Qaidah Fiqh Dalam Pendekatan Berbasis Maqasid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 82
dalam wajah baru yang sesuai dengan spirit merealisasi kemaslahatan umum. Inilah sesungguhnya yang dimaksud dengan ijtihad berbasis
maqas}id maqas}id based ijtihad tersebut.
Hashim Kamali mengemukakan empat contoh berkenaan dengan aplikasi pendekatan berbasis
maqas}id dalam beberapa persoalan fiqh. Pertama adalah diperbolehkannya pembayaran zakat fitrah dalam bentuk uang tunai dengan
alasan memiliki kesamaan makna dengan pembayaran zakat dalam bentuk makanan pokok, keduanya sama-sama bisa memenuhi kebutuhan hajat fakir
miskin. Kedua adalah diperbolehkannya penggunaan piranti modern untuk melihat bulan untuk menentukan awal Ramad}an karena tidak dimungkinkannya
melihat bulan dengan mata telanjang di kebanyakan negara muslim. Contoh ketiga adalah sikat dan pasta gigi modern yang dianggap berfungsi sama dengan siwak.
Contoh terakhir adalah tentang intervensi pemerintah dalam hal pengendalian harga yang secara tekstual bertentangan dengan hadis Nabi Saw atas
tas’ir kontrol harga ketika harga-harga naik dengan alasan khawatir akan adanya
operession dominasi dan semakin memburuknya kondisi ekonomi di kota Madinah pada waktu itu. Namun untuk menghindari dominasi, monopoli dan
pelanggaran etika ekonomi, intervensi dari pemerintah untuk mengontrol harga itu dibutuhkan untuk kemaslahatan ummat secara umum.
180
Dalam aplikasi maqas}id based ijtihad ini, ada tiga hal pokok yang
dijadikan dasar utama yaitu mufti atau penentu hukumnya adalah orang yang
benar-benar memenuhi kualifikasi sebagai seorang mujtahid, penentu hukum
180
M. Hashim Kamali,
Issues in The Legal Theory of Us}ul and Prosfect for Reform
Malaysia: International Islamic University, tt, 17-19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 83
tersebut mengetahui dengan baik konteks problematika hukum yang terjadi, dan berpegang teguh pada dalil yang mu‟tabar diakui validitas dan reliabilitasnya.
181
Dalam prosesnya tiga dasar tersebut dilakukan dalam tiga tahapan besar yaitu tasawwur,
takyif dan tat}biq. Tasawwur adalah tahap pengenalan hakikat problematika dan konteksnya dalam realita.
Takyif adalahpenyusunan dalil-dalil yang dianggap memiliki korelasi dengan kasus tersebut. Sedangkan
tat}biq adalah tahap penentuan hukum dengan mempertimbangkan kemaslahatan, akibat hukum,
dan tujuan-tujuan hukum itu.
182
Al-Qaht}ani menyatakan, proses berfikir berbasis maqas}id dalam penetapan
hukum suatu kasus harus melalui tiga hal: a
Menetapkan kemaslahatan hukum maslah}ah shar’iyyah dengan beberapa catatan yaitu: kemaslahatan yang dituju adalah kemaslahatan yang termasuk
dalam konsepsi maqas}id al-shariah, tidak bertentangan dengan nas}s} al-Quran
dan al-Sunnah, dan bersifat pasti atau diatas tingkatan praduga z}ann.
b Mempertimbangkan kaidah menghilangkan kesempitan atau penderitaan al-
h}araj yang mengantarkan pada beratnya beban hidup dengan catatan: penderitaan tersebut bersifat nyata, tidak bertentangan dengan
nas}s} dan bersifat umum.
c Mempertimbangkan konsekuensi hukum yang akan ditetapkan, apakah
penetapan hukum tersebut akan mencapai maslahat yang dikehendaki shara‟ atau tidak.
183
181
Al-Jizani,
Al-Ijtihad fi al-Nawazili,
19-21.
182
Ibid., 22-26.
183
Mus}fir bin „Ali bin Muhammad al-Qah}t}ani,
Manhaj Istinbat} Ahkam
... 328-334.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 84
Paparan di atas menunjukkan bahwa aplikasi maqas}id based ijtihad dalam
problematika hukum Islam memiliki prinsip, teori dan metodologi yang harus dipatuhi. Ia bukanlah suatu metode berfikir bebas tanpa kendali metodologis yang
memaksakan kehendak untuk mencari-cari hukum untuk memuaskan selera hati tanpa pertimbangan shara‟ dan tujuannya. Dengan demikian bisa penulis
simpulkan, tuduhan-tuduhan negatif yang menyatakan bahwa fiqh maqas}idi atau
fiqh al- tashri’ adalah bentuk penyimpangan hukum Islam yang hanya mengikuti
hawa nafsu, telah terbantahkan.