PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh IIN KURNIATI

Masalah penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang kurang optimal dan belum diketahuinya pengaruh positive reinforcement terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan

positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V. Sampel penelitian ini yaitu kelas VA sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen yang dipilih dengan teknik

probability sampling. Metode penelitian ini yaitu kuasi eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Teknik pengumpulan data berupa instrumen tes pada materi perkalian dan pembagian pada pecahan. Analisis penelitian menggunakan teknik Independent Sample Tes. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa positive reinforcement mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF POSITIVE REINFORCEMENT IN MATHEMATIC LEARNING RESULT OF FIVETH GRADE

SDN I LABUHAN RATU LESSONS 2014/2015

BY IIN KURNIATI

The problems of this research were the result of mathematic learning wich less optimal and the effect of positive reinforcement wich not known yet on student result. The purpose of this research was to determine whether there was an effect of the positive reinforcement application on the result of mathematics learning in grade V SDN I Labuhan Ratu 2014/2015 academic year. The population in this research were all students of class V. This research sample were class VA as a control class and class VB as an experimental class selected with probability sampling techniques. This research method was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design. The technique of collecting data was used is instruments tests on fraction multiplication and division. Analysis of research used the Independent Sample Test technique. The research conclusion showed that positive reinforcement influence the results of students' mathematics learning. Keywords: learning result, mathematic, positive reinforcement


(3)

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Iin Kurniati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Iin Kurniati, lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 14 Juli 1993, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Kodrat dan Ibu Jumiati.

Pendidikan formal diawali di Taman Kanak-kanak (TK) Aji Daya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri I Labuhan Ratu hingga tamat pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan dan menamatkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, dan dilanjutkan di SMA Negeri 15 Bandar Lampung hingga tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur tes SNMPTN. Penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (Himajip) FKIP Unila serta anggota Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI). Tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Canggu, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan Pengalaman Program Lapangan (PPL) pada tahun yang sama di SD Negeri Canggu.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur yang teramat dalam, pada Rabb yang begitu Maha Pemurah Alloh SWT, untuk segala nikmat yang telah diberikan, untuk segala kemudahan yang telah dianugerahkan, sehingga atas

ridho-Nya jua skripsi ini bisa terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kusanjungkan kepada Nabiulloh Muhammad SAW. Penulis mempersembahkan

sebuah karya sederhana ini sebagai bukti cinta kasih kepada:

Ibuku tersayang, Ibu Jumiati dan Bapakku tercinta, Pak Kodrat. Atas doa dan dukungan yang selalu diberikan, tanpa lelah, tanpa pasrah. Teruntuk adikku

Bagus Indrawansyah yang doanya tak pernah lupa terucap.

Keluarga dan saudara baik sedarah maupun seiman yang selalu memberikan dukungan, doa serta motivasi yang tanpa henti.

Guru serta dosen atas ilmu yang telah diberikan dengan penuh ketulusan.

Sahabat, serta teman-teman PGSD 2011 yang selalu membersamai dalam perjuangan yang indah dan tak terlupa ini.


(9)

MOTO

Untuk semua hal yang akan kau lakukan, lakukanlah dengan usaha terbaik yang kau bisa, karena Alloh tidak pernah menyia-nyiakan sekecil apapun usaha hamba-Nya.

Hasilmu bergantung bagaimana usahamu.


(10)

i SANWACANA

Puji syukur yang teramat dalam kuhanturkan, pada Rabb yang begitu Maha Penyayang Alloh SWT, untuk segala nikmat yang telah diberikan, untuk segala kemudahan yang telah dianugerahkan, sehingga atas ridho-Nya jua penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: “Pengaruh Positive Reinforcement terhadap Hasil Belajar Matematika

pada Siswa Kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2014/2015.” Tak lupa sholawat serta salam kusanjungkan kepada Nabiulloh Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan motivasi serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi PGSD yang dengan tulus

memudahkan dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga dalam


(11)

ii membimbing penulis, dalam memberikan ilmu serta selalu memberikan motivasi serta semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Tambat Usman, M.H., selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktunya dalam upaya membimbing, serta memberikan saran terbaiknya guna menyempurnakan skripsi penulis.

6. Bapak Drs. Riyanto M. Taruna, M.Pd., selaku pembahas yang telah banyak memberikan masukkan serta kritik membangun yang sangat bermanfaat dalam memperbaiki kekeliruan dalam penyusunan skripsi penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar atas ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan dengan penuh seluruh guna menjadikan penulis seseorang calon guru yang lebih baik.

8. Ibu Endang Rosuna T, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri I Labuhan Ratu yang dengan lapang menerima peneliti dalam melaksanakan penelitian di sekolah. 9. Ibu Salmina, S.Pd., dan Ibu Marheda, S.Pd., selaku guru kelas mitra dimana peneliti

melakukan penelitian, terima kasih atas saran, dukungan serta masukkan selama melakukan penelitian.

10. Bapak Ibu Guru beserta staff SD Negeri I Labuhan Ratu juga seluruh siswa terutama siswa kelas VA dan VB yang telah mewarnai hari-hari selama penelitian. 11. Ibuku tercinta, ibuku tercinta, ibuku tercinta Ibu Jumiati dan Bapak Kodrat yang

selalu mencurahkan kasih sayangnya melalui doa tulus yang tanpa lelah selalu diucapkan, selalu memberikan dukungan dan restunya selama proses penyusunan skripsi ini.

12. Bagus Indrawansyah, adik kesayangan yang telah memberikan dukungan serta doa tulusnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(12)

iii 13. Teman-teman seperjuangan Citra, Vrisca, Elin, Dyah, Mba Rin, Meli, Layli, Uma, Reni, Leni, dan semua teman PGSD UPP Kampus angkatan 2011 yang telah berjuang bersama, mewarnai 4 tahun hari-hariku selama kuliah.

14. Teman-teman seperjuangan di PGSD UPP Metro.

15. Kakak tingkat beserta adik tingkat PGSD yang juga telah memberikan dukungannya.

16. Keluarga sekolah drama KKN-KT Unila Pekon Canggu: bapaknya anak-anak Redi, papski Agung, mamski Mei, Ikke si ibu tiri, Mesi si mami tiri, ses Rina, Hane si anak pertama, Alep si bungsu pertama (bawang putih) dan Kiki si bungsu kedua (bawang merah). Terima kasih atas segala kenangan indah, kebersamaan dan semua dukungan.

17. Sahabat lama dan semoga sahabat sampai syurga Rafika Tiara Ningtyas, Dewi Anggraini, Nova Armania, Meisyi Ardina. Serta saudari-saudari satu lingkaran kecil yang telah memberi dukungan serta doa tulusnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.

