PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh:

Dyah Ardan Pratiwi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2015


(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Dyah Ardan Pratiwi Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER TYPE OF SOCIAL STUDIES LEARNING RESULT IN THE

FIFTH GRADE STUDENTS OF SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG 2014/2015 SCHOOL YEAR

By

Dyah Ardan Pratiwi

This research aimed to determine the effect of cooperative learning model Numbered Head Together type of social studies learning result in the fifth grade students of SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung 2014/2015 school year. This study was a quasi-experimental design with pre-test post-test control group design. Research subjects were 66 students divided into two classes. VA as experiment class and VB as a control class. The main instrument used was a test. Data were analyzed using Independent Sample Test at 5% significance level (sig = 0.05). The calculations show t value of 4.866 with a significance level of less than 0.05 is 0.000. Based on these results, it can be concluded that cooperative learning model Numbered Head Together type affect the social studies learning result in the fifth grade students of SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung 2014/2015 school year.


(4)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Dyah Ardan Pratiwi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain pre-test post-test control group design. Subjek penelitian sebanyak 66 siswa yang terbagi atas 2 kelas. Kelas VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai kelas kontrol. Instrumen utama yang digunakan adalah tes. Data dianalisis dengan menggunakan Independent Sample Test pada taraf signifikansi 5% (sig = 0,05). Hasil perhitungan menunjukkan nilai t sebesar 4,866 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015.


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tebat Jaya, Kecamatan Buay Madang, Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan pada tanggal 17 Januari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Supardan dan Ibu Arba’ati.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak Nahdhatul Ulama Tebat Jaya pada tahun 1998, Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Sumber Agung pada tahun 2004, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Buay Madang pada tahun 2007, Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Buay Madang pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan akademik. Penulis mengikuti lembaga kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (HIMAJIP) sebagai anggota bidang kaderisasi pada periode 2011-2012. Penulis juga mengikuti Organisasi Kedaerahan Ikatan Mahasiswa OKU Timur (IKAM OKUT) sebagai sekretaris bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) periode 2014-2015. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan


(9)

Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon La’ay yang terintegrasi dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri La’ay Kecamatan Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat pada bulan Juli sampai September 2014. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan penelitian di SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung.


(10)

MOTO

Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sebelum mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri.

(QS. Ar-Rad Ayat 11)

Habit and routin have an unbelievable power to waste and destroy.

(Henry S. Haskin)

Whatever will be, will be

Preparing well will get the best


(11)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan lembaran-lembaran karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang, dan baktiku pada:

Mamakku tercinta (Arba’ati)

yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran, membimbingku dengan penuh kasih sayang, selalu memberikan yang terbaik untukku, selalu memberikan semangat dan mendoakanku dalam setiap sujudnya, serta memberi kekuatan terbesar dalam hidupku.

Bapakku tercinta (Supardan)

yang telah menjadi sosok bapak terhebat yang selalu aku kagumi, yang selalu berjuang tak kenal lelah, membimbing dan memberikan motivasi terhebat untuk keberhasilanku, selalu

mengingatkan untuk selalu berjuang menggapai cita-citaku, dan selalu mengajarkanku ketegasan dan tanggung jawab.

Adikku tercinta Ade Devi Rahmawati dan Zakya Ardan Aninda

Terimakasih karena selalu memberikan senyum keceriaan dan sumber semangatku untuk membahagiakan keluarga.


(12)

Sahabat-sahabat terbaik, terimakasih untuk setiap waktu yang terlewati penuh cerita, menjadi tempat berbagi dalam suka dan duka, saling memupuk semangat untuk mencapai

keberhasilan kita bersama, memberi arti persahabatan dan persaudaraan yang tak akan terlupakan.

Para pendidik yang telah memberikan ilmu dengan penuh keikhlasan serta


(13)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim...

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

ii

4. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Dra. Loliyana, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan

bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis. 8. Bapak Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Fakultas Keguruan

Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Ibu Farida Aryani, M.Pd,. selaku Kepala SD Negeri 3 Labuhan Ratu yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

10. Bapak Rosidin, S.Pd,. selaku guru kelas V di SD Negeri 3 Labuhan Ratu dan guru mitra yang telah memberikan bantuan dan kerjasama dalam penyusunan skripsi ini.

11. Kedua orang tuaku tercinta (Arba’ati dan Supardan) yang menjadi sosok orang tua terhebat yang tak henti menyayangiku, mendoakanku, memberikan semangat, motivasi serta menantikan keberhasilanku.


(15)

iii

12. Kedua adikku Ade Devi Rahmawati dan Zakya Ardan Aninda yang selalu memberikan dukungan, sumber semangat, senyum ketulusan dan keceriaan dalam setiap langkahku.

13. Keluarga pamanku (Saifur Rohman, bulek Herniati, Yoga, Ajeng, Sukma, Fiza, mbak Nia) yang selalu menjadi tempat persinggahanku, memberi perhatian dan senantiasa memberikan motivasi untuk keberhasilanku.

14. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar “PGSD 2011 cutek-cutek”, Universitas Lampung yang selalu menghadirkan keceriaan, kebersamaan, kekeluargaan dalam menuntut ilmu dan menggapai impian. Kita adalah orang-orang yang tak pernah lelah menggapai semua yang kita impikan.

