PENGARUH PROFITABILITY, LIQUDITY, ASSETS STRUCTURE, ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK PERIODE 2010-2012

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PROFITABILITY, LIQUDITY, ASSETS STRUCTURE, ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL

PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK PERIODE 2010-2012

Oleh

DIAN AYU AMALIA

Struktur modal adalah perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan. Kombinasi yang tepat dalam pemilihan modal yang dipilih, akan mampu menghasilkan struktur modal yang optimal, yang mampu menjadi pondasi kuat bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas produksinya, serta mampu mendatangkan keuntungan optimal bagi perusahaan dan bagi pemegang sahamnya.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh profitabilitas (profitability), likuiditas (liquidity), struktur aktiva (assets structure), pertumbuhan aset (assets growth), dan ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012, baik secara stimulan maupun parsila untuk membuktikan pecking order theory. Jenis data yang diunakan adalah data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang diperoleh dari ICMD periode tahun 2010-2012. Sampel pada penelitian ini dilakukan melalui metode purposive sampling dan diwakili oleh 10 perusahaan property dan real estate sebagai sampel. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas meliputi profitabilitas (profitability), likuiditas (liquidity) sebagai variabel utama dan struktur aktiva (assets structure), pertumbuhan aset (assets growth), dan ukuran perusahaan (firm size) sebagai variabel kontrol. Sedangkan variabel terikatnya adalah struktur modal. Penelitian ini dianalisis menggunakan model regrisi linier berganda.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian secara parsial, profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif dan tidak signifikan, likuiditas (liquidity) berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 5%, sehingga implikasi penelitian ini membuktikan bahwa salah satu variabel utama mendukung pecking order theory. Sedangkan struktur aktiva (assets structure) dan pertumbuhan aset (assets growth) berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif dan signifikan sebesar 11% terhadap struktur modal.

Kata kunci: profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, pertumbuhan aset, ukuran perusahaan dan struktur modal.


(3)

PENGARUH PROFITABILITY, LIQUDITY, ASSETS STRUCTURE, ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL

PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK PERIODE 2010-2012

Oleh

DIAN AYU AMALIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Manajemen Keuangan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH PROFITABILITY, LIQUDITY, ASSETS STRUCTURE, ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL

PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK PERIODE 2010-2012

(Skripsi)

Oleh

DIAN AYU AMALIA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 61 Gambar 4.2 Normal Probability Plot ... 62 Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ... 66


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 16

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 16

1. 3. 1 Tujuan Penelitian ... 16

1. 3. 2 Kegunaan Penelitian ... 17

1. 4 Kerangka Pikiran ... 14

1. 5 Hipotesis ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 19

2. 1 Landasan Teori ... 19

2. 1. 1 Pengertian Struktur Modal ... 19

2. 1. 2 Teori Struktur Modal ... 22

2. 1. 3 Komponen Struktur Modal ... 26

2. 2 Penelitian Terdahulu ... 31

2. 3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 34

2. 3. 1 Profitabilitas (Profitability) ... 34

2. 3. 2 Likuiditas (Liquidity) ... 35

2. 3. 3 Struktur Aktiva (Assets Structure) ... 36

2. 3. 4 Pertumbuhan Aset (Assets Growth) ... 38

2. 3. 5 Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 39

2. 4 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ... 40

2. 4. 1 Pengaruh Profitabilitas (Profitability) Terhadap Struktur Modal ... 40


(7)

2. 4. 4 Pengaruh Pertumbuhan Aset (Assets Growth) Terhadap

Struktur Modal ... 44

2. 4. 5 Pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) Terhadap Struktur Modal ... 45

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 46

3. 1. 1 Variabel Penelitian ... 46

3. 1. 2 Definisi Operasional ... 46

3. 2 Populasi dan Penentuan Sampel ... 49

3. 3 Jenis dan Sumber Data ... 49

3. 4 Metode Pengumpulan Data ... 50

3. 5 Metode Analisis ... 50

3. 5. 1 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 50

3. 5. 2 Pengujian Hipotesis ... 52

3. 5. 3 Koefisien Determinasi ... 55

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 56

4. 1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 56

4. 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 57

4. 3 Hasil Analisis ... 60

4. 4 Koefisien Determinasi (R2) ... 67

4. 5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 68

4. 6 Pengujian Hipotesis ... 72

V. PENUTUP ... 75

5. 1 Kesimpulan ... 75

5. 2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang

Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012 ... 11 Tabel 1.2 Profitabilitas Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam

Persentase ... 12 Tabel 1.3 Likuiditas Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 Dalam

Persentase ... 12 Tabel 1.4 Total Asset Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam

Milyar Rupiah ... 13 Tabel 1.5 Fixed Asset Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam

Milyar Rupiah ... 13 Tabel 1.6 Assets Structure Perusahaan-Perusahaan Property dan

Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012

dalam Persentase ... 14 Tabel 1.7 Assets Growth Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012

dalam Persentase ... 14 Tabel 1.8 Firm Size Perusahaan-Perusahaan Property dan Real

Estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 dalam

Milyar Rupiah ... 15 Tabel 4.1 Daftar Nama Sampel Perusahaan Property dan Real Estate

yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 57 Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics) ... 58


(9)

Tabel 4.5 Uji Durbin Watson ... 65

Tabel 4.6 Hasil R Square ... 67

Tabel 4.7 Hasil Uji F... 68


(10)

(11)

(12)

MOTO

“ Learn From Yesterday, Live For Today and Hope For Tomorrow” “ Belajar dari masa lalu, Hiduplah untuk masa kini dan Berharap untuk masa

yang akan datang ” (Albert Einstein)

Man Jadda Wajada

“ Siapa Bersungguh-sungguh pasti berhasil “

“ Man Shabara Zhafira “ “ Siapa yang Bersabar pasti Beruntung “

“ Man Sara AlaDarbi Washala “


(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T., serta shalawat dan salam tak hentinya Penulis sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Ku persembahkan Karya Skripsi ini untuk :

Ayahku dan Ibuku untuk semua kasih sayangnya yang tiada henti, Suamiku Ricky Filandri, S.T dan anakku tercinta Arkalifi Sakha Filandri (Alif),

serta adik-adikku dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan perkuliahan ini. Para dosen pembimbing, terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dian Ayu Amalia, merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak dr. Hi. Amelius Ramli dan Ibu Sri Ernawati, Spd. Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 22 September 1983.

Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1995. Penulis kemudian meneruskan dan menamatkan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama pada tahun 1998. Setelah itu penulis meneruskan dan menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan dan menamatkan pendidikan Diploma Tiga pada tahun 2004. Pada tahun 2006, Penulis melanjutkan studi pendidikan SI Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 17 September 2015 Penulis


(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini mengambil judul ” PENGARUH PROFITABILITY, LIQUDITY, ASSETS STRUCTURE,

ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) UNTUK PERIODE 2010-2012 ” adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak M.Syatibi Ch, S.E. selaku Pembimbing I, yang dengan sabar membimbing dan memberi pengarahan untuk penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Prakarsa Panji Negara, SE., M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberi saran dan masukan yang bermanfaat guna perbaikan skripsi ini;


(16)

memberikan saran dan masukan sehingga penulisan skripsi ini lebih baik dan bermanfaat;

6. Kedua orang tuaku yang sabar mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis sampai menjadi seorang Sarjana Ekonomi. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kalian hingga akhir kelak;

7. Suamiku Ricky Filandri, ST, yang tak henti-hentinya memberikan semangat, terima kasih atas dukungannya selama ini;

8. Anakku Arkalifi Sakha Filandri, atas kepolosan dan kelucuannya selalu menghadirkan semangat dan kebahagiaan;

9. Teman-teman seperjuangan selama masa kuliah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga apa yang coba penulis bahas didalam skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

Bandar Lampung,22 September 2015 Penulis


(17)

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kegiatan perekonomian dunia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut mendorong, transaksi jual-beli yang dilakukan antara produsen dan konsumen menjadi lebih luas (global) yakni tidak hanya terjadi dalam pasar domestik, tetapi juga dalam pasar internasional. Kondisi Indonesia saat ini sangat membuka peluang bagi dunia usaha untuk semakin berkembang ke berbagai sektor, salah satunya adalah sektor property dan real estate seiring dengan tingkat kebutuhan investasi properti dan kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal.

Pasar modal merupakan salah satu contoh adanya kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih modern dibidang ekonomi. Pasar modal merupakan media yang sangat efektif untuk dapat menyalurkan dan menginvestasikan dana yang berdampak produktif dan menguntungkan investor. Melalui kegiatan pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana untuk membiayai kegiatan operasional dan perluasan perusahaan. Salah satu perusahaan yang ada dalam pasar modal ialah perusahaan property dan real estate.


(19)

Di Indonesia saat ini, perusahaan property dan real estate dapat berkembang pesat, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode ke periode paling banyak jika dibandingkan dengan perusahaan lain, sehingga tidak menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Dalam menjalankan usahanya terdapat beberapa aspek penting dalam suatu perusahaan, salah satunya adalah aspek keuangan. Pada Aspek keuangan, salah satunya mencakup kegiatan pengambilan keputusan pendanaan yang akan diambil perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya, dan memilih alternatif investasi yang tepat dengan menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya modal yang kuat, diharapkan perusahaan mampu mempertahankan prestasi kerja yang sudah ada dan meningkatkan kualitas produksi, sehingga produk yang dihasilkan mampu menghasilkan nilai lebih bagi konsumen serta mempunyai daya saing yang tinggi dengan barang- barang sejenis di pasaran.

Dilihat dari aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan saat ini, diperlukan modal yang tidak sedikit, mengingat adanya fluktuasi harga-harga bahan baku produksi pembangunan property dan real estate dan harga lahan yang terkadang sangat jauh berbeda dengan prediksi sebelumnya. Alternatif jenis-jenis sumber pembiayaan yang dipilih perusahaan dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, penerbitan efek saham, obligasi, serta laba ditahan (Riyanto, 2001: 295).


(20)

Struktur modal adalah perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan (Husnan, 2002). Kombinasi yang tepat dalam pemilihan modal yang dipilih, akan mampu menghasilkan struktur modal yang optimal, yang mampu menjadi pondasi kuat bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas produksinya, serta mampu mendatangkan keuntungan optimal bagi perusahaan dan bagi pemegang sahamnya.

Yang dimaksud dengan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Untuk itu, dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai variabel yang mempengaruhinya. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan tersebut.

Sebagaimana disebutkan dalam Weston dan Brigham (2001) kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian-penambahan utang dapat memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut.


(21)

Tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran para pemegang sahamnya (Gitman, 2003: 15). Hal tersebut dapat tercapai apabila perusahaan mempunyai nilai yang tinggi, yang berarti mengoptimalkan harga saham perusahaan, yaitu dengan memilih struktur modal yang paling tepat dengan menyeimbangkan antara penggunaan hutang dan modal sendiri. Kombinasi yang optimal harus mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan penggunaan dana tersebut. Apabila manajer menggunakan hutang, biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Pemilihan struktur modal yang tidak tepat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal tinggi yang berpengaruh pada profit yang dihasilkan oleh perusahaan (Sartono, 2001).

Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005). Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Bringham and Gapensi, 2006). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset.

Weston dan Brigham (1998), menyatakan bahwa struktur keuangan (financial leverage) merupakan cara aktiva-aktiva dibelanjai/dibiayai; hal ini seluruhnya


(22)

merupakan bagian kanan neraca, sedangkan struktur modal (capital structure) merupakan pembiayaan pembelanjaan permanen, yang terutama berupa hutang jangka panjang, saham preferen dan modal saham biasa, tetapi tidak semua masuk kredit jangka pendek. Jadi struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari struktur keuangannya.

Perusahaan-perusahaan yang mempunyai prediksi akan mengalami pertumbuhan tinggidi masa mendatang akan lebih memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan. Dengan demikian perusahaan yang memiliki peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang. Growth opportunity bagi setiap perusahaan berbeda-beda, hal ini menyebabkan perbedaan keputusan pembelanjaan yangdiambil oleh manajer keuangan. Perusahaan dengan growth opportunity tinggi cenderung membelanjakan pengeluaran investasi dengan modal sendiri untuk menghindari masalah under investment yaitu tidak dilaksanakannya semua proyek investasi yang bernilai positif oleh pihak manajer perusahaan (Chen, 2004).

Selain itu, kebijakan hutang dan struktur kepemilikan modal juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan dengan adanya pajak, biaya keagenan, dan biaya kesulitan keuangan sebagai imbangan dari manfaat penggunaan hutang. Menurut tradeoff model, struktur modal yang optimal merupakan keseimbangan antara penghematan pajak atas penggunaan hutang dengan biaya kesulitan akibat penggunaan hutang, sebab biaya dan manfaat akan saling meniadakan satu sama lain. Tingkat hutang optimal tercapai ketika pengaruh interest tax-shield mencapai jumlah yang maksimal terhadap ekspektasi cost of financial distress.


(23)

Pada tingkat hutang yang optimal diharapkan nilai perusahaan akan mencapai nilai optimal, dan sebaliknya apabila terjadi tingkat perubahan hutang sampai melewati tingkat optimal atau biaya kebangkrutan dan biaya kesulitan keuangan financial distress cost lebih besar dari pada efek interest tax-shield, hutang akan mempunyai efek negatif terhadap struktur modal perusahaan.

Berdasarkan teori struktur modal, apabila posisi struktur modal berada diatas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah salah satu dari tugas utama manajemen perusahaan. Struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio leverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari struktur modal perusahaan. Struktur modal merupakan kunci perbaikan produktivitas dan kinerja perusahaan.

Teori struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan (financial policy) perusahaan dalam menentukan struktur modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas (sumber eksternal) yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu. Sejumlah faktor mempengaruhi keputusan mengenai struktur modal perusahaan, seperti stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, peluang pertumbuhan, tingkat profitabilitas, pajak penghasilan,


(24)

tindakan manajemen dan sebagainya. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah ukuran perusahaan, perusahaan yang lebih besar pada umumnya lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh sebab itu dengan memperoleh pinjaman perusahaan dapat berkembang lebih baik lagi (Mai, 2006).

Menurut trade off theory manajer dapat memilih rasio utang untuk memaksimakan nilai perusahaan. Fama (1978) berpendapat bahwa nilai perusahaan akan tercermin dari harga saham. Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimalkan nilai perusahaan tidak hanya dengan nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi jenis semua sumber keuangan seperti hutang, waran maupun saham preferen. Fama dan French (1998) berpendapat bahwa optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.

