Penggunaan Antibiotik Β-Laktam Pada Proses Hymenoplasty Dan Vaginoplasty Di Rumah Sakit Vina Estetica Medan

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK β-LAKTAM PADA PROSES HYMENOPLASTY DAN VAGINOPLASTY DI RUMAH SAKIT
VINA ESTETICA MEDAN SKRIPSI OLEH:
JUNNA JULIANA SITOMPUL NIM: 071524032
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010 i
Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK β-LAKTAM PADA PROSES HYMENOPLASTY DAN VAGINOPLASTY DI RUMAH SAKIT
VINA ESTETICA MEDAN SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh: JUNNA JULIANA SITOMPUL NIM:071524032
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
ii
Universitas Sumatera Utara

Pengesahan Skripsi
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK β-LAKTAM PADA PROSES HYMENOPLASTY DAN VAGINOPLASTY DI RUMAH SAKIT
VINA ESTETICA MEDAN
OLEH: JUNNA JULIANA SITOMPUL
NIM:071524032
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Maret 2010

Pembimbing I,
(Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.) NIP: 195807101986012001

Panitia Penguji,
(Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.) NIP: 195301011983031004

Pembimbing II,
(Dr. Rosidah, M.Si., Apt.) NIP: 195103261978022001

(Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt) NIP: 195807101986012001
(Dr. Karsono, Apt) NIP: 195409091982011001

(Drs. Suryanto, M.Si, Apt) NIP: 196106191991031081
Medan, Maret 2010
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP: 195311281983031002

iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penggunaan Antibiotik β-laktam Pada Proses Hymenoplasty Dan Vaginoplasty Di Rumah Sakit Vina Estetica Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt selaku pembimbing I dan ibu Dr. Rosidah, M.Si., Apt selaku pembimbing II, yang telah membimbing dengan tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung.
Terima kasih dan penghargaan yang sebesar - besarnya kepada Ayahanda P. Sitompul dan Ibunda R. Simatupang, beserta saudara ku tercinta Awaluddin Sitompul, SE., Rafika Sitompul, AMG., Fatimah Sitompul, SPd., Surya Sitompul, SE atas segala dorongan, doa dan dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi USU Medan yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. 2. Bapak Drs. Ismail M.Si., Apt. selaku Penasehat Akademik yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.
iv
Universitas Sumatera Utara

3. Bapak dan Ibu pemilik Rumah Sakit Vina Estetica Medan yang dengan ikhlas telah memberikan kesempatan, bantuan dan fasilitas bagi penulis selama melakukan penelitian.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang selalu mendidik penulis dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan.
5. Semua teman-teman seangkatan serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala
kebaikan, kesabaran dan bantuannya yang dengan tulus ikhlas telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari atas keterbatasan dan kemampuan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu saran dan kritik sangat diperlukan penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Farmasi khususnya.
Medan, Maret 2010 Penulis,
(JUNNA JULIANA SITOMPUL)
v
Universitas Sumatera Utara


Penggunaan Antibiotik β-laktam Pada Proses Hymenoplasty Dan Vaginoplasty Di Rumah Sakit Vina Estetica Medan
Abstrak Hymenoplasty dan vaginoplasty merupakan salah satu dari sekian banyak jenis operasi bedah plastik estetik yang banyak diminati kaum wanita. Pada operasi ini antibiotik yang banyak digunakan adalah antibiotik golongan β-laktam, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelusuran medical record dan resep dari pasien di Rumah Sakit Vina Estetica Medan yang melakukan operasi ini selama 1 tahun terhitung mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009. Hasil penelusuran medical record dan resep dari pasien Rumah Sakit Vina Estetica Medan menunjukkan bahwa, dari 134 pasien (hymenoplasty dan vaginoplasty) sebanyak 120 pasien menggunakan antibiotik golongan β-laktam (penisilin dan sefalosporin), sedangkan 14 pasien menggunakan antibiotik golongan kuinolon (levofloxacin dan ciprofloxacin). Jika dipersentasekan penggunaan antibiotik golongan β-laktam (penisilin dan sefalosporin) sebesar 89,55% dan antibiotik golongan kuinolon sebesar 10,45%. Berdasarkan golongannya antibiotik β-laktam yang paling banyak digunakan adalah golongan sefalosporin generasi pertama (cefadroxil) sebesar 34,21% diikuti golongan penicillin (amoksisilin + asam klavulanat) sebesar 21,71%, sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxone) sebesar 21,05%, sefalosporin generasi ketiga (cefixime) sebesar 20,40% dan golongan penicillin (amoksisilin) sebesar 2,63% sedangkan untuk golongan kuinolon yaitu levofloxacin sebesar 3,73% dan ciprofloxacin sebesar 6,71%.
Kata kunci: antibiotik golongan beta-laktam, hymenoplasty, vaginoplasty
vi
Universitas Sumatera Utara

