PENERAPAN VARIASI ONGOING ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning)

(1)

Istika Sandra Sari

ABSTRAK

PENERAPAN VARIASI ONGOING ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning)

Oleh : Istika Sandra Sari

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan keterampilanmetakognisi dan hasil belajar fisika siswa. Sebelum penelitian, dilakukan wawancara terhadap siswa, kemudian ditinjaklanjuti dengan menggunakan instrumen yang telah valid dan reliabel untuk mengetahui keterampilan metakognisi siswa.

Penelitian telah dilakukan dalam beberapa siklus hingga diperoleh peningkatan hasil belajar siswa sesuai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang diharapkan. Maka, setelah penelitian diperoleh data peningkatan keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa setiap siklusnya, yaitu pada Siklus I, II dan III berturut-turut adalah sebesar 3.61, 3.58dan 3.81 dengan kategori “Baik”.Pada aspek kognitif terjadi peningkatan yang sangat baik setiap siklusnya, yaitu berturut-turut sebesar64.95,73.29 dan75.42 dengan kategori “tuntas”. Pada aspek psikomotor


(2)

Istika Sandra Sari hasil belajar siswa juga menunjukkan adanya peningkatan meskipun hasilnya tidak begitu besar, yaitu 70.29,71.29 dan 72.00. Sedangkan pada hasil belajar aspek afektif juga terjadi peningkatan setiap siklusnya, yaitu pada Siklus I yang mendapat nilai A dengan kategori “Sangat Baik” sebanyak 5 siswa, pada Siklus II meningkat menjadi 8 siswa dan pada Siklus III sebanyak 10 siswa sehingga menjadi 18 siswa.

Kata kunci: keterampilan metakognisi,ongoing assessment, penelitian tindakan kelas.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sayit Amin dan Ibu Ngatmini, tanah kelahiran di desa Bhakti Negara Baradatu pada 27 Januari 1989.

Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Pertiwi Bhakti Negara pada tahun 1995, Sekolah dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 2 Bhakti Negara tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 1 Baradatu pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning dan diselesaikan pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Sosok berkacamata minus ini tidak menyia-nyiakan kesempatan selama menjadi mahasiswa dengan aktif terlibat dalam beberapa organisasi kemahasiswaan baik tingkat fakultas,

universitas maupun eksternal kampus seperti UKMF FPPI (Forum Pengkajian dan Pembinaan Islam), HIMASAKTA (Himpunan Mahasiswa Eksakta), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FKIP, UKMU BIROHMAH (Bina Ronahi Islam

Mahasiswa) Unila, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia), dan berbagai organisasi/komunitas lainnya.


(8)

MOTO

“Dan sesungguhnya, Allah benar-benar akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya”

(Qs. Al Hajj: 40)

“Hidup terbaik hari ini untuk memberi sebanyak-banyaknya kebermanfaatan. Tak lengah belajar, bekerja serta memperbaiki diri

meski dalam hening dan senyap.

Karena sebaik-baik prestasi adalah prestasi di hadapan Allah.” (Istika Sandra Sari)


(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Orang tua dan adik-adikku tercinta

2. Teman-teman perjuangan Pendidikan Fisika Unila 3. Almamater tercinta


(10)

SANWACANA

Atas rahmat Allah SWT perjuangan panjang menuntaskan amanah studi di Universitas Lampung lengkap dengan penyelesaian tugas akhir yaitu skripsi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Hari-hari belajar mencerap ilmu di kampus memberikan banyak pelajaran berharga untuk mendidik akal dan hati menjadi pribadi yang lebih bermakna dalam hidup.

Penulis menyadari tahap demi tahapan hingga sampai pada selesainya skripsi ini tidaklah terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta para pembantu Dekan FKIP yang telah memberikan izin penelitian.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng. M.Sc., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu dan tak bosan membimbing, memberikan dorongan, arahan dan motivasi.

5. Bapak Dr. Undang Rosidin, M. Pd., selaku Pembimbing II yang memberikan bimbingan, arahan, dukungan dan motivasinya.


(11)

6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembahas, terima kasih atas masukan dan motivasi yang diberikan.

7. Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Fisika, terima kasih atas ilmu yang telah diajarkan, salam takzim agar ilmu yang didapat menjadi berkah dan menghantarkan banyak kebermanfaatan.

8. Ibu Dra. Mastini, selaku Kepala SMA Negeri 1 Bukit Kemuning yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Nia Hafudhah, S.Pd., selaku guru fisika di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning yang telah banyak membantu.

10.Siswa-siswi serta adik kelas di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning, khususnya kelas XI IPA 1 selaku objek penelitian.

11. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Mamak yang tak henti memberikan do’a, motivasi, kasih sayangnya dan kesemuanya yang tidak mungkin bisa dibalas dan disebutkan satu persatu oleh penulis.

12.Kedua adik tersayang, Dony Febriansyah dan Wahyu Widya Wati atas do’a, motivasi, kasih sayang dan keceriaan yang diberikan.

13.Penghuni Asrama Andika, yang menjadi keluarga baru selama merantau yang telah banyak memberikan kenangan berharga, doa, penyemangat dan bersedia untuk direpotkan.

14.Murobbiah/guru mengaji selama tinggal di Bandar Lampung, terima kasih atas ilmu, motivasi dan pembinaan yang terus menerus diberikan.

15.Teman-teman dan adik-adik P.FIBER (Pendidikan Fisika Bersatu) yang mengisi kebersamaan, memberikan bantuan serta dorongan.


(12)

16.Teman-teman dalam lingkaran cinta yang tak bisa disebutkan satu per satu yang bersedia menjadi saudara dan mengajarkan kebersamaan, mengingatkan, dan membingkiskan doa terbaik.

17.Sahabat Perjuangan, Pimpinan FPPI atas doa, motivasi dan pelajaran ukhuwah yang mendewasakan.

18.Sahabat Perjuangan, Birohmah, Puskomnas FSLDK Indonesia, Tim Formasi dan Adik-adik Keluarga Muda 2010 yang memberi ruang tersendiri di hati dalam menjadi mahasiswa yang lebih berarti.

19.Sahabat Perjuangan, KAMMI Komisariat Keguruan-Unila, KAMDA dan KAMMI Lampung, telah memberi kepercayaan untuk mengkader pribadi yang tak hanya hidup untuk dirinya sendiri.

20.Teman-teman Relawan GEMABI dan SANTIKA Chapter Lampung, atas doa, semangat dan dukungannya.

21.Komunitas baruku, Garda Muda Way Kanan yang menjadi letupan semangat tersendiri dalam menggagas ide-ide untuk tanah kelahiran. Semoga ilmu ini menjadi bekalan mulang tiyuh, bangun desa.

Demikianlah sekelumit yang bisa disampaikan, penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan maupun kekeliruan.