Teori struktur modal menjelaskan pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai ekspektasi nilai investasi pemegang saham (harga pasar ekuitas) dan atau ekspektasi nilai total perusahaan (harga pasar ekuitas ditambah dengan nilai pasar hutang atau ekspektasi harga pasar aktiva (Sugihen, 2003). Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap penjualan yang dimiliki, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001). Perusahaan-perusahaan dengan profit tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh


(25)

manfaat pajak. Hal ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi. Pada variabel profitabilitas, hasil temuan (Mai, 2006) serta Suwarto dan Ediningsih (2002) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Dalam melaksanakaan kegiatan operasionalnya, keberadaan dana sangatlah dibutuhkan oleh perusahaan property dan real estate. Menurut Martono dan Harjito (2009), dana dapat diperoleh dari sumber internal dan eksternal perusahaan. Sumber dana eksternal merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya, dana-dana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain di luar perusahaan. Sedangkan sumber dana internal yang ada di perusahaan terdiri atas laba yang tidak dibagi (laba ditahan) dan depresiasi.

Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh perusahaan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen, dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat pada perusahaan yang bersangkutan (Riyanto dalam Hesti Kusuma, 2010: 2).


(26)

Dalam hubungannya dengan struktur modal, perusahaan harus mampu menghimpun dana baik yang bersumber dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang ditanggung perusahaan. Menurut Prabansari dan Kusuma dalam Attasya (2012: 2), menerangkan bahwa biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara lansung timbul dari keputusan yang dilakukan manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya modal yang timbul sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan.

Berkaitan dengan hal tersebut maka perusahaan perlu memperhatikan biaya modal yang efisien dalam menetukan struktur modal yang optimal. Perusahaan harus mencari berbagai alternatif pendanaan yang efisien dalam memenuhi kebutuhan dananya. Perusahaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Menurut Riyanto (2001: 294) menerangkan bahwa struktur modal yang optimal, dapat didasarkan pada “aturan struktur finansial konservatif yang vertikal” menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun juga jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain “Debt Ratio” jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang


(27)

menjadi jaminannya (modal sendiri). Berdasarkan konsep biaya modal (cost of capital), maka diusahakan dimilikinya struktur modal yang optimum dalam artian struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaaan modal rata-rata (average cost of capital). Dalam menentukan struktur modal perusahaan, banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut diantaranya tingkat penjualan, struktur assets, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas dan pajak, kebijakan deviden, kondisi internal perusahaan, pengendalian dan attitude management (Bagus Wiksuana, 2001: 201).

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang dihasilkan dari berbagai aktivitas perusahaan melalui sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan selama periode tertentu. Berdasarkan teori trade-off (Adrianto dan Wibowo dalam Bram Hadiyanto, 2008: 13), diuraikan bahwa profitabilitas diprediksikan memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal. Perusahaan yang memiliki profit akan menggunakan lebih banyak utang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari pengurangan pajak.

Sedangkan hal yang berlawanan diuraikan oleh teori pecking order Myer dalam Hana Tiara (2012: 6) yang menyatakan bahwa: perusahaan yang sangat menguntungkan pada umumnya mempunyai hutang yang lebih sedikit. Hal ini terjadi bukan karena perusahaan tersebut mempuyai target debt ratio yang rendah, tetapi disebabkan karena perusahaan memang tidak membutuhkan dana dari pihak eksternal.


(28)

Selain profitabilitas, ukuran perusahaan juga dapat mempengaruhi struktur modal. Menurut Agnes Sawir dalam Amellia Atassya (2012: 17), ukuran perusahaan adalah ukuran perusahaan yang dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan ratarata total aktiva (Sigit dalam Hana Tiara, 2012: 2). Penentuan perusahaan dalam penelitian ini didasarkan pada total asset perusahaan. Total aktiva dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan

nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih dalam Istiningdiah, 2012: 15).

Perusahaan-perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2012, sebagai berikut.

Tabel 1. Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012

No. Nama Perusahaan Kode

Perusahaan

Tahun IPO

1 Agung Podomoro Land, Tbk. APLN 2010

2 Alam Sutera Reality, Tbk ASRI 2007

3 Duta Pertiwi, Tbk DUTI 1994

4 Bukit Darmo Property BKDP 2007

5 Sentul City, Tbk BKSL 1997

6 Bumi Serpong Damai, Tbk. BSDE 2008

7 Ciputra Development, Tbk CTRA 1994

8 Ciputra Surya, Tbk CTRS 1999

9 Summarecon Agung, Tbk SMRA 1990

10 Barkreiland Development, Tbk ELTY 1995 Sumber: Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012


(29)

Tabel 2. Profitabilitas Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam Persentase

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 6,31 6,87 7,93

2 ASRI 3,27 2,46 3,89

3 DUTI 3.15 7.34 7.81

4 BKDP 2,12 4,34 3,84

5 BKSL 2.15 2.96 3.49

6 BSDE 6.94 8.19 9.15

7 CTRA 0.38 0.34 0.51

8 CTRS 4.77 6.79 7.25

9 SMRA 5.60 6.56 5.85

10 ELTY 1.32 0.61 -0.94

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa profitabilitas perusahaan-perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 mengalammi kenaikkan. Penurunan profitabilitas hanya terjadi pada Barkrei Land Development.

Tabel 3. Likuiditas Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 Dalam Persentase

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 3.00 1.83 1.56

2 ASRI 0.98 0.98 1.23

3 DUTI 1.41 0.95 2.37

4 BKDP 1.44 1.30 1.23

5 BKSL 2.81 3.16 3.18

6 BSDE 2.41 1.97 1.74

7 CTRA 4.89 2.37 1.56

8 CTRS 1.99 1.67 1.26

9 SMRA 1.34 1.37 0.12

10 ELTY 2.38 1.34 0.86

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012


(30)

Tabel 4. Total Asset Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam Milyar Rupiah

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 7,755,988 10,838,821 15,195,642

2 ASRI 4,587,986 6,007,548 10,946,417

3 DUTI 4,723,365 5,188,186 6,592,255

4 BKDP 1,017,544 976,489 899,948

5 BKSL 4,814,315 5,290,383 6,154,231

6 BSDE 11,694,748 12,787,377 16,756,718

7 CTRA 9,378,342 11,524,867 15,023,392

8 CTRS 2,609,230 3,529,028 4,428,211

9 SMRA 6,139,640 8,099,175 5,404,387

10 ELTY 17,064,19 17,707,950 15,235,633

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012

Tabel 5. Fixed Asset Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam Milyar Rupiah

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 684,010 2,220,358 1,853,092

2 ASRI 148,063 341,514 708,121

3 DUTI 232,869 205,746 180,139

4 BKDP 495,320 528,795 528,795

5 BKSL 28,622 45,363 126,265

6 BSDE 365,038 486,920 461,357

7 CTRA 2,023,919 2,395,684 1,240,09

8 CTRS 646,025 381,691 379,079

9 SMRA 379,106 304,427 282,418

10 ELTY 2,548,268 2,565,593 3,498,009

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012


(31)

Tabel 6. Assets Structure Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012 dalam Persentase