The Using Of β-laktam Antibiotics In Hymenoplasty and Vaginoplasty Surgeries In Vina Estetica Hospital In Medan
Abstract Hymenoplasty and vaginoplasty are two of the most popular surgeries among female patients. In these kind of surgeries, the mostly used antibiotics are the β-lactam antibiotics, based on studies from medical record and prescriptions of patients who under go these kind of surgeries in Vina Estetica Hospital in Medan, within one year starting from Januari until Desember 2009. The result of patiens medical records and prescriptions show that among 134 patients who under go hymenoplasty and vaginoplasty. 120 of them used βlactam antibiotics (penicillin and cephalosporin). Meanwhile 14 of them used quinolone antibiotics (levofloxacin and ciprofloxacin) The percentages will be 89.55% for β-lactam antibiotics (penicillin and cephalosporin) and 10.45% for quinolon antibiotics. According to the strain, the mostly used β-lactams arethe first generation of cephalosporin (cefadroxil) about 34.21%, followed by penicillin (amoxicillin + clavulanat acid) about 21.71%, cephalosporin third generation (ceftriaxone)about 21.05%, cephalosporin third generation (cefixime) about 20.40% then penicillin (amoxicillin) about 2,63%. Meanwhile the quinolones are about 3.73% for levofloxacin and 6.71% for ciprofloxacin.
Keyword: β-lactam antibiotics, hymenoplasty, vaginoplasty.
vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ...........................................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii KATA PENGANTAR...................................................................................iv ABSTRAK.....................................................................................................vi ABSTRACT .................................................................................................vii DAFTAR ISI ...............................................................................................viii DAFTAR TABEL .........................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xii BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Kerangka Konsep Penelitian........................................................... 4 1.3 Rumusan Masalah .......................................................................... 4 1.4 Hipotesis ........................................................................................ 5 1.5 Tujuan Penelitian............................................................................5 1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................6 BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................7 2.1 Hymenoplasty & Vaginoplasty........................................................7 2.2 Bentuk-bentuk Hymen dan Anatomi Vagina .................................. 9 2.3 Fungsi Vagina ............................................................................. 11 2.4 Antibiotik .................................................................................... 11
2.4.1 Antibiotik β-Laktam............................................................ 12
viii
Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Mekanisme kerja Antibiotik β-Laktam ................................ 14

2.4.3 Masalah-Masalah Pada Terapi Antibiotik............................ 15

2.4.4 Keberhasilan Penggunaan Antibiotik .................................. 16

2.4.6 Kegagalan Terapi Antibiotik ............................................... 16

2.4.6 Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik ............................... 17

2.5 Bentuk Sediaan Obat ................................................................... 17

2.5.1 Bentuk Sediaan Cair

................................................ 17

2.5.2 Bentuk Sediaan Setengah Padat .......................................... 18

2.5.3 Bentuk Sediaan Padat


................................................ 19

2.6 Obat Generik Dan Nama Dagang................................................. 20

2.7 Rumah Sakit Vina Estetica .......................................................... 20

2.8 Apotik Vina Farma ...................................................................... 22

BAB III.METODE PENELITIAN ..............................................................24

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................... .24

3.2 Jenis Penelitian........................................................................... .24

3.3 Data Penelitian ........................................................................... .24

3.4 Rancangan Penelitian................................................................... 25

3.4.1 Pengumpulan Data.............................................................. 25


3.5 Defenisi Operasional ................................................................... 25

3.6 Langkah Penelitian ...................................................................... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 27

4.1 Data Pasien Hymenoplasty dan Vaginoplasty Yang Menggunakan

Antibiotik Golongan β-laktam Selama 1 Tahun Terhitung Mulai

Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009 ............................ 27

ix
Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Data Pasien Hymenoplasty ....................................................... 27 4.1.2 Data Pasien Vaginoplasty.......................................................... 31 4.2 Data Pasien Hymenoplasty dan Vaginoplasty Yang Menggunakan
Antibiotik Golongan Kuinolon Selama 1 Tahun Terhitung Mulai Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009 ............................ 34 4.3 Persentase Bentuk Sediaan Yang Digunakan ............................... 36 4.4 Persentase Jenis Obat Yang Digunakan ....................................... 36 4.5 Persentase Nama Obat Merk Dagang & Generik Antibiotik Golongan β-laktam Yang Digunakan Selama 1 Tahun Terhitung Mulai Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009 .................. 39 4.6 Persentase Kelompok Antibiotik Golongan β-laktam Yang Digunakan ................................................................................... 40 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 42 5.1 Kesimpulan ................................................................................ .42 5.2 Saran ........................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 44 LAMPIRAN ................................................................................................ 46
x
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL Tabel 4.3 Persentase Bentuk Sediaan Antibiotik Golongan β-laktam Yang
Digunakan Selama 1 Tahun Dari Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009...................................................................................37 Tabel 4.4 Persentase Merk Dagang dan Generik Antibiotik Golongan β-laktam Yang Digunakan Selama 1 Tahun Dari Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009...................................................................................38 Tabel 4.5 Persentase Jenis Obat Golongan β-laktam Yang Digunakan Selama 1 Tahun Dari Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009 ................40 Tabel 4.6 Persentase Nama Obat Merk Dagang dan Generik Antibiotik Golongan β-laktam Yang Digunakan Selama 1 Tahun Dari Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009......................................................................41
xi
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Senyawa-senyawa β-laktam ........................................................ .46 Lampiran 2: Medical Record pasien Hymenoplasty ......................................... .48 Lampiran 3: Persetujuan Tindakan Medis Pada Pasien Hymenoplasty ............. .49 Lampiran 4: Contoh Resep............................................................................... .50 Lampiran 5: Contoh Resep............................................................................... .51 Lampiran 6: Contoh Sediaan Obat Golongan β-laktam di Pasaran.................... .52 Lampiran 7: Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ .53 Lampiran 8: Surat Izin Penelitian & Telah Selesai Penelitian........................... .54
xii
Universitas Sumatera Utara

