Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

TATA CARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

O L E H

NAMA :AMALIA DWI PUTRI NIM :102600095

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapanan MandiriError! Bookmark not defined.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4 C. Uraian Teoritis ... 6 D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)Error! Bookmark not defined.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ... Error! Bookmark not defined. F. Metode Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... Error! Bookmark not defined.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM ... Error! Bookmark not defined. A. Sejarah Singkat BerdirinyaKPP Medan BelawanError! Bookmark not defined.

B. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 20 C. Deskripsi dan Aktiftas Kerja KPP Pratama Medan Belawan ... 23 BAB III GAMBARAN DATA PKLM ... 29


(3)

A. Dasa – Dasar Perpajakan ... 29

B. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 ... Error! Bookmark not defined. C. Surat Pemberitahuan ... 43

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 51

A. Wajib Pajak yang memenuhi dan yang tidak memenuhi kewajiban menyampaikan SPT Masa PPN di KPP Pratama Medan Belawan. ... 51

B. Tata cara pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23. 54 C. Kendala dan pemecahan masalah yang dihadapi pegawai KPP Pratama Medan Belawan dalam penerimaan SPT Masa PPh Pasal 23...60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada khadirat ALLAH SWT yang masi memberikan kesempatan untuk mengerjakan Tugas Akhir ini dan memberikan kelancaran atas selesinya Tugas Akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan”.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, motivasi, dan inspirasi kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada :

1. ALLAH SWT karena dapat diberi kelancaran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.


(5)

2. Bapak Prof. DR. Badarudin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Uatara.

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Harmaini Hasan, SH, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu serta membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dari awal hingga selesai.

6. Bapak Jonny P Sinaga selaku supervisor penulis dan Bapak Suhendra yang bersedia meluangkan waktunya memberikan data-data yang diperlukan dan saran dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

7. Kepada bapak/ibu dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmu nya selama penulis menjalani perkuliahan.

8. Kepada bapak/ibu staff Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.


(6)

motivasi, serta doa dan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya kepada penulis.

10. Kepada kakak saya Lini Febri Meswari, Paman saya Zainnudin dan Adik saya Agung Zelly Pamungkas yang memberikan semangat, motivasi, dan sedikit tantangan yang memacu penulis untuk menyelesaikan studi tepat waktu.

11. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2010 yang setia menemani penulis selama tiga tahun, teristimewa untuk para sahabat penulis yaitu Anna Delima Rahmadaria, Olanita Ritonga, Etika Ravitasari, Reisya Andari dan teman seperjuangan saat proses pembuatan Tugas Akhir Ayu Anggraini .

12. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2009 dan 2011 yang tak henti-hentinya mengingatkan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir , yaitu Abangda Joshua, Kakanda Vicky yang telah banyak memberi saran dan Vani A, Desty Indah, Una yang memberikan dukungan semangat

13. Seluruh mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan stambuk 2011. 14. Seluruh peserta pelatihan Brevet A/B Terpadu oleh Tax Centre FISIP USU

Angkatan III beserta pengurusnya, abangda Firman Logos Tarigan dan kakanda Singgih Astuti yang telah memberikan saran – saran yang lebih baik.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih


(7)

banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2013 Penulis,


(8)

B A B I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah suatu cara kerja yang langsung di praktikan atau dilakukan mahasiswa secara mandiri. Yang tujuannya memberikan pengalaman praktis dilapangan dengan menerapkan teori - teori yang diterima di kampus, dan diharapkan mahasiswa mampu untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menerapkan teori - teori pada saat Praktik Kerja Lapangan Mandiri hal tersebut sangat penting karena berhubungan dengan masa depan mahasiswa dan masa depan Bangsa Indonesia, mahasiswi juga dituntut untuk meneruskan pembangunan Bangsa Indonesia bukan hanya sekedar lulus dari pendidikannya tetapi harus memiliki ilmu yang banyak dan wawasan berbagai bidang sehingga membawa arah dan cara yang baik kedalam dunia kerja yang akan dihadapi dalam waktu cepat atau lama. Untuk mencapai tuntutan itu dunia pekerjaan membutuhkkan Sumber Daya Manusi (SDM) yaitu mahasiswa mahasiswi dari perguruan tinggi yang berkualitas untuk mencapai tuntutan itu maka Mahasiswa atau Mahasiswi wajib mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)


(9)

Untuk melaksanakan pembangunan dan roda pemerintahan diperlukan dana untuk tahun 2013 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 77,95% bersumber dari pajak, Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar disamping minyak dan gas dan peranan pajak sangat besar dalam mendukung penerimaan negara yang dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang setiap tahunnya Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) terus meningkat untuk keperluan Negara maka itu digunakan cara-cara yang dilakukan untuk meningkatkan sektor pajak antara lain dengan menyempurnakan sistem perpajakan, mengintensifikasi penerimaan pemungutan pajak dan menciptakan aparatur perpajakan yang bersih dan beribawa. Penyempurnaan sistem perpajakan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia yaitu dengan melakukan pembaharuan di bidang perpajakan Pembaharuan di bidang perpajakan itu adalah tax Reform (Reformasi Pepajakan). Pembaharuan tersebut dilakukan di mulai tahun 1983 yang di tempuh dengan mengeluarkan Undang - Undang Perpajakan baru yang diantaranya adalah Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Suatu perubahan yang mendasar yang terjadi saat Tax Reform munculnya sistem Self Assessment System dalam sistem perpajakan yang berlaku di indonesia.Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaaan kepada wajib pajak untuk untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang (Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan). Undang - Undang


(10)

Nomor 28 Tahun 2007 disebutkan Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat. Dengan sistem yang telah dibuat pelaksanaan administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Dengan sistem yang dirancang baik diharapkan masyarakat mendaftarkan dirinya menjadi wajib pajak dan untuk Pengusaha Kena pajak (PKP) atau Wajib Pajak Badan karena selama ini wajib pajak merasa terbebani karena mengurangi keuntungan usaha atau penghasilan mereka dengan harus membayar pajak dan minimnya pengetahuan wajib pajak menyebabkan banyaknya kesulitan wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya, dalam hal ini unit operasi Direktorat jenderal Pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama harus selalu mensosialisasikan serta melakukan pembinaan dan pengawasan agar wajib pajak melaporkan pajaknya dalam bentuk Surat Pemberitahuan (SPT), dengan cara tersebut sehingga wajib Pajak dapat memahami secara jelas tentang tata cara pelaporan surat pemberitahuan khususnya Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 karena selama ini masyarakat tidak merasakan manfaat secara langsung pentingnya membayar pajak dan agar wajib pajak mematuhi peraturan undang - undang perpajakan yang telah ditetapkan.