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 9% 20% 12%

2 ASRI 3% 6% 6%

3 DUTI 5% 4% 3%

4 BKDP 49% 54% 59%

5 BKSL 1% 1% 2%

6 BSDE 3% 4% 3%

7 CTRA 22% 21% 8%

8 CTRS 25% 11% 9%

9 SMRA 6% 4% 5%

10 ELTY 15% 14% 23%

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012

Tabel 7. Assets Growth Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 dalam Persentase

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 39% 40% 40%

2 ASRI 37% 31% 82%

3 DUTI 16% 10% 27%

4 BKDP 3% -4% -8%

5 BKSL 14% 10% 16%

6 BSDE 18% 9% 31%

7 CTRA 29% 23% 30%

8 CTRS 33% 35% 25%

9 SMRA 223% 32% -33%

10 ELTY 9% 4% -14%

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012


(32)

Tabel 8. Firm Size Perusahaan-Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI periode 2010-2012 dalam Milyar Rupiah

No. Nama Perusahaan

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1 APLN 7,755,988 10,838,821 15,195,642

2 ASRI 4,587,986 6,007,548 10,946,417

3 DUTI 4,723,365 5,188,186 6,592,255

4 BKDP 1,017,544 976,489 899,948

5 BKSL 4,814,315 5,290,383 6,154,231

6 BSDE 11,694,748 12,787,377 16,756,718

7 CTRA 9,378,342 11,524,867 15,023,392

8 CTRS 2,609,230 3,529,028 4,428,211

9 SMRA 6,139,640 8,099,175 5,404,387

10 ELTY 17,064,19 17,707,950 15,235,633

Sumber: Diolah berdasarkan data Indonesian Capital Market Directory Tahun 2010-2012

Bisnis properti dan real estate di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Daya minat masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada bisnis properti dan real estate mulai nampak dari tahun 1980an sampai sekarang. Dilihat dari minat minat masyarakat, industri properti dan real estate merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang melihat potensi jumlah penduduk yang makin besar dengan rasio kepemilikan rumah dan properti yang masih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah dan properti lainnya, membuka kesempatan yang luas untuk perusahaan properti dan real estate untuk mengembangkan usahanya. Akan tetapi kemampuan mengembangkan usaha tentunya dipengaruhi oleh ketersedian modal.

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang "Pengaruh Profitability, Liqudity, Assets Structure, Assets Growth, Dan Firm Size Terhadap Struktur Modal Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Untuk Periode 2010-2012."


(33)

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang telah Peneliti ungkapkan pada latar belakang dan uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:

1. Apakah profitabilitas (profitability) berpengaruh pada struktur modal? 2. Apakah likuiditas (liquidity) berpengaruh pada struktur modal?

3. Apakah struktur aktiva (assets structure) berpengaruh pada struktur modal?

4. Apakah pertumbuhan aset (assets growth) berpengaruh pada struktur modal?

5. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh pada struktur modal?

1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal. 2. Mengetahui pengaruh likuiditas (liquidity) terhadap struktur modal.

3. Mengetahui pengaruh struktur aktiva (assets structure) terhadap struktur modal.

4. Mengetahui pengaruh pertumbuhan aset (assets growth) terhadap struktur modal.

5. Mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur modal.


(34)

1. 3. 2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, kegunaan penelitian ini, yaitu: 1. Bagi perusahaan

Meskipun penelitian iji jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan-perusahaan Properti Dan Real Estate dan sebagai masukan yang dapat menjadi tolok ukur dalam penyusunan suatu struktur modal yang optimal, serta dapat memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal.

2. Bagi investor

Memberikan informasi kepada manager keuangan, serta para investor dalam menentukan alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang memperngaruhinya. Selain itu diharapkan dapat menjadi masukan mengenai kinerja perusahaan yang akan memperngaruhi pertimbangan calon investor menentukan kebijakan dalam penanaman modal yang tepat. 1. 4 Kerangka Teoritis

Profitabilitas(X1)

Ukuran

Perusahaan (X5) Likuiditas (X2)

Pertumbuhan Aset (X4) Struktur Aktiva (X3)


(35)

1. 5 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif terhadap struktur modal. H2 : Likuiditas (liquidity) berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

H3 : Struktur aktiva (assets structure) berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

H4 : Pertumbuhan aset (assets growth) berpengaruh positif terhadap struktur modal.

H5 : Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh positif terhadap struktur modal.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Landasan Teori

2. 1. 1 Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan yang mencerminkan perimbangan (absolut maupun relatif) antara keseluruhan modal eksternal (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri (Riyanto, 1999). Per definisi, struktur modal merupakan kombinasi hutang dan ekuitas dalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan.

Menurut Brigham dan Houston, (2001) ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal; pertama adalah stabilitas penjualan; perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Kedua adalah struktur aktiva; perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan utang. Faktor ketiga yang mempengaruhi struktur modal adalah leverage operasi. Dalam hal ini, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena memiliki resiko bisnis yang lebih kecil. Faktor keempat adalah tingkat


(37)

pertumbuhan; perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Namun, pada saat yang sama perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan hutang.

Selain empat faktor di atas, penentu lain dari struktur modal adalah profitabilitas. Dalam kenyataan, seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi hanya menggunakan hutang yang relatif kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang sangat menguntungkan memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan mereka untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

Sikap manajemen merupakan faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap pilihan sturktur modal perusahaan. Hal ini disebabkan kurangnya bukti bahwa struktur modal tertentu akan membuat harga saham tinggi dibandingkan struktur modal lainnya, dengan demikian manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang dipilih. Masih terkait dengan manajeman, variabel lain yang turut berpengaruh terhadap sturktur modal adalah sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor penggunaan hutang yang tepat bagi perusahaan, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan


(38)

membicarakan struktur modalnya dengan memberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima.

Terkait dengan pasar, maka tiga faktor penentu struktur modal yang diidentifikasi oleh Brigham dan Houston (2001) adalah kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Kondisi di pasar saham dan pasar obligasi yang mengalami perubahan baik jangka pendek dan panjang, akan sangat berpengaruh struktur modal perusahaan yang optimal, sementara kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. Yang terakhir, mempertahankan fleksibilitas keuangan, jika dilihat dari sudut pandang operasional berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai, dan ini akan berpengaruh terhadap pilihan struktur modal yang dianggap optimal bagi perusahaan.

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri (Riyanto, 1995). Sedangkan menurut Sartono (1994) struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan dimana struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahan membiayai aktivanya yang dapat dilihat pada seluruh kanan neraca, yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Masing-masing sumber permodalan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Sehingga memiliki konsekuensi finansial yang berbeda-beda.


