PENERAPAN ONGOING ASSESSMENT DENGAN FEEDBACK DAN TANPA FEEDBACK MENGGUNAKAN FLASH CARD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN ONGOING ASSESSMENT DENGAN FEEDBACK DAN TANPA FEEDBACK MENGGUNAKAN FLASH CARD

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

Oleh

Inayah Rahmawati

Ongoing assessment dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dan membantu meningkatkan performa siswa selanjutnya. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan dalam ongoing assessment adalah pemberian feedback. Feedback diberikan dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang hasil upaya belajar siswa. Pada pelaksanaannya siswa diberikan soal ongoing assessment berupa soal pilihan jamak, kemudian siswa menjawab menggunakan flash card selanjutnya siswa diberikan feedback pada kelas eksperimen dan tidak diberikan feedback pada kelas kontrol. Feedback diberikan dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan petunjuk dalam mengoreksi jawabannya hingga siswa menemukan jawaban yang benar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa pada penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback. Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Teknik analisis data hasil


(2)

Inayah Rahmawati belajar siswa menggunakan skor N-gain sedangkan pengujian hipotesis

menggunakan uji Independent Sample T Test.

Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback. Rata-rata hasil belajar fisika siswa pada kelas yang diberikan feedback sebesar 66,9 sedangkan pada kelas yang tidak diberikan feedback sebesar 57,1. Peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan ongoing assessment dengan feedback sebesar 30,9 dengan nilai N-gain sebesar 0,47 (kategori sedang). Peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan ongoing assessment tanpa feedback sebesar 14,9 dengan nilai N-gain sebesar 0,23 (kategori rendah). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan ongoing assessment dengan feedback lebih efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.


(3)

PENERAPAN ONGOING ASSESSMENT DENGAN FEEDBACK DAN TANPA FEEDBACK MENGGUNAKAN FLASH CARD

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

Oleh

Inayah Rahmawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

Tanggamus pada tanggal 20 Mei 1993, sebagai anak ke dua dari dua bersaudara pasangan Bapak Warso dan Ibu Sartinah.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri 1 Pajaresuk, Kecamatan Pringsewu dan tamat pada tahun 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Pringsewu hingga tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Pringsewu dan tamat pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa regular program studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penulis melaksanakan KKN di desa Garut, kecamatan Semaka, kabupaten

Tanggamus, PPL di SMP Negeri 2 Semaka, dan melaksanakan penelitian di MAN 1 Pringsewu. Selama menyelesaikan studi, penulis aktif di UKMF FPPI sebagai gema 2011/2012, sekbid kemuslimahan 2012/2013, presidium 2013/2014, anggota MMJ HIMASAKTA 2014/2015.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur ku persembahkan karya ini untuk: 1. Bapak dan ibuku tercinta yang telah mendoakanku, menantikan

keberhasilanku, berjuang untuk kebahagiaan anaknya, memberikan motivasi, memberikan nasihat, mengajarkanku untuk bersabar, menahan emosi dan masih banyak lagi perjuangan yang telah Beliau berikan.

2. Kakakku tercinta Dedi Febrianto yang telah mendoakanku, memberikan motivasi, membantu dalam segala hal, dan memberikan arahan untukku;

3. Mba’ Marissa dan dedek fathan yang telah memberikan motivasi dan doanya;

4. Para pendidik yang ku hormati; 5. Almamater tercinta.


(9)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Q.S Asy-Syarh: 6)

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan Menolongmu dan Meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S Muhammad: 7)

“Jangan mengeluh! Mengeluh adalah tanda kita tidak mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. Nikmat yang telah Allah berikan sangat berlimpah jika dibandingkan

ujian yang Dia berikan.” (Inayah Rahmawati) MOTO HIDUP


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Ongoing

Assessment dengan Feedback dan Tanpa Feedback Menggunakan Flash Card Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung; 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika;

4. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi ini; 5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku Pembimbing II atas kesediaan dan

keikhlasannya memberikan bimbingan dan arahan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini;

6. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc. selaku Pembahas yang selalu memberikan bimbingan dan saran atas perbaikan skripsi ini;


(11)

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan Pendidikan MIPA;

8. Bapak Drs. Samsurizal, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala MAN 1 Pringsewu yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian; 9. Ibu Siti Nurjanah, S.Pd. selaku guru mitra yang bersedia membantu dan

memberikan saran-saran demi keberhasilan penelitian ini;

10.Siswa-siswi kelas MAN 1 Pringsewu khususnya kelas X1 dan X2 atas bantuan

dan kerja samanya selama penelitian berlangsung;

11.Keluarga besar dari Bapak dan Ibu, terima kasih atas doa dan bantuannya selama Penulis menyelesaikan kuliah;

12. “Al-Kahfiah” yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku. Adelia Aris Setiawati, Ana Kurniasari, Isti Khoiriyah, Puspita Indah Rahayu, Rizki Mirantika, dan Siti Khairunnisa terima kasih atas kebersamaan yang tercipta, motivasi, nasihat-nasihatnya, suka duka yang terlewati. Semoga kita terus berjuang bersama hingga Jannah-Nya;

13.Teman seperjuangan evi, ummu, yulia, husnun, okta, novinta, berta, praba, desma, desi, fretty, rara, tari, rika, angga, agus, sondang, surya, aziz, hendika, najib, mashuri, rudi, faruk, dan fisika B;

14.Rekan-rekan KKN-PPL dewi, santi, novi, risa, tiwi, ardi, kiki, abbas yang berjuang bersama selama hidup di Semaka;

15.Kakak-kakak tingkat angkatan 2008-2010 serta adik-adik tingkat angkatan 2012-2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu;


(12)

17.Keluarga besar FPPI dan Himasakta, Mela (alm), Alvit, Reni, Riris, Jeje, Puput, Nyinang, Nurul, Kiki, Yuni, Mba’ Ani, Mba’ Erika, Mba’ Nani, Mba’ Reti, Mba’ Maretha, Oktari, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga Allah meridhoi segala aktivitas kita;

18.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas kebaikan yang diberikan kepada Penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR TABEL... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Ongoing Assessment... 7

2.1.2 Feedback... 10

2.1.3 Flash Card... 15

2.1.4 Hasil Belajar... 18

2.1.5 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)... 19

2.1.6 Suhu dan Kalor... 21


(14)

ii

2.3 Hipotesis... 27

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 28

3.2 Populasi Penelitian... 28

3.3 Sampel Penelitian... 28

3.4 Desain Penelitian... 29

3.5 Variabel Penelitian... 29

3.6 Instrumen Penelitian... 30

3.7 Analisis Instrumen 3.7.1 Uji Validitas Butir Soal... 30

3.7.2 Uji Reliabilitas... 31

3.8 Teknik Pengumpulan Data... 32

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Analisis Data... 32

3.9.2 Uji Normalitas Data... 33

3.9.3 Uji Homogenitas Data... 33

3.10Pengujian Hipotesis 3.10.1 Independent Sample T-Test... 34

3.10.2 Uji U Mann Whitney... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tahapan Pelaksanaan a. Kelas Eksperimen... 36