(11)

Dengan diadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis ingin mengetahui tatacara pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 serta membahas kendala - kendala yang dihadapi Wajib Pajak Badan dalam hal mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dituangkan dalam karya ilmiah, yang berjudul “TATACARA PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dilaksanakan dengan tujuan:

1.1Untuk mengetahui tatacara pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23

1.2Untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban dalam pelaporan Surat Pemberitahuan

1.3Untuk mengetahui kendala - kendala yang dihadapi wajib pajak dalam melaporkan surat pemberitahuan

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1.Bagi Mahasiswa


(12)

a. Menambah wawasan dalam bidang perpajakan khususnya dalam bidang Pajak Penghasilan Pasal 23

b. Mampu mempraktikkan teori - teori yang sudah didapat saat kuliah saat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan mandiri (PKLM) khususnya di bidang Pajak Penghasilan Pasal 23

c. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja dengan memiliki keahlian, keterampilan dan pengalaman pada saat Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2.2.Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

a. Meningkatkan kerja sama antara Program studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan Instansi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

b. Dapat memperkenalkan Sumber Daya Manusia Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan c. Diharapkan dapat memberikan masukan atau saran untuk perbaikan

tentang pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

d. Mempromosikan citra Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan diakademika khususnya Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(13)

2.3.Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

a. Mempererat hubungan kerjasama antara pihak Universitas Sumatera Utara Khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan belawan

b. Mendapatkan masukan berupa ide atau saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. c. Memperkenalkan Sumber Daya Manusia Universitas Sumatera Utara

khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

d. Mempromosikan Sumber Daya Manusia (SDM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang ahli di bidang perpajakan.

C. Uraian Teoritis

1 Definisi dan Fungsi Pajak 1.1Definisi Pajak

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H Pajak adalah Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.(Waluyo,2010:3)


(14)

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 disebutkan Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.(Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan,2007:9)

1.2Fungsi Pajak

Ada dua (2) Fungsi Pajak, yaitu:

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter), Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah

b. Fungsi Mengatur (Reguler), Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi 2 Jenis Pajak

2.1Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban wajib pajak yang bersangkutan

2.2Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain


(15)

3 Sistem Pemungutan

3.1Official Assessment System adalah sistem pmungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang

3.2Self Assessment System adalah pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk mnghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

3.3Withholding Assesment System adalah sistm pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

4 Pengertian Pajak penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelanggaraan kegiatan selain yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak Dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.(Barata,2011:435)


(16)

5 Tarif dan Objek Pajak penghasilan Pasal 23

Tarif dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23 dikelompokkan menjadi tiga (3), yaitu:

a. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:Deviden, Bunga, Royalti, Hadiah, Penghargaan, Bonus dan sejnisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

b. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas: Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali yang telah dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dan imbalan sehubungan dengan jasa

c. Sebesar 5%, 10%,15%, 20% dan 25% yang bersifat final dari jumlah bruto yang terdapat pada Undang – Undang PPh Pasal 4 ayat (2).

Sanksi bagi Wajib Pajak yang tidak memilki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang melaporkan SPT masa Pajak Penghasilan pasal 23 akan dikenakan sanksi kenaikan 100% dari jumlah pajak terutang dari Pajak penghasilan pasal 23.

6. Definisi Surat Pemberitahuan dan Surat Pemberitahuan Masa 6.1 Definisi Surat Pemberitahuan

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk


(17)

bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.

6.2 Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan (SPT) untuk suatu masa pajak, seperti:

a. SPT Masa Pajak Penghasilan

b. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

c. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut PPN (Sumarsan,2009 41-42)

D. Ruang Lngkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam hal ini penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan adapun yang menjadi ruang lingkup Pratik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini antara lain:

1.Tatacara Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 23

2.Kendala – kendala yang dihadapi oleh wajib pajak dalam pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23.

3.Melihat jumlah kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan surat pemberitahua pajak penghasilan pasal 23.


(18)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun Metode yang digunakan saat Praktik Kerja Lapangan mandiri yaitu: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul, selanjutnya penetapan judul yang disetujui ketua jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, selanjutnya pembuatan proposal oleh penulis, selanjutnya penulis melakukan seminar, setelah seminar penulis melakukan perbaikan jika ada kesalahan pada proposal, setelah perbaikan proposal mendapat persetujuan dari pembimbing seminar, setelah itu penulis ditentukan dosen pembimbing, setelah itu penulis mendapatkan bimbingan dan konsultasi dari dosen pembimbing dan yang terakhir dilanjutnya proses pembuatan surat izin untuk riset.

2. Studi Literatur

Salah satu landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut masalah yang akan dibahas yang berasal dari Undang-Undang, buku-buku, catatan tertulis lainnya yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Penulis melakukan tinjauan dan menganati secara langsung masalah yang akan dibahas dan meninjau secara langsung pelaksanaan kegiatan untuk


(19)

mengetahui sisrem kerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medanuku Belawan.

4. Pengumpulan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan Praktik Kerja lapangan Mandiri (PKLM), Data terdiri dari:

a. Data Primer yaitu data – data yang diperoleh yang memahami dan menguasai objek kajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri PKLM).

b. Data sekunder yaitu data – data yangbersumber dari seperti, buku, Internet dan lain-lain

5. Analisa dan Evaluasi Data

Pada tahap ini setelah penulis mendapat data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data, kemudian akan dipersentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis mengumpulkan data dan informasi tentang Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu dengan menggunakan metode sebagai berikut.

