ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DESA SUKAJAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DESA SUKAJAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH Oleh

Mei Tri Sugesti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan total rumah tangga petani padi, mengetahui pengeluaran rumah tangga petani padi, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian dilakukan di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Jumlah responden adalah 47 petani rumah tangga. Total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa per tahunnya adalah Rp29.243.662,00, dari total pendapatan tersebut 87,54% berasal dari pendapatan on farm, 0,91% berasal dari pendapatan off farm dan 11,55% berasal dari pendapatana di luar sektor pertanian. Pengeluaran rumah tangga petani Padi di Desa Sukajawa per tahunnya adalah Rp20.545.157,00 dari pengeluaran tersebut 80,91% di alokasikan untuk pengeluaran pangan dan 19,03% dialokasikan untuk pengeluaran non pangan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendapatan rumah tangga petani Padi di Desa Sukajawa masih tergolong rendah dikarenakan sebagian besar pendapatannya dialokasikan untuk kebutuhan pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani Padi adalah tingkat pendapatan rumah tangga (X1), jumlah tanggungan keluarga (X2), dan luas lahan sawah (X5).


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF HOUSEHOLD INCOME AND EXPENDITURE OF RICE FARMERS IN SUKAJAWA VILLAGE BUMIRATU NUBAN

SUBDISTRICT CENTRAL LAMPUNG REGENCY By

Mei Tri Sugesti

The purpose of this research were to find out the total income of rice farmers’

household, the expenditure of farmers’ household, and the factors that influence

the expenditure of rice farmers’ household. The research was conducted in

Sukajawa village, Bumiratu Nuban subdistrict, Central Lampung regency. The number of respondent was 47 rice farmers. This study found that the total income of rice farmers in Sukajawa was Rp29.243.662,00 per year, 87.54% of on farm, 0.91% of off farm and 11.55% of non farm. The expenditure of rice farmers’ household in that village was Rp20.545.157,00 per year, 80.94% was allocated for primary needs such as food and 19.06% for other needs. It could be concluded that the income of Sukajawa rice farmers was relatively low, because

most of their income was used for food. The factors that influenced rice farmers’

expenditures were income level (X1), family member (X2),and the area of the rice

field (X5).


(3)

PETANI PADI DESA SUKAJAWA KECAMATAN BUMIRATU NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

MEI TRI SUGESTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Trisnomaju pada tanggal 7 Mei 1992 dari pasangan Bapak Sungeb dan Ibu Siti Rohmah, yang merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Trisnomaju, Negrikaton Pesawaran pada tahun 2004, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Negrikaton Pesawaran, dan Sekolah Menengah Atas di

Madrasah Aliyah (MAN) 1 Bandar Lampung.

Penulis diterima di Perguruan Tinggi Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis pada tahun 2010 melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Tahun 2012 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT. Garudafood Putra Putri Jaya Tanjung Bintang, dan pada tahun 2013 mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajawa Kecamatan

Bumiratu Nuban Lampung Tengah.

Penulis mengikuti organisasi diantaranya adalah di lingkungan Universitas

Lampung menjadi anggota di bidang Syiar Islam UKMF FOSI Fakultas Pertanian tahun 2012. Selain di lingkungan Universitas Lampung penulis juga mengikuti organisasi di luar lingkungan Universitas Lampung yaitu menjadi staff Kestari pada tahun 2012 dan anggota di Departemen Pembinaan Pelajar Forum Kerjasama Alumni Rohis (FKAR) Bandar Lampung pada tahunn 2013 sampai saat penulisan


(7)

(8)

SANWACANA

Alhamdulillah, tiada kata terindah yang layak terucap selain rasa Syukur kepada Allah SWT, karena pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

a. Dr. Ir. Zainal Abidin, M.E.S., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

b. Ir. Umi Kalsum, M.S., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi.

c. Dr. Ir. Yaktiworo Indriani, M.Sc., selaku dosen pembahas yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun.

d. Ir. Suriyati Situmorang selaku pembimbing akademik yang selalu membimbing selama pelaksanaan perkuliahan.

e. Bapak dan Ibu Dosen jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

f. Staff jurusan Agribisnis mba Iin, mba Ayi, mas Kardi, mas Bo dan mas Boim, yang telah membantu kelancaran dalam setiap proses penyelesaian pembuatan tugas akhir ini.


(9)

tak henti-hentinya untuk kelancaran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. h. Kakak, mba dan adik, yang telah memberikan doa, motivasi dan

dukungannya yang sangat berharga selama menjalankan proses penyelesaian tugas akhir.

i. Teman-teman Agribisnis angkatan 2010 (Ita, Tati, Teri, Yuni, Erisa, Ayi, Inca, Andin, Rani, Raisa, Madu, Devi, Sastra, Ayu, Silvia, Fitria, Ike, Lina, Susi, Elis, Nisya, Elisa dkk) yang telah memberikan semangat dan masukan selama masa perkuliahan hingga proses penyelesaian tugas akhir. j. Kakak tingkat (mba Tri, mba Reni, dkk) yang telah memberikan masukan

dan saran.

k. Sang Murobbi dan teman-teman di lingkaran kecil yang selalu memberikan doa, motivasi dan semangat untuk terus berjuang dalam memperoleh gelar sarjana.

l. Rekan kerja di Departemen Pembinaan Pelajar FKAR 2014/2015 yang selalu mengawasi dan membantu proses penyelesaian tugas akhir. m. Seluruh teman-teman seperjuangan di FKAR Bandar Lampung dan

keluarga besar Dakwah Sekolah, yang telah memberikan banyak inspirasi dan keceriaan dalam setiap kebersamaan.

n. Keluarga besar ROHIS MAN 1 Bandar Lampung (Adik-adik dan TKS), yang telah hadir mewarnai perjalanan.

o. Teman-teman seperjuangan di FOSI FP 2010 (khususnya yang akhwat), yang telah membantu dan saling menyemangati.


(10)

Desa Sukajawa, atas semua bantuan dan kerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.

q. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan tugas akhir ini.

Semoga seluruh kebaikan dibalas pula dengan kebaikan. Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam pembuatan tugas akhir ini. Oleh sebab itu penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kepada Allah penulis memohon ampun. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Robbal’alamin.

Bandar Lampung, 24 April 2015

MEI TRI SUGESTI


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

SANWACANA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Landasan Teori Ekonomi ... 9

2. Teori Pengeluaran ... 13

3. Teori Pendapatan ... 23

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 29

1. Penelitian Pengeluaran ... 29

2. Penelitian Pendapatan ... 30

C. Kerangka Pemikiran ... 33


(12)

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 37

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

C. Lokasi, Sampel dan Waktu Penelitian ... 44

D. Alat Analisis Data ... 46

1. Pendapatan Rumah Tangga Petani Pad ... 46

2. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi ... 48

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani ... 49

a. Uji Multikolinieritas ... 50

b. Uji Heterokedastisitas ... 51

4. Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Petani Padi ... 52

a. Kriteria kemiskinan dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita ... 52

b. Kriteria kemiskinan menurut BPS ... 52

c. Klasifikasi tinggi-rendahnya pendapatan per kapita ... 53

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 55

A. Keadaan Umum Desa Sukajawa ... 55

1. Letak Desa Sukajawa ... 55

2. Sarana dan Prasarana Desa Sukajawa ... 57

3. Kependudukan ... 59

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Keadaan Umum Petani ... 62

1. Umur dan Tingkat pendidikan ... 62

2. Pengalaman Berusahatani Padi ... 64

3. Pekerjaan Sampingan (di Luar Sektor Pertanian) Petani ... 65

4. Jumlah Tanggungan Rumah Tangga Petani ... 65

5. Jumlah Anak Masih Sekolah ... 66

6. Luas Lahan Sawah dan Non Sawah ... 67

B. Pola Tanam Usahatani Padi Desa Sukajawa ... 69


(13)

a. Pendapatan Usahatani Padi ... 71

b. Pendapatan On Farm (Perikanan,pekarangan dan peternakan) ... 77

c. Total Pendapatan On Farm ... 80

2. Pendapatan Off Farm ... 80

3. Pendapatan di Luar Pertanian ... 81

4. Total Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 82

D. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 84

E. Tingkat Kemiskinan ... 91

F. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi Desa Sukajawa ... 95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN ... 107


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar komoditi yang berpengaruh besar terhadap kenaikan garis

kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 ... 2

2. Konsumsi rata-rata makanan dan bukan makanan per kapita sebulan menurut jenis pengeluaran 2009-2013 ... 3

3. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun 2011 ... 5

4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumahtangga petani padi ... 39

5. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani padi ... 42

6. Sebaran penggunaan lahan di Desa Sukajawa ... 56

7. Prasarana Desa Sukajawa ... 58

8. Komposisi jumlah penduduk di Desa Sukajawa ... 60

9. Sebaran matapencaharian penduduk Desa Sukajawa ... 61

10.Sebaran jumlah responden berdasarkan umur dan tingkat Pendidikan ... 62

11.Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani padi 64

12.Pekerjaan sampingan (di luar sektor pertanian) petani padi Desa Sukajawa ... 65

13.Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan rumah tangga petani padi ... 66


(15)

PPL dengan luas lahan 0,7819 ha ... 74

16.Rata-rata penggunaan pestisida dalam usahatani Padi pada lahan 0,7819 ha per musim ... 75

17.Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi Desa Sukajawa ... 76

18.Rata-rata pendapatan on farm (pekarangan, peternakan dan perikanan petani) per tahun ... 78

19.Total pendapatan on farm petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 80

20.Rata-rata pendapatan di luar sektor pertanian (non farm) per tahun .... 81

21.Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 82

22.Rata-rata pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa dalam satu tahun ... 85

