MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS

IV SD NEGERI 3 KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Suharsih

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran melalui penerapan media gambar.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas belajar yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I 53,43 % (kategori sedang), siklus II 75,09 % (kategori tinggi). Rata-rata persentase tuntas belajar siswa 59,26% pada siklus I (kategori sedang), dan tuntas belajar siswa 100% pada siklus II (kategori sangat tinggi).


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan proses sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kehidupan modern yang ditandai dengan pesatnya laju informasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi menuntut setiap orang memiliki kecepatan dan ketepatan yang tinggi. Kecepatan dan ketepatan dalam menafsirkan dan menyerap informasi baik secara lisan maupun tulisan. Penafsiran dan penyerapan informasi tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, selanjutnya agar mudah mengingatnya melalui cara menulis, (Sisdiknas, UU RI No. 20 tahun 2003)

Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa, karena merupakan awal mula diletakkannya landasan kemampuan berbahasa Indonesia. Hal ini bertambah pentingnya mengingat sebagian besar peserta didik yang memasuki Sekolah Dasar hampir tidak memiliki latar belakang berbahasa Indonesia (Depdikbud 1995: 1).


(3)

2

Kegiatan membaca dan menulis merupakan suatu kegiatan yang unik dan rumit, sehingga seseorang tidak dapat melakukan hal tersebut tanpa mempelajarinya. Bagi sebagian orang kegiatan membaca dan menulis merupakan kegiatan yang bermanfaat. Kemampuan membaca dan menulis merupakan dasar bagi anak untuk menguasai berbagai mata pelajaran. Membaca dengan benar perlu menguasai teknik belajar membaca, yaitu dengan sikap duduk yang benar, dan letak buku bacaan yang lurus dengan pinggir meja, serta dengan jarak mata dan buku yang sesuai antara 25-30 cm, (Depdikbud, 1995: 22).

Berdasarkan observasi tanggal 15 November 2012 yang dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Karang Anyar tentang pembelajaran bahasa Indonesia diperoleh gambaran bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini di SD guru mengawali pembelajaran dengan langsung mengajak siswa mempelajari materi yang akan dilaksanakan “anak-anak kita hari ini akan belajar membaca teks agak panjang”. Pada kegiatan inti guru menyampaikan materi dengan ceramah (konvensional) dan siswa hanya sebagai penerima, setelah penjelasan dirasa cukup, guru menugasi siswa mengerjakan latihan. Dilihat dari kecenderungan tersebut, guru mengawali pembelajaran tanpa menggunakan apersepsi, tidak ada pengantar sebelum menyampaikan materi, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang perhatian terhadap pembelajaran. Dari data prasurvey tersebut bahwa guru masih mendominasi pembelajaran atau pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).


(4)

3

Mengingat pentingnya kemampuan membaca dan menulis, maka dalam proses pembelajaran di sekolah guru hendaknya merencanakan segala sesuatunya baik materi, metode dan alat pembelajarannya.

Keluhan tentang kurangnya minat siswa dalam membaca di Sekolah Dasar pada kelas IV dalam pelajaran Bahasa Indonesia saat ini masih sering dirasakan, dalam kenyataan masih ada keluhan guru di Sekolah Dasar mengenai membaca, karena masih ada siswa kelas II, III, dan IV yang belum bisa membaca dengan baik. Faktor-faktor yang menyebabkan siswa tersebut belum bisa membaca antara lain: lingkungan keluarga yang tidak kondusif, minat dan motivasi siswa dalam membaca masih rendah.

Upaya untuk meningkatkan minat membaca siswa Sekolah Dasar dapat diajarkan dengan baik serta diperoleh hasil yang maksimal, maka guru memerlukan suatu strategi yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan di sekolah dasar. Hal ini senada pendapat Sudjana (1991: 24) bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar, guru dapat memilih strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas IV SD.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, Pasal 1. Ditegaskan pula bahwa guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, Pasal 4, (UU RI No. 20 tahun 2003).


(5)

4

Mengacu pada isi UU No. 20 Tahun 2003 di atas sangat jelas bahwa guru merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Hal ini bila dikaitkan dengan kemampuan siswa dalam membaca dengan standar kompetensi di kelas IV Sekolah Dasar masih rendah. Hal itu juga terjadi di SD Negeri Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran kemampuan dan minat membaca masih rendah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, diperoleh data kelas IV berjumlah 27 siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek membaca pemahaman siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 11 siswa (41%) dan 16 siswa (59%) siswa belum mencapai KKM, sedangkan KKM yang ditentukan adalah 63. Salah satu cara untuk mengatasi hal itu, guru harus dapat melakukan terapi dengan penelitian tindakan kelas (classroom action research). ”Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat” (Wardhani, 2007: 14).

Kegiatan pembelajaran dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya media pembelajaran. Menurut Gagne dalam Sadiman,(2006: 6) media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Kegiatan pembelajaran yang disertai dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu media yang dipilih


(6)

5

untuk menunjang minat baca siswa adalah dengan menggunakan media gambar karena diharapkan siswa lebih jelas terhadap pristiwa-pristiwa yang terjadi..

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentidikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV.

2. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan kurangnya penggunaan media pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran kurang optimal bagi siswa 3. Pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru (teacher center)

sehingga siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat yang menyebabkan siswa kurang kreatif

4. Penerapan metode dan strategi pembelajaran membaca dan menulis yang kurang tepat.

5. Hasil belajar siswa pada pembelajaran membaca pemahaman rendah.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar membaca pemahaman dengan menggunakan media gambar siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?”


(7)

6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar dengan menggunakan media gambar.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar dengan menggunakan media gambar.

3. Meningkatkan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran media gambar siswa kelas SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Bagi Siswa

a. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga lebih efektif.

b. Siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari pelajaran bahasa Indonesia, khususnya minat baca.

c. Sebagai bahan evaluasi untuk dapat mengetahui bagaimana kemampuan mereka membaca.