1 Metode Wawancara

Metode ini dengan mengajukan pertanyaan yang ditunjuk kepada Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Belawan yang dianggap mampu


(20)

memberikan masukan data primer dan informasi tentang tatacara pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23.

2 Metode Observasi

Metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan dengan cara mengamati,mendengarkan,serta mencatat hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas

3 Metode Dokumentasi

Metode ini, penulis mengumpulkan daftar dokumen dan data-data pendukung yang diperlukan yang berhubungan dengan tata cara pelaporan surat

pemberitahuan masa pajak penghasilan pasal 23

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sistematika penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikitran dalam menyusun laporan, tujuan dan Manfaat Praktik Kerja lapangan mandiri, uraian teoritis Praktik Kerja Lapangan mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan mandiri, metode praktik kerja lapangan mandiri, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan praktik kerja lapangan mandir


(21)

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan secara singkat sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan yang terdiri dari: struktur organisasi,uraian tugas pokok dan fungsi Kantor, gambaran pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

BAB III GAMBARAN DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang uraian secara sistematis dan terperinci mengenai ketentuan yang ada dalam undang-undang Perpajakan, Objek dan Subjek Pajak, Kewajiban Pengisian dan penyampain Surat Pemberitahuan.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis, akan diberikan satu kesimpulan dan saran berdasarkan dari kesimpulan tersebut dibuat rekomendasi yang berisi saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan di lokasi PKLM


(22)

DAFTAR PUSTAKA


(23)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 kemudian pada 31 oktober 2004 mengalami perubahan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan dan pada tanggal 22 desember 2006 dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006, dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 ada perubahan dengan Nomor 67/PMK.01/2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak ( Karikpa ), yang akan melayani PPh, PPN, PBB, BPHTB, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan dan pada tanggal 01 April 2009 dengan Nomor 62/PMK.01/2009.KPP Pratama adalah instansi vertikal


(24)

Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di wilayah Asia Tenggara.


(25)

Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan, diperlukan sarana pendukung yang harus di persiapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank data, penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga yang terkait dan perbaikan sistem informasi yang akurat.

MISI

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang - Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat.

2. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan-Belawan

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan periode April 2012 berjumlah sebanyak Wajib Pajak (termasuk WP PBB), yang terdiri dari:

Adapun Jenis Pajak dan Rencana Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Belawan yang tercapai sampai April 2012 adalah :

Sedangkan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan terdiri dari 4 kecamatan yaitu :


(26)

1. Kecamatan Medan Labuhan

2. Kecamatan Medan Marelan

3. Kecamatan Medan Deli

4. Kecamatan Medan Belawan.

Wilayah dan Jumlah Kepala Keluarga WILAYAH (1) Kec.Medan

Deli Kec.Medan Labuhan Kec.Medan Marelan Kec.Medan Belawan Jumlah L.WILAYAH (KM2)(2)

20,84 40,68 44,47 21,82 127,81

L.WILAYAH SESUAI NOP (km2) (3)

17,10 21,79 17,69 119,98 176,56

JUMLAH KK (4) 34.764 18.978 20.960 10.247 84.949

JUMLAH KK NON MISKIN (5)

28.970 15.815 17.466 8.539 70.790

ESTIMASI JUMLAH KK YG

SEHARUSNYA TERDAFTA (6)

28.970 15.815 17.466 8.539 70.790

JUMLAH WP OP (7) 21.975 10.899 10.049 15.791 60.724

% (8=7:6) 75,85 60,7 51,39 143,82 74,63


(27)

Wilayah Kawasan Ekonomi No Kawasan Ekonomi Jumlah Pengusaha

Jumlah WP yang

Terdaftar Jumlah WP yang Ada Setoran Pajak Jumlah Setoran (RP Juta) Potensi WP Baru KPP Sendiri KPP Lain

1 2 3 4 5 6 7 8= 3-4

1 Industri 84 35 41 20 4.847,27 -

2 Pemukiman 479 - - - - -

3 Jalan Protokol 394 394 - 67 295,89 -

4 Pelabuhan 217 147 - 23 538,71 -

5 Perikanan 79 26 3 27 275,60 36

6 Pergudangan 170 15 1 25 922,88 10

Total 1.423 617 45 162 6.880,35 46

(Sumber: KPP Pratama Medan Belawan) B. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan


(28)

perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung jawab.

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization” atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan fungsi bukan jenis pajak.

KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan dibantu oleh account representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi / sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi RIKI 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II


(29)

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10.Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Fungsional I

12.Fungsional II

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan berjumlah 68 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 67 orang termasuk dengan kepala kantor.

Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok

NO Seksi / Bagian Jumlah Pegawai

1 Sub Bagian Umum 9

2 Pengolahan Data dan Informasi 7

3 Pelayanan 10

4 Penagihan 5

5 RIKI 5

6 Ekstensifikasi 6


(30)

8 Pengawasan dan Konsultasi II 6

9 Pengawasan dan Konsultasi III 6

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 5

11 Fungsional I 5

12 Fungsional II 5

JUMLAH 76

(Sumber: KPP Pratama Medan Belawan) C. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan

1. Kepala KPP ( Kepala Kantor )

KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(31)

2. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum

1. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas bendaharawan.

2. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada instansi yang terkait.

3. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.

4. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai. 5. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai. 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Tugas Seksi PDI :

1. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan. 2. Penyajian informasi perpajakan.

3. Perekaman dokumen perpajakan.

4. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.


(32)

1. Melakukan pengamatan dan penggalian potensi perpajakan. 2. Pendataan obyek dan subyek pajak.

3. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan. 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :

1. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.

2. Memberikan Bimbingan / himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

3. Penyusunan Profil wajib pajak. 4. Menganalisis kinerja wajib pajak.

5. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja keempat seksi pengawasan dan konsultasi dibagi berdasarkan domisili / tempat tinggal / wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I ( WASKON I ) 1. Kelurahan Kampung Besar.