23.Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun dan kriteria kemiskinan (Sayogyo) rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 92

24.Rata-rata pengeluaran per kapita dan criteria kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Lampung 2013 ... 93

25.Distribusi rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga petani padi di Desa Sukajwa ... 94

26.Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 95

27.Identitas responden rumah tangga petani Padi ... 108

28.Biaya sarana produksi usahatani padi ... 109

29.Biaya tenaga kerja usahatani padi ... 111

30.Biaya penyusutan alat usahatani padi ... 120

31.Total biaya usahatani padi ... 121


(16)

34.Pendapatan off farm rumah tangga petani padi ... 125

35.Pendapatan rumah tangga petani padi di luar sektor Pertanian ... 126

36.Total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 127

37.Pengeluaran pangan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 128

38.Pengeluaran non pangan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa ... 131

39.Rata-rata pengeluaran per kapita per tahun dan kriteria kemiskinan (Sayogyo) rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa ... 132

40.Distribusi rata-rata pendapatan per kapita per bulan rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa ... 133

41.Rata-rata pengeluaran per kapita dan kriteria kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan Provinsi Lampung 2013 ... 134

42.Output analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajwa ... 135


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Sirkulasi aliran pendapatan dalam ekonomi yang sederhana ... 12

2. Jumlah nilai guna total dan nilai guna marginal barang x ... 15

3. Kurva indefferens ... 17

4. Keadaan konsumen memaksimumkan kepuasannya ... 24

5. Kurva pendapatan-konsumsi ... 25

6. Kerangka pemikiran analisis pengeluaran rumahtangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah ... 35


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya

bermatapencaharian sebagai petani. Luasnya lahan pertanian di Indonesian pada kenyataannya belum mampu meningkatkan taraf kehidupan petani. Petani di Indonesia khususnya petani padi sawah masih banyak yang mengalami kesulitan dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

Berdasarkan data Susenas pada tahun 2011 diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yaitu sebesar jumlah rupiah yang dapat memenuhi konsumsi makanan setara 2100 kilo kalori sehari, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi dan lain-lain) pada September 2011 mencapai 29,89 juta jiwa (12,36 persen dari jumlah penduduk di Indonesia) diantaranya 10,95 juta jiwa di daerah perkotaan dan 18,94 juta jiwa di daerah pedesaan. Daftar komoditi yang berpengaruh besar terhadap kenaikan Garis Kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.


(19)

Tabel 1. Daftar komoditi yang berpengaruh besar terhadap kenaikan garis kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011

Komoditi Kota (%) Desa (%)

A. Pangan

Beras 26,60 33,71

Rokok 8,31 7,11

Telur 3,35 2,66

Gula Pasir 2,78 3,74

Mie Instan 2,58 2,28

Daging Ayam 2,30 1,27

Tempe 2,25 1,84

Tahu 1,97 1,50

B. Nonpangan

Perumahan 7,36 5,72

Listrik 2,75 1,58

Pendidikan 2,49 1,21

Angkutan 2,10 0,89

Pakaian Jadi anak-anak 2,10 1,72

Sumber : BPS, 2012

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat kita ketahui bahwa persentase pengeluaran pangan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase pengeluaran non pangan, sehingga dapat dikatakan bahwa Indonesia dapat digolongkan ke dalam negara yang masih rawan pangan.

Berdasarkan data Susenas yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada tahun 2012 diketahui bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2013 terjadi peningkatan pengeluaran rata-rata nominal baik pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Konsumsi rata-rata makanan dan bukan makanan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.


(20)

Tabel 2. Konsumsi rata-rata makanan dan bukan makanan per kapita sebulan menurut jenis pengeluaran 2009-2013 di Provinsi Lampung

Tahun

Pengeluaran per Kapita Nominal (Rp)

Jumlah

Persentase

Jumlah Makanan Bukan

Makanan

Makanan Bukan Makanan

2009 183.147 167.708 250.855 52,20 47,80 100,00 2010 219.887 191.716 411.603 53,42 46,58 100,00 2011 261.519 228.662 490.181 53,35 46,65 100,00 2012 283.870 233.840 517.710 54,83 45,17 100,00 2013 314.408 259.226 573.634 54,81 45,19 100,00 Sumber: BPS, 2012

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase pengeluaran untuk makanan dari tahun ke tahun selalu berada di atas 50 persen, sebaliknya pengeluaran bukan makanan kurang dari 50 persen. Hal ini menunjukan masih terjadi

kecendrungan bahwa konsumsi makanan masih menjadi prioritas penduduk Lampung dalam membelanjakan uangnya.

Kegiatan konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang dan jasa oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Pindyck dan Rubinfeld (2009) teori prilaku konsumen adalah deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan antara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimalkan tingkat kepuasan mereka. Konsumsi barang dan jasa rumah tangga tersebut akan menggambarkan kualitas hidup rumah tangga. Konsumsi barang dan jasa oleh rumah tangga juga menggambarkan tingkat kesejahteraan mereka. Suatu rumah tangga mempunyai pola atau struktur konsumsi yang berbeda-beda dengan rumah tangga yang lainnya. Perbedaan ini umumnya


(21)

berbeda antar agroekosistem, antar kelompok pendapatan, antar etnis atau suku dan antar waktu (Rachman dan Supriyati, 2004).

Rumah tangga petani yang mempunyai pendapatan tinggi, pengeluaran untuk makanan dan pakaiannya bukan lagi merupakan bagian yang terbesar dari pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran untuk pendidikan, perumahan, dan transportasi merupakan pengeluaran yang penting bagi mereka. Selain itu untuk rumah tangga yang berpendapatan tinggi akan mengalokasikan pendapatannya untuk disimpan atau ditabung. Hal tersebut sangat berbeda dengan yang terjadi pada rumah tangga yang berpendapatan rendah yaitu alokasi pengeluaran mereka sebagian besar adalah untuk makanan dan pakaian, yaitu keperluan sehari-hari yang paling pokok (Sukirno, 2013).

Menurut BPS (2011), Provinsi Lampung merupakan Provinsi yang mempunyai penduduk miskin berjumlah 1.277.00 jiwa. Kabupaten Lampung Tengah merupakan Kabupaten yang menempati urutan ke dua setelah Kabupaten Lampung Timur yang mempunyai penduduk miskin terbanyak di Provinsi Lampung dengan jumlah 187.000 jiwa. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 tersebut, Kabupaten Lampung Tengah dapat dikategorikan sebagai Kabupaten yang mempunyai persentase penduduk miskin cukup banyak.


(22)

Tabel 3. Persentase jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung tahun 2011

No Kabupaten

Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Persentase (%) Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan)

1 Lampung Barat 67.900 5,31 269,670

2 Tanggamus 92.700 7,25 250,134

3 Lampung Selatan 177.700 13,9 256,153

4 Lampung Timur 189.500 14,83 257,284

5 Lampung Tengah 187.000 14,63 271,262

6 Lampung Utara 155.800 12,19 274,291

7 Way Kanan 72.500 5,67 241,330

8 Tulang Bawang 40.700 3,18 256,793

9 Pesawaran 77.100 6,03 251,723

10 Pringsewu 43.000 3,36 269,212

11 Mesuji 15.300 1,19 256,185

12 Tulangbawang Barat 18.100 1,41 253,773

13 Bandar Lampung 121.600 9,51 359,948

14 Metro 19.000 1,48 255,231

Total 1.277.900 100,00

Sumber : BPS, 2011

Desa Sukajawa merupakan salah satu desa di Lampung Tengah dengan jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani padi sebesar 2.686 jiwa bekerja sebagai petani dari jumlah penduduk keseluruhan 4.185 jiwa. Kegiatan pertanian di Desa Sukajawa dapat didukung oleh berbagai aspek yaitu aspek sumberdaya alam dan aspek sarana dan prasarana yang terdapat di desa tersebut. Desa Sukajawa banyak terdapat sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran berusahatani, seperti tersedianya irigasi, adanya kelompok tani yang masih aktif dan kelancaran transportasi.

Kebutuhan terhadap air merupakan kebutuhan yang sangat mendasar untuk berjalannya suatu usahatani, namun bagi petani di Desa Sukajawa kebutuhan terhadap air sudah tidak lagi menjadi masalah pokok sebab sudah tersedianya


(23)

irigasi yang dibangun pemerintah sejak tahun 2004, selain pembangunan irigasi kelembagaan pertanian juga sangat berperan dalam kegiatan pertanian disuatu wilayah. Kelompok tani misalnya, sebagai pusat belajar dan kerjasama antar petani menjadi suatu lembaga yang sangat bermanfaat jika dapat berjalan dengan lancar. Selain kelompok tani, transportasi merupakan sarana yang dapat menunjang berjalannya kegiatan pertanian. Transportasi berfungsi sebagai sarana pengangkut faktor produksi dan hasil produksi pertanian. Transportasi yang ada di Desa Sukajawa tergolong sanat lancar sebab desa ini terletak di sepanjang kawasan Jalan Lintas Sumatera, sehingga akses untuk membeli faktor produksi dan memasarkan hasil pertaniannya sangat mudah.

Berbagai sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sukajawa, pada

kenyataannya masih banyak penduduknya yang kurang sejahtera, berdasarkan data profil Desa Sukajawa diketahui dari 1.106 jumlah keluarga, sebanyak 134 keluarga tergolong pra sejahtera dan 596 keluarga sejahtera 1. Hal ini

menunjukan masih rendahnya tingkat kesejahteraan di Desa Sukajawa. Selain tingkat kesejahteraan yang masih rendah, tingkat pendidikan di Desa Sukajawa juga tergolong masih rendah. Jumlah penduduk yang hanya tamat SD

berjumlah 1.375 orang dan yang hanya tamat SMP 1.245 orang. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Milyaniza (2011) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan, pengetahuan dan kesehatan petani kecil relatif sangat rendah dan mereka sering terjerat hutang.