Semoga dukungan serta bantuan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Alloh SWT.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,


(13)

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Positive Reinforcement ... 9

1. Pengertian Positive Reinforcement ... 9

2. Tujuan Positive Reinforcement ...10

3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement ...11

4. Prinsip Penggunaan Positive Reinforcement ...14

5. Manfaat dan Kelemahan Positive Reinforcement ...15

B. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar ...16

2. Pengertian Hasil Belajar ...20

C. Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika ...21

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ...22

3. Langkah Pembelajaran Matematika di SD ...23

4. Hasil Belajar Matematika ...24

D. Penelitian yang Relevan ...25

E. Kerangka Pikir ...26


(14)

v III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...29

B. Populasi Penelitian ...30

C. Sampel Penelitian ...30

D. Variabel Penelitian ...31

E. Definisi Konseptual Penelitian ...31

F. Definisi Operasional Penelitian ...33

G. Teknik Pengumpulan Data ...33

H. Langkah-langkah Penelitian ...34

I. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas ...35

2. Uji Reliabilitas ...35

3. Daya beda ...36

4. Tingkat Kesukaran ...37

J. Teknik Analisi Data 1. Uji Normalitas ...38

2. Uji Homogenitas ...38

3. Uji Hipotesis ...39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Hasil Uji Pre-test dan Post-test ...40

2. Hasil Uji Persyaratan Instrumen a. Hasil Uji Validitas ...41

b. Hasil Uji Reliabilitas ...42

c. Hasil Uji Daya Beda ...43

d. Hasil Uji Tingkat Kesukaran ...44

3. Hasil Analisis Data a. Hasil Uji Normalitas ...45

b. Hasil Uji Homogenitas ...46

c. Hasil Uji Hipotesis ...47

B. Pembahasan ...47

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...50

B. Saran ...50 DAFTAR PUSTAKA


(15)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 30

2. Interpretasi Koefisien r ... 36

3. Interpretasi Nilai Daya Beda ... 37

4. Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 37

5. Nilai Hasil Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 40

6. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 42

7. Nilai Daya Beda Butir Soal ... 43

8. Nilai Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 44

9. Hasil Tes Uji Normalitas ... 45

10. Hasil Tes Uji Homogenitas ... 46


(16)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Silabus Pembelajaran ... 54

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-1 ...57

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-2 ...61

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-3 ...65

A.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-4 ...69

A.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-5 ...73

A.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ke-6 ...77

B. Instrumen Penelitian B.1 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda (Pre-test dan Post-test) ...81

B.2 Soal ...84

B.3 Form Penilaian Soal Pre-test dan Post-test ...88

B.4 Daftar Nilai Post-test ...90

C. Analisis Data C.1 Hasil Uji Daya Beda, Tingkat Kesukaran Soal dan Reliabilitas ...92

C.2 Hasil Uji Nilai Post-Test ...96

C.3 Hasil Normalitas ...98

C.4 Hasil Uji Homogenitas ... 100

C.5 Hasil Uji T (Independent Sample Test) ... 101

C.6 Hasil Tabel T untuk Uji Independent Sample Test ... 102

C.7 Poto Kegiatan Pembelajaran ... 103 D. Lain-lain


(17)

ix D.1 Surat Keterangan Penelitian ... 105 D.2 Surat Izin Penelitian ... 106 D.3 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 107


(18)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Pengaruh Positive Reinforcement (X) terhadap Hasil Belajar Siswa (Y) ... 28 2. Desain Pretest-Posttest Control Group ... 29 3. Diagram Batang Rerata Nilai Pre-Test dan Post-Test ... 40


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu faktor terpenting bagi perkembangan kemajuan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi, maka akan semakin berkembang pula peradaban di dunia. Banyak hal yang harus kita persiapkan untuk dapat bertahan dan mampu bersaing dalam gejolak globalisasi, terutama perbaikan pada kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia sangat diperlukan bagi modal besar pembangunan, khususnya bagi negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional (PROPENAS) pada poin pembangunan pendidikan, dinyatakan bahwa ada tiga tantangan besar dalam bidang pendidikan di Indonesia, salah satunya yaitu “mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan mampu bersaing dalam pasar kerja global.” Salah satu upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten adalah melalui pendidikan.

Pendidikan tidak hanya berperan meningkatkan mutu dan kualitas peserta didik sebagai sumber daya manusia tetapi juga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga


(20)

2

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional tidak mungkin tercapai jika proses pendidikan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7):

“Proses pendidikan terarah pada peningkatan penguasaan pengetahuan,

kemampuan, keterampilan pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka pembentukan dan pengembangan diri siswa. Tindakan siswa belajar merupakan kegiatan sepanjang hayat dan tidak dibatasi hanya di sekolah saja.

Proses pendidikan dapat berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat.”

Pendapat yang senada dikemukakan oleh Hasbullah (2005: 6), tindakan atau perbuatan mendidik akan menuntun anak didik mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan dalam diri anak didik. Perubahan sebagai hasil pendidikan merupakan gejala kedewasaan yang secara terus menerus mengalami peningkatan.

Wujud dari hasil pendidikan dapat dilihat dari perubahan ke arah positif yang terjadi pada diri anak didik. Perubahan tersebut akan mempengaruhi keadaannya, baik dalam berpikir maupun bertindak. Salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan adalah di sekolah. Sebagaimana penjelasan Dimyati dan Mudjiono (2002: 17-18) bahwa belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah dan merupakan proses internal yang kompleks dan melibatkan proses mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi kegiatan belajar bukan hanya melibatkan proses kognitif saja, namun lebih kompleks dari itu semua. Proses belajar meliputi kegiatan yang memadukan ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang saling berkaitan.


(21)

3

Proses belajar diawali dengan mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung agar nantinya anak dapat memenuhi tuntutan dalam bermasyarakat. Kemampuan dasar tersebut mulai dikembangkan sejak anak berada di Sekolah Dasar. Berdasarkan Permendiknas No 22 Tahun 2006, terdapat lima kelompok mata pelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah. Salah satu kelompok mata pelajaran tersebut yaitu kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada jenjang sekolah dasar, kelompok mata pelajaran ini terdiri atas pelajaran IPA dan matematika. Kelompok mata pelajaran ini dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri.

Kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa sehingga dapat berpikir logis. Selain kemampuan berbahasa yang mereka perlukan untuk memahami ilmu pengetahuan, matematika perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mereka mencerna ilmu-ilmu yang akan dipelajari pada kelas dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berdasarkan keadaan di lapangan, matematika menjadi mata pelajaran yang memiliki materi abstrak, rumit, dan memerlukan ketelitian dalam menghitung menggunakan rumus. Berdasarkan alasan tersebut sering ditemui siswa yang merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar matematika. Hal ini tampak ketika peneliti melakukan observasi di SD Negeri 1 Labuhan Ratu pada siswa kelas V. Terkait dengan hal tersebut, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas V beliau menyatakan bahwa kemampuan matematika siswa masih rendah hal ini terlihat selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan hasil belajar siswa yang


(22)

4

kurang optimal. Walaupun guru telah memberikan penjelasan namun masih ada beberapa siswa yang kurang paham. Kondisi yang demikian tentu saja dapat berpengaruh kurang baik terhadap keberhasilan pembelajaran matematika.