2. Kelurahan Martubung. 3. Kelurahan Sei Mati


(33)

4. Kelurahan Pekan Labuhan. 5. Kelurahan Tangkahan. 6. Kelurahan Nelayan Indah.

b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II ( WASKON II ) 1. Kelurahan Labuhan Deli.

2. Kelurahan Rengas Pulau. 3. Kelurahan Terjun.

4. Kelurahan Tanah 600. 5. Kelurahan Paya Pasir.

c. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III ( WASKON III ) 1. Kelurahan Tanjung Mulia.

2. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. 3. Kelurahan Mabar.

4. Kelurahan Kota Bangun. 5. Kelurahan Titi Papan. 6. Kelurahan Mabar Hilir.

d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV ( WASKON IV ) 1. Kelurahan Sicanang.

2. Kelurahan Belawan Bahari. 3. Kelurahan Belawan Bahagia. 4. Kelurahan Belawan I.


(34)

6. Kelurahan Bagan Deli.

9. Fungsional Pemeriksa

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(35)

BAB III

GAMBARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A.Dasar – Dasar Perpajakan 1. Definisi Pajak

Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H Pajak adalah Iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Prof.Dr.P.J.A Andriani Pajak adalah Iuran kas kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib yang membayarnya menurut peraturan – peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah. (Waluyo,2010:3)

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 disebutkan Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya


(36)

kemakmuran rakyat.(Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan,2007:9)

2. Fungsi Pajak

1.1Fungsi Penerima (Budgetair)

Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas negara, yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluran pemerintah. Untuk menjalankan tugas – tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.

1.2Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan di tengah masyarakat dan struktur kekayaan anatara para pelaku ekonomi. Fungsi mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari sistem pajak, paling tidak ada sistem perpajakan yang benar tidak terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam bidang ekonomi dan sosial.


(37)

3. Pembagian Pajak Pajak Menurut Golongan, Sifat dan Pemungutan 3.1Menurut Golongan dibagi dua, sebagai berikut:

a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan, contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pajak lain. Contoh:Pajak Pertambahan Nilai.

3.2Menurut Sifat, pembagian Pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagiannya berdasarkan ciri – ciri prinsip adalah sebagai berikut:

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari secara objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3.3Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:

a. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas barang Mewahdan Bea Materai.


(38)

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan lain – lain.(Waluyo,2010:12)

B.Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 1. Definisi Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelanggaraan kegiatan selain yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau Subjek Pajak Dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.(Barata,2011:435).

2. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 23 Dasar hukum Pajak penghasilan Pasal 23 adalah:

1.1Pasal 23 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilann

1.2Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan mengalami perubahan pada tahun 1994, dengan Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1994


(39)

1.3Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan mengalami perubahan pada tahun 2000 dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000

1.4Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan mengalami perubahan yang terakhir dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.(Undang – Undang Pajak Penghasilan )

1.5Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 6 Tahun 1983 yang telah dirubah terakhir Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009, Ketentuan tentang Surat Pemberitahuan diatur dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 3( Undang – Undang KUP)

1.6Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 tentang jenis jasa lain sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.

(http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13588) 1.7Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER - 53/PJ/2009 bentuk

formulir Surat Pemberitahuan masa Pajak Penghasilan final Pasal 4 ayat (2) Surat Pemberitahuan masa Pajak penghasilan masa Pajak Penghasilan pasal 15, pasal 22 dan pasal 23 dan atau pasal 26 serta bukti pemotongan atau pemungutannya


(40)

3. Objek dan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23

Penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembasyarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.

3.1Dividen yang dikenakan pajak adalah

3.2Bunga termaksud premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian hutang

3.3Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

3.4Hadiah, Penghargaan,bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

3.5Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

3.6Imbalan sehubungan dengan jasa tekhnik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotobg pajak penghasilan pasal 21.(Rusjdi,2006:27)


(41)

TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 4 AYAT 3

No. OBJEK BESARNYA

POTONGAN

SIFAT POTONGAN 1. Dividen yang diterima Wajib Pajak

Badan

15% dari jumlah bruto

Tidak Final

2. Dividen yang diterima wajib Pajak Orang Pribadi

10% dari jumlah bruto

Final

3. Bunga 15% dari jumlah

bruto

Tidak Final

4. Bunga Deposito dan Tabungan 20% dari jumlah bruto

Final

5. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara yang diterima Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT

15% dari jumlah bruto

Final

6. Bunga Obligasi dan Surat Utang Negara yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri

20% dari jumlah bruto

Final

7. Bunga Simpanan yang dibayarkabn Koperasi kepada anggota Koperasi Orang Pribadi

10% dari jumlah bruto


(42)

8. Royalti 15% dari jumlah bruto

Tidak Final

9. Hadiah, Penghargaan, Bonus dan Sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

15% dari jumlah bruto

Tidak Final

10. Hadiah Undian 25% dari jumlah

bruto

Final

11. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali yang dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

2% dari jumlah bruto

Tidak Final

12. Persewaan Tanah dan Bangunan 10% dari jumlah bruto

Final

13. Jasa:

Jasa Tekhnik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan dan jasa lain selain jasa telah dipotong Pajak penghasilan Pasal 21

2%

dari jumlah bruto tidak termaksud PPN

Tidak Final


(43)

1.Jasa Penilai 2.Jasa Aktuaris

3.Jasa akutansi, pembukuan dan .testasi laporan keuangan

4.Jasa perancang

5.Jasa pengeboran di bidang pertambangan minyak dan gas (MIGAS) kecuali bentuk usaha tetap

6.Jasa penunjang di bidang penambangan migas

7.Jasa Penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas

8.Jasa penunjang di bidang penambangan dan bandar udara

9.Jasa penebangan hutan 10.Jasa pengolahan limbah

11.Jasa penyeedia tenaga kerja (outsourcing service)

12.Jasa perantara atau peragenan

dari jumlah bruto tidak termaksud PPN


(44)