(8)

7

1.5.2 Bagi Guru

a. Sebagai bahan masukan kepada guru bidang studi bahasa Indonesia tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam membaca.

b. Bahan pertimbangan dan pemikiran para guru yang mengajar bidang studi bahasa Indonesia dalam menentukan kemampuan membaca dengan menggunakan metode gambar.

c. Dalam meningkatkan profesionalisme, diharapkan guru memperoleh tindakan alternatif dalam pendeketan pembelajaran bahasa Indonesia

1.5.3 Bagi Sekolah

a. Dalam meningkatkan mutu, akan terbantu terciptanya sekolah yang melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia yang bermakna dan efisien.

b. Sebagai referensi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah. c. Meningkatnya kualitas pendidikan di sekolah.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan prilaku sebagai akibat dari proses pengalaman. Ada asumsi atau anggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi dari materi pembelajaran. Padahal sesungguhnya menurut pandangan Skinner (dalam Sagala, 2008: 14) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik dan bila tidak belajar maka responnya menurun.

Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan disini tentu saja perubahan yang positif, antara lain perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti,dari tidak bisa menjadi bisa, dan seterusnya. Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Menurut Winataputra, dkk. (2008: 1.19) ciri-ciri belajar yaitu, pertama belajar harus


(10)

9

memungkinkan terjadinya perubahan prilaku pada diri individu, kedua yaitu perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman dan, ketiga perubahan tersebut relatif menetap. Belajar merupakan tujuan peserta didik agar tercipta pengetahuan yang dapat di manfaatkan dalam kehidupan sehingga terwujud sikap dan perubahan prilaku yang lebih baik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, artinya belajar adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia guna memperoleh pengalaman dan perubahan tingkah laku.

2.2 Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Menurut Gagne, Briggs, dan Wanger dalam Winataputra, dkk., (2008: 1.19) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Selain ciri utama terdapat ciri lain dari pembelajaran yaitu adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut yaitu tujuan, materi, kegiatan dan evaluasi pembelajaran.


(11)

10

Smith dan Ragan (dalam Suwarjo, 2008: 37) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan penyampaian berbagai informasi dan aktivitas yang diarahkan untuk memudahkan pencapaian tujuan belajar secara terarah dan spesifik. Dick & Carey dalam Suwarjo, (2008: 37) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses yang bersistem. Pembelajaran sebagai proses yang bersistem melibatkan berbagai komponen dalam penyelenggaraan pembelajaran. Jika komponen sistem tersebut tidak berkonstribusi dengan baik dalam proses pembelajaran, pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang baik dan maksimal. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud adalah: pengajar, pembelajar, kurikulum, materi belajar, dan lingkungan belajar.

Keterampilan dasar yang bermanfaat dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak SD sangat banyak, meliputi pengetahuan dan keterampilan intelektual, sosial dan personal. Menurut Peaget dalam Nasution, (2006: 30) proses belajar terjadi bukanlah sebagai hasil pujian dan hukuman, melainkan sebagai hasil proses restrukturisasi kognitif atas pengaruh lingkungan eksternal. Anak memahami lingkungan atas struktur kognitif yang ada padanya berdasarkan pengalamannya. Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar karena proses pembelajaran yang baik dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa


(12)

11

Indonesia dapat diketahui dari ciri-cirinya. Menurut Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah terjemahan dari learning disability Terjemahan tersebut diartikan sebagai ketidakmampuan belajar. Dikutip oleh Abdurrahman (1996: 6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung.

Berdasarkan berbagai definisi pembelajaran menurut para ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah semua komponen yang terlibat dalam proses belajar yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Jika komponen sistem tersebut tidak berkonstribusi dengan baik dalam proses pembelajaran, pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang baik dan maksimal. Komponen-komponen pembelajaran yang dimaksud adalah: pengajar, pembelajar, kurikulum, materi belajar, dan lingkungan belajar.

2.3 Aktivitas Belajar

Menurut Winkel, (1993:48) Aktivitas belajar adalah : Segala kegiatan belajar. Siswa yang menghasilkan suatu perubahan khas yaitu hasil belajar akan tampak melalui prestasi yang akan dicapai.

Jenis-jenis aktivitas belajar menurut pendapat Sardiman A.M, (2005:24) dapat digolongkan antara lain:


(13)

12

1. Visual activities, misalnya : membaca, memperhatikan demosntrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, seperti : mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, pidato, diskusi, musik dan sebagainya.

4. Writing activities, seperti : menulis karangan, laporan, angket, menyalin pelajaran dan sebagainya.

5. Drawing activities, seperti : membuat grafik, menggambar, membuat diagram, membuat peta dan sebagainya.

6. Emosional activities, seperti : mempunyai minat, merasa bosan, gembira, sedih, dan sebagainya.

7. Mental activities, seperti : memecahkan masalah, mengingat, menaggapi, menganalisa, mengambil keputusan, melihat buhungan dan sebagainya.

8. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat bangun ruang/model, berkebun, beternak, membuat disain, dan sebagainya.

2.4 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya


(14)

13

dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah, (Sudjana, 2002:22).

Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetap dapat berupa perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan penalaran, kedisiplinan, keterampilan dan sebagainya yang menuju pada perubahan positif. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan lebih. Walaupun sebenarnya prestasi ini bersifat sesaat saja, tetapi sudah dapat dikatakan bahwa siswa tersebut benar-benar memiliki ilmu pada materi atau bahasan tertentu. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik.

Syah (2007:141) menyebutkan bahwa hasil dalam pembelajaran merupakan taraf keberprestasian siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh melalui tes terhadap siswa mengenai sejumlah pelajaran tertentu.


(15)

14

Menurut Arikunto (2007: 32) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya.

