MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA

KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

SRI MULYATI

Berdasarkan hasil ulangan formatif yang diikuti oleh 27 siswa, hanya didapat rata-rata 44,44% atau 12 siswa yang telah mencapai nilai KKM. Adapun KKM yang ditetapkan pada pembelajaran IPS adalah 67. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.

Metode penelitian yang digunakan dalam pemelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Prosedur yang digunakan pada setiap siklus adalah : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data diperoleh dari lembar observasi untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa dan tes untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan strategi belajar kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat: (1) aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 51% di siklus I menjadi 74% di siklus II,(2) kinerja guru mengalami peningkatan dari 56% di siklus I, menjadi 74% di siklus II,(3) hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 44di pra-siklus menjadi 56,29 di siklus I, dari 56,29 di siklus I menjadi 75,74 di siklus II.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan kearah yang lebih baik dan bermakna. Agar hal tersebut dapat terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif bagi peserta didik dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif dan kreatif.

Dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bab 1 pasal 1 (ayat 1) bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan


(3)

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sisdiknas, 2003 :BAB II pasal 3).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku pada saat ini merupakan usaha peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Pelaksanaan kurikulum ini menuntut para guru untuk membekali siswa menguasai kompetensi-kompetensi dasar yang telah ditetapkan, baik dalam pendidikan dasar maupun menengah. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (BNSP, 2006).

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan. Salah satu tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.

Berdasarkan pengalaman pembelajaran yang ada di SDN 2 Pringsewu Barat khususnya kelas IV, dalam pembelajaran IPS yang dilaksanakan selama ini guru hanya menggunakan pendekatan ekpositori, yaitu guru hanya menyampaikan informasi dengan ceramah, kemudian memberikan soal latihan yang harus dikerjakan siswa, padahal selama dalam kegiatan belajar banyak siswa yang kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, terlihat dari kegiatan siswa seperti mengobrol, menggambar, mengganggu teman, bahkan ada siswa yang berpindah-pindah tempat duduk. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran


(4)

terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Padahal selama proses pembelajaran siswa dituntut berperan aktif dalam memahami materi yang diajarkan, agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran. Kejadian tersebut berdampak pada aktivitas belajar siswa yang pasif dan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM. Dari data hasil ulangan formatif yang diikuti oleh 27 siswa, hanya 44,44% atau 12 siswa yang telah mencapai nilai KKM. Adapun KKM yang ditetapkan pada pembelajaran IPS adalah 67.

Tabel 1.1 Data Nilai Mata Pelajaran IPS kelas IV

SDN 2 Pringsewu Barat Tahun Pelajaran 2012/2013 No. Nilai Kriteria Jumlah Prestasi

1 >67 Tuntas 12 44,44% 2 <65 Belum Tuntas 15 55,55%

Jumlah 27 100%

Sumber: buku lerger ulangan harian SDN 2 Pringsewu Barat TP 2012/2013

Melihat kenyataan seperti tersebut diatas, maka perlu diterapkan sebuah pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan saling berkolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Salah satu strategi pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, karena menurut Slavin (dalam Sanjaya, 2006:22) mengemukakan dua alasan mengenai pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, pertama beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat


(5)

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu

Barat Kecamatan Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran berpusat pada guru dan metode yang digunakan hanya metode ceramah dan pemberian tugas.

2. Rendahnya hasil belajar siswa terlihat dari 27 siswa kelas IV hanya 12 siswa (44,44%) siswa yang telah mencapai nilai KKM 67.

3. Rendahnya aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV.

4. Dalam pembelajaran siswa kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Siswa mengobrol, menggambar, mengganggu teman dan berpindah-pindah tempat duduk.


(6)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penulis membatasi masalah aktivitas dan hasil belajar IPS khususnya materi Aktivitas Ekonomi yang Berkaitan dengan Sumber Daya Alam dan Potensi Lain di Daerah di SDN 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2012/2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Bagaimanakah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013?


(7)

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SDN 2 Pringsewu barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SDN 2 Pringsewu barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Siswa

Penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk memperbaiki atau meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Bagi Guru

a. Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam proses pembelajaran IPS.

b. Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan citra sekolah terutama dalam kegiatan pembelajaran karena setelah guru dan siswa berhasil menggunakan strategi


(8)

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maka sekolah akan mendapatkan nama baik.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi mengenai peningkatan hasil belajar siswa sekolah dasar dan terciptanya suasana belajar yang aktif dan komunikatif.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan suatu proses belajar yang berlangsung seumur hidup, yaitu belajar sejak lahir hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna.

Menurut Nana Sudjana (1989:33) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Skiner dalam Ruminiati, (2007:51), belajar merupakan suatu proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sanjaya, (2006:202) menjelaskan bahwa belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku.

Dengan demikian berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses mental melalui pengalaman yang terjadi pada diri seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa berhubungan dengan materi pelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran.


(10)

Sardiman (2009:214) menyatakan aktivitas belajar adalah kegiatan yang melibatkan seluruh panca indra yang dapat membuat seluruh anggota tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Sedangkan menurut Nashar (2004:22) aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.