13.Jasa perdagangan surat surat – surat berharga kecuali yang dilakukan Bursa Efek, KSEI dan KPEI

14.Jasa kustodian atau penyimpanan atau penitipan kecuali yang dilakukan KSEI 15.Jasa pengisian suara dan atau sulih suara

16.Jasa mixing film

17.Jasa sehubungan dengan software komputer, termaksud perawatan, pemeliharaan dan perbaikan

18.Jasa Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai


(45)

pengusaha

19.Jasa perbaikan atau perbaikan atau pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, teelepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasi atau kendaraan dan atau bangunan selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi

20.Jasa maklon

21.Jasa penyidikan dan keamanan 22.Jasa penyelenggara dan kegiatan atau event organizer

23.Jasa pengepakan

24.Jasa penyediam tempat dan atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi


(46)

26.Jasa kebersihan atau cleaning service

27.Jasa katering atau tata boga

(Harmaini Hasan)

Sanksi bagi Wajib Pajak yang tidak memilki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang melaporkan SPT masa Pajak Penghasilan pasal 23 akan dikenakan sanksi kenaikan 100% dari jumlah pajak terutang dari Pajak penghasilan pasal 23.

4. Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

4.1Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.

4.2Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.

4.3Dividen sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (2c). Yang isinya yaitu:

4.4 Pasal 4 ayat (2): dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:


(47)

b. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah yang meneriam dividen, kepemilikan saham pada badan yang memeberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor.

4.5 Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.

4.6Bagian laba sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i.

4.7Sisa hasil koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. 4.8Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atau jasa

keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan atau pembiayaan yang diatur dengan peraturan Menteri Keuangan.(Sumarsan,2009:339)

5. Pemotong dan Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23

5.1Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 a. Badan pemerintahan

b. Wajib Pajak badan dalam negeri c. Penyelenggara kegiatan


(48)

f. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

1) Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tersebut adalah camat, Pengacara dan Konsultan yang melakukan pekerjaan bebas

2) Orang Pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan, yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak ditunjuk sebagai pemotong Pajak penghasilan Pasal 23 atas pembayaran berupa sewa.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang telah ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa yang dilakukannya, wajib memotong, menyetor dan melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 23 tersebut serta memberikan bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila dalam suatu bulan takwim terdapat objek Pajak Penghasilan Pasal 23.

5.2Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23: a. Wajib Pajak dalam negeri


(49)

6. Tata Cara Pemotongan dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 6.1Tata Cara Pemotongan Pajak penghasilan Pasal 23

Pelaksanaan pemotongan Pajak Penghasila Pasal 23 dilakukan oleh oleh pemotong pajak dengan tata cara sebagai berikut:

a. Dipotong pada saat dilakukan pembayaran

b. Memberikan bukti pemotongan yang telah diisi lengkap, lembar ke-1 bukti pemotongan diserahkan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan sebagai bukti pemotongan.

6.2Tata Cara Penyetoran Pajak Peenghasilan Pasal 23

Penyetoran pajak oleh pemotongan dengan cara mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Besar potongan Pajak Penghasilan yang tercantum dalam bukti pemotongan selama satu bulan dijumlahkan.

b. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 yang telah dipotong selama satu bulan disetor ke bank persepsi atau kantor pos dengan menggunakan Surat Setoran pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Apabila tanggal 10 jatuh tempo pada hari libur nasional maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.(Barata,2011:442-443)


(50)

C.Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Definisi Surat Pemberitahuan dan Surat Pemberitahuan Masa 1.1Definisi Surat Pemberitahuan

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.(Undang – Undang KUP 2007)

1.2Definisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa

Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan (SPT) untuk suatu masa pajak, seperti:

a. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 b. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15

c. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 d. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26

e. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

f. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bagi pemungut.(Sumarsan,2009 41-42)


(51)

2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan terutang:

1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak. 3. Harta dan kewajiban.

4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undang perpajakan.

Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan

1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran

2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.


(52)

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak hyang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3. Jenis Surat Pemberitahuan

a. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 b. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15

c. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 d. SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Pasal 26 e. Surat Pemberitahuab Masa Pajak Penghasilan Pasal 25

f. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

g. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bagi pemungut.(Sumarsan,2009 41-42)

4. Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan pasal 23 .

Dalam hal pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

4.1Secara manual.

Penyampaian SPT Masa PPh secara manual dapat dilakukan dengan mengisi Formulir SPT masa PPh pasal 23 dan atau 26 yang diambil di KPP atau KP2KP, kemudian diisi dengan benar, jelas, dan


(53)

lengkap. Setelah semua diisi dan tidak lupa ditandatangani atau stempel, SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 diantarkan langsung ke KPP atau mengirim melalui kantor pos atau melalui jasa kurir.

4.2Secara elektronik.

SPT dalam bentuk data elektronik dapat disampaikan melalui e-Filling, yaitu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara online yang real-time melalui situs http://www.pajak.go.id atau Penyedia Jasa Aplikasi

/ Application Service Provider (ASP). Pengusaha Kena Pajak merekam

data-data perpajakan yang akan dilaporkan dengan benar dan lengkap. Setelah diisi dengan lengkap dan benar, Pengusaha Kena Pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPh pasal 23 dan atau 26 dan disimpan dalam media komputer (disket, CD, dsb). Pengusaha Kena Pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa formulir Induk SPT Masa PPh pasal 23 dan atau 26 dan hasil cetakan e-SPT yang telah ditandatangani beserta file data e-SPT yang tersimpan dalam media komputer. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang telah melaporkan SPT Masa PPh pasal 23 dan atau 26 akan mendapatkan Bukti Penerimaan Surat (BPS).(Pajak.go.id)

5. Sanksi Administrasi Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan Menurut Undang – Unddang Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang – Undang Nomor Tahun 2006 Tahun 1983


(54)

tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku 1 Januari 2008, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu seperti ketentuan di atas atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan:

5.1Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai

5.2Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan lainya

5.3Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Pajak penghasilan Wajib Pajak Badan

5.4Dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang pribadi.