(15)

iii

4.1.2 Hasil Uji Penelitian

a. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

4.1.2.1 Uji Validitas Soal... 39

4.1.2.2 Uji Reliabilitas... 40

b. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest... 41

c. Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest dan Posttest... 41

d. Hasil Uji Normalitas Skor N-gain... 42

e. Hasil Uji Independent Sample T Test Hasil Belajar Siswa 43 4.2 Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 52

5.2 Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus... 57

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 61 3. Lembar Kerja Kelompok (LKK)... 74

4. Kunci Jawaban LKK... 93

5. Soal Ongoing Assessment dan Feedback... 114

6. Kisi-Kisi Pretest dan Posttest... 129

7. Soal Pretest dan Posttest Beserta Kunci Jawaban... 132

8. Revisi Soal Pretest dan Posttest Beserta Kunci Jawaban... 141


(16)

iv

10. Lembar Penilaian Psikomotor... 151

11. Angket... 153

12. Hasil Uji Validitas Butir Soal Pretest... 154

13. Hasil Uji Validitas Butir Soal Posttest... 156

14. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Pretest... 158

15. Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Posttest... 160

16. Hasil Pretest Kelas Kontrol... 162

17. Hasil Pretest Kelas Eksperimen... 164

18. Hasil Posttest Kelas Kontrol... 166

19. Hasil Posttest Kelas Eksperimen... 168

20. Hasil N-Gain Kelas Kontrol... 170

21. Hasil N-Gain Kelas Eksperimen... 172

22. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Dan Posttest... 174

23. Hasil Uji Levene Skor Pretest... 175

24. Hasil Uji Levene Skor Posttest... 176

25. Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain... 177

26. Hasil Uji Independent Sample T Test... 178

27. Daftar Keaktifan Siswa Kelas Kontrol... 179

28. Daftar Keaktifan Siswa Kelas Eksperimen... 180


(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Item... 31

Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas... 32

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pretest... 39

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Posttest... 40

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest... 41

Tabel 4.4 Hasil Uji Levene Skor Pretest... 42

Tabel 4.5 Hasil Uji Levene Skor Posttest... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttest... 42


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran... 27

Gambar 3.1 Desain Penelitian... 29

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Hasil Belajar siswa... 45

Gambar 4.2 Garfik Rata-rata Skor N-gain... 46

Gambar 4.3 Grafik Kategori N-gain... 47


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika MAN 1 Pringsewu menunjukkan bahwa pada tahun pelajaran 2014/2015 nilai rata-rata siswa pada ujian tengah semester untuk kelas X1 yaitu 60,1 dan untuk kelas X2

yaitu 66,3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di MAN 1 Pringsewu untuk mata pelajaran fisika sebesar 73 dan suatu kelas dikatakan tuntas apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai skor di atas atau sama dengan 73. Dari perolehan nilai rata-rata sebesar 60,1, siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 73 hanya mencapai 25,6 % dan dari perolehan nilai rata-rata sebesar 66,3, siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 73 hanya mencapai 44,4 %. Berdasarkan hasil tersebut, ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah belum tercapai dan dapat dikatakan juga bahwa hasil belajar siswanya masih rendah.

Untuk mendapatkan hasil belajar yang akurat guru perlu memerhatikan beberapa prinsip assessment (penilaian) yaitu assessment dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Secara menyeluruh yang dimaksud adalah assessment dilakukan tidak hanya pada akhir pembelajaran namun pada saat proses pembelajaran berlangsung dan tidak hanya dilakukan satu atau dua kali. Prinsip assessment


(20)

2 berkelanjutan (ongoing assessment) dilakukan secara berencana, terus-menerus, dan bertahap yang bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Proses belajar akan terlaksana secara optimal apabila dipantau secara berkelanjutan maka penilaian hasil belajar juga harus dilakukan secara berkelanjutan dengan menerapkan ongoing assessment. Ongoing assessment terdiri dari penilaian sebelum dan selama pembelajaran untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Dengan cara tersebut, guru akan mengetahui tingkat kemampuan siswa dan membantu meningkatkan performa siswa selanjutnya.

Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan pada ongoing assessment adalah pemberian feedback (umpan balik). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika MAN 1 Pringsewu, sejauh ini ongoing assessment yang telah dilakukan yaitu mengadakan ulangan harian yang dilaksanakan secara terstruktur, mid semester, ujian akhir semester, remedial, dan PR. Aktivitas ongoing assessment seperti pemberian feedback belum dilaksanakan karena adanya keterbatasan waktu dalam menyampaikan materi.

Feedback penting diberikan oleh guru untuk memberikan informasi tentang hasil upaya belajar yang telah dilakukan siswa serta untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap materi yang dipelajari selama proses pembelajaran. Feedback yang baik diberikan guru secara langsung agar siswa dapat langsung memperbaiki pemahaman konsep yang kurang tepat dan dapat lebih mudah dalam memahami serta mengingat materi yang telah dipelajari.


(21)

3 Untuk melihat apakah siswa sudah memahami materi atau belum dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan cara tersebut guru akan menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas. Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh siswa sebaiknya dicatat dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Dengan ujian singkat itu siswa menuliskan sejauh mana materi yang telah diterangkan dapat dimengerti.

Setelah ujian singkat diberikan, guru perlu menindak lanjuti dengan pemberian feedback. Feedback ini tidak hanya menginformasikan apakah jawaban siswa benar atau salah tetapi juga dengan menunjukkan jawaban yang benar dan alasan mengapa jawaban yang lain salah. Evaluasi yang telah diberi feedback juga bisa sebagai penguatan sehingga siswa termotivasi dan tidak merasa sulit dalam pelajaran fisika. Hal ini juga dapat merubah sikap siswa yang awalnya tidak tertarik menjadi lebih tertarik pada pelajaran fisika. Dengan pemberian feedback siswa juga akan mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga akan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

Siswa yang diberikan feedback akan memiliki prestasi belajar yang tinggi, untuk membuktikannya maka dilakukan penelitian terhadap dua kelas yang diberikan perlakukan berbeda yaitu satu kelas diberikan feedback dan satu kelas tidak diberikan feedback. Kelas yang menerapkan ongoing assessment dengan feedback akan diberikan soal pilihan jamak kemudian guru memberikan jawaban yang benar dan membimbing siswa dengan feedback. Kelas yang menerapkan ongoing


(22)

4 assessment dengan tanpa pemberian feedback akan diberikan soal pilihan jamak kemudian guru hanya akan memberikan jawaban yang benar saja.

Penggunaan media selama proses pembelajaran juga penting, hal ini dikarenakan media dapat membantu memudahkan siswa dalam memahami materi. Salah satu media yang dapat digunakan selama proses pembelajaran adalah flash card. Flash card yang digunakan berukuran 9x12 cm dengan dua sisi berupa huruf. Dalam hal ini, flash card digunakan siswa untuk menjawab soal latihan pilihan jamak. Berdasarkan uraian di atas, telah diterapkan penelitian yang berjudul:

“Penerapan Ongoing Assessment dengan Feedback dan Tanpa Feedback Menggunakan Flash Card Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card?

1.3 Tujuan Penelitian


(23)

5 1. Mengetahui perbedaan hasil belajar fisika siswa pada penerapan ongoing

assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card. 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa pada penerapan ongoing

assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, memudahkan dalam memahami materi fisika, memotivasi siswa, mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa.