Diedrich (dalam Sardiman, 2009:56) membagi aktivitas belajar kedalam delapan kelompok, yaitu :

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model merparasi, bermain, berkebun.

7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Dengan demikian dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh panca indra yang berhubungan dengan materi pelajaran, sehingga siswa aktif melakukan aktivitas pembelajaran, agar siswa tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mendapatkan hasil belajar yang telah ditentukan.

C. Hasil Belajar

Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di rumah, sekolah atau belajar dimanapun adalah agar dapat memperoleh hasil belajar yang dianggap


(11)

baik yaitu yang telah memenuhi standar hasil belajar yang telah ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan menjadi hasil belajar yang baik.

Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Seperti yang diungkapkan Nana Sudjana (1989:73) bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa Dimyati ( 2009:92). Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, sikap maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dipahami bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dirunjukkan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, atau tingkah laku.

Benyamin S. Bloom (dalam Hamzah, 2008:52) mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Ranah kognitif meliputi 6 aspek yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge), mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau metode. b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan menangkap arti dan

makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan membentuk suatu pola baru.


(12)

f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan membentuk pendapat tentnag beberapa hal berdasarkan criteria tententu.

2. Ranah afektif meliputi :

a. Menyimak, yaitu meliputi taraf sadar memperhatikan, kesediaan menerima, dan memperhatikan secara selektif atau terkontrol.

b. Merespon, yang meliputi memperoleh sikap responsive, bersedia merespon atas pilihan sendiri dan merasa puas dalam merespon.

c. Menghargai, yang mencakup meneriman nilai, mendambakan nilai dan merasa wajib mengabdi pada nilai.

d. Mengorganisasikan nilai, yang meliputi mengkonseptualisasi nilai dan organisasi sistem nilai.

e. Mewatak,yaitu memberlakukan secara umum seperangkat nilai, menjunjung tinggi dan memperjuangkan nilai.

3. Ranah Psikomotor yang meliputi :

a. Persepsi, yang merupakan akibat dari mendengarkan, melihat, meraba, mengecap, dan membau.

b. Kesiapan, meliputi konsentrasi mental, berpose badan, dan mengembangkan perasaan.

c. Gerakan terbimbing, meliputi gerakan menirukan dan mencoba melakukan tindakan.

d. Gerakan yang terbiasa.

e. Gerakan kompleks yang merupakan taraf mahir dan gerak atau keterampilan sudah disertai dengan improvisasi.

f. Penyesuaian pola gerakan.

g. Kreativitas, meliputi keterampilan menciptakan pola yang baru.

Dalam penelitian ini akan dikembangkan penilaian aspek kognitif yang ditekankan pada tingkat pemahaman, penerapan, dan analisis.

D. Teori Belajar Kontruktivisme

Pembelajaran kontruktivisme merupakan suatu teknik pemebelajaran yang melibatkan pesetra didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

Menurut pendapat Nik Azis Nik Pa (dalam Maimunah, 2001:8) Kontruktivisme adalah tidak lebih dari pada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina pengetahuan sendiri. Ini bermakna bahwa suatu pengetahuan yang dipunyai oleh seseorang individu adalah hasil daripada aktiviti yang dilakukan oleh individu tersebut, dan bukan sesuatu maklumat atau


(13)

pengajaran yang diterima secara pasif daripada luar. Pengetahuan tidak boleh dipindahkan daripada pemikiran seseorang individu kepada pemikiran individu yang lain. Sebaliknya setiap insan membentuk pengetahan sendiri dengan menggunakan pengalamannya secara terpilih.

Tasker (dalam Nabisi Lapono, 2005:28) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif peserta didik dalam mengkontruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkontruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wheatley (1991:12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar kontraktivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif peserta didik. Kedua, kognitif bersifat aktif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai Slavin (dalam Nur, 2002: 8).

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu pada teori belajar kontruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain peserta didik lebih didorong untuk


(14)

mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka melalui kegiatan asimilasi dan akomodasi.

E. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolahh Dasar (SD)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dimata kalangan memiliki arti yang ragam tergantung dari pendekatan nama IPS itu diartikan. Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), IPS merupakan mata pelajaran yang terdiri dari Sejarah, Geografi dan Ekonomi. Bagi kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS merupakan mata pelajaran yang terdiri dari Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, Sosiologi dan Tata Negara. Namun bagi kalangan Sekolah Dasar (SD) IPS merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Kosasih (2007:92) mengatakan bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar pada dasarnya dimaksudkan untuk pengembangan pengetahuan, sikap, nilai-moral, dan keterampilan siswa agar menjadi manusia yang mampu memasyarakat (civic-community). Tujuan institusional penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar menurut kurikulum 2006 (KTSP) adalah: (1) mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa, (2) memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, dan (3) memberi bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya.

Sapriya (2009:2) menejelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah atau nama


(15)

program studi yang identik dengan istilah “social studies”dalam kurikulum persekolahan di Negara lain. Sedangkan menurut Nursid, (2005:115) mengemukakan bahwa IPS adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Senada dengan pendapat diatas, Somantri (dalam Sapriya, 2009:12) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Berdasarkan pengertian yang dipaparkan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran pada tingkat sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi yang mempelajari tentang kehidupan sosial dna humaniora.