(24)

Pada dasarnya masyarakata miskin saat ini menjadi fokus perhatian pemerintah untuk mengeluarkan mereka dari beban kemiskinan. Banyak program yang ditujukan kepada mereka seperti Kartu Sejahtera, Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan yang lainnya. Semua program tersebut ditujukan untuk mengurangi kemiskinan yang telah terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini. Keinginan pemerintah untuk mengeluarkan masyarakat miskin dari beban kemiskinannya harus dituntut dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana keadaan sosial ekonomi dan mengetahui bagaimana pola pengeluaran rumah tangga di wilayah tersebut.

Oleh sebab itu berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah :

1. Berapa besar pendapatan rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?

2. Bagaimana alokasi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?

3. Faktor apa yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendapatan total rumah tangga Petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.


(25)

2. Untuk mengetahui pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah.

C. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Penelitian ini diharapkan dapat member masukan terhadap penyuluh setempat untuk dapat memberikan wawasan terhadap masyarakat Desa Sukajwa.

2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam membantu meningkatkan kualitas hidup rumah tangga petani.

3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada pihak-pihak yang tertarik untuk meneliti tentang alokasi pengeluaran rumah tangga petani.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Landasan Teori Ekonomi

Tiga pemeran utama dalam dunia ekonomi, yaitu rumah tangga, perusahaan dan pemerintah, ketiga kelompok tersebut menjadi aktor pembawa karakter, dan pasar adalah tempat di mana para aktor tersebut bermain. Rumah tangga didefinisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan yang

membuat keputusan keuangan bersama. Terdapat tiga asumsi untuk rumah tangga yaitu setiap rumah tangga mempunyai keputusan yang konsisten, setiap rumah tangga berusaha memperoleh kepuasan yang maksimum atau

kesejahteraan, dan rumah tangga merupakan pemilik faktor-faktor produksi. Perusahaan didefinisikan sebagai unit yang memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk memproduksikan komoditi yang terus dijual kepada perusahaan, rumah tangga atau pemerintah. Pemerintah adalah lembaga atau badan umum yang memiliki kekuatan resmi dan politis untuk mengendalikan pengambilan keputusan perorangan dan pasar (Lipsey, Steiner, dan Purvis, 1993).


(27)

Secara garis besar setiap perekonomian terdiri dari tiga kelompok pelaku ekonomi yaitu konsumen, produsen, dan pemilik faktor produksi. Pemilik faktor produksi menyediakan input-input untuk digunakan dalam suatu proses produksi, sebagai imbalannya pemilik faktor produksi menerima suatu penghasilan. Penghasilan tersebut, untuk selanjutnya memungkinkan mereka berfungsi sebagai konsumen. Semua anggota masyarakat yang menerima uang dari hasil penjualan faktor produksi miliknya dan kemudian membelanjakannya untuk pembelian barang atau jasa disebut konsusmen. Setiap konsumen haruslah menentukan bagaimana cara mengalokasikan uang miliknya terhadap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar. Jadi dengan kalimat lain, setiap konsumen (rumah tangga) haruslah menetapkan permintaannya untuk setiap barang-barang dan jasa yang tersedia di pasar. Penjumlahan seluruh barang yang diminta oleh masyarakat tersebut menunjukan permintaan pasar dan menggambarkan bagaimana masyarakat menghendaki cara alokasi faktor produksi (Sudarman, 2004).

Pada dasarnya individu, perusahaan dan masyarakat tidak dapat memenuhi semua keinginan mereka, maka mereka harus membuat alternatif pilihan untuk

memaksimalkan kepuasan. Setiap kegiatan ekonomi yaitu memproduksi atau mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa, setiap pelaku ekonomi harus membuat pilihan-pilihan. Tujuannya adalah agar sumberdaya yang tersedia akan digunakan secara efisien dan dapat mewujudkan kesejahteraan yang paling maksimum kepada individu dan masyarakat. Suatu pilihan dapat dibuat dan dilihat dari dua segi yaitu dari penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki


(28)

dan dari mengkonsumsi barang dan jasa. Setiap individu harus memikirkan cara terbaik dalam menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliknya. Sumber daya tersebut diantaranya adalah pendapatan. Teori ekonomi menjelaskan bagaimana mengalokasikan pendapatan konsumen yang terbatas dengan kebutuhan akan barang dan jasa yang tidak terbatas. Konsumen perlu menentukan pilihan. Persoalan yang harus diselesaikan adalah dengan

menggunakan pendapatan mereka, barang-barang apakah yang perlu dibeli dan berapa jumlahnya agar pembeli dan penggunaan barang-barang tersebut akan memberi kepuasan yang maksimum (Sukirno, 2013).

Kebutuhan manusia tidak terbatas jumlah dan kualitasnya, akan tetapi

kenyataannya sumber-sumber ekonomi yang tersedia dan yang dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas jumlahnya. Sumber-sumber ekonomi yang langka dan terbatas dapat berupa sumber daya alam, manusia, dan sumber daya buatan manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Masyarakat perlu menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk menghasilkan barang-barang dan jasa

sebanyak mungkin agar dapat dicapai kepuasan maksimum dari kebutuhannya yang tak terbatas (Wijaya. 1999).

Sektor perekonomian dibedakan menjadi dua sektor yaitu sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. Sektor rumah tangga merupakan pemilik faktor-faktor produksi yang akan menawarkan sumberdaya kepada para pengusaha. Pengusaha


(29)

akan menerima berbagai macam faktor-faktor produksi tersebut yang kemudian akan menjadi aliran barang ataupun aliran uang. Sirkulasi aliran tersebut menurut Sukirno (2013) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Sirkulasi Aliran Pendapatan dalam Ekonomi yang Sederhana (Sukirno, 2013)

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa sektor perusahaan akan memberikan

pendapatan kepada berbagai jenis sumber daya, yaitu tenaga kerja mendapat upah dan gaji, tanah mendapat sewa, modal mendapat bunga dan keahlian

keusahawanan memperoleh keuntungan. Aliran dari berbagai jenis pendapatan dari sektor perusahaan ini adalah aliran dalam bentuk uang. Aliran yang pertama adalah pengeluaran konsumsi, yaitu perbelanjaan masyarakat dari sektor rumah tangga ke sektor perusahaan. Aliran ini adalah aliran dalam bentuk uang. Aliran lainnya adalah aliran barang, yaitu aliran barang-barang dan jasa-jasa dari sektor perusahaan ke sektor rumah tangga (Sukirno, 2013).

PERUSAHAAN RUMAH TANGGA

Faktor-faktor Produksi Gaji dan upah, bunga, sewa, untung

Barang dan Jasa


(30)

2. Teori Pengeluaran

Pokok persoalan rumah tangga adalah bagaimana dengan sumberdaya (penghasilan) yang terbatas dapat memenuhi kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam, dengan kata lain bagaimana dengan penghasilan yang terbatas dapat mencukupi semua kebutuhan keluarga. Sehingga dapat dikatakan bahwa, bagaimana menyeimbangkan antara penghasilan dengan pengeluaran.

Penghasilan dapat di hitung dari segala penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi sebagai balas karya atas sumbangannya atas proses produksi. Selain itu masih ada sumber pemasukan lain yang tidak termasuk penghasilan seperti uang pensiun, sumbangan dan pinjaman.

Besarnya pengeluaran rumah tangga tergantung dari besarnya jumlah penghasilan rumah tangga (keluarga). Pengeluaran rumah tangga sangat ditentukan oleh tingkat harga komoditi, jumlah komoditi yang dibeli, jumlah anggota keluarga, taraf pendidikan dan status sosial serta lingkungan sosial dan ekonomi keluarga. Pola pengeluaran keluarga dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya penghasilan serta lingkungan sosialnnya. Pada keluarga yang berpenghasilan rendah, hampir seluruh penghasilan habis untuk kebutuhan primer khususnya makanan. Jika penghasilan keluarga bertambah, jumlah pengeluaran untuk konsumsi primer bertambah tetapi persentasenya berkurang, gejala ini dikenal dengan hukum Engel (Gilarso, 2004).


(31)

Hubungan antara pendapatan dan konsumsi untuk barang-barang tertentu telah banyak dipelajari oleh berbagai ahli ekonomi. Salah satu ahli ekonomi yang melakukan penelitian adalah Engel. Engel menyimpulkan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan menurun jika pendapatan masyarakat bertambah. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat bila dibandingkan dengan kenaikan pendapatan. Hal ini dikenal dengan hukum Engel (Nicholson, 1999).