2. Bagi guru, menjadi alternatif bagi guru dalam ongoing assessment dengan pemberian feedback selama proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti, mengetahui hasil penelitian penerapkan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card terhadap hasil belajar fisika siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap permasalahan yang diteliti, maka pembatasan-pembatasan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X1 dan X2 semester genap MAN 1


(24)

6 2. Objek penelitian adalah hasil belajar fisika siswa kelas X1 dan X2 semester

genap MAN 1 Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015 dengan penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card.

3. Materi yang diteliti adalah Suhu dan Pemuaian, Kalor dan Perubahannya, Asas Black, dan Perpindahan Kalor.

4. Ongoing assessment adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus, bertahap, dan direncanakan selama proses pembelajaran. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan dalam ongoing assessment adalah feedback. Ongoing assessment dilakukan sebanyak 4 kali sesuai dengan materi yang diberikan. Ongoing assessment dalam hal ini berupa soal pilihan jamak yang kemudian diberikan feedback setelah siswa menjawab soal.

5. Feedback adalah umpan balik yang diberikan dengan tujuan untuk

memberikan informasi tentang hasil upaya belajar yang telah dilakukan siswa. Feedback dalam pembelajaran fisika diberikan dengan cara memberikan jawaban soal kepada siswa serta mengarahkan siswa untuk menemukan kesalahannya dalam menjawab soal.

6. Flash card adalah media berupa kartu belajar dengan dua sisi berupa gambar, huruf, atau angka yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami materi.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Ongoing Assessment

Kegiatan asesmen harus memberikan informasi tentang hasil belajar siswa secara utuh sehingga kegiatan asesmen yang dilakukan harus dapat menilai hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian harus dilakukan dengan teknik yang bervariasi agar mencakup tiga ranah hasil belajar tersebut. Kegiatan penilaian hasil belajar merupakan feedback untuk merancang pembelajaran selanjutnya yang lebih baik. Proses belajar akan terlaksana secara optimal apabila dipantau secara berkelanjutan maka penilaian hasil belajar juga harus dilakukan secara berkelanjutan dengan menerapkan asesmen berkelanjutan (Luluk, 2013: 203).

Menurut Jihad & Abdul (2008: 54) :

Asesmen merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memeroleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, asesmen hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan


(26)

8

pembelajaran. Selanjutnya ditegaskan oleh BSNP mengenai 5 prinsip khusus proses asesmen, diantaranya adalah asesmen dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan sehingga hasil belajar siswa harus komperehensif dan dapat memberikan gambaran yang utuh tentang diri siswa.

Selanjutnya menurut Blythe dalam Surahman (2013: 8) :

Assessment that fosters understanding (rather than simply evaluating it) has to be more than an end-of-the-unit test. It needs to inform students and teachers about both what students currently understand and how to

proceed with subsequent teaching and learning. This integration of performance and feedback is exactly what students need as they work to develop their understanding of a particular topic or concept. In the

teaching for understanding framework, it is called “ongoing assessment.”

Ongoing assessment is the process of providing students with clear

responses to their performances of understanding in a way that will help to improve next performances.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa penilaian membantu perkembangan pemahaman siswa (lebih dari tes evaluasi) yang dilakukan diakhir pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menginformasikan kepada siswa dan guru tentang apakah siswa benar-benar sudah mengerti dan bagaimana proses belajar mengajar selanjutnya akan dilakukan. Penggabungan dari sangat dibutuhkan siswa sebagai acuan mereka untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu topik atau konsep tertentu. Dalam kerangka „mengajar untuk mengerti, hal ini disebut Ongoing Assessment. Ongoing Assessment adalah proses untuk mempersiapkan siswa dengan respon yang jelas untuk mengetahui pemahaman siswa dengan tujuan untuk membantu meningkatkan performa siswa selanjutnya.

Chapman dalam Surahman (2013: 10) memberi definisi spesifik tentang ongoing assessment yaitu :


(27)

9

Ongoing assessment occurs before and during or assignment to meet the needs of individual student. It is designed or selected to acquire

information in daily activities and to provide experience to expedite learning. Students receive regular feedback on their performance to continually improve in areas of strength and need.

Berdasarkan pendapat di atas ditegaskan bahwa ongoing assessment terdiri dari penilaian sebelum dan selama pembelajaran untuk menemukan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Hal ini didesain untuk menggali informasi tentang aktivitas dan pengalaman belajar. Siswa menerima umpan balik dari penampilannya untuk memperbaiki pembelajaran selanjutnya.

Berdasarkan hasil penelitian, Luluk (2013: 207) memberikan saran bahwa

asesmen berkelanjutan menuntut guru untuk melakukan penilaian secara kontinu. Guru harus telaten dalam melakukan penilaian hasil belajar siswa agar dapat memantau perkembangan hasil belajar siswa.

Respon siswa secara umum terhadap pembelajaran dengan menerapkan asesmen berkelanjutan dapat dikatakan positif. Aspek yang mendapatkan respons setuju dan sangat setuju dengan persentase tertinggi adalah pernyataan “siswa senang dengan aktivitas belajar di kelas yang menerapkan asesmen hasil belajar dengan teknik pemberian asesmen berkelanjutan” dan pernyataan “setelah mendapatkan asesmen berkelanjutan, siswa merasa tertantang dalam memahami materi fisika yang lainnya”. Kenyataan ini membuka peluang bagi guru untuk mengetahui bagaimana membuat pembelajaran menyenangkan dan menantang bagi siswa sehingga menjauhkan anggapan bahwa fisika itu sulit (Luluk, 2013: 207).

Carbery dalam Parahat (2013: 13) menyatakan bahwa aktivitas yang bisa digunakan dalam Ongoing Assessment adalah:


(28)

10

1. Jurnal 2. Interview 3. Feedback 4. Konferensi 5. Observasi kelas 6. Observasi aktivitas 7. Grup diskusi

8. Penilaian teman sejawat 9. Penilaian diri sendiri 10. Tes mingguan

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ongoing assessment adalah suatu proses penilaian siswa yang jelas dan sistematik yang dapat membantu guru memberikan feedback, terhadap pemahaman siswa pada suatu topik atau konsep materi pelajaran. Sehingga dari penilaian tersebut menjadi acuan guru untuk membangun pembelajaran yang lebih baik. Penilaian ini tidak hanya dilakukan pada akhir pembelajaran tetapi juga di awal pembelajaran dan selama pembelajaran berlangsung, baik penilaian menggunakan tes atau pun non tes. Dalam penelitian ini, aktivitas ongoing assessment yang akan digunakan yaitu penggunaan feedback.

2.1.2 Feedback

Ada satu hal dalam proses pendidikan atau pembelajaran di sekolah yang merupakan satu sisi terpenting untuk mendapatkan hasil maksimal dari prestasi belajar siswa serta menumbuhkan sikap positif terhadap proses belajarnya, yakni persoalan feedback (umpan balik) dalam pembelajaran. Dalam ilmu komunikasi, feedback dianggap sebagai faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan pesan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan. Feedback kaitannya dalam proses pembelajaran adalah bentuk komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan dirinya sendiri yang terintegrasi secara


(29)

11

menyeluruh. (http://danisetiawan44.blogspot.com/2011/06/feedback-dan-problem-solving.html)

Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai

kemajuannya ke arah pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Secara lebih konkrit umpan balik diartikan memberitahu siswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes yang mereka kerjakan setelah melakukan proses pembelajaran. Umpan balik dapat diberikan kepada siswa untuk mengatasi kesulitan belajar atau untuk

meningkatkan prestasinya (Slameto, 2002: 190). John (1993: 70) berpendapat bahwa feedback can serve to build the motivational areas of relevance,

confidence, and satisfaction with the performance. Pendapat tersebut mengatakan bahwa feedback dapat berfungsi untuk membangun motivasi yang bersangkutan (siswa), percaya diri, dan kepuasan dengan kinerjanya.