Adapun tujuan IPS menurut Nursid (2005:35) adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, kterampian dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan Negara. Selain itu juga fungsi IPS yaitu mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan intelektual.

F. Tujuan Pembelajaran IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber-daya yang ada dipermukaan


(16)

bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Perumusan tujuan pengajaran sangat penting untuk dilakukan karena tujuan merupakan tolok ukur keberhasilan seluruh proses belajar mengajar yang telahdilakukan. Menurut I Gede Widja (2005 : 27 – 29), secara umum tujuan pengajaran IPS sebagai berikut :

a. Aspek Pengetahuan / Pengertian

1) Menguasai pengetahuan tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktu yang lampau baik dalam aspek eksternal maupun internal.

2) Menuasai pengetahuan tentang fakta – fakta khusus (unik) dari peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta kondisi pada waktu terjadinya peristiwa tersebut.

3) Menguasai pengetahuan tentang unsur – unsur umum (generalisasi) yang terlihat pada sejumlah peristiwa masa lampau.

4) Menguasai tentang unsur perkembangan dan peristiwa – peristiwa masa lampau yang berlanjut (bersifat kontinuitas) dari periode satu ke periode berikutnya yang menyambungkan peristiwa masa lampau dengan peristiwa masa kini.

5) Menumbuhkan pengertian tentang hubungan natara fakta satu dengan fakta lainnya yang berangkai secara kognitif (berkaitan secara intrinsik).

6) Menumbuhkan keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada fakta – fakta yang berdiri sendiri.

7) Menumbuhkan keawasan tentang pengaruh – pengaruh sosial kultural terhadap peristiwa sejarah.

8) Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarah terhadap perkembangan sosial dan kultural masyarakat.

9) Menumbuhkan pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masa lampau bagi situasi masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yang akan datang.

b. Aspek Pengembangan Sikap.

1) Penumbuhan kesadaran sejarah pada murid terutama dalam artian agar mereka mampu berpikir dan bertindak (bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup).

2) Penumbuhan sikap menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup masa kini suatu bangsa.

3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau.


(17)

4) Penumbuhan kesadaran akan perubahan – perubahan yang telah dan sedang berlangsung di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

c. Aspek Ketrampilan.

1) Sesuai dengan trend baru dalam pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan pengembangan kemampuan dasar di kalangan murid berupa kemampuan heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta merangkaikan fakta –fakta dan akhirnya juga ketrampilan menulis.

2) Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah– masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau dari zaman masa kini dan lain – lain.

3) Ketrampilan menelaah secara elementer buku – buku terutama yang menyangkut keanekaragaman IPS dan sejarah.

4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan – pertanyaan produktif di sekitar masalah keanekaragaman IPS dan sejarah.

5) Ketrampilan mengembangkan cara – cara berpikir analitis tentang masalah – masalah sosial historis di lingkungan masyarakatnya.Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

6) Ketrampilan bercerita tentang peristiwa sejarah secara hidup.

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat dismpulkan bahwa tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Soasial adalah Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat, membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.

G. Pembelajaran Cooperative Learning

Pembelajaran cooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama. Pembelajaran cooperatif sanangat bermanfaat bagi peserta didik.


(18)

Pembelajaran cooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistim pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat dampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok (Wina Sanjaya, 2006:240)

Sedangkan Johnson (dalam Lie, 2003:17) “Cooperative Learning adalah kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal,

baik secara individu maupun kelompok”. Pembelajaran kooperatif learning

menurut Nurhadi (2004:112) adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Nur (2005:28) “Model pembelajaran cooperative learning dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil

tanggung jawab”. Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran cooperative

learning dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan kreatif.


(19)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran cooperative learning adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Banyak guru telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan membagi para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun hasil kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam kelompok, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, duduk diam, bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjakan tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama ada beberapa siswa mendominasi kelompoknya. Seperti dikatakan Roger dan David Johnson “Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning.” Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsure model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Pendapat tersebut adalah yang membedakan pembelajaran cooperative learning dengan pembelajaran kelompok tradisional.

Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut seperti yang dinyatakan Abdurrahman & Bintoro (dalam Nurhadi, 2002:112) adalah sebagai berikut : a. Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran cooperative learning guru

menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : saling


(20)

ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah.

b. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

c. Akuntabilitas individual, pembelajaran cooperative learning menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari secama siswa.

Dari pendapat diatas pembelajaran cooperative mempunyai beberapa keuntungan antara lain : dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya, meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik, membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.

Selain beberapa keuntungan diatas, pembelajaran cooperative memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima informasi tidak hanya dari guru melainkan lingkungan yang memiliki suatu peran besar dalam membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian khususnya terhadap lingkungan, jika pendekatan yang


(21)

dipergunakan dalam pembelajaran kooperatif ini berorientasi lingkungan. Lingkungan sekeliling sebagai pusat kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran siap melayani pertanyaan atau perdebatan. Dalam pembelajaran ini diharapkan guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui pembelajaran. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses daripada hasil dengan asumsi mengembangkan kompetensi dan potensi siswa melalui pendidikan.