Penggunaan Antibiotik β-laktam Pada Proses Hymenoplasty Dan Vaginoplasty Di Rumah Sakit Vina Estetica Medan
Abstrak Hymenoplasty dan vaginoplasty merupakan salah satu dari sekian banyak jenis operasi bedah plastik estetik yang banyak diminati kaum wanita. Pada operasi ini antibiotik yang banyak digunakan adalah antibiotik golongan β-laktam, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelusuran medical record dan resep dari pasien di Rumah Sakit Vina Estetica Medan yang melakukan operasi ini selama 1 tahun terhitung mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009. Hasil penelusuran medical record dan resep dari pasien Rumah Sakit Vina Estetica Medan menunjukkan bahwa, dari 134 pasien (hymenoplasty dan vaginoplasty) sebanyak 120 pasien menggunakan antibiotik golongan β-laktam (penisilin dan sefalosporin), sedangkan 14 pasien menggunakan antibiotik golongan kuinolon (levofloxacin dan ciprofloxacin). Jika dipersentasekan penggunaan antibiotik golongan β-laktam (penisilin dan sefalosporin) sebesar 89,55% dan antibiotik golongan kuinolon sebesar 10,45%. Berdasarkan golongannya antibiotik β-laktam yang paling banyak digunakan adalah golongan sefalosporin generasi pertama (cefadroxil) sebesar 34,21% diikuti golongan penicillin (amoksisilin + asam klavulanat) sebesar 21,71%, sefalosporin generasi ketiga (ceftriaxone) sebesar 21,05%, sefalosporin generasi ketiga (cefixime) sebesar 20,40% dan golongan penicillin (amoksisilin) sebesar 2,63% sedangkan untuk golongan kuinolon yaitu levofloxacin sebesar 3,73% dan ciprofloxacin sebesar 6,71%.
Kata kunci: antibiotik golongan beta-laktam, hymenoplasty, vaginoplasty
vi
Universitas Sumatera Utara

The Using Of β-laktam Antibiotics In Hymenoplasty and Vaginoplasty Surgeries In Vina Estetica Hospital In Medan
Abstract Hymenoplasty and vaginoplasty are two of the most popular surgeries among female patients. In these kind of surgeries, the mostly used antibiotics are the β-lactam antibiotics, based on studies from medical record and prescriptions of patients who under go these kind of surgeries in Vina Estetica Hospital in Medan, within one year starting from Januari until Desember 2009. The result of patiens medical records and prescriptions show that among 134 patients who under go hymenoplasty and vaginoplasty. 120 of them used βlactam antibiotics (penicillin and cephalosporin). Meanwhile 14 of them used quinolone antibiotics (levofloxacin and ciprofloxacin) The percentages will be 89.55% for β-lactam antibiotics (penicillin and cephalosporin) and 10.45% for quinolon antibiotics. According to the strain, the mostly used β-lactams arethe first generation of cephalosporin (cefadroxil) about 34.21%, followed by penicillin (amoxicillin + clavulanat acid) about 21.71%, cephalosporin third generation (ceftriaxone)about 21.05%, cephalosporin third generation (cefixime) about 20.40% then penicillin (amoxicillin) about 2,63%. Meanwhile the quinolones are about 3.73% for levofloxacin and 6.71% for ciprofloxacin.
Keyword: β-lactam antibiotics, hymenoplasty, vaginoplasty.
vii
Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hymenoplasty dan vaginoplasty merupakan bagian dari bedah plastik yang dilakukan pada liang kemaluan wanita (vagina). Hymenoplasty merupakan prosedur ginekologi yang melibatkan pembedahan untuk memperbaiki selaput dara, sedangkan vaginoplasty operasi yang bertujuan untuk memperketat otot vagina dan jaringan otot penyangga disekeliling vagina. Prosedur ini telah mulai dilakukan sejak abad ke-19 dan terus berkembang sampai saat ini. Menurut dr Boyke Dian Nugraha pakar seksiologi, metode ini banyak diminati kaum wanita agar pasangan mereka kembali romantis karena operasi pada vagina ini bertujuan untuk mengembalikan / pemulihan organ vagina tanpa meninggalkan fungsi estetiknya (Anonim, 2008). Bagi beberapa orang, istilah hymenoplasty dan vaginoplasty tidak asing didengar tetapi yang belum mengetahuinya tidak ada salahnya untuk mengetahui hal tersebut. Umumnya proses perbaikan berlangsung selama 1-2 jam tergantung dari kasus yang ditanganinya. Pada dasarnya setiap tindakan operasi selalu ada efek sampingnya dan efek samping yang paling sering terjadi adalah infeksi. Sumber infeksi dapat berasal dari personel kamar operasi, alat dan bahan penunjang pembedahan, lingkungan pembedahan dan pasien yang akan dibedah. Salah satu upaya untuk menjaga agar terhindar dari infeksi adalah menjaga sanitasi lingkungan Rumah Sakit. Upaya pelayanan sanitasi lingkungan Rumah Sakit tersebut antara lain “sterilisasi” (Anonim b, 2009).
1
Universitas Sumatera Utara

Kasus-kasus infeksi setelah pembedahan merupakan masalah klinik yang besar. Setelah dilakukan pembedahan, pasien harus mengkonsumsi obat penghilang rasa sakit, obat anti inflamasi dan obat antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus-kasus bedah bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas infeksi bedah. Infeksi bedah didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi setelah tindakan pembedahan atau kasus-kasus yang penyembuhannya memerlukan tindakan pembedahan selain antibiotik (Anonim a, 2009).
Di Amerika Serikat insidensi luka infeksi setelah pembedahan secara keseluruhan diperkirakan sebesar 7,5% dan angka tersebut menimbulkan peningkatan biaya perawatan sebesar 10 juta dolar setiap tahun. Peradangan merupakan salah satu contoh kasus infeksi bedah, karena untuk kesembuhannya diperlukan tindakan pembedahan. Demikian juga setelah tindakan pembedahan kadang-kadang terdapat komplikasi yang dapat memperpanjang masa perawatan dan bahkan dapat meningkatkan angka mortalitas (Anonim, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan antibiotik apa yang paling banyak digunakan pada proses operasi ini (hymenoplasty dan vaginoplasty), berapa persentase penggunaannya dan mengapa antibiotik tersebut lebih banyak digunakan dibandingkan dengan antibiotik golongan lain yang digunakan pada operasi ini.
Selama melakukan persiapan penelitian melalui penelusuran medical record dan resep. Peneliti mendapatkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan pada operasi hymenoplasty & vaginoplasty yang dilayani di Rumah Sakit Vina Estetica dan Apotik Vina Farma Medan adalah antibiotik golongan β-
2
Universitas Sumatera Utara