Bandar Lampung, Juni 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Variasi Ongoing Assesment ... 7

2.1.2 Kemampuan Metakognisi ... 11

2.1.3 Hasil Belajar ... 14

2.2 Kerangka Pikir ... 14

2.3 Hipotesis ... 15

III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 16

3.2 Desain Penelitian ... 16

3.3 Langkah Penelitian ... 17

3.4 Data dan Metode Pengambilan Data ... 19

3.5 Metode Analisis Data ... 24


(14)

xiii IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 29

4.2.1 Uji Validitas ... 29

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 30

4.2 Hasil Penelitian ... 31

4.1.1 Siklus I ... 31

a. Perencanaan ... 32

b. Tindakan ... 33

c. Observasi ... 36

d. Refleksi Siklus I ... 39

4.1.2 Siklus II ... 40

a. Perencanaan ... 40

b. Tindakan ... 42

c. Observasi ... 42

d. Refleksi Siklus II ... 45

4.1.3 Siklus III ... 46

a. Perencanaan ... 46

b. Tindakan ... 46

c. Observasi ... 48

d. Refleksi Siklus III ... 51

4.3 Pembahasan ... 51

4.3.1 Deskripsi Keterampilan Metakognisi Siswa ... 52

4.3.2 Deskripsi Hasil Belajar Fisika Siswa ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.I Kesimpulan ... 73

5.I Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus ... 76

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ... 78


(15)

xiv

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ... 89

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 ... 96

6. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 1 (Praktikum) ... 103

7. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 2 ... 106

8. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 3 ... 107

9. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 4 ... 108

10. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 5 ... 109

11. Lembar Penilaian Kerja Ilmiah 6 (Tes Akhir) ... 112

12. Kunci Jawaban Lembar Penilaian 2 ... 113

13. Kunci Jawaban Lembar Penilaian 3 ... 115

14. Kunci Jawaban Lembar Penilaian 4 ... 117

15. Kunci Jawaban Lembar Penilaian 5 ... 119

16. Tools 1 Respons Card ... 122

17. Tools 2 Games Piece ... 124

18. Tools 3 The Minute Paper ... 125

19. Tools 4 Concept Mapping ... 126

20. Tools 5 The Muddiest Paper ... 128

21. Tools 6 One Sentence Summary ... 130

22. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas ... 131

23. Instrument Self Assessment ... 132

24. Instrument Pedoman Wawancara ... 133

25. Instrument Metakognisi ... 134

26. Instrument Penilaian Afektif ... 136

27. Instrument Psikomotor ... 137

28. Hasil Wawancara ... 139

29. Hasil Uji Keterampilan Metakognisi Siklus 1 ... 141

30. Hasil Uji Keterampilan Metakognisi Siklus 2 ... 142

31. Hasil Uji Keterampilan Metakognisi Siklus 3 ... 143

32. Hasil Belajar Aspek Kognitif ……… 144

33. Hasil Belajar Aspek Afektif ... 145

34. Hasil Belajar Aspek Psikomotor ... 146


(16)

xv

36. Hasil Perkembangan Metakognisi Siklus II ... 148

37. Hasil Perkembangan Metakognisi Siklus III ... 149

38. Presensi Siswa ... 150

39. Corelation ... 152

40. Reliability dan Validitas ... 155

41. Penelitian Pendahuluan ... 157

42. Izin Penelitian ... 158


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria Hasil Belajar ... 15

2. Pengkategorian Keterampilan Metakognisi ... 26

3. Hasil Uji Validitas ... 30

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 31

5. Distribusi Keterampilan Metakognisi Siswa Sebelum Penelitian ... 37

6. Distribusi Perkembangan Keterampilan Metakognisi Siswa Siklus 1 ... 38

7. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif pada Siklus 1 ... 38

8. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor pada Siklus 1 ... 39

9. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif pada Siklus 1 ... 40

10. Distribusi Perkembangan Keterampilan Metakognisi Siswa Siklus 2 ... 44

11. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif pada Siklus 2 ... 44

12. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor pada Siklus 2 ... 45

13. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif pada Siklus 2 ... 46

14. Distribusi Perkembangan Keterampilan Metakognisi Siswa Siklus 3 ... 50

15. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif pada Siklus 3 ... 49

16. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor pada Siklus 3 ... 50

17. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif pada Siklus 3 ... 52

18. Rata-rata Keterampilan Metakognisi Siswa Setiap Siklus ... 58

19. Distribusi Keterampilan Metakognisi Siswa Setiap Siklus ... 58

20. Rata-rata Hasil Belajar Aspek Kognitif Siswa Setiap Siklus ... 62

21. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif dari Siklus ke Siklus ... 63

22. Distribusi Rata-rata Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor ... 66

23. Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor dari Siklus ke Siklus .. 66

24. Distribusi Rata-rata Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif ... 68


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran ... 16

2. Empat Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 17

3. Siklus Penelitian Tindakan kelas ... 18

4. Grafik Distribusi Keterampilan Metakognisi Siswa Setiap Siklus ... 61

5. Grafik Distribusi Rata-rata Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 63

6. Grafik Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Kognitif Setiap Siklus ... 65

7. Grafik Distribusi Rata-rata Hasil Belajar Siswa Aspek Psikomotor ... 67

8. Grafik Distribusi Hasil Belajar Siswa Aspek Afektif Setiap Siklus ... 69


(19)

I.PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat diabaikan adalah pelaksanaan penilaian (assessment). Dalam kurikulum

pendidikan di sekolah, baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini mulai dioperasionalkan melalui Kurikulum 2013 dikenal istilah

Assessment Pembelajaran. Bagian penting dari assessment pembelajaran ini adalah bagaimana cara melakukan penilaian, bagaimana prosedur penilaian, pengolahan data, penetapan skor hingga pelaporannya sehingga gambaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru selama ini dapat diketahui bukan saja oleh siswa, tetapi juga oleh semua pihak termasuk orang tua dan sekolah.

Standar penilaian pendidikan yang tercantum dalam pasal 36 ayat 1 pada butir a merupakan penilaian yang dilakukan oleh pendidik, yang menyebutkan bahwa: penilaian dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk apapun; ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Pada

penjelasannya berikutnya, penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik yang materi yang dinilai.


(20)

2

Assessment sering pula disebut sebagai salah satu bentuk penilaian, sedangkan penilaian merupakan salah satu komponen dalam evaluasi. Ruang lingkup assessment sangat luas dibandingkan dengan evaluasi. Tindakan suatu pengukuran yang bersifat kuantitatif dan bersifat kualitatif adalah merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari assessment.