Keberhasilan dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, misalnya: kondisi jasmani dan rohani, minat, kepribadian, motivasi, dan lain sebagainya. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar dirinya, misalnya: guru, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan keluarga. Menurut Susanto (2013: 13) salah satu faktor eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar tak mungkin dapat diganti oleh perangkat lain seperti, televisi, radio, dan komputer. Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Guru menjadi salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar siswa. Sebagai seorang pendidik, guru bukan hanya harus mampu menentukan model dan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, namun juga guru harus memiliki kedekatan emosional dan harus memahami siswa agar mampu memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya. Salah satu perlakuan yang dapat diberikan guru yaitu pemberian penguatan positif (positive reinforcement) bagi siswa yang mampu menjawab soal atau menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kehendak guru. Menurut Wragg dalam Sanjaya (2005: 163):

Reinforcement adalah satu bagian dari keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Keterampilan dasar penguatan ini


(23)

5

adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Melalui penguatan ini, maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari guru.

Sedangkan penguatan positif (positive reinforcement) menurut Baharuddin (2008: 72) adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku.

Pemberian penguatan positif (positive reinforcement) dapat dilakukan dengan cara verbal dan nonverbal. Penguatan secara verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Asril (2012: 79) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya keterampilan penguatan dapat dikelompokkan kepada dua jenis, penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat dan penguatan non-verbal berupa mimik dan gerakan tubuh.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SD Negeri 1 Labuhan Ratu di kelas VA dan VB peneliti dapat melihat bahwa peserta didik lebih aktif dan termotivasi dalam belajar khususnya matematika ketika guru memberikan sebuah respon baik atau hadiah kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru. Respon positif yang diberikan guru merupakan salah satu implementasi dari pemberian penguatan positif (positive reinforcement). Namun, pemberian penguatan positif hanya dilakukan secara spontan. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali kelas V di SD Negeri 1 Labuhan Ratu, penggunaan penguatan positif (positive reinforcement) tidak terlalu intensif. Guru


(24)

6

belum mengetahui bagaimana pengaruhnya bagi hasil belajar siswa dan seberapa besar pengaruh penggunaan penguatan positif (positive reinforcement) terhadap hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu mengadakan suatu penelitian di SD Negeri 1 Labuhan Ratu tentang pengaruh positive reinforcement

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar matematika dengan alasan bahwa matematika rumit.

2. Kemampuan matematika siswa masih rendah dan hasil belajar siswa yang kurang optimal.

3. Penerapan penguatan positif (positive reinforcement) hanya dilakukan guru secara spontan.

4. Guru belum mengetahui bagaimana pengaruh penguatan positif (positive reinforcement)terhadap hasil belajar siswa.

5. Guru belum mengetahui seberapa besar pengaruh positive reinforcement

terhadap hasil belajar matematika siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini akan dibatasi pada pengaruh penguatan positif


(25)

7

(positive reinforcement) yang diberikan guru terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratutahun pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah terdapat pengaruh positive rinforcement terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2014/2015?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu khususnya dalam manajeman pengelolaan kelas serta memberikan pengetahuan tambahan dalam upaya meningkatkan tingkah laku yang baik pada siswa serta mengembangkan teori mengenai pengaruh positive

reinforcement terhadap hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.


(26)

8

a. Bagi siswa, adanya perubahan tingkah laku serta hasil belajar yang semakin baik karena pengetahuan guru yang meningkat dalam mengimplementasi

positive reinforcement dalam kegiatan pembelajaran.

b. Bagi guru, sebagai bahan masukan bagi guru kelas di Sekolah Dasar dalam rangka meningkatkan kemampuan memberi penguatan positif (positive reinforcement) pada saat proses pembelajaran khususnya matematika. c. Bagi kepala sekolah, dapat memberikan informasi tentang pengaruh positive

reinforcement dalam kelas terhadap hasil belajar siswa yang nantinya dapat bermanfaat untuk memajukan sekolah.

d. Bagi peneliti lain, sebagai salah satu acuan guna mengembangkan penelitian lain yang berkaitan dengan positive reinforcement.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Positive Reinforcement

1. Pengertian Positive Reinforcement

Keterampilan dasar mengajar menjadi salah satu faktor penting yang harus dikuasai guru. Salah satu keterampilan yang juga penting untuk ditinjau kembali yaitu keterampilan memberikan penguatan. Pembahasan penelitian ini difokuskan pada keterampilan pemberian penguatan positif atau positive reinforcement. Positive reinforcement atau penguat positif dapat diartikan dengan ganjaran, hadiah atau penghargaan. Menurut Asril (2012: 77) mengungkapkan bahwa pada umumnya penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Sedangkan menurut Baharuddin (2008: 72) positive reinforcement adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku yang positif. Sehingga, untuk memperbaiki tingkah laku seseorang dan menguatkan perilaku tersebut maka perlu adanya penghargaan atau positive reinforcement.

Lebih lanjut Martin dan Pear dalam Purwanta (2005: 35) berpendapat bahwa

kata “positive reinforcement” sering disama artikan dengan kata “hadiah”


(28)

10

mendefinisikan positive reinforcement yaitu stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau dipersering kemunculannya.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Dalyono (2009: 33) mengartikan

positive reinforcement sebagai sebuah penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon. Sedangkan Pidarta (2007: 214) mendefinisikan

positive reinforcement adalah setiap stimulus yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian instrumental dan setiap hadiah yang dapat memantapkan respon pada pengkondisian perilaku.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

positive reinforcement adalah sebuah stimulus dan atau hadiah yang diberikan guna meningkatkan dan memantapkan perilaku semakin diperkuat dan semakin sering dimunculkan.

2. Tujuan Positive Reinforcement

Pemberian positive reinforcement bukan hanya meningkatkan perilaku namun dalam penerapannya saat pembelajaran memiliki tujuan tertentu. Menurut Djamarah (2005: 118) penguatan memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan digunakan secara selektif

b. Memberi motivasi kepada siswa

c. Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif.

d. Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri dalam pengalaman belajar.

e. Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen (berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.