laktam. Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Swasta Selangor (Selangor, Malaysia) penggunaan antibiotik β-laktam pada operasi ini cukup tinggi sebesar 78,32% (Anonim, 2008)
Antibiotik golongan β-laktam merupakan antibiotik yang telah lama dikenal dan sering diresepkan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotik dengan berbagai variasi sifat dan aktifitasnya terhadap bakteri namun antibiotik ini sering digunakan sebagai obat pilihan pertama dalam mengatasi suatu infeksi, terbukti dari keefektifannya dalam memusnahkan mikroorganisme dengan cepat dan alami. Antibiotik ini juga efektif dalam mencegah infeksi pada inang yang rentan sehingga antibiotik ini diberikan hampir disetiap situasi yang beresiko terjadinya serangan infeksi (Tjay & Rahardja, 2002).
Antibiotik β-laktam mempunyai cincin β-laktam yang merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. Jika cincin ini dibuka oleh enzim β-laktamase maka zat menjadi inaktif. Cara terpenting dari kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan dari antibiotik β-laktam adalah dengan cara pembentukan enzim βlaktamase tetapi dengan adanya molekul-molekul β-laktam yang mengelilingi dan melindungi cincin β-laktam maka enzim tidak dapat mendekati molekul untuk menguraikannya. Untuk mengatasi infeksi antibiotik ini menghambat perkembangan mikroba dan ini merupakan kerja yang selektif terhadap mikroba tanpa mengganggu atau mempengaruhi sel-sel host. Itu sebabnya mengapa antibiotik golongan β-laktam (sefalosporin dan penisilin) ini menjadi antibiotik pilihan utama pada operasi ini (Goodman & Gilman, 2007).
3
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pertimbangan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan antibiotik golongan β-laktam yang digunakan pada operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetika berdasarkan golongan,bentuk sediaannya, jenis obat serta merk dagang dan generiknya. 1.2 Kerangka Konsep Penelitian


Golongan Antibiotik

β-laktam

Propil Peresepan Antibiotik

Bentuk Sediaan

- Tablet - Kapsul - Syrup - Injeksi - Salep

Jenis Obat

Generik Nama Dagang

Keterangan :

Variabel Bebas

: Golongan antibiotik, bentuk sediaan dan jenis obat


Variabel Terikat : Profil peresepan antibiotik

1.3 Rumusan Masalah

- Antibiotik apa yang paling banyak digunakan pada proses operasi

hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan

- Berapa banyak persentase penggunaan antibiotik tersebut pada proses

operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica

Medan

4
Universitas Sumatera Utara

- Mengapa antibiotik golongan tersebut lebih banyak digunakan dibandingkan antibiotik golongan lain pada proses operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan.
1.4 Hipotesis - Antibiotik yang paling banyak digunakan pada proses operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan adalah antibiotik golongan β-laktam. - Persentase Penggunaan Antibiotik β-laktam lebih banyak dibandingkan dengan persentase penggunaan antibiotik kuinolon. - Antibiotik golongan β-laktam paling banyak digunakan pada proses hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan karena antibiotik tersebut merupakan antibiotik yang potensial dan menjadi antibiotik pilihan pertama dalam mengatasi suatu infeksi
1.5 Tujuan Penelitian - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antibiotik golongan apa yang paling banyak digunakan pada proses operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan. - Berapa persentase penggunaan antibiotik tersebut dibandingkan antibiotik golongan lain yang digunakan pada proses operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan. - Apa yang menjadi alasan mengapa antibiotik tersebut lebih banyak digunakan dibandingkan antibiotik golongan lain pada proses hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan.

5
Universitas Sumatera Utara

1.6 Manfaat Penelitian - Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi peneliti selanjutnya tentang penggunaan antibiotik golongan β-laktam bagi tindakan-tindakan operasi khususnya operasi hymenoplasty dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan.
6
Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hymenoplasty & Vaginoplasty Vagina adalah alat vital paling sensitif dan paling bermakna bagi seorang wanita. Vagina adalah cerminan utuh seorang perempuan dengan segala haknya. Semua wanita menginginkan kesempurnaan untuk vaginanya, ketika kondisi vagina itu memiliki kelainan sejak lahir atau disebabkan faktor lainnya ketika dewasa (misalnya kecelakaan atau pemerkosaan), tak terbayang kekecewaan yang akan dipikul sepanjang hidup. Selaput dara sangat tipis dan mudah robek. Kerusakan selaput dara tidak hanya diakibatkan oleh adanya hubungan seksual namun aktivitas yang memerlukan banyak gerakan seperti bersepeda, lari bahkan karena jatuh dapat juga menyebabkan selaput dara rusak (Anonim b, 2009). Bagi sebagian komunitas masyarakat dunia, umumnya bagi masyarakat yang masih memegang norma adat istiadat yang sangat ketat, keperawanan seorang wanita merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki jika wanita tersebut hendak melangsungkan pernikahan dengan calon suaminya. Hal inilah yang mendorong mereka untuk melakukan hymenoplasty (Anonim b, 2009). Pada tahun 1960 praktik hymenoplasty berkembang di Jepang untuk membantu banyak gadis yang pernah melakukan hubungan seksual, tetapi hal ini masih merupakan kontroversi dikalangan masyarakat. Terlepas dari kontroversi itu, ternyata banyak perempuan yang tetarik melakukan hymenoplasty dengan berbagai alasan, apakah karena pemerkosaan, kecelakaan atau karena melakukan
7
Universitas Sumatera Utara