15. Sahabat berbagiku (uni rina, uni meli, niluh, yevi, mbok cit, buk iin, teteh vrisca, eilin, mama uma, elay, reni, abah, bangdon, uyak, alom, iyang, dedi) terimakasih telah menjadi sahabat berbagi cerita, kebahagiaan, keceriaan, senyuman dan pengalaman yang mengesankan.

16. Keluarga IKAM OKUT “Sai Jejama Sai Tujuan” yang menjadi keluarga sedaerah yang selalu memberi motivasi, memberi keceriaan, kasih sayang, dan selalu mengingatkan sai tujuan.

17. Sahabat-sahabat Gravillea Resident (mbak indri, mbak novi, mbak ratna, tiwi, nduk ayu, ama, intan, yayi, yuni, astri, nike, sari) yang selalu memberikan senyum tulus, yang selalu menemaniku dan menjadi rumah kedua yang nyaman dan selalu kurindukan.

18. Teman-teman KKN dan PPL Pekon La’ay (fitri, melin, mak hen, mput, elda, adzani, anisa, mas binar, mas pian, dedi).


(16)

iv

19. Teman-teman pengajar Ganesha Operation (pak OZ, pak BL, pak SF, pak AD, bu LA, bu AR, bu YS, bu IK, bu YN, mbak Mela, mbak Yuspa), terimakasih telah memberi semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan memberikan pengalaman berharga untuk semakin memperbaiki diri. 20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandarlampung, 23 April 2015 Penulis,


(17)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 7

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teori ... 10

1. Belajar dan Pembelajaran ... 10

2. Pembelajaran IPS ... 12

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together ... 18

5. Hasil Belajar... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C.Kerangka Pikir ... 23

D.Hipotesis Penelitian ... 25

III. METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C.Prosedur Penelitian ... 28

D.Ruang Lingkup Penelitian ... 29


(18)

vi

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel ... 30

1. Definisi Konseptual ... 30

2. Definisi Operasional ... 31

G.Teknik Pengumpulan Data ... 31

H.Instrumen Penelitian ... 33

1. Jenis Instrumen ... 33

2. Uji Instrumen ... 34

a. Uji Coba Instrumen Tes ... 34

b. Uji Persyaratan Instrumen Tes ... 34

1) Validitas Soal... 35

2) Reliabilitas Soal ... 35

3) Daya Pembeda Soal ... 37

4) Taraf Kesukaran Soal ... 38

c. Uji Persyaratan Analisis Data ... 39

1) Uji Normalitas ... 39

2) Uji Homogenitas ... 40

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 42

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 42

a. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together ... 43

b. Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Konvensional ... 45

2. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa ... 45

3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 47

a. Uji Normalitas ... 48

b. Uji Homogenitas ... 49

4. Pengujian Hipotesis ... 50

B. Pembahasan ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(19)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu

Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 4

2. Jumlah Siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 27

3. Tabel Klasifikasi Reliabilitas ... 36

4. Tabel Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 38

5. Tabel Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal ... 39

6. Hasil Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46

7. Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ... 48

8. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar IPS Siswa ... 49


(20)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 25 2. Desain Penelitian ... 26


(21)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus ... 59

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 60

3. Lembar Kerja Siswa ... 72

4. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 81

5. Kisi-Kisi Soal ... 90

6. Instrumen Tes ... 92

7. Kunci Jawaban ... 95

8. Foto Penelitian ... 96

9. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 100

10. Form Penilaian Instrumen Tes ... 102

11. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 106

12. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 114


(22)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan menimba ilmu yang dilakukan sepanjang hayat dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 Nomor 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa:

Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan di atas dapat dicapai melalui proses pendidikan yang baik. Hal ini diungkapkan oleh Susanto (2013: 85) yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah upaya yang terorganisasi, berencana dan berlangsung secara terus-menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia paripurna, dewasa, dan berbudaya”. Bertemali dengan pendapat di atas, Daryanto (2013: 1) mengemukakan bahwa “Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta


(23)

2

meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa)”. Dalam melaksanakan proses pendidikan tersebut maka pendidikan terstruktur dalam tiap satuan pendidikan yaitu satuan pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi.

Mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan memiliki bobot masing-masing. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan yaitu pendidikan sosial. Pendidikan sosial merupakan mata pelajaran yang di dalamnya termuat kompetensi-kompetensi sosial yang harus dimiliki siswa guna hidup dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sapriya (2009: 12) yang menyatakan bahwa:

IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagi kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Pentingnya IPS dalam pendidikan dasar sebagai landasan siswa untuk menghadapi kegiatan sosial yang ada di masyarakat menjadi tuntutan bagi stakeholder pendidikan untuk membangun diri siswa menjadi warga negara yang baik dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Tugas ini salah satunya diemban oleh guru sebagai pengajar dan pendidik di sekolah.

Keberhasilan suatu pembelajaran salah satunya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Untuk memperoleh hasil belajar yang


(24)

3

maksimal, banyak faktor yang harus diperhatikan, mulai dari kesiapan belajar siswa, guru, dan lingkungan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi dalam Susanto (2013: 14) yang mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam, yaitu: “kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat”.

Berdasarkan hasil prasurvei, SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan pengajaran setiap mata pelajaran yang terpisah-pisah. Dalam penerapan pembelajaran IPS di SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, antara lain ceramah, tanya jawab, dan diskusi dalam kelas. Namun, model pembelajaran yang diterapkan masih kurang terstruktur dengan baik sehingga hasil dari proses pembelajaran masih belum maksimal.

Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang masih dianggap sulit oleh siswa, terutama pada materi “Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan”. Siswa merasa masih mengalami kesulitan dalam mengerti dan memahami kronologi peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Kesulitan siswa ini ditunjukkan dari hasil belajar yang dicapai siswa pada materi “ Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan” yang masih rendah seperti yang terlihat dalam tabel berikut:


(25)

4

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan pada Siswa Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

No KKM Nilai

Kelas

Jumlah Keseluruhan

VA VB

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1

70 ≥ 70 13 39,40 % 14 42,42 % 27 40,90 %

2 < 70 20 60,60 % 19 57,58 % 39 59,10 %

Jumlah 33 100,00 % 33 100,00 % 66 100,00 %

Sumber: Dokumentasi Guru

Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas, terlihat bahwa siswa yang mencapai KKM sebanyak 27 siswa atau sebesar 40,90%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 39 siswa atau sebesar 59,10%. Pada mata pelajaran IPS, guru menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Siswa dikatakan tuntas dalam pelajaran IPS apabila siswa mencapai nilai 70 atau lebih. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi penelitian “Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan” sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yaitu 70.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga salah satunya terjadi karena penerapan model pembelajaran yang kurang tepat yaitu pembelajaran yang masih cenderung berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2006: 46) yang menyatakan bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung.

Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Oleh karena itu harus diajarkan dengan metode yang tepat dan menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik mengikuti proses pembelajaran.


(26)

5

Sedangkan menurut Depdiknas dalam Komalasari (2011: 62) salah satu upaya untuk menghadapi masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif akan lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kerja sama kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Numbered Head Together (kepala bernomor). Menurut Komalasari (2011: 62) “model pembelajaran Numbered Head Together (kepala bernomor) adalah model pembelajaran di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”. Lebih lanjut, Lie (2010: 59) mengungkapkan bahwa “teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu model pembelajaran dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok dan diberikan nomor kepada masing-masing siswa. Siswa dalam kelompok bekerja sama dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dan melaporkan hasil pekerjaan kelompok mereka sesuai dengan nomor yang dipanggil oleh guru. Melalui penerapan model pembelajaran ini, diharapkan siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat lebih mudah memahami


(27)

6

materi yang disampaikan, dengan demikian hasil belajar siswa semakin meningkat. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together juga relatif mudah diterapkan di dalam kelas sehingga guru dan siswa tidak mengalami kesulitan dalam langkah-langkah penerapannya. Guru lebih mudah menyiapkan bahan materi pelajaran dan media numbered head (nomor kepala). Guru dan siswa dibantu dengan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memudahkan guru menyampaikan materi pelajaran dan menuntun siswa untuk memahami materi pelajaran. Hal lain yang membuat peneliti tertarik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together ini adalah memberikan pengalaman belajar bekerja sama dalam kelompok, saling membantu, tidak membeda-bedakan sesama teman, dan saling memberikan masukan serta gagasan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga memupuk rasa kebersamaan antar siswa. Dengan model pembelajaran seperti ini diharapkan siswa lebih mampu beradaptasi dengan kondisi sosial masyarakat nantinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.


(28)

7

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Guru kelas di SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung sudah menggunakan model pembelajaran yang beragam seperti ceramah, diskusi, dan tanya jawab, namun belum terstruktur dengan baik.

2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu pada materi “Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan” yang masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3. Siswa masih cenderung pasif dalam proses pembelajaran.

4. Guru belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

C.Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dan dititikberatkan pada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa


(29)

8

kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015?”.

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi guru dan calon guru dalam menerapkan suatu model pembelajaran, khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar IPS siswa pada materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Memberikan pengalaman belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan meningkatkan minat belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat.


(30)

9

b. Bagi guru

Memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

c. Bagi kepala sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran sehingga dapat dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya.

d. Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan daan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

e. Bagi peneliti lain

Memberikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Banyak ahli yang mengemukakan definisi belajar sebagai landasan dalam proses pelaksanaan pendidikan. Menurut Sunaryo dalam Komalasari (2011: 2) “belajar merupakan suatu kegiatan di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”. Sementara itu, menurut Winkel dalam Susanto (2013: 4) “belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas”. Adanya perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari belajar juga diperkuat oleh pendapat Hamalik dalam Jihad (2012: 2) yang mengemukakan dua definisi yang umum tentang belajar, yaitu:

a) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing);


(32)

11

b) Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan sebagai hasilnya yaitu adanya perubahan yang dialami siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran, Komalasari (2011: 3) menyatakan bahwa “pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/ pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien”. Sedangkan menurut Faizi (2013: 24) “pembelajaran dapat diartikan sebagai sebuah usaha untuk mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri”. Berbeda dengan pendapat di atas, Hamalik dalam Jihad (2012: 12) mengungkapkan bahwa “pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang terencana dan terstruktur agar siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Dalam kegiatan belajar, hal-hal yang menjadi prinsip belajar yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendapat Aunurrahman (2010: 114) adalah sebagai berikut:


(33)

12

1. Prinsip perhatian dan motivasi 2. Prinsip transfer dan retensi 3. Prinsip keaktifan

4. Prinsip keterlibatan langsung 5. Prinsip pengulangan

6. Prinsip tantangan

7. Prinsip balikan dan penguatan 8. Prinsip perbedaan individual.

Berbeda dengan pendapat di atas, prinsip-prinsip pembelajaran menurut Susanto (2013: 87) di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Prinsip pemusatan perhatian 2) Prinsip menemukan

3) Prinsip belajar sambil bekerja 4) Prinsip belajar sambil bermain 5) Prinsip hubungan sosial

2. Pembelajaran IPS

IPS merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengkaji segala aspek sosial yang ada dalam masyarakat. IPS merupakan mata pelajaran sosial yang sangat penting untuk diajarkan, dengan pembelajaran IPS maka siswa akan memiliki bekal untuk menghadapi kehidupan sosial dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2013: 139) yang mengungkapkan bahwa:

IPS merupakan perpaduan antara ilmu sosial dan kehidupan manusia yang didalamnya mencakup antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, sosiologi, agama, dan psikologi. Dimana tujuan utamanya adalah membantu mengembangkan kemampuan dan wawasan siswa yang menyeluruh (komprehensif) tentang berbagai aspek ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora).