(29)

11

Berdasarkan pendapat di atas, penerapan positive reinforcement yang diberikan guru baik berupa hadiah ataupun bentuk penghargaan yang lain dalam kegiatan pembelajaran di kelas bertujuan untuk memberikan motivasi pada siswa agar lebih memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Penggunaan

positive reinforcement yang selektif juga mampu memfokuskan perhatian dan dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa karena ia merasa dihargai. Selain itu, penerapan positive reinforcement yang tepat dapat mengontrol dan mengubah perilaku siswa yang dianggap kurang sesuai, sehingga nantinya ia mampu mempertahankan bahkan meningkatkan tingkah laku yang sudah baik. 3. Komponen Pemberian Positive Reinforcement

Pemberian penguatan perlu mempertimbangkan jenjang pendidikan, variasi siswa dalam kelas (kelamin, ras, dan agama), dan kelompok usia tertentu. Selama praktik dalam implementasi penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Menurut Djamarah (2005: 120-122) komponen tersebut yaitu penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan sentuhan, penguatan mendekati dan penguatan tanda: a. Penguatan verbal

Penguatan verbal dilakukan oleh guru berupa pujian dan dorongan yang diucapkan sebagai bentuk penghargaan atas respon atau tingkah laku siswa. Penguatan verbal dapat berupa kata-kata: wah, bagus, sip, baik, benar, tepat dan lain-lain, juga dapat berupa kalimat; misalnya hasil pekerjaanmu baik sekali atau sesuai tugas yang kau kerjakan.


(30)

12

Penguatan gestural dapat diberikan berupa mimik wajah yang cerah, senyuman, anggukkan, acungan jempol, tepuk tangan dan lain-lain. Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal, ketika guru memberikan komentar atau penguatan verbal maka dapat didukung oleh penguatan gestural. Semua gerakan tubuh adalah merupakan bentuk pemberian penguatan gestural. Guru dapat mengembangkan sendiri, sesuai dengan kebiasaan yang ada di lingkungan peserta didik.

c. Penguatan kegiatan

Penguatan dalam bentuk kegiatan banyak terjadi bila guru menggunakan suatu kegiatan atau tugas sebagai suatu hadiah atas respon ataupun pekerjaan siswa, dimana siswa dapat memilih sendiri bentuk kegiatan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Contoh penguatan kegiatan: pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, bermain, berolah raga, menjadi ketua, membantu siswa lain, mendengarkan musik atau radio, melihat TV, dan lain-lain yang menyenangkan.

d. Penguatan mendekati

Penguatan mendekati diberikan pada siswa sebagai bentuk perhatian guru. Penguatan ini menunjukkan bahwa guru tertarik dan ingin memberikan perhatiannya terhadap siswa agar siswa lebih merasa dihargai. Penguatan mendekati dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan. Contoh penguatan mendekati: berdiri di samping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi.


(31)

13

e. Penguatan sentuhan

Penguatan sentuhan sangat berhubungan dengan penguatan mendekati. Penguatan sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, merangkulnya, mengusap kepala, menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.

f. Penguatan tanda

Penguatan dilakukan guru dengan cara penggunaan simbol baik berupa benda atau tulisan yang diberikan kepada siswa sebagai bentuk penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa. Penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya komentar tertulis berupa ijazah, sertifikat, tanda penghargaan dan lain-lain yang berupa tulisan. Penguatan dengan memberikan suatu benda misalnya: bintang, piala, medali, buku, stiker, gambar, cokelat, dan lain-lain.

Positive reinforcement yang dapat diberikan oleh guru dapat bermacam-macam bentuknya antara lain, penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan verbal dilakukan guru untuk merespon tingkah laku siswa dalam bentuk ucapan, misalnya saja memberikan pujian berupa bagus, benar, atau tepat kepada siswa yang rajin. Penguatan gestural berupa gerak tubuh guru sangat berkaitan erat dengan penguatan verbal, misalnya saja guru memberikan tepuk tangan, acungan jempol, senyuman atau mimik muka yang cerah. Guru juga dapat memberikan penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran yang dirancang menjadi suatu hadiah untuk siswa. Selain hal tersebut guru dapat mendekati tempat


(32)

14

duduk siswa sebagai bentuk penguatan mendekati yang memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda dan penguatan sentuhan. Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara fisik menyentuh siswa dengan tujuan memberikan penghargaan atas penampilan siswa. Guru juga dapat memberikan penguatan berupa tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan siswa yang dapat disebut penguatan tanda.

4. Prinsip Penggunaan Positive Reinforcement

Intisari arti dari positive reinforcement adalah respons terhadap suatu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan tidak boleh dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat perhatian serius. Menurut Djamarah (2005: 123-124) empat prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberi penguatan kepada siswa yaitu:

a. Hangat dan antusias

Kehangatan dan keantusiasan guru dalam pemberian penguatan kepada siswa memiliki aspek penting terhadap tingkahlaku dan hasil belajar siswa. b. Hindari Penggunaan Penguatan Negatif

Walaupun pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk dapat mengubah motivasi, penamilan, dan tingkah laku siswa, namun pemberian itu memiliki akibat yang sangat kompleks, dan secara psikologis agak kontraversial, karena itu sebaiknya dihindari.

c. Penggunaan Bervariasi

Pemberian penguatan seharusnya diberikan secara bervariasi baik komponennya maupun caranya, dan diberikan secara hangat dan antusias. d. Bermakna

Agar setiap pemberian penguatan menjadi efektif, maka harus dilaksanakan pada situasi dimana siswa mengetahui adanya hubungan antara pemberian penguatan terhadap tingkah lakunya dan melihat, bahwa itu sangat bermanfaat.

Guru sebagai pemeran utama dalam pemberi positive reinforcement harus mengerti prinsip-prinsip penggunaannya. Kehangatan dan penyampaian guru


(33)

15

yang antusias dalam memberikan positive reinforcement akan lebih berdampak pada siswa, terlebih lagi jika guru menerapkannya dengan lebih bervariasi. Guru harus menghindari penguatan yang negatif karena akan mempengaruhi psikologis siswa dalam penerimaannya. Penggunaan penguatan yang negatif nantinya akan berdampak kurang baik bagi siswa, seperti mereka menjadi frustasi, menjadi pemberani, dan merasa hukuman dianggap sebagai kebanggaan. Selain itu, dengan pemberiana hukuman, akan membuat siswa mencari cara agar ia terbebas dari hukuman, siswa akan memikirkan cara apapun meskipun salah dan buruk untuk terbebas. Hal ini tentunya kurang baik bagi perkembangan psikologi siswa terutama siswa sekolah dasar karena di sekolah dasar siswa mengembangkan sikapnya. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Skinner dalam Budiningsih (2005: 26):

1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.

2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si trhukum) bila hukuman berlangsung lama.

3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk dari kesalahan yang diperbuatnya.

Hal ini menjadi salah satu dasar alasan penulis memfokuskan penelitian pada penerapan positive reinforcement.

5. Manfaat dan Kelemahan Positive Reinforcement

Adapun manfaat positive reinforcement menurut Arief (2002: 128), adalah: a. Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk

melakukan perbuatan positif dan bersikap progresif.

b. Menjadi pendorong bagi anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh penghargaan baik dalam tingkah laku sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.