hubungan seksual atas dasar suka sama suka sehingga ingin menjadi perawan lagi (Anonim, 2008).
Biasanya ibu-ibu yang sudah sering melahirkan datang untuk vaginoplasty, mereka ingin menyenangkan suaminya. Berbeda halnya dengan hymenoplasty, vaginoplasty bertujuan untuk menyempitkan lubang vagina. Selain itu wanita yang memilih operasi ini adalah wanita yang otot pinggulnya kendor atau yang menderita sukar menahan buang air kecil, sekaligus menitiskan air kecil kalau batuk, bersin, tertawa, berolah raga atau jika mengangkat beban berat (Anonim a, 2009).
Pada operasi hymenoplasty, dokter akan mencari selaput dara yang menempel di dinding vagina dan kemudian menjahit tanpa penambahan silikon seperti pada operasi mammaplasty. Operasi vaginoplasty tidak jauh beda dengan operasi hymenoplasty. Bedanya pada vaginoplasty otot-otot vagina yang telah kendor digunting lalu dijahit sehingga ototnya jadi kencang dan kuat kembali (Anonim, 2008).
Apapun sebenarnya yang dilakukan pada operasi vagina yang dikerjakan adalah mempertautkan atau membentuk kembali vagina dengan memanfaatkan kulit, mukosa atau jaringan yang ada disekitar vagina. Jika kekurangan jaringan di vagina dokter akan mencari di tempat lain yang ada disekitar vagina untuk dipindahkan. Itulah yang terjadi dalam operasi vagina, dokter yang mengoperasi harus memakai imajinasi yang cukup kuat terhadap apa yang dikerjakannya. Bagian dalam vagina juga diperhatikan kelembutannya karena jika mukosa atau selaput lendir tidak bertaut dengan baik akibatnya akan kasar dan keras, sehingga
8
Universitas Sumatera Utara

operasi ini harus dilakukan semaksimal mungkin dalam konteks vagina ini direkonstruksi mirip dengan kondisi vagina pada awalnya (Anonim b, 2009).
Setelah operasi, pasien sudah bisa berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasa kecuali berhubungan intim dan berolah raga berat untuk sementara waktu, sebab dikhawatirkan bekas operasi jadi luka dan infeksi. Selain diberikan obat tidak ada perawatan khusus setelah operasi (Anonim, 2008). 2.2 Bentuk-bentuk Hymen dan Anatomi Vagina
Bentuk-bentuk Hymen
9
Universitas Sumatera Utara

Anatomi Vagina
Vagina merupakan rongga muskolomembranosa berbentuk tabung mulai dari cervix uteri dibagian kranial dorsal sampai ke vulva dibagian kaudal ventral. Daerah disekitar cervix disebut fornix yang dibagi dalam 4 kuadran: fornix anterior, fornix posterior dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis dilapisi epitel squamosa berlapis berubah mengikuti siklus haid. Bagian atas vagina terbentuk dari duktus melleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis disekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot)
10
Universitas Sumatera Utara

merupakan titik daerah sensorik disekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulus orgasmus vaginal.
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit maupun virus mudah masuk keliang vagina. Untuk itu, wanita harus rajin merawat kebersihan wilayah pribadi ini terutama setelah melakukan operasi hymenoplasty atau vaginoplasty (Mochtar, 1998) 2.3 Fungsi Vagina
- Untuk mengeluarkan haid - Untuk jalan lahir bayi - Untuk kopulasi (persetubuhan) (Mochtar, 1998) 2.4 Antibiotik Antibiotik adalah obat dari senyawa kimia yang dimurnikan dari berbagai macam mikroorganisme, sehingga mampu menekan pertumbuhan mikroorganisme lain. Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau untuk prevensi infeksi misalnya pada pembedahan besar secara profilaksis (Tjay & Rahardja, 2001). Untuk mengatasi infeksi antibiotik ini menghambat perkembangan mikroba, ini merupakan kerja yang selektif terhadap mikroba tanpa mengganggu atau mempengaruhi sel-sel host, dengan kata lain antibiotik ini menunjukkan toksisitas terhadap mikroba tetapi kurang atau tidak toksis terhadap sel-sel host yang mengalami infeksi tersebut (Hadisahputra & Harahap, 1994)
11
Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Antibiotik β-Laktam
Struktur Kimia Agen-agen antimikroba merupakan sebagian contoh kemajuan yang dramatis pada pengobatan modren. Banyak penyakit infeksi yang dulunya dianggap tidak dapat disembuhkan dan bahkan mematikan kini dapat diobati hanya dengan beberapa pil. Aktivitas obat-obat antimikroba yang luar biasa kuat dan spesifik ini disebabkan oleh kemampuan obat-obat tersebut memilih target yang sangat spesifik dan juga unik pada mikroorganisme (Katzung, 2001) Antibiotik β-laktam merupakan salah satu golongan antibiotik yang paling penting. Meskipun banyak senyawa antimikroba lainnya telah dihasilkan namun golongan β-laktam ini tetap merupakan antibiotik utama yang digunakan secara luas dan turun temurun serta memiliki kelebihan unik sehingga anggota golongan antibiotik ini merupakan obat pilihan utama untuk mengatasi penyakit infeksi (Iswantoro & Gan, 1995)
12
Universitas Sumatera Utara