Menurut Bangun (2010) perilaku konsumen terhadap barang tertentu dapat dianalisa melalui teori nilai guna. Nilai guna (utility) adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka semakin tinggi nilai guna dari barang tersebut. Dalam teori nilai guna terdapat juga teori nilai guna total (total utility) yang artinya adalah seluruh kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi barang tertentu dan nilai guna marjinal (marginal utility) yang artinya adalah nilai guna yang berkurang atas pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hubungan antara total utility (TU) dengan marginal utility (MU) dapat dijelaskan pada gambar kurva berikut (Bangun, 2010):


(32)

Gambar 2. Jumlah Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marginal Barang X

Dimana :

fTUx = Fungsi nilai guna total A = Titik kepuasan maksimum

B = Titik nilai guna marginal bernilai nol (0) Tux = Kurva nilai guna total

MUx = Kurva nilai guna marginal

Pada Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa garis nilai guna total untuk barang X (Tux) bergerak dari titik nol (0), tambahan jumlah barang X yang dikonsumsi akan meningkatkan nilai guna total sampai titik tertentu (mencapai kepuasan maksimum), dan kurva nilai guna total menurun akibat adanya tambahan konsumsi barang berikutnya. Kurva nilai guna total naik sesuai pertambahan

TUx

Qx fTUx

Qmax MUx

Qmax

Qx MUx

Titik A


(33)

jumlah barang yang dikonsumsi dan melengkung pada tambahan jumlah barang berikutnya. Disisi lain, nilai guna marjinal (Mux) menurun akibat tambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Nilai guna marginal (MUx) bernilai nol (0) pada saat nilai guna mencapai titik maksimum dan pada akhirnya nilai MUx akan menjadi negatif apabila tambahan jumlah barang yang dikonsumsi dilakukan secara terus menerus (Bangun, 2010).

Pada konsep pemilihan atau penentuan terhadap suatau barang yang dikonsumsi seseorang, para ahli mengasumsikan bahwa dari berbagai barang yang tersedia seorang yang rasional akan memilih barang yang disenanginya, dengan kata lain dari sejumlah alternatif yang ada seseorang lebih cenderung memilih sesuatu yang dapat memaksimumkan kepuasannya. Ukuran kepuasan ini selain dipengaruhi oleh jenis barang itu sendiri juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang lain di antaranya adalah psikologis, tekanan kelompok, pengalaman pribadi dan

lingkungan. Dalam menganalisa maksimisasi kepuasan digunakan asumsi cateris paribus. Secara umum menurut Nicholson (1999) fungsi utility dapat dituliskan dengan :

Utility = U (X1, X2, ……Xn) ……….. (1)

Fungsi utility menunjukan bagaimana seseorang membuat ranking beberapa peringkat barang (set of goods) yang ada. Pada fungsi utility diatas, kepuasan (utility) diterima langsung dari kombinasi barang-barang yang dikonsumsinya. Asumsi-asumsi mengenai fungsi utility diantaranya adalah lebih banyak barang


(34)

lebih baik daripada mempunyai sedikit barang. Barang yang dimaksud disini adalah barang yang memberikan kepuasan positif. Dalam kurva indeferens semua kombinasi alternatif dari dua macam barang X dan Y memberikan kepuasan yang sama besarnya. Kurva indefferens adalah sebuah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi yang memberikan kepuasan yang sama.

Gambar 3. Kurva Indefferens

Pada kurva diatas dapat diketahui bahwa terdapat kombinasi antara barang Y1 dan X1 yang menghasilkan titik A yang menggambarkan titik kepuasan, sedangkan pada kombinasi Y2 dan X2 menghasilkan titik B dimana titik tersebut adalah titik kepuasan yang sama. Slope pada kurva indefferens di atas adalah negatif, hal ini berarti menunjukan bahwa jika seseorang menginginkan barang X lebih banyak, ia harus mengorbankan barang lain agar kepuasan yang diterima tetap sama (Nicholson, 1999).

X1 Jumlah Y

Jumlah X X2

Y1

Y2

A B U


(35)

Menurut Pindyck dan Rubinfeld ( 2009) pada kurva indefferens menghasilkan tingkat utilitas yang sama, total keuntungan dari peningkatan suatu barang harus seimbang dengan kerugian akibat penurunan barang yang lain yang dikonsumsi. Secara formal menurut Pindyck dan Rubinfeld ( 2009) dapat dirumuskan

sebagai:

MUF (D∆F) + MUC (D∆C) = 0 ……… (2)

-(D∆C /D∆F) = MUF/MUC ……….…... (3)

MRS =MUF/MUC………....…. (4) Apabila konsumen memaksimalkan kepuasan mereka, tingkat subtitusi marjinal suatu barang untuk barang yang lain sama dengan perbandingan harga masing-masing barang tersebut,

MRS = PF/PC……….…………..….. (5) Dari persamaan diatas maka didapat persamaan

MUF/MUC = PF/PC ……….……….….. (6)

Dimana :

F = Barang pertama C = Barang kedua

MRS = Marjinal Range Subtitusi

Persamaan 6 sangat penting, karena menyatakan bahwa utilitas maksimal dicapai apabila anggaran dialokasikan sedemikian rupa sehingga setiap pengeluaran satu rupiah,utilitas marjinalnya adalah sama untuk setiap barang. Apabila seseorang lebih banyak memperoleh utilitasnyya dengan mebelanjakan tambahan rupiah


(36)

untuk pangan daripada sandang, utilitasnya akan meningkat dengan

membelanjakan pangan lebih banyak. Selama utilitas marjinal pembelanjaan tambahan rupiah untuk pangan melebihi utilitas marjinal pembelanjaan tambahan rupiah untuk sandang, ia dapat meningkatkan utilitas marjinal dengan menggeser anggarannya pada pangan dan meninggalkan sandang (Pindyck dan Rubinfeld, 2009).

Badan Pusat Statistik (2012) merumuskan bahwa rumah tangga merupakan konsumen atau pemakai barang dan jasa sekaligus juga pemilik faktor-faktor produksi tenaga kerja, lahan, modal dan kewirausahaan. Rumah tangga menjual atau mengelola faktor-faktor produksi tersebut untuk memperoleh balas jasa. Balas jasa atau imbalan tersebut adalah upah, sewa, bunga dividen, dan laba yang merupakan komponen penerimaan atau pendapatan rumah tangga. Penerimaan lain yang mungkin diperoleh rumah tangga adalah transfer (pemberian cuma-cuma), perkiraan pendapatan (imputasi) dari rumah milik rumah tangga tersebut yang ditempati sendiri atau ditempati pihak lain dengan bebas sewa, dan hasil produksi barang/jasa dari kegiatan yang tidak digolongkan sebagai kegiatan usaha rumah tangga. Transfer yang diterima berasal dari pemerintah, badan usaha, lembaga nirlaba, rumah tangga lain, maupun dari luar negeri.

Ada dua cara penggunaan pendapatan. Pertama, membelanjakannya untuk barang-barang konsumsi. Ke dua, tidak membelanjakannya seperti ditabung. Pengeluaran konsumsi dilakukan untuk mempertahankan taraf hidup. Pada


(37)

tingkat pendapatan yang rendah, pengeluaran konsumsi umumnya dibelanjakan untuk kebutuhan-kebutuhan pokok guna memenuhi kebutuhan jasmani. Konsumsi makanan merupakan faktor terpenting karena makanan merupakan jenis barang utama untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Akan tetapi terdapat berbagai macam barang konsumsi (termasuk sandang, perumahan, bahan bakar, dan sebagainya) yang dapat dianggap sebagai kebutuhan untuk menyelenggarakan rumah tangga. Keanekaragamannya tergantung pada tingkat pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapatan yang berbeda-beda mengakibatkan perbedaan taraf konsumsi (Badan Pusat Statistik, 2012)

Pengeluaran konsumsi kelompok makanan terdiri dari pengeluaran untuk:

a. Makanan yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan dan udang segar dan sejenisnya, ikan dan udang yang diawetkan dan sejenisnya, daging segar, daging yang diawetkan, hasil ikutan daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, bahan minuman, bumbu-bumbuan dan konsumsi bahan makanan lainnya.

b. Makanan dan minuman jadi.

c. Tembakau dan sirih, yang meliputi rokok putih, rokok kretek, cerutu dan tembakau.

Pengeluaran untuk kelompok bukan makanan terdiri dari pengeluaran untuk :


(38)

b. Aneka barang dan jasa.

c. Pakaian, alas kaki dan tutup kepala. d. Pajak dan asuransi.

e. Keperluan untuk pesta dan upacara (Badan Pusat Statistik, 2011).

Pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Menurut BPS (2009) pengeluaran rumah tangga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ct = Ca + Cb…+ Cn ………... (7)

Keterangan :

Ct = total pengeluaran rumah tangga Ca = pengeluaran untuk makanan Cb = pengeluaran untuk non-makanan Cn = pengeluaran lainnya

Pengeluaran rata-rata per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan atas konsumsi makan dan konsumsi bukan makan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi atau pengeluaran untuk keperluan usaha atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran untuk konsumsi makanan dihitung selama satu minggu terakhir, sedangkan konsumsi bukan makanan dihitung satu bulan terakhir. Konsumsi


(39)

makanan dan bukan makanan selanjutnya dikonversikan kedalam pengeluaran rata-rata sebulan. Dalam kondisi pendapatan terbatas, masyarakat yang

berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanajakan untuk bukan makanan (Badan Pusat Statistik, 2013).

Pengeluaran rumah tangga per/kapita per tahun adalah total pengeluaran rumah tangga petani baik pengeluaran untuk pangan maupun non pangan dalam setahun dibagi jumlah tanggungan rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga/kapita per tahun ini kemudian dikonversikan ke dalam ukuran setara beras per kilogram untuk mengukur tingkat kemiskinan rumah tangga (Sajogyo, 1977) dalam Irawan (2011). Secara matematis tingkat pengeluaran per kapita per tahun pada rumah tangga petani dan tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara beras dapat dirumuskan :

Pengeluaran/kapita RT/tahun = Pengeluaran RT/tahun (Rp)

Tahun (Rp) Jumlah tanggungan keluarga

Pengeluaran/Kapita Keluarga/ = Pengeluaran/kapita RT/tahun (Rp) Setara beras (Kg) Harga beras (Rp/Kg)


(40)

Menurut klasifikasi Sajogyo (1977), petani miskin dikelompokan

ke dalam enam golongan :

(1) Paling miskin : 180 kg setara beras/tahun (2) Miskin sekali : 181 – 240 kg setara beras/tahun (3) Miskin : 241 – 320 kg setara beras/tahun (4) Nyaris miskin : 321 – 480 kg setara beras/tahun (5) Cukup : 481 – 960 kg setara beras/tahun (6) Hidup layak : >960 kg setara beras/tahun.