(34)

16

c. Seseorang yang menerima ganjaran akan memahaminya sebagai penerimaan terhadap pribadinya yang menyebabkan merasa tenteram dimana ketentraman adalah salah satu kebutuhan dari segi psikologi.

Seseorang yang mendapat penghargaan atau hadiah akan merasa senang dan membuat dirinya merasa diterima dan dihargai oleh orang lain. Sehingga seseorang akan termotivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Segala sesuatu yang mempunyai manfaat pasti mempunyai kelemahan, begitu juga dengan positive reinforcement, selain mempunyai manfaat juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahannya menurut Abdullah (2005: 223) antara lain:

a. Pemberian ganjaran yang berlebihan akan membuat seseorang menganggap kemampuannya lebih tinggi dari orang lain dan cenderung akan merendahkan orang lain.

b. Umumnya ganjaran membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya.

Oleh karena itu hendaknya guru bijaksana dalam memberikan positive reinforcement kepada siswa. Karena terkadang siswa mengerjakan sesuatu yang baik hanya untuk mendapatkan pujian atau ganjaran. Penerapan positive reinforcement juga harus lebih tepat pemberiannya agar tidak ada rasa iri hati yang timbul oleh siswa lain karena adanya pemberian hadiah sebagai penerapan positive reinforcement.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari siswa dalam kegiatan berinterkasi dengan lingkungannya. Sejalan dengan hal tersebut


(35)

17

Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar merupakan hal yang kompleks karena melibatkan banyak aspek, dan salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan bahasanya. Slameto (2003:2) mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu, Robert dalam Sugihartono dkk, (2007: 74) mengemukakan bahwa belajar memiliki dua pengertian yaitu proses memperoleh pengetahuan dan perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Proses belajar juga merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses berpikir. Budiningsih (2005: 34) mengatakan bahwa belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Adapun ciri-ciri belajar menurut Djamarah (2005: 15-17) adalah perubahan yang terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar


(36)

18

bersifat fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku.

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Perubahan yang terjadi secara sadar yaitu seseorang yang belajar menyadari dan merasakan bahwa telah terjadi perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari jika pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah. Perubahan yang dirasakan ini nantinya ssemakin berkembang.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan dalam belajar bersifat fungsional yaitu perubahan yang terjadi pada seseorang berlangsung terus menerus dan berguna untuk kehidupan dan proses belajar berikutnya. Misalnya, ketika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis, sehingga nantinya bermanfaat untuk proses belajar selanjutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif yaitu ketika seseorang makin banyak usaha, maka akan makin baik dan makin banyak pula perubahan yang diperoleh. Sedangkan perubahan bersifat aktif yaitu perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara maksudnya yaitu perubahan yang terjadi karena proses belajar akan menetap pada diri


(37)

19

individu. Hal-hal yang bersifat sementara seperti berkeringat, menangis dsb tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Misalnya kemampuan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar akan terus dimiliki dan bahkan makin berkembang.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah yaitu perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang memiliki tujuan yang ingin dicapai. Perubahan dalam belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya, seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan hal-hal yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik Dengan demikian, perubahan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku yaitu seseorang yang belajar sesuatu maka ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Misalnya, jika seseorang anak belajar naik sepeda maka perubahan yang paling nampak adalah dalam keterampilan naik sepeda. Namun sebenarnya, ia telah mengalami perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, tentang jenis-jenis sepeda, tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan ciri-ciri tertentu dalam proses


(38)

20

mengubah tingkah laku yang melibatkan struktur kognitif yang telah dimiliki sebagai bentuk dari interaksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar berupa hasil belajar. Hasil belajar menjadi salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Menurut Susanto (2013: 5) hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari belajar. Sedangkan menurut Sudjana (2002: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Pengertian tentang hasil belajar dipertegas oleh Nawawi dalam Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya dan dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Tes yang digunakan untuk menentukan hasil belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa seperti pengetahuan, pemahaman


(39)

21

atau aplikasi suatu konsep. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada aspek kognitif.

C. Matematika di Sekolah Dasar

1. Pengertian Matematika

Penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar bertujuan memberikan bekal kepada siswa untuk hidup bermasyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Susanto (2013: 183):

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan agar siswa tidak hanya dapat terampil menggunakan matematika, tetapi dapat memberikan bekal kepada siswa dengan tekanan penataan nalar dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat di mana ia tinggal. Karena dengan belajar matematika, siswa akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.

Pada Depdiknas (2001: 7) kata matematika berasal dari bahasa latin,

manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”,

sedang dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Menurut Ahmad Susanto (2013: 184) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebutuhan akan matematika saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari, tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika


(40)

22

sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah menjadikan siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Menurut Depdiknas (2001: 9), kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai berikut:

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campuran, termasuk yang melibatkan pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.

3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat.

4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran pengukuran.

5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.

6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, mengomunikasikan gagasan secara matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagaimana yang disajikan Depdiknas sebagai berikut:

1. Memahami matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusuri bukti, atau menjelaskan gagadan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan denga simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.


(41)

23

Tujuan pembelajaran matematika akan tercapai jika guru dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam membentuk, menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar lalu mengkonstruksinya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan.

3. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah komunikasi dua arah yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai pebelajar. Menurut Heruman (2008: 2) langkah-langkah pembelajaran matematika di SD adalah penanaman konsep dasar,, peemahaman konsep, pembinaan keterampilan.

a. Penanaman Konsep dasar

Pembelajaran ini merupakan pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

b. Pemahaman Konsep

Pembelajaran ini merupakan lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep memiliki dua pengertian yaitu pertama kelanjutan dari


(42)

24

pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan dan kedua pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih dalam lanjutan penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

c. Pembinaan Keterampilan

Pembelajaran ini merupakan lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran ini bertujuan supaya siswa lebih terampil dalam menggunakan konsep matematika. Pembinaan keterampilan juga memiliki dua pengertian yaitu pertama kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan yang kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih dalam lanjutan penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

4. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor yang dimiliki setelah siswa menerima pengalaman belajarnya dan dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Sedangkan matematika adalah ilmu pasti yang dapat melatih siswa untuk menalar, berpikir kritis, kreatif dan aktif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan dalam menalar, berpikir kritis, kreatif dan aktif yang


(43)

25

didapat siswa selama interaksi pembelajaran dan dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.