Antibiotik β-laktam digolongkan dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah penisilin beserta turunan-turunannya. Antibiotik ini adalah antibiotik yang pertama kali ditemukan dan merupakan salah satu kelompok antibiotik yang paling penting. Meskipun banyak senyawa antimikroba lainnya telah dihasilkan sejak pertama kali tersedianya penisilin, namun senyawa ini tetap merupakan antibiotik yang utama dalam pengobatan suatu infeksi. Kelompok kedua adalah sefalosporin yang sampai sekarang telah diisolasi sampai dengan generasi keempat. Ledakan perkembangan sefalosporin selama dasawarsa yang lalu membuat sistem klasifikasi lebih diperlukan. Sistem klasifikasi berdasarkan generasi sangat bermanfaat meskipun diakui sedikit berubah-ubah. Klasifikasi berdasarkan generasi didasarkan pada ciri-ciri umum antimikroba dan dibagi dalam beberapa bagian yaitu; sefalosporin generasi pertama, memiliki aktivitas yang baik terhadap bakteri gram-positif dan aktivitas yang relatif sedang terhadap mikroorganisme gram-negatif. Sefalosporin generasi kedua memiliki aktivitas yang sedikit meningkat terhadap mikroorganisme gram negatif, namun jauh kurang aktif dibandingkan senyawa generasi ketiga. Sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif dibandingkan dengan senyawa generasi pertama terhadap kokus gram-positif. Sedangkan sefalosporin generasi keempat memiliki spektrum aktivitas yang diperluas dibandingkan spektrum generasi ketiga dan memiliki stabilitas yang lebih baik terhadap hidrolisis oleh β-laktamase yang diperantarai oleh plasmid dan kromosom (Goodman &Gilman, 2007).
Penisilin dan sefalosporin digolongkan dalam golongan β-laktam karena mempunyai cincin β-laktam yang merupakan syarat mutlak untuk khasiatnya. Jika
13
Universitas Sumatera Utara

cincin ini dibuka oleh enzim β-laktamase maka zat menjadi inaktif. Cara terpenting dari kuman untuk melindungi diri terhadap efek mematikan dari antibiotik β-laktam adalah dengan cara pembentukan enzim β-laktamase tetapi dengan adanya molekul-molekul β-laktam yang mengelilingi dan melindungi cincin β-laktam maka enzim tidak dapat mendekati molekul untuk menguraikannya (Tjay & Rahardja, 2002) 2.4.2 Mekanisme kerja Antibiotik β-Laktam
1. Pelekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik yang berlaku sebagai obat reseptor pada bakteri.
2. Penghambatan sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidase dari peptidoglikan.
3. Pengaktifan enzim autolitik didalam dinding sel yang menghasilkan kerusakan sehingga mengakibatkan bakteri mati.
14
Universitas Sumatera Utara

Antibiotik β-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan jalan menghambat tahap spesifik dalam sintesa dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang rigid (kaku), yang menutupi keseluruhan membran sitoplasma lapisan ini mempertahankan bentuk sel serta mencegah lisis sel yang mungkin terjadi akibat dari tekanan osmotik yang tinggi dibandingkan dengan lingkungan luarnya. Dinding sel terdiri dari kompleks polimer silang-kait, peptidogycan (murein, mucopeptida) yang terdiri atas polisakarida dan polipeptida. Peptida ini berakhir di D-alanyl-D-alanin. Protein-protein pengikat penisilin (PBPs=penisilin binding protein) mengkatalis reaksi transpeptidase yang melepaskan alanin akhir untuk membentuk ikatan silang dengan peptida terdekat. Hal ini memberikan struktur yang rigid bagi dinding sel. Antibiotik-antibiotik βlaktam merupakan analog struktural dari substrat D-Ala-D-Ala alami yang secara kovalen diikat oleh PBP pada situs aktif. Setelah suatu antibiotik β-laktam terhubung pada PBP, reaksi transpeptidase dihambat, sintesa peptidoglycan disakat dan sel akan mati (Hadisahputra & Harahap, 1994).
Resistensi terhadap agen-agen β-laktam disebabkan oleh salah satu dari mekanisme umum; (1) inaktivasi antibiotik oleh β-laktamase, (2) modifikasi PBPs target, (3) kerusakan penetrasi obat ke dalam PBPs target, (4) adanya suatu pompa aliran keluar. Produksi β-laktamase merupakan mekanisme resistensi yang paling umum (Katzung, 2004) 2.4.3 Masalah-Masalah Pada Terapi Antibiotik
Berbagai masalah khusus yang mungkin dihadapi pada penggunaan antibiotik dalam terapi adalah;
15
Universitas Sumatera Utara

i. Keadaan khusus pasien (penderita). ii. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik yang digunakan. iii. Profil distribusi antibiotik. iv. Interaksi antara antibiotik dengan obat lain, makanan dan sebagainya. 2.4.4 Keberhasilan Penggunaan Antibiotik
Hal yang perlu perhatian khusus pada penanganan infeksi adalah: a. Dosis antibiotik. b. Rute pemberian Antibiotik
i. Rute Parentral: ditempuh bila infeksi perlu segera diatasi, infeksi terdapat pada lokasi yang memerlukan konsentrasi darah yang tinggi dari antibiotik untuk menjamin penetrasi yang memadai dari jaringan yang terinfeksi (endokardium, tulang, otak).
ii. Rute Oral: dipilih untuk mengatasi kebanyakan jenis infeksi saluran kemih dan faringitis oleh streptokokus.
c. Lamanya pemberian antibiotik harus menjamin musnah total penyebab infeksi sehingga tidak mencetus penyakit infeksi kambuh kembali, kambuhnya infeksi ditentukan oleh daya tahan mikroorganisme terhadap sistem pertahanan tubuh dan mekanisme resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik (Wattimena, 1991).
2.4.5 Kegagalan Terapi Antibiotik Terapi antibiotik dikatakan gagal bila tidak berhasil menghilangkan gejala
klinik atau infeksi kambuh kembali setelah terapi dihentikan. Kesalahan yang lazim terjadi pada terapi antibiotik sehingga menggagalkan terapi pada dasarnya
16
Universitas Sumatera Utara