Pada kondisi kekinian, banyak guru yang sebenarnya belum mampu melakukan proses penilaian sesuai pemenuhan standar yang telah ditetapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi ini, antara lain terjadi karena faktor guru belum mampu menyusun instrumen penelitian dalam memudahkan proses assessment itu sendiri. Kegagalan dalam proses ini akan memberi dampak negatif pada hasil belajar, misalnya nilai siswa yang tidak memuaskan, atau bahkan tidak memenuhi KKM (kriteria ketuntasan minimal). Tingkat keterampilan metakognisi siswa tersebut sangat berkaitan langsung dengan hasil belajar siswa.

Padahal, secara umum assessment sebagai proses mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang siswa, baik yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Maka penerapan ongoing assessment dalam penelitian ini diharapkan menjadi sebuah solusi yang baik dalam peningkatan hasil belajar siswa khususnya di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning maupun mempembaiki proses pembelajarannya.

Setelah dilakukan observasi di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning diperoleh nilai rata-rata hasil ujian fisika siswa yaitu 52 jauh berada di bawah


(21)

3 standar nilai KKM, yaitu 65 dan nilai rata-rata hasil ujian semester ganjil adalah 61 masih di bawah standar nilai KKM. Dalam aspek psikomotornya hanya 70,6 dalam kategori sedang. Menurut wawancara yang dilakukan terhadap siswa, hasil belajar yang tidak memuaskan ini sebagian besar disebabkan oleh materi ujian yang terlalu banyak, siswa belum memahami materi yang disampaikan dengan baik, siswa malas belajar, dan siswa lupa terhadap materi yang telah mereka pelajari karena ujian yang dilakukan jarang diulas dan dipelajari kembali. Permasalahan ini bukan hanya berdampak pada hasil belajar yang dituliskan di raport siswa, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis dan paradigma terhadap mata pelajaran fisika yang begitu sulit, dan tidak menyenangkan.

Cara pandang siswa terhadap mata pelajaran fisika yang sulit, didukung kurangnya kreativitas pembelajaran serta kurangnya kesempatan siswa mengaktualisasikan pengetahuan mereka menjadi indikasi penting bahwa keterampilan metakognisi siswa masih rendah. Maka dibutuhkan sebuah solusi dan inovasi cerdas dalam permasalahan ini, bagi dalam hal strategi mengajar maupun sistem penilaian yang dilakukan oleh guru agar siswa semakin semangat dan tertantang untuk belajar fisika.

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penerapan metode ongoing assessment, yaitu suatu penilaian yang dilakukan saat pembelajaran sedang berlangsung secara berkesinambungan. Proses assessment dalam keberlangsungannya secaca

berkesinambungan diharapkan mampu menjadi potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam


(22)

4 kurikulum masing-masing sekolah. Penilaian ini tidak terbatas dalam hal ujian tertulis saja, namun aspek psikomotor, kognitif dan afektif dalam penerapannya sehingga diharapkan akan mendongkrak kemampuan metakognisis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika.

Maka, telah dilakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Variasi Ongoing Assessment pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan

Metakognisi dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan metakognisi siswa melalui penerapan ongoing assessment pada konsep pembelajaran fisika?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan variasi ongoing assessment?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan metakognisi siswa melalui penerapan ongoing assessment


(23)

5 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan variasi

ongoing assessment

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi guru dapat menjadi alternatif penilaian berbasis kelas untuk meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika.

2. Bagi siswa dapat meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk membatasi penelitian ini dan memberikan arah yang jelas maka ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Ongoing assessment adalah suatu proses penilaian siswa dengan respon yang jelas untuk menguji pemahaman mereka terhadap suatu konsep dengan cara yang akan membantu memperbaiki kinerja siswa selanjutnya. Penilaian ini tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran seperti post tes tetapi juga selama pembelajaran berlangsung, baik penilaian menggunakan tes ataupun non tes. Pada pelaksanaan assessment pembelajaran biasanya guru dihadapkan dalam 3 istilah, yaitu: ukuran, penilaian dan tes. Dalam penelitian ini, ongoing assessment yang digunakan adalah: mengukur, memonitor dan menilai semua aspek belajar selama proses pembelajaran (yang mencakup ranah kognitif,


(24)

6 afektif dan psikomotor). Tes yang diujikan, dilakukan secara

berkesinambungan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Keterampilan metakognisi merupakan keterampilan tentang strategi-strategi kognitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintegrasikan pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam pembelajaran. 3. Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh dari penilaian yang dilakukan

terhadap siswa, dalam hal ini yang diamati mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor, penilaian dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan variasi ongoing assessment.

4. Materi pokok dalam penelitian ini adalah Listrik Statis. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning semester ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Variasi Ongoing Assessment

Assessment menurut Anthony (1996: 4) merupakan istilah umum yang

didefinisikan sebagai sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan pendidikan, metode atau instrument pendidikan lainnya oleh suatu badan, lembaga, organisasi atau institusi resmi yang menyelenggarakan aktivitas tertentu.

Dinyatakan pula oleh Linn dan Grondlund (1995: 5) bahwa assessment adalah suatu istilah umum yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, menurut Popham (1995: 6) :

Assessment dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Sedangkan ongoing assessment merupakan suatu jenis penilaian yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung, tidak hanya pada saat pembelajaran berakhir.


(26)

8

Kutipan pendapat Blythe dalam Joslin dalam Kumala (2011: 9-10) mengemukakan bahwa:

Assessment that fosters understanding (rather than simply evaluating it) has to be more than an end-of-the-unit test. It needs to inform students and teachers about both what students currently understand and how two proceed with subsequent teaching and learning. This integration of performance and feedback is exactly what student topic or concept. In the teaching for understanding framework, it is called “Ongoing Assesment is the process of providing students with clear responses to their performens of understanding in a way that will help to improve next performances.

Menurut pendapat di atas dapat dikutip pernyataan, bahwa ongoing assessment adalah proses untuk mempersiapkan siswa sehingga dapat memberikan respon yang jelas untuk mengetahui sejauh apa pemahaman siswa dan bertujuan untuk membantu meningkatkan performa siswa pada pertemuan selanjutnya.

Blythe dalam Joslin dalam Kumala (2010: 11) juga menambahkan langkah-langkah dalam memahami ongoing assessment:

Ongoing assessment need to occur in the context of performance of understanding that, in turn, are anchored to understanding goals. Therefore, each of the examples below include unit-long understanding goals (statement form only) and performance of understanding, as well as a description of criteria and feedback for ongoing assesment. 1. Understanding goal

2. Performance of understanding 3. Criteria for ongoing assesment 4. Feedback for ongoing assesment

Selain itu, ongoing assessment juga dapat diaplikasikan pada berbagai metode pengajaran, semisal Communicative Langue Learning Process sebagaimana dinyatakan oleh Brown (1996: 78-83), yaitu:

Prinsip dasar belajar yang meliputi: (1) process of life based learning, (2) Process of build self-confidence, (3) Process of integrated material, dan (4) Process of ongoing assessment. Sedangkan prinsip

pengajarannya meliputi: (1) siswa didik merupakan sebuah subjek bukan objek, (2) guru berperan sebagai fasilitator, (3) lingkungan


(27)

9

dianggap sebagai media pembelajaran, (4) optimalisasi sumber pembelajaran, dan (5) proses penilaian yang terus menerus.

