CRITICAL REVIEW JURNAL PENGEMBANGAN EKON
CRITICAL REVIEW JURNAL
“PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN
PESISIR SEDATI BERBASIS MINAPOLITAN”
Dosen :
Adjie Pamungkas, ST. M.Dev.Plg., Ph.D
Ema Umilia, ST., MT.
Oleh:
Rizki Ade Pratama (3613100019)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Topik Pembahasan
“Aspek Ekonomi dalam Perencanaan Pesisir”
Judul
“Pengembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sedati Berbasis Minapolitan”
Summary
Kecamatan Sedati yang dalam perencanaannya dijadikan sebagai kawasan strategis pesisir
dengan pengembangan agropolitan perikanan, pengembangan gemopolis dan marina city.
Kawasan angropolitan perikanan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian, perikanan dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang dtunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional
dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis (RTRW Kabupaten
Sidoarjo, 2009-2029). Secara umum mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, swasta
dan nelayan. Potensi ekonomi yang ada adalah hasil prtanian, perikanan dan pertambakan
sehingga diperlukan konsep dan strategi untuk mengembangkannya. Berikut merupakan
kerangka pikir konsep pengembangan ekonomi pesisir sedati berbasis minapolitan:
Berdasarkan gambar tersebut, ada 2 tahap penelitian. Penelitian tahap 1 mengidentifikasi
potensi ekonomi unggul Kecamatan Sedati. Proses penelitian tahap 1 ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif berdasarkan data PDRB Kecamatan Sedati terhadap
Kabupaten Sidoarjo dengan indicator PDRB dengan metode analisis Loqation-Quotien (LQ).
Penelitian tahap 2 membuat indikasi program berupa action plan untuk pengembagan
kawasan pesisir berbasis minapolitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan konsep regionalisasi kawasan dan basil analisa
potensi ekonomi dengan metode loqation-quotien (LQ) diperoleh Kecamatan Sedati
merupakan Kecamatan pusat pertumbuhan (growth pole) dengan konsep pengembangan
minapolitan dan kawasan pariwisata baik untuk wilayabnya sendiri maupun sebagai
hinterland kawasan lainnya. Berdasarkan potensi unggulan dan potensi strategis lokasi,
Kecamatan Sedati memiliki nilai LQ sebesar 1,69 sehingga besarnya nilai LQ tersebut harus
dikembangkan potensinya. Sedangkan konsep pengembangan kawasan pesisir berbasis
minapolitan dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan indikasi program yang telah
direncanakan. Program kegiatan tersebut diantaranya pembangunan tempat pendaratan
ikan,
pembangunan
pelabuhan
rekreasi
laut
juanda,
pengoptimalan
TPI
Juanda,
pembangunan rekreasi tempat pemancingan, pengoptimalan tambak garam, pengembangan
tambak udang dan bandeng, pembangunan lesehan sedati, pembibitan nener/Nursery,
pembangunan pelabuhan rekreasi laut Sedati, pembuatan cold strorage, pembuatan parik
es, pembangunan jalan akses ke lokasi, normalisasi sungai ke laut di Kawasan Sedati, dan
lain-lain.
Pembahasan
Minapolitan merupakan konsep pengembangan ekonomi berbasis kawasan berbasis
komoditas unggulan dari hulu ke hilir dimana diperlukan sinergi lintas sektor baik dari
Kementrian/Lembaga, swasta maupun masyarakat. Diperlukan beberapa persyaratan dalam
penetapan kawasan Minapolitan diantaranya, komoditas unggulan, masterplan, fasilitas
pendukung, letak geografis, komitmen Pemerintah Daerah dan lain-lain (KEPMEN KP, 2010).
Hal tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah produk serta
pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk menggerakkan ekonomi di
daerah. Tujuan akhir dari pengembangan kawasan Minapolitan tentunya untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan dengan parameter
peningkatan pendapatan.
