Peran kelompok peternakan rakyat ayam kampung Sukabumi pada usaha ayam kampung

(1)

PERAN KELOMPOK

PETERNAKAN RAKYAT AYAM KAMPUNG SUKABUMI

PADA USAHA AYAM KAMPUNG

SKRIPSI

MERY AGUSTINA SIPAYUNG H34067014

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

MERY AGUSTINA SIPAYUNG.

Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam

Kampung Sukabumi Pada Usaha Ayam Kampung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI).

Usaha ayam kampung tidaklah seintensif usaha ayam ras. Selain itu proses usaha ayam ras pedaging dilakukan dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan ayam kampung. Produksi ayam kampung dibedakan menjadi dua yaitu produksi daging dan produksi telur. Upaya penigkatan produksi daging ayam kampung dilakukan melalui kegiatan kelompok. Salah satu kelompok yang mengembangkan usaha ini adalah kelompok peternakan rakyat ayam kampung Sukabumi (KEPRAKS). Pada umumnya kegiatan yang dilakukan secara kelompok akan meminimalkan biaya produksi per unit output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pengusahaan secara perorangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari usaha ayam kampung yang diterapkan KEPRAKS, mempelajari struktur biaya produksi dan mempelajari pendapatan pengusahaan ayam kampung peternak. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 peternak yang merupakan jumlah seluruh anggota KEPRAKS. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengambarkan kondisi umum daerah penelitian, karakteristik peternak, karakteristik usaha peternak, dan usaha ayam kampung sementara analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis struktur biaya dan pendapatan pengusahaan peternak.

Usaha ayam kampung yang diterapkan oleh KEPRAKS adalah sistem pemeliharaan intensif. Sistem pemeliharaan ini menyebabkan perubahan sistem produksi ayam kampung dari sektor empat menjadi sektor tiga. Peran yang dilakukan KEPRAKS yaitu dalam mengatur kegiatan budidaya, penggunaan input, dan pemasaran. Pengaturan dalam kegiatan budidaya dilakukan dengan memberikan pengetahuan mengenai tehnik budidaya baik dalam penentuan jumlah input maupun proses budidaya. Pengaturan dalam penggunaan input paling terpenting adalah dalam penentuan DOC, pakan dan vaksin. Pengaturan dalam pemasaran anggota KEPRAKS memperoleh kepastian pasar, baik dari segi harga maupun tempat penjualan.

Perubahan sektor empat menjadi sektor tiga menyebabkan perubahan struktur biaya pada usaha ayam kampung. Perubahan struktur biaya mendekati sistem pemeliharan yang dilakukan pada usaha ayam ras pedaging. Hasil analisis yang dilakukan berdasarkan struktur biaya rata-rata (100 ekor ayam hidup) diperoleh biaya variabel rata-rata yang paling besar adalah biaya pakan dan DOC (87,81 persen). Intensifikasi budidaya ayam kampung menyebabkan proporsi DOC dan pakan menjadi tinggi. Peningkatan struktur biaya ini terjadi diiringi dengan perubahan cara pemeliharaan ayam kampung. Selain itu kebutuhan input tergantung kondisi harga input yang digunakan.


(3)

Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah DOC peternak tidak mempengaruhi struktur biaya. Hal ini terjadi karena KEPRAKS menyeragamkan struktur biaya baik dari input dan harga bagi sesama peternak. Berdasarkan struktur biaya rata-rata usaha ayam kampung (100 ekor ayam hidup) diperoleh pengaruh moderisasi pada usaha ayam kampung yang dilakukan KEPRAKS mengakibatkan peningkatan biaya variabel. Berdasarkan uji kruskal wallis terhadap nilai R/C diperoleh hasil bahwa KEPRAKS berperan dalam kegiatan usaha ayam kampung.

Berdasarkan analisis struktur biaya, usaha ayam kampung yang paling diuntungkan adalah produsen DOC dan pakan. Oleh karena itu disarankan dalam jangka panjang KEPRAKS berusaha untuk memproduksi DOC dan pakan sendiri.


(4)

PERAN KELOMPOK

PETERNAKAN RAKYAT AYAM KAMPUNG SUKABUMI

PADA USAHA AYAM KAMPUNG

MERY AGUSTINA SIPAYUNG H34067014

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi Pada Usaha Ayam Kampung

Nama : Mery Agustina Sipayung NIM : H34067014

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi Pada Usaha Ayam Kampung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

Mery Agustina Sipayung H34067014


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parluasan Balata pada tanggal 22 Agustus 1985. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ramlianus Sipayung dan Ibu Rantina Purba. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N 091474 Jorlang Hataran pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 1 Jorlang Hataran. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Dolok Panribuan, Simalungun, Sumatera Utara diselesaikan pada tahun 2003.

Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada program diploma III Inventarisasi dan Pengelolaan Sumberdaya Lahan, Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada bulan Mei tahun 2007.