Pada proses pembelajaran, hasil pembelajaran dapat diartikan sebagai prestasi dari pembelajaran yang meliputi penguasaan, perubahan emosional, dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur dangan tes objektif maupun tes uraian. Dengan demikian, prestasi belajar bahasa Indonesia adalah prestasi belajar siswa pada test ulangan mata pelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan hasil adalah perubahan prilaku yang relatif permanen yang diperoleh melalui pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Dengan kata lain, prestasi pembelajaran bahasa Indonesia merupakan tingkat keberprestasian yang dicapai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari prestasi tes mengenai sejumlah materi tertentu yang telah diajarkan oleh guru. Hasil pembelajaran adalah kemampuan aktual yang diperoleh seseorang setelah mempelajari sejumlah mata pelajaran pada satu jenjang program pendidikan dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan suatu alat ukur tertentu, yaitu tes hasil belajar baik aspek kognitif maupun psikomotorik Sadiman, (2006:56).

2.5 Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis


(16)

15

melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1986:7). Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7). Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Ahmad S. Harjasujana (dalam Slameto, 2003:67). Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik

Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan, Jazir Burhan (dalam Slameto, 2003:67). Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting meaning from printed or written material”, memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Finochiaro and Bonomo (dalam Tarigan, 1986:8).

Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses


(17)

16

pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (Slameto, 2003:68).

2.5.1 Tujuan Membaca di Sekolah Dasar

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Farida Rahim, 2008:11). Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1986:9).

Tujuan membaca mencakup: 1. Kesenangan

2. Menyempurnakan membaca nyaring 3. Menggunakan strategi tertentu

4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya

6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan 7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang di peroleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan dan mempelajari tentang struktur teks

9. Menjawab pertanyaaan-pertanyaan spesifik


(18)

17

2.5.2 Teknik Belajar Membaca di Sekolah Dasar

Adapun teknik-teknik belajar membaca sebagai berikut : 1. Membaca tekhnik

2. Membaca dalam hati 3. Membaca pemahaman 4. Membaca indah 5. Membaca cepat 6. Membaca pustaka 7. Membaca bahasa

(Blanton, dkk dan Irwin dalam Farida Rahim, 2008: 11)

Agar hasil pembaca dapat terdapat serta maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan dalam proses membaca tersebut, oleh sebab itu guru-guru SD mempunyai peranan penting dalam bimbingan dan menyusun tujuan membaca agar siswa mampu menguasai kegiatan dalam proses membaca tersebut dengan baik.

2.6 Pengertian Membaca Pemahaman

Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman adalah pemahaman arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan Lado (dalam Nurhadi, 2003:22). Jadi, seseorang yang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut. Untuk dapat memahami isi suatu bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang


(19)

18

baik pula. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan ketrampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca adalah pemahaman bukan kecepatan (Tarigan, 1986:37). Membaca pemahaman didefinisikan pula sebagai salah satu macam membaca yang bertujuan memahami isi bacaan, Sujanto (dalam Nurhadi, 2003:22). Kemampuan membaca sangat kompleks dan bukan hanya kemampuan teknik membacanya saja tetapi juga kemampuan dalam pemahaman san interpretasi isi bacaan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik simpulan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut.

2.6.1 Aspek-aspek Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Agar seseorang mampu mencapai suatu tingkat pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang cukup panjang. Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman. Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c)


(20)

19

evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Broughton [et al] (dalam Tarigan, 1986:12). Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi ia juga harus mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.

2.6.2 Tujuan Membaca Pemahaman

Apabila kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita mampunyai tujuan tertentu yang hendak kita capai. Demikian halnya di dalam membaca pemahaman juga mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (Tarigan, 1986:36). Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa tujuan membaca pemahaman mencakup beberapa hal. Jelasnya membaca pemahaman diperlukan bila kita ingin mempelajari dan memahami masalah yang kita baca sampai pada hal-hal yang sangat detail.

2.6.3 Tingkatan Membaca Pemahaman

Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie (dalam


(21)

20

Hairuddin, dkk, 2007). Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:

a) Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi.

b) Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.

c) Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.

d) Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi


(22)

21

dan estetis teks terhadap pembaca. Dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis. Hafni (dalam Hairuddin, dkk, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menekankan pada membaca pemahaman dalam tingkatannya sebagai pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang disampaikan dan disebutkan penulis di dalam bahan bacaan.

2.6.4 Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman

Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim (2008 : 3-4), mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca sebagai berikut:

a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c) Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa. d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan

aktif dalam proses membaca.

e) Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.

g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.


(23)

22

i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman (Laughlin dan Allen dalam Farida Rahim, 2008:3-4).

2.6.5 Langkah-langkah Membaca Pemahaman

Di dalam memahami bahan bacaan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu:

(1) menentukan tujuan membaca;

(2) preview artinya membaca selayang pandang;

(3) membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragrafnya; (4) mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan

kata-kata sendiri (Suyatno, 2010: 45).

Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap ide-ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok yang lain serta secara keseluruhannya, selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide diluar bahan bacaan. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa aktivitas seperti, mengamati, memahami ide, curahan jiwa, dan aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bahan bacaan.


(24)

23

2.7 Media

2.7.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’atau ’pengantar’ Sadiman, (2006: 6). Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektrolis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002: 3) menyatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006: 6) secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu alat atau sarana yang berfungsi sebagai perantara atau saluran, atau jembatan dalam kegiatan komunikasi antar komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk menyampaikan informasi dalam situasi belajar mengajar.

Menurut Suprihatiningsih (1998:13) dalam proses belajar mengajar penggunaan alat peraga yang bervariasi akan memberikan kebermaknaan bagi siswa yang belajar. Karena siswa dapat langsung melihat benda aslinya. Alat peraga dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa senang pada diri siswa sehingga siswa terdorong untuk mengikuti pelajaran. Ada 2 jenis peragaan yang dilakukan oleh guru, yaitu : peragaan langsung dan peragaan tidak langsung. Peragaan langsung, guru memperlihatkan benda aslinya dan peragaan tidak langsung, guru hanya memperlihatkan benda-benda tiruan seperti gambar, foto, film, patung dan sebagainya.