Pada judul jurnal diatas, penulis mengetahui potensi ekonomi unggul melalui perkembangan
PDRB pada sub sektor perikanan. Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan salah satunya memiliki komoditas unggulan yang meliputi keberadaan dan nilai
perdagangan komoditas tinggi (KEPMEN KP, 2011). Memang benar penulis melakukan
penelitian tersebut harus menganalisis potensi ekonomi unggulan melalui sub sektor pada
PDRB. Alangkah baiknya, selain menentukan potensi ekonomi unggul juga menentukan
komoditas unggulan perhitungan kontribusi sektoral komoditas perikanan tangkap maupun
budidaya. Analisis kontibusi sektoral berfungsi untuk mendukung produksi pada zona inti
kawasan minapolitan dan hasilnya diperlukan sebagai penentuan prioritas pembangunan
yang perlu dilakukan dalam mendukung pertumbuhan sektor perikanan (Musiyam dkk,
2011:45).
Dengan adanya konsep minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan salah satunya dengan cara integrasi (KEPMEN KP,
2011).
Prinsip
integrasi
diharapkan
dapat
mendorong
agar
pengalokasian
sumberdaya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau
holistic dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik
instansi sektoral, pemerintah pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun
masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan
kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi yang
memadai dan sistem manajemen yang baik (KEPMEN KP, 2011). Pada penelitian
tahap 2 jurnal diatas, penulis membuat indikasi program berupa action plan untuk
pengembangan ekonomi kawasan pesisir berbasis minapolitan. Pada dasarnya
indikasi program memberikan gambaran penentuan prioritas-prioritas penanganan
pada masing-masing kegiatan. Program pada masing-masing bidang di wilayah
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pesisir yang ada di kecamatan sedati.
Kebutuhan tersebut disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan permasalahan
yang ada. Jika hanya melihat kebutuhan yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi
dan permasalahan, penentuan prioritas program action plan kurang kuat untuk
direalisasikan. Perlu ada kajian lebih lanjut dengan prinsip integrasi yang sudah dijelaskan
diatas. Prinsip ingtegrasi akan berjalan jika adanya dukungan dari stakeholder baik dari
kementrian/lembaga, kalangan wirausaha dan masyarakat terkait, dukungan infrastruktur
terkait sarana dan prasarana serta dukungan pasar terkai sistem manajemen pemasaran.
Kawasan Minapolitan membutuhkan persyaratan teknis maupun non teknis untuk dapat
berfungsi sebagai penggerak perekonomian lokal. Beberapa persyaratan yang dibutuhkan
tersebut terkait dengan syarat-syarat keberadaan Minapolitan itu sendiri maupun syaratsyarat kawasan tersebut dapat berkembang dan berfungsi seperti yang diharapkan. Syarat
yang diperlukan dalam pengembangan kawasan minapolitas yaitu dukungan produksi,
dukungan kelembagaan, dukungan infrastruktur dan dukungan pasar (Marham dan
Tjokropandojo, 2015).
Rekomendasi
Dengan adanya konsep Minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi
tinggi (KEPMEN KP, 2011).
1.
Prinsip integrasi, diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya
pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan
mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral,
pemerintahan pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat.
Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan
peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi,
sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.
2.
Prinsip efisiensi, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan
secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun
mempunyai daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan
infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan akan
lebih optimal. Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem
produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai
produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai kebutuhan,
sehingga menghasilkan produk-produk yang secara ekonomi kompetitif.
3.
Prinsip berkualitas, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus
berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi,
teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan
kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif.
4.
Prinsip berakselerasi tinggi, percepatan diperlukan untuk mendorong agar target
produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan.
Prinsip percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara
kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan perikanan
Indonesia tingkat dunia.
Dalam mengembangkan kawasan minapolitan ada sinergitas yang meliputi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perbankan, industri / asosiasi dan masyarakat (Widjaja dkk,
2013).