Selama perkuliahan, penulis bekerja sama dengan Kompas Gramediakom, sebagai staf pengajar komputer di SD Regina Pacis Bogor mulai bulan Juni Tahun 2007 sampai Desember Tahun 2010.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Kasih dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi Pada Usaha Ayam Kampung”. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari usaha ayam kampung KEPRAKS sehingga diketahui struktur biaya produksi, pendapatan dan pengusahaan peternak.

Skripsi ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhir pada Program Sarjana Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacannya.

Bogor, Juni 2011


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menghadirkan orang-orang yang istimewa yang memberi bimbingan, sumbangan, pikiran, dukungan dan dorongan selama penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing, yang telah banyak

memberikan bimbingan, waktu yang selalu disediakan, kesabaran, pembelajaran, dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada seminar proposal dengan segala koreksi dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen penguji utama dan Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skipsi ini.

4. Orangtua Bapa R. Sipayung dan Mama R. Purba tercinta, untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.

5. Ade Zulkarnaen selaku ketua HIMPULI (Himpunan Peternak Unggas Indonesia dan Pendiri KEPRAKS (Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi) yang telah memberikan data dan pengarahan .

6. Kepada seluruh responden peternak anggota KEPRAKS yang telah bersedia berbagi informasi dan kerjasama yang baik.

7. Hengki Agustian selaku pembahas dalam seminar, terima kasih atas waktu, masukan dan kesediaannya.

8. K’Henny dan adikku (Anto dan Andi) terima kasih atas dukungan dan pengertian selama penulis melakukan tugas akhir.

9. Robby Andika Tondang terima kasih banyak atas doa, bimbingan, perhatian, kesabaran, penantian dan kesetiaannya selama ini.

10.Pamela teman seperjuangan, terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama masa bimbingan.


(10)

11.Teman-teman Riau 33 Sela, Ka Merpur, Ka Meike, Dengsi, Ina, Bibi Eha atas kebersamaannya dan semangatnya.

12.Sekretariat Ekstensi Agribisnis, yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam administrasi.

13.Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Tuhan selalu memberkati.

Bogor, Juni 2011

Mery Agustina Sipayung


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR GAMBAR ………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

I PENDAHULUAN ………. 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Perumusan Masalah………... 4

1.3 Tujuan ………... 5

1.4 Manfaat ………. 5

1.5 Ruang Lingkup……….………. 6

II TINJAUAN PUSTAKA ………... 7

2.1 Karakteristik Usaha Peternakan Ayam Kampung………. 7

2.2 Kajian Penelitian Struktur Biaya dan Pendapatan ..…….. 8

2.3 Kajian Penelitian Tentang Peranan Kelompok...……… 11

III KERANGKA PEMIKIRAN ……… 14

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ….………. 14

3.1.1 Teori Produksi …………...………....… 14

3.1.2 Struktur Biaya Produksi dan Skala Usaha………... 16

3.1.3 Analisis Pendapatan ……….………... 19

3.1.4 Peran Kelompok ………. 20

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ……… 24

IV METODE PENELITIAN ……… 27

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 27

4.2 Jenis dan Sumber Data ……… 27

4.3 Pengambilan Data dan Jumlah Responden …………... 27

4.4 Metode Analisis Data ……….……. 28

4.4.1 Analisis Deskriptif ……….…… 28

4.4.2 Analisis Struktur Biaya Budidaya Ayam Kampung………... 28

4.4.3 Analisis Pendapatan Budidaya Ayam Kampung………... 30

4.4.4 Uji Statistik dengan Uji Kruskal Wallis... 32

4.5 Konsep dan Definisi Operasional ……… 32

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ………. 34

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian……… 34

5.2 Sejarah dan Kegiatan KEPRAKS………...……….. 35

5.3 Karakteristik Peternak ……….…. 37


(12)

xii

VI PERAN KEPRAKS DALAM USAHA AYAM

KAMPUNG……….…… 42

6.1 Peran KEPRAKS dalam Proses Budidaya………..…… 42

6.2 Peran KEPRAKS dalam Pengadaan Input..………….. 45

6.3 Peran KEPRAKS dalam Pemasaran……….…… 47

VII ANALISIS USAHA AYAM KAMPUNG……….…. 50

7.1 Biaya Tetap Usaha Ayam kampung………...…... 50

7.2 Biaya Variabel Usaha Ayam kampung…….……….…... 53

7.3 Biaya Total Usaha Ayam kampung……….. 58

7.4 Penerimaan Usaha Ayam Kampung ………….………... 60

7.5 Pendapatan Usaha Ayam Kampung……….………. 61

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ……….... 64

8.1 Kesimpulan ……….……. 64

8.2 Saran ……… 65

DAFTAR PUSTAKA ……….. 66


(13)

xiii

DATAR TABEL

Nomor Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2000-2008... Data Produksi Ayam Nasional Tahun 2000-2008 (ribu Ton)... Data Produksi Ayam Buras di Jawa Barat Tahun