Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN
AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA
SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi
Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati
Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Dhea Adisti Permastasari
NIM H34090091

ABSTRAK
DHEA ADISTI PERMATASARI. Strategi Pengembangan Usaha Peternakan
Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUHARNO.
Ayam tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini tingkat
konsumsinya sebesar 16.3 % yang berasal dari unggas lokal (ditjennak,2012).
Salah satu jenis ayam buras yang banyak dibudidayakan adalah ayam kampung.
Kelompok Tani Sehati adalah salah satu kelompok yang membudidayakan ayam
kampung secara intensif. Kelompok Tani Sehati mengalami masalah pada aspek

manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan budidaya sehingga
membutuhkan strategi pengembangan untuk keberlanjutan usaha peternakan ayam
kampungnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
lingkungan internal dan eksternal kelompok tani sehati, menentukan alternatif
strategi pengembangan, dan menentukan prioritas strategi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah matriks IFE (internal factor evaluation) dan EFE
(eksternal factor evaluation), matriks IE (internal-eksternal), matriks SWOT
(strengths-weaknesses-opportunities-treaths) matriks QSPM. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kelompok tani sehati berada pada tahapan tumbuh dan
membangun dengan strategi intensif dan integratif. Hasil analisis SWOT
mengidentifikasi terdapat enam alternatif strategi pengembangan yang dapat
diterapkan. Strategi yang memiliki prioritas tinggi berdasarkan perhitungan matriks
QSPM adalah memperluas pemasaran ayam kampung ke pasar baru diluar pasar
yang selama ini dijangkau oleh kelompok.
Kata Kunci : Ayam Kampung, Kelompok Tani Sehati, Strategi Pengembangan
ABSTRACT
DHEA ADISTI PERMATASARI. Business Development Strategy of native
chicken poultry in Sehati Farmers Group Sirnagalih Village Tamansari sub district
Bogor Regency. Supervised by SUHARNO.
Chicken is one of the poultry comodities whose food consumption level

nowadays has reached 16,3 percent deriving from local poultry (Ditjennak, 2012).
One kinds of range chicken which is grown in poultry farm is native chicken.
Sehati farmers group is one of the farmer group which is grow native chicken
intensively. This farmers group has a problem in management, on-farm, and
marketing therefore needs a business development strategy to the continous of this
business. This research purposes are identifying internal and external business
environment condition from sehati farmer group, determining business
development strategy alternative, and priotizing strategies. There are some methods
in this research which are IFE (internal factor evaluation) and EFE (external factor
evaluation) matrix, IE (internal external) matrix, SWOT (strenghts, weaknesses,
opportunities, threaths) matrix, and at last QSPM. The result of the analysis
showed that sehati farmer group was in grow and build stage with intensive and
integrative strategy. The result of SWOT analysis identified that there were six
alternative of business development strategies which could be implemented. The
highest priotizing strategy based on the calculation of QSPM matrix was a strategy
to expanding market of native chicken to new market outside the current and
existing market.
Keywords : Business Development Strategy, Native Chicken, Sehati Farmers
Group


STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN
AYAM KAMPUNG KELOMPOK TANI SEHATI DESA
SIRNAGALIH KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR

DHEA ADISTI PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi


Nama
NIM

: Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Ayam
Kampung Kelompok Tani Sehati Desa Sirnagalih
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor.
: Dhea Adisti Permatasari
: H34090091

Disetujui oleh

Dr. Ir. Suharno M, Adev
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.
Ketua Departemen Agribisnis


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi
Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati,
Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
dilaksanakan selama dua bulan, dimulai dari bulan Maret hingga April
2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suharno M,Adev
selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir Ratna Winandi, MS serta Ibu Eva
Yolynda A, SP MM sebagai dosen penguji atas segala masukan dan saran
untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih kepada pihak Kelompok Tani
Sehati yaitu Bapak Mahpudin, Ibu Hj. Tati, dan Bapak Epi selaku responden
yang telah memberikan waktu luangnya serta informasi untuk pengumpulan
data, serta Bapak Maksal selaku perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Peternakan yang telah memberikan informasi dan data mengenai kelompok
ternak ayam kampung yang ada di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta,
Mamak, Bapak, Mas, dan Abang atas perhatian, doa, dan dukungan yang

tiada hentinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini serta teman – teman
satu bimbingan dan sahabat-sahabat Agribisnis 46 atas dukungan dan
semangat yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Juni 2013

Dhea Adisti Permatasari

DAFTAR ISI
10xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
10xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
5
Tujuan Penelitian

8
Manfaat Penelitian
8
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
8
TINJAUAN PUSTAKA
8
Deskripsi Ayam Buras
8
Deskripsi Ayam Kampung
9
Manfaat ayam kampung
10
Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha
10
KERANGKA PEMIKIRAN
12
Kerangka Pemikiran Teoritis
12
Pengertian Strategi

12
Alternatif Strategi
13
Manajemen Strategis
14
Analisis Lingkungan
15
Kerangka Pemikiran Operasional
19
METODOLOGI PENELITIAN
21
Lokasi dan Waktu Penelitian
21
Jenis dan Sumber Data
21
Metode Pemilihan Responden
21
Metode Analisis Data
21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

27
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
28
Gambaran Umum Kelompok Tani Sehati
28
HASIL DAN PEMBAHASAN
31
Analisis Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Kampung Kelompok
Tani Sehati
31
Lingkungan Internal
31
Lingkungan Eksternal
36
Tahap Masukan (Input Stage)
43
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)
43
Matriks EFE ( external factor evaluation)
44

Tahap pencocokan (Matching Stage)
46
Matriks IE ( Internal – Eksternal)
46
Matriks SWOT.
47
Tahap Keputusan (Decision Stage)
51
Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
51
SIMPULAN DAN SARAN
52
DAFTAR PUSTAKA
54

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pdrb Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 Menurut Provinsi 1
Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a
2
Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras Di Kabupaten Bogor a
3
Tabel 4 Daftar Kelompok Yang Membudidayakan Ayam Burasa
4
Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Burasa
4
Tabel 6 Penjualan Ayam Kampung Kelompok Tani Sehati Bulan Oktober
2012a
6
a
Tabel 7 Matriks IFE
22
Tabel 8 Penilaian Pembobotan Matriks Ife
23
Tabel 9 Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan
24
Tabel 10 Matriks EFEa
24
Tabel 11 Matriks SWOTa
26
a
Tabel 12 Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
27
Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kelompok Tani Sehati 44
Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Kelompok Tani Sehati 45