6. Pengecualian Pengenaan Sanksi Administrasi Tidak diLaporkan Surat Pemberitahuan

Pengenaan sanksi dministrasi berupa denda sebagaimana dimaksud di atas tidak dilakukan terhadap:


(55)

6.2Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

6.3Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tinggal lagi di Indonesia

6.4Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia 6.5Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi

belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 6.6Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi

6.7Wajib Pajak yang terken bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, seperti:

c. Kerusuhan massal d. Kebakaran

e. Ledakan bom atau aksi terorisme f. Perang antar suku

g. Kegagalan sistem komputer administrasi penerimaan negara atau perpajakan

6.8Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

7. Bukti Penyampaian Laporan Surat Pemberitahuan

Surat Pemberutahuan yang disampaikan langsung oleh wajib pajak ke kantor direktorat jenderal pajak harus diberikan bukti penerimaan surat


(56)

kepada Wajib Pajak. Bukti penerimaan surat dijadikan bukti tanda terima dan tanggal melaporkan Surat Pemberitahuan ke kantor pelayanan pajak.

8. Surat Pemberitahuan Tidak Lengkap dianggap Tidak disampaikan Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan:

8.1Surat Pemberitahuan tidak ditanda tangani

8.2Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan tau keterangan dokumen

8.3Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak telah ditegur secara tertulis

8.4Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktorat Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.(Sumarsan,2009:51-56)

9. Tata Cara Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan.

9.1Wajib Pajak yang sudah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan atau pun di KPP Paratama lain memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 yang merupakan sebagai pemotong PPh Pasal 23 wajib mengisi


(57)

dengan lengkap dan benar dan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 ke KPP Pratama Medan Belawan.

9.2Saat pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 yang harus dilampirkan sebagai berikut:

a. Surat Setoran Pajak (SSP) sebagai bukti pelunasan PPh Pasal 23 yang harus dilunasi.

b. Surat Kuasa Khusus harus dilampirkan jika bukan Wajib Pajak yang menandatangi SPT Masa PPh Pasal 23

c. Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 d. Bukti Pemotongan PPh Pasal 23

Contoh : PT.Adil sebuah perusahaan penyedia tenaga kerja mendapatkan kontrak dari PT.xyz untuk menyediakan tenaga kerja sebanyak 30 orang dengan mendapatkan imbalan jasa Rp.60.000.000,00 selanjutnya menjadi pegawai PT.xyz, Berapa besar PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT.xyz?

Jawab : Jumlah PPh Pasal 23 terutang yang dipotong PT.xyz


(58)

BAB IV

Analisa dan Evaluasi

A. Wajib Pajak yang memenuhi dan yang tidak memenuhi kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

Dalam Bab IV ini penulis yaitu analisa dan evaluasi membandingkan jumlah wajib pajak yang terdaftar dengan jumlah wajib pajak yang memenuhi kewajibanya menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan atau pasal 26

Tabel 1:Jumlah wajib Pajak yang Terdaftar

No Tahun Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Orang Pribadi

1 2010 3.387 45.082

2 2011 2.709 51989

3 2012 3.087 57452


(59)

Tabel 2: Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 23 No Tahun Wajib Pajak

1 2010 5407

2 2011 4764

3 2012 5256

Sumber : KPP Pratama Medan Belawan

Tabel 3 :Jumlah Wajib Pajak yang Melapor Masa SPT PPh Pasal 23

No Tahun

Jumlah yang Melapor SPT

Total Manual E-filling

1 2010 654 1 655

2 2011 848 14 862

3 2012 968 63 1.031

Sumber : KPP Pratama Medan Belawan

1. Analisa Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas PPh Pasal 23 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1.1 Pada Tahun 2010 Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak

yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah 5.407 dan yang melaporkan SPT Masa PPh pasal 23 adalah 655


(60)

Jadi, dalam tahun 2010 hanya 12% yang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 di KPP Medan Belawan.

1.2 Pada tahun 2011 jumlah Wajib P ajak yang terdaftar sebagai wajib Pajak

yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah 4.764 pada tahun 2011 di KPP Pratama Medan Belawan terjadi penurunan jumlah Wajib Pajak sebesar (5.407-4.764)= 643.

Dapat dirincikan yang melaporkan SPT Masa = 862 4.764

x 100% = 18%

Jadi, dalam tahun 2011 hanya 18 % yang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 di KPP Medan Belawan tetapi dalam hal pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 mengalami peningkatan dari tahun 2010 sekitar 5%,

1.3 Pada tahun 2012 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah 5.256 pada tahun 2012 di KPP Pratama Medan Belawan terjadi kenaikan jumlah Wajib Pajak sebesar (5.256 – 4.764) = 492

Dapat dirincikan yang melaporkan SPT Masa = 969

Jadi, dalam tahun 2012 hanya 18% yang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 di KPP Medan Belawan pada tahun 2012 tidak mengalami peningkatan dalam hal pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23 tetapi jumlah

x 100%= 18% 5.256


(61)

tetapi peningkatan Wajib Pajak tahun 2012 tidak lebih dari jumlah Wajib Pajak pada tahun 2010.

B. Tatacara Pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23

Dalam pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 harus diisi dengan benar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan

Direktorat jenderal Pajak

Bagian Induk

1. Beri tanda (X) pada kotak di depan baris ”SPT Normal” jika SPT yang disampaikan merupakan SPT biasa, dan beri tanda silang (X) pada kotak di depan baris ”SPT Pembetulan Ke- __” jika SPT yang disampaikan merupakan Surat Pemberitahun (SPT) Pembetulan

2. Untuk SPT Pembetulan, maka pada baris: “SPT Pembetulan Ke- __ ” diisi dengan angka kesekian kalinya Wajib Pajak melakukan pembetulan

3. Masa Pajak diiisi dengan Masa Pajak yang bersangkutan, dengan format penulisan bulan/tahun,utuk SPT pembetulan Masa Pajak diisi sesuai dengan Masa Pajak yang dibetulkan.