(39)

Menurut Harnanto (1991) Keputusan penggunaan tiap-tiap jenis sumber permodalan atau mengkombinasikannya, dihadapkan pada berbagai pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuntitaif yang mencakup tiga unsur penting yaitu:

1. Sifat keharusan untuk membayar balas jasa atas pengunaan modal kepada pihak yang menyediakan dana tersebut, atau sifat keharusan untuk pembayaran biaya modal

2. Sampai seberapa jauh kewenangan dan campur tangan pihak penyedia dana itu dalam pengelolaan perusahaan.

3. Resiko yang dihadapi oleh perusahaan

2. 1. 2 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan dividen dipegang konstan. Jika perubahan struktur modal tidak merubah nilai perusahaan berarti tidak ada struktur modal yang terbaik. Semua struktur modal adalah baik. Tetapi dengan mengubah struktur modal ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal terbaik yaitu struktur modal yang memaksimumkan nilai perusahaan. Beberapa teori struktur modal diantaranya adalah:

a. Pendekatan Modigliani dan Miller

Teori struktur modal dipelopori oleh Modigliani dan Miller (MM) tahun 1958, asumsi mereka adalah “pasar adalah rasional dan tidak ada pajak”, sehingga struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, proporsi ini dibuktikan dengan menggunakan arbitrase, karena melalui arbitrase kedua harga saham akan


(40)

mencapai keseimbangan. Dalam pekembangannya MM memasukan unsur pajak, sehingga struktur modal menjadi relevan, Karena bunga yang dibayarkan akibat menggunakan utang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Nilai perusahaan akan maksimum, jika utang perusahaan 100% dan semakin banyak utang adalah semakin baik.

b. Trade off theory

Trade off-theory menjelaskan bahwa penggunaan utang 100% sulit dijumpai dalam praktek, kenyataanya semakin banyak utang semakin tinggi beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Seperti biaya kebangkrutan, biaya keagengan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. Oleh karena itu teori ini menyatakan bahwa struktur modal optimal tercapai pada saat terjadinya keseimbangan antara mamfaat dan pengorbanan utang.

c. Teori Pengisyaratan (Signaling Theory)

Isyarat atau signal menurut Bringham dan Houston (1999; 36) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Menurut Bringham dan Houston (1999; 36) bahwa perusahaan yang mempunyai prospek cerah tidak menghendaki pendanaan dengan menjual saham baru, sedangkan perusahaan dengan prospek yang suram memang menyukai pendanaan dengan ekuitas dari luar. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Sehingga harga saham akan turun.


(41)

d. Asymmetric Information Theory

Asymmetric Information terjadi apabila manajemen memiliki informasi yang lebih baik dari investor luar (Bringham dan Houston, 1999). Jika pihak manajemen ingin memaksimalkan nilai untuk pemegang saham saat ini, bukan pemegang saham baru, maka ada kecendrungan bahwa: 1) jika perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak akan menerbitkan saham baru tetapi menggunakan laba ditahan dan 2) Jika prospek perusahaan kurang baik, manajemen akan menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana. Kecenderungan ini diketahui oleh investor maka penerbitan saham baru dianggap sebagai kabar buruk. Sehingga harga saham cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal sendiri menjadi tinggi maka ROE akan cendrung menurun.

e. Pecking Order Theory

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Donaldson pada tahun (1961) sedangkan penamaan Pecking Order Theory dilakukan oleh Myers (1984) dalam Husnan, (1996; 324), yang menunujukan urutan pendanaan sebagai berikut:

Perusahaan lebih menyukai Internal Financing (pendanaan dari dalam) Apabila pendanaan dari luar (External Financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), jika masih belum mencukupi saham baru akan diterbitkan.


(42)

Sesuai dengan teori ini tidak ada suatu target debt to equity, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai dari pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Hal ini karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama dan manajer khawatir kalau penerbitam saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal, dan membuat harga saham akan turun.

Brealey dan Myers (2003) menyatakan teori pecking order diawali dengan berdasarkan asumsi asimetris manajer yang mengetahui lebih banyak informasi daripada investor luar tentang profitabilitas dan prospek perusahaan. Informasi ini mempengaruhi pilihan antara pembiayaan internal dan eksternal. Myers dan Maljuf (1984) menyatakan dengaan adanya informasi yang tidak simetrik, investor biasanya akan menafsirkan berita yang buruk jika emiten mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas, sehingga saham perusahaan akan dinilai lebih tinggi (over value) jika penerbitan ekuitas baru dilakukan oleh manajer.

Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan hutang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa.


(43)

Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembiayaan dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia.

Hanya sedikit perusahaan menguntungkan yang menerbitkan hutang karena mereka tidak memiliki dana internal yang cukup untuk program investasi modal mereka, karena hutang berada pada urutan pertama dalam urutan pilihan (pecking order) untuk pendanaan eksternal. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat bunga yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Teori ini tidak menyangkal bahwa pajak dan masalah keuangan dapat menjadi faktor penting dalam pilihan struktur modal. Meskipun demikian, teori ini menyatakan bahwa faktor-faktor ini tidak terlalu penting dibandingkan preferensi manajer atas dana internal melebihi dana eksternal dan atas pendanaan hutang melebihi penerbitan saham biasa baru.

2. 1. 3 Komponen Struktur Modal

Dari pengertian struktur modal maka dapat dilihat bahwa struktur modal terdiri dari hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham


(44)

preferen dan modal pemegang saham. Yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu modal asing dan modal saham. Secara umum karekteristik masing sumber permodalan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Hutang atau Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja didalam perusahaan dan bagi perusahaan modal tersebut merupakan utang pada saat tertentu harus dibayar kembali tepat waktu baik jangka pendek maupun jangka panjang (Riyanto, 1995). Dalam hubungannnya dengan modal asing Curt Sanding dalam Riyanto (1995) mengemukakan karakteristik Modal Asing sebagai berikut:

1. Modal yang terutama memperhatikan kepada kepentingannya sendiri yaitu kepentingan kreditur;

2. Modal yang tidak mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan perusahaan;

3. Modal dengan beban bunga yang tetap, tanpa memandang adanya keuntungan atau kerugian;

4. Modal yang hanya sementara turut bekerja sama didalam perusahaan; dan 5. Modal yang dijamin, modal yang mempunyai hak didahulukan (hak

Preferent) sebelum modal sendiri didalam likuidasi.

Pada dasarnya, komitmen terhadap hutang jangka panjang mempunyai dampak yang jauh lama terhadap situasi perusahaan, ketimbang pembelanjaan modal kerja jangka pendek atau pinjaman jangka menengah. Dalam kaitanya dengan penelitian ini maka yang disebut dengan hutang jangka pendek/panjang yang


(45)

bersifat permanen adalah hutang yang mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun. Yang secara umum terdiri-dari:

1. Term loan

Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu.

2. Leasing

Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan service dari suatu aktiva tetap yang tidak disertai dengan hak untuk memilikinya. Atau persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor) menginginkan pihak lain (lessee) untuk mengunakan jasa dari aktiva tersebut tetapi hak milik ada pada lessor, kadang-kadang lessor juga diberi kesempatan untuk membeli aktiva tersebut. (Riyanto, 1995) dengan demikian maka leasing sama dengan debt financing karena mempunyai beban tetap.

3. Pinjaman Obligasi

Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Ada berbagai tipe jenis obligasi, diantaranya obligasi biasa (bonds), obligasi pendapatan (income bonds) dan obligasi yang dapat ditukarkan (convertible bonds).