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Jenis Ayam Ras Dan Bukan Ras
9
Gambar 2 Model Lima Kekuatan Persaingan Porter
18
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Ayam
Kampung Kelompok Sehati
20
Gambar 4 Matriks IE
25
Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sehati
29
Gambar 6 Matriks Internal Eksternal (IE) Kelompok Tani Sehati.
46
Gambar 7 Matriks SWOT
48

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rumusan Strategi Pengembangan Kelompok Tani Sehati
57
Lampiran 2 Rata-Rata Hasil Perhitungan Bobot Dan Rating Matriks IFE
Dan EFE
60
Lampiran 3 Matriks Qspm
61

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kinerja perekonomian suatu negara dapat dilihat salah satunya dari
Produk Domestik Bruto. Laju pertumbuhan PDB Nasional Indonesia pada
tahun 2011**) mengalami peningkatan. Berdasarkan perhitungan PDB atas
harga konstan, laju pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2011**) sekitar
6,46 % dan pada tahun 2010*) sebesar 6,20 % (Angka Sementara)
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Kontribusi
Pertanian pada PDB atas dasar harga konstan (2009-2011**) memberikan
kontribusi terbesar kedua menurut Lapangan Usaha dari 9 sektor. Sektor –
sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, serta sektor jasa – jasa.
Dalam sektor pertanian terdapat beberapa sub sektor, salah satunya adalah
sub sektor peternakan. PDB sub sektor peternakan di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2011 (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012).
Salah satu provinsi yang memegang peranan penting dalam kontribusi
peternakan untuk PDB adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut data dari
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011, Total PDRB
sub sektor peternakan menurut harga konstan Provinsi Jawa Barat
menempati urutan kedua dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Total
PDRB subsektor peternakan di beberapa provinsi di Indonesia ditunjukkan
pada Tabel 1.

Tabel 1 PDRB Sub Sektor Peternakan Tahun 2006-2010 (Atas Dasar Harga
Konstan) Menurut Provinsi (Rp Milyar)a
Provinsi
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sumatera
Utara
Lampung
Aceh
NTT
Bali
a)

2006
7 421
5 411
3 603

2007
7 872
5 356
4 034

2008
8 038
5 327
4 156

2009
8 366
5 458
4 409

2010b
8 648
5 556
4 665

Total
40 345
27 108
20 867

2 378

2 503

2 616

2 731

2 852

13 080

1 442
1 326
1 213
1 128

1 458
1 342
1 243
1 145

1 484
1 427
1 277
1 164

1 622
1 447
1 310
1 320

1 649
1 499
1 356
1 437

7 655
7 041
6 399
6 194

Sumber : Ditjennak 2011 (data diolah), b) Angka sementara

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa total PDRB sub sektor
peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 hingga 2010 adalah

2

sebesar 27 108 milyar rupiah. Besarnya total PDRB ini menempatkan
Provinsi Jawa Barat berada pada posisi kedua setelah Provinsi Jawa Timur.
Menurut jenisnya, ternak dikelompokkan menjadi ternak besar, yaitu
sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, ternak kecil yaitu kambing, domba,
babi, ternak unggas yaitu ayam buras, ayam ras peterlur, ayam ras pedaging,
itik dan aneka ternak yaitu kelinci, burung puyuh, dan merpati (Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Salah satu komoditi
peternakan yang berkembang di Provinsi Jawa Barat adalah ternak unggas
yaitu komoditi ayam buras. Menurut data yang diperoleh dari direktorat
jenderal peternakan 2012, Provinsi Jawa Barat menempati posisi ketiga
dalam hal populasi ayam buras. Data yang akan dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Populasi Ayam Buras 15 Provinsi Tahun 2007 S/D 2012a (ekor)
Provinsi

2007

2008

2009

2010

2011

2012b)

Total

Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Sumatera
Selatan
Lampung

13297300

8904869

7999580

8486097

6010575

6311104

51009525

18668266

11349742

11417842

11929543

11963682

12113225

77442300

4529802

4638908

5873480

5130660

5023666

5241693

30438209

4487162

3466760

2819901

2545130

2848075

3704542

19871570

11929000

7240000

7229810

6326820

6265183

7484095

46474908

10309346

11234890

11590517

10554350

9341358

10319233

63349694

Jawa Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa Timur
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan
Selatan
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Banten

27789274

27761015

28028034

27394516

27396383

27304697

165673919

32730855

35824735

35636726

36908672

38296383

39485958

218883329

3921178

3925958

3916636

3861676

4019960

4052139

23697547

40819911

23261021

23596465

24006814

29310251

29749905

170744367

9842890

9936923

10064577

7986623

10528966

10579804

58939783

11383274

12643202

12911052

13702575

13651778

14245780

78537661

14336350

14487129

13047576

14765458

17833769

20586980

95057262

7557231

8602823

9101089

10716956

9884728

10427989

56290816

9836217

10121412

9669410

9784326

10026124

10574553

60012042

a)

b

Sumber : Ditjennak 2012 (data diolah), ) Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jumlah populasi ayam
buras di Provinsi Jawa Barat sebanyak 165 673 919 ekor. Total jumlah
populasi tersebut menempatkan Provinsi Jawa Barat berada pada posisi
ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tingginya angka populasi ini
menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra
pembudidayaan ayam buras di Indonesia.
Salah satu wilayah yang mengembangkan ayam buras di Provinsi
Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Data dari Dinas Peternakan Jawa
Barat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2011, jumlah populasi

3

ayam buras di kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.97 %.
Kecamatan Tamansari merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten
Bogor yang masayarakatnya banyak membudidayakan ayam buras. Tabel 3
menunjukkan jumlah populasi ayam buras 14 dari 40 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor.