Selain itu, John (1993: 70) juga berpendapat bahwa :

Feedback is always related to a response generated by a question. In this sense, the meaning of feedback is dependent upon its context in the instruction.

Menurut pendapat di atas, feedback selalu dikaitkan dengan respon yang dihasilkan oleh sebuah pertanyaan. Dalam pengertian ini, arti dari feedback tergantung pada konteksnya dalam pengajaran. Rooijakkers (1984: 23)

berpendapat bagi guru, dengan umpan balik ia dapat mengetahui serta menilai sejauh mana materi yang diajarkannya telah dikuasai oleh siswa.

Menurut Hudoyo (1988: 144) :

Berikanlah umpan balik kepada siswa dengan cara memberikan jawaban soal kepada siswa, dapat pula ditunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada saat mengoreksi tugas-tugasnya.


(30)

12

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, feedback (umpan balik) merupakan suatu bentuk komunikasi yang reaktif, merupakan respon atau masukan terhadap hasil perkembangan nilai siswa. Feedback juga digunakan untuk melihat sejauh mana materi yang sudah dikuasai siswa. Feedback dapat diberikan dengan cara

memberikan jawaban soal dan menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasarkan pendapat ini, feedback penting untuk dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran di kelas juga dinyatakan oleh Hopson dan Scally dalam Maryam (1994: 64) yaitu :

We think feedback is essential in helping groups and group members learn more about how they operate and about themselves individually. We also think that feedback has to be given skillfully.

Berdasarkan pendapat tersebut, feedback berguna untuk membantu siswa baik secara berkelompok maupun perorangan mengenai kemampuan bagaimana mengoperasikan sesuatu dan dapat mengetahui kemampuan individualnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa feedback dapat melatih atau memberikan suatu keahlian atau keterampilan. Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian feedback sangat diperlukan.

Guru biasanya memberikan feedback terhadap tugas, latihan, ulangan harian, upaya belajar, penguasaan suatu keterampilan, dan sebagainya, yang telah

diupayakan oleh siswa. Untuk memberikan feedback, guru dapat melakukan baik secara verbal maupun nonverbal. Feedback dapat bersifat reward terhadap hasil belajar yang mereka lakukan/capai dengan baik. Bisa pula berupa kritikan yang bersifat membangun motivasi belajar dan perbaikan proses atau pencapaian hasil


(31)

13

belajar. Untuk memberikan feedback yang produktif, pemberian feedback perlu disertai informasi yang membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Karena feedback tidak akan begitu saja merubah atau meningkatkan respon siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu prinsip penggunaan feedback adalah diberikan sesegera mungkin oleh guru kepada siswa (Haryoko, 2011: 105).

Menurut Stevens & Levi (2005: 17) :

Memberikan umpan balik tepat waktu dan bermakna bagi para siswa mempunyai potensi untuk menjadi proses belajar mengajar menjadi efektif.

Allin & Turnock (2007: 6) mengatakan umpan balik yang diberikan harus jelas, spesifik, bersifat personal, dan jujur. Kulik & Kulik (1988: 106) melaporkan bahwa Umpan balik langsung lebih efektif daripada umpan balik tertunda untuk diterapkan, tetapi tidak pada kegiatan di laboratorium. Berdasarkan pendapat tersebut, feedback diberikan secara langsung, jelas, spesifik, bersifat personal, jujur, dan tepat waktu sehingga proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Berdasarkan review hasil penelitian yang dilakukan Dihoff et.al (2010: 17), disimpulkan bahwa pemberian feedback segera (langsung) dapat memperbaiki pengelolaan kelas dan meningkatkan interaksi siswa dalam kelas. Dari hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa feedback langsung yang dikuti dengan proses jawaban sampai benar tidak hanya yang paling efektif tetapi juga yang paling disukai.

Bloxham & Boyd (2007: 105) mengemukakan bahwa :

Prinsip kunci umpan balik adalah bahwa umpan balik akan berguna bila menginformasikan kepada siswa tentang cara-cara untuk memperbaiki kinerja mereka.


(32)

14

Feedback akan berguna jika ditujukan untuk memperbaiki kinerja siswa karena hal tersebut dapat mengembangkan kepercayaan diri dan meningkatkan motivasi siswa serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Siswa dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya sebagai akibat adanya feedback yang diterima.

Menurut Kulhavy (1977: 220) :

If the material studied is unfamiliar or abstruse, providing feedback should have little effect on criterion performance, since there is no way to relate the new information to what is already known.

Pendapat di atas dapat diartikan jika materi yang dipelajari asing atau susah dipahami, penyediaan feedback akan memiliki efek yang kecil pada performanya, tidak ada cara untuk menghubungkan informasi baru dengan apa yang sudah dimengerti. Jadi feedback akan memiliki efek yang baik jika materi yang dipelajari mudah dipelajari.

Menurut Kulhavy dalam Hattie & Helen (2007: 82) menunjukkan bahwa : Feedback is not necessarily a reinforcer, because feedback can be

accepted, modified, or rejected. Feedback by itself may not have the power to initiate further action. In addition, it is the case that feedback is not only given by teachers, students, peers, and so on, but can also be sought by students, peers, and so on, and detected by a learner without it being intentionally sought.

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa feedback tidak selalu menjadi penguat, karena feedback dapat diterima, dimodifikasi, atau ditolak. Feedback dengan sendirinya mungkin tidak memiliki kekuatan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Selain itu, feedback tidak hanya diberikan oleh guru, siswa, teman sebaya, dan sebagainya, tetapi juga dapat dicari oleh siswa, rekan-rekan, dan sebagainya, dan ditemukan oleh pelajar tanpa itu sedang sengaja dicari.


(33)

15

Black & Wiliam (1998: 13) menyimpulkan The provision of challenging assignments and extensive feedback lead to greater student engagement and higher achievement. Pendapat tersebut menyimpulkan bahwa pemberian tugas yang menantang disertai feedback akan membuat siswa memiliki keterlibatan yang besar dan mempunyai prestasi yang lebih tinggi.

Beberapa prinsip yang harus dipegang oleh guru saat memberikan feedback kepada siswa adalah : (1) Berikan feedback sesegera mungkin; (2) Berikan feedback yang spesifik; (3) Tekankan pada tingkah laku atau hal yang ingin dikoreksi, bukan yang lain; (4) Berikan feedback sesuai tingkat perkembangan anak; (5) Berikan penghargaan (reward) bersama-sama dengan balikan positif (positive feedback) pada performa yang sudah bagus; (6) Saat memberikan balikan negatif (negative feedback), sekaligus tunjukkan/contohkan bagaimana performa yang benar (bagus); (7) Bantulah siswa untuk tetap fokus pada proses, bukan pada hasil; (8) Ajarkan siswa bagaimana memperoleh feedback dari dirinya sendiri dan bagaimana menilai performa (kinerja)-nya sendiri.