Definisi tentang pendidikan IPS di antaranya dikemukakan oleh Soemantri dalam Sapriya (2009: 11) bahwa “pendidikan IPS adalah penyederhanaan


(34)

13

atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan”.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di Sekolah Dasar. Untuk jenjang Sekolah Dasar, Sapriya (2009: 194) mengungkapkan bahwa:

Pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual/real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat perkembangan berpikir dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya.

Tujuan utama IPS sebagaimana tercantum dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tingkat SD/MI adalah untuk mengarahkan siswa agar menjadi warga negara yang baik. Secara terperinci, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan


(35)

14

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Lebih lanjut, Susanto (2013: 148) juga mengungkapkan bahwa:

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah dasar sebagai lembaga formal dapat mengembangkan dan melatih potensi diri siswa yang mampu melahirkan manusia yang andal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralnya.

Selanjutnya pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Tingkat perkembangan usia dan belajar siswa. 2) Pengalaman belajar dan lingkungan budaya siswa.

3) Kondisi kehidupan masyarakat sekitar masa kini dan kelak yang diharapkan.

4) Proyeksi harapan pembangunan nasional atau daerah yang tentunya mampu dijangkau dan diperankan siswa kini dan kelak dikemudian hari. 5) Isi dan pesan nilai moral budaya bangsa, pancasila dan agama yang

dianut yang diakui bangsa dan negara Indonesia.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan tujuan membekali siswa untuk hidup dalam masyarakat nantinya. Proses pembelajaran IPS dilaksanakan secara terpadu dan menyangkut aspek-aspek sosial dalam masyarakat.

Pembelajaran IPS yang dikaji dalam penelitian ini adalah materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan. Materi ini diajarkan pada kelas V semester II pada Standar Kompetensi 1. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi Dasar 1.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh


(36)

15

perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Pembahasan materi ini dilaksanakan dalam 6 jam pelajaran yang terbagi dalam 3 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran yaitu 2 x 35 menit.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan desain pembelajaran dengan mengelompokkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Kunandar (2009: 359) “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2011: 201) yang menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya hanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat homogen”. Selain itu, Ismail (2003: 18) mengungkapkan bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dalam kelompok secara bersama-sama dan saling membantu dalam mempelajari materi pelajaran guna


(37)

16

memperoleh hasil belajar yang optimal dan memupuk rasa kebersamaan antar anggota kelompok.

Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Jihad (2012: 30) yaitu:

1) Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif;

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah;

3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula;

4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Hasil penelitian melalui metode meta-analisis yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson dalam Kunandar (2009: 362-363) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, di antaranya yaitu:

1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan;

3) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen;

4) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris;

6) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia;

7) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik;

8) Meningkatkan motivasi belajar;

9) Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan;

10) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar;

11) Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik di tempat kerja maupun di masyarakat;


(38)

17

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak jenis dan teknik pelaksanaan. Menurut Komalasari (2011: 62) “model pembelajaran kooperatif meliputi kepala bernomor, skrip kooperatif, tim siswa kelompok berprestasi, berpikir berpasangan berbagi, model jigsaw, melempar bola salju, tim TGT, kooperatif terpadu membaca dan menulis, dan dua tinggal dua tamu”.

Sementara itu, Huda (2011: 134) memaparkan bahwa “teknik pembelajaran kooperatif di antaranya mencari pasangan, bertukar pasangan, berpikir-berpasangan-berbagi (Think-Pair-Share), berkirim salam dan soal, kepala bernomor (Numbered Head Together), kepala bernomor terstruktur (Structured Numbered Heads), dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray), keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran dalam-lingkaran luar (Inside-Outside Circle), tari bambu, jigsaw, dan bercerita berpasangan (Paired Story Telling)”.

Jenis dan teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang beragam pada prinsipnya mempunyai satu benang merah yang sama, yaitu belajar dalam suatu kelompok untuk memahami dan membuat suasana belajar yang lebih menarik sehingga suasana belajar semakin hidup dan menyenangkan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together karena model pembelajaran ini sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan lebih membuat suasana belajar lebih menyenangkan. Materi “Peristiwa Sebelum Proklamasi Kemerdekaan” merupakan materi IPS yang berfokus pada sejarah sebelum kemerdekaan. Dalam materi ini, siswa banyak menemukan nama tokoh dan peristiwa-peristiwa penting. Dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan melibatkan langsung siswa


(39)

18

dalam proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi tersebut.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dikembangkan oleh Spancer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Menurut Komalasari (2011: 62) “model pembelajaran Numbered Head Together (kepala bernomor) adalah model pembelajaran di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa”. Lebih lanjut, Lie (2010: 59) mengungkapkan bahwa teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide -ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menurut Kunandar (2009: 368-369) adalah sebagai berikut:

a. Penomoran (numbering), yaitu guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

b. Pengajuan pertanyaan (questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

c. Berpikir bersama (head together), yaitu para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.


