pemeriksaan.

b. Kewajiban Wajib Pajak

1. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; 2. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data

yang dikelola secara elektronik;

3. memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak;

4. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa : a. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak

apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;


(69)

b. memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau

c. menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.

5. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;dan

6. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan. 7. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai

dengan waktu yang ditentukan.

8. meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik

F.Peranan Pemeriksaan Pajak

Adapun peranan pemeriksaan lapangan anatara lain:

1. Agar penafsiran Undang-Undang Perpajakan yang berlaku tidak keluar dari jalurnya.

2. Agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan.

3. Agar tidak terjadi pelaporan penghasilan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya (penggelapan).


(70)

4. Agar pemotongan/pemungutan dan pembebanan yang dilakukan wajib pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

5. Agar tindakan penegakan hukum dengan dilakukannya pemeriksaan dapat terlaksana berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

G.Peran Aparat Pajak

Pajak sebagai suatu perikatan hhak dan kewajiban negara maupun masyarakat, membutuhkan dua pihak dalam menjalankannya, yakni aparat pajak (fiskus yang menjalankan teknisi dan administrasi perpajakan) dan pembayar pajak (Wajib Pajak).

Selama ini peran fiskus memiliki lebih banyak daripada peran seorang pemeriksa. Padahal untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap patuh terhadap kewajiban perpajakannya dibutuhkan peran yang lebih dari sekedar pemeriksa. Dengan demikian peran fiskus yang bertanggung jawab dan mampu mendayagunakan sumber daya manusia yang dimiliki untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak sangat dibutuhkan. Fiskus merupakan garda depan dari penerimaan Negara. Fiskus juga merupakan orang yang bertanggung jawab untuk memberikan pengertian bahwa uang rakyat dari pajak adalah merupakan sumber bagi pembangunan.

H.Kendala-Kendala Yang Dihadapi Pemeriksa Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pemeriksa

Masalah yang sering timbul saat pelaksanaan pemeriksaan yang berhubungan dengan penerimaan pajak adalah sebagai berikut:


(71)

1. Dalam Pemeriksaan Lapangan terkadang Wajib Pajak sulit ditemui oleh Pemeriksa, karena Wajib Pajak tidak ada ditempat, disebabkan karena waktu pemeriksaan dilakukan pada saat jam kerja.

2. Tidak sesuainya lagi data yang dimiliki pihak kantor pajak dengan data yang sebenanya pada saat akan dilakukan pemeriksaan. Misalnya saja dalam hal Wajib Pajak yang pindah alamat tanpa diketahui alamat barunya oleh pemeriksa, dalam hal tidak melapor pada lurah setempat sehingga pemeriksaan terhambat.

3. Jumlah Pemeriksa yang terbatas dibanding jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dan efektif memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT) serta terbatasnya sarana penunjang dalam melaksanakan pemeriksaan.

4. Wajib Pajak tidak memenuhi surat panggilan (dalam hal Pemeriksaan Kantor) yang dikirmkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pelaksanaan Pemeriksaan Pajak.

5. Wajib Pajak tidak kooperatif, misalnya saja Wajib Pajak tidak memberikan pinjaman berupa buku, catatan, dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Tim Pemeriksa Pajak.

I. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan dilakukan dengan berpedoman pada norma pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak, Pemeriksaan, dan Wajib Pajak. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang tergabung dalam tim Pemeriksa Pajak yang


(72)

susunanya terdiri dari beberapa supervisor, seorang ketua tim, dan beberapa pemeriksa/penilai yang tergabung dalam kelompok fungsional.

Adapun prosedur pemeriksaan Pajak yang harus dilakukan oleh tim pemeriksa dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Mengevaluasi data-data yang dilaporkan Wajib Pajak.

2. Menganalisa angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan Wajib Pajak.

3. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak yang diperiksa. 4. Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat penyimpanan

dokumen, uang, barang, yang dapat memberi petunjuk.

5. Melakukan penyegelan tempat atau ruangan terebut pada nomor 4, apabila Wajib Pajak atau kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud.

J. Peningkatan Penerimaan Pajak Melalui Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan

Obyek pemeriksaan pada umumnya adalah Surat Pemberitahuan Tahunan dan/atau Surat Pemberitahuan Masa beserta lampiran-lampirannya. Lampiran-lampiran Surat Pemberitahuan meliputi Laporan Keuangan, Surat-Surat Pajak, dan lain-lain. Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya menjadi tolak ukur kepatuhan wajib pajak. Sebagaimana Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya menjadi objek utama dari Pemeriksaan Pajak, Pemeriksaan atas kebenaran dan kelengkapan kewajiban