(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/feedback-balikan-motivasi-belajar.html)

Feedback akan diberikan setelah siswa menjawab soal pilihan jamak dengan memberikan jawaban yang benar dan alasan mengapa jawaban yang lain salah.

2.1.3 Flash Card

Media merupakan perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Inti dari penggunaan media


(34)

16

adalah sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan informasi atau pesan antara pemberi kepada penerima.

Menurut Sadiman & Haryono (2010: 28) beberapa jenis media yang sering dipakai dalam kegiatan pembelajaran antara lain:

1) Media grafis. Media grafis termasuk media visual, berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila digrafiskan.

2) Media audio. Media audio berkaitan dengan pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/bahasa lisan) maupun non verbal.

3) Media proyeksi diam. Media proyeksi diam (stiil proyected medium) mempunyai persamaan dengan media grafik dalam arti menyajikan rangsangan-rangsangan visual.

Salah satu media yang mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif adalah media flash card. Berdasarkan pendapat di atas, flash card termasuk kedalam media grafis atau media visual. Indriana (2011: 68) berpendapat bahwa Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar dengan ukuran sebesar post card atau sekitar 25x30 cm.

Munawir (2011: 41) menyatakan bahwa :

Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30 cm. Gambar-gambar yang ada pada flash card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya.

Berdasarkan beberapa pengertian flash card diatas dapat didefinisikan flash card adalah media visual (2 dimensi) berupa kartu yang memuat gambar yang

berhubungan dengan pokok bahasan sehingga dapat menyalurkan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif,


(35)

17

menyenangkan harus diterapkan dalam pembelajaran agar tujuan dan fungsi pendidikan dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Cara menggunakan media flash card yaitu, (a) Kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa, (b) Cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru selesai menerangkan, (c) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut satu persatu, kemudian teruskan kepada siswa yang lain, (d) Jika disajikan dalam suatu permainan, letakkan kartu-kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu disusun (Susilana & Riyana, 2009: 96-97).

Kelebihan flash card diantaranya, yang pertama mudah dibawa-bawa, karena dengan ukuran yang tidak terlalu besar, dapat disimpan di tas dan saku, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan dapat digunakan di mana saja. Kedua adalah praktis, karena guru tidak perlu memiliki keahlian khusus untuk

menggunakan media ini. Ketiga adalah gampang diingat, karena media ini menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan, seperti mengenal huruf, mengenal angka, mengenal nama binatang, dll. Yang terakhir adalah menyenangkan, media flash card dalam penggunaannya bisa melalui permainan, dengan permainan dapat mengasah kemampuan kognitif dan melatih ketangkasan (fisik) (Susilana&Riyana, 2009: 95).

Berdasarkan uraian di atas,flash card yang akan digunakan yaitu berupa kartu berukuran 9x12 cm dengan dua sisi, yaitu berupa huruf jawaban pada soal pilihan ganda (A, B, C, D).


(36)

18

2.1.4 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Sudjana (2010: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Warsito dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni dkk (2010: 18) menjelaskan bahwa :

Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.

Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni dkk


(37)

19

(2010: 28), instrumen dibagi menjadi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Selanjutnya, menurut Hamalik (2006: 155), memberikan gambaran bahwa hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sungguh-sungguh. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya.

Berdasarkan pendapat tersebut, pengertian hasil belajar dapat disimpulkan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

2.1.5 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Multiple Choice Test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas suatu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor) (Arikunto, 2008: 168).


(38)

20

Kaidah penulisan soal pilihan ganda dalam Depdiknas (2008: 15-16) sebagai berikut.

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban).

b. Konstruksi

1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. 4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".

7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.

8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.

9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.


(39)

21

c. Bahasa atau Budaya

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal meliputi; pemakaian kalimat, pemakaian kata, pemakaian ejaan, bahasa yang digunakan harus komunikatif sehingga pernyataannya mudah dimengerti peserta didik, pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian, letakkan kata/frase pada pokok soal.

2.1.6 Suhu dan Kalor

a. Suhu dan Termometer

Alat yang dapat mengukur suhu suatu benda disebut termometer. Termometer bekerja dengan memanfaatkan perubahan sifat-sifat fisis benda akibat perubahan suhu. Termometer berupa tabung kaca yang didalamnya berisi zat cair, yaitu raksa atau alkohol. Pada suhu yang lebih tinggi, raksa dalam tabung memuai sehingga menunjuk angka yang lebih tinggi pada skala. Sebaliknya, pada suhu yang lebih rendah raksa dalam tabung menyusut sehingga menunjuk angka yang lebih rendah pada skala. Terdapat empat skala yang digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu skala Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Kelvin (Nurachmandani, 2009: 152).

b. Pemuaian

Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda karena mengalami

pemanasan. Makin panas suhu suatu benda, makin cepat getaran antaratom yang menyebar ke segala arah. Karena adanya getaran atom inilah yang menjadikan benda tersebut memuai ke segala arah. Pemuaian dapat dialami zat padat, cair, dan gas (Nurachmandani, 2009: 153).


(40)

22

c. Kalor

Pada dasarnya kalor adalah perpindahan energi kinetik dari satu benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Pada waktu zat mengalami pemanasan, partikel-partikel benda akan bergetar dan menumbuk partikel tetangga yang bersuhu rendah. Hal ini berlangsung terus menerus membentuk energi kinetik rata-rata sama antara benda panas dengan benda yang semula dingin. Pada kondisi seperti ini terjadi keseimbangan termal dan suhu kedua benda akan sama. Hubungan kalor dengan suhu benda dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q = m × c × T Keterangan:

Q : kalor yang diserap/dilepas benda (J) m : massa benda (kg)

c : kalor jenis benda (J/kg°C) T : perubahan suhu (°C)

Persamaan di atas, dapat dirubah menjadi berikut: Q = C T

Dengan C adalah kapasitas kalor yang nilainya sama dengan massa dikalikan kalor jenis benda atau secara empiris:

C = m c Keterangan:

C = kapasitas kalor (kalori/c) atau (J/K)

Kapasitas kalor merupakan kemampuan sebuah zat untuk menyimpan panas atau energi (Nurachmandani, 2009: 157-159).


(41)

23

d. Perubahan Wujud Zat

Kalor yang diserap benda digunakan untuk dua kemungkinan, yaitu untuk menaikkan suhu atau untuk mengubah wujud benda. Misalnya, saat es mencair, ketika itu benda berubah wujud, tetapi suhu benda tidak berubah meski ada penambahan kalor. Kalor yang diberikan ke es tidak digunakan untuk mengubah suhu es, tetapi untuk mengubah wujud benda. Kalor ini disebut kalor laten (Nurachmandani, 2009: 161).

Kalor laten merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk berubah wujud. Kalor laten ada dua macam, yaitu kalor lebur dan kalor didih. Kalor lebur merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk melebur. Sama halnya kalor lebur, kalor didih merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk

mendidih/menjadi uap. Kalor ini sama dengan kalor yang diperlukan pada zat untuk mengembun. Jadi, kalor yang dibutuhkan 1 kg air untuk menguap seluruhnya sama dengan kalor yang dibutuhkan untuk mengembun seluruhnya (Nurachmandani, 2009: 161).