Dalam hal ini ditegaskan pula oleh Issarlis dalam Kumala (2011: 11) dengan mengatakan ongoing assessment bagian tidak terpisahkan dari mengajar yang baik:

Ongoing assesment has to do with learning activity that occurs continuously. It has less to do with written report and far more to do with the interactive, dynamic roles of both teachers and learners. It has to do with responding to learners’ question every day and with actively noting the kinds of question learners ask, the ways in which learners respond to print and oral communication, the kind of mistakes they make, the ways and which they go about correcting their own mistakes, and the ways in which (other) might correct them. This kind of going observation and asssesmet is inseparable from good teaching practice. Jelas sekali bahwa ongoing assessment tidak terpisahkan dari praktik mengajar yang baik dan adanya interaksi intens antara guru dan siswa, karena ongoing assessment dilakukan secara berkelanjutan dalam aktivitas belajar siswa. Ongoing assessment menekankan cara-cara yang kreatif, komunikatif secara langsung untuk mengurangi pembebanan pada siswa terhadap tugas-tugas tetapi siswa diharapkan dapat menilai kekurangannya sendiri dan bersemangat melakukan perbaikan diri terus menerus. Lebih spesifik, Chapman (2005: 26) mendefinisikan ongoing assessment yaitu:

Ongoing assessment occurs before and during or assigment to meet the needs of individual student. It is designed or selected to acquire

information in daily activities and to provide experience to expedite learning. Student receive regular feedback on their performance to continually improve in areas of strenght and need.

Jadi jelas bahwa ongoing assessment terdiri dari penilaian sebelum dan selama pembelajaran untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh siswa, agar siswa


(28)

10

dapat menerima umpan balik dari penampilannya untuk memperbaiki dirinya pada pembelajaran selanjutnya.

Dalam penjabaran tentang ongoing assessment di atas mencakup hal-hal berikut, seperti: mengerti tujuan, menunjukkan pemahaman, mengidentifikasi kriteria ongoing assesment dan umpan balik setelah dilakukan ongoing assessment. Kemudian, variasi ongoing assessment menurut Angelo dan Cross (1993: 1) adalah:

1. The Minute Paper: Very easy to do: on 3x5 cards (or just pieces of paper) students literally take a minute to address a question such as “What was the main point of today’s lecture/discussion” or “What is the relationship between X and Y?" This is often done at the end of class. It is important to report back to students at the beginning of the next class, perhaps describing how well students answered the

question (in part so students know that their efforts matter).

2. The Muddiest Point: Like the “minute paper,” except you ask students to describe what they are most confused about from that day’s class. Sometimes what we think we explain so well remains very “muddy” to our students. As with the minute paper, report back at the next class. 3. One-Sentence Summary: Ask student to summarize “who, what, how,

why,” etc. Can be done orally or in writing.

4. Concept Mapping: Concepts maps are a way for you to literally “see” what student are thinking about an idea or concept. There are many ways to do this. This site will give you some background about concept mapping, but you can use this approach on your own with a little creativity.

Carbery dalam Kumala (2011: 13) menyatakan bahwa aktivitas yang bisa digunakan dalam ongoing assessment antara lain: (1) Jurnal, (2) Interview, (3) Feedback, (4) Konferensi, (5) Observasi kelas, (6) Observasi aktifitas, (7) Grup diskusi, (8) Penilaian teman sejawat, (9) Penilaian diri sendiri, dan (10) Tes mingguan.


(29)

11

2.1.2 Kemampuan Metakognisi

Secara sederhana metakognisi didefinisikan sebagai “memikirkan kembali apa yang telah dipikirkan”. Secara harfiah, metakognisi terdiri dari awalan kata meta yang artinya “sesudah” dan kata kognisis. Metakognisi dapat diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang pengetahauan, atau berpikir tentang berpikir. Sedangkan kemampuan metakognisi menurut seorang ahli pendidikan pada zamannya, Vacca dan Anne (1989: 223) adalah:

Pengetahuan metakognisi merupakan pengetahuan yang diperoleh siswa tentang proses-proses kognitif yaitu pengetahuan yang bisa digunakan untuk mengontrol proses-proses kognitif. Pengalaman metakognisi melibatkan strategi atau pengaturan metakognisi. Strategi metakognisi merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses ini terdiri dari:

1. Perencanaan yang meliputi penentuan tujuan dan analisis tugas. Aktivitas perencanaan akan mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran.

2. Pemantauan yang meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas

pemantauan akan membantu siswa dalam memahami materi dan megintegrasikan nya dengan pengetahuan awal, dan

3. Evaluasi atau pengaturan yang berupa perbaikan aktivitas kognitif siswa. Aktivitas ini akan membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan mengoreksi prilakunyapada saat

menyelesaikan tugas.

Pendapat di atas diungkapkan pula dalam Muisman (2002: 24-26), bahwa Metakognisi terdiri pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan metakognitif menunjukkan pada diperolehnya tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif.


(30)

12

Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif.

Dari uraian pendapat yang telah disampaikan dapat kita rangkum secara ringkas bahwa keterampilan metakognisi, merupakan keterampilan tentang bagaimana meningkatkan kualitas strategi kogitif yang meliputi strategi-strategi belajar, mengintegrasikan pengetahuan, memahami konsep sampai pemecahan permasalahan dalam pembelajaran. Metakognisi juga erat kaitannya dengan pemahaman menyerap informasi dengan membaca materi pembelajaran yang diberikan, sehingga metakognisi juga sering disebut “berpikir untuk berpikir”.

Indikator-indikator keterampilan metakognitif yang akan dikembangkan yaitu: (1) mengidentifikasi tugas yang sedang dikerjakan, (2) mengawasi kemajuan

pekerjaannya, (3) mengevaluasi kemajuan ini, dan (4) memprediksi hasil yang akan diperoleh. Selanjutnya proses-proses yang akan diarahkan pada pengaturan proses akan membantu (1) mengalokasikan sumber daya-sumber daya yang dimiliki untuk mengerjakan tugas, (2) menentukan langkah-langkah penyelesaian tugas, dan (3) menentukan intensitas, atau (4) kecepatan dalam menyelesaikan tugas. Indikator-indikator keterampilan metakognitif tersebut dituangkan dalam inventori keterampilan metakognitif (Anatahime, 2007). Menurut Blakey dalam Ibrahim (2005), strategi untuk mengembangkan keterampilan metakognitif adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi “apa yang kamu ketahui” dan “apa yang tidak kamu ketahui”


(31)

13

3. Membuat jurnal merencanakan dan pengaturan diri 4. Menjelaskan tentang proses berpikir dan evaluasi

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Hasil belajar siswa diperoleh setelah berakhirnya proses pembelajaran, sebagaimana menurut Sukardi (2008: 2).

Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dengan proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.

Proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran juga merupakan hasil belajar, sebagaimana pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009: 3).

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Dalam hasil belajar diharapkan dapat menunjukkan perubahan siswa dalam semua proses pembelajaran, bahkan menjadi nilai pada diri siswa. Menurut Bloom dalam Sukardi (2008: 75):

Ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar yaitu:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.


(32)

14

2. Ranah Afektif

Ranah afektif terdiri dari lima prilaku, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor terdiri dari tujuh prilaku, yaitu: persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan dan kreativitas.

Berdasarkan dengan berbagai pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat dikatakan hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya seuatu proses kegiatan pembelajaran yang kemudian dapat diakumulasikan dalam bentuk angka atau skor. Kriteria hasil belajar siswa pada penelitian ini

menggunakan kriteria berikut:

Tabel 1. Kriteria Hasil Belajar Siswa

Nilai Siswa Kualifikasi Nilai

80 - 100 Baik Sekali

66 - 79 Baik

56 - 65 Cukup

40 - 55 Kurang

30 - 39 Gagal

(Arikunto, 2007: 249)

2.2 Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa di Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning dalam pembelajaran fisika selama Kelas XII, tidak menunjukkan hasil yang memuaskan, begitu juga hasil belajar selama pembelajaran sebelumnya pada semester ganjil. Dalam uji blok yang dilakukan oleh guru, rata-rata hasil belajar yang didapatkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Setelah diadakan


(33)

15

terlalu banyak, malas untuk belajar, kurang termotivasi untuk berlatih soal sehingga membuat siswa mengeluh lupa dengan apa yang mereka pelajari.

Penerapan variasi ongoing assessment di kelas dapat dikolaborasikan dengan berbagai macam model belajar untuk meningkatkan metakognisi siswa.

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Alur tindakan : Pengaruh tindakan

2.3Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan variasi ongoing assessment dapat meningkatkan kemampuan metakognisi dan hasil belajar siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning.

Standar Penilaian

Keterampilan metakognisi dan hasil belajar fisika siswa rendah Penerapan Variasi Ongoing Assesment

Aktivitas Tools

Hasil belajar fisika siswa meningkat

Keterampilan metakognisi siswa meningkat


(34)

16

III. METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014 di SMA Negeri 1 Bukit Kemuning, Kelas XII IPA 1 yang terdiri dari 38 siswa.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah

dilaksanakan di kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning. Kelas XII IPA 1 merupakan kelas yang kemampuan siswanya beragam dan nilai hasil belajarnya pun beragam. Dalam prosesnya penelitian tindakan kelas yang digunakan menurut Kurt Lewin merupakan daur yang terdiri dari 4 tahap seperti pada gambar berikut:


(35)

17

3.3Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 siklus. Dalam pelaksanaannya, dengan 3 siklus ini penelitian telah mencapai semua indikator keberhasilan dan juga kecenderungan data. Tiga siklus ini didasarkan pada banyaknya indikator dan alokasi waktu sebanyak 18 jam pelajaran yang dibagi dalam 3 siklus dalam jangka waktu yang sama. Prosedur penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang langkah-langkahnya diadaptasi dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas oleh Arikunto (2008: 16):

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan

SIKLUS I Pengamatan Perencanaan

SIKLUS II Pengamatan Perencanaan SIKLUS III

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi I

Refleksi II


(36)

18

Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari 3 siklus. Siklus penelitian kelas menggunakan prosedur Kemmis dan Mc Taggart dalam Aqib (2007: 22). Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Membuat Instrumentasi untuk penilaian kognitif awal dan instrumen

ongoing assessment.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Guru dapat mengadakan game berupa pembagian kartu-kartu yang

berisikan huruf A samapai D, kemudian guru menampilkan soal-soal yang berkenaan dengan Hukum Coloumb sebanyak 3 soal, siswa diminta mengerjakan soal-soal itu dan mengangkat jawaban mereka saat waktu mengerjakan soal habis. Guru dapat melihat banyaknya siswa yang menjawab benar dan siapa saja yang menjawab benar untuk setiap soal. Strategi lain seperti penilaian bahasa tubuh saat presentasi juga dapat dilakukan untuk mendapatkan penilaian saat pembelajaran berlangsung.


(37)

19

3. Tahap Observasi (Mengamati)

Tahap ini merupakan observasi keterampilan metakognisi siswa dan kegiatan pengamatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada waktu pelaksanaan tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya

berlangsung dalam waktu yang sama.

4. Tahap Refleksi

Hasil yang didapat pada hasil pelaksanaan dan pengamatan dikumpulkan serta dianalisis dalam tahapan ini. Dari hasil observasi, guru merefleksikan diri apakah kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil wawancara terhadap siswa juga digunakan dalam tahap ini. Hasil analisis data yang dilaksanakan ini digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus selanjutnya.

3.4 Data dan Metode Pengambilan Data

1. Data

a. Data Kualitatif

1. Data hasil observasi pengamatan peneliti dalam mengamati tindakan penelitian kelas pada saat proses pembelajaran dari setiap siklus. Aspek yang diamati meliputi: Pertama, kesiapan guru, terdiri dari membuat


(38)

20 RPP, mempersiapkan bahan ajar, sumber-sumber pustaka. Kedua: Aktivitas mengajar yang terdiri dari menginformasikan indikator dan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menghubungkan pelajaran dengan isu-isu aktual yang ada di masyarakat, memberi kesempatan kepada siswa untuk memimpin dan mmelakukan pembelajaran dengan menerapkan variasi ongoing assessment, mempersiapkan alat dan bahan demonstrasi, membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, memberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja siswa, mengungkapkan kembali materi sajian secara singkat, membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil kerja siswa, memandu siswa dalam memecahkan persoalan yang sulit. Ketiga aktivitas terakhir terdiri dari merumuskan kesimpulan, mengelola waktu pembelajaran dan

melakukan evaluasi.

Penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran guru dalam penelitian ini menggunakan kategori sebagai berikut:

Kurang baik : skor 1 Cukup baik : skor 2

Baik : skor 3

Sangat baik : skor 4 (Arikunto, 2008)

2. Data hasil wawancara terhadap siswa kelas XII IPA 1 dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi dari wawancara bebas dan terpimpin. Dalam melakukan wawancara,


(39)

21 pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara digunakan sebagai bahan refleksi guru dalam merencanakan pelaksanaan siklus selanjutnya.

b. Data Kuantitatif

Data hasil belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor:

1. Data kognitif: merupakan hasil tes formatif hasil belajar fisika siswa yang diambil dari hasil tes siswa pada setiap akhir siklus.