Tabel 3 Data Jumlah Populasi Ayam Buras di 14 Kecamatan Wilayah
Kabupaten Bogor a
Kecamatan
Ayam Buras (ekor)
Cisarua
188556
Nanggung
120554
Pamijahan
99654
Cibungbulang
79419
Tamansari
78737
Megamendung
78412
32175
Cigombong
49341
Gunung Sindur
11733
Klapanunggal
Ciomas
7882
Parung Panjang
30047
Tenjo
4220
Tajur Halang
3218
Ciawi
41342
Dramaga
13067
a)

Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012 Kabupaten Bogor (data diolah)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari
memiliki populasi ayam buras terbesar kelima di Kabupaten Bogor.
Kecamatan Tamansari memiliki 78 737 ekor ayam buras. Hal ini
menunjukkan bahwa Kecamatan Tamansari merupakan daerah yang banyak
membudidayakan ayam buras. Salah satu desa yang termasuk dalam
Kecamatan Tamansari adalah Desa Sirnagalih. Rata – rata masyarakat di
Kecamatan Tamansari pada umumnya dan Desa Sirnagalih pada khususnya
membudidayakan ayam kampung secara ekstensif yaitu dengan sistem
pemeliharaan umbaran dan jumlahnya sedikit. Di Desa tersebut terdapat
Kelompok Tani Sehati yang membudidayakan ayam buras jenis ayam
kampung dalam jumlah banyak. Tabel 4 menunjukkan data kelompok yang
membudidayakan ayam buras di Kabupaten Bogor.

4

Tabel 4 Daftar Kelompok yang
Kabupaten Bogora
Kecamatan
Desa
Cigombong
Ciburuy
Gunung Sindur Rawa Kalong
Cisarua
Citeko
Megamendung Sukakarya
TamanSari
Sirnagalih
Ciomas
Parakan
Parung Panjang Parung
Tenjo
Tapos
Tajur Halang
Kallsuren
Ciawi
Ciawi
Dramaga
Sinarsari
a

Membudidayakan Ayam Buras di Wilayah
Nama Kelompok
Motekar
Tani Maju
Jembar Alam
Bina Karya
Sehati
Sugih
Cemani Laras
Suka Makmur
Berkat Jaya
Tani Makmur
Harapan Mulya

Jumlah Populasi (ekor)
389
100
200
400
1500
34
200
200
150
200
200

Sumber : Buku Data Peternakan Tahun 2012

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok sehati
membudidayakan ayam buras terbesar di wilayah Kecamatan Tamansari.
Ayam buras yang dibudidayakan oleh kelompok ini adalah ayam buras jenis
ayam kampung.
Ayam buras tergolong kedalam komoditi perunggasan yang saat ini
tingkat konsumsinya sebesar 65 % dimana 16.3 % diantaranya berasal dari
unggas lokal (ditjennak,2012). Selain itu jumlah konsumsi ayam buras per
kapita per tahunnya terus meningkat. Jumlah konsumsi ayam buras pada
tahun 2009 sebesar 0.501 kg/kapita meningkat pada tahun 2010 menjadi
0.602 kg/kapita dan meningkat pula pada tahun 2011 menjadi 0.626
kg/kapita (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012). Hal
ini menunjukkan bahwa unggas banyak diminati oleh masyarakat sebagai
salah satu bahan pangan sumber protein yang dapat meningkat seiring
perkembangan waktu. Jumlah kandungan gizi dalam 100 gram daging ayam
buras dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kandungan Gizi Daging Ayam Buras per 100 gram Daging yang
dapat Dimakana
Jenis Zat
Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
Air (g)
a)

Jumlah Kandungan
302
18.2
25
14
200
1.5
810
0.08
55.9

Sumber : Daftar Komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi, depkes RI dalam Cahyono
2002

5

Walaupun permintaan ayam buras terus meningkat, jumlah produksi
atau populasi ayam buras dapat tergolong kecil jika dibandingkan dengan
jumlh produksi ayam ras pedaging. Menurut data Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2012), jumlah populasi ayam buras masih jauh
dibandingkan dengan ayam ras. Jumlah populasi ayam buras sebesar 27 396
416 ekor pada tahun 2011. Jumlah ini hanya sebesar 4.6 % dari jumlah populasi
ayam ras pedaging yang jumlahnya mencapai 583 263 441 ekor pada tahun 2011.

Menurut Cahyono (2002), daging ayam buras merupakan sumber protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Menurut Cahyono (2002), ayam kampung sendiri memiliki kelebihan
dari sisi kemudahan cara pemeliharaannya dibandingkan dengan ayam ras
pedaging. Kelebihan ayam kampung ini terletak pada daya adaptasi yang
tinggi karena mampu menyesuaikan diri pada berbagai situasi. Selain itu,
bentuk badan ayam kampung memiliki susunan otot yang baik, jari kaki
yang tidak terlalu panjang tapi kuat dan ramping, dan daging yang lebih
padat dan lebih enak. Penyebaran ayam kampung juga merata dari dataran
rendah hingga dataran tinggi.
Pengembangan ayam kampung dewasa ini merupakan hal yang
potensial, karena saat ini preferensi konsumen mulai beralih dari produk
berlemak ke produk yang lebih organik. Selain itu, rasa daging ayam
kampung yang khas juga merupakan preferensi konsumen yang dapat
dijadikan peluang untuk menarik konsumen potensial. Saat ini, dengan
populasi ayam buras yang salah satu varietasnya adalah ayam kampung
yang cukup besar, wilayah Jawa Barat seharusnya memperoleh pendapatan
yang cukup tinggi.
Salah satu kelompok yang bergearak dalam usaha peternakan ayam
kampung adalah Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Kelompok ini membudidayakan ayam
kampung sejak awal tahun 2012 dengan modal utama berasal dari
pemerintah sebesar 150 juta rupiah. Menurut Muhammad (2008), strategi
pengembangan adalah strategi bersaing yang berusaha mengembangkan
atau membesarkan perusahaan sesuai dengan ukuran yang diinginkan, yaitu
bisa dengan meningkatkan volume penjualan, meningkatkan pangsa pasar,
meningkatkan laba yang diperoleh, menambah wilayah pemasaran yang
dijangkau,dan lain – lain. Maka Untuk mendukung dan menjaga
keberlangsungan Kelompok Tani Sehati dalam menjalankan usahanya, maka
diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang efektif untuk mencapai
sasaran bisnis yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan profit
kelompok tani.