Untuk membeku dan melebur terdapat kalor yang dibutuhkan yang disebut kalor laten lebur atau beku sebesar:

QL = m L

Begitu pula dengan proses perubahan wujud zat berupa menguap dan mengembun, membutuhkan kalor untuk menguap sebesar:

Qu = m U

Keterangan:


(42)

24

U = kalor laten uap

(Nurachmandani, 2009: 161-162)

Kalor yang dilepaskan air panas akan sama besarnya dengan kalor yang diterima susu yang dingin. Kalor merupakan energi yang dapat berpindah, prinsip ini merupakan prinsip hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi di rumuskan pertama kali oleh Joseph Black (1728 – 1899). Joseph Black

merumuskan perpindahan kalor antara dua benda yang membentuk suhu termal sebagai berikut.

Qlepas = Qterima

Keterangan:

Qlepas : besar kalor yang diberikan (J)

Qterima : besar kalor yang diterima (J)

(Nurachmandani, 2009: 163) e. Perpindahan Kalor

Peristiwa perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya disebut konduksi. Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Ditinjau dari konduktivitas termal (daya hantar kalor), benda dibedakan menjadi dua macam, yaitu konduktor kalor dan isolator kalor. Konduktor kalor adalah benda yang mudah menghantarkan kalor. Hampir semua logam termasuk konduktor kalor, seperti aluminium, timbal, besi, baja, dan tembaga. Isolator kalor adalah zat yang sulit menghantarkan kalor. Bahan-bahan bukan logam biasanya termasuk isolator kalor, seperti kayu, karet, plastik, kaca, mika, dan kertas.


(43)

25

Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat. Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan kalor yang tidak memerlukan zat perantara (medium) disebut radiasi (Nurachmandani, 2009: 165-171).

2.2 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan ongoing assessment dengan feedback (x1) dan tanpa feedback (x2). Variabel terikatnya adalah hasil

belajar fisika siswa (Y) sedangkan variabel moderatornya adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dan media flash card. Dalam penelitian ini diukur hasil belajar ranah kognitif berupa pretest dan posttest, proses

pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan media yang membantu yaitu flash card. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh penerapan ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card terhadap hasil belajar fisika siswa.

Penelitian ini berasumsi bahwa feedback dapat berpengaruh dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena feedback merupakan salah satu bentuk komunikasi yang reaktif dan dapat membantu siswa dalam belajar. Feedback akan berguna apabila ditujukan untuk memperbaiki kinerja siswa dan akan lebih

produktif jika disertai dengan informasi yang membimbing siswa dalam

membangun pengetahuan. Selain itu, melalui feedback guru dapat mengetahui dan menilai sejauh mana materi yang telah disampaikan dipahami siswa. Untuk


(44)

26

selanjutnya, guru dapat memberikan penjelasan materi yang belum dipahami siswa pada pertemuan berikutnya.

Melalui pemberian feedback, siswa dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, sehingga siswa dapat termotivasi, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri. Pemberian feedback dengan segera dapat memperbaiki pengelolaan kelas dan meningkatkan interaksi siswa dalam kelas. Selain itu, pemberian feedback dengan segera yang diikuti dengan proses pemberian jawaban sampai benar adalah yang paling efektif dan paling disukai siswa. Feedback dapat diberikan dari guru kepada siswa, dari siswa ke siswa, dan dari siswa sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti akan menerapkan pemberian feedback dengan segera yang diikuti proses pemberian jawaban yang benar dan dilakukan oleh guru serta siswa itu sendiri.

Siswa yang diberikan feedback akan memiliki prestasi belajar yang tinggi, untuk membuktikannya maka dilakukan penelitian terhadap dua kelas yang diberikan perlakukan berbeda yaitu satu kelas diberikan feedback dan satu kelas tidak diberikan feedback. Kelas yang menerapkan ongoing assessment dengan feedback akan diberikan soal pilihan jamak kemudian guru memberikan jawaban yang benar dan membimbing siswa dengan feedback. Kelas yang menerapkan ongoing assessment dengan tanpa pemberian feedback akan diberikan soal pilihan jamak kemudian guru hanya akan memberikan jawaban yang benar saja.

Hasil belajar dalam penelitian ini diperoleh dari hasil posttest siswa, sedangkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari n-gain yaitu selisih antara nilai pretest dan posttest. Kemudian dilihat peningkatannya berdasarkan kategori n-gain. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pengaruh


(45)

27

variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma penelitian seperti berikut:

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X1 = Ongoing Assessment dengan feedback

X2 = Ongoing Assessment tanpa feedback

Y1 = Hasil belajar yang menerapkan ongoing assessment dengan feedback

Y2 = Hasil belajar yang menerapkan ongoing assessment tanpa feedback

M= Menggunakan flash card dan model pembelajaran inkuiri terbimbing

2.3 Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa terhadap penerapan

ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

H1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan feedback lebih tinggi dibandingkan

dengan tanpa feedback pada penerapan ongoing assessment menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.


(46)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu.

3.2 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Pringsewu pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari enam kelas.

3.3 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut dilihat dari nilai rata-rata ulangan tengah semester yang tidak jauh berbeda dan keaktifan siswa. Pada penerapan kurikulum 2013, kelas X IPA terbagi menjadi tiga kelas yaitu X1, X2, dan X3.

Nilai rata-rata ulangan tengah semester pada pelajaran fisika masing-masing kelas yaitu 60,1, 66,3, dan 59,8. Berdasarkan skor nilai tertinggi yaitu pada kelas X2 dan

selisih rata-rata nilai antara kelas X2 dan X1 sebesar 6,2 sedangkan selisih nilai

antara kelas X2 dan X3 sebesar 6,5. Dipilihlah kelas X2 dan X1 karena memiliki


(47)

29 tersebut, dipilih kelas X1 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 36 siswa dan kelas

X2 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 34 siswa.

3.4 Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental Design dengan tipe One Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Melalui pretest dan posttest hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Menurut Setyosari (2012: 174), desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

= nilai pretest = nilai posttest

X1= penerapan ongoing assessment dengan feedback X2= penerapan ongoing assessment tanpa feedback

3.5 Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat serta variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback (X), variabel terikatnya

O

1 X1 O2


(48)

30 adalah hasil belajar fisika siswa (Y) sedangkan variabel moderatornya adalah media flash card dan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

3.6 Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian dalam penelitian ini yaitu instrumen penilaian kognitif terdiri dari soal pretest dan posttest masing-masing berjumlah 20 soal, instrumen

penilaian afektif, dan instrumen penilaian psikomotor.

3.7 Analisis Instrumen

Instrumen penilaian tersebut dianalisis dengan menggunakan ANATES yang dikembangkan oleh Karno To dan Wibisono (Anates pilihan ganda versi 4.09 : 2004) untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya. Adapun cara lain yang bisa dipakai yaitu dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut.

3.7.1 Uji Validitas Butir Soal

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Jika seorang peneliti atau seorang guru mengetahui bahwa validitas soal tes misalnya terlalu rendah atau rendah saja dan ingin mengetahui butir-butir manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena memiliki validitas rendah. Untuk keperluan inilah dicari validitas butir soal (Arikunto, 2008: 75-76).

Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan seluruh skor total dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑


(49)

31 Keterangan:

= Koefisien korelasi yang menyatakan validitas

= Skor butir soal = Skor total

= Jumlah sampel (Arikunto, 2008: 72)

Adapun Koefesien validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Validitas Item

Koefesien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 0.60 – 0.79 0.40 – 0.59 0.20 – 0.39 0.00 – 0.19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2008: 75)

Jika korelasi antar butir dengan skor total > 0,3 maka instrument tersebut

dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total < 0,3 maka instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Jika r hitung> r table dengan  = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2008: 86).

Rumus yang digunakan adalah:


(50)

32 Keterangan :

= reliabilitas tes secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q=1- ) ∑ = jumlah hasil perkalian antara dan

= banyaknya item = standar deviasi (Arikunto, 2008: 100-101)

Adapun nilai koefesiensi dari reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2 Tabel 3.2 Klasifikasi Reliabilitas

Koefesien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 0.60 – 0.79 0.40 – 0.59 0.20 – 0.39 0.00 – 0.19

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2009: 82)

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari pretest dan posttest untuk pemahaman konsep.

3.9 Teknik Analisis Data 3.9.1 Analisis Data

Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain yang ternormalisasi. N-gain diperoleh dari pengurangan skor posttest dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest. Jika dituliskan dalam persamaan adalah sebagai berikut.


(51)

33 pre pre post

S

S

S

S

g

max Keterangan: g = N-Gain Spre = Skor pretest

Spost = Skor posttest

Smax = Skor maksimum

Kategori:

Tinggi : 0,7N-gain 1 Sedang : 0,3N-gain< 0,7 Rendah : N-gain< 0,3

3.9.2 Uji Normalitas Data

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

O

H : data terdistribusi secara normal

1

H : data tidak terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

1) Nilai Sig < 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal. 2) Nilai Sig > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

3.9.3 Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji-F (levene).


(52)

34 3.10 Pengujian Hipotesis

3.10.1 Independent Sample T-Test

Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Hipotesis yang akan diuji dengan Independent sample t-test adalah:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa terhadap penerapan

ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

H1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan feedback lebih tinggi dibandingkan

dengan tanpa feedback pada penerapan ongoing assessment menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kriteria pengujian:

a) H0 diterima jika –t tabel< t hitung< t tabel

b) H0 ditolak jika –t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel

Berdasarkan probabilitas:

a) H0 diterima jika P value > 0,05

b) H0 ditolak jika P value < 0,05

3.10.2 Uji U Mann Whitney

Nazir (2003:403) menyatakan bahwa Uji U Mann Whitney merupakan alternatif lain untuk menguji beda mean dari dua sampel. Uji U tidak memerlukan asumsi


(53)

35 distribusi normal dan homogenitas varians. Hipotesis yang akan diuji dengan uji U Mann-Whitney yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa terhadap penerapan

ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

H1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan feedback lebih tinggi dibandingkan

dengan tanpa feedback pada penerapan ongoing assessment menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kriteria pengujian:

a) H0 ditolak, diterima H1 jika Ucari > Utabel


(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen yang menerapkan feedback dan kelas kontrol yang tidak menerapkan feedback. Pada kelas eksperimen rata-rata hasil belajar fisika yang diperoleh meningkat dari 36 menjadi 66,9 dengan kenaikan skor rata-rata 30,9. Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar fisika yang diperoleh meningkat dari 42,2 menjadi 57,1 dengan kenaikan skor rata-rata 14,9.

2. Peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen berdasarkan skor N-gain sebesar 0,47 (kategori sedang) dan pada kelas kontrol sebesar 0,23 (kategori rendah). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penerapan feedback lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :


(55)

53 1. Pembelajaran dengan pemberian feedback dapat dijadikan salah satu alternatif

bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2. Guru dapat memberikan feedback dengan cara menginformasikan kepada siswa tentang cara-cara untuk memperbaiki kinerja mereka. Dapat juga diberikan dengan cara memberikan jawaban soal kepada siswa dan ditunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada saat mengoreksi tugas-tugasnya.

3. Guru hendaknya memberikan feedback dengan sesegera mungkin karena feedback yang diberikan segera atau langsung disertai dengan proses jawaban sampai benar merupakan yang paling efektif.

4. Guru hendaknya memperkirakan waktu yang akan diperlukan dalam pemberian feedback.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Allin, L. & Turnock, C. 2007. Assessing Student Performance in Work-Based Learning. www.practicebasedlearning.org. Diunduh 20 Mei 2010. Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Karya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Black, P. & Wiliam, D. 1998. Assessment and Classroom Learning. Assessment in Education, Vol 5(1), 7–75. [Journal Online]. Diakses tanggal 13 Februari 2015 pukul 23:01 WIB

Bloxham, S. & Boyd, P. 2007. Developing Effective Assessment in Higher Education. New York: Open University Press.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.

Dihoff, R.E., Brosvic, G.M. & Epstein, M.L. The Role of Feedback during Academic Testing: the Delay Retention Effect Revisited. Lawrenceville. Department of Psychology, Rider University.

http//-www.epsteineducation.com. Diunduh 20 Mei 2010.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Haryoko, Sapto. 2011. Efektivitas Strategi Pemberian Umpan Balik Terhadap

Kinerja Praktikum Mahasiswa D-3 Jurusan Teknik Elektronika. Makassar: Universitas Negeri Makassar. [Online]. Tersedia:

http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/8%20Sapto%20Haryoko.p df. Diakses tanggal 10 November 2014 pukul 21.45 WIB

Hattie, John & Helen, Timperley. 2007. The Power of Feedback. Review Of Educational Research, Vol 77, 81-112. [Journal Online]. Tersedia:

Http://education.qld.gov.au/staff/development/performance/resources/readin gs/power-feedback.pdf. Diakses tanggal 14 Juni 2014 pukul 22:03 WIB.


(57)

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLTK.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.

Jihad, Asep & Abdul, Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

John V. Dempsey & Gregory Colin Sales. 1993. Interactive Instruction and Feedback. New Jersey: Educational Technology Publications, Englewood Cliffs. 384 halaman. Diakses tanggal 14 Februari 2015 pukul 1:02 WIB. Kulik, J.A. & Kulik, C.C. 1988. Timing of Feedback and Verbal Learning. Review

of Educational Research, Vol. 58, 79-97. [Journal Online].

Kulhavy, R. W. 1977. Feedback in Written Instruction. Review of Educational Research, Vol 47(1), 211–232. [Journal Online]. Diakses tanggal 13 Februari 2015 pukul 23:01 WIB.

Luluk, Nurhamidah & Wasis. 2013. Penerapan Asesmen Berkelanjutan Pada Pembelajaran Materi Fluida Statis Di Kelas XI IPA MAN 1 Tulung Agung. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 203-207. Diakses tanggal 19 Maret 2014 pukul 22:44 WIB.

Maryam, Siti. 1994. Studi Komparasi Prsetasi Belajar Fisika antara yang Diberi Kokurikuler DisertaiUmpan Balik Model KCR dengan yang Disertai Umpan Balik Model KR pada Siswa SA Negeri 18 Surabaya. Surabaya: IKIP Surabaya.

