Critical Review Strategi Pengembangan Da






I. DATA JURNAL
Judul Jurnal
: Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal Dalam Upaya
Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan
Penulis Jurnal
: Almasdi Syahza dan Suarman
Vol, Tahun Terbit
: Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14 Nomor 1, Juni 2013,
hlm. 126-139
Jumlah Halaman
: 14 lembar

II. REVIEW JURNAL
Kabupaten Kepaulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten otonomi baru di
Provinsi Riau yang memiliki ketimpangan serta memiliki banyak daerah tertinggal didalamnya.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembangunan di daerah Riau, khususnya di

wilayah pesisir belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama yang
berdiam di daerah pedesaan. Disebabkan oleh adanya distorsi pembangunan yang lebih
terpusat pada ekonomi perkotaan.
Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pemekaran dari Kabupaten Bengkalis sebagai
kabupaten induknya, dengan jumlah penduduk sebanyak 216.329 jiwa yang terbagi menjadi
73 desa. Namun, berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti
menyebutkan bahwa sebagian besar desa tersebut merupakan desa tertinggal dengan jumlah
59 desa (80,82 %) dan sebanyak 15.876 KK (34.84 %) merupakan rumah tangga miskin.
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kepulauan Meranti mencapai 42,5 %, diatas kemiskinan
tingkat provinsi Riau, bahkan sangat tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan nasional yakni
sebesar 13,13 % (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perbandingan tingkat
kemiskinan). Daerah yang termasuk dalam desa tertinggal tersebut terpencar di wilayah
pesisir, terbatasnya sarana dan prasara terutama akses transportasi yang dimiliki. Sehingga
tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Kepulauan Meranti sebagai daerah otonom baru
adalah peningkatan pembangunan daerah dan kemandirian dengan kendala ketersediaan
sumberdaya didaerah. Salah satu cara mengatasi kesenjangan yang terjadi adalah melalui
program pembangunan ekonomi untuk memberdayakan masyarakat pedesaan sesuai potensi
yang dimiliki oleh daerah tersebut. Selama ini, pembangunan di daerah Riau adalah terjadinya
pemusatan kegiatan di kota (polarization effect) sehingga daerah yang berkembang akan
semakin berkembang, sedangkan daerah lainnya semakin tertinggal.


CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN

1

Pembangunan pedesaaan harus dilakukan melalui pendekatan yang sesuai dengan sifat
dan cirinya, adapun empat upaya yang harus dilaksanakan adalah:
1. Memberdayakan ekonomi masyarakat melalui supply modal, teknologi dan pemasaran
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pedesaan agar memiliki dasar yang
memadai untuk meningkatkan dan memperkuat produktivitas dan daya saing
3. Penyediaan prasarana di pedesaaan khususnya prasarana perhubungan
4. Membangun kelembagaan pedesaan baik yang bersifat formal maupun non formal agar
terciptanya pelayanan yang baik terutama untuk memacu perekonomian pedesaan seperti
lembaga keuangan.
Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan ekonomi harus menganut
paradigma baru dimana pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi perhatian utama.
Pembangunan industri harus memperhatikan keterkaitan kebelakang (backward linkage) dan
keterkaitan kedepan (forward lingkage), yang dimaksudkan yaitu keterkaitan kebelakang
dengan sektor pertanian atau sektor primer serta harus memperhatikan pengolahan untuk
meningkatkan nilai tambah dan pemasaran yang baik sehingga produk yang dihasilkan tidak

sia-sia. Pengembangan sektor pertanian di pedesaan harus diarahkan kepada sistem
agribisnis, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai tambah sektor pertanian
mengingat sebagian besar masyarakat pedesaan menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian.
Meskipun seiring terjadinya perkembangan dan penataan suatu daerah, pembangunan
pedesaan harus tetap diprioritaskan untuk kedepannya, yaitu melalui pengembangan sektor
pertanian. Karena sektor pertanian mempunyai peluang untuk dikembangkan di masa datang,
dimana dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan pangan juga akan semakin
meningkat. Selain itu, meningkatnya pendapatan masyarakat akan mendorong adanya
diversifikasi kebutuhan pangan serta terjadinya perkembangan agribisnis akan berdampak
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan harapan mampu mengurangi
ketimpangan yang terjadi. Akan tetapi, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam
pengembangan sektor pertanian khususnya petani skala kecil:

CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN

2

1. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan yang
menyebaban para petai kesulitan untuk mengelola modal dan pendapatan hingga

akhirnya sering terjerat pada sistem peminjaman yang secara ekonomi justru merugikan
pihak petani
2. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah yang berkaitan dengan perubahan
perilaku petani dan juga pembagian penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan sub
sektor pertanian
3. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi
4. Keterbatasan kemampuan akan penguasaan teknologi, dimana keberadaan teknologi
harusnya mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha apabila diimbangi
dengan kemampuan yang mendukung
5. Lemahnya organisasi dan managemen usaha tani
6. Kurangnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas mengenai permasalahan serta kendala-kendala
yang dihadapi dalam pengembangan sektor pertanian, berikut ini permasalahan yang
dihadapi serta harapan dalam pelaksanaan program kemiskinnan bagi masyarakat pedesaan
secara umum:

Jika mengerucut ke hal yang lebih mikro, kendala juga terjadi dalam pemasaran produk
pertanian. Dengan adanya kendala pada pemasaran, maka akan menghambat aliran produk
pertanian dari produsen awal ke industri pengolahan atau ke konsumen akhir. Minimnya
pengetahuan dan ketiakjelian pasar dari para petani justru dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku

bisnis di daerah atau yang biasa disebut toke (mafia pasar). Pelaku ini sering memanfaatkan
kelemahan pemasaran sektor pertanian di pedesaan untuk mempermainkan harga, sehingga
pihak petani selalu berada pada posisi tawar menawar yang rendah Masalah utama yang
menyebabkan harga dapat dipermainkan oleh mafia pemasaran adalah melalui titik lemah
produk pertanian, antara lain:
a. Kesinambungan produksi, yang disebabkan oleh kecilnya produktivitas yang hanya
diusahakan dengan skala usaha kecil (small scale farming), produksi bersifat musiman
sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu, lokasi usahatani yang terpencarpencar sehingga dalam proses pengumpulan produksi menjadi sulit, serta sifat produk

CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN

3

pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan banyak tempat. Ketidak sinambungan
produksi pertanian ini lah yang menyebabkan mafia pemasaran memanfaatkan peluang.
b. Kurang memadainya pasar yang berkaitan dengan penetapan harga dan pembayaran.
Dimana petani dengan keadaaan keuangan yang lemah biasanya menerapkan sistem
penetapan harga jual borongan, sehingga memunculkan perjanjian mengikat antara petani
dan pedangang perantara.
c. Panjangnya saluran pemasaran sehingga biaya yang dikeluarkan juga besar

d. Rendahnya kemampuan tawar-menawar produk pertanian dikarenakan keterbatasan
modal yang dimiliki sehingga produk yang dihasilkan dijual dengan harga yang rendah
e. Sering terjadinya fluktuasi harga tergantung permintaan dan penawaran, sehingga petani
kesulitan dalam melakukan perencanaan produksi dan pedagang kesulitan dalam
memperkirakan permintaan
f. Kurang tersedianya informasi pasar yang menyebabkan petani melakukan usaha tani
tanpa melalui perencanaan yang matang, kondisi itu lah dimanfaatkan pihak pemasaran
untuk menekan harga jual demi keuntugan yang besar.
g. Kurang jelasnya jaringan pemasaran yang berdampak pada sulitnya perluasan jaringan
pemasaran
h. Rendahnya kualitas produksi karena penanganan yang dilakukan belum intensif baik pada
kegiatan pra panen maupun paska panen
i. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada di pedesaan khususnya, nyatanya
sampai saat ini tidak didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai serta pembinaan
petani yang lebih mengarah ke praktek budidaya belum sampai praktek pemasaran
Perlu dipikirkan suatu paradigma baru untuk mengatasi masalah pemasaran produk
pertanian yang selama ini dirasakan oleh petani, salah satunya ialah dengan cara
memberdayakan lembaga ekonomi pedesaan yaitu koperasi. Keberadaan koperasi adalah
sebagai badan usaha di pedesaan dan pelaksana penuh subsistem agribisnis yang merupakan
lembaga pemasaran dari produk pertanian, informasi pasar serta penyedia kredit bagi para

petani. Melalui pembentukan koperasi agribisnis di pedesaan, maka mafia pemasaran di level
bawah secara bertahap akan dapat dihilangkan.
Dalam upaya memacu pembangunan dari aspek ekonomi dan sosial di daerah tertinggal
harus memprioritaskan tiga program utama pembangunan daerah tertinggal meliputi
peningkatan ekonomi rakyat (mengentaskan kemiskinan), peningkatan kualitas sumberdaya
manusia (pengentasan kebodohan) serta pembangunan infrastruktur. Program kemiskinan
merupakan pendekatan pembangunan yang bersifat komprehensif dan mendasar karena akan
memberikan konsekuensi yang kuat terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kemudian kualitas sumberdaya manusia sangat menentukan perubahan dan percepatan
pembangunan suatu daerah, apabila kualitas SDM rendah maka masyarakat akan sulit
menerima perubahan dan berdampak pada rendahya tingkat keterampilan dan penguasaan
teknologi. Sedangkan dengan adanya pembangunan infrastruktur akan memperlancar dan
mensukseskan pencapaian berbagai tujuan dalam segala aspek kehidupan, terutama untuk
mengentaskan kemiskinan dan kebodohan.
Adapun bentuk kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang dapat diterapkan untuk
mendukung pengembangan perekonomian daerah yang berbasis kerakyatan, yaitu:
1. Mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam proses pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, serta perubahan struktur masyarakat dengan pengembangan

CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN


4

2.
3.

4.

5.

6.
7.