2. Data afektif: berupa hasil kuisioner yang dibagikan kepada siswa yang disusun menggunakan format penilaian BNSP.

3. Data psikomotor diperoleh dengan menggunakan lembar penilaian aktivitas siswa selama melakukan diskusi dan praktikum.

4. Data keterampilanmetognisisiswadiperolehmenggunakan instrument metakognisi.

2. Instrumen Penelitian a. Instrumen penelitian

Intrumen penelitian yang digunakan adalah: 1. Lembar penilaian psikomotor

2. Lembar penilaian afektif 3. Lembar penilaian metakognisi 4. Lembar pedoman wawancara


(40)

22 b. Intrumen tindakan

Intrumen tindakan yang digunakan adalah: 1. Lembar kerja siswa (LKS)

2. Response card 3. Game piece 4. Self asessment 5. The Minute Paper 6. The Muddiest Point 7. One Sentence Summary 8. Concept Mapping

3. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Syarat untuk mendapatkan data yang valid, maka instrumen atau alat yang digunakan haruslah valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dirumuskan oleh Pearson sebagai berikut:


(41)

23

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3 maka intrument tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r tabel dengan

maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.

(Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188)

2. Reliabilitas

Intrumen yang reliabel adalah yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Perhitungan untuk mencari reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2007: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Dimana :

reliabilitas yang dicari

jumlah varian skor tiap-tiap item varians total


(42)

24 Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat

pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapat data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1. Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.

2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.

3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.

4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel. 5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel.

Setelah instrumen yang diujikan valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada siswa di kelas yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal.


(43)

25

3.5 Metode dan Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis data sebagai berikut:

1. Keterampilan Metakognisi

Pengambilan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama data keterampilan metakognisi siswa sebelum mendapat perlakuan dan tahap kedua adalah data keterampilan metakognisis siswa setelah mendapatkan perlakuan. Data diperoleh dengan instrumen berupa angket dengan 25 soal dan terdiri dari 5 pilihan jawaban. Setelah data terkumpul, diadakan penggolongan pertanyaan negatif dan positif. Untuk pertanyaan positif urutan nilainya adalah:

SL = 5, SR = 4, KD = 3, JR = 2, TP = 1.Sedang untuk pertanyaan negatif urutan nilainya adalah SL = 1, SR = 2, KD = 3, JR = 4, TP = 5.

Untuk skor akhir dihitung dengan rumus:

Sehingga, akan diperoleh nilai terbesar, yaitu 5.


(44)

26 Tabel 2. Pengkategorian Keterampilan Metakognisi

Rentang Nilai Keterangan

4,1 – 5,0 Sangat Baik

3,1 – 4,0 Baik

2,1 – 3,0 Cukup Baik

Kurang dari 2,1 Kurang Baik

(Arikunto, 2007)

Selanjutnya selama pempelajaran perubahan keterampilan metakognisi dilihat juga dari Lembar Kerja Siswa dan self assessment yang sudah dikerjakan siswa dan bagaimana siswa menyelesaikan tugas yang diberikan. Di akhir penelitian kembali dibagikan angket pernyataan keterampilan metakognisi kepada siswa.

2. Data Hasil Belajar a. Data Kognitif

Data kognitif dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Data hasil belajar siswa berupa soal tes tertulis berbentuk uraian. Proses analisis untuk data hasil belajar siswa ranah kognitif adalah sebagai berikut:

(a) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah jumlah skor dari setiap soal.


(45)

27 Nilai hasil belajar siswa adalah:

Nilai belajar siswa per tes = % pencapaian hasil belajar siswa.

(c) Nilai rata-rata belajar siswa diperoleh dengan rumus:

Untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa disesuaikan dengan KKM yang berlaku di sekolah yaitu 65. Apabila nilai siswa lebih ≥ 65, maka dikategorikan tuntas. Bila nilai siswa ≤ 64, maka dikategorikan tidak tuntas.

b. Data Psikomotor

Data psikomotor merupakan data observsi guru menggunakan instrumen penilaian psikomotor untuk penugasan studi pustaka dan praktikum. Kriteria penilaiannya sebagai berikut:

Kurang baik : skor 1 Cukup baik : skor 2 Baik : skor 3 Sangat baik : skor 4


(46)

28 c. Data Afektif

Data afektif merupakan data hsil observasi guru menggunakan instrumen penilaian afektif selama pembelajaran. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:

Memerlukan perbaikan : kategori D Menunjukkan perbaikan : kategori C Memuaskan : kategori B Sangat baik : kategori A

3.6Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan matakognisi dan hasil belajar siswa sebagai berikut: 1. Keterampilan metakognisi: meningkatnya keterampilan siswa dalam

merencanakan strategi belajar, mengintegrasikan pengetahuan dan memecahkan permasalahan fisika.

2. Aspek kognitif: meningkatnya nilai siswa sehingga tercapai ketuntasan minimal sebesar 65 untuk setiap siswa.

3. Aspek psikomotor: meningkatnya aktivitas dan keterampilan siswa aspek psikomotor.

4. Aspek afektif: meningkatnya prilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran fisika secara klasikal


(47)

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa variasi ongoing assessment adalah sebagai berikut ini :

1. Keterampilan metakognisi siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari materi pembelajaran sendiri, merangkumnya,

menganalisis soal yang akan dipecahkan dan mengevaluasi hasil yang didapatkan, dengan begitu siswa memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas kali ini terjadi peningkatan

keterampilan metakognisi siswa pada setiap siklusnya. Pada Siklus I keterampilan metakognisi siswa sebesar 3,61 dengan kategori “Baik”, pada Siklus II menurun yaitu sebesar 0,03 menjadi 3,58 dengan kategori “Baik”, dan pada siklus III meningkat sebesar 0,23 menjadi 3,81 dengan kategori “Baik”.