Perumusan Masalah
Kelompok Tani Sehati merupakan yang membudidayakan ayam
kampung dengan menerapkan sistem pemeliharaan intensif. Kelompok Tani
Sehati memperoleh bantuan modal dari pemerintah melalui program SMD
(Sarjana Membangun Desa) sebesar 150 juta rupiah. Persyaratan yang
diberikan adalah ayam yang dibudidayakan harus ditempatkan dikandang

6

bersama. Oleh karena itu, investasi awal dimulai dari kandang, DOC, pakan,
obat-obatan, dan lain-lain merupakan milik bersama yang dikelola bersama.
Kelompok Tani Sehati terbentuk pada tahun 2012 dengan populasi
ayam kampung yang dipelihara sebanyak 1500 ekor. Menurut Bamualim,
Inounu dan Talib yang diacu dalam Dhakiyah (2012), Kelompok Tani Sehati
ini termasuk peternakan unggas bercorak komersial dengan skala kecil karena
jumlah kepemilikan ayam lebih dari 1000 ekor. Jumlah anggota kelompok
pada awal pembentukan adalah sejumlah 10 orang namun saat ini yang
bertahan adalah sebanyak 4 orang. Pengurangan jumlah anggota ini
dikarenakan anggota menjadikan usaha ternak ayam kampung sebagai
pekerjaan sampingan sehingga anggota lebih mengutamakan pekerjaan
utamanya di luar usaha ternak. Selain itu, terdapat 4 orang anggota yang
diberhentikan secara paksa karena merugikan kelompok dengan melakukan
pencurian pakan dan ayam kampung untuk memperoleh keuntungan sendiri.
Jadi hingga saat ini anggota yang bertahan adalah sebanyak empat orang.
Pada siklus pertama, populasi awal sebesar 1500 ekor dan bertahan
1372 ekor untuk dijual. Ayam yang mati sebanyak 128 ekor dikarenakan
kanibalisme dan saling patuk. Hal ini dikarenakan ayam mengalami
kekurangan pakan dan jadwal pemberian pakan yang tidak teratur. Target
awal kelompok adalah ayam kampung yang diproduksi dapat terjual
seluruhnya. Target ini tercapai walaupun penjualan dilakukan secara bertahap
yaitu 20 ekor, 30 ekor, 40 ekor. Data penjualan ayam kampung kelompok tani
sehati dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Penjualan ayam kampung Kelompok Tani Sehati bulan Oktober
2012a

a

Tanggal

Jumlah (Ekor)

Kg

Harga/kg

Total Penerimaan

1

48

48

Rp25,000.00

Rp1,200,000.00

4

30

30

Rp25,000.00

Rp750,000.00

6

2

1

Rp30,000.00

Rp30,000.00

15

44

44

Rp25,000.00

Rp1,100,000.00

16

6

6.08

Rp25,000.00

Rp152,000.00

17

4

4

Rp25,000.00

Rp100,000.00

20

37

37

Rp25,000.00

Rp925,000.00

22

50

50

Rp25,000.00

Rp1,250,000.00

22

74

50

Rp26,000.00

Rp1,300,000.00

25

53

48.6

Rp25,000.00

Rp1,215,000.00

26

3

3.6

Rp25,000.00

Rp90,000.00

26

30

30

Rp25,000.00

Rp750,000.00

26

29

34.8

Rp25,000.00

Rp870,000.00

28

35

36.6

Rp25,000.00

Rp915,000.00

29

58

58

Rp25,000.00

Rp1,450,000.00

29

20

20

Rp29,000.00

Rp580,000.00

sumber: Kelompok tani sehati, 2012

7

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ayam yang terjual bertahap
dan tidak dalam jumlah yang besar. Kondisi ini menyebabkan penambahan
bobot pada ayam, menambah biaya pakan, biaya pemeliharaan, dan tidak
menutup kemungkinan untuk terjadi kematian pada ayam tersebut yang juga
akan mengurangi keuntungan yang diperoleh.
Oleh karena itu, pada siklus kedua Kelompok Tani Sehati
menginginkan penjualan ayam kampung yang tidak bertahap agar
penerimaan lebih terlihat dan menghindari penambahan biaya pakan yang
cukup besar. Selain itu, kelompok juga menginginkan memiliki pelanggan
tetap yang membeli dalam jumlah besar sehingga ayam dapat terjual dalam
jumlah yang banyak. Namun, dalam pelaksanaannya pada siklus kedua ini
ayam kampung yang dipelihara sebesar 1500 ekor dan semuanya tidak dapat
diproduksi karena mengalami kematian. Dan saat ini kelompok sedang
melangsungkan siklus ketiga dengan jumlah populasi ayam kampung
sebesar 1000 ekor. Untuk siklus ketiga ini, kelompok telah memperbaiki
sistem budidayanya dengan cara menambah informasi cara budidaya
melalui diskusi dengan pihak SMD serta mencatat atau merencanakan
jumlah pakan yang akan diberikan. Berdasarkan informasi dari pihak
Kelompok Tani Sehati, pada siklus ketiga ini ayam kampung yang
dipeliharan tidak lagi mengalami kanibalisme sehingga tingkat kematian
ayam tidak terlalu besar. Dari 1000 ekor yang dipelihara, hingga hari ke 30
ayam yang mati sebanyak 25 ekor saja. Kematian ayam ini pada saat DOC
yang dikarenakan tergencet atau terinjak ayam yang lain. Namun ini hanya
terjadi pada hari pertama hingga hari ke-14. Oleh karena itu, siklus ketiga
ini diharapkan mampu mencapai target yang diinginkan sehingga dapat
menyejahterakan setiap anggota kelompok. Adanya permasalahan –
permasalahan dari aspek manajemen sumber daya manusia, pemasaran dan
kegiatan budidaya tersebut menjadikan formulasi strategi pengembangan
usaha peternakan Kelompok Tani Sehati penting untuk dilakukan.
Formulasi strategi pengembangan perlu mempertimbangkan dan
megidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternalnya. Hasil
identifikasi tersebut akan menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang akan berguna untuk merumuskan strategi bagi Kelompok
Tani Sehati.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Apa saja faktor – faktor lingkungan internal dan eksternal yang
harus diperhatikan Kelompok Tani Sehati dalam menyusun
strategi pengembangan usaha?
2. Bagaimana rumusan alternatif strategi yang dapat dijadikan
pertimbangan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam
kampung Kelompok Tani Sehati?
3. Apa prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat dan dapat
diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati sesuai dengan kondisi
lingkungan usaha?

