Sosialisasi Brand PONDOK PESANTREN DAN TEORI BRANDING

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Setidaknya terdapat 4 hal yang dapat dilakukan dalam proses mengkomunikasikan brand kepada konsumen 94 , yaitu: a. Memberikan informasi seluas-luasnya. Proses memberikan informasi terhadap konsumen ini tidak hanya sekedar mengenalkan brand tetapi juga menyertakan informasi-informasi pendukung seputar produk. Tahap ini umumnya dilakukan dalam bentuk periklanan, baik media cetak atau elektronik. b. Menciptakan awareness, polularitas dan ke-familiar-an. Pada tahap ini pemasar perlu untuk mengupayakan agar brand yang dibawanya menjadi terkenal. Hal ini memgang peranan cukup beasar karena masyarakat akan mempersepsi brand yang terkenal sebagai sebuah brand yang layak beli dan akan lebih mudah melekat dalam benak pelanggan dibandingkan dengan brand yang tidak terkenal. c. Melibatkan konsumen. Pelibatan yang dimaksudkan adalah usaha mengenalkan brand tidak hanya dengan informasi verbal saja melainkan mengajak konsumen untuk ikut merasakan produk yang kita tawarkan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam melibatkan konsumen misalkan: mengadakan kampaye dan demo produk yang dijual, mengajak konsumen mencicipi produk yang dijual dan sejenisnya. d. Menciptakan asosiasi tertentu pada brand yang dimaksud. Dalam mengkomunikasikan brand, hendaknya pemasarn juga menciptakan asosisasis tertentu dari produk yang dijual. Pada umumnya asosisasi akan 94 Ibid., 127 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id dikaitkan dengan kualitas atau nilai produk yang ditawarkan kepada konsumen tersebut. Asosiasi dapat dibentuk melalui proses periklanan dengan menyajikan informasi-informasi tertentu. Dalam kajian implicit learning, proses membangun asosiasi yang paling kuat adalah dengan melalui komunikasi non verbal dan menyentuh aspek bawah sadar konsumen. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 52

BAB III DESKRIPSI GERAKAN NASIONAL AYO MONDOK

A. Rabithah Ma’ahid Islamiyah NU RMI-NU

Rabithah al- Ma’ahid al-Islamiyyah atau yang biasanya disingkat RMI merupakan lembaga Nahdlatul Ulama yang menaungi kurang lebih 23.000 pesantren NU di Indonesia. Pesantren yang berada di bawah naungan RMI ini secara karakter pemikiran keislaman dan haluan ideologi sangat dekat dengan pemikiran Ahlussunnah Wal Jamaah sebagaimana NU. Dalam pespektif sosial- politik, pesantren-pesantren ini tidak termasuk dalam haluan radikal dan garis keras sehingga sangat sesuai dengan nilai-nilai keindonesiaan. Lembaga RMI ini dibentuk pada tanggal 20 Mei 1954 dengan nama awal Ittihad al- Ma’ahid al-Islamiyah yang bentuk oleh KH. Achmad Syaikhu dan KH. Idham Khalid. Lembaga ini dibentuk mengingat lembaga NU memiliki orientasi yang agung dan berskala global, yang tidak mungkin dapat direalisasikan tanpa membentuk struktur dan bidang kerja di bawahnya. Rabithah Ma’ahid Islamiyah sendiri adalah lembaga yang memiliki kedudukan dan tugas untuk menjalankan kebijakan-kebijakan organisasi NU dalam bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan di Indonesia 95 . Dalam menjalankan program-program kepesantrenan, RMI berpijak pada prinsip dan upaya-upaya peningkatan kapasitas lembaga pesantren, penyiapan 95 Lihat Anggaran Rumah Tangga NU tahun 2010 Bab V Pasal 18 huruf c. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id generasi muda sebagai kader bangsa yang bermutu, dan pengembangan masyarakat secara berkelanjutan. Dalam konteks demikian dapat disebut bahwa RMI menjalankan fungsi sebagai katalisator, dinamisator, dan fasilitator bagi seluruh pondok pesantren yang ada di bawah naungannya untuk berjalan bersama menuju kemandirian dalam orientasi menggali pemecahan-pemecahan masalah keumatan 96 . Program kerja RMI-NU banyak diarahkan pada upaya peningkatan peran dan konribusi pondok pesantren sebagai tafaquh fiddin, bidang pendidikan, dan pengembangan sosial kemasyarakatan secara berkelanjutan. Lebih lanjut diharapkan akan membawa pesantren sebagai salah satu lembaga yang dapat menjadi pusat peradaban yang mampu menggerakkan kehidupan sosial baik dalam perspektif bidang-bidang duniawi maupun keakheratan. Dalam menjalankan program, RMI memiliki 3 sasaran utama pelaksanaan programnya yaitu: 1 Kalangan Internal RMI-NU; 2 Warga pesantren; dan 3 masyarakat Nadliyyin secara umum. Hal ini menjadi acuan dalam pengembangan program-program kerja RMI selama ini. Ada beberapa program yang dijalankan oleh RMI-NU pada periode 2010-2015 diantaranya: 1. Penguatan institusi pesantren sebagai tempat mencetak kader ulama masa depan. 2. Penguatan wawasan, pemahaman, dan aqidah ahlusunnah wal jamaah melalui upaya-upaya penerbitan tulisan dan halaqah. 96 Admin, “Sejarah Rabithah Ma’ahid Islamiyah”, dalam web PPRMI-NU http:pprminu.tumblr.comProfil-Rabithah-Maahid-Islamiyah-Nahdlatul-ULama diakses pada 8 Mei 2017, 1.