D. Penelitian yang Relevan

1. “Pengaruh Positive Reinforcement terhadap Motivasi Belajar Matematika

Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Sambi Kabupaten

Boyolali” yang disusun oleh Ana Wahyu Faida pada tahun 2012. Penelitian

tersebut menyimpulkan bahwa positive reinfocement berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar matematika, ditunjukkan oleh F = 123.015 lebih besar dari pada F0.05 (1:214) = 3.900 atau p (0.000 < 0.05) dengan model

regresi Y = 45.998+ 0.561 X. Positive Reinforcement memberikan sumbangan efektif sebesar 36,5% terhadap motivasi belajar matematika, ditunjukkan dengan pembuktian memiliki kuadrat korelasi determinan (r2xy) sebesar 0,365

dan memiliki nilai peluang galat (p) sebesar 0,000.

2. “Pengaruh Implementasi Positive Reinforcement dalam Kelas Terhadap Tingkah Laku Siswa Kelas XI di Man Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011” oleh Rahayu Muslikah pada tahun 2011. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa (1) Tingkat implementasi positive reinforcement dalam kelas yang diterima siswa kelas XI MAN Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2011 yang berada pada kategori tinggi mencapai 59,52%, kategori sedang 40,48% sedangkan untuk kategori rendah tidak ada. (2) Tingkah laku siswa-siswi kelas XI MAN Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2011 yang berada pada kategori tinggi mencapai 96,43 %, kategori sedang 3,57 % dan tidak ada tingkah laku siswa yang berada dalam kategori rendah. (3) Ada pengaruh implementasi positive reinforcement dalam kelas terhadap tingkah


(44)

26

laku siswa kelas XI MAN Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2011. Hasil ini dibuktikan dalam analisis dengan menggunakan perhitungan korelasi

product moment yaitu hasil rxy 90 sebesar 0,540 kemudian dikonsultasikan

dengan r tabel dengan N = 84 pada taraf signifikansi 1% menunjukkan nilai sebesar 0,278 dan pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,213, ternyata r besar daripada r tabel. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan “ada pengaruh

implementasi positive reinforcement dalam kelas terhadap tingkah laku siswa kelas XI MAN Tengaran Kabupaten Semarang tahun 2011” dapat diterima. Berdasarkan penelitian relevan di atas, belum adanya penelitian mengenai pengaruh positive reinforcement terhadap hasil belajar siswa menjadi salah satu dasar diadakannya penelitian ini. Sehingga nantinya melalui penelitian ini guru ataupun pembaca dapat mengetahui ada atau tidaknya pengaruh positive reinforcement dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran matematika. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menambah pengetahuan guru dalam mengimplementasi positive reinforcement dalam pembelajaran.

E. Kerangka Pikir

Belajar merupakan hal yang kompleks, salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan bahasanya. Matematika menjadi salah satu pelajaran yang perlu dikuasai siswa sekolah dasar untuk membantu mereka mencerna ilmu-ilmu yang akan dipelajari pada kelas dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


(45)

27

Kemampuan matematika diperlukan untuk membantu siswa agar dapat berpikir logis. Namun pada kenyataannya matematika masih menjadi salah satu pelajaran yang dianggap sulit dan kurang menyenangkan.

Hasil belajar menjadi salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Hasil belajar penelitian ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa setelah pembelajaran berlangsung. Keberhasilan dari proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, misalnya: kondisi jasmani dan rohani, minat, kepribadian, motivasi, dan lain sebagainya. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar dirinya, misalnya: guru, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan keluarga. Guru menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pembelajaran, karena guru harus mampu mengelola kelas dengan baik agar kondisi pembelajaran menjadi efektif sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Salah satu keterampilan mengelola kelas yang harus diperhatikan guru yaitu keterampilan memberikan penguatan berupa penguatan positif (positive reinforcement). Positive reinforcement merupakan bentuk respon guru terhadap tingkah laku positif dari siswa sehingga frekuensi tingkah laku tersebut dapat meningkat. Respon tersebut dapat dilakukan secara verbal berupa pujian atau nonverbal berupa hadiah atau bentuk yang lain. Melalui

positive reinforcement siswa akan merasa usahanya lebih dihargai dan siswa akan berusaha lebih baik untuk meningkatkan kemampuannya. Dengan memperhatikan implementasi dari positive reinforcement maka guru akan meningkatkan keinginan siswa untuk mempelajari matematika yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajarnya.


(46)

28

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Model Pengaruh Positive Reinforcement (X) Terhadap Hasil Belajar Siswa (Y).

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah asumsi atau dugaan sementara yang dikemukakan peneliti mengenai hasil penelitian yang nantinya diuji kebenarannya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Syofian Siregar (2013: 65) yang menyatakan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir di atas maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh antara positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran

2014/2015”.

Positive Reinforcement

(Variabel X)

Hasil Belajar (Variabel Y)


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan metode, penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini digunakan karena terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, lalu diberikan pretest untuk mengetahui bagaimana keadaan awal kedua kelompok tersebut. Berdasarkan jenis data, penelitian ini termasuk jenis kuantitatif dimana data berbentuk angka. Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah benar ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh variabel X (positive reinforcement) terhadap variabel Y (hasil belajar siswa). Adapun desain pretest-posttest control group design menurut Sugiyono (2014: 112) adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desain Pretest-Posttest Control Group. Keterangan:

R1: kelas eksperimen

R2: kelas kontrol

O1 dan O3: skor pretest

X: diberikan perlakuan positive reinforcement O2 dan O4: skor posttest

X

O

2

O4

R

1

R2

O1

O

3


(48)

30

B. Populasi Penelitian

Menurut Somantri dan Ali Muhidin (2006: 61) kata populasi (population/ universe)

dalam statistika merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Populasi dalam statistika tidak terbatas pada sekelompok orang, tetapi juga binatang atau apa saja yang menjadi perhatian kita. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugiyono (2014: 117) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda-benda yang lain dan meliputi karakteristik yang dimilikinya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 70 siswa.

Tabel 1. Jumlah siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Banyak Siswa Jumlah

L P

1 V A 16 19 35

2 V B 17 18 35

Jumlah 70

Sumber: Tata Usaha SD Negeri I Labuhan Ratu

C. Sampel Penelitian

Sugiyono (2014: 118) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi


(49)

31

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Jika dilihat dari jumlah populasi yang kurang dari 100, maka sampel penelitian ini adalah seluruh anggota dari populasi. Hal ini berdasarkan pendapat dari Arikunto (2006: 134) yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Jadi, jumlah sampel penelitian ini sama dengan jumlah anggota populasi yaitu sebanyak 70 siswa. Berdasarkan pengundian diperoleh bahwa kelas VA ditentukan sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka variabel penelitian ini dapat dibedakan menjadi:

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas. Menurut Sugiyono (2014: 61) variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahnnya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas disimbolkan dengan “X”, dan variabel bebas pada penelitian ini

adalah positive reinforcement.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat. Menurut Sugiyono (2014: 61) variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat disimbolkan dengan “Y”, dan variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

E. Definisi Konseptual Penelitian


(50)

32

1. Variabel Independent atau Variabel Bebas (Positive Reinforcement)

Penguatan positif (positive reinforcement) berkaitan mengenai sikap guru pada siswa sebagai salah satu cara untuk mendekatkan dan memotivasi siswa. Karena sebagai seorang pendidik, guru bukan hanya harus mampu menentukan model dan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran, namun juga guru harus memiliki kedekatan emosional dan harus memahami siswa agar mampu memberikan perlakuan yang tepat bagi siswanya. Salah satu perlakuan yang dapat diberikan guru yaitu pemberian penguatan positif (positive reinforcement) bagi siswa yang mampu menjawab soal atau menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kehendak guru. Adapun pengertian positive reinforcement adalah sebuah stimulus dan atau hadiah yang diberikan guna meningkatkan dan memantapkan perilaku semakin diperkuat dan semakin sering dimunculkan. Bentuk dari penguatan positif (positive reinforcement)

diantaranya penguatan verbal, gestural, kegiatan, mendekati, sentuhan dan tanda.