(25)

24

Kegunaan alat bantu mengajar menurut Sriyono, (dalam Suprihatiningsih, 1998: 8) :

1. Menjadikan pelajaran lebih baik 2. Menghemat waktu belajar 3. Memantapkan hasil belajar

4. Membantu siswa-siswa yang ketinggalan 5. Membangkitkan minat dan perhatian anak

6. Membantu mengatasi kesulitan dan menjelaskan hal-hal yang sulit dalam pembelajaran

7. Menjadikan pelajaran lebih konkrit

8. Menjadikan siswa pengajaran hidup, baik, menarik, dan menyenangkan

9. Mendorong anak gemar membaca, menelaah, dan berkarya

10. Bila guru tepat menggunakan alat peraga, maka akan terbentuklah kebiasaan berfikir dan menganalisa secara teliti atau tepat pada anak. 11. Melatih dan mendidik anak cermat mengamati dan meneliti sesuatu

2.7.2 Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran unsur yang sangat penting adalah pemilihan metode dan media pembelajaran. Pemilihan metode akan mempengaruhi jenis media yang sesuai dengan metode tersebut. Menurut Angkowo dan Kosasih (2007: 27) salah satu kegunaan media pembelajaran adalah sebagai alat bantu pembelajaran, yang ikut mempengaruhi situasi, kondisi, dan lingkungan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diciptakan oleh guru.

Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2002: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media


(26)

25

pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar serta dapat meningkatkan pengetahuan pada diri siswa.

Selain itu pemanfaatan media yang tepat dapat mengurangi sifat pasif pada diri siswa. Sebelum media pembelajaran digunakan seorang guru harus melakukan perencanaan untuk pembuatan media, agar apa yang dibuatnya sesuai dengan tujuan pengajaran dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh siswa. Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pembelajar sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

Ada empat pola guru dalam pembelajaran yaitu: 1. guru sebagai pengendali siswa;

2. guru mengggunakan alat peraga dalam pembelajaran;

3. guru sebagai sumber bersama dengan sumber lainnya dalam pembelajaran;

4. guru melakukan pembelajaran dari sumber bukan manusia atau guru bermedia


(27)

26

Media dan alat peraga memiliki perbedaan yaitu sebagaimana digambarkan dalam diagram berikut :

Gambar 2.1: Model Pembelajaran yang dilakukan oleh guru, Sudjana, (1991:13)

2.7.3 Karakteristik Media Pembelajaran

Karakteristik media berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokannya. Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan rangsangan indera, misalnya indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman Sadiman, dkk., (2006: 27). Tiap-tiap media mempunyai karakteristik yang perlu di pahami oleh pemakainya. Pengenalan jenis media dan karakteristik merupakan salah satu faktor dalam penentuan atau pemilihan media. Dalam pemilihan media, orang perlu memperhatikan tiga hal, yaitu kejelasan maksud dan tujuan pemilihan tersebut, sifat dan ciri-ciri media yang akan di pilih, dan

Guru Ber- Media Media

Alat Peraga Guru Kelas

SISWA Guru Kelas


(28)

27

adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif-alternatif pemecahan yang di tuntut oleh tujuan Angkowo dan Kosasih, (2007: 11). Karakteristik media pembelajaran hendaknya perlu memperhatikan media yang dipilih sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampuan pengetahuan serta menarik perhatian siswa. Manfaat media pendidikan dapat tercapai bagi siswa maupun guru. Apabila media yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan materi, strategi dan model pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu memilih media yang sesuai.

2.7.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat berupa media alamiah dan media buatan. Media alamiah adalah media pembelajaran langsung, misalnya yang berupa lingkungan, keluarga, pasar, alam, lingkungan sekitar dan sebagainya. Sedangkan media buatan adalah media yang dibuat oleh guru, percetakan, pabrik, dan lain-lain. Contoh media buatan adalah surat kabar, majalah, media elektronik dan komputer Sadiman, (2006: 27).

Menurut Heinich, dkk dalam Angkowo dan Kosasih, (2007: 12) jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran sebagai berikut: a. Media grafis merupakan media visual yang berfungsi untuk

menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Contohnya yaitu gambar, foto, grafik, bagan diagram, poster, kartun dan komik. Media


(29)

28

grafis sering juga disebut dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sedangkan media tiga dimensi (mempunyai ruang) yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama.

b. Media audio yang berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan di sampaikan dituang ke dalam lambang-lambang audiktif, baik verbal (kata-kata atau bahasa lisan) maupun nonverbal. Media audio meliputi radio, alat perekam pita magnetik (tape recorder), piringan hitam dan laboratorium bahasa.

c. Media proyeksi mempunyai kesamaan dengan media grafis dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual. contohnya seperti slide, film strip, film, dan LCD.

d. Lingkungan sebagai media pembelajaran.

2.8 Pengertian Media Gambar

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Angkowo dan Kosasih, 2007: 26) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara kuat dan jelas melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dengan gambar-gambar. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatan dan ditinjau dari pembiayaan termasuk media yang murah harganya.

Bagaimana gambar yang baik sebagai media pendidikan itu? Tentu saja adalah gambar yang cocok dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, ada


(30)

29

6 (enam) syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pendidikan.

1. Autentik

Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sekitarnya.

2. Sederhana.

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin – poin pokok dalam gambar.

3. Ukuran Relatif.

Gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda / objek yang belum dikenal atau pernah dilihat anak maka sulitlah membayangkan berapa besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak – anak sehingga dapat membantunya membayangkan berapa besarkah benda tersebut.

4. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukan objek dalam keadaan diam, tapi memperlihatkan aktifitas tertentu.