Tabel 1.2 Sintak Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw

FASE KEGIATAN GURU

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan

3. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa secara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4. Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas 5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6. Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

(sumber: Nurhadi, 2002:118)


(22)

Salah satu pembelajaran cooperative tipe jigsaw merupakan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Ada berbagai model pembelajaran kooperatif seperti diutarakan oleh Muhamad Nur (2005:5) :

“Lima model Pembelajaran Tim Siswa telah dikembangkan dan diteliti

secara luas. Terdapat tiga model pembelajaran yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas : Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II. Dua yang lain merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan pada mata pelajaran tertentu. Cooperative Reading and Composition (CIRC) untuk pengajaran membaca dan menulis di kelas II-III dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika pada kelas III –VI.”

Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan kemudian diadopsi Slavin.

Dalam penerapannya siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran yang ditugaskan kepadanya dan selanjutnya mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Anggota dari kelompok-kelompok yang mendapat tanggung jawab sama berkumpul untuk mempelajari materi pembelajaran, kelompok ini disebut Tim Ahli.


(23)

Pemebelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lainnya (Arends, 1997:34). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal.

Menurut Muhamad Nur (2005:145) Pola distribusi siswa dalam kelompok jigsaw adalah diawali dengan pembentukan kelompok asal. Dari kelompok asal kemudian didistribusikan ke kelompok ahli untuk mempelajari bidang tertentu sampai menjadi ahli. Siswa dikelompok ahli kemudian kembali kekelompok asal untuk berbagi tentang ilmu yang sudah didapatkan melalui presentasi sederhana. Dikelompok asal, siswa yang sudah ahli akan bertemu dengan siswa lain yang ahli dibidang lain untuk saling berbagi menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru. Dengan pola distribusi kelompok tersebut akan terjadi ketergantungan positif dengan teman kelompoknya. Rasa tanggung jawab antar anggota kelompok untuk memenangkan kuis pada akhir kegiatan menjadi tantangan bersama. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan termotivasi untuk membuat rekan dalam kelompok asal memahami bagian materi untuk dapat menjawab permasalahan yang diberikan guru. Model pembelajaran tersebut membuat setiap


(24)

komponen pembelajaran berelaborasi secara interaktif. Tantangan yang motivatif menyebabkan interaksi antara media, sumber belajar dan siswa meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa jigsaw dirancang untuk memberikan kesempatan belajar yang adil kepada semua siswa. Demikian juga memberikan kesempatan yang sama untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempelajari bagian materi ajar sehingga ia akan menjadi ahli dibidangnya. Keahlian yang dimiliki tersebut kemudian dibelajarkan kepada rekannya dikelompok lain. Rekannya dikelompok lain juga mempelajari materi ajar yang lain dan menjadi ahli dibidangnya. Interaksi yang terjadi adalah pola pembelajaran saling berbagi (share). Setiap siswa akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi karna memiliki keahlian tersendiri yang diperlukan siswa lain. Setiap siswa akan merasa saling memerlukan dan tergantung dengan siswa lain.

H. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

Jigsaw sangat efisien untuk mempelajari materi pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik.

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah

kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.

2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.


(25)

3. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

4. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktek memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

5. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

6. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang

(Sanjaya, 2006:2049).

I. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran model kooperatif yang

memiliki kesamaan dengan “pertukaran antar kelompok” tetapi menuntut

tanggung jawab besar dari siswa dalam pembelajaran. Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada juga kekurangannya yaitu :

1. Kegiatan belajar mengajar mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain

2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda

(Muhamad Nur, 2005:154)

J. Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik


(26)

disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

Adapun langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebagai berikut (Muhamad Nur, 2005:156).

1. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok awal. Kelompok harus beragam dalam hal gender, etnis, ras dan kemampuan.

2. Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. 3. Menunjuk salah satu siswa dari tiap kelompok sebagai pemimpin.

Awalnya, orang ini harus menjadi siswa yang paling matang dalam kelompok.

4. Membagi pelajaran hari itu menjadi beberapa bagian.

5. Tugaskan setiap siswa untuk belajar satu bagian, memastikan siswa memiliki akses langsung hanya untuk bagian mereka sendiri. Berikan siswa waktu untuk membaca lebih bagian mereka setidaknya dua kali dan menjadi akrab dengannya. Tidak perlu bagi mereka untuk menghafalkannya.

6. Mereka kemudian berpindah ke”kelompok awal” diamana anggotanya

berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.

7. Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke”kelompok

awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw”. Siswa mempresentasikannya atau

menjelaskan untuk kelompok asal (jigsaw).

8. Mendorong anggota kelompok lain dalam kelompok untuk mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi.

9. Pemimpin kelompok dapat campur tangan dalam mengendalikan jalannya diskusi agar tetap tertib sehingga tujuan tercapai.

10. Pada akhir sesi, memberikan kuis pada materi sehingga siswa dengan cepat menyadari bahwa sesi ini tidak hanya menyenangkan dan permainan tapi benar-benar dihitung.