3. Teori Pendapatan

Garis anggaran rumah tangga menunjukan titik kombinasi yang tersedia bagi rumah tangga sesuai dengan pendapatannya dan harga barang yang dibelinya, jika ia membelanjakan semua uangnya untuk itu. Menurut Pindyck dan Rubindfeld (2009) persamaan garis anggaran adalah sebagai berikut :

B = X.PX + Y.PY ……….. (8)

Dimana :

B = Pendapatan yang tersedia bagi rumah tangga X = Jumlah barang X yang dikonsumsi

PX = Harga barang X

Y = Jumlah barang Y yang dikonsumsi PY = Harga barang Y

Keseimbangan rumah tangga (dengan pembatas pendapatan dan harga barang) terjadi apabila konsumen memaksimumkan tingkat kepuasannya, dimana garis


(41)

anggaran menyinggung kurva indeferen (kepuasan) pada titik yang tertinggi. Keadaan ini dapat dijelaskan dengan grafik berikut :

Gambar 4. Keadaan Konsumen memaksimumkan Kepuasannya Dimana :

B = Pendapatan yang tersedia untuk mengkonsumsi barang x dan y Px = Harag barang x

Py = Harga barang y

X1 = Jumlah barang x maksimum yang dapat dibeli Y1 = Jumlah barang y maksimum yang dapat dibeli

B2 = Tingkat kepuasan maksimum yang dapat dicapai dengan anggaran B X2 = Jumlah barang X yang dibeli

Y2 = Jumlah barang Y yang dibeli

Perubahan pendapatan dapat memindahkan garis anggaran pengeluaran sejajar dengan asal. Pertambahan pendapaan akan memindahkan garis anggaran ke kanan dan pengurangan-pengurangan pendapatan memindahkan garis anggaran ke sebelah kiri. Pada setiap garis anggaran pengeluaran akan terdapat satu kurva kepuasan (utility) sama yang menyinggung garis anggaran. Titik persinggungan

Y1

B X1

B2

Y2

X2


(42)

tersebut adalah keseimbangan pemaksimuman kepuasan yang baru. Tingkat kepuasan akan meningkat jika berada pada kurva indeferen yang lebih tinggi. Kurva tersebut menurut Sukirno (2013) dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 5. Kurva Pendapatan-Konsumsi Dimana :

a = Garis anggaran 1 b = Garis anggaran 2 c = Garis anggaran 3

E1 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran a E2 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran b E3 = Titik keseimbangan pada saat garis anggaran c

U1 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran a U2 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran b U3 = Kurva kepuasan konsumen pada saat garis anggaran c

Pada saat pendapatan , garis anggaran pengeluaran seperti ditunjukan pada garis a, dengan demikian E1 adalah keseimbangan yang menggambarkan

Makanan

Pakaian

O

b

E3

a

E1

E2

c

Garis Pendapatan Konsumsi

U3

U2


(43)

pemaksimuman kepuasan. Selanjutnya dimisalkan pendapatan naik, ini

menyebabkan garis anggaran naik menjadi garis b, dan keseimbangan baru pada E2. Pertambahan pendapatan seterusnya akan memindahkan keseimbangan, misalnya ke E3. Garis pendapatan-konsumsi adalah garis yang bermula dari titik (o) dan melalui titik-titik keseimbangan E1, E2,E3 dan seterusnya. Tingkat kepuasan yang paling tinggi pada kurva tersebut adalah pada U3 hal ini sesuai denga asumsi para ahli ekonomi bahwa lebih banyak barang atau lebih banyak pendapatan yang dimiliki lebih disukai (lebih memuaskan. Hal ini berarti kepuasan yang diterima pada U2 lebih tinggi dari kepuasan yang diterima pada U1, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi garis anggaran maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan konsumen. Jadi U3 > U2 > U1 (Sukirno, 2013).

Pendapatan rumah tangga petani merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan dalam kegiatan pertanian dan pendapatan diluar pertanian. Menurut BPS (2011) dan Sukartawi (1995) secara matematis pendapatan rumah tangga petani dapat dirumuskan sebagai berikut :

Prt = P1 + P2 + P3 ………... (9)

Keterangan :

Prt = pendapatan rumah tangga petani padi (Rp) P1 = pendapatan utama dari on farm (usahatani padi)


(44)

P3 = pendapatan non farm (pendapatan berasal dari luar pertanian, buruh bangunan, jasa, berdagang, pegawai, dll)

Pendapatan bersih (keuntungan) usahatani adalah selisih antara hasil atau nilai penjualan dengan biaya total. Menurut Suratiyah (2009), Dumary (2004) dan Nopirin (2000) pendapatan usahatani dapat di rumuskan dengan:

Π = TR –TC………. (10) TR = P x Q ……….……….. (11) TC = TFC + TVC ……….... (12) AFC = TFC ………...………... (13)

Q

AVC = TVC ………...………. (14) Q

Keterangan:

Π = Pendapatan bersih (keuntungan) usahatani TR = Penerimaan total

TC = Biaya total P = Harga output Q = Jumlah output TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel AFC = Biaya tetap rata-rata AVC = Biaya variabel rata-rata

Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang

diperolehnya, semuanya kemudian dinilai dengan uang, akan tetapi semua hasil petani tersebut tidak diterima oleh mereka. Hasil tersebut harus dikurangi


(45)

dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya untuk biaya usahatani, seperti pupuk, bibit, pestisida, biaya tenagakerja, pengolahan tanah dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil dengan pekerjanya. Setelah biaya tersebut

dikurangkan, maka dapatlah apa yang disebut dengan pendapatan bersih atau keuntungan. Biaya produksi menurut Daniel (2004) dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan tergantung pada tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu :

a. Biaya uang dan biaya in natura, adalah biaya tunai misalnya upah kerja untuk persiapan atau penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida. Biaya panen, bagi hasil, sumbangan, bayar hutang dan mungkin pajak-pajak dibayar dalam bentuk natura. b. Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar

kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya bergantung pada jumlah produksi. c. Biaya rata-rata dan biaya marginal. Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara

biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan, sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani untuk

mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2004).

Pada kehidupannya, petani tidak hanya menanam padi akan tetapi setiap tahun dapat menanam jagung, ketela dan kacang-kacangan. Disamping bertani,


(46)

seorang petani juga dapat menggunakan modal dan tenaganya untuk usaha-usaha lain seperti berdagang atau memelihara ternak ayam, kambing atau yang lainnya. Hal tersebut dilakukan untuk mengisi waktu-waktu kosong, karena pekerjaan pertanian bersifat musiman (Mubyarto, 1995).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Permasalahan mengenai alokasi pengeluaran dan pendapatan bagi suatu mayarakat khususnya rumah tangga petani banyak dibahas oleh peneliti terdahulu, diantaranya adalah:

1. Penelitian Pengeluaran

Hasil penelitian Munparidi (2010) menjelaskan bahwa proporsi alokasi pengeluran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya semakin besar pendapatan total keluarga maka proporsi alokasi untuk konsumsi pangan semakin berkurang. Sebaliknya proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan besarnya pendapatan total keluarga, artinya proporsi alokasi untuk konsumsi non pangan bertambah seiring dengan pertambahan pendapatan total keluarga.

Rachman dan Supriyati (2004) menjelaskan bahwa pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di daerah daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan


(47)

Sulawesi Selatan memiliki pola serupa antar lokasi yaitu proporsi atau pangsa pengeluaran pangan masih mendominasi struktur pengeluaran rumah tangga. Namun demikian besaran alokasi pengeluaran menurut jenis dan kelompok pangan maupun nonpangan bervariasi menurut agroekosistem dan provinsi. Di antara kelompok pangan, pangsa pengeluaran untuk beras cukup dominan dalam struktur pengeluaran rumah tangga di daerah penelitian.

Hasil penelitian Elly dan Salendu (2012) menunjukan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga dan total pendapatan rumah tangga dari usaha ternak sapi. Semakin tinggi jumlah anggota keluarga peternak sapi maka

jumlah pengeluaran konsumsi pangan juga semakin tinggi. Secara teori struktur pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh struktur demografi dari rumah tangga tersebut. Penerimaan rumah tangga akan dialokasikan untuk konsumsi rumah tangga, apakah untuk pangan, non pangan, pendidikan, kesehatan..

2. Penelitian Pendapatan

Edy dan Widjojoko (2009) mendapatkan hasil penelitiannya bahwa pendapatan petani pada lahan kering terbagi menjadi usaha on farm, off farm dan non farm. Pendapatan dari on farm terdiri atas pendapatan dari usahatani padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ketela pohon dan kacang hijau. Dari hasil penelitiannya pendapatan petani terbesar berasal dari usahatani padi gogo sebesar 35% dari


(48)

total pendapatan. Pendapatan off farm terdiri dari semua pendapatan yang berasal dari kegiatan buruh tani, pengrajin gula kelapa dan peternakan.

Usaha peternakan merupakan pendapatan terbesar yaitu 63,07% dari total pendapatan rumah tangga pada sektor off farm. Hampir seluruh sampel

memelihara ternak yaitu ternak sapi dan kambing. Pendapatan non farm petani meliputi jasa sebagai buruh bangunan, tukang kayu, tukang batu, berdagang dan perangkat desa. Berdagang merupakan kontribusi pendapatan terbesar dari seluruh pendapatan non farm yaitu sebesar 33,67%. Pengeluaran rumah tangga petani lahan kering terdiri dari konsumsi rumah tangga, pajak, listrik dan air, pendidikan serta kesehatan. Pada lokasi penelitian pengeluaran terbesar berasal dari pengeluaran untuk konsumsi.