4. Pinjaman hipotik (Mortgage)

Pinjaman hipotik (Mortgage) adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak


(46)

bergerak, apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, maka barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihan.

b. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari sumber intern dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan. Curt Sanding Dalam Riyanto (1995) mengemukakan karakteristik Modal sendiri sebagai berikut:

1. Modal terutama tertarik dan berkepentingan terhadap kontinuitas, kelancaran dan keselamatan perusahaan.

2. Modal yang dengan kekuasaannya dapat mempengaruhi politik perusahaan.

3. Modal yang mempunyai hak atas laba sesudah pembayaran bunga kepada modal asing.

4. Modal yang menjadi jaminan dan haknya adalah sesudah modal asing dalam likuidasi.

Modal sendiri dalam perusahaan secara umum terdiri dari: 1. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan, biasanya saham terdiri dari saham biasa, saham preferent dan saham kumulatif preferen. Pemegang saham biasa dan preferen hanya


(47)

akan mendapatkan dividen pada akhir tahun pembukuan, jika perusahaan mendapat keuntungan. Dividen untuk pemegang saham preferen akan lebih diutamakan terlebih dahulu dari pada saham biasa dan deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham preferen bersifat tetap. Kalau perusahaan rugi, maka pemilik saham preferen akan memperoleh dividen yang dikumulatif pada tahun berikut. Saham preferen mempunyai sifat campuran antara hutang dan saham biasa. Bersifat sebagai hutang karena mengandung kewajiban yang tetap untuk mengadakan secara periodik, tetapi dalam likuidasi perusahaan pemegang saham preferen mempunyai hak didahulukan sebelum sebelum pemegang saham biasa.

2. Cadangan

Cadangan yang dimaksud disini adalah cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan, Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri, cadangan yang termasuk kedalam modal sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian yang tidak diduga sebelumya (cadangan umum).

3. Laba ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan. Adanya keuntungan akan memperbesar Retained Earning


(48)

yang berarti akan memperbesar modal sendiri, sebaliknya adanya kerugian akan memperkecil retained earning yang berarti akan memperkecil modal sendiri.

2. 2 Penelitian Terdahulu

1. Saidi (2004)

Penelitian yang dilakukan oleh Saidi bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempangaruhi struktur modal baik secara parsial maupun simultan. Variabel yang digunakan adalah struktur modal, ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aset, profitabilitas, struktur kepemilikan. Hasil dari penelitian ini yaitu risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan perusahaan.

2. Sekar Mayangsari (2001)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan pengaruh struktur aset, tingkat pertumbuhan, besaran perusahaan, profitabilitas, operating leverage, dividend payout ratio, dan perubahan modal kerja terhadap sumber pendanaan perusahaan property dan real estate di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah pertumbuhan laba bersih, struktur aset, perubahan modal kerja, size, operating leverage, sumber pendanaan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa pertumbuhan, profitabilitas, operating leverage berpengaruh negatif. Sedangkan struktur aset, size dan perubahan modal kerja berpengaruh positif terhadap struktur modal. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu pertumbuhan dan perubahan modal kerja.


(49)

3. Farah Margaretha (2003)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi manajemen terhadap struktur modal perusahaan-perusahaan yang sudah go publik yang menyangkut komponen struktur modal, biaya modal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Variabel yang digunakan adalah total aktiva, tingkat penjualan, laba/rugi, lama perusahaan berdiri, faktor yang mempengaruhi, peringkat komponen struktur modal dan struktur keuangan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh adalah stabilitas penjualan dan pengaruh pajak.

4. Mutamimah (2003)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah teori Trade-off, Pecking Order, dan Agency mampu menjelaskan struktur modal di Pasar Modal Indonesia. Hasil penelitian ini adalah data tahun 1999 dan 2000 membuktikan bahwa utang merupakan porsi yang paling besar dari sumber pendanaan perusahaan. Selain itu, proksi Trade-off Theory tidapt dapat menjelaaskan struktur modal perusahaan-perusahaan yang go public di Indonesia, sedangkan proksi Pecking Order Theory dapat menjelaskan struktur modal perusahaan-perusahaan yang go public di Pasar Modal Indonesia.

5. Masidonda (2001)

Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi pengaruh variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, beban pajak dan laba ditahan terhadap struktur pendanaan pada industri makanan dan minuman yang go publik di BEJ. Hasil penelitian tersebut adalah variabel-variabel yang mempengaruhi struktur pendanaan yang meliputi struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran


(50)

perusahaan, beban pajak dan laba ditahan menunjukkan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap struktur pendanaan. Ukuran perusahaan dan beban pajak sangat berpengaruh signifikan dan dominan terhadap struktur pendanaan.

6. Prahalatan (2010)

Prahalatan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “The Determinants of

Capital Structure : An Empirical Analysis of Listed Manufacturing Companies in Colombo Stock Exchange Market in Srilanka”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen long term debt, short therm debt, total debt dan variabel independennya capital intensity, tangibility, profitability, size, dan NDTS. Hasilnya menunjukkan jika menggunakan total debt, capital intensity, profitability, firm size berpengaruh negatif signifikan, sedangkan tangibility berpengaruh positif signifikan. Kemudian, jika menggunakan total debt, capital intensity, profitability, firm size berpengaruh negatif signifikan, sedangkan tangibility berpengaruh positif signifikan. Kemudian jika menggunakan long term debt, capital intensity, dan firm size berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan tangibility dan profitability berpengaruh positif signifikan.

7. Margaretha & Ramadhan (2010)

Margaretha & Ramadhan (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Industri Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia” menggunakan sampel sebanyak 40 perusahaan dengan variabel

dependen short term leverage, long term leverage, total leverage dan variabel independen size, tangibility, profitability, liquidity, growth, NDTS, age, dan


(51)

investment. Hasilnya menunjukkan jika menggunakan short term debt, semua variabel berpengaruh positif signifikan kecuali variabel size, NDTS, dan investment yang tidak signifikan. Kemudian jika menggunakan long term debt, semua variabel berpengaruh positif, namun yang signifikan hanya variabel size dan tangibility. Kemudian jika menggunakan total debt, semua variabel berpengaruh positif, namun yang signifikan hanya variabel profitability, liquidity, dan growth.

2. 3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

2. 3. 1 Profitabilitas (Profitability)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Chen, 2004). Menurut Petronila dan Mukhlasin (2003) profitabilitas merupakan gambaran dan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.

Ang (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas dan rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, laba perusahaan juga merupakan elemen dalam menentukan


(52)

nilai perusahaan. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dalam berbagai rasio terhadap aktiva, misalnya rasio profitabilitas.

Analisis profitabilitas menekankan pada kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba selang periode tertentu yang diukur melalui rasio-rasio profitabilitas, (Riyanto, 1999). Proksi lain yang digunakan adalah Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Investment (ROI), Return on Equity dan Earning Power, (Brigham dan Houston, 2001). ROI misalnya menunjukkan rasio laba setelah pajak terhadap total aktiva, ROE yang sering disebut rentabilitas modal sendiri, digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri, dan yang terakhir, earning power atau rentabilitas, mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio ini dihitung dengan membagi laba usaha (laba sebelum bunga dan pajak) dengan total aktiva.

2. 3. 2 Likuiditas (Liquidity)

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Van Horne dan Wachowicz, 2001). Salah satu rasio likuiditas yang akan digunakan dalam penelitian ini current ratio (rasio lancar). Menurut Weston dan Copeland (1997) current ratio (rasio lancar) merupakan rasio antara aktiva lancar terhadap kewajiban lancar. Rasio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Biasanya aktiva lancar terdiri


(53)

dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan; sedangkan kewajiban lancar terdiri dari hutang bank jangka pendek atau hutang lainnya yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun.