(27)

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan penelitian ini adalah :

“Jika Pembelajaran IPS melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran


(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan cara penelitian yang akan digunakan dalam rangka proses pemecahan masalah. Penelitian disini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis dan logis dalam rangka mencari kebenaran ilmiah. Dalam tradisi penelitian tindakan kelas prosedur yang digunakan dalam bentuk daur, yaitu suatu kajian terhadap tindakan pembelajaran dan dampaknya atau hasilnya dilakukan secara bertahap, berulang-ulang dan terus menerus sampai batas ditemukannya tindakan hasil yang ideal.

Sehubungan dengan hal tersebut menurut Hamdani, (2011:52) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan revisi, yang dilakukan berulang sehingga merupakan suatu siklus. Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan PTK dapat digambarkan sebagai berikut :


(29)

Gambar 3.1 Tahapan Per Siklus Menurut Hamdani, (2011:52)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu dengan jumlah siswa 27 siswa.

2. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun pelajaran 2012-2013 yaitu pada bulan Novemver 2012 dan berakhir pada bulan Maret 2013.


(30)

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna untuk mengetahui hasil belajar IPS bagi siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas IV SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

2. Teknik Non Tes

Oservasi, yaitu digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dapat meningkat selama pembelajaran berlangsung dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Tes hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah diajarkan setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Lembar panduan observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(31)

1. Analisis Kualitatif

Setiap peserta didik diambil aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan dengan mendapat point 1 (satu) pada lembar observasi yang telah disediakan. Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes dengan cara mengamati aktivitas siswa menggunakan lembar observasi dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Nilai aktivitas setiap siswa diperoleh dengan rumus:

NP =

SM x 100

Keterangan :

NP : Nilai yang dicari

R : Skor yang diperoleh siswa SM : Skor maksimum

100 : Bilangan tetap Diadaptasi dari Purwanto (2008:102) Keterangan Skor :

1 = Sangat Kurang 2 = Kurang

3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik

Ketarangan % :

0 % - 20 % = Sangat Kurang 21 % - 40 % = Kurang

41 % - 60 % = Cukup 61 % - 80 % = Baik

81 % - 100% = Sangat Baik

b. Analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus : NP=

�x 100 Keterangan :

NP : Nilai yang dicari R : Skor yang diperoleh SM : Skor maksumum 100 : Bilangan tetap Diadaptasi dari Purwanto (2008:102) Keterangan Skor :

1 = Sangat Kurang 2 = Kurang

Ketarangan % :

0 % - 20 % = Sangat Kurang 21 % - 40 % = Kurang


(32)

3 = Cukup 4 = Baik 5 = Sangat Baik

41 % - 60 % = Cukup 61 % - 80 % = Baik

81 % - 100% = Sangat Baik

2. Analisis Data Kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan oleh guru. Nilai hasil belajar tiap siswa diperoleh dengan rumus :

NP=

�x 100

Keterangan :

NP : Nilai yang dicari

R : Skor yang diperoleh siswa SM : Skor maksimum

100 : Bilangan tetap Diadaptasi dari Purwanto (2008:102).

Untuk menghitung presentasi ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus :

P = � � �� � ��

� x 100

Diadaptasi sari Aqip, dkk (2009:41).

Dengan kriteria keberhasilan aktifitas siswa dan kinerja guru : 81% - 100%

61% - 80% 41% - 60% 21% - 40% 0 % - 20%

= Sangat Baik = Baik

= Cukup = Kurang = Sangat Kurang Diadaptasi dari Arikunto (2007:17).


(33)

Adapun rencana tindakan penelitian ini akan dilakukan dua siklus, dengan berbagai kemungkinan perubahan yang dianggap perlu. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Siklus I

1) Perencanaan

a. Membuat skenario tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

b. Menyusun pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, silabus, dan RPP.

c. Mempersiapkan materi, media, LKS dan alat tes. d. Lembar Observasi

2) Pelaksanaan

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada siklus pertama difokuskan pada kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Kegiatan Awal (10 menit)

a. Guru melakukan tanya jawab dengan murud untuk mengingatkan materi yang telah d iberikan sebelumnya.

b. Guru menyampaikan SK, KD, serta indicator yang diharapkan.

c. Peneliti dan siswa melakukan tanya jawab melalui alat peraga berupa gambar, lalu peneliti menyampaikan materi sebagai pengantar dan mengarahkan suasana kelas menuju kondisi yang diinginkan.


(34)

d. Guru menyampaikan menginformasikan tata cara pembelajaran jigsaw.

Kegatan Inti (50 menit) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi guru :

a. Peneliti membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Pembagian kelompok terdiri dari 4-6 orang secara heterogen (berdasarkan jenis kelamin, dan prestasi).

b. Peneliti membagikan LKS pada masing-masing kelompok. Adapun LKS yang diberikan untuk semua kelompok adalah sama dan menjelaskan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk masing-masing kelompok. c. Siswa melakukan diskusi untuk menyelesaikan tugas yang terdapat pada

LKS. Kondisi kelas disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan, yaitu posisi kursi diputar untuk saling berhadapan pada masing-masing kelompok agar memudahkan diskusi dan kerjasama.

d. Peneliti sebagai fasilitator dan motivator bagi kelompok yang mengalami kesulitan.

e. Kegiatan diarahkan pada kegiatan individu dari masing-masing kelompok, yaitu bagi siswa yang berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.