8

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka
tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor – faktor lingkungan
internal dan eksternal apa saja yang harus diperhatikan Kelompok
Tani Sehati dalam menyusun strategi pengembangan usaha.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk pengembangan usaha peternakan ayam kampung Kelompok
Tani Sehati.
3. Menentukan dan memutuskan prioritas strategi pengembangan usaha
yang tepat dan dapat diterapkan oleh pihak Kelompok Tani Sehati
sesuai dengan kondisi usaha.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka manfaat
dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak Kelompok Tani Sehati
untuk pengambilan keputusan dalam kegiatan pengembangan yang
akan dilakukan.
2. Dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam mengkaji suatu
permasalahan bagi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan suatu
informasi yang berguna bagi banyak pihak.
3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi para pembaca lain untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam buras yang
dilakukan oleh Kelompok Ternak Sehati di Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Ruang lingkup pembahasan pada penelitian
ini dibatasi pada analisis lingkungan internal dan eksternal Kelompok Tani
Sehati. Penelitian difokuskan pada perumusan alternatif strategi dan tidak
termasuk dalam tahap implementasi dan evaluasi strategi pemasarannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Ayam Buras

Ayam buras atau ayam bukan ras selama ini dikenal masyarakat
sebagai ayam pedaging karena sebagian besar masyarakat mengkonsumsi
ayam buras dalam bentuk daging dibandingkan dalam bentuk telur. Menurut
Suharno (2002), ayam buras adalah semua jenis ayam yang bukan ayam ras,

9

seperti ayam kampung, ayam pedu, ayam hias, ayam hutan, dan ayam
pelung. Namun saat ini umumnya ayam buras sering diterjemahkan sebagai
ayam kampung. Gambar 1 dibawah ini menjelaskan jenis – jenis ayam buras
yang ditulis secara skematis.
Ayam Hias

Ayam Buras

Keluarga Ayam

Tipe Penghibur

Ayam Kampung

Tipe Dwiguna

Ayam Nunukan

Tipe Dwiguna

Ayam Kedu

Tipe Dwiguna

Ayam Pelung

Tipe Dwiguna

Tipe Petelur
Ayam Ras

Tipe Pedaging
Tipe Dwiguna

Gambar 1 Skema jenis ayam ras dan bukan ras
Sumber : Bambang Cahyono 2002

Deskripsi Ayam Kampung
Ayam kampung berukuran kecil dengan bentuk agak ramping dan
mempunyai berat badan mencapai 1,4 kg saat umur 4 bulan. Selain itu ayam
kampung juga mampu memproduksi telur mencapai 135 butir / tahun
(Cahyono, 2002). Warna bulu yang dimiliki ayam kampung ini bervariasi
yaitu putih, hitam, cokelat, kuning, kemerahan, atau kombinasi dari warna –
warna tersebut. Jenis Ayam ini dapat dibedakan dengan mudah dari ayam
ras karena bentuk tubuhnya yang lebih kecil dan warna bulunya yang
beranekaragam serta gerakannya juga lebih lincah.
Cahyono (2002) juga mengatakan bahwa terdapat perbedaan ayam
kampung jantan dan ayam kampung betina. Ayam jantan memiliki pial yang
berukuran sedang dan berwarna merah serta memiliki jengger yang berdiri
tegak dan besar. Sedangkan ayam betina memiliki pial (gelambir) sangat
kecil dan berwarna merah cerah, kemudian jengger ayam betina berukuran
lebih kecil dari ayam jantan namun lebih tebal, tegak, dan berwarna merah
cerah. Untuk keseluruhan ayam kampung, kulit yang dimiliki berwarna
kuning pucat dengan wajah yang merah serta kaki yang panjang dan kuat.
Di Indonesia, ayam kampung tersebar hingga pelosok negeri.
Masyakarat lebih mengenal ayam kampung inni dengan fungsi yang
dwiguna. Hal ini dikarenakan masyarakat dapat mengkonsumsi daging dan
telur dari ayam kampung tersebut.

10

Manfaat ayam kampung
Manfaat ayam kampung dapat dikatakan sama dengan manfaat ayam
buras. Hal ini dikarenakan ayam kampung termasuk golongan dari ayam
buras. Ayam kampung memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat
dibandingkan ayam ras serta daging yang lebih padat dan enak. Oleh karena
itu ayam kampung memiliki peran penting dalam menyediakan protein
hewani yang dibutuhkan oleh manusia. Daging ayam kampung dapat
dikonsumsi oleh seluruh masyarakat sebagai makanan yang bergizi dan cita
rasa yang lezat.
Manfaat ayam kampung juga tidak hanya dilihat dari nilai gizi dan
kandungannya saja tetapi juga dapat dilihat dari keuntungan
pemeliharaannya. Menurut Cahyono (2002), keuntungan yang dapat
diperoleh dari peternakan ayam kampung adalah pemeliharaannya yang
tidak memerlukan teknologi tinggi namun tetap memerlukan pemeliharaan
intensif, tidak memerlukan lahan yang terlalu luas, dapat menghemat tenaga
kerja dengan kapasitas 1 orang/2000 ekor ayam, dan harga jualnya juga
lebih tinggi dibandingkan ayam ras.
Kemudian manfaat secara umum
jika dilihat dari sektor peternakan, manfaat adanya pemeliharaan atau
peternakan ayam kampung ini dapat meningkatkan pendapatan sektor dari
sektor peternakan serta membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga maupun
luar keluarga.
Penelitian Mengenai Strategi Pengembangan Usaha
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan bagi penelitian ini adalah
penelitian mengenai strategi pengembangan komoditi agribisnis dan
komoditi non agribisnis. Acuan yang diambil dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan ini difokuskan pada alat analisis yang digunakan untuk
menghasilkan atau merumuskan strategi pengembangan.
Penelitian yang dijadikan acuan adalah penelitian Kasim et al yang
dipublikasikan dalam Jurnal Agribisnis volume X(3) (2011) yang berjudul
strategi pengembangan sapi perah di Kabupaten Enrenkang, penelitian yang
dilakukan Wijayanti (2009) dengan judul strategi pengembangan usaha
sayuran organik (studi kasus:kelompok tani putera alam desa sukagalih,
Kecamatan megamendung, kabuaten bogor), dan penelitian yang dilakukan
oleh Yamesa (2010) tentang strategi pengembangan usaha peternakan ayam
ras petelur pada perusahaan AAPS kecamatan guguak, kabupaten 50 kota,
Sumatera barat.
Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010)
merumuskan strategi pengembangan melalui tiga tahap, yaitu tahap
masukan (input), tahap pencocokan, dan tahap keputusan. Pada tahap input,
Kasim et al (2011), Wijayanti (2009), dan Yamesa (2010) menggunakan
matriks IFE dan EFE. Sebelumnya diidentifikasi terlebih dahulu faktor –
faktor kunci seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
diidentifikasi dari lingkungan internal dan eksternal. Pada penelitian yang

