institusi dan lingkungan. Faktor daya saing tersebut juga berdasarkan hasil berbagai tinjauan literatur, seperti Institute of Management Development IMD
yaitu institusi yang menerbitkan buku World Competitiveness Yearbook WCY, Abdullah dkk 2002 yang melakukan kajian dalam menghitung daya saing
daerah dalam lingkup propinsi di Indonesia dalam laporan “Daya saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia”, studi penilaian daya saing wilayah oleh
Vaughan dan Cartwright 2005 dalam “Analysis of Competitive Advantage in The
Eastern Cape ”, dan pengukuran daya saing wilayah menggunakan metode
phyramid model oleh Lengyel 2004 dalam studi “Measuring Territorial
Competitiveness: Evidence From Hungarian Local Administrative Units ” oleh
Miklos Lukovics pada tahun 2007.
2.2.2 Faktor Pengukur Daya Saing Berdasarkan Michael E. Porter
Menurut Michael E. Porter dalam bukunya The Competitive Advantage of Nations, terdapat empat faktor pokok yang menggambarkan keunggulan suatu
wilayah atau industri. Faktor-faktor tersebut adalah faktor produksi, faktor kondisi permintaan, faktor industri-industri terkait dan industri-industri penunjang, serta
faktor strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Selain empat faktor pokok tersebut, terdapat juga dua faktor penunjang yang menggambarkan keunggulan
suatu wilayah atau industri, yaitu faktor peluang dan peranan pemerintah. Untuk lebih jelas mengenai faktor-faktor pengukur daya saing tersebut dapat dilihat pada
tabel II-1 di bawah ini.
Tabel II-1 Faktor-Faktor Pengukur Daya Saing
Berdasarkan GCI, Michael Porter, dan Sparta
Global Competitiveness Index GCI
Michael Porter Sparta 2013
Faktor penggerak
proses pertumbuhan ekonomi
Kelembagaan,
infrastruktur, kondisi eknomi
makro, tingkat pendidikan serta
kesehatan masyarakat
Faktor yang bisa
Empat faktor pokok
Faktor produksi Faktor kondisi
permintaan Faktor industri-
industri terkait dan industri penunjang
Faktor strategi perusahaan,
struktur dan
Faktor perekonomian
Faktor infrastruktur
Faktor SDM
Faktor institusi dan lingkungan