(35)

Dalam kegiatan konfirmasi guru :

a. Bertanya jawab tentang hal yang belum diketahui siswa.

b. Memberi umpan balik dalam penuatan dalam bentuk lisan, tulisan kepada peserta didik.

c. Memfasilitasi peserta didik untuk memperolah pengalaman yang bermakna.

d. Berfungsi sebagai fasilitator yang berfungsi menjawab pertanyaan peserta didik.

e. Member motivasi kepada peserta didik.

f. Member motivasi pada peserta didik yang kurang berpartisipasi dalam kelompok.

Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam keiatan penutup guru :

- Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. - Membimbing peserta didik untuk merangkum materi yang baru diajarkan. - Guru memberi tugas atau pekerjaan rumag (PR)

3) Observasi

Pada tahapan ini dilakukan observasi secara langsung melakukan penilaian terhadap hasil tindakan dengan alat evaluasi yang telah ada untuk mengetahui aktivitas dan mengamati apakah strategi pembelajaran tipe kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang berlangsung di kelas .


(36)

Tahap akhir dari setiap siklus adalah tahapan refleksi. Pada tahapan refleksi peneliti dan kolaborator menganalisis aktivitas siswa dan kinerja guru serta hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, sebagai acuan dalam membuat rencana tindakan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Dalam mengadakan refleksi dan evaluasi dari kegiatan 1 bila hasil refleksi dan evaluasi siklus 1 menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV berarti tidak perlu menggunakan siklus II yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

2. Siklus II

a. Perencanaan

- Melalui teknik obeservasi dan dokumentasi guru mengumpulkan data. - Merencanakan sekenario pembelajaran untuk menerapkan strategi

pembelajan kooperatif tipe jigsaw.

- Menyiapkan media untuk menerapkan strategi pembelajan kooperatif tipe jigsaw.

b. Pelaksanaan

Kegiatan awal (10 menit) Apersepsi

- Siswa melakukan doa bersama, kemudian guru mengecek daftar hadir - Guru mengkondisikan siswa untuk tertib agar siswa dapat konsentrasi

dalam pembelajaran.

- Guru menegaskan kembali langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe jigsaw.


(37)

- Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran siklus I agar lebih serius dalam mengikuti pembelajaran, serta tetap memberikan semangat kepada siswa yang sudah berhasil dalam pembelajaran pada siklus I

- Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk mengingatkan materi yang telah diberikan sebelumnya

- Menyampaikan indikator yang harus dicapai dalam pembelajaran Kegiatan Inti (50 menit)

Eksplorasi:

a) Guru menugaskan siswa untuk menuju kelompok yang telah dibentuk sebelumnya yaitu 5 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, selanjutnya disebut sebagai sebagai kelompok asal.

b) Kelompok yang dibentuk pada siklus II ditata kembali disesuaikan dengan kondisi/kendala yang dijumpai pada siklus I.

c) Guru memberikan masalah yang berbeda pada setiap anggota kelompok asal.

d) Guru mengarahkan setiap anggota kelompok asal yang mendapatkan tugas sejenis dengan anggota kelompok lainnya membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.

e) Guru meningkatkan pengawasan agar diskusi dapat berjalan lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Bantuan individual diberikan kepada siswa yang mengalami masalah dalam penguasaan materi yang diampunya.


(38)

f) Dalam kelompok ahli, guru menugaskan siswa membaca berbagai literatur yang terkait dengan materi (aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya).

g) Guru meningkatkan intensitas bimbingan pada kelompok ahli, agar hasil yang dicapai siswa lebih optimal.

Elaborasi:

a) Dalam kelompok ahli, siswa menulis dan mendiskusikan temuannya dari hasil membaca berbagai literatur yang relevan.

b) Guru kembali meningkatkan pengawasan dan memberikan bimbingan yang lebih efektif agar bisa dipastikan setiap siswa menguasai materi yang diampunya.

c) Selanjutnya, dalam waktu yang telah ditentukan siswa dalam kelompok ahli diarahkan oleh guru menuju kelompok asal untuk menjelaskan temuannya dalam kelompok ahli, kepada anggota kelompok asal.

d) Guru berkeliling memantau diskusi dalam kelompok asal, dan memastikan agar setiap kelompok dapat memahami materi secara utuh. Guru juga memberikan bantuan apabila ada anggota kelompok kesulitan memberikan penjelasan materi yang diampu kepada temannya dalam kelompok asal.

e) Guru memfasilitasi diskusi dalam kelompok asal, sehingga setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan menjelaskan atau mempresentasikan temuannya dalam kelompok ahli.


(39)

a) Guru memberikan penguatan terhadap temuan siswa yang benar.

b) Guru memberikan penjelasan/meluruskan temuan siswa yang kurang tepat.

Kegiatan Penutup (10 menit) Dalam kegiatan penutup:

a) Guru mengarahkan siswa untuk membuat simpulan. b) Guru memberikan PR kepada siswa.

c) Guru menginformasikan rencana kegiatan pada pertemuan berikutnya.