11

dilakukan Kasim et al (2011), hasil analisis faktor internal usaha
pengembangan sapi perah menggunakan IFE diperoleh skor 3.11 yang
menunjukkan bahwa pengembangan usaha sapi perah berada pada posisi
kuat dan hasil analisis faktor eksternal menggunakan EFE diperoleh skor
3.01 yang menunjukkan usaha sapi perah berada pada posisi kuat.
Sedangkan total skor matriks IFE sebesar 2.320 pada penelitian Wijayanti
(2009) menunjukkan bahwa usaha sayuran organik kelompok tani putra
alam berada pada posisi rata – rata dan total skor pada matriks EFE sebesar
3.382 menunjukkan bahwa posisi usaha sayuran organik berada pada posisi
kuat. Penelitian yang dilakukan oleh Yamesa pada tahun 2010 juga
menggunakan matriks IFE dan EFE dengan total skor IFE sebesar 2.608
yang menunjukkan posisi perusahaan AAPS adalah rata – rata dan total skor
EFE sebesar 3.396 yang menunjukkan perusahaan AAPS berada pada posisi
kuat.
Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan (Kasim et al 2011). Pada
tahap ini, alat analisis yang digunakan oleh Kasim et al (2011) adalah
matriks IE, SWOT, SPACE, dan matriks grand strategi. Sementara
Wijayanti (2009) dan Yamesa (2010) menggunakan matriks IE dan SWOT.
Pada penelitian Kasim et al (2011) posisi strategis usaha sapi perah pada
matriks IE berada pada sel I. Posisi ini menggambarkan pengembangan
usaha sapi perah dalam kondisi Growth yang merupakan pertumbuhan itu
sendiri atau upaya difersifikasi. Sementara posisi strategis pada matriks IE
mengenai usaha yang dijadikan tempat penelitian oleh Wijayanti (2009) dan
Yamesa (2010) adalah pada sel II. Baik itu sel I atau sel II, strategi yang
cocok diterapkan adalah strategi integrasi dan intensif karena posisi strategis
usaha berada pada kondisi strategi yang tumbuh dan membangun. Pada
tahap pencocokan, strategi yang diidentifikasi dari matriks IE
dikembangkan lebih lanjut lagi menggunakan matriks SWOT sehingga
diperoleh alternative – alternative strategi untuk kemudian diprioritaskan
menggunakan matriks QSPM. Terdapat 8 alternatif strategi yang dihasilkan
menggunakan matriks SWOT untuk mengembangkan usaha sapi perah
(Kasim et al, 2011), 7 alternaif strategi untuk pengembangan sayuran
organik (Wijayanti, 2009) , dan 4 strategi untuk mengembangkan ayam ras
petelur pada perusahaan AAPS (Yamesa, 2010).
Selanjutnya, tahapan yang digunakan pada penelitian ini adalah tahap
keputusan dengan pemrioritasan strategi menggunakan matriks QSPM
(Kasim et al, 2011). Pada penelitian Kasim et al (2011), strategi yang dipilih
berdasarkan prioritas tertinggi adalah meningkatkan populasi sapi perah
dengan total atraktif skor sebesar 1.785. Sedangkan prioritas strategi untuk
mengembangkan sayuran organik adalah memperkuat dan mempertahankan
pasar yang sudah ada dengan total atraktis skor sebesar 6.327 (Wijayani,
2009). Sementara penelitian yang dilakukan Yamesa pada tahun 2010,
menyebutkan bahwa strategi yang diprioritaskan untuk mengembangkan
usaha ayam ras petelur pada perusahaan AAPS adalah peningkatan
kapasitas produksi dengan total atraktif skor sebesar 6.194.
Adanya penelitian – penelitian terdahulu ini bermanfaat untuk
menjadi acuan bagi penelitian yang akan dilakukan mengenai strategi
pengembangan usaha peternakan ayam kampung pada Kelompok Tani

12

Sehati. Penelitian yang akan dilakukan bermanfaat untuk melengkapi
penelitian sebelumnya dengan komoditi, tempat dan kondisi yang berbeda
tentang rumusan strategi pengembangan. Perumusan strategi pengembangan
pada penelitian yang akan dilakukan memiliki tiga tahap yaitu tahap input
berupa evaluasi faktor internal dan eksternal, kemudian tahap pencocokan
menggunakan matriks IE dan SWOT dan yang ketiga adalah tahap
pengambilan keputusan untuk pemrioritaskan strategi apa yang cocok untuk
diterapkan bagi Kelompok Tani Sehati, Desa Sirnagalih, Kecamatan
Tamansari.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis ini merupakan rangkaian teori yang dapat
digunakan dan dijadikan acuan selama penelitian ini dilakukan. Hal ini
dimaksudkan agar penelitian tetap terarah sesuai dengan tujuan semula yaitu
menyusun strategi pengembangan.
Pengertian Strategi
Pengertian strategi menurut David (2009) adalah sarana bersama
tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Menurut Lesser Robert Bittel
diacu dalam Alma (2011), definisi strategi adalah suatu rencana yang
fundamental untuk mencapai tujuan perusahaan. Sementara Kenneth R
Andrews yang diacu dalam Alma (2011) juga menyatakan bahwa strategi
perusahaan merupakan pola keputusan yang akan berkaitan dengan tujuan
dan sasaran untuk mempengaruhi kebijakan serta merinci jangkauan bisnis
yang akan dikejar oleh perusahaan.
David (2009) menyatakan bahwa strategi bisnis mencakup kegiatan
penetrasi pasar, diversifikasi, pengembangan produk, ekspansi geografis,
akuisisi, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan. Strategi membutuhkan
aksi atau keputusan manajemen yang juga harus disesuaikan dengan
sumbedaya yang dimiliki oleh suatu entitas usaha. Adanya keputusan –
keputusan strategi ini akan memberikan efek pada entitas usaha sehingga
membutuhkan banyak pertimbangan. Pertimbangan – pertimbangan tersebut
adalah faktor – faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar yang
dihadapi entitas usaha tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan
mengalokasikan sumberdaya yang ada dengan tepat dan mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman sehingga tujuan jangka
panjang dapat tercapai dan dapat memenangkan kompetisi.