karena salah pilih antibiotik, salah pemberian / penggunaan antibiotik dan atau resistensi mikroorganisme. Faktor lain yang dapat menggagalkan terapi antibiotik adalah resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik yang digunakan dan terjadinya superinfeksi (Wattimena, 1991). 2.4.6 Resistensi Bakteri Terhadap antibiotik
Resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat menggagalkan terapi. Resistensi merupakan masalah individual dan epidemiologik. Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu.
Penyebab terjadinya resistensi mikroba adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur atau tidak kontinyu dan tidak tepat sasaran. Maka untuk mencegah atau memperlambat timbulnya resistensi mikroba, harus diperhatikan cara-cara penggunaan antibiotik yang tepat (Wattimena, 1991). 2.5 Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat adalah bentuk sediaan farmasi yang mengandung zat / bahan berkhasiat, bahan tambahan yang diperlukan untuk formulasi obat, dengan dosis serta volume dan bentuk sediaan tertentu, langsung dapat dipergunakan untuk terapi. 2.5.1 Bentuk Sediaan Cair
Obat bentuk sediaan cair dapat diberikan untuk obat luar, obat suntik, obat minum dan obat tetes.
a. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung zat kimia yang terlarut secara homogen.
17
Universitas Sumatera Utara

b. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
c. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan air merupakan fase pembawa, sitem ini disebut emulsi minyak dalam air, sebaliknya jika air yang merupakan fase terdispersi dan minyak sebagai fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak.
d. Obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar yang digunakan dengan cara diteteskan.
e. Sirup adalah bentuk sediaan cair yang mengandung saccharosa atau gula. f. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. 2.5.2 Bentuk sediaan Setengah Padat Obat bentuk sediaan setengah padat pada umumnya hanya digunakan sebagai obat luar, dioleskan pada kulit untuk keperluan terapi atau berfungsi sebagai pelindung kulit. a. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
18
Universitas Sumatera Utara

b. Krim adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
c. Pasta adalah sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.
2.5.3 Bentuk Sediaan Padat Obat bentuk sediaan padat merupakan sediaan dengan sistem ”unit/dose”
mengandung dosis tertentu dari satu atau beberapa komponen obat. a. Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi b. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. c. Pulvis atau serbuk adalah bahan atau campuran yang homogen dari bahanbahan yang diserbukkan dan berada dalam keadaan kering. d. Pulveres atau puyer adalah serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas. e. Pil adalah bentuk sediaan padat yang berupa masa bulat yang mengandung satu atau lebih bahan obat. f. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berdagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra (Depkes RI, 1995; Joenoes, 1995).
19
Universitas Sumatera Utara

2.6 Obat Generik dan Nama Dagang Menurut Permenkes No 089/Menkes/Per/1/1989, obat generik adalah obat
dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Sedangkan produk obat generiknya disebut Obat Generik Berlogo (OGB) yaitu obat jadi dengan nama generik yang diedarkan dengan mencantumkan logo khusus pada penandaannya (Depkes RI, 1996).
Obat nama dagang adalah obat milik perusahaan tertentu dengan nama khas yang diberikan perusahaan tersebut dan merk terdaftar serta dilindungi oleh hukum (Joenoes, 1995).
Obat generik umumnya memiliki harga lebih murah jika dibandingkan dengan nama dagang. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah: a. Dalam harga obat nama dagang terdapat komponen biaya promosi yang cukup
tinggi, sedangkan obat generik tidak dipromosikan. Hal ini menyebabkan obat generik tidak popular dan dianggap kelas dua. b. Harga obat nama dagang biasanya ditetapkan berdasarkan daya serap pasar dengan memperhitungkan harga kompetitor, sedangkan harga obat generik lebih didasarkan pada biaya kalkulasi nyata. c. Harga obat nama dagang biasanya mengikuti harga price leader dari obat yang sama, sedangkan obat generik tidak. 2.7 Rumah Sakit Vina Estetica
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama penyelenggaraan upaya
20
Universitas Sumatera Utara

kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Depkes RI, 2006)
Rumah Sakit Vina Estetica beralamat di Jalan Sultan Iskandar Muda No. 119 Medan. Berdiri pada tahun 1996 dan diresmikan pada tanggal 07 maret 1996 oleh Walikota Madya KDH TK II Medan Bapak H. Bachtiar Djafar.
Pada awalnya Rumah Sakit Vina Estetica merupakan Rumah Sakit khusus bedah plastik tetapi karna bedah plastik pada umumnya hanya dilakukan oleh kalangan ekonomi menengah keatas sehingga Rumah Sakit Vina Estetica membuat kebijakan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan seperti; PT Askes, PT Telkom, PT Uber Traco, Bank Indonesia, PT. PDAM Tirtanadi, PT Nafasindo, PT Socfindo, PT Jasa Raharja, PT Jasa Marga, PT Carrefour Cab. Medan, Asuransi Allianz Life Indonesia, Asuransi Bumi Putra, Asuransi Sinar Mas, Asuransi BRI-Ngin Life, Asuransi EASCO Medical dan perusahaan lainnya. Selain itu Rumah Sakit Vina Estetica juga menerima pasien JPK-MS dan Jamkesmas yang merupakan program pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin diseluruh Indonesia tanpa dipungut biaya.
Rumah Sakit Vina Estetica mempunyai ± 140 orang tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang ahli dibidangnya masing-masing. Untuk menunjang kelancaran kegiatan kesehatan, Rumah Sakit Vina Estetica menyediakan fasilitas sbb;
- UGD 24 jam - Ruang Operasi
21
Universitas Sumatera Utara