PEMERINTAH PUSAT
Sarpras lintas
sektor
Regulasi
HULU
PEMERINTAH
DAERAH
Sarpras lintas
SKPD
Regulasi
Penyediaan lahan
PERBANKAN
Permodalan
Pendampingan
usaha
INDUSTRI /
ASOSIASI
Investasi
Akses Pasar
Kemitraan
PENYERAPAN
TENAGA KERJA
Minapolitan
DAN
INDUSTRIALIS
ASI KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
PENINGKATAN
OUTPUT
PEREKONOMIAN
PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN
PENDAPATAN
HILIR
MASYARAKAT
Penerapan
standar pasar
Sinergi Pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan sinergi antara Pemerintah Pusat
yang bertanggungjawab terhadap Regulasi dan kebijakan, serta Sarana dan Prasarana lintas
sektor, Pemerintah Daerah (Sarana dan Prasarana lintas SKPD, regulasi dan penyediaan
lahan), Perbankan (permodalan dan pendampingan usaha), Industri/ asosiasi (investasi,
akses pasar, kemitraan) dan masyarakat (pasar). Semua dukungan tersebut masuk dalam
kawasan Minapolitan untuk menjamin keberlanjutan dari hulu ke hilir. Keberhasilan
pengembangan kawasan Minapolitan dapat di ukur dengan beberapa parameter utama yaitu
penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah dari kawasan
Minapolitanserta peningkatan pendapatan masyarakat. Muara akhir dari pengembangan
kawasan
Minapolitan
adalah
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
di
kawasan
Minapolitan.
Dengan melihat potensi kawasan minapolitan sedati yang cukup besar, maka diharapkan
ada rencana induk pengembangan kawasan minapolitan. Pengembangan Minapolitan
dilakukan dimulai dalam tataran perencanaan yaitu tertuang dalam Rencana Induk
(masterplan)
Minapolitan.
masterplan Minapolitan harus mengacu pada dokumen
perencanaan yang sudah ada yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Hal ini dilakukan agar konsep Minapolitan tidak bertentangan
dengan dokumen perencanaan yang ada dengan begitu sinkronisasi program lintas sektor
dapat terlaksana dengan acuan perencanaan yang ada. Rencana Induk Minapolitan nantinya
akan diturunkan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan
disinkronkan dengan dokumen Perencanaan milik Kementerian Pekerjaan Umum yaitu
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) dan Detail Engineering
Design (DED). Masterplan dan RPIJM kawasan Minapolitan di koordinasikan oleh Bappeda
yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota maupun Peraturan Daerah dan Menjadi
Bagian tidak terpisahkan dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) agar dapat mengikat.
Untuk mempercepat pengembangan kawasan Minapolitan diantaranya dapat melalui sinergi
pendanaan 19 bidang DAK yang ada yaitu DAK Bidang Kelautan dan Perikanan, Kehutanan,
Infrastruktur jalan, infrastruktur air minum, pendidikan, listrik pedesaan, keselamatan
transportasi darat, transportasi pedesaan, sarana daerah tertinggal, prasarana pemda,
kawasan perbatasan, perdagangan, perumahan dan pemukiman, lingkungan hidup,
pertanian, keluarga berencana dan kesehatan, difokuskan di kawasan Minapolitan.
Diharapkan dengan adanya sinergi pembiyaan bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) di
kabupaten/kota
yang
dikoordinasikan
pertumbuhan kawasan (Widjaja dkk, 2013).
oleh
Bupati/Walikota
dapat
mempercepat
DAFTAR PUSTAKA
Musiyam M dkk. 2011. MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN SEBAGAI UPAYA
DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI LOKAL KABUPATEN PACITAN.
Surakarta.
Marham, R dan Tjokropandojo, Dewi S.. 2015. Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan
di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Bandung.
Widjaja, Sjarief dkk. 2013. Buku Laporan Perkembangan Kawasan Minapolitan Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 32/MeN/2010, tentang Penetapan
Kawasan Minapolitan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 18/MEN/2011, tentang Pedoman
Umum Kawasan Minapolitan.
“PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN
PESISIR SEDATI BERBASIS MINAPOLITAN”
Dosen :
Adjie Pamungkas, ST. M.Dev.Plg., Ph.D
Ema Umilia, ST., MT.
Oleh:
Rizki Ade Pratama (3613100019)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
Topik Pembahasan
“Aspek Ekonomi dalam Perencanaan Pesisir”
Judul
“Pengembangan Ekonomi Kawasan Pesisir Sedati Berbasis Minapolitan”
Summary
Kecamatan Sedati yang dalam perencanaannya dijadikan sebagai kawasan strategis pesisir
dengan pengembangan agropolitan perikanan, pengembangan gemopolis dan marina city.