Hasil penelitian Novita dan Mukhyar (2011) menyebutkan bahwa umumnya petani padi sawah di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan telah melakukan diversifikasi usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka, tidak hanya bertumpu pada usahatani padi akan tetapi juga pada usahatani non padi (non farm), dan off farm. Pada usaha disektor pertanian dapat dilakukan diversifikasi pangan selain untuk meningkatkan pendapatan juga untuk menambah

keragaman bahan makanan. Pengeluaran pangan untuk makanan jadi sebesar 4,81% menunjukan bahwa pola pangan rumah tangga petani padi sawah masih sederhana dibandingkan rumah tangga secara umum. Konsep mengutamakan makan makanan yang diolah masih membudaya dirumah mereka.


(49)

Aruan dan Mariati (2010) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerimaan petani padi sawah di Desa Sidomulyo tidak dipengaruhi oleh biaya benih. Hal ini berhubungan dengan banyaknya benih yang ditanam oleh petani dalam usahataninya. Biaya pupuk berpengaruh pada penerimaan dikarenakan banyak sedikitnya pupuk yang digunakan petani. Biaya tenaga kerja berpengaruh terhadap penerimaan hal ini berhubungan dengan tingkat penggunaan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang tepat pada setiap usahatani akan

mempengaruhi biaya tenaga kerja yang secara nyata akan berpengaruh terhadap penerimaan. Hasil analisis menunjukan bahwa peningkatan tenaga kerja akan meningkatkan penerimaan.

Zaini (2010) menyimpulan penelitiannya, bahwa biaya pupuk, biaya benih, biaya tenaga kerja, serta biaya penyusutan alat dan penerimaan secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan. Akan tetapi berdasarkan hasil uji t dari keenam variabel tersebut hanya variabel tenaga kerja dan penerimaan petani yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Hal ini dikrenakan berapapun jumlah biaya produksi yanag akan dikeluarkan oleh petani seperti biaya benih, pupuk, pestisida dan biaya penyusutan alat tidak akan mempengaruhi


(50)

C. Kerangka Pemikiran

Rumah tangga dalam pengambilan keputusannya mengonsumsi suatau barang dan jasa dibatasi oleh tingkat pendapatan yang dimiliki. Pengeluaran rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tanggungan anak masih sekolah, umur kepala keluarga, lahan sawah dan lahan nonsawah.

Pendapatan merupakan hasil kerja seseorang atas aktivitas ekonomi tertentu. Pengeluaran rumah tangga sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka pengeluaran rumah tangga juga akan semakin tinggi. Pendapatan rumah tangga petani padi dapat berasal dari tiga sumber yaitu dari on farm (usahatani padi), off farm, dan

non farm (diluar sektor pertanian).

Jumlah anggota keluarga atau tanggungan keluarga sangat berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan rumah tangga tersebut. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak kebutuhan, baik kebutuhan pangan maupun non pangan yang harus dipenuhi. Kondisi ini akan menjadi beban apabila anggota keluarga tersebut belum mampu mencari nafkah untuk membiayai kebutuhan mereka.

Jumalah anak yang masih sekolah merupakan salah satu faktor yang


(51)

Semakin banyak anak yang masih sekolah dan semakin tinggi jenjang pendidikannya maka tingkat pengeluaran rumah tangga juga akan semakin tinggi.

Kepala keluarga adalah seorang yang berperan dalam pengambilan keputusan disuatu rumah tangga, baik keputusan sosial maupun ekonomi. Kepala keluarga yang usianya masih produktif maka akan lebih selektif dalam mengambil

keputusan sosial ekonomi rumah tangga tersebut, berbeda dengan kepala keluarga yang berusia tidak produktif.

Luas lahan secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran suatu rumah tangga petani, sebab semakin luas lahan yang dimiliki seoarang petani maka pendapatan yang akan diperoleh juga akan semakin meningkat dan jika pendapatan meningkat maka pengeluaran juga akan meningkat.

Pengeluaran rumah tangga dapat dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran untuk konsumsi pangan dan nonpangan. Konsumsi pangan dibagi menjadi berbagai item yaitu padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, daging dan hasil olahannya, telur dan susu, ikan kering, udang dan hasil olahannya, sayur-sayuran, buah-buahan, lemak dan minyak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, minuman dan makanan jadi, serta tembakau dan sirih. Konsumsi nonpangan di antaranya adalah perumahan dan fasilitas rumah tangga, telekomunikasi, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, bahan bakar, pakaian.


(52)

Gambar 6. Kerangka pemikiran analisis pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah

Rumah tangga petani padi Desa Sukajawa

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani

Pendapatan rumah tangga petani (X1)

: -On Farm -Off Farm -Non Farm Jumlah tanggungan keluarga (X2)

Jumlah anak sekolah (X3)

Pengeluaran nonpangan Pengeluaran Pangan Umur kepala keluarga

(X4)

Luas lahan Sawah

(X5)

Pengeluaran rumah tangga petani padi (Y)

Luas lahan nonSawah

(X6)


(53)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan maka diduga pengeluaran rumah tangga petani padi dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak yang masih sekolah, umur kepala


(54)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah anak masih sekolah, umur kepala keluarga, luas lahan sawah dan luas lahan nonsawah) serta variabel tidak bebas (pengeluaran rumah tangga).

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal dalam satu atap rumah dan biasanya makan bersama dari satu dapur diukur dengan KK.

Pengeluaran rumah tangga merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh anggota rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan dan nonpangan (kesehatan, pendidikan, pakaian, dan fasilitas rumah tangga) diukur dengan Rp.

Pendapatan rumah tangga adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan usahatani langsung (on farm) ditambah dengan kegiatan off farm


(55)

Jumlah tanggungan keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi beban tanggunan responden secara ekonomi dalam rumahtangga. Orang yang ditanggung tersebut meliputi anggota keluarga yang memiliki hubungan darah maupun tidak memiliki hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap. Jumlah anggota keluarga diukur perorang.

Jumlah anak yang masih sekolah adalah seluruh jumlah anak yang masih menyelesaikan pendidikan formal yang menjadi beban tanggungan responden diukur perjiwa.

Umur kepala keluarga adalah usia kepala keluarga pada saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun.

Luas lahan sawah adalah besarnya area yang digunakan untuk melakukan usahatani padi, diukur dengan satuan ha (hektar).

Luas lahan nonsawah adalah besarnya area yang dimiliki petani selain lahan sawah, baik yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan, diukur dengan ha (hektar).

Petani adalah seseorang yang melakukan usahatani padi untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagian atau keseluruhan.


(56)

Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani padi

No. Variabel Definisi Satuan

1. Pengeluaran total rumah tangga

Adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk keperluan rumahtangga baik berupa barang maupun jasa, dan berupa pangan maupun nonpangan.

Rp

2. Pengeluaran pangan

- Pengeluaran padi-padian - Pengeluaran umbi-umbian - Pengeluaran kacang-kacangan - Pengeluaran daging dan hasil olahannya

- Pengeluaran telur dan susu

- Pengeluran ikan kering dan hasil olahannya

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pangan

rumahtangga yang dihitung dalam satu minggu yang di konversikan ke dalam 1 tahun. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli jenis makanan padi-padian.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli jenis makanan umbi-umbian.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau

mengkonsumsi jenis makanan kacang-kacangan.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau

mengkonsumsi jenis makanan daging beserta olahannya. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau

mengkonsumsi jenis pangan telur dan susu.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau

mengkonsumsi jenis pangan ikan kering dan hasil olahan.

Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun Rp/Tahun


(57)

Lanjutan Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani Padi

No. Variabel Definisi Satuan

- Pengeluaran buah-buahan

- Pengeluaran lemak dan minyak

- Pengeluaran bahan minuman - Pengeluaran bumbu-bumbuan - Pengeluaran makanan dan minuman jadi

- Pengeluaran rokok

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mengkonsumsi jenis pangan buah-buahan. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mengkonsumsi jenis pangan lemak dan minyak.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mengkonsumsi jenis pangan bahan minuman. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jenis bumbu-bumbuan. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mengkonsumsi jenis makanan dan minuman jadi.

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau mengkonsumsi rokok Rp/Kg Rp/lt Rp Rp Rp/Bungkus Rp/Bungkus


(58)

Lanjutan Tabel 4. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan alokasi pengeluaran rumah tangga petani Padi

No. Variabel Definisi Satuan

3. Pengeluaran nonpangan

- Pengeluran fasilitas RT

- Pengeluaran aneka barang dan Jasa

- Pengeluaran pelayanan dan pengobatan (kesehatan)

- Pengeluran biaya pendidikan

- Pengeluaran pakaian

Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan bukan makanan dan

minuman oleh rumahtangga yang dihitung selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun. Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan perumahan atau fasilitas RT selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun.

Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan aneka barang dan jasa selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun.

Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan pelayanan dan pengobatan (kesehatan) selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun. Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan pendidikan selama satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun. Adalah biaya yang

dikeluarkan untuk keperluan pakaian selama satu bulan dan dikonversi satu tahun.

Rp Rp/Th Rp/Th Rp/Th Rp/Th Rp/Th


(59)

Tabel 5. Definisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani Padi

No Variabel Definisi Satuan

1 Pendapatan rumah tangga

Adalah pendapatan yang berasal dari hasil usahatani (on farm), off farm), dan usaha di luar pertanian (non farm).