2. Hasil belajar fisika siswa meningkat pada setiap siklusnya sehingga mencapai nilai KKM yang diharapkan

a. Pada aspek kognitif terjadi peningkatan yang sangat baik. Pada Siklus I rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa adalah 64, 95 dengan kategori “Tuntas”, kemudian pada Siklus II meningkat sebesar 8,34 menjadi 73,29 dengan kategori


(48)

73 “Tuntas”, dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali meningkat sebesar 2,13 menjadi 75,42 dengan kategori “Tuntas”.

b. Pada hasil belajar aspek psikomotor terjadi peningkatan pada setiap siklusnya, namun tidakbesar. Pada Siklus I rata-rata hasil belajar aspek psikomotor siswa adalah 70,29 kemudian pada Siklus II meningkat sebesar 1,00 menjadi 71,29 dan pada Siklus III rata-rata psikomotor siswa meningkat sebesar 0,71 menjadi 72,00.

c. Pada hasil belajar aspek afektif terjadi peningkatan setiap siklusnya. Pada Siklus I yang mendapat nilai A dengan kategori “SangatBaik” sebanyak 5 siswa, pada Siklus II meningkat menjadi 8 siswa dan pada Siklus III sebanyak 10 siswa sehingga menjadi 18 siswa.

d. Secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognisi siswa dan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, aspek psikomotor, serta aspek afektif siswa meningkat dengan ditunjukkannya ketercapaian KKM pada Siklus II dan Siklus III. Maka, tiga siklus pada proses penelitian ini dianggap cukup untuk

mempresentasikan indikator keberhasilan penelitian menggunakan penerapan variasi ongoing assessment. Adapun perbedaan hasil belajar antara hasil belajar pada keterampilan metakognisi dan aspek kognitif adalah capaiannya, pada peneltian ini aspek kognitif hanya dilaksanakan pada tahap penerapan (application).


(49)

74 5.2 Saran

Bedasarkan kesimpulan, maka disarankan bagi guru atau guru peneliti yang akan menerapkan variasi ongoing assessment harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru peneliti sebaiknya memahami lebih dalam dengan tools dan activity yang digunakan dalam penerapan ongoing assessment sehingga lebih variatif dalam melaksanakan ongoing assessment.

2. Guru peneliti harus tegas dan mengarahkan siswa agar dapat optimal memanfaatkan waktu selama jam pelajaran.

3. Guru peneliti harus mampu menyelesaikan pengelolaan waktu dengan RPP, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal. 4. Guru peneliti sebaiknya memperhatikan aktifitas dalam kelompok belajar

agar dapat bekerjasama dengan baik dan tidak membuat keributan di kelas. 5. Guru peneliti harus memperhatikan siswa untuk menyelesaikan tugas

dengan baik sehingga siswa dapat memanfaatkan kehadiran guru sebagai fasilitator.

6. Guru peneliti dapat menerapkan variasi ongoing assessment karena penilaian dengan pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif. Tersedia: http:biologyeducation rearch.blogspot.com/2009/12/keterampilan-metakognitif.html. Diakses tanggal 27 Januari 2013 Pukul 11.15 WIB.

Angelo, T. A. & Cross, K. P. 1993. Classroom assessment techniques: A handbook for college teachers. San Francisco: Jossey-Bass.

Anthony J. Nitko. Educational Assessment of Student (New Jersey/Columbus, Ohio: Merril, an imprint of prentice Hall, 1996), hlm.4

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Bloom, B. S., et al. (1994). Excerpts from the "Taxonomy of educational objectives, the classification of educational goals, handbook I: Cognitive domain." Bloom's taxonomy: A forty-year retrospective. Chicago: University of Chicago Press.

Brown. 1996. Communicative Langue Learning Proces. Artikel/PDF. Diakses pada tanggal 20 April 2014 Pukul 14.00 Wib.

Carbery. 2009. Practicalities of Ongoing Assessment. http://jalt.org/test/PDF/ Carbery.pdf. Diakses pada tanggal 27 Januari 2013 Pukul 13.30WIB. Chapman, Carolyn dan King, Rita. Differentiated Assessment Strategies-One

Tools Doesn’t Fit All. California: Corwin Press.

Corebima, A. D. dan Idrus, A, A.2006. Pemberdayaan dan Pengukuran

Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference On Measuremant And Evaluation In Education, School of Educational Studies University Sains, Malaysia Penang, Malaysia 13-15 February.

Dimyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, M. 2005. Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika. Makalah disampaikan pada symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya: University Press.


(51)

Issarlis, Janet. 2005 What You See: Ongoing Assessment in the ESL/Literacy Classroom. Http://adultliteracyeducator.com/about.htm. Diunduh pada tanggal 27 januari 2013 Pukul 20.10 WIB.

Joslin, Cara. 2010. Teaching for Understanding: Ongoing Assessment. Harvard University Graduet School of Education and Project Hero. June 2010. Tina Blythe.http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.Ongoi ngAssesment.pdf . Diakses pada tanggal 27 Januari 2013 Pukul 13.45 WIB. Kumala, Siti Ayu. 2011. Implementasi Ongoing Assessment Berbasis Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Muisman. 2002. Metakognisi Bab II Kajian Pustaka. Http://emeraldinsight.com/ 0090-7324.htm . Diakses pada tanggal 11 Februari 2013 Pukul 20.05 WIB. Popham, W. James. 1995. Classroom Assessment: What Teacher Need to Know.

Los Angeles: Allyn and Bacon.

Roberd L. Linn dan Gronlund. 1995. Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey/Columbus, Ohio: Merril, an imprintof prentice Hall Education. Rosidah, Rita. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor

dengan Reciprocal Teaching di Kelas VII A SMPN 30 Semarang. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013 Pukul 09.00 Wib.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar Pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Bandung. Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi, H.M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Vacca, Richard T. dan Jo Anne L. 1989. Content Area Reading. London : Scott Foresman and Company.


(1)

28 c. Data Afektif

Data afektif merupakan data hsil observasi guru menggunakan instrumen penilaian afektif selama pembelajaran. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut:

Memerlukan perbaikan : kategori D Menunjukkan perbaikan : kategori C Memuaskan : kategori B

Sangat baik : kategori A

3.6Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan matakognisi dan hasil belajar siswa sebagai berikut: 1. Keterampilan metakognisi: meningkatnya keterampilan siswa dalam

merencanakan strategi belajar, mengintegrasikan pengetahuan dan memecahkan permasalahan fisika.

2. Aspek kognitif: meningkatnya nilai siswa sehingga tercapai ketuntasan minimal sebesar 65 untuk setiap siswa.

3. Aspek psikomotor: meningkatnya aktivitas dan keterampilan siswa aspek psikomotor.

4. Aspek afektif: meningkatnya prilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran fisika secara klasikal


(2)

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa variasi ongoing assessment adalah sebagai berikut ini :

1. Keterampilan metakognisi siswa dapat ditingkatkan dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari materi pembelajaran sendiri, merangkumnya,

menganalisis soal yang akan dipecahkan dan mengevaluasi hasil yang didapatkan, dengan begitu siswa memiliki kesadaran untuk memperbaiki diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas kali ini terjadi peningkatan

keterampilan metakognisi siswa pada setiap siklusnya. Pada Siklus I keterampilan metakognisi siswa sebesar 3,61 dengan kategori “Baik”, pada Siklus II menurun yaitu sebesar 0,03 menjadi 3,58 dengan kategori “Baik”, dan pada siklus III meningkat sebesar 0,23 menjadi 3,81 dengan kategori “Baik”.