Observasi/ pengamatan

Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran untuk mengerahui aktivitas dan peningkatakn berpikir kreatif siswa dalam berdiskusi dan menyelesaikannya. Guru mengamati apakah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran, memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa merasa ada kesulitan dalam melaksanakan kegiatan dan mengerjakan soal individu atau kelompok.

Refleksi

pada tahap refleksi peneliti menganalisis data yang ada berdasarkan data yang dihasilkan untuk mengetahui keefektifan keberhasilan dan hambatan dari proses pembelajatan IPS menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam melaksankan refleksi dan evaluasi pada siklus II bila hasil refleksi


(40)

dan evaluasi menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas IV berarti tidak perlu melanjutkan siklus berikutnya. Namun, apabila belum ada peningkatan kemampuan belajar IPS maka diadakan siklus III yang meliputi tahap perencananan, pelaksanaan, observasi, dan seterusnya sampai kemampuan aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

G. Indikator Keberhasilan

Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil apabila sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan aktivitas pada setiap siklus.

2. Adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklus.

3. Adanya ketuntasan belajar secara klasikal 75% dari 27 jumlah, KKM yang ditetapkan adalah 67.

C. Jadwal dan Tempat Penelitian a. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian memuat semua kegiatan penelitian mulai dari persiapan, pelaksanaan, penyusunan, sampai penulisan laporan lengkap dengan waktu pelaksanaannya.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan

November 2012 Desember 2012 Januari 2013 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Penyusunan proposal PTK

    

2. Seminar Proposal 

3. Pelaksanaan PTK Siklus I

a. Perancanaan 

b. Tindakan 


(41)

d. Refleksi  4. Pelaksanaan PTK

Siklus 2

a. Perencanaan 

b. Tindakan 

c. Pengamatan 


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, analisis data, dan pembehasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pringsewu Barat semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013. Secara deskripsi diperoleh hal-hal sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya, dari pra-siklus 44% menjadi 51% di siklus I, kemudian dari siklus I 51% menjadi 74% di siklus II dan dapat meningkatkan kinerja guru dari siklus I 56% menjadi 74% di siklus II mata pelajaran IPS kelas IV di SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Barat tahun pelajaran 2013/2013.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa hingga diperolah 75% dari seluruh jumlah siswa, pada pra-siklus hanya diperolah rata-rata 44,44 menjadi 56,29 di siklus I, dari 56,29 di siklus I menjadi 75,74 di siklus II pada mata pelajaran IPS kelas IV di SD Negeri 2 Pringsewu Barat KecamatanPringsewu Barat tahunpelajaran 2013/2013.


(43)

5.2 Saran 1. Guru

 Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat divariasikan dengan model pembelajaran lainnya yang sesuai agar mampu meningkatkan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.

 Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan diterapkan hendaknya dipahami denganbaik, mulai dari karakteristik model, kesesuaian dengan materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan sampai pada cara evaluasi.

 Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan peran dan tugasnya sebagai fasilitator dan motovator dalam pembelajaran.

2. Siswa

 Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara optimal, agar tidak merasa jenuh dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran.

 Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan cara yang efektif dalam belajar terutama dapa mata pelajaran IPS.


(44)

3. Kepala Sekolah

 Setiap pembelajaran yang dilakukan akan lebih baik jika didukung oleh semua pihak, baik dari kepala sekolah, guru, dan orang tua wali siswa terutama dalam penyediaan media pembelajaran yang lebih memadai agar memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.

 Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara model, kesesuaian dengan materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan sampai pada cara evaluasi.

4. Peneliti

Bagi yang berminat untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meneliti pengaruhnya terhadap faktor lain misalnya tingkat motivasi atau prestasi siswa. Selain itu juga bisa melakukan eksperimen, dengan cara membandingkan kemampuan siswa dalam hal-lah tertentu pada kelas yang diberikan tindakan model kooperatif tipe jigsaw dengan kelas yang menggunakan model model atau metode seperti biasa.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Arends, R. I. 1997. Learning to Teach. Mc Graw Hill Companies. New York Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamdani.2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung.

Hufad, Ahmad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta.

Kosasih. 2006. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Depdikbud. Jakarta. Khotimah. 2009. Metode Penelitian. PT Rinek Cipta. Jakarta.

Lapono, Nabisi. 2005. Hakikat Belajar dan Pembelajar di SD/MI. Debdikbud. Jakarta.

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Maimunah, Sharifah. 2001. Pendekatan Secara Kontruktivisme. Universitas Terbuka Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan

Pembelajaran. Delia Press. Jakarta.

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas. Jawa Timur. Nursid, dkk. 2005. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

Nurhadi. 2002.Contextual Teaching and Learning (CTL). Depdiknas. Jakarta. Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi guru dan Dosen. Aura. Bandar Lampung.


(46)

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sanjaya,Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kencana. Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. PT Gramedia. Jakarta. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum. P2G Depdikbud. Jakarta.

Sumatmadja, Nursid. 2005. Ilmu-ilmu Sosial: Studi dan Pengajaran. Alumni. Bandung.

Surya, Mohammad. 1992. Psikologi Pendidikan. Jurusan PPB UPI. Bandung.