5. Gambar yang bagus dilihat dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

Sehubungan dengan hal tersebut gambar berseri adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, urutan suatu peristiwa, benda-benda, tempat, dan sebagainya.


(31)

30

Tujuan utama penggunaan gambar berseri yaitu agar si pembaca dapat mengambil hasil dari urutan gambar yang dilihat. Gambar berseri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang menunjukkan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan lainnya tidak menunjukkan kesinambungan Tizen (dalam Warsito, 2009: 2).

Gambar berseri dapat disebut sebagai penuntun atau membantu siswa dalam mengembangkan daya imajinasi untuk menjalin hubungan antara kejadian satu dengan kejadian yang lain dan saling berhubungan antar gambar satu dengan gambar yang lain sehingga siswa dapat merangkai sebuah cerita. Selain itu penggunaan gambar berseri dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa, sehingga siswa dapat lebih senang belajar dan pada akhirnya dapat memberikan hasil yang baik. Gambar akan menarik imajinasi dan siswa dapat menuangkan kedalam sebuah kalimat atau karangan sehingga minat siswa terdorong untuk menuliskan kedalam sebuah karangan. Berdasarkan uraian di atas, maka gambar berseri digunakan untuk melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SD N 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(32)

31

2.8.1 Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Menurut Sadiman (2006: 29) kelebihan dan kekurangan media gambar adalah:

Kelebihan media gambar :

1) Sifatnya konkrit : lebih realistis menunjukkan pokok masalah yang dibandingkan dengan gambar verbal semata

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu 3) Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

4) Dapat memperjelas suatu masalah kesalah pahaman dalam bidang apa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan keslah pahaman 5) Murah harganya dan gampang di dapat serta digunakan, tanpa

memerlukan peralatan khusus

Kekurangan media gambar :

1) Hanya menekankan persepsi indra mata

2) Gambar benda yang terlaku kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran

3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

4) Memerlukan keterbatasan sumber dan ketrampilan kejelian untuk dapat memanfaatkannya.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat di beberapa kelebihan media gambar antara lain :

1. Sifatnya konkrit, Maksudnya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda/ peristiwa dapat dibawa kedalam kelas, dan tidak selalu bisa anak – anak dibawa keobjek / peristiwa tersebut. Media gambar dapat mengatasi masalah tersebut.


(33)

32

3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sela atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan – kelebihan tersebut, gambar mempunyai kelemahan, beberapa kelemahan tersebut adalah :

1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata

2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas kelompok besar.

2.8.2 Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar di Sekolah Dasar a. Tahap persiapan sebelum menggunakan media

Supaya penggunaan media dapat berjalan dengan baik perlu dibuat persiapan yang baik pula. Pertama-tama perlu dipelajari buku petunjuk yang telah disediakan. Kemudian ikuti petunjuk-petunjuk itu. Bila pada petunjuk disarankan untuk membaca buku atau bahan belajar lain yang se-suai dengan tujuan yang akan dicapai, seyogyanya hal tersebut dilakukan, karena akan memudahkan dalam belajar dengan media itu.


(34)

33

Peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media juga perlu disiapkan sebelumnya. Dengan demikian pada saat menggunakan nanti tidak akan diganggu dengan hal-hal yang mengurangi kelancaran penggunaan media itu. Bila media digunakan secara berkelompok sebaiknya tujuan yang akan dicapai dibicarakan dahulu dengan semua anggota kelompok, hal itu penting supaya perhatian dan fikiran terarah ke hal yang sama. Peralatan media perlu ditempatkan dengan baik sehingga dapat terlihat dengan jelas. Lebih-lebih bila media digunakan secara berkelompok sedapat mungkin semua anggota kelompok dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam mendengarkan dan atau melihat program media itu.

b. Tahap kegiatan selama menggunakan media

Yang perlu dijaga selama menggunakan media ialah suasana ketenangan, gangguan-gangguan terhadap perhatian dan konsentrasi harus dihindarkan. Kalau mungkin ruangan jangan digelapkan sama sekali, supaya masih dapat menulis bila menjumpai hal-hal penting yang perlu diingat-ingat, atau menulis pertanyaan bila ada bagian yang tidak jelas atau sulit difahami. Jika menulis, membuat gambar atau membuat catatan singkat, usahakan tidak mengganggu konsentrasi. Jangan sampai perhatian terlalu banyak tercurah pada apa yang ditulis sehingga tidak dapat memperhatikan sajian media yang sedang berjalan. Bila media digunakan secara berkelompok harus dijaga benar-benar supaya tidak ada pembicaraan, karena akan mengganggu teman. Ada kemungkinan selama sajian media berjalan diminta melakukan sesuatu, misalnya menunjuk gambar, membuat garis,


(35)

34

menyusun sesuatu, menjawab pertanyaan, dan sebagainya, perintah-perin-tah itu sebaiknya dijalankan dengan tenang, jangan sampai mengganggu teman lain.

c. Tahap kegiatan tindak lanjut

Kegiatan ini untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan untuk memantapkan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang disampaikan melalui media bersangkutan. Untuk itu soal tes yang disediakan perlu di kerjakan dengan segera sebelum lupa isi program media itu. Kemudian cocokkan jawaban itu dengan kunci yang disediakan. Bila masih banyak berbuat kesalahan, sebaiknya diulangi lagi sajian program media bersangkutan. Bila belajar secara berkelompok perlu mengadakan diskusi kelompok untuk membicarakan jawaban soal tes atau untuk membicarakan hal-hal yang kurang jelas atau sulit difahami.

Ada kemungkinan dianjurkan melakukan tindak lanjut lain, misalnya melakukan percobaan, melakukan observasi, menyusun sesuatu dan sebagainya. Bila hal tersebut dapat dilakukan sebaiknya petunjuk itu diikuti dengan baik.