Bagian A


(62)

Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemotong pajak atau Wajib Pajak sesuai dengan yang tercantum pada kartu NPWP

2. Nama Wajib Pajak

Bagian ini diisi dengan Pemotong Pajak sesuai dengan nama yang tercantum pada kartu NPWP

3. Alamat

Bagian ini diisi dengan alamat Pemotong Pajak yang sekarang ditempati atau alamat terbaru

Bagian B

1. PPh Pasal 23 yang telah dipotong Kolom (1) : Cukup jelas

Kolom (2) : Merupakan kode akun pajak (KAP) dan kode jenis setoran (KJS) yang harus diisikan pada surat setoran pajak (SSP)

Kolom (3) : Cukup jelas

Kolom (4) : Diisi sesuai dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong Kolom (5) : Diisi untuk jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23

2. PPh Pasal 26 yang telah dipotong Kolom (1) : Cukup jelas

Kolom (2) : Merupakan kode akun pajak (KAP) dan kode jenis setoran (KJS) yang harus diisikan pada surat setoran pajak (SSP)


(63)

Kolom (4) : Diisi sesuai dengan presentase perkiraan penghasilan neto sesuai ketentuan yang berlaku

Kolom (5) : Diisi dengan jumlah Pajak Penghasilan yang dipotong Terbilang : Diisi untuk jumlah Pajak Penghasilan Pasal 26

Bagian C

Beri tanda X dalam kotak sesuai dengan dokumen yang ditampilkan dan isi jumlah dokumen yang dilampirkan pada kotak tersedia jika SPT ditandantangani oleh bukan pemotong Pajak Wajib Pajak maka harap dilampirkan Surat Kuasa bermaterai cukup.

Bagian D

Beri tanda (X) pada kotak sesuai Pemotong Pajak / Pimpinan atau Kuasanya wajib membubuhkan Nama Lengkap dan NPWP yang bersangkutanserta wajib menandatangani dan membubuhkan cap perusahaan.

SPT disampaikan oleh pemotong Pajak Penghasilan pasal 23 dan atau Pajak Penghasilan Pasal 26. Penyetoran Pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank Persepsi atau kantor pos dan Giro


(64)

Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 23

PT Amir Mandiri merupakan perusahaan penerbitan dan percetakan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005, beralamat di Jl. Putri Hijau XX No. 44, Medan. NPWP: 03.096.281.5.121.000. Pada bulan Januari 2011, Pembayaran honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 23 sebagai berikut:

1. Menyewa truk dari PT Transport Tycoon yang beralamat di Jl. Nibung No. 20, NPWP: 01.222.565.0.888.000 untuk mengangkut mesin cetak ke Semarang. Dengan nilai kontrak Rp 5.000.000,00

2. Membayar royalti kepada beberapa penulis, antara lain:

Nama Alamat NPWP Jumlah Royalti

Irwansyah Jl.Perintis Kemerdekaan No.1 Medan

04.111.333.1.541.000 Rp.20.000.000,00 Bianca

Allysa

Jl. Setia Budi No.3, Bandung 04.111.112.1.552.000 Rp.15.000.000,00 Gischa Jl. Kuningan No.4, Jakarta - Rp. 10.000.000,000 Namira Jl. Cakra Buana No.3 Depok - Rp. 6.000.000,00 Raditya

Dika


(65)

3. Membayar jasa perbaikan mesin produksi yang telah rusak sebesar Rp 15.000.000 kepada PT Maju Jaya yang beralamat di Jl. Ring Road No. 7 NPWP: 01.444.777.2.555.000

4. Membayar jasa konsultan manajemen kepada Mr. Chou En Lai dari Hongkong yang berada di Indonesia selama 5 bulan sebesar Rp 208.000.000. Tidak ada Tax Treaty/P3B antara Indonesia dengan Hongkong

Jawab

1. Pajak Penghasilan Pasal 23 atas sewa PT Transport Tycoon

= 2% x Rp.5.000.000,00

=Rp.100.000,00

2. Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Royalti

a. Irwansyah = 2% x Rp.20.000.000,00 = Rp.400.000,00 b. Bianca Allysa = 2% x Rp.15.000.000,00 = Rp.300.000,00

c. Gischa = 2% x Rp.10.000.000,00 = Rp.200.000,00 Sanksi Kenaikan = 100% x Rp.200.000,00 =

Jumlah yang harus dibayar Ny.Gischa Rp. 400.000,00 Rp. 200.000,00+

d. Namira = 2% x Rp. 6.000.000,00 = Rp.120.000,00 Sanksi Kenaikan = 100% x Rp. 120.000,00 = Rp.120.000,00+


(66)

e. Raditya Dika = 2% x Rp.50.000.000,00 = Rp.1.000.000,00 3. Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa perbaikan mesin

= 2% x Rp.15.000.000,00 = Rp.300.000

4. Pemberian jasa konsultan manajemen yang dilakukan oleh Subjek Pajak luar Negeri yang tidak mempunyai perjanjian perpajakn (Tax Treaty) dengan Indonesia dan melebihi jangka waktu 60 hari akan dianggap sebagai bentuk usaha tetap (BUT). Sesuai dengan Pasal 2 ayat (5) huruj m; "pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan. PPh Pasal 23 = 2% x Rp 208.000.000 = Rp 4.160.000


(67)

C. Kendala dan Pemecahan yang dihadapi pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam penerimaan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Peghasilan Pasal 23

Sesuai data yang diperoleh penulis dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mengenai Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan pasal 23, dilihat dari data Tahun 2010 sampai dengan 2012

1. Wajib Pajak masih banyak yang melaporkan Surat pemberitahuan masa secara Manual, sementara penyampaian SPT secara Manual memperlambat proses pelaporan SPT dari Wajib Pajak dan Fiskus, Pemecahan masalah dalam melaporkan SPT masa secara Manual KPP Pratama Medan Belawan sudah menggunakan E-SPT dan E-filling untuk Wajib Pajak tetapi masih sedikit wajib Pajak yang menggunakan aplikasi tersebut, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, E-SPT dan E-Filling memiliki kelebihan salah satunya menghemat waktu.