2. Variabel Dependent atau Variabel Terikat (Hasil Belajar)

Belajar menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari siswa dalam kegiatan berinterkasi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar berupa hasil belajar. Hasil belajar menjadi salah satu hal yang diperhatikan untuk menilai keberhasilan suatu pembelajaran. Pengertian hasil belajar sendiri yaitu kemampuan dan tingkat keberhasilan yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi setelah melaksanakan pembelajaran pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.


(51)

33

F. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional penelitian ini meliputi:

1. Variabel Independent atau Variabel Bebas (Positive Reinforcement)

Pemberian penguatan positif (positive reinforcement) memiliki beberapa komponen atau bentuk. Berdasarkan hal tersebut, maka variabel bebas (Positive Reinforcement) dapat dilihat melalui indikator berikut ini:

a. Penguatan verbal: memberikan penguatan berupa ucapan.

b. Penguatan gestural: memberikan penguatan melalui bahasa tubuh.

c. Penguatan kegiatan: memberikan penguatan berupa kegiatan menyenangkan.

d. Penguatan mendekati: memberikan penguatan dengan cara mendekati siswa.

e. Penguatan sentuhan: memberikan penguatan berupa sentuhan. f. Penguatan tanda: memberikan penguatan berupa hadiah pada siswa. 2. Variabel Dependent atau Variabel Terikat (Hasil Belajar)

Hasil belajar adalah kemampuan dan tingkat keberhasilan yang dimiliki siswa dalam mempelajari materi setelah melaksanakan pembelajaran pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes.

Indikator: data skor post-test sebagai hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian pecahan pada siswa kelas V.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes berupa soal pilihan ganda dengan jumlah butir soal 20, yang akan


(52)

34

digunakan pada pretest dan post-test. Pre-tets dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa sebelum diberi perlakuan baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Post-test dilakukan setelah kelas eksperimen diberikan perlakuan

positive reinforcement dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional seperti biasa.

H. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

a. Melaksanakan penelitian pendahuluan

b. Membuat perangkat perencanaan pembelajaran, antara lain: Silabus, RPP, dan instrumen penelitian.

c. Melakukan uji coba instrumen d. Melakukan analisis instrumen e. Merevisi instrumen

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan positive reinforcement

pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. c. Melaksanakan post-test.

3. Tahap pengolahan data

a. Mengumpulkan data penelitian.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Menyusun laporan hasil penelitian.


(53)

35

I. Uji Persyaratan Instrumen

1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan dalam mendapatkan data valid atau tidak. Menurut Sugiyono (2014: 173) valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Siregar (2013: 75) bahwa validitas atau kesahihan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jadi, uji validitas sangat diperlukan untuk menentukan kesesuaian instrumen penelitian terhadap apa yang ingin diukur.

Uji validitas yang digunakan dalam penlitian ini adalah uji validitas isi. Menurut Siregar (2013: 76) validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Berarti, suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Uji validitas isi dilakukan oleh guru kelas atau guru mata pelajaran yang bersangkutan. Validitas isi instrumen pada penelitian ini dinilai oleh guru mata pelajaran (guru kelas V) sebagai guru mitra dalam penelitian. Uji dilakukan dengan cara memberi ceklis pada form penilaian. Penilaian tersebut mencakup kesesuaian soal dengan kisi-kisi, kesesuaian soal dengan materi pembelajaran dan kesesuaian soal dengan aspek yang ingin diuji. (Form penilaian terlampir pada lampiran B)

2. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang


(54)

36

sama. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Syofian Siregar (2013: 87) bahwa uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Item analisis (Iteman) versi 3.50A. (Hasil perhitungan uji Reliabilitas terlampir pada lampiran B)

Berikut adalah tabel interpretasi yang mengacu pada pendapat Guilford: Tabel 2. Interpretasi Koefisien r.

Koefisien r Reliabilitas

�11 < 0,20 Sangat Rendah

0,20 < �11< 0,40 Rendah 0,40 < �11< 0,70 Sedang 0,70 < �11< 0,90 Tinggi 0,90 < �11< 1,00 Sangat Tinggi

Sumber: Jihad dan Abdul Haris (2012: 181)

3. Daya Beda

Daya beda soal diperlukan agar instrumen mampu membedakan kemampuan masing-masing responden. Menurut Sudijono (2007: 386) daya beda soal adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara responden yang berkemampuan tinggi dengan responden yang berkemampuan rendah.

Daya beda soal dapat diketahui dengan melihat angka indeks diskriminasi, dalam penelitian ini uji daya beda soal menggunakan bantuan aplikasi Item analisis (Iteman) versi 3.50A (hasil perhitungan uji daya beda terlampir pada lampiran B), dengan interpretasi sebagai berikut:


(55)

37

Tabel 3. Interpretasi Nilai Daya Beda.

Nilai Interpretasi

D bertanda negatif Sangat Buruk

D < 0,20 Buruk

0,20 - 0,40 Cukup

0,40 - 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Sangat Baik

Sumber: Sudijono (2007: 387)

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran berfungsi sebagai penentu seberapa sukar soal tersebut. Menurut Sudijono (2007: 370):

Bermutu atau tidaknya butir item tes hasil belajar pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik apabila butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup.

Tingkat kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Item analisis (Iteman) versi 3.50A, dengan interpretasi yang dikemukakan oleh Witherington sebagai berikut:

Tabel 4. Interpretasi Tingkat Kesukaran.

Nilai Interpretasi

K < 0,25 Sangat Sukar

0,25 - 0,75 Cukup (Sedang)

K > 0,75 Sangat Mudah

Sumber: Sudijono (2007: 372)

Berdasarkan tabel interpretasi di atas, maka hasil hitung dapat digolongkan menjadi 3 tingkat kesukaran, yaitu sangat sukar, sukar, dan sangat mudah.