13

Alternatif Strategi
Menurut David (2009) terdapat beberapa strategi yang dapat
dijalankan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Strategi – strategi tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Strategi Integrasi
Strategi integrasi teridri dari integrasi ke depan, ke belakang, dan
horizontal yang secara kolektif sering disebut sebagai integrasi
vertical. Strategi integrasi ini memungkinkan suatu perusahaan
atau organisasi mengontrol atau memperoleh kendali atas
distributor, pemasok, atau pesaing.
a. Strategi Integrasi ke depan, yaitu strategi yang berkaitan
dengan usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas distributor atau ritel.
b. Strategi Integrasi ke belakang, yaitu strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali lebih besar atas
pemasok perusahaan.
c. Strategi Integrasi Horizontal, yaitu strategi yang
mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar
atas pesaing.
2. Strategi Intensif
Strategi Intensif berkaitan dengan upaya – upaya intensif
organisasi untuk memperbaiki posisi kompetitif dengan produk
yang ada saat ini.
a. Strategi Penetrasi Pasar adalah strategi yang mengusahakan
peningkatan pangsa pasar untuk produk dan jasa yang ada di
pasar saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih baik.
b. Strategi Pengembangan Pasar meliputi pengenalan produk
atau jasa yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru.
c. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi yang
mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara
memperbaiki atau memodifikasi prodduk atau jasa yang ada
saat ini.
3. Strategi Diversifikasi
Dalam David (2004) menyebutkan bahwa terdapat tiga tipe strategi
diversifikasi yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan
konglomerat.
a. Diversifikasi Konsentrik, yaitu dengan menambah produk
atau jasa baru tetapi berkaitan secara luas.
b. Diversifikasi Horizontal, yaitu menambah produk atau jasa
baru yang tidak berkaitan dengan pelanggan yang sudah ada.
c. Diversifikasi Konglomerat, yaitu menambah produk atau jasa
baru di pasar yang berbeda.

14

4. Strategi Defensif
a. Penciutan, terjadi manakala suatu organisasi melakukan
pengelompokan ulang melalui pengurangan biaya dan asset
membalik penjualan dan laba yang menurun.
b. Divestasi, yaitu organisasi menjual satu divisi atau bagiannya
guna mendapatkan modal untuk akuisisi atau investasi lebih
lanjut.
c. Likuidasi, adalah tindakan menjual seluruh asset perusahaan
secara terpisah untuk setiap nilai riilnya.
Manajemen Strategis
Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan
sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat
mencapai tujuannya. Selain itu, manajemen strategis adalah satu set
keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi
rencana yang dirancanng untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and
Robinson, 2008).
Dirgantoro (2001) mengatakan bahwa manajemen strategis adalah
suatu proses kesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan
dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara
keseluruhan dapat selalu responsive dengan perubahan dalam lingkungan
baik itu internal maupun internal. Dirgantoro (2001) juga mengatakan
bahwa usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di organisasi untuk
menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai
tujuan perusahaa yan tealh ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan juga
termasuk kedalam kegiatan manajamen strategis.
Adanya definisi – definisi diatas dapat ditarik kesamaan – kesamaan
yaitu adanya pencapaian tujuan, mengantisipasi perubahan lingkungan, dan
perumusan dan pengimplemenatasian strategi. Manfaat yang diperoleh dari
perilaku manajemen strategis menurut Pearce and Robinson (2008) adalah
meningkatkan kesejahteraan perusahaan atau organisasi. Manajemen
strategis ini bertujuan untuk mengeksploitasi, menciptakan peluang baru
yang berbeda untuk masa mendatang dengan menyediakan sasaran serta
arah yang jelas bagi masa depan organisasi sehingga organisasi yang
mengembangkan sistem manajemen strategis mempunyai kemungkinan
tingkat keberhasilan lebih besar daripada yang tidak menggunakan sistem
manajemen strategis (David, 2006).
Proses manajemen strategis menurut David (2009) terdiri dari tiga
tahap, yaitu perumusan strategi, penerapan atau implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan
misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal, identifikasi kekuatan dan
kelemahan organisasi, pencarian strategi – strategi alternatif dan pemilihan
strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi mengharuskan
perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan,
memotivasi karyawan, dan mengalokasi sumberdaya sehingga strategi yang
telah diformulasikan dapat dijalankan. Semenetara evaluasi atau penilaian
strategi merupakan tahap terakhir dari dalam manajemen strategis. David