2.9 Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Pemahaman Dengan Media Gambar di Sekolah Dasar

2.9.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini observer menyusun rancangan pembelajaran dan menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar


(36)

35

kelompok, mempersiapkan model, merancang alat penelitian yang akan diterapkan sebagai tindakan dalam siklus I, antara lain sebagai berikut: 1) Menganalisis silabus/Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan metode

penggunaan media gambar.

3) Merancang metode pembelajaran dengan media gambar.

4) Mendiskusikan penerapan metode pembelajaran dengan media gambar. 5) Menyiapkan instrumen (pedoman, observasi, tes akhir).

6) Menyusun kelompok belajar peserta didik. 7) Menyusun kelompok belajar.

Karakteristik media gambar yang baik dalam belajar menurut Sudjana (2002:12) adalah sebagai berikut:

a. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.

b. Ilustrasi gambar merupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.

c. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi teks yang menyertainya.

d. Dalam booklet, pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau satu halaman penuh bergambar, disertai beberapa petunjuk yang jelas.


(37)

36

e. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat para siswa menjadi efektif.

f. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat, dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan dibagian sebelah kiriatas media gambar.

Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan aktivitas membaca siswa, utamanya siswa sekolah dasar karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata melalui gambar. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan murid untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran tersebut, artinya bahwa pembelajaran yang di laksanakan dalam pembelajaran tersebut adalah mengarahkan peserta didik kepada pencapaian suatu kompetensi. Oleh karna itu, setiap pembelajaran dimana dan kapan pun berlangsung, maka tergambar keaktifan siswa/peserta didik untuk mencapai kompetensi tersebut. Pentingnya aktivitas belajar murid dalam proses belajar mengajar sehingga akan meningkatkan aktivitas membaca siswa yang pada akhirnya juga meningkatkan hasil belajar siswa.

2.9.2 Pelaksanaan A. Kegiatan Awal:


(38)

37

2) Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini.

B. Kegiatan Inti:

1) Peserta didik mencari informasi tentang faktor-faktor penghambat pemahaman membaca gambar dan teknik membaca gambar di perpustakaan agar tumbuh kebiasaan gemar membaca dan rasa ingin tahu (eksplorasi)

2) Peserta didik menyampaikan temuannya di depan kelas secara bergantian dengan berani (konfirmasi).

3) Peserta didik memahami membaca gambar permulaan.

4) Peserta didik dengan jujur mengukur pemahaman membaca gambar temannya secara bergantian. (elaborasi)

5) Peserta didik menganalisis penyebab kurangnya pemahaman dalam membacanya dengan media gambar dengan teliti. (elaborasi)

6) Peseta didik memperbaiki kelemahan membaca dengan memahami gambar secara sungguh-sungguh. (elaborasi)

C. Kegiatan Akhir:

Peserta didik dipandu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (konfirmasi)


(39)

38

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis PTK sebagai berikut; Jika dalam pembelajaran membaca pemahaman menggunakan media gambar dengan memperhatikan prosedur secara tepat, maka aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran akan meningkat.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode dan rancangan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazimnya dikenal dengan classroom action research (penelitian tindakan kelas). Menurut Arikunto (2006: 58) menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas adalah gabungan definisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan + Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Subject penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013 yang berjumlah 27 siswa.

3.2.1 Subject Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SD Negeri 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.


(41)

40

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari s/d Maret 2013, mulai dari siklus I dan II pada tahun ajaran 2012/2013.

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).. Penelitian ini menggunakan model penelitian Hopkins yang dikutip Arikunto (2007:72). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Prosedur penelitian dilaksanakan melalui proses pengkajian berbaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) merencanakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Warhani, 2007: 28)

Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa (1) analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip ”daur ulang”; (2) menuntut kajian dan tindakan secara reflektif, kolaboratif, dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran.


(42)

41

Empat kegiatan utama pada setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.2 Hopkins (dalam Arikunto, 2006:105)

Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama dari empat kegiatan, kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya apa bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau menguatkan hasil.

Merencanakan 1) Skenario

pembelajaran 2) Menyiapkan sarana

dan prasarana pembelajaran. 3) Menyusun RPP 4) Menyiapkan

Instrumen

pengumpulam data

Melakukan tindakan 1) Melakukan

pelaksanaan tindakan penelitian

Observasi 1) Mengamati dan

menginterprestasi Merefleksi

1). Melakukan perbaikan dalam pembelajaran Merencanakan selanjutnya Melakukan Tindakan II Identifikasi awal

1) Masalah dalam pembelajaran, 2) Menganalisis Masalah 3) Merumuskan masalah. Dst


(43)

42

3.4 Penjelasan Urutan Tindakan Penelitian

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran. Adapun urutan kegiatannya sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan

Menyusun rancangan pembelajaran dan menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat belajar kelompok,mempersiapkan model, merancang alat penelitian yang akan diterapkan sebagai tindakan dalam siklus I, antara lain sebagai berikut: 1) Menganalisis silabus/Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode dengan media gambar. 3) Merancang metode pembelajaran dengan media gambar. 4) Mendiskusikan penerapan metode pembelajaran dengan media gambar. 5) Menyiapkan instrumen (angket, pedoman, observasi, tes akhir). 6) Menyusun kelompok belajar peserta didik. 7) Merencanakan tugas kelompok.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran. Adapun urutan kegiatannya sebagai berikut:

a) Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu memberikan motivasi dan apersepsi.


(44)

43

c) Didalam kelompok siswa belajar sesuatu yang baru dengan cara berkerja sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya.

d) Guru menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode dengan media gambar.

e) Melakukan kegiatan refleksi pada akhir kegiatan.

f) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siswa.

3. Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa, yang meliputi kegiatan yang dilakukan siswa dengan guru selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan alat peraga gambar berseri, dan meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1) Melakukan diskusi dengan guru kelas dan kepala sekolah untuk rencana observasi. 2) Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode pembelajaran dengan media gambar yang dilakukan guru di kelas. 3) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode dengan media gambar. 4) Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.