(1)

bertanya mengenai pemeriksaan dan masalah yang menyangkut kegiatan usahanya, pemeriksa dapat menjawabnya. Pemeriksaan dilakukan bukan untuk mencari kesalahan wajib pajak melainkan untuk meluruskan hal-hal yang kurang benar. Maka ditentukan aparat pajak khususnya pemeriksa yang bisa membangun komunikasi yang baik terhadap wajib pajak dan dapat dipercaya. Selain itu harus menguasai masalah, bersikap jujur, mau mendengarkan pendapat dan saran orang lain. Bersikap terbuka serta memiliki kepekaan. Tunjukkan pula standar yang tinggi mengenai pengetahuan perpajakan, terima keluhan semua pihak dengan sikap professional, hindarkan ucapan yang kasar yang dapat menyinggung perasaan, jangan mencela atau merendahkan pihak lain dan siap memberikan saran yang baik.

Dengan memiliki kriteria tersebutlah aparat pajak khususnya pemeriksa dapat menjadi seorang petugas pemeriksa yang berkualitas. Tetapi kalau dilihat dari kinerja petugas pemeriksa masih belum maksimal disebabkan kurangnya sarana penunjang dalam melaksanakan pemeriksaan dan jumlah pemeriksa yang terbatas, sehingga dapat memperlambat proses pemeriksaan.

Dalam pemeriksaan, jumlah wajib pajak setiap tahunnya tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Misalkan pada tahun 2012 berjumlah 12 orang untuk orang pribadi, 91 untuk badan sedangkan untuk tahun 2013 berjumlah 8 orang untuk orang pribadi dan 88 untuk badan, begitu juga dengan di tahun 2014 yang berjumlah 6


(2)

memastikan berapa banyak wajib pajak yang tedaftar dengan melihat perbandingan tersebut di tahun 2012, 2013 dan di tahun 2014.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penulisan berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis tentang Peranan Pemeriksaan Lapangan Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk meningkatkan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dan hasil yang diperoleh dari upaya yang telah dilakukan.

Setelah disajikan dan dianalisa data-data terhadap pelaksanaan pemeriksaan yang telah diuraikan diatas maka penulis membuat kesimpulan serta mengajukan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan Kantor Pelayanan Pajak khususnya.

A. Kesimpulan

1. Dalam melaksanakan Pemeriksaan Pajak, pemeriksa yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak berpedoman pada kebijaksanaan pemerintah baik berupa Undang-Undang Keputusan Menteri Keuangan, maupun surat edaran Direktorat Jenderal Pajak.

2. Dilaksanakan pemeriksaan pada prinsipnya tidak untuk mencari kesalahan Wajib Pajak melainkan untuk meluruskan hal-hal yang kurang benar dan menjamin adanya objektivitas dalam menentukan besarnya pajak terutang.


(4)

Pemberitahun disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan, ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan yang tidak dipenuhi dan Surat Pemberitahuan memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4. Belum efektifnya Pemeriksaan Lapangan dalam pencapaian realisasi penerimaan pajak yang dapat dilihat dari meningkatnya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memasukkan Surat Pemberitahuan dan rendahnya jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang memasukkan Surat Pemberitahuan. Hal ini terjadi akibat kurangnya pelaksanaan penegakan hukum dalam bidang perpajakan.

B. Saran

1. Untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak melalui pemeriksaan maka dibutuhkan petugas pemeriksaan yang benar-benar menguasai bidangnya, memiliki keterampilan yang memadai, sikap moral yang terpuji dan professional dalam pelayanan sehingga menimbulkan kepercayaan dari Wajib Pajak dan rasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

2. Sebaiknya waktu untuk melakukan pemeriksaan disesuaikan dengan waktu yang tersedia bagi Wajib Pajak sehingga lebih memudahkan bagi aparat pemeriksa untuk menemui Wajib Pajak.


(5)

3. Jumlah pemeriksa dan sarana penunjangnya terbatas maka perlu ditingkatkan kerja sama dengan beberapa instansi dan lembaga profesi untuk memperoleh data yang akurat.

4. Petugas pemeriksa pajak harus dapat menyadarkan Wajib Pajak akan keberadaan dan fungsi pajak bagi masyarakat dan pentingnya pajak bagi kelangsungan hidup negara Indonesia sehingga pajak dapat diterima oleh Wajib Pajak dengan kesan positif dengan ikut serta dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

5. Perlunya penyuluhan tentang pelaksanaan pemeriksaan, pelaksanaan pembukuan yang baik, tujuan pemeriksaan karena sering sekali dijumpai kekhawatiran dan kepanikan Wajib Pajak pada saat ia dikenakan sanksi perpajakan atau dikenakan tindakan pemeriksaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta. Mardiasmo, 2006, Perpajakan, PT. Andi, Yogyakarta.

Pardiat,Drs.Akt, 2008, Pemeriksaan Pajak Edisi 2, Mitra Wacana Media, Jakarta Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010 Tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.