Menurut pecking order theory, perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan lebih memilih menggunakan sumber dana internal terlebih dulu sebelum melakukan investasi keuangan yang baru. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Myers dan Rajan (1998) menyatakan bahwa ketika biaya agensi dari likuiditas tinggi, maka kreditur luar membatasi jumlah pembiayaan hutang yang tersedia bagi perusahaan. Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara likuiditas dengan DER. Hasil ini didukung oleh penelitian Syeikh dan Wang (2011) serta Shahjahanpour (2010).

2. 3. 3 Struktur Aktiva (Assets Structure)

Menurut Riyanto (1997) struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya, yatu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva-aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dijual atau dikonsumsi dalam suatu periode akuntansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap


(54)

pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimasukan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa. Kebanyakan perusahaan industri di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap.

Struktur aktiva adalah penentuan berupa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 1997). Titman dan Wessels (1988) menyatakan struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijadikan jaminan (collateral value of assets). Secara umum, perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Struktur aktiva diukur dengan aktiva tetap per total aktiva (Titman dan Wessels, 1988).

Pada umumnya, perusahaan yang memiliki proporsi struktur aktiva yang lebih besar kemungkinan juga akan lebih mapan dalam industri, memiliki risiko lebih kecil, dan akan menghasilkan tingkat leverage yang besar (Chen dan Hammes, 2002 dalam Supriyanto dan Falikhatun, 2008). Dengan kata lain, dengan struktur aktiva yang besar berarti perusahaan memiliki rasio hutang yang besar. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Musthapa (2011), Mas’ud (2008), Shah dan Khan (2007), Mayangsari (2001) yang memberikan hasil bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal.


(55)

2. 3. 4 Pertumbuhan Aset (Assets Growth)

Growth opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan (Mai, 2006). Definisi lain peluang pertumbuhan adalah perubahan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Besaran ini mengukur sejauh mana laba per lembar saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Perusahaan-perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih banyak membutuhkan dana di masa depan dan juga lebih banyak menahan laba. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan meningkat, dan perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih banyak melakukan utang untuk mempertahankan rasio utang yang ditargetkan (Mai, 2006).

Perusahaan-perusahaan yang memprediksi akan mengalami pertumbuhan tinggi di masa mendatang cenderung lebih memilih menggunakan saham untuk mendanai operasional perusahaan. Sebaliknya, apabila perusahaan memperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang rendah, mereka akan berupaya membagi risiko pertumbuhan rendah dengan para kreditur melalui penerbitan utang yang umumnya dalam bentuk utang jangka panjang (Mai, 2006). Salah satu alasan mendasar atas pola ini adalah biaya mengambang pada emisi saham biasa yang lebih tinggi dibanding pada surat berharga obligasi. Dengan demikian, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang dibanding dengan perusahaan dengan pertumbuhan lebih lambat.


(56)

2. 3. 5 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Size adalah simbol ukuran perusahaan. Faktor ini menjelaskan bahwa suatu perusahaan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil tidak mudah. Kemudahan aksesibilitas ke pasar modal merupakan fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan hutang atau memunculkan dana yang lebih besar dengan catatan perusahaan tersebut memiliki ratio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu: “perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan”.

Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang maksimal dapat dilihat dari rasio-rasio yang menunjukkan perkembangan atau kemunduran dari operasi onal normal perusahaan tersebut, hal ini dapat dilihat salah satunya dari rasio pertumbuhan, dimana rasio pertumbuhan menunjukkan ukuran kenaikan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari perbandingan tahun sebelum dan sesudah maupun sedang berjalan untuk beberapa pos akuntansi keuangan perusahaan. Dalam rasio pertumbuhan ini akan dihitung seberapa jauh pertumbuhan dari beberapa pos penting dalam laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai kekayaan


(57)

yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, bahwa keputusan struktur modal ditentukan oleh ukuran perusahaan, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Ismu Basuki: 2006).

2. 4 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

2. 4. 1 Pengaruh Profitabilitas (Profitability) Terhadap Struktur Modal

Sebagaimana disebutkan diawal, profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001; Mai, 2006). Perusahaan-perusahaan dengan profit yang tinggi cenderung menggunakan lebih banyak pinjaman untuk memperoleh manfaat dalam aspek pajak. Hal ini karena pengurangan laba oleh bunga pinjaman akan lebih kecil dibandingkan apabila perusahaan menggunakan modal yang tidak dikenai bunga, namun penghasilan kena pajak akan lebih tinggi (Mai, 2006).


(58)

Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan (Kartini dan Arianto, 2008). Dengan kata lain, keputusan pendanaan atau struktur modal sangat berpengaruh terhadap rendah atau tingginya profitabilitas suatu perusahaan. Menurut pecking order theory, perusahaan dengan tingkat keuntungan yang besar memiliki sumber pendanaan internal yang lebih besar dan memiliki kebutuhan untuk melakukan pembiayaan investasi melalui pendanaan eksternal yang lebih kecil (Schoubben dan Van Hulle, 2004; Adrianto dan Wibowo, 2007). Dengan demikian, teori ini memprediksikan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proporsi utang yang relatif kecil. Karena dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada perusahaan yang profitabilitasnya rendah. Apabila dalam komposisi struktur modal penggunaan modal sendiri lebih besar dari pada penggunaan utang, maka rasio struktur modal akan semakin kecil. Dengan demikian sesuai dengan teori di atas, maka semakin besar tingkat profitabilitas maka akan semakin kecil rasio struktur modal, sehingga profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis pertama yang akan diuji adalah bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Menurut Brigham dan Houston (2006) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Selain itu,


(59)

penelitian yang dilakukan oleh Myers dan Majluf (1984) menunjukkan bahwa profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset (ROA) berpengaruh negatif terhadap hutang, dimana tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal, dengan alasan bahwa dana internal lebih murah dibanding biaya dana eksternal. Peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba ditahan, sesuai dengan pecking order theory yang mempunyai preferensi pendanaan pertama dengan dana internal berupa laba ditahan, sehingga komponen modal sendiri semakin meningkat. Dengan meningkatnya modal sendiri, maka rasio hutang menjadi menurun (dengan asumsi hutang relatif tetap). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Ada pengaruh negatif profitabilitas terhadap strukur modal

2. 4. 2 Pengaruh Likuiditas (Liquidity) Terhadap Struktur Modal

Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Myers dan Rajan (1998) menyatakan bahwa ketika biaya agensi dari likuiditas tinggi, maka kreditur luar membatasi jumlah pembiayaan hutang yang tersedia bagi perusahaan. Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara likuiditas dengan DER. Hasil ini didukung oleh penelitian Syeikh dan Wang (2011) serta Shahjahanpour (2010).


(1)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, variabel profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 akan tetapi tingkat signifikan profitabilitas lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan. sedangkan variabel likuiditas tingkat signifikannya lebih kecil dari 0,05. Sehingga variabel utama profitabilitas dan likuiditas mendukung Pecking Order Theory dalam penelitian ini perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini membuktikan bahwa hanya variabel likuiditas yang memiliki tingkat signifikan terhadap struktur modal, akan tetapi perusahaan property dan real estate tidak bisa sepenuhnya menerapkan Pecking Order Theory dalam kelangsungan kegiatan operasi Perusahaan dikarenakan dalam penelitian ini hanya yang lebih dominan satu variabel untuk membuktikan Pecking Order Theory yaitu Likuiditas.