Munawir, Yusuf. 2011. Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLBG) Model,Media Dan Evaluasi Pembelajaran Guru Kelas SDLB. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Parahat, Risdianto. 2013. Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Ongoing Asssessment Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) Pada Materi Pokok Fluida Statis. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Penilaian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah.


(58)

Rooijakkers. 1984. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Grafindo.

Sadiman, Rahardjo & Haryono, Rahardjito. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Slameto. 2002. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Stevens, D.D. & Levi, A. 2005. Introduction to Rubrics: an Assessment Tool to Save Grading Time, Convey Effective Feedback, and Promote Student Learning. Canada: Stylus Publishing, LLC.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Surahman, Asep. 2013. Pengaruh Ongoing Assessment Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Susilana, R. & Riyana, C. 2009. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima. [Online]. Tersedia: Http://jurnalpendidikaninside.blogspot.com/2014/06/jurnal-penggunaan-media-kartu-huruf.html. Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 17:07 WIB.

Wahidmurni., Alifin, Mustikawan., & Ali, Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/feedback-balikan-motivasi-belajar.html


(1)

35 distribusi normal dan homogenitas varians. Hipotesis yang akan diuji dengan uji U Mann-Whitney yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa terhadap penerapan

ongoing assessment dengan feedback dan tanpa feedback menggunakan flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

H1 : Rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan feedback lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa feedback pada penerapan ongoing assessment menggunakan

flash card pada materi suhu dan kalor siswa kelas X MAN 1 Pringsewu

Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kriteria pengujian:

a) H0 ditolak, diterima H1 jika Ucari > Utabel b) H0 diterima, tolak H1 jika Ucari < Utabel


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen yang menerapkan feedback dan kelas kontrol yang tidak menerapkan feedback. Pada kelas eksperimen rata-rata hasil belajar fisika yang diperoleh meningkat dari 36 menjadi 66,9 dengan kenaikan skor rata-rata 30,9. Pada kelas kontrol rata-rata hasil belajar fisika yang diperoleh meningkat dari 42,2 menjadi 57,1 dengan kenaikan skor rata-rata 14,9.

2. Peningkatan hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen berdasarkan skor N-gain sebesar 0,47 (kategori sedang) dan pada kelas kontrol sebesar 0,23 (kategori rendah). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa penerapan feedback

lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

5.2 Saran

Berdasarkan selama proses pembelajaran berlangsung dan analisis hasil belajar siswa, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :


(3)

53 1. Pembelajaran dengan pemberian feedback dapat dijadikan salah satu alternatif

bagi guru-guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

2. Guru dapat memberikan feedback dengan cara menginformasikan kepada siswa tentang cara-cara untuk memperbaiki kinerja mereka. Dapat juga diberikan dengan cara memberikan jawaban soal kepada siswa dan ditunjukkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada saat mengoreksi tugas-tugasnya.

3. Guru hendaknya memberikan feedback dengan sesegera mungkin karena

feedback yang diberikan segera atau langsung disertai dengan proses jawaban sampai benar merupakan yang paling efektif.

4. Guru hendaknya memperkirakan waktu yang akan diperlukan dalam pemberian


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Allin, L. & Turnock, C. 2007. Assessing Student Performance in Work-Based

Learning. www.practicebasedlearning.org. Diunduh 20 Mei 2010.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Karya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Black, P. & Wiliam, D. 1998. Assessment and Classroom Learning. Assessment in Education, Vol 5(1), 7–75. [Journal Online]. Diakses tanggal 13 Februari 2015 pukul 23:01 WIB

Bloxham, S. & Boyd, P. 2007. Developing Effective Assessment in Higher

Education. New York: Open University Press.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.

Dihoff, R.E., Brosvic, G.M. & Epstein, M.L. The Role of Feedback during Academic Testing: the Delay Retention Effect Revisited. Lawrenceville. Department of Psychology, Rider University.

http//-www.epsteineducation.com. Diunduh 20 Mei 2010.

Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Haryoko, Sapto. 2011. Efektivitas Strategi Pemberian Umpan Balik Terhadap

Kinerja Praktikum Mahasiswa D-3 Jurusan Teknik Elektronika. Makassar:

Universitas Negeri Makassar. [Online]. Tersedia:

http://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/8%20Sapto%20Haryoko.p df. Diakses tanggal 10 November 2014 pukul 21.45 WIB

Hattie, John & Helen, Timperley. 2007. The Power of Feedback. Review Of Educational Research, Vol 77, 81-112. [Journal Online]. Tersedia:

Http://education.qld.gov.au/staff/development/performance/resources/readin gs/power-feedback.pdf. Diakses tanggal 14 Juni 2014 pukul 22:03 WIB.


(5)

Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikti PPLTK.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.

Jihad, Asep & Abdul, Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

John V. Dempsey & Gregory Colin Sales. 1993. Interactive Instruction and

Feedback. New Jersey: Educational Technology Publications, Englewood

Cliffs. 384 halaman. Diakses tanggal 14 Februari 2015 pukul 1:02 WIB. Kulik, J.A. & Kulik, C.C. 1988. Timing of Feedback and Verbal Learning. Review

of Educational Research, Vol. 58, 79-97. [Journal Online].

Kulhavy, R. W. 1977. Feedback in Written Instruction. Review of Educational Research, Vol 47(1), 211–232. [Journal Online]. Diakses tanggal 13 Februari 2015 pukul 23:01 WIB.

Luluk, Nurhamidah & Wasis. 2013. Penerapan Asesmen Berkelanjutan Pada Pembelajaran Materi Fluida Statis Di Kelas XI IPA MAN 1 Tulung Agung.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 02 No. 03 Tahun 2013, 203-207. Diakses tanggal 19 Maret 2014 pukul 22:44 WIB.

Maryam, Siti. 1994. Studi Komparasi Prsetasi Belajar Fisika antara yang Diberi Kokurikuler DisertaiUmpan Balik Model KCR dengan yang Disertai

Umpan Balik Model KR pada Siswa SA Negeri 18 Surabaya. Surabaya:

IKIP Surabaya.

Munawir, Yusuf. 2011. Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLBG)

Model,Media Dan Evaluasi Pembelajaran Guru Kelas SDLB. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Parahat, Risdianto. 2013. Analisis Hasil Belajar Fisika Siswa Menggunakan Ongoing Asssessment Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) Pada Materi Pokok Fluida Statis. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Penilaian

Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan


(6)

Rooijakkers. 1984. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: PT Grafindo.

Sadiman, Rahardjo & Haryono, Rahardjito. 2010. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan

Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Slameto. 2002. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Stevens, D.D. & Levi, A. 2005. Introduction to Rubrics: an Assessment Tool to Save Grading Time, Convey Effective Feedback, and Promote Student Learning. Canada: Stylus Publishing, LLC.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Surahman, Asep. 2013. Pengaruh Ongoing Assessment Teknik IF-AT (Immediate Feedback Assessment Technique) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Susilana, R. & Riyana, C. 2009. Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan,

Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima. [Online]. Tersedia:

Http://jurnalpendidikaninside.blogspot.com/2014/06/jurnal-penggunaan-media-kartu-huruf.html. Diakses tanggal 19 November 2014 pukul 17:07 WIB.

Wahidmurni., Alifin, Mustikawan., & Ali, Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran:

Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/feedback-balikan-motivasi-belajar.html