Rp/Th

2 Pendapatan on farm Adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil produk usahatani yang dilakukan langsung di lahan (bercocok tanam,peternakana, dan perikanan) yang dihitung setiap satu kali panen dan dikonversikan dalam satu tahun.

Rp/musim 3. 4. 5. 6. 7.

Pendapatan off farm

Pendapatan di luar pertanian (nonfarm)

Penerimaan usahatani padi

Total penerimaan petani

Biaya tenaga kerja

Adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil kegiatan yang dilakukan di luar lahan pertanian akan tetapi masih berkaitan dengan pertanian (buruh tani, upah garapan,

tengkulak dan lain-lain) yang dihitung dalam satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun Adalah pendapatan yang diperoleh dari luar sektor pertanian dalam satu bulan dan dikonversikan dalam satu tahun.

Adalah jumlah produksi padi dikalikan dengan tingkat harga jual. Adalah jumlah keseluruhan dari penerimaan usahatani padi. Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang dihitung dalam satu musim.

Rp/Th

Rp/Th

Rp

Rp


(60)

Lanjutan Tabel 5. Devinisi operasional variabel-variabel yang berhubungan dengan pendapatan rumah tangga petani Padi

No. Variabel Definisi Satuan

8.

9.

Biaya penyusutan

- Biaya penyusutan peralatan Total biaya usahatani

Adalah nilai peralatan, bangunan atau lahan yang dihitung sejak awal pembelian.

Adalah nilai penyusutan suatu peralatan usahatani.

Adalah biaya keseluruhan dari biaya tunai, biaya diperhitungkan dan peralatan dalam usahatani.

Rp

Rp

Rp

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan secara survei. Metode survei adalah suatu metode yang mengumpulkan dan menganalisis data sosial dengan menggunakan jalan terstruktur dan menggunakan interview dan kuesioner yang sangat mendetail untuk mendapatkan informasi dari responden yang berjumlah banyak dengan menggunakan sampling atas populasi.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan cara wawancara atau pengisian kuesioner. Kuesioner berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai pendapatan rumah tangga yang diperoleh petani, baik itu pendapatan yang berasal dari sektor pertanian maupun sektor non pertanian, selain itu informasi mengenai berbagai macam input dan harga input yang digunakan


(61)

dalam usahatani padi, serta alokasi pengeluaran dari hasil pendapatan mereka, baik untuk pangan maupun non pangan. Pengumpulan data pengeluaran rumah tangga menggunakan metode recall, dilakukan dengan cara menanyakan kembali pangan yang dikonsumsi seminggu yang lalu pada saat penelitian dan kemudian dikonversikan selama satu tahun, dan untuk non pangan yang dikeluarkan dalam satu tahun yang lalu pada saat penelitian berlangsung.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait seperti kantor kepala desa, dinas pertanian setempat, gaboktan, dan dari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan penelitian (Sugiarto, 2003).

C. Lokasi, Sampel, dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa Lampung Tengah merupakan centra penghasil padi di Provinsi Lampung dan di Desa Sukajawa merupakan desa yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Desa Sukajawa memiliki 9 dusun diambil 3 dusun sebagai sampel dalam penelitian. Dusun yang diambil untuk sampel penelitian adalah dusun 3, 8 dan 9 dengan pertimbangan bahwa di dusun tersebut merupakan sentra tanaman padi di Desa Sukajawa, sehingga dianggap mewakili untuk memberikan gambaran mengenai pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa. Waktu pengambilan data penelitian ini dimulai pada bulan juni sampai Juli 2014.


(62)

Kriteria rumah tangga petani yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang sedang mengusahakan tanaman padi berjumlah 162 petani. Penentuan ukuran sampel pada penelitian ini didasarkan atas pertimbangan menurut Singarimbun dan Effendi (1995) dan Arikunto (2006). Singarimbun dan Effendi (1995) menyebutkan bahwa jika data dianalisis dengan

menggunakan statistik parametrik, maka jumlah sampel harus besar, karena nilai-nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sampel yang tergolong sampel besar yang distribusinya normal adalah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 sampel. Jika teknik analisa yang dipakai adalah teknik korelasi maka sampel yang harus diambil minimal 30 sampel.

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa jika jumlah populasinya besar, ukuran sampelnya dapat diambil sebesar 10-15% atau 20-25%, atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti jika dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini menetapkan ukuran sampel

sebesar 37% yaitu 60 sampel dengan asumsi bahwa nilai tersebut sudah melebihi ukuran sampel yang telah ditetapkan untuk populasi yang jumlahnya lebih dari 100 dan dengan anggapan bahwa semakin besar persentase sampel yang diambil dari populasi maka hasil penelitian akan semakin baik, akan tetapi ukuran sampel yang telah ditentukan sebelumnya mengalami perubahan setelah turun kelapang dikarenakan 60 sampel yang telah ditentukan tersebut tidak semuanya homogen jika dilihat dari sumber pendapatan utama rumah tangga. Terdapat 13 rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya bukan berasal dari sektor


(63)

pertanian, hal ini akan mengakibatkan data yang dihasilkan nantinya tidak valid sehingga diputuskan bahwa 13 responden tersebut di keluarkan dari daftar responden yang akan diteliti. Berdasarkan hal tersebut maka ditentukan kembali ukuran sampel sebesar 29% dari jumlah populasi (menjadi 47 sampel).

D. Alat Analisis Data

1. Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi

a. Pendapatan Usahatani Padi

Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah analisis rugi laba dengan menggunakan model persamaan (Suratiyah, 2009) :

Π = TR –TC……… (10)

TR = P x Q ……… (11) TC = TFC + TVC ………. (12)

Keterangan:

Π = Pendapatan (keuntungan) usahatani padi

TR = Penerimaan total TC = Biaya total P = Harga output Q = Jumlah output TFC = Total biaya tetap TVC = Total biaya variabel

Pendapatan rumah tangga petani padi tidak hanya berasal dari usahatani padi saja akan tetapi terdapat berbagai sumber pendapatan yang dapat berasal dari


(64)

peternakan, perikanan, pekarangan rumah, buruh tani, berdagang dan yang lainnya.

b. Pendapatan Total Rumah Tangga

Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang pertama adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan model persamaan pendapatan rumah tangga sebagai berikut (Sukartawi, 1995):

Prt = P1 + P2 + P3 ... (15)

Keterangan :

Prt = pendapatan rumah tangga petani padi per-tahun

P1 = pendapatan on farm (Usahatani padi, ternak, pekarangan, dan perikanan)

P2 = pendapatan off farm (buruh tani)

P3 = pendapatan di luar sektor pertanian / non farm (buruh bangunan, jasa, perdagangan, dll)

Pendapatan usahatani padi dapat diketahui dengan menghitung selisih antara penerimaan dari hasil usahatani padi dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Model yang digunakan untuk menghitung pendapatan usahatani padi adalah sebagai berikut (Suratiyah, 2009) :

Y = TR – TC dimana TR = P . Q dan TC = TFC + TVC ... (16) Keterangan :

Y = pendapatan (Rp)

TR = total penerimaan (total revenue)

TC = total biaya (total cost)


(65)

Q = jumlah produksi (quantity)

TFC = total biaya tetap (total fixed cost)

TVC = total biaya variabel (total variable cost)

Biaya (C = cost) dapat dibedakan menjadi total biaya tetap (TFC = total fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya produksi (Q = quantity), biaya tetap ini biasanya didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya terus di keluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit, contohnya biaya untuk alat pertanian. Total biaya variabel (TVC = total variabel cost), biasanya didefenisikan sebagai biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya produksi yang diperoleh,

contohnya biaya sarana produksi.

2. Pengeluaran Rumah Tangga Petani Padi

Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang kedua adalah analisis kuantitatif dan tabulasi dengan menggunakan model persamaan pengeluaran rumah tangga, yaitu :

Ct = Ca + Cb …………... (17)

Keterangan :

Ct = total pengeluaran rumah tangga Ca = pengeluaran konsumsi pangan Cb = pengeluaran konsumsi nonpangan


(66)

Alokasi pengeluaran rumah tangga akan ditabulasikan, dalam tabulasi dilakukan penyusun sistem klasifikasi data. Data yang dimasukkan adalah data pengeluaran pangan dan nonpangan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rumah Tangga Petani

Alat analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan yang kedua adalah dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan rumus matematik sebagai berikut (Elly dan Salendu, 2012) :

Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + e ……… (18) Keterangan :

Y = Pengeluaran rumah tangga (Rp/th) a = Konstanta

X1 = Pendapatan rumah tangga (Rp/th) X2 = Jumlah tanggungan keluarga (Jiwa) X3 = Jumlah anak yang masih sekolah (Jiwa) X4 = Umur kepala keluarga (Tahun)

X5 = Luas lahan sawah (Ha) X6 = Luas lahan nonsawah (Ha)

β1, β2, β3, β4, β5 = Besaran koefisien dari masing-masing variabel e = eror

Pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh variabel independen (pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak yang masih sekolah, umur, luas lahan sawah dan luas lahan nonsawah) secara serentak terhadap variabel dependen (pengeluaran rumah tangga) menggunakan uji F pada nilai ∝≤10% (0,10). Adapun untuk menguji


(67)

pengaruh variabel independen (pendapatan, jumlah anggota keluarga, jumlah anak yang masih sekolah, umur, luas lahan sawah dan luas lahan nonsawah) secara parsial (tunggal) terhadap variabel dependen (pengeluaran rumah tangga) digunakan alat uji-t. Kriteria pengambilan keputusan uji signifikansi adalah:

a. Apabila probabilitas signifikan > 0,10 maka Ho diterima dan H1 ditolak b. Apabila probabilitas signifikan < 0,10 maka Ho ditolak dan H1 diterima Dimana :

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel yang diuji. H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diuji.