(56)

38

J. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS Versi 17 dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria penerimaan hipotesis adalah jika hasil signifikansi> 0,05 maka data berdistribusi normal, sehingga H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah objek memiliki varian yang sama. Menurut Siregar (2013: 167) bila data memiliki varian yang sama, maka uji anova tidak diberlakukan. Adapun Hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Ho = objek penelitian tidak memiliki varian yang homogen H1 = objek penelitian memiliki varian yang homogen

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS Versi 17 pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria


(57)

39

penerimaan hipotesis adalah jika hasil signifikansi> 0,05 maka data memiliki varian yang homogen, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji, apakah hipotesis sesuai dengan hasil penelitian atau tidak. Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan

positive reinforcement pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka hasil data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari penerapan positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian pecahan dengan melakukan uji beda rata-rata (Independent Sample Tets). Adapun Hipotesis untuk uji hipotesis adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pegaruh antara positive reinforcement terhadap hasil belajar

matematika

H1: Terdapat pegaruh antara positive reinforcement terhadap hasil belajar

matematika.

Uji Independent Sample Tes pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 17 pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria penerimaan hipotesis adalah jika –ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka tidak ada

perbedaan rata-rata nilai post-test sehingga positive reinforcement tidak mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yang artinya H0 diterima dan H1

ditolak, namun jika –thitung< -ttabel atau thitung > ttabel, maka ada perbedaan

rata-rata nilai post-test sehingga positive reinforcement mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima.


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu tahun pelajaran 2014/2015..

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika sebagai berikut:

a) Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat merubah tingkah laku serta meningkatkan hasil belajar yang semakin baik, bukan hanya hasil belajar pada mata pelajaran matematika namun juga pada mata pelajaran lainnya.

b) Bagi guru

Guru disarankan untuk lebih memperhatikan penerapan penguatan positif (positive reinforcement) yang diberikan kepada siswa pada saat proses pembelajaran khususnya matematika. Selain itu, guru juga harus memperhatikan kemampuan dasar mengajar yang lain guna mendukung


(59)

51

keberhasilan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika maupun hasil belajar mata pelajaran lain.

c) Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap guru dalam mengembangkan kemampuannya, terutama kemampuan dasar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari upaya meningkatkan kualitas sekolah.

d) Bagi peneliti lain

Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian yang serupa yaitu mengenai positive reinforcement, hendaknya lebih memperhatikan kepribadian masing-masing siswa dan memberikan penguatan secara merata untuk semua siswa, sehingga nantinya dapat memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan penelitian yang telah ada.


(1)

J. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS Versi 17 dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria penerimaan hipotesis adalah jika hasil signifikansi> 0,05 maka data berdistribusi normal, sehingga H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah objek memiliki varian yang sama. Menurut Siregar (2013: 167) bila data memiliki varian yang sama, maka uji anova tidak diberlakukan. Adapun Hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Ho = objek penelitian tidak memiliki varian yang homogen H1 = objek penelitian memiliki varian yang homogen

Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS Versi 17 pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria


(2)

39

penerimaan hipotesis adalah jika hasil signifikansi> 0,05 maka data memiliki varian yang homogen, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji, apakah hipotesis sesuai dengan hasil penelitian atau tidak. Setelah melakukan penelitian dengan menerapkan

positive reinforcement pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka hasil data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari penerapan positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan perkalian dan pembagian pecahan dengan melakukan uji beda rata-rata (Independent Sample Tets). Adapun Hipotesis untuk uji hipotesis adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat pegaruh antara positive reinforcement terhadap hasil belajar

matematika

H1: Terdapat pegaruh antara positive reinforcement terhadap hasil belajar

matematika.

Uji Independent Sample Tes pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi SPSS Versi 17 pada taraf signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Adapaun kriteria penerimaan hipotesis adalah jika –ttabel≤ thitung ≤ ttabel, maka tidak ada

perbedaan rata-rata nilai post-test sehingga positive reinforcement tidak mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yang artinya H0 diterima dan H1

ditolak, namun jika –thitung< -ttabel atau thitung > ttabel, maka ada perbedaan

rata-rata nilai post-test sehingga positive reinforcement mempengaruhi hasil belajar matematika siswa yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positive reinforcement terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri I Labuhan Ratu tahun pelajaran 2014/2015..

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan saran-saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran matematika sebagai berikut:

a) Bagi siswa

Siswa diharapkan dapat merubah tingkah laku serta meningkatkan hasil belajar yang semakin baik, bukan hanya hasil belajar pada mata pelajaran matematika namun juga pada mata pelajaran lainnya.

b) Bagi guru

Guru disarankan untuk lebih memperhatikan penerapan penguatan positif (positive reinforcement) yang diberikan kepada siswa pada saat proses pembelajaran khususnya matematika. Selain itu, guru juga harus memperhatikan kemampuan dasar mengajar yang lain guna mendukung


(4)

51

keberhasilan pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika maupun hasil belajar mata pelajaran lain.

c) Bagi kepala sekolah

Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap guru dalam mengembangkan kemampuannya, terutama kemampuan dasar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari upaya meningkatkan kualitas sekolah.

d) Bagi peneliti lain

Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian yang serupa yaitu mengenai positive reinforcement, hendaknya lebih memperhatikan kepribadian masing-masing siswa dan memberikan penguatan secara merata untuk semua

siswa, sehingga nantinya dapat memperbaiki kekurangan dan


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2005. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Alqur’an. Jakarta: Rineka Cipta.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Asril, Zainal. 2012. Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman

Lapangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni. 2008. Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiningsih, C.Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2001. Standar Isi Kurikulum KTSP 2006.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri.2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fahrozin, Muhamad dkk. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta. Faida, Ana Wahyu. 2012. Positive reinforcement terhadap Motivasi Belajar

Matematika Siswa Kelas V SD Negeri seKecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. [online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id. [1 November 2014]

Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Heruman. 2008. ModelPembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.


(6)

53

Kementrian PPN/ Bappenas. 2008. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25

Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004.[online]. Tersedia:

http://www.bappenas.go.id/files/6413/5230/1575/matriks-rencana-tindak-bab-vii.pdf.[20 Desember 2014]

Muslikah, Rahayu. 2011. Pengaruh Implementasi Positive Reinforcement dalam Kelas Terhadap Tingkah Laku Siswa Kelas XI di Man Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011. Skripsi. Diterbitkan. Semarang: STAIN Salatiga. [online]. Tersedia: http:// eprints.stainsalatiga.ac.id. [1 November 2014] Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanta, Edi. 2005. Modifikasi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi KBK. Jakarta: Prenada Media.

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi

Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Grup.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2013. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301 Jakarta.


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 42

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEBIASAAN MEMBACA SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DI KECAMATAN LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 17 67

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 52

HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 15 53

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DI KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

8 58 131

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 9 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 66

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 12 60

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51