15

(2006) mengatakan bahwa ada tiga aktivitas dasar dalam evaluasi strategi
yaitu meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar
strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif.
Dalam penelitian strategi pengembangan usaha peternakan ayam
kampung Kelompok Tani Sehati ini, difokuskan pada tahap perumusan
strategi yang mengikuti kerangka perumusan tiga tahap menurut David
(2009). Tahapan tersebut adalah tahap masukan atau tahap input yang berisi
informasi input dasar yang dibutuhkan untuk menyusun strategi. Alat
analisis yang dapat digunakan pada tahap ini adalah Matriks Evaluasi Faktor
Internal (IFE), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE), dan Matriks Profil
Kompetitif (CPM). Kemudian tahap pencocokan yang berfokus pada
penciptaan strategi alternative yang logis dengan memperhatikan faktor
internal dan eksternal utama. Alat analisis yang dapat digunakan pada tahap
ini adalah Matriks kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman (SWOT), Matriks
posisi strategis dan evaluasi tindakan (SPACE), matriks Boston Consulting
Group (BCG), matriks internal-eksternal (IE), dan matriks strategi besar
(Grand Strategi Matrix). Tahap yang terakhir yaitu tahap keputusan yang
melibatkan satu alat analisis yaitu matriks perencanaan strategis Kuantitatif
(QSPM).
Analisis Lingkungan
Lingkungan merupakan kekuatan yang ada disekitar tempat
perusahaan beroperasi yang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.
Lingkungan Internal
Menurut David (2009), identifikasi atau analisis lingkungan internal
perusahaan akan menghasilkan kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Lingkungan internal yang dapat didentifikasi adalah pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, dan sumber daya manusia. Hunger and whelen dalam
Yenni (2007) menyatakan bahwa disebut kekuatan apabila perusahaan
memiliki faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi
manajemen) yang lebih kuat dan berbeda daripada pesaingnya. Hal ini akan
menandakan bahwa perusahaan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
oleh perusahaan lain dan dengan kekuatan ini, perusahaan dapat
mengembangkan kegiatan operasionalnya. Sedangkan disebut kelemahan
apabila faktor lingkungan internal (manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi
manajemen) yang dimiliki oleh perusahaan tidak lebih baik dibandingkan
perusahaan lain. Hal ini menandakan bahwa pesaing dapat mengerjakan hal
tersebut dengan lebih baik sehingga menjadi kelemahan bagi perusahaan.
1. Manajemen
Menurut David (2006), fungsi manajemen terdiri dari lima bagian
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi,
pengelolaan staf, dan pengendalian. Perencanaan berkaitan
dengan semua aktivitas yang terkait dengan masa depan seperti

16

2.

3.

4.

5.

6.

kegiatan peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi dan
pengembangan kebijakan. Pengorganisasian berkaitan dengan
semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan
dan hubungan otoritas. Sementara pemberian motivasi melibatkan
usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia.
Pengelolaan staf dipsatkan pada manajemen sumber daya manusia
yang berkaitan dengan tingkat upah, perekrutan, fasilitas kerja
dan lain – lain. Aktivitas kelima dalam aspek manajemen adalah
pengendalian atau kontrol. Kegiatan ini mengacu pada semua
aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa
hasil aktual sama dengan hasil yang diharapkan.
Pemasaran
Dalam David (2006), pemasaran dapat digambarkan sebagai
proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan
jasa. Menurut Kotler (2005), terdapat empat macam bauran
pemasaran yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi.
Keuangan / Akutansi
Dalam David (2006), dinyatakan bahwa keuangan seringkali
dianggap sebagai suatu ukuran terbaik untuk posisi kompetitif dan
daya tarik keseluruhan suatu perusahaan. Keuangan berkaitan
dengan dana yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kemampuan
perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka
panjang, pengelola keuangan, struktur modal kerja, pemantauan
penyebab inefisiensi dan sistem akunting yang andal.
Produksi dan Operasi
Fungsi produksi / operasi dari suatu bisnis adalah mengubah input
menjadi barang dan jasa (David, 2006). Hal – hal yang perlu
diperhatikan pada aspek ini adalah proses produksi, kapasitas
produksi, persedian, tenaga kerja, dan kualitas yang ditujkan agar
barang atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi.
Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan (litbang) berkiatan dengan kegiatan
pengembangan karena dianggap akan mampu menghasilkan
produk atau jasa yang memiliki keunggulan kompetitif. Oleh
karena itu, tujuan diadakanannya litbang adalah untuk
menghasilkan suatu modifikasi atau pengembangan dari produk
atau jasa untuk memberikan keunggulan kompetitif pada usaha.
Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen yang efektif memanfaatkan
hardware, software, model analisis, dan database komputer
(David, 2006).

Lingkungan Eksternal
Analisis terhadap lingkungan eksternal akan menigidentifikasi
peluang dan ancaman dari luar perusahaan. Menurut David (2009),
mengidentifikasi peluang dan ancaman membuat suatu organisasi atau

17

perusahaan mempunyai misi yang jelas dan mampu merancnang strategi
untuk mencapai tujuan jangka panjang dan melaksanakan kebijakan untuk
tujuan tahunan atau jangka pendek. Menurut David, mengidentifikasi
lingkungan eksternal terdiri dari lima faktor, yaitu:
1. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah
daya beli masyarakat yang akan mempengaruhi kegiatanan
pemasaran yang dilakukan. Daya beli masayarakat ini akan
dipengaruhi oleh jumlah pendapatan, inflasi, harga produk, dan
lain – lain.
2. Faktor Pemerintah, dan Hukum
Faktor ini mempengaruhi pemasaran dari sisi hukum, kebijakan –
kebijakan pemerintah seperti subsisi dan undang – undang. Faktor
ini jelas pengaruhnya terhadap suatu organisasi atau perusahaan
dalam menjalankan usahanya.
3. Faktor Teknologi
Kemajuan atau peningkatan teknologi akan mempengaruhi banyak
pihak seperti produk, pemasaran, pemasok, distributor, pesaing,
konsumen, dan posisi kompetitif suatu perusahaan. Terciptanya
pasar baru dan pengembangan produk baru sebagai akibat adanya
peningkatan teknologi ini akan memberikan dampak pada posisi
kompetitif perusahaan. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi
baru akan menempatkan suatu perusahaan memiliki kekuatan
kompetitif yang lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Individu yang terlibat dalam kegiatan memasarkan harus tanggap
terhadap perubahan teknologi agar dapat mengetahui kebutuhan
dan keinginan konsumen serta dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen tersebut dengan baik.
4. Faktor Sosial, Budaya, Demografis, dan Lingkungan
Faktor sosial, budaya, demografis dan lingkungan ini berkaitan
dengan jumlah populasi, tingkat pendidikan, umur, dan
karakteristik masing – masing orang serta tata nilai atau norma
yang dianut oleh penduduk di lingkungan sekitar tempat usaha.
5. Faktor Kompetitif
Menganalisa faktor kompetitif in dapat dilakukan menggunakan
model lima kekuatan bersaing Porter. Lima kekuatan tersebut
adalah persaingan antarperusahaan saingan, potensi pengembangan
produk pengganti, daya tawar pemasok, potensi masuknya pesaing
baru, dan daya tawar pembeli. Model lima kekuatan bersaing
Porter dijelaskan oleh Gambar 2.

18

Potensi
Pengembangan
Produk Pengganti

Daya tawar
pemasok

Persaingan antar
perusahaan saingan

Daya Tawar
Pembeli

Potensi masuknya
pesaing baru

Gambar 2 Model Li