Pada analisis regresi linear berganda akan dilakukan pengujian mengenai gejala-gejala penyimpangan asumsi klasik yang terdapat di dalam model regresi. Gejala penyimpangan asumsi klasik tersebut adalah gejala heterokedastis dan multikolinearitas.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel bebas (independen). Pengujian dilakukan dengan cara menganalisis matrik korelasi variabel independen. Jika variabel-variabel independen saling berkorelasi (koefisien korelasinya diatas 0,9) dan nilai R2 yang dihasilkan oleh estimasi model regresi empiris sangat tinggi, dan


(68)

nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10, maka mengindikasikan adanya multikolinieritas (Ghozali, 2006).

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Ysesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2006). Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan adanya heterokedastis. Jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastis. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model persamaan dalam menerangkan variasi variabel dependen.


(69)

4. Tingkat Kemiskinan Rumah Tangga Petani Padi

a. Kriteria Kemiskinan dilihat dari Tingkat Pengeluaran Per Kapita

Tingkat kemiskinan rumah tangga dapat dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangganya baik pengeluaran untuk kebutuhan makanan maupun kebutuhan non-makanan dimana persentase pengeluaran untuk makanan akan semakin kecil. Garis kemiskinan dihitung dengan cara mengalikan jumlah konsumsi beras (kg/kapita) dengan harga beras pada saat penelitian dilakukan. Menurut klasifikasi Sajogyo (1977), petani miskin di pedesaan dikelompokan ke dalam empat golongan yaitu :

1) Rumah tangga sangat miskin : ≤180 kg setara beras per kapita per tahun;

2) rumah tangga miskin : 181-240 kg setara beras per kapita per tahun; 3) rumah tangga nyaris miskin : 241-320 kg setara beras per kapita per tahun;

4) rumah tangga layak : ≥ 321 kg setara beras per kapita per tahun.

b. Kriteria Kemiskinan Menurut BPS

BPS (2012), menyebutkan bahwa untuk mengukur tingkat kemiskinan dapat menggunakan Indeks Kedalaman Kemiskinan yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Metode yang digunakan adalah dengan menghitung garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) yang merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum


(70)

makanan dan garis kemiskinan non-makanan (GKNM) yang merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum non-makanan. Garis kemiskinan adalah jumlah kebutuhan dasar makanan setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari ditambah dengan keperluan untuk kebutuhan dasar non makanan yang paling pokok. Penghitungan GK dilakukan terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan, dirumuskan sebagai berikut:

GK = GKM + GKNM ……… (19)

Keterangan:

GKM = nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori per kapita per hari. GKNM = kebutuhan minimum untuk non-makanan.

GKM pedesaan Provinsi Lampung pada September tahun 2013 sebesar Rp220.997,00 sedangkan GKNM nya sebesar Rp63.507,00, dengan

demikian didapat nilai GK pedesaan di Provinsi Lampung pada tahun 2013 sebesar Rp284.504,00.

c. Klasifikasi Tinggi-Rendahnya Pendapatan Per Kapita

Untuk mengetahui tinggi rendahnya pendapatan suatu rumah tangga petani padi dilakukan dengan cara mendistribusikan pendapatan per kapita per bulan ke dalam kategori rumah tangga berpendapatan rendah, sedang dan tingi.


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : 1. Total pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa per tahun

adalah Rp29.243.662,00. Dari total pendapatan tersebut, sebesar 87,54% berasal dari pendapatan on farm, 0,91% berasal dari pendapatan off farm

dan 11,55% berasal dari pendapatan di luar sektor pertanian. Rumah tangga petani padi yang mengusahakan pekarangan, peternakan dan perikanan memperoleh pendapatan sebesar Rp32.189.671,00 sedangkan rumah tangga yang tidak mengusahakan pekarangan, peternakan dan perikanan memperoleh total pendapatan sebesar Rp26.297.653,00

2. Total pengeluaran rumah tangga petani padi di Desa Sukajawa per tahun adalah Rp20.545.157,00 dan dari pengeluaran tersebut sebesar 80,94 % di alokasikan untuk pengeluaran pangan dan 19,06 % digunakan untuk alokasi nonpangan. Hal tersebut menandakan sebagian besar pengeluaran rumah tangga petani padi Desa Sukajawa masih didominasi dengan pengeluaran panga.


(2)

3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga petani padi adalah tingkat pendapatan (X1) dengan tingkat kepercayaan 93,8%, jumlah tanggungan keluarga (X2) dengan tingkat kepercayaan 96,3%, dan luas lahan sawah (X5) dengan tingkat kepercayaan 97,8%, sedangkan faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga adalah jumlah tanggungan anak yang masih sekolah (X3), umur (X4) dan luas lahan nonsawah (X6)

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi petani agar dapat memanfaatkan lahan non sawah yang dimiliki untuk diusahakan sebagai tanaman pekarangan, peternakan dan perikanan guna menambah pendapatan rumah tangga di luar usahatani padi, selain itu bagi petani juga sebaiknya menggunakan saprodi untuk usahatani yang optimal dan sesuai dengan wilayah setempat agar produksi yang dihasilkan juga optimal sehingga dapat menambah pendapatan rumah tangga petani padi Desa Sukajawa Kecamatan Bumiratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.

2. Bagi pemerintah agar dapat memberikan penyuluhan untuk membuka wawasan petani akan pentingnya penggunaan saprodi yang sesuai dengan yang rekomendasi dari pemerintah setempat.

3. Bagi peneliti lain, disarankan untuk mengadakan suatu penelitian lain terkait pengaruh faktor-faktor internal (suku, gaya hidup, pendidikan


(3)

terakhir dan yang lainnya) dan eksternal (letak geografis tempat tinggal, teknologi, iklim atau cuaca) terhadap keputusan pengeluaran suatu rumah tangga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, N dan H. Sasana. 2012. Analisis Konsumsi Rumah Tangga Petani Padi dan Palawija di Kabupaten Demak. Jurnal of Economics, Volume 1, No. 1, hal 1-11.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Aruan, Y.L dan R. Mariati. 2010. Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi

(Oryza sativa L.) Sawah Sistem Tanam Pindah dan Tanam Benih Langsung di Desa Sidomulyo Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.

Jurnal EEP, Volume 7, No. 2, hal 30-36.

Badan Pusat Statistik. 2013. Bandar Lampung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Lampung. Indonesia.

________________. 2012. Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung 2012. Statistik Lampung. Indonesia.

________________. 2012. Profil Kemiskinan di Indonesia September 2011. No 06/01 Th XV, 2 Januari 2012.

________________ . 2012. Lampung Dalam Angka 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

________________. 2011. Statistik Pendapatan Rumah Tangga 2010. Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung. Bandar Lampung.

. 2009. Indikator kesejahteraan Rakyat Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

Bangun, W. 2010. Teori Ekonomi Mikro. PT. Refika Aditama. Bandung. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Dumairy. 2004. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta.


(5)

Edy, K.S dan T. Widjojoko 2009. Analisis Keberagaman Usaha Rumah Tangga Pertanian Lahan Kering di Kabupaten Banyumas. Jurnal SEP, Volume 3, No. 3, hal 3-5.

Elly, F.H dan, A.H.S Salendu. 2012. Analisis Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi di Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa. Jurnal Agribisnis dan Pembangunan Masyarakat, Volume 1, No. 1, hal 1-9.

Gilarso. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. KANISIUS. Yogyakarta. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang. Badan Penerbit UNDIP.

Indrianto, N dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE. Yogyakarta.

Kelurahan Sukajawa. 2013. Profil Desa Sukajawa. Sukajawa. Lampung Tengah. Mantra, I. B. 2004. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Milyaniza. 2011. Keadaan Sosial Ekonomi Petani Sayuran (Studi Kasus di Dusun Kembang Buton Wara Desa Batu Merah, Kota Ambon). Jurnal Budidaya Pertanian, Volume 7, No 1,hal 47-52.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Munparidi. 2010. Pengaruh Pendapatan Petani dan Ukuran Keluarga Terhadap Pola Konsumsi Studi Kasus Desa Ulak Kerbau Lama Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Ilmiah. Volume II. No. 3. hal 6-7. Nicholson, W. 1999. Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. BPFE. Yogyakarta. Novita, S dan F. Mukhyar. 2011. Kajian : Pola Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Jurnal Agribisnis Pedesaan, Volume 1, No. 4, hal 6-7.

Pindyck, R dan D.L. Rubinfeld . 2009. Mikroekonomi. PT. Indeks. Jakarta. Rachman, H dan Supriyati. 2004. Pola Konsumsi dan Pengeluaran Rumahtangga (Kasus Rumahtangga di Pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan). Jurnal Agro-Ekonomika, Volume XXXIV, No. 2, hal 17.

Rosyadi,I dan Purnomo,D. 2012. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Tertinggal. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Volume 13, No.2.hal 303- 315.


(6)

Sajogyo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. LPSB-IPB. Bogor.

Singarimbun, S dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3S. Jakarta. Sudarman, A. 2004. Teori Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta.

Sugiarto, D. Siagian, L.S. Sunarto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sukirno, S. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. . 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suparman, J. 2005. Ekonometri. Ghalia Indonesia. Bogor.

Suparmoko, M. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta. Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta Wijaya, F. 1999. Ekonomikamikro. BPFE. Yogyakarta.

Zaini, A. 2010. Pengaruh Biaya Produksi dan Penerimaan Terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah. Jurnal EEP. Volume 7, No. 1, hal 1-7.