(40)

19

d. Pemberian jawaban (answering), yaitu guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Sementara itu, menurut Komalasari (2011: 62-63) langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya. d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil

melaporkan hasil kerjasama mereka.

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

f. Kesimpulan.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Komalasari karena langkah-langkah yang dikemukakan Komalasari lebih lengkap terutama pada poin e dan f yaitu siswa menanggapi jawaban yang diberikan oleh temannya dan bersama-sama menarik kesimpulan dari materi yang telah didiskusikan berbersama-sama. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together sebagaimana dikemukakan oleh Rikawati (2014) adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT):


(41)

20

1. Menumbuhkembangkan kedisiplinan, minat, kerjasama, keaktifan dan tanggung jawab

2. Setiap siswa menjadi siap semua.

3. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

4. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. 5. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT):

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

4. Waktu yang dibutuhkan banyak.

5. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2008: 22) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Jihad (2012:14) mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”. Lebih lanjut Susanto (2013: 5) mengemukakan bahwa “hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K. Brahim dalam Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa “hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari


(42)

21

materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran dan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukanlah evaluasi setelah proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, fokus penelitian adalah hasil belajar pada aspek kognitif. Hasil belajar pada aspek kognitif ini dilihat dari nilai siswa yang diperoleh pada tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran.

B.Penelitian yang Relevan

1. Nikmah, Choirun (2012) Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta. Dan besarnya pengaruh model pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar IPS siswa. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta yang berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi dan tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) memiliki pengaruh terhadap hasil belajar


(43)

22

mata pelajaran IPS dalam pokok bahasan kenampakan alam pada siswa kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta. Ditunjukkan dengan adanya peninggkatan nilai rata-rata kelas yaitu pada pretest eksperimen 1 (kondisi awal) nilai rata-ratanya yaitu 46,56, pada hasil postest eksperimen 1 nilai rata-ratanya 51,39. Pada eksperimen 2 nilai rata-rata pretest 45,83, pada nilai rata-rata postest 55. Eksperimen dilakukan sebanyak 8 kali dan selalu mengalami peningkatan”.

2. Nopi (2012) Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Salatiga.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan variable terikat hasil belajar IPS dan variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dan pembelajaran konvensional. Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan desain Pretest Posttest Kontrol Group Design. Subjek penelitian sebanyak 55 siswa. Instrumen yang digunakan adalah dengan test. Data dianalisis dengan menggunakan independent sample t test pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Hasil perhitungan penelitian ini didapat nilai t senilai 7.232 dengan tingkat signifikasi lebih kecil dari 0.005 yaitu 0.000. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together)


(44)

23

dengan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar IPS siswa kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads Together) pengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD. Disarankan guru dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan kooperatif atau bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) perlu terus dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan yang lain dan perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini. C.Kerangka Pikir

Penggunaan model pembelajaran konvensional seperti ceramah adalah model pembelajaran yang masih berpusat kepada guru sebagai sumber informasi utama dan kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mengakibatkan siswa kurang aktif dan cenderung merasa bosan. Selain itu, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran juga tidak maksimal karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah penggunaan model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa belajar bersama dalam kelompok dan berdiskusi bersama untuk mempelajari materi pembelajaran. Dengan demikian, siswa lebih mudah


(45)

24

mengingat dan memahami apa yang mereka pelajari serta berdampak pada hasil belajar siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok dan saling berdiskusi untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa diberi nomor untuk masing-masing anggota, dan apabila salah satu nomor dipanggil oleh guru, maka nomor tersebut akan mewakili jawaban dari kelompoknya untuk melaporkan hasil pekerjaan mereka. Dengan demikian, siswa dapat memupuk rasa kerja sama dan saling membantu antar anggota kelompok.

Setelah melakukan proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, maka akan dilakukan post test untuk melihat hasil belajar dari tiap-tiap kelas untuk selanjutnya dibandingkan guna melihat pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


(46)

25

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Dengan demikian, diduga bahwa penerapan model pembelaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa pada materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

Pembelajaran IPS

Kelas Eksperimen dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together

Hasil Belajar

Kelas Kontrol dengan Metode Konvensional

(Ceramah)

Hasil Belajar


(47)

III. METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain pretest-posttest control group design. Menurut Sugiyono (2012: 112) dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda dengan kelompok kontrol secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 - O1) - (O4 - O3).

Gambar 2. Desain Penelitian

Sumber : Sugiyono (2012: 112)

Keterangan :

R : Kelas eksperimen R : Kelas kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

R O1 X O2


(48)

27

O1 : Skor pre-test pada kelas eksperimen

O2 : Skor post-test pada kelas eksperimen

O3 : Skor pre-test pada kelas kontrol

O4 : Skor post-test pada kelas kontrol

B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung yang berjumlah 66 siswa yang terbagi dalam dua kelas. Menurut Sugiyono (2012: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Rincian populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Jumlah Siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Jumlah Siswa

1 VA 33 siswa

2 VB 33 siswa

Total 66 siswa

Sumber: Statistik SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2012: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel penelitian ditentukan dengan cara sampel populasi atau sampel jenuh yaitu menjadikan seluruh populasi sebagai sampel penelitian dan memilih secara acak kelas


(49)

28

yang ada untuk ditentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang terpilih sebagai kelas kontrol yang menerapkan metode ceramah adalah kelas VB dan kelas VA sebagai kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

C.Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti membuat surat izin penelitian pendahuluan ke sekolah.

2. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui kondisi sekolah, jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian, serta cara mengajar guru IPS.

3. Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4. Menentukan sampel penelitian.

5. Peneliti membuat proposal dan melakukan seminar proposal. 6. Melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

7. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah.

8. Menyiapkan instrumen penelitian.

9. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen. 10. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

11. Melaksanakan penelitian/ perlakuan.

12. Memberikan tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol (post test). 13. Menganalisis hasil penelitian.


(50)

29

14. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

D.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup kajian dalam penelitian ini adalah: 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung yang beralamat di Jalan Untung Suropati Gang Family 8 Kecamatan Labuhan Ratu, Bandarlampung.

5. Materi Pokok Bahasan Penelitian

Materi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah “Peristiwa sebelum Proklamasi Kemerdekaan”.

E.Variabel Penelitian

Hal yang diteliti dalam penelitian berkenaan dengan variabel penelitian. Variabel penelitian merupakan hal yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 60) “variabel penelitian pada dasarnya adalah segala


(51)

30

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Menurut Sugiyono (2012: 61) “variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat) merupakan vaiabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together, sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS.

F. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together adalah model pembelajaran yang melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa untuk melaporkan hasil kerja kelompok mereka.

b. Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran dan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukanlah evaluasi setelah proses pembelajaran.


(52)

31

2. Definisi Operasional

a. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif di mana dalam proses pembelajaran di kelas, siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, kemudian masing-masing siswa diberi nomor yang berbeda. Dalam kelompok tersebut, siswa diberi tugas untuk dikerjakan bersama-sama dan setiap anggota dalam satu kelompok harus saling memberi gagasan/ide serta mengetahui jawaban untuk tugas yang telah diberikan. Setelah itu, guru memanggil salah satu nomor dalam kelompok, dan siswa yang dipanggil melaporkan hasil kerja kelompok, begitu pula nomor seterusnya.

b. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari proses belajar. Untuk mengetahui hasil dari proses belajar tersebut dilakukanlah evaluasi. Hasil belajar yang dicapai dapat dilihat dari nilai atau skor yang didapat siswa setelah mengerjakan tes. Tes yang diberikan merupakan tes formatif dalam bentuk tes objektif pilihan ganda sebanyak 20 item. Skor masing-masing item adalah 5. Jadi, apabila siswa berhasil menjawab semua soal dengan benar maka siswa akan memperoleh skor 100. Siswa dikatakan berhasil apabila siswa telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.

G.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, tes, dan dokumentasi.


(53)

32

1. Tes

Teknik pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Arikunto (2010:193) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan menurut Sukardi (2012:138) tes merupakan prosedur sistematik dimana individual yang dites direpresentasikan dengan suatu set stimuli jawaban mereka yang dapat menunjukkan ke dalam angka.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui data hasil belajar siswa untuk kemudian diteliti guna melihat pengaruh dari perlakuan yang telah dilakukan.

2. Observasi

Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi. Menurut Sugiyono (2012:203) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi dalam penelitian ini digunakan pada saat prasurvei untuk mengamati pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam kelas dan melihat keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.


(54)

33

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data lain yang digunakan adalah dokumentasi. Menurut Arikunto (2010: 201) dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian seperti catatan, arsip sekolah, perencanaan pembelajaran, dan data guru. Selain itu, dokumentasi juga digunakan untuk melihat gambaran proses pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas.

H.Instrumen Penelitian 1. Jenis Instrumen

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data penelitian ini menggunakan instrumen tes. Menurut Margono (2010: 170) “tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka”.

Bentuk tes yang diberikan adalah tes objektif berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 20 item. Soal pilihan ganda adalah satu bentuk tes yang mempunyai satu alternatif jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:


(55)

34

1. Stem : suatu pertanyaan/pernyataan yang berisi permasalahan yang akan ditanyakan.

2. Option : sejumlah pilihan/alternatif jawaban. 3. Kunci : jawaban yang benar/paling tepat.

4. Distractor/ pengecoh : jawaban-jawaban lain selain kunci.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 258) tes objektif memiliki kelebihan yaitu:

a. Penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok bahasan.

b. Pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat. c. Siswa tak dapat berspekulasi dalam belajar.

d. Siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang baik tidak terhambat.

2. Uji Instrumen

a) Uji Coba Instrumen Tes

Sebelum soal tes diujikan kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes tersebut. Menurut Suryabrata (2012: 55-56) uji coba merupakan langkah yang sangat penting dalam pengembangan instrumen, karena dari uji coba inilah diketahui informasi mengenai mutu instrumen yang dikembangkan itu. Uji coba instrumen dilakukan pada 28 siswa kelas V di kelas lain dan sekolah lain namun masih dalam satu gugus Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Bandarlampung.

b)Uji Persyaratan Instrumen Tes

Setelah dilakukan uji coba instrumen tes, maka langkah berikutnya adalah menganalisis hasil uji coba yang bertujuan untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal, daya beda soal, dan taraf kesukaran soal.


(56)

35

1) Validitas Soal

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen tes yang digunakan adalah validitas isi, yakni ditinjau dari kesesuaian isi instrumen tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Untuk mendapatkan instrumen tes yang valid dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan kurikulum yang berlaku.

2. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi kompetensi dasar dan indikator.

3. Melakukan penilaian terhadap butir soal dengan meminta bantuan guru mitra untuk menyatakan apakah butir-butir soal telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator.

Setelah instrumen dinyatakan valid, maka instrumen tes tersebut diujicobakan pada kelas lain di luar sampel, yaitu 28 siswa kelas V SD Negeri 3 Kampung Baru Kecamatan Labuhan Ratu Bandarlampung. 2) Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang dikatakan reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.


(57)

36

Untuk menentukan reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha dalam Arikunto (2008: 109) adalah :

[ ] [ ∑ ] Keterangan :

: Koeffisien reliabilitas n : Banyaknya butir soal ∑ : Jumlah varians butir

: Varians total

Proses pengolahan data reliabilitas menggunakan program MicroCat Iteman versi 3.50A. dengan klasifikasi:

Tabel 3. Tabel Klasifikasi Reliabilitas

Sumber: Arikunto (2008: 110)

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen tes diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,690. Hal ini berarti bahwa reliabilitas tes masuk pada kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dinyatakan reliabel. Berdasarkan kriteria kualitas butir soal, soal tersebut dinyatakan mempunyai reliabilitas yang baik.

Nilai Reliabilitas Kategori 0,00 - 0,20 Sangat rendah 0,21 - 0,40 Rendah 0,41 - 0,60 Sedang 0,61 - 0,80 Tinggi 0,81 - 1,00 Sangat tinggi


(58)

37

3) Daya Pembeda Soal

Arikunto (2008: 211) mengemukakan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda adalah dengan mengurangi rata-rata kelompok atas yang menjawab benar dan rata-rata kelompok bawah yang menjawab benar. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda menurut Arikunto (2008: 213) adalah:

Keterangan:

J : jumlah peserta tes

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar P : indeks kesukaran

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


(59)

38

Proses pengolahan data daya pembeda soal menggunakan program MicroCat Iteman versi 3.50A. dengan klasifikasi:

Tabel 4. Tabel Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Indeks Daya Beda Keterangan 0,00 sampai 0,20 Jelek (poor)

0,20 sampai 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 sampai 0,70 Baik (good)

0,70 sampai 1,00 Baik sekali ( excellent) Sumber: Arikunto (2008: 218)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes diperoleh nilai daya pembeda soal sebesar 0,529 dengan klasifikasi baik (good). Dengan demikian, soal tersebut dapat digunakan sebagai instrumen penelitian karena memiliki klasifikasi baik.

4) Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran soal adalah proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus berikut:

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah seluruh peserta didik peserta tes


(60)

39

Proses pengolahan data taraf kesukaran soal dengan menggunakan program MicroCat Iteman versi 3.50A. dengan klasifikasi:

Tabel 5. Tabel Klasifikasi Taraf Kesukaran Soal

Besar TKi Interprestasi

0,01 s.d 0,30 Sukar

0,30 s.d 0,70 Cukup (Sedang) 0,70 s.d 1,00 Mudah

Sumber: Arikunto (2008: 210)

Berdasarkan hasil uji instrumen tes yang dilakukan pada 28 siswa, didapatkan taraf kesukaran soal sebesar 0,632 dengan klasifikasi cukup (sedang). Dengan demikian, soal dapat digunakan sebagai instrumen karena memiliki kriteria taraf kesukaran soal cukup.

Pada uji instrumen tes diketahui bahwa soal yang akan dijadikan instrumen penelitian telah memenuhi kriteria instrumen penelitian yang baik sehingga 20 soal yang diuji cobakan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

c) Uji Persyaratan Analisis Data 1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Metode Kolmogorov Smirnov digunakan bila sampel penelitian lebih dari 50. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas atau terdistribusi normal jika pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0,05 sebaliknya


(61)

40               2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

data yang tidak terdistribusi normal memiliki nilai sig.< 0,05. Proses input dan pengolahan data menggunakan program statistik SPSS 21.0 For Windows.

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji levene test berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi homogen jika nilai sig. > 0,05 sebaliknya data yang tidak homogen memiliki nilai sig.< 0,05. Proses input dan pengolahan data menggunakan program statistik SPSS 21.0 For Windows.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan metode konvensional (ceramah), maka data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui besarnya hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menggunakan Independent Sample Test. Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (variabel independent) terhadap hasil belajar siswa (variabel dependent).


(62)

41

Apabila hasil data < 0,05 maka hipotesis terbukti dan sebaliknya, apabila hasil perhitungan > 0,05 maka hipotesis tidak terbukti. Input data dan proses pengolahan data menggunakan perhitungan statistik SPSS 21.0 For Windows.


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa Kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Bagi siswa

Memperbanyak pengalaman belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan pembelajaran lain serta meningkatkan minat belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat.

2. Bagi guru

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru disarankan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together untuk Kompetensi Dasar lain yang memiliki karakteristik sama dengan meteri peristiwa


(64)

55

sebelum proklamasi kemerdekaan karena model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together telah terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3. Bagi kepala sekolah

Agar kepala sekolah memberi himbauan kepada guru-guru agar Kompetensi Dasar yang memiliki karakteristik sama dengan materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Selain itu, agar kepala sekolah senantiasa menghimbau dan membantu guru untuk melaksanakan model pembelajaran yang beragam sehingga dapat dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya.

4. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together hendaknya lebih mempertimbangkan lama waktu penelitian dan dapat mengombinasikan model pembelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai sehingga kajian penelitian menjadi lebih dalam.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Penilaian Program Pendidikan Edisi III. Bumi Aksara: Jakarta.

. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). PT Rineka Cipta: Jakarta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran). Penerbit Gava Media: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Diva Press: Jogjakarta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan). Pustaka Belajar: Yogyakarta.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Jihad, Asep, dkk. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo: Yogyakarta. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikasi). PT

Refika Aditama: Bandung.

Kunandar. 2009. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers: Jakarta.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). PT Grasindo: Jakarta.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.


(66)

57

Nikmah, Choirun. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta. Skripsi diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. (Sumber: http://eprints.uny.ac.id/5495/ diunduh pada Selasa, 27 Januari 2015 Pukul 11.55 WIB).

Nopi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Salatiga. Skripsi diterbitkan. Universitas Kristen Santa Wacana: Yogyakarta. (Sumber: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/962 diunduh pada Selasa, 27 Januari 2015 Pukul 11.58 WIB).

Rikawati, Dyah Maya. 2014. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together. Artikel diterbitkan. (Sumber:

http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html diunduh pada Jum’at, 24 April 2015 Pukul 09.45 WIB). Rusman. 2011. Model-Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS (Konsep dan Pembelajaran). PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta: Bandung.

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika: Jakarta. Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas


(1)

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 _____ 2 ____ 1 1 1 2 ) 1 ( ) 1 ( n n n n s n s n X X t

data yang tidak terdistribusi normal memiliki nilai sig.< 0,05. Proses input dan pengolahan data menggunakan program statistik SPSS 21.0

For Windows.

2) Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji levene test berdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikasi. Data dikatakan memenuhi asumsi homogen jika nilai sig. > 0,05 sebaliknya data yang tidak homogen memiliki nilai sig.< 0,05. Proses input dan pengolahan data menggunakan program statistik SPSS 21.0 For Windows.

I. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan metode konvensional (ceramah), maka data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui besarnya hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik analisis data untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menggunakan Independent Sample Test. Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (variabel independent) terhadap hasil belajar siswa


(2)

41

Apabila hasil data < 0,05 maka hipotesis terbukti dan sebaliknya, apabila hasil perhitungan > 0,05 maka hipotesis tidak terbukti. Input data dan proses pengolahan data menggunakan perhitungan statistik SPSS 21.0 For Windows.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together berpengaruh terhadap hasil belajar IPS materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan pada siswa Kelas V SD Negeri 3 Labuhan Ratu Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Bagi siswa

Memperbanyak pengalaman belajar melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

Together dan pembelajaran lain serta meningkatkan minat belajar sehingga

hasil belajar dapat meningkat. 2. Bagi guru

Dalam proses pembelajaran di kelas, guru disarankan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together untuk Kompetensi Dasar lain yang memiliki karakteristik sama dengan meteri peristiwa


(4)

55

sebelum proklamasi kemerdekaan karena model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together telah terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

3. Bagi kepala sekolah

Agar kepala sekolah memberi himbauan kepada guru-guru agar Kompetensi Dasar yang memiliki karakteristik sama dengan materi peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together. Selain itu, agar kepala sekolah senantiasa

menghimbau dan membantu guru untuk melaksanakan model pembelajaran yang beragam sehingga dapat dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dan pendidikan pada umumnya.

4. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together hendaknya lebih mempertimbangkan lama waktu penelitian dan dapat mengombinasikan model pembelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai sehingga kajian penelitian menjadi lebih dalam.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001. Penilaian Program Pendidikan Edisi III. Bumi Aksara: Jakarta.

. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). PT Rineka Cipta: Jakarta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting dalam

Mencapai Tujuan Pembelajaran). Penerbit Gava Media: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Faizi, Mastur. 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Diva Press: Jogjakarta.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur dan

Model Terapan). Pustaka Belajar: Yogyakarta.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Jihad, Asep, dkk. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo: Yogyakarta. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikasi). PT

Refika Aditama: Bandung.

Kunandar. 2009. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Rajawali Pers:

Jakarta.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di

Ruang-Ruang Kelas). PT Grasindo: Jakarta.

Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.


(6)

57

Nikmah, Choirun. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Panembahan Yogyakarta. Skripsi

diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. (Sumber: http://eprints.uny.ac.id/5495/ diunduh pada Selasa, 27 Januari 2015 Pukul 11.55 WIB).

Nopi. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD

Salatiga. Skripsi diterbitkan. Universitas Kristen Santa Wacana: Yogyakarta.

(Sumber: http://repository.uksw.edu/handle/123456789/962 diunduh pada Selasa, 27 Januari 2015 Pukul 11.58 WIB).

Rikawati, Dyah Maya. 2014. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Numbered Head Together. Artikel diterbitkan. (Sumber:

http://dyahmayarikawati.blogspot.com/2014/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html diunduh pada Jum’at, 24 April 2015 Pukul 09.45 WIB). Rusman. 2011. Model-Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS (Konsep dan Pembelajaran). PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Alfabeta: Bandung.

Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika: Jakarta. Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 2 KAMPUNG BARU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 29 147

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 KOTA AGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 139

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 9 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 66

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING KELAS V SD NEGERI 2 LABUHAN RATU BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 12 60

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 12 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 8 51

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD

0 2 10

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA SD

0 0 8