(45)

44

4. Tahap Refleksi

Refleksi adalah kegitan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan menganalisa hasil belajar dan pengamatan, serta menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, yang sebagai dasar perbaikan siklus selanjutnya.

1) Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi. 2) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan metode

pembelajaran dengan media gambar dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.

3) Melakukan refleksi terhadap penerapan metode pembelajaran dengan media gambar.

4) Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

5) Melakukan refleksi terhadap hasil peserta didik.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik intrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti sendiri yang memiliki syarat, kemampuan mengumpulkan, menyeleksi, menilai, menyimpulkan, dan menentukan data.


(46)

45

a) Observasi

Teknik ini dipakai untuk mencari data tentang kondisi awal siswa dan keefektifan pelaksanaan tindakan.

b) Tes

Tes digunakan untuk mengetahui kondisi akhir secara riil pada kelas yang menjadi subjek penelitian

c) Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kondisi awal yang riil pada subjek penelitian.

3.6 Alat Pengumpulan Data

1. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media gambar berseri.

2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diajarkan menggunakan media gambar berseri.


(47)

46

3. Kuisioner, digunakan untuk menjaring data mengenai pendapat siswa dan guru mengenai penerapan media gambar yang dilakukan setelah berakhirnya keseluruhan pelaksanaan program tindakan.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data rentang kinerja guru, aktivitas belajar peserta didik, pola interaksi tentang penggunaan media gambar berseri dalam pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung aktivitas siswa yang sesuai dengan indikator dicatat dalam lembar observasi. Setelah dilakukan pengamatan kemudian dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan setiap siswa, selanjutnya data yang diperoleh dipersentasikan.

a. Penilaian aktivitas belajar siswa

Nilai siswa diperoleh dengan persamaan:

Keterangan :

NS = Nilai skor yang dicari atau diharapkan SP = Skor mentah yang diperloleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

Skor Perolehan (SP) NS = X 100 Skor Maksimal (SM)


(48)

47

Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa dan aktivitas Guru dalam (%)

Klasifikasi aktivitas siswa ditentukan sebagai berikut:

No Interval Nilai (%) Tingkat Kemampuan 1 80,01 % - 100 % Sangat Tinggi (ST)

2 60,01 % – 80,00 % Tinggi (T)

3 40,01 % – 60,00 % Sedang (S)

4 20,01 % – 40,00 % Rendah (R)

5 0,00 % - 20,00 % Sangat Rendah (SR) (Sumber: adopsi dari Purwanto, 2008: 102)

b. Penilaian ketuntasan belajar

Dalam penelitian ini terdapat dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara individu dan klasikal. Ketuntasan belajar individual didapat dari KKM mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa dinyatakan tuntas dalam belajarnya jika telah mendapatkan nilai 63,00, sedangkan di bawah 63,00 dinyatakan belum tuntas. Ketuntasan belajar secara klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar menyeluruh.

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal menggunakan persamaan:

Keterangan :

NP = Nilai persentase yang dicari atau diharapkan ST = Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar

SS = Jumlah seluruh siswa dalam satu kelas Sumber: (Mulyasa, 2002:102)

∑ Siswa Tuntas (ST)

NP = X 100% ∑ Seluruh Siswa (SS)


(49)

48

3.8. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan ketuntasan nilai siswa setiap siklusnya dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV di SD Negeri 3 Karang Anyar adalah 63. Seorang siswa dianggap tuntas belajar jika siswa tersebut telah mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 63, suatu kelas dianggap tuntas belajar jika minimal 75% dari jumlah siswa telah tuntas belajar dengan KKM 63.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembangan pembelajaran dalam upaya peningkatan aktivitas dan prestasi hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran berupa teks pengumuman pada siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran semester 2 dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh dalam penggunaan media gambar teks pengumuman terhadap prestasi hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Besarnya pengaruh alat peraga teks pengumuman adalah sebagai berikut: Prestasi hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari 62,96 menjadi 66,22 pada siklus I ke pertemuan kedua dan siklus II pertemuan pertama ke siklus II pertemuan kedua naik dari 73,19 menjadi 77,04 pada rata-rata setiap kelasnya.


(51)

71 3. Ada pengaruh dalam penggunaan media gambar teks pengumuman

terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

4. Besarnya pengaruh media gambar teks pengumuman adalah sebagai berikut:

Aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan dari 52,96% menjadi 53,89% pada siklus I pertemuan pertama ke pertemuan kedua dan siklus II pertemuan pertama ke siklus II pertemuan kedua naik dari 73,33 menjadi 77,04 pada rata-rata setiap kelasnya.

5. Besarnya peningkatan aktivitas guru adalah sebagai berikut:

Aktivitas guru mengalami peningkatan dari 75,76% yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II naik menjadi 88,64%.

5.2 Saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya, dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya kelas IV, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

A. Untuk Guru

1. Untuk dapat mengatasi masalah rendahnya minat baca siswa hendaknya guru dapat membangkitkan minat baca siswa melalui berbagai metode pembelajaran, diantaranya penggunaan media pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk lebih ingin mengetahui


(52)

72 apa yang menjadi materi ajar dan memahami apa yang dibaca oleh siswa di dalam proses belajar mengajar.

2. Agar dapat menguasai proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan media alat peraga melalui rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya.

3. Menciptakan suasana pemebalajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) secara berkesinambungan agar dapat meningatkan prestasi hasil belajar siswa.

B. Untuk Sekolah

Untuk dapat membantu kesulitan yang dialami guru-guru dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman sekolah dalam proses belajar mengajar.

C. Untuk Siswa

Agar dapat lebih gemar dan senang dalam membaca dan memahami apa yang dibacanya.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Angkowo, Robertus. Kosasih A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Karya Aksara.

Depdikbud. (1995). Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Universitas Terbuka

Farida Rahim . 2008. An Enhanced Genetic Approach to Composing Cooperative Learning Group For Criteria Educational Technologi & Society. 11 (1), 148-167.