2. Hasil belajar fisika siswa meningkat pada setiap siklusnya sehingga mencapai nilai KKM yang diharapkan

a. Pada aspek kognitif terjadi peningkatan yang sangat baik. Pada Siklus I rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa adalah 64, 95 dengan kategori “Tuntas”, kemudian pada Siklus II meningkat sebesar 8,34 menjadi 73,29 dengan kategori


(3)

73 “Tuntas”, dan pada siklus III rata-rata hasil belajar kembali meningkat sebesar 2,13 menjadi 75,42 dengan kategori “Tuntas”.

b. Pada hasil belajar aspek psikomotor terjadi peningkatan pada setiap siklusnya, namun tidakbesar. Pada Siklus I rata-rata hasil belajar aspek psikomotor siswa adalah 70,29 kemudian pada Siklus II meningkat sebesar 1,00 menjadi 71,29 dan pada Siklus III rata-rata psikomotor siswa meningkat sebesar 0,71 menjadi 72,00.

c. Pada hasil belajar aspek afektif terjadi peningkatan setiap siklusnya. Pada Siklus I yang mendapat nilai A dengan kategori “SangatBaik” sebanyak 5 siswa, pada Siklus II meningkat menjadi 8 siswa dan pada Siklus III sebanyak 10 siswa sehingga menjadi 18 siswa.

d. Secara umum dapat dikatakan bahwa keterampilan metakognisi siswa dan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, aspek psikomotor, serta aspek afektif siswa meningkat dengan ditunjukkannya ketercapaian KKM pada Siklus II dan Siklus III. Maka, tiga siklus pada proses penelitian ini dianggap cukup untuk

mempresentasikan indikator keberhasilan penelitian menggunakan penerapan variasi ongoing assessment. Adapun perbedaan hasil belajar antara hasil belajar pada keterampilan metakognisi dan aspek kognitif adalah capaiannya, pada peneltian ini aspek kognitif hanya dilaksanakan pada tahap penerapan (application).


(4)

74 5.2 Saran

Bedasarkan kesimpulan, maka disarankan bagi guru atau guru peneliti yang akan menerapkan variasi ongoing assessment harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru peneliti sebaiknya memahami lebih dalam dengan tools dan activity yang digunakan dalam penerapan ongoing assessment sehingga lebih variatif dalam melaksanakan ongoing assessment.

2. Guru peneliti harus tegas dan mengarahkan siswa agar dapat optimal memanfaatkan waktu selama jam pelajaran.

3. Guru peneliti harus mampu menyelesaikan pengelolaan waktu dengan RPP, agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal. 4. Guru peneliti sebaiknya memperhatikan aktifitas dalam kelompok belajar

agar dapat bekerjasama dengan baik dan tidak membuat keributan di kelas. 5. Guru peneliti harus memperhatikan siswa untuk menyelesaikan tugas

dengan baik sehingga siswa dapat memanfaatkan kehadiran guru sebagai fasilitator.

6. Guru peneliti dapat menerapkan variasi ongoing assessment karena penilaian dengan pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan keterampilan metakognisi dan hasil belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anatahime. 2007. Keterampilan Metakognitif. Tersedia: http:biologyeducation rearch.blogspot.com/2009/12/keterampilan-metakognitif.html. Diakses tanggal 27 Januari 2013 Pukul 11.15 WIB.

Angelo, T. A. & Cross, K. P. 1993. Classroom assessment techniques: A handbook for college teachers. San Francisco: Jossey-Bass.

Anthony J. Nitko. Educational Assessment of Student (New Jersey/Columbus, Ohio: Merril, an imprint of prentice Hall, 1996), hlm.4

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Bloom, B. S., et al. (1994). Excerpts from the "Taxonomy of educational objectives, the classification of educational goals, handbook I: Cognitive domain." Bloom's taxonomy: A forty-year retrospective. Chicago: University of Chicago Press.

Brown. 1996. Communicative Langue Learning Proces. Artikel/PDF. Diakses pada tanggal 20 April 2014 Pukul 14.00 Wib.

Carbery. 2009. Practicalities of Ongoing Assessment. http://jalt.org/test/PDF/ Carbery.pdf. Diakses pada tanggal 27 Januari 2013 Pukul 13.30WIB. Chapman, Carolyn dan King, Rita. Differentiated Assessment Strategies-One

Tools Doesn’t Fit All. California: Corwin Press.

Corebima, A. D. dan Idrus, A, A.2006. Pemberdayaan dan Pengukuran

Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran Biologi. Makalah disajikan dalam International Conference On Measuremant And Evaluation In Education, School of Educational Studies University Sains, Malaysia Penang, Malaysia 13-15 February.

Dimyati dan Mudjiono.2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, M. 2005. Strategi Pembelajaran Inovatif untuk Pembelajaran Fisika. Makalah disampaikan pada symposium Fisika Regional Kalimantan. Surabaya: University Press.


(6)

Issarlis, Janet. 2005 What You See: Ongoing Assessment in the ESL/Literacy Classroom. Http://adultliteracyeducator.com/about.htm. Diunduh pada tanggal 27 januari 2013 Pukul 20.10 WIB.

Joslin, Cara. 2010. Teaching for Understanding: Ongoing Assessment. Harvard University Graduet School of Education and Project Hero. June 2010. Tina Blythe.http://www.learner.org/workshops/socialstudies/pdf/session7/7.Ongoi ngAssesment.pdf . Diakses pada tanggal 27 Januari 2013 Pukul 13.45 WIB. Kumala, Siti Ayu. 2011. Implementasi Ongoing Assessment Berbasis Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan Keterampilan Metakognisi dan Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Muisman. 2002. Metakognisi Bab II Kajian Pustaka. Http://emeraldinsight.com/ 0090-7324.htm . Diakses pada tanggal 11 Februari 2013 Pukul 20.05 WIB. Popham, W. James. 1995. Classroom Assessment: What Teacher Need to Know.

Los Angeles: Allyn and Bacon.

Roberd L. Linn dan Gronlund. 1995. Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey/Columbus, Ohio: Merril, an imprintof prentice Hall Education. Rosidah, Rita. 2010. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor

dengan Reciprocal Teaching di Kelas VII A SMPN 30 Semarang. Diakses pada tanggal 15 Maret 2013 Pukul 09.00 Wib.

Saputri, Novika. 2010. Pengaruh Fasilitas di Rumah dan Motivasi Belajar Pada Pembelajaran Fisika melalui Metode Pemberian Tugas Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung : Universitas Lampung. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Bandung. Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukardi, H.M. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Vacca, Richard T. dan Jo Anne L. 1989. Content Area Reading. London : Scott Foresman and Company.