8.

perencanaan pembangunan yang komprehensif/partisipatif, demokratis, aspiratif dan
transparan
Melakukan restrukturisasi dan redistribusi kepemilikan asset produktif kepada masyarakat
pedesaan dengan memakai standar skala ekonomi keluarga sejahtera (3 ha/KK)
Melakukan optimalisasi peran dan fungsi seluruh perusahaan agribisnis dan forestry (dengan

Peraturan Daerah) sebagai investor di pedesaan untuk melakukan reinvestasi melalui
kemitraan pola perusahaan patungan bersama pemerintah dan masyarakat pedesaan
dalam membangun sistem perekonomian pedesaan
Mengembangkan usaha kecil, menengah, koperasi dan usaha mikro lainnya dengan cara
peningkatan, pengembangan keterkaitan dan kemitraan usaha yang saling menguntungkan
dan saling membutuhkan
Mengembangkan bidang-bidang yang mempunyai keterkaitan dengan pengembangan
bidang-bidang lainnya yaitu bidang industri, pertanian dalam arti luas, bidang transportasi,
perdagangan, pariwisata serta bidang kelautan yang cukup strategis sesuai dengan kondisi
dan potensi yang dimiliki daerah
Meningkatkan upaya pembangunan infrastruktur terutama perhubungan darat, laut dan
udara untuk meningkatkan aksesibilitas dan kelancaran lalu lintas orang dan barang
Mendorong upaya peningkatan nilai tambah (added value) sebagai produk pertanian yang
dihasilkan oleh petani di pedesaan melalui sistem agribisnis dan agroindustri yang
menekankan pada upaya pengembangan berbagai industri turunan
Memberdayakan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat di pedesaan sebagai
wadah pengembangan kegiatan usaha produktif dan memberdayakan masyarakat miskin
serta mendorong berkembangnya lembaga-lembaga keuangan mikro dalam rangka
mendekatkan masyarakat pada akses permodalan guna mengembangkan ekonomi
kerakyatan.


III. CRITICAL JURNAL
Dalam jurnal yang berjudul “Strategi Pengembangan Daerah Tertinggal dalam Upaya
Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan” jika dilihat dari judulnya tanpa membaca isi
dari keseluruhan jurnal, pembaca akan berpikir bahwa lingkup pembahasan yang diberikan
adalah strategi pengembangan desa tertinggal pada umumnya secara luas padahal dalam
jurnal tersebut lokasi penelitian berada di wilayah pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti
Provinsi Riau yang merupakan kabupaten otonomi baru hasil pemekaran dari Kabupaten
Bengkalis, sehingga judul kurang bisa merepresentasikan isi jurnal, namun pembahasan yang
diberikan tidak difokuskan pada lokasi penelitian tersebut. Dapat dikatakan bahwa judul,
abstrak dan isi pembahasan kurang sinkron dikarenakan judul terlalu luas, masuk pada abstrak
pembahasan fokus pada lokasi penelitian sedangkan pada bab isi pembahasan hanya sedikit
menjelaskan mengenai gambaran daerah dan jumlah penduduk, permasalahan, tantangan,
dan potensi lokasi penelitian selebihnya penjelasan mengenai kendala pembangunan ekonomi
di pedesaan, kendala dalam pemasaran produk pertanian program serta kebijakan yang
dapat diterapkan untuk mengatasi pembangunan daerah tertinggal secara umum. Hal tersebut
akan membuat pembaca rancu dan sulit untuk memahami terhadap pembahasan yang
diberikan. Akan lebih baik apabila judul yang diberikan adalah “Strategi Pengembangan
Daerah Tertinggal dalam Upaya Percepatan Pembangunan Ekonomi Pedesaan Studi Kasus
Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau” sehingga pembahasan dan informasi yang


CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN

5

diberikan lebih mendalam pada lokasi studi kasus, dengan tetap memberikan teori mengenai
pedesaan tertinggal serta program kebijakan secara umum sebagai pendukung.
Kelebihan dari penelitian ini adalah penerapan metode Rapid Rural Appraisal (RRA) yaitu
suatu pendekatan partisipatif dimana dengan waktu yang singkat dapat menggali
informasi/data secara mendalam dari sumber informasi. Kelebihan pendekatan ini adalah
penelitian bisa mencakup daerah yang lebih luas dalam waktu relatif singkat untuk
mendapatkan informasi yang luas secara umum. Pengumpulan informasi dan data dilakukan
secara fleksibel, tidak terikat secara kaku dengan kuesioner. Selain itu dengan menggunakan
metode RRA survey pengumpulan data/informasi dilakukan oleh peneliti yang multidisipliner
atau peneliti yang mampu melihat masalah secara multidisipliner melalui pelibatan masyarakat
secara langsung. Ulasan mengenai potensi dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan
sektor pertanian sebagai salah satu solusi pengembangan ketertinggalan pedesaan sangat
lengkap, serta program/kebijakan yang dijabaran pada bab pembahasan tidak hanya dapat
diterapkan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau namun juga dapat diterapkan pada
pedesaan lainnya. Hal penting yang dapat diambil dari pembahasan pada jurnal penelitian
ini adalah semua pedesaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun sektor yang
potensial untuk dikembangkan adalah sama yaitu sektor pertanian karena pedesaan identik
dengan dominasi penggunaan lahan sebagai pertanian.

CRITICAL REVIEW PERENCANAAN PEDESAAN

6