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. (Analisis Metode SAS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Hamalik, Oemar (1994), Media Pendidikan, Bandung : Citra Aditya Bakri. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Rosda. Bandung.

Nasution, S. (2006). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual (CTL). Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta : Dikjen Dikti Depdikbud Sadiman S. Arif, dkk, (2006). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


(54)

Sardiman, A.M, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful, (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT

Rineka Cipta

Sudjana, Nana, (1991). Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. Nana, (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sundoro, Nenden, dkk, (2006). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajaranya. Bandung: Upi Press.

Suprihatiningsih. 1998.Penggunaan Alat Peragaan dan LKS Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Persegi Panjang dan Persegi. Skrisi UNILA. Lampung.

Suwarjo. (2008). Pembelajaran Kooperatif Dalam Apresiasi Prosa Fiksi (Kajian Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya). Malang: Surya Pena Gemilang.

Suyatno (2010), Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syaifuddin, Mohammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

Bandung: Jurusan MIPA UPI

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.

Wardhani, IGAK. dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, S. Udin. dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkle, WS. 1993. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. Gramedia.


(55)

Warsito. (2009). Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD. Http://Whasit.blogspot.com/2009/05/contoh-karya-ilmiah.html


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan, refleksi atas pengembangan pembelajaran dalam upaya peningkatan aktivitas dan prestasi hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran berupa teks pengumuman pada siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran semester 2 dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh dalam penggunaan media gambar teks pengumuman terhadap prestasi hasil belajar siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

2. Besarnya pengaruh alat peraga teks pengumuman adalah sebagai berikut: Prestasi hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari 62,96 menjadi 66,22 pada siklus I ke pertemuan kedua dan siklus II pertemuan pertama ke siklus II pertemuan kedua naik dari 73,19 menjadi 77,04 pada rata-rata setiap kelasnya.


(2)

71 3. Ada pengaruh dalam penggunaan media gambar teks pengumuman

terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 3 Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

4. Besarnya pengaruh media gambar teks pengumuman adalah sebagai berikut:

Aktivitas belajar siswa mengalami kenaikan dari 52,96% menjadi 53,89% pada siklus I pertemuan pertama ke pertemuan kedua dan siklus II pertemuan pertama ke siklus II pertemuan kedua naik dari 73,33 menjadi 77,04 pada rata-rata setiap kelasnya.

5. Besarnya peningkatan aktivitas guru adalah sebagai berikut:

Aktivitas guru mengalami peningkatan dari 75,76% yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II naik menjadi 88,64%.

5.2 Saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya, dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya kelas IV, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

A. Untuk Guru

1. Untuk dapat mengatasi masalah rendahnya minat baca siswa hendaknya guru dapat membangkitkan minat baca siswa melalui berbagai metode pembelajaran, diantaranya penggunaan media pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk lebih ingin mengetahui


(3)

72 apa yang menjadi materi ajar dan memahami apa yang dibaca oleh siswa di dalam proses belajar mengajar.

2. Agar dapat menguasai proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan media alat peraga melalui rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya.

3. Menciptakan suasana pemebalajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) secara berkesinambungan agar dapat meningatkan prestasi hasil belajar siswa.

B. Untuk Sekolah

Untuk dapat membantu kesulitan yang dialami guru-guru dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dijadikan sebagai pedoman sekolah dalam proses belajar mengajar.

C. Untuk Siswa

Agar dapat lebih gemar dan senang dalam membaca dan memahami apa yang dibacanya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Angkowo, Robertus. Kosasih A. (2007). Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.

Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. CV. Yrama Widya. Bandung

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Karya Aksara.

Depdikbud. (1995). Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Universitas Terbuka

Farida Rahim . 2008. An Enhanced Genetic Approach to Composing Cooperative

Learning Group For Criteria Educational Technologi & Society. 11 (1),

148-167.

Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

(Analisis Metode SAS). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi

Hamalik, Oemar (1994), Media Pendidikan, Bandung : Citra Aditya Bakri. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Rosda. Bandung.

Nasution, S. (2006). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual (CTL). Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta. Rahadi, Aristo. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta : Dikjen Dikti Depdikbud Sadiman S. Arif, dkk, (2006). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


(5)

Sardiman, A.M, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sagala, Syaiful, (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana, (1991). Model Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. Nana, (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sundoro, Nenden, dkk, (2006). Membaca dan Menulis di SD Teori dan

Pengajaranya. Bandung: Upi Press.

Suprihatiningsih. 1998.Penggunaan Alat Peragaan dan LKS Untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa Tentang Konsep Persegi Panjang dan Persegi. Skrisi

UNILA. Lampung.

Suwarjo. (2008). Pembelajaran Kooperatif Dalam Apresiasi Prosa Fiksi (Kajian

Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya). Malang: Surya Pena

Gemilang.

Suyatno (2010), Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC

Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syaifuddin, Mohammad, dkk. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa UPI. 2001. Common Text Book Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,

Bandung: Jurusan MIPA UPI

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.

Wardhani, IGAK. dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winataputra, S. Udin. dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Winkle, WS. 1993. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta. Gramedia.


(6)

Warsito. (2009). Penggunaan Media Gambar Berseri Untuk Meningkatkan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas V SD.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV A SD NEGERI 3 METRO PUSAT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 103

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SERDANG KECAMATAN TANJUNGBINTANG

0 21 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KURUNGAN NYAWA GEDONG TATAAN

0 7 48

PENGGUNAAN “ METODE DISKUSI “ UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV MI DINIYYAH PUTRI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 33 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS IV SDN 1 PADANGRATU KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 51

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR N EGERI 3 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 69

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION SISWA KELAS VI SD NEGERI 3 GEDONG TATAAN KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

0 7 102

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU SOAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUKADADI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 66

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 10 55