Soedjiono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Uno, Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, Igak, dkk. 2004. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widja, I Gede,. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Satya Wacana. Semarang.

Wheatley, Grayson H. 1991. Constructivist Perspectives on Science and Mathemathics Learning. Journal of Science Education, 75 (1).


(47)

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data, analisis data, dan pembehasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pringsewu Barat semester 2 (genap) tahun pelajaran 2012/2013. Secara deskripsi diperoleh hal-hal sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada setiap siklusnya, dari pra-siklus 44% menjadi 51% di siklus I, kemudian dari siklus I 51% menjadi 74% di siklus II dan dapat meningkatkan kinerja guru dari siklus I 56% menjadi 74% di siklus II mata pelajaran IPS kelas IV di SD Negeri 2 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Barat tahun pelajaran 2013/2013.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa hingga diperolah 75% dari seluruh jumlah siswa, pada pra-siklus hanya diperolah rata-rata 44,44 menjadi 56,29 di siklus I, dari 56,29 di siklus I menjadi 75,74 di siklus II pada mata pelajaran IPS kelas IV di SD Negeri 2 Pringsewu Barat KecamatanPringsewu Barat tahunpelajaran 2013/2013.


(2)

5.2 Saran 1. Guru

 Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat divariasikan dengan model pembelajaran lainnya yang sesuai agar mampu meningkatkan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.  Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan diterapkan

hendaknya dipahami denganbaik, mulai dari karakteristik model, kesesuaian dengan materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan sampai pada cara evaluasi.

 Di dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hendaknya lebih mengoptimalkan peran dan tugasnya sebagai fasilitator dan motovator dalam pembelajaran.

2. Siswa

 Siswa hendaknya melibatkan diri pada setiap kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara optimal, agar tidak merasa jenuh dalam pembelajaran serta dapat dengan cepat memahami pembelajaran.

 Siswa hendaknya bersemangat ketika akan dilaksanakan pembelajaran kooperatif, karena akan mendapatkan pengetahuan baru dalam menemukan cara yang efektif dalam belajar terutama dapa mata pelajaran IPS.


(3)

3. Kepala Sekolah

 Setiap pembelajaran yang dilakukan akan lebih baik jika didukung oleh semua pihak, baik dari kepala sekolah, guru, dan orang tua wali siswa terutama dalam penyediaan media pembelajaran yang lebih memadai agar memudahkan siswa dalam proses pembelajaran.

 Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara model, kesesuaian dengan materi pembelajaran, langkah-langkah kegiatan sampai pada cara evaluasi.

4. Peneliti

Bagi yang berminat untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meneliti pengaruhnya terhadap faktor lain misalnya tingkat motivasi atau prestasi siswa. Selain itu juga bisa melakukan eksperimen, dengan cara membandingkan kemampuan siswa dalam hal-lah tertentu pada kelas yang diberikan tindakan model kooperatif tipe jigsaw dengan kelas yang menggunakan model model atau metode seperti biasa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Arends, R. I. 1997. Learning to Teach. Mc Graw Hill Companies. New York Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamdani.2011. Strategi Belajar Mengajar. CV Pustaka Setia. Bandung.

Hufad, Ahmad. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Dirjen Pendikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Jakarta.

Kosasih. 2006. Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Depdikbud. Jakarta. Khotimah. 2009. Metode Penelitian. PT Rinek Cipta. Jakarta.

Lapono, Nabisi. 2005. Hakikat Belajar dan Pembelajar di SD/MI. Debdikbud. Jakarta.

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta.

Maimunah, Sharifah. 2001. Pendekatan Secara Kontruktivisme. Universitas Terbuka Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan awal dalam kegiatan

Pembelajaran. Delia Press. Jakarta.

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Depdiknas. Jawa Timur. Nursid, dkk. 2005. Konsep Dasar IPS. Universitas Terbuka. Jakarta.

Nurhadi. 2002.Contextual Teaching and Learning (CTL). Depdiknas. Jakarta. Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi guru dan Dosen. Aura. Bandar Lampung.


(5)

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Sanjaya,Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kencana. Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. PT Gramedia. Jakarta. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sudjana, Nana. 1989. Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum. P2G Depdikbud. Jakarta.

Sumatmadja, Nursid. 2005. Ilmu-ilmu Sosial: Studi dan Pengajaran. Alumni. Bandung.

Surya, Mohammad. 1992. Psikologi Pendidikan. Jurusan PPB UPI. Bandung.

Soedjiono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Uno, Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, Igak, dkk. 2004. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Widja, I Gede,. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Satya Wacana. Semarang.

Wheatley, Grayson H. 1991. Constructivist Perspectives on Science and Mathemathics Learning. Journal of Science Education, 75 (1).


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SEMESTER GENAP SD NEGERI 3 REJOSARI KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2012

0 5 65

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

0 2 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

0 4 30

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN TEMATIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA KELAS III SD NEGERI 2 PRINGSEWU TIMUR KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 26 61

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PRINGSEWU BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 2 MARGODADI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 WONODADI KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 51

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SD NEGERI 2 PAJARAGUNG KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 46

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 6 WONODADI KECAMATAN GADING REJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 49

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 PRINGSEWU BARAT KECAMATAN PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 47