2. Struktur Aktiva sebagai variabel kontrol memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur modal pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 dan tingkat signifikansi nya lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan


(2)

76

property dan real estate memiliki aktiva tetap yang kecil sehingga perusahaan property dan real estate memperoleh dana untuk membiayai aktivitas perusahaannya dengan dana eksternal. Sehingga struktur aktiva tidak dapat mendukung hipotesis Pecking Order Theory.

3. Variabel pendukung atau kontrol lainnya seperti Pertumbuhan Aset dan, Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini sesuai dengan hipotesis Pecking Order Theory, dikarenakan Pertumbuhan Aset memiliki pengaruh yang negatif sehingga Perusahaan property dan real estate menggunakan dana eksternal dikarenakan perusahaan dalam tingkat pertumbuhan asetnya mengalami kenaikan. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory, bahwa Pecking Order Theory lebih mengutamakan pendanaannya pada dana internal. Variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap struktur modal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka Peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan atau Manajer keuangan

• Profitabilitas merupakan ukuran kinerja perusahaan. Tanpa adanya laba tidak mungkin perusahaan memperoleh dana pinjaman. Untuk tetap dapat memiliki citra atau reputasi yang baik di mata kreditur maupun investor, maka perusahaan harus dapat melakukan efisiensi biaya sehingga laba yang tersedia cukup untuk membayar bunga sebagai balas jasa atas dana yang dipinjamnya. Selain itu, profitabilitas dan likuiditas menentukan suatu perusahaan property dan real estate dalam memperoleh dana untuk


(3)

77

membiayai seluruh aktivitas perusahaan sesuai dengan Pecking Order Theory yang lebih mengutamakan pendanannya dari sumber internal. • perusahaan property dan real estate memiliki tingkat perndapatan yang

besar sebaiknya menerbitkan ekuitas jika memerlukan tambahan dana untuk investasi mengingat informasi asimetrik yang terjadi cukup kecil dan biaya penerbitan ekuitas yang murah.

2. Bagi para peneliti selanjutnya.

• Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel-variabel yang lebih empiris seperti Longtenn Debt, Defisit Pendanaan Internal, Risiko Bisnis dan masih banyak beberapa lainnya yang bisa diteliti dalam penelitian selanjutnya agar hasilnya lebih komprehensif dalam menguji hipotesis Pecking Order Theory ini selain profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, pertumbuhan aset, dan ukuran perusahaan yang diterapkan pada sektor lainnya sehingga tidak terfokus pada perusahaan property dan real estate. • Peneliti selanjutnya dapat menambah periode waktu pengamatan dalam

riset menjadi lebih panjang, misalnyaya 5 tahun atau mengubah periode waktu pengamatan dari tahun menjadi triwulanan. Periode yang panjang diharapkan dapat menangkap pola perilaku variabel yang mempengaruhi struktur modal menjadi lebih tegas dalam tingkat signifikansi pengungkapan tandanya.

• Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pooling untuk penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan metode time series agar dapat diketahui perbedaan pengaruh pada setiap tahunnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Baddarruzaman. 2004. Analisis Hubungan Struktur Modal Dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja Perbangkan (Studi Kasus Saham Lima Bank Terbesar Berdasarkan Aset dan Modal di BEJ. Thesis.

Brigham, E.F., dan J. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Buku II. Jakarta: Erlangga

Brigham, E.F., dan J. Houston. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Penerjemah Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesepuluh. Edisi Indonesia. Buku II. Jakarta: Salemba Empat.

Ekayana, Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005), ASET Vol.9 Nomer 2,Agustus 2007.

Euis dan Taswan. 2002. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi.

Haruman, Tendi. 2007. Pengaruh Keputusan Keuangan dan Kepemilikan Instutisional Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEJ). The First PPM National Conference on Management Reseach. Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Universitas Widyatama Bandung.

Hasnawati, Sri. 2005. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Publik Di Bursa Efek Jakarta. Usahawan: No.09/Th XXXIX, September 2005.

Helferd, E.A. 1997. Teknik Analsis Keuangan. Penerjemah Hermawan Wibowo. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Husnan, 1998, Manajemen Keuangan-Teori dan Penerapan (keputusan jangka panjang), Buku 1, Edisi 4, BPFE. Yogyakarta


(5)

Husnan, S., dan E. Pudjiastuti. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: UUP AMP YKPN.

Keown. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi 9, Indeks. Jakarta.

Masdar Mas’ud. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur

Modal dan Hubungannya Terhadap Nilai Perusahaan, Manajemen Dan Bisnis. Volume 7 Nomor 1 Maret 2008.

Ridwan dan Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Alfabeta, Bandung.

Robert Ang. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia, Jakarta.

Sarwono J dan Suhayati E. 2010. Rizet Akuntasi Menggunakan SPSS, Graha Ilmu, Bandung.

Saidi, 2004, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada

Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vo.XI (1).

Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Salemba Empat: Jakarta.

Safrida, Eli. 2008. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Thesis.

Sartono, R.A. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Sudarmadji, Murdoko, dan Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaaan,

Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan terhadap Voluntary

Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Procedding PESAT, vol. 2, 21- 22 Agustus 2007. Auditorium Kampus Gunadarma.

Sujoko dan Subiantoro. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Laverage, Faktor Intern dan Faktor Ektern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Emperik Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Nol 9, No.1, hal 41-48.

Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Vol.10 No.2.


(6)

Wirawati. 2008. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Price BooK Value Dalam Penilaian Saham DI Bursa Efek Jakarta Dalam Kondisi Krisis Moneter, Buletin Studi Ekonomi Volume 13 No.1.

Yuhasril. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Farmasi Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Thesis. Fakhruddin, M. dan M.S. Hadianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi

di PasarModal. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Kartini dan Tulus Arianto. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas,

Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12 No. 1 : 11-21.

Mai, Muhammad Umar., 2006, Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan-Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Jakarta, Ekonomika, Politeknik Negeri, Bandung.

Riyanto, Bambang 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke empat, BPFE, Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cash Ratio, Return On Assets, Growth Firm Size, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bursa efek Indonesia Tahun 2010 -2012

2 105 101

Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Return On Assets dengan Komisaris Independen sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 64 130

Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Liquidity, Dan Profitability Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei

1 55 90

Pengaruh Profitability dan Growth Opportunity Terhadap Firm’s Value Dengan Capital Structure Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2012

4 70 88

PENGARUH PROFITABILITY, LIQUIDITY, ASSETS STRUCTURE, ASSETS GROWTH, DAN FIRM SIZE TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEl) UNTUK PERIODE 2009-2011

0 8 69

Pengaruh Size Of Firm, Growth Of Firm dan Profitability Terhadap Struktur Modal (Pada Bidang Manufaktur 2010-2012 di BEI).

0 3 14

ANALISIS PROFITABILITY, SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, ASSETS STRUCTURE YANG BERPENGARUH TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2006-2011)

0 3 77

PENGARUH FIRM SIZE, GROWTH OPPORTUNITY, LIQUIDITY, DAN PROFITABILITY TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

0 2 64

PENGARUH INSIDER OWNERSHIP, FIRM SIZE, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA INDUSTRI KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2015

0 0 2

Pengaruh Profitability dan Growth Opportunity Terhadap Firm’s Value Dengan Capital Structure Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2012

0 0 10