- ICU ( Intensive Care Unit ) - Laboratorium lengkap - USG ( Ultrasonografi ) - Radiologi - Fisiotherapi - Poliklinik Spesialis - Instalasi Gizi - Apotek - Ambulance - Kamar Mayat 2.8 Apotek Vina Farma Apotek adalah suatu tempat dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan kefarmasian dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Yusmainita, 2005) Apotek Vina Farma merupakan bagian dari rumah sakit Vina estetica yang berlokasi pada bagian depan rumah sakit tersebut. Apotek Vina Farma berdiri bersamaan dengan berdirinya Rumah Sakit Vina Estetica. Setiap harinya apotik Vina Farma melayani ± 50 lembar resep baik resep pasien rawat jalan maupun rawat inap yang berasal dari rumah sakit Vina estetica maupun resep dari luar rumah sakit Vina Estetica. Apotek Vina Farma juga bekerja sama dengan berbagi perusahaan dalam hal penyediaan obat. Pelayanan produk kefarmasian di apotek Vina Farma diberikan pada tempat terpisah dari tempat penjualan produk lainnya. Hal ini berguna untuk
22
Universitas Sumatera Utara

menunjukkan kualitas pelayanan serta mengurangi kesalahan penyerahan obat terhadap pasien. Obat disusun berdasarkan abjad dan obat golongan narkotika ditempatkan dalam lemari yang berbeda yang ditandai dengan tanda palang merah. Apotik Vina Farma juga menggunakan sistem FIFO dan penghitungan stok obat dilakukan setiap akhir bulan secara menyeluruh sekaligus untuk menghindari adanya obat-obat kadaluwarsa.
Untuk menunjang kelancaran pelayanan kefarmasian, Apotek Vina Farma menyediakan: - Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien. - Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur /
materi informasi - Ruang racikan
Perabotan apotek tertata rapi lengkap dengan rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
23
Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2009 di Rumah
Sakit Vina Estetica dan apotek Vina Farma Medan dengan mengumpulkan medical record dan resep bulan Januari s/d Desember 2009 dari pasien hymenoplasty dan vaginoplasty yang menggunakan antibiotik golongan β-laktam. 3.2 Jenis Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif, yaitu analisis yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai subyek penelitian yang diarahkan pada penyajian informasi mengenai data atau skor yang diperoleh melalui proses penelitian (Sari, 2003). 3.3 Data Penelitian
Data penelitian adalah data golongan antibiotik golongan β-laktam, bentuk sediaan dan jenis obat yang digunakan pasien (hymenoplasty dan vaginoplasty) yang dilayani di Rumah Sakit Vina Estetica dan Apotik Vina Farma Medan terhitung mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2009. Sampel penelitian adalah pasien yang melakukan operasi hymenoplasy dan vaginoplasty di Rumah Sakit Vina Estetica Medan.
24
Universitas Sumatera Utara

3.4 Rancangan Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan secara retrospektif. Data yang dikumpulkan merupakan data berupa lembaran resep dan medical record dari pasien (hymenoplasty dan vaginoplasty) yang menggunakan antibiotik golongan β-laktam di Rumah Sakit Vina Estetica dan Apotik Vina Farma Medan dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2009. 3.5 Definisi Operasional a. Studi penggunaan antibiotik golongan β-laktam adalah gambaran tentang pola
peresepan antibiotik β-laktam atas dasar bentuk sediaan dan jenis obat yang digunakan pada proses hymenoplasty dan vaginoplasty. b. Bentuk Sediaan Obat adalah bentuk sediaan meliputi tablet, kapsul, sirup, injeksi. c. Jenis Obat yang digunakan meliputi obat dengan nama generik dan nama dagang. 3.6 Langkah Penelitian a. Meminta surat izin Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Rumah Sakit Vina Estetica dan Apotik Vina Farma Medan. b. Menghubungi direktur Rumah Sakit Vina Estetica untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas. c. Mengumpulkan semua lembaran medical record dan resep dari pasien (hymenoplasty dan vaginoplasty) terhitung dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009 di Rumah Sakit Vina Estetica dan Apotik Vina Farma Medan.
25
Universitas Sumatera Utara

d. Memilih lembaran medical record dan resep yang menuliskan antibiotik golongan β-laktam pada pasien hymenoplasty dan vaginoplasty dan dihitung persentasenya.
e. Menghitung persentase nama obat, bentuk sediaan serta jenis obat antibiotik golongan β-laktam yang diresepkan.
26
Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pasien Hymenoplasty dan Vaginoplasty Yang Menggunakan Antibiotik β-laktam Selama 1 Tahun Terhitung Mulai Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2009.

4.1.1 Data pasien Hymenoplasty

No Tanggal Operasi
1 10-01-2009

Nama Pasien Nn Sabarita

Usia (Tahun)
23

Antibiotik β-laktam Yang Digunakan Tocef Kapsul

2 12-01-2009

Nn Lina

25

Tocef Kapsul

3 18-01-2009

Nn Icu

22

Tocef Kapsul

4 21-01-2009

Nn Erika

23

Tocef Kapsul

5 22-01-2009

Nn Elvin

28

Tocef Kapsul

6 24-01-2009

Nn Julianty

29

Tocef Kapsul

7 31-01-2009

Nn Rima

28

Aclam Kaplet

Termicef Injeksi

8 01-02-2009

Nn Lili

37

Lapicef Kapsul

9 02-02-2009

Nn Laura

23

Tocef Kapsul

10 10-02-2009

Nn Hotni. M

23

Tocef Kapsul

11 11-02-2009

Nn Rasmita

24

Aclam Kaplet

Cefxon Injeksi

12 13-02-2009

Nn Fitri

28

Tocef Kapsul

13 03-03-2009

Nn Emma

23

Tocef Kapsul

14 11-03-2009

Nn Melani

24

Cefat Kapsul

27
Universitas Sumatera Utara

15 15-03-2009

Nn Ria

28

16 18-03-2009 Nn Indrawati

26

17 22-03-2009 18 27-03-2009 19 02-04-2009

Nn Diana. A Nn Lusi
Nn Ruminta

19 27 22

20 05-04-2009 21 11-04-2009

Nn Jenita Nn Lisa

23 24

22 14-04-2009 Nn Eva Widya

21

23 16-04-2009 Nn Nia