2. Terjadi kesalahan menghitung mengenai tarif dan mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan baru untuk mengisi SPT masa Pajak Penghasilan pasal 23

Pemecahan masalah dalam hal menghitung dan mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dengan cara membuat sosialisasi kepada Wajib Pajak melalui Account Representative (AR)


(68)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab - bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Setiap Wajib Pajak diwajibkan membayar pajak dan melaporkan penghasilannya. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 23 wajib melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan Undang – Undang 16 Tahun 2009, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008, Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER - 53/PJ/2009


(69)

3.1 Tahun 2010 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 hanya adalah 12%.

3.2 Tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 adalah 18% mengalami peningkatan.

3.3 Tahun 2012 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 adalah tidak mengalami perubahan 18%.

Dilihat dari persentasi dari tahun 2010 sampai dengan 2012 minimnya jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 terjadi pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan Wajib Pajak yang melaporkan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Penurunan Jumlah Wajib Pajak

B. Saran

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sudah berjalan dengan baik, namun penulis memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi fiskus tidak hanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan saja. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengirimkan surat kepada Wajib Pajak atau dengan cara mengingatkan dengan via komunikasi telepon kepada Wajib Pajak jika ada transaksi PPh Pasal 23 agar melaksanakan kewajibannya yaitu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23


(70)

2. Dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada Wajib Pajak tentang cara menghitung dan mrngisi SPT Masa PPh Pasal 23

3. Bagi Direktorat Jenderal Pajak jika ada keluar peraturan baru sebaiknya dilakukan sosialisasi ke- Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat dengan cepat mengetahuinya.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Barata,Atep A,2011. Panduan Lengkap Pajak Penghasilan, Visimedia,Jakarta

Rusjdi,Muhammad,2007,Pajak Penghasilan,Indeks,Jakarta

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta

Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP)

Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan

Sumarsan,Thomas,2009.Perpajakan Indonesia,EsiaMedia,Bogor


(1)

e. Raditya Dika = 2% x Rp.50.000.000,00 = Rp.1.000.000,00 3. Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa perbaikan mesin

= 2% x Rp.15.000.000,00 = Rp.300.000

4. Pemberian jasa konsultan manajemen yang dilakukan oleh Subjek Pajak luar Negeri yang tidak mempunyai perjanjian perpajakn (Tax Treaty) dengan Indonesia dan melebihi jangka waktu 60 hari akan dianggap sebagai bentuk usaha tetap (BUT). Sesuai dengan Pasal 2 ayat (5) huruj m; "pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan. PPh Pasal 23 = 2% x Rp 208.000.000 = Rp 4.160.000


(2)

C. Kendala dan Pemecahan yang dihadapi pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam penerimaan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Peghasilan Pasal 23

Sesuai data yang diperoleh penulis dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan mengenai Pelaporan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan pasal 23, dilihat dari data Tahun 2010 sampai dengan 2012

1. Wajib Pajak masih banyak yang melaporkan Surat pemberitahuan masa secara Manual, sementara penyampaian SPT secara Manual memperlambat proses pelaporan SPT dari Wajib Pajak dan Fiskus, Pemecahan masalah dalam melaporkan SPT masa secara Manual KPP Pratama Medan Belawan sudah menggunakan E-SPT dan E-filling untuk Wajib Pajak tetapi masih sedikit wajib Pajak yang menggunakan aplikasi tersebut, data tersebut dapat dilihat pada Tabel 3, E-SPT dan E-Filling memiliki kelebihan salah satunya menghemat waktu.

2. Terjadi kesalahan menghitung mengenai tarif dan mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan baru untuk mengisi SPT masa Pajak Penghasilan pasal 23

Pemecahan masalah dalam hal menghitung dan mengisi SPT Masa PPh Pasal 23 dengan cara membuat sosialisasi kepada Wajib Pajak melalui Account Representative (AR)


(3)

BAB V

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab - bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Setiap Wajib Pajak diwajibkan membayar pajak dan melaporkan penghasilannya. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 23 wajib melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 sesuai dengan Undang – Undang 16 Tahun 2009, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008, Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER - 53/PJ/2009

3. Penerimaan SPT Masa PPh Pasal 23 selama tahun 2010 sampai dengan 2012 di KPP Pratama Medan Belawan


(4)

3.1 Tahun 2010 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 hanya adalah 12%.

3.2 Tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 adalah 18% mengalami peningkatan.

3.3 Tahun 2012 jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa PPh Pasal 23 adalah tidak mengalami perubahan 18%.

Dilihat dari persentasi dari tahun 2010 sampai dengan 2012 minimnya jumlah Wajib Pajak yang melapor SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 terjadi pada tahun 2010 sampai 2011 mengalami penurunan Wajib Pajak yang melaporkan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 23 dan Penurunan Jumlah Wajib Pajak

B. Saran

Pada dasarnya pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan sudah berjalan dengan baik, namun penulis memberikan saran yang mungkin nantinya dapat menjadi masukan bagi fiskus tidak hanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan saja. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengirimkan surat kepada Wajib Pajak atau dengan cara mengingatkan dengan via komunikasi telepon kepada Wajib Pajak jika ada transaksi PPh Pasal 23 agar melaksanakan kewajibannya yaitu melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23


(5)

2. Dilakukan sosialisasi dan pembinaan kepada Wajib Pajak tentang cara menghitung dan mrngisi SPT Masa PPh Pasal 23

3. Bagi Direktorat Jenderal Pajak jika ada keluar peraturan baru sebaiknya dilakukan sosialisasi ke- Wajib Pajak agar Wajib Pajak dapat dengan cepat mengetahuinya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Barata,Atep A,2011. Panduan Lengkap Pajak Penghasilan, Visimedia,Jakarta

Rusjdi,Muhammad,2007,Pajak Penghasilan,Indeks,Jakarta

Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta

Undang – Undang Nomor 28 tahun 2007, Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (KUP)

Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008, Tentang Pajak Penghasilan

Sumarsan,Thomas,2009.Perpajakan Indonesia,EsiaMedia,Bogor