Cinta Damai NILAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA KOMPETENSI MEMBACA DALAM BUKU KULINA BASA JAWA TINGKAT SMP TERBITAN INTAN PARIWARA

52 Dalam budaya Jawa ada peribahasa yang mengandung nilai bersahabat atau komunikatif sesuai dengan data 12. Peribahasa tersebut berbunyi “holopis kuntul baris”. Peribahasa tersebut memiliki arti saiyeg saeka praya, bebarengan mrantasi gawe, maksudnya kurang lebih bekerjasama dengan gotong royong. Dengan adanya peribahasa tersebut, mampu menunjukkan bahwa budaya Jawa sangat memperhatikan nilai kerjasama dan gotong royong yang merupakan salah satu nilai dari pendidikan karakter.

4.13 Cinta Damai

Nilai cinta damai dapat dideskripsikan sebagai sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Salah satu indikator dari nilai cinta damai adalah tidak mendukung dan ikt serta dengan adanya pertengkaran di sekolah. Contoh data kalimat yang mangandung nilai-nilai cinta damai pada kompetensi membaca salah satunya terdapat pada wacana yang berjudul “Kumbakarna Gugur”. Bacaan tersebut merupakan salah satu materi dalam kompetensi membaca yaitu membaca pemahaman. Tujuannya adalah agar siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik. Ketika siswa membaca pemahaman wacana tersebut diharapkan mampu menemukan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada di dalamnya dan mampu memahaminya. Data tersebut terdapat dalam Buku Kulina Basa Jawa terbitan Intan Pariwara kelas IX halaman 60 sebagai berikut.

13. Siji mbaka siji senapati sing dijokake jagone Negara Alengka. Gugur ana

palagan. Rahwana pancen wis mati atine. Sakabehing pitutur becik ora ana sing dipaelu. Dheweke tetep nggugu karepe dhewe, ngumbar angkara ndhedher pasulayan. Anggone ngeboti tumindak candela lan nista ditohi 53 padha tiwas ana paprangan. Malah adhi ragile, Raden Gunawan Wibisono, kakon ditundhung merga aweh pemut marang dheweke. Samono uga adhine, raden Kumbakarna, merga gela nyipati kakange sing tansah ngumbar angkara pilih lunga mertapa turu ana sajroneng guwa. ………. “…. Begitu juga adiknya, raden Kumbakarna, karena kecewa dengan sifat kakaknya yang masih mengumbar angkara memilih pergi bertapa tidur di dalam gua. ” Kulina Basa Jawa kelas IX hal. 60 Kalimat 13 merupakan penggalan kalimat yang ada pada cerita berjudul “Kumbakarna Gugur”. Kalimat tersebut mengandung nilai pendidikan karakter cinta damai. Kalimat 13 menggambarkan sikap Kumbakarna yang tidak suka kepada sifat kakaknya Rahwana yang selalu menebar kejahatan. Oleh karena itu, ketika ada peperangan Kumbakarna lebih memilih pergi ke hutan untuk bertapa di sana daripada membantu kakaknya berperang. Nilai cinta damai juga tergambar dalam peribahasa Jawa “mamayu hayuning bawana”. Peribahasa tersebut terdiri dari tiga kata yaitu mamayu, hayuning, dan bawana. Mamayu dapat diartikan membuat selamat, begitu pula hayuning atau hayu berarti selamat. Sedangkan bawana berarti dunia. Jadi peribahasa tersebut secara harfiah memiliki arti membuat selamat dunia. Arti tersebut memiliki maksud segala perbuatan dan tutur katanya selalu berusaha untuk menciptakan perdamaian kerukunan sesame umat manusia.

4.14 Gemar Membaca