Kawasan angropolitan perikanan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian, perikanan dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang dtunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional
dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis (RTRW Kabupaten
Sidoarjo, 2009-2029). Secara umum mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, swasta
dan nelayan. Potensi ekonomi yang ada adalah hasil prtanian, perikanan dan pertambakan
sehingga diperlukan konsep dan strategi untuk mengembangkannya. Berikut merupakan
kerangka pikir konsep pengembangan ekonomi pesisir sedati berbasis minapolitan:
Berdasarkan gambar tersebut, ada 2 tahap penelitian. Penelitian tahap 1 mengidentifikasi
potensi ekonomi unggul Kecamatan Sedati. Proses penelitian tahap 1 ini menggunakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif berdasarkan data PDRB Kecamatan Sedati terhadap
Kabupaten Sidoarjo dengan indicator PDRB dengan metode analisis Loqation-Quotien (LQ).
Penelitian tahap 2 membuat indikasi program berupa action plan untuk pengembagan
kawasan pesisir berbasis minapolitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan konsep regionalisasi kawasan dan basil analisa
potensi ekonomi dengan metode loqation-quotien (LQ) diperoleh Kecamatan Sedati
merupakan Kecamatan pusat pertumbuhan (growth pole) dengan konsep pengembangan
minapolitan dan kawasan pariwisata baik untuk wilayabnya sendiri maupun sebagai
hinterland kawasan lainnya. Berdasarkan potensi unggulan dan potensi strategis lokasi,
Kecamatan Sedati memiliki nilai LQ sebesar 1,69 sehingga besarnya nilai LQ tersebut harus
dikembangkan potensinya. Sedangkan konsep pengembangan kawasan pesisir berbasis
minapolitan dapat dilakukan secara bertahap berdasarkan indikasi program yang telah
direncanakan. Program kegiatan tersebut diantaranya pembangunan tempat pendaratan
ikan,
pembangunan
pelabuhan
rekreasi
laut
juanda,
pengoptimalan
TPI
Juanda,
pembangunan rekreasi tempat pemancingan, pengoptimalan tambak garam, pengembangan
tambak udang dan bandeng, pembangunan lesehan sedati, pembibitan nener/Nursery,
pembangunan pelabuhan rekreasi laut Sedati, pembuatan cold strorage, pembuatan parik
es, pembangunan jalan akses ke lokasi, normalisasi sungai ke laut di Kawasan Sedati, dan
lain-lain.
Pembahasan
Minapolitan merupakan konsep pengembangan ekonomi berbasis kawasan berbasis
komoditas unggulan dari hulu ke hilir dimana diperlukan sinergi lintas sektor baik dari
Kementrian/Lembaga, swasta maupun masyarakat. Diperlukan beberapa persyaratan dalam
penetapan kawasan Minapolitan diantaranya, komoditas unggulan, masterplan, fasilitas
pendukung, letak geografis, komitmen Pemerintah Daerah dan lain-lain (KEPMEN KP, 2010).
Hal tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah produk serta
pengembangan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan untuk menggerakkan ekonomi di
daerah. Tujuan akhir dari pengembangan kawasan Minapolitan tentunya untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya dan pengolah ikan dengan parameter
peningkatan pendapatan.
Pada judul jurnal diatas, penulis mengetahui potensi ekonomi unggul melalui perkembangan
PDRB pada sub sektor perikanan. Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai kawasan
minapolitan salah satunya memiliki komoditas unggulan yang meliputi keberadaan dan nilai
perdagangan komoditas tinggi (KEPMEN KP, 2011). Memang benar penulis melakukan
penelitian tersebut harus menganalisis potensi ekonomi unggulan melalui sub sektor pada
PDRB. Alangkah baiknya, selain menentukan potensi ekonomi unggul juga menentukan
komoditas unggulan perhitungan kontribusi sektoral komoditas perikanan tangkap maupun
budidaya. Analisis kontibusi sektoral berfungsi untuk mendukung produksi pada zona inti
kawasan minapolitan dan hasilnya diperlukan sebagai penentuan prioritas pembangunan
yang perlu dilakukan dalam mendukung pertumbuhan sektor perikanan (Musiyam dkk,
2011:45).
Dengan adanya konsep minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan salah satunya dengan cara integrasi (KEPMEN KP,
2011).
Prinsip
integrasi
diharapkan
dapat
mendorong
agar
pengalokasian
sumberdaya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau
holistic dengan mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik
instansi sektoral, pemerintah pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun
masyarakat. Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan
kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi yang
memadai dan sistem manajemen yang baik (KEPMEN KP, 2011). Pada penelitian
tahap 2 jurnal diatas, penulis membuat indikasi program berupa action plan untuk
pengembangan ekonomi kawasan pesisir berbasis minapolitan. Pada dasarnya
indikasi program memberikan gambaran penentuan prioritas-prioritas penanganan
pada masing-masing kegiatan. Program pada masing-masing bidang di wilayah
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pesisir yang ada di kecamatan sedati.
Kebutuhan tersebut disesuaikan dengan karakteristik, potensi dan permasalahan
yang ada. Jika hanya melihat kebutuhan yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi
dan permasalahan, penentuan prioritas program action plan kurang kuat untuk
direalisasikan. Perlu ada kajian lebih lanjut dengan prinsip integrasi yang sudah dijelaskan
diatas. Prinsip ingtegrasi akan berjalan jika adanya dukungan dari stakeholder baik dari
kementrian/lembaga, kalangan wirausaha dan masyarakat terkait, dukungan infrastruktur
terkait sarana dan prasarana serta dukungan pasar terkai sistem manajemen pemasaran.
Kawasan Minapolitan membutuhkan persyaratan teknis maupun non teknis untuk dapat
berfungsi sebagai penggerak perekonomian lokal. Beberapa persyaratan yang dibutuhkan
tersebut terkait dengan syarat-syarat keberadaan Minapolitan itu sendiri maupun syaratsyarat kawasan tersebut dapat berkembang dan berfungsi seperti yang diharapkan. Syarat
yang diperlukan dalam pengembangan kawasan minapolitas yaitu dukungan produksi,
dukungan kelembagaan, dukungan infrastruktur dan dukungan pasar (Marham dan
Tjokropandojo, 2015).
Rekomendasi
Dengan adanya konsep Minapolitan diharapkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan dapat dilaksanakan secara terintegrasi, efisien, berkualitas, dan berakselerasi
tinggi (KEPMEN KP, 2011).
1.
Prinsip integrasi, diharapkan dapat mendorong agar pengalokasian sumberdaya
pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan
mempertimbangkan kepentingan dan dukungan stakeholders, baik instansi sektoral,
pemerintahan pusat dan daerah, kalangan dunia usaha maupun masyarakat.
Kepentingan dan dukungan tersebut dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan
peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi,
sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik.
2.
Prinsip efisiensi, pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan
secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun
mempunyai daya guna yang tinggi. Dengan konsep minapolitan pembangunan
infrastruktur dapat dilakukan secara efisien dan pemanfaatannya pun diharapkan akan
lebih optimal. Selain itu prinsip efisiensi diterapkan untuk mendorong agar sistem
produksi dapat berjalan dengan biaya murah, seperti memperpendek mata rantai
produksi, efisiensi, dan didukung keberadaan faktor-faktor produksi sesuai kebutuhan,
sehingga menghasilkan produk-produk yang secara ekonomi kompetitif.
3.
Prinsip berkualitas, pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus
berorientasi pada kualitas, baik sistem produksi secara keseluruhan, hasil produksi,
teknologi maupun sumberdaya manusia. Dengan konsep minapolitan pembinaan
kualitas sistem produksi dan produknya dapat dilakukan secara lebih intensif.
4.
Prinsip berakselerasi tinggi, percepatan diperlukan untuk mendorong agar target
produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi dan kebijakan terobosan.
Prinsip percepatan juga diperlukan untuk mengejar ketinggalan dari negara-negara
kompetitor, melalui peningkatan market share produk-produk kelautan dan perikanan
Indonesia tingkat dunia.
Dalam mengembangkan kawasan minapolitan ada sinergitas yang meliputi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perbankan, industri / asosiasi dan masyarakat (Widjaja dkk,
2013).
PEMERINTAH PUSAT
Sarpras lintas
sektor
Regulasi
HULU
PEMERINTAH
DAERAH
Sarpras lintas
SKPD
Regulasi
Penyediaan lahan
PERBANKAN
Permodalan
Pendampingan
usaha
INDUSTRI /
ASOSIASI
Investasi
Akses Pasar
Kemitraan
PENYERAPAN
TENAGA KERJA
Minapolitan
DAN
INDUSTRIALIS
ASI KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
PENINGKATAN
OUTPUT
PEREKONOMIAN
PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN
PENDAPATAN
HILIR
MASYARAKAT
Penerapan
standar pasar
Sinergi Pengembangan Kawasan Minapolitan merupakan sinergi antara Pemerintah Pusat
yang bertanggungjawab terhadap Regulasi dan kebijakan, serta Sarana dan Prasarana lintas
sektor, Pemerintah Daerah (Sarana dan Prasarana lintas SKPD, regulasi dan penyediaan
lahan), Perbankan (permodalan dan pendampingan usaha), Industri/ asosiasi (investasi,
akses pasar, kemitraan) dan masyarakat (pasar). Semua dukungan tersebut masuk dalam
kawasan Minapolitan untuk menjamin keberlanjutan dari hulu ke hilir. Keberhasilan
pengembangan kawasan Minapolitan dapat di ukur dengan beberapa parameter utama yaitu
penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah dari kawasan
Minapolitanserta peningkatan pendapatan masyarakat. Muara akhir dari pengembangan
kawasan
Minapolitan
adalah
meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
di
kawasan
Minapolitan.
Dengan melihat potensi kawasan minapolitan sedati yang cukup besar, maka diharapkan
ada rencana induk pengembangan kawasan minapolitan. Pengembangan Minapolitan
dilakukan dimulai dalam tataran perencanaan yaitu tertuang dalam Rencana Induk
(masterplan)
Minapolitan.
masterplan Minapolitan harus mengacu pada dokumen
perencanaan yang sudah ada yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). Hal ini dilakukan agar konsep Minapolitan tidak bertentangan
dengan dokumen perencanaan yang ada dengan begitu sinkronisasi program lintas sektor
dapat terlaksana dengan acuan perencanaan yang ada. Rencana Induk Minapolitan nantinya
akan diturunkan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), dan
disinkronkan dengan dokumen Perencanaan milik Kementerian Pekerjaan Umum yaitu
Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) dan Detail Engineering
Design (DED). Masterplan dan RPIJM kawasan Minapolitan di koordinasikan oleh Bappeda
yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati/Walikota maupun Peraturan Daerah dan Menjadi
Bagian tidak terpisahkan dari Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) agar dapat mengikat.
Untuk mempercepat pengembangan kawasan Minapolitan diantaranya dapat melalui sinergi
pendanaan 19 bidang DAK yang ada yaitu DAK Bidang Kelautan dan Perikanan, Kehutanan,
Infrastruktur jalan, infrastruktur air minum, pendidikan, listrik pedesaan, keselamatan
transportasi darat, transportasi pedesaan, sarana daerah tertinggal, prasarana pemda,
kawasan perbatasan, perdagangan, perumahan dan pemukiman, lingkungan hidup,
pertanian, keluarga berencana dan kesehatan, difokuskan di kawasan Minapolitan.
Diharapkan dengan adanya sinergi pembiyaan bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) di
kabupaten/kota
yang
dikoordinasikan
pertumbuhan kawasan (Widjaja dkk, 2013).
oleh
Bupati/Walikota
dapat
mempercepat
DAFTAR PUSTAKA
Musiyam M dkk. 2011. MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN SEBAGAI UPAYA
DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI LOKAL KABUPATEN PACITAN.
Surakarta.
Marham, R dan Tjokropandojo, Dewi S.. 2015. Potensi Pengembangan Kawasan Minapolitan
di Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Bandung.
Widjaja, Sjarief dkk. 2013. Buku Laporan Perkembangan Kawasan Minapolitan Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 32/MeN/2010, tentang Penetapan
Kawasan Minapolitan.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep. 18/MEN/2011, tentang Pedoman
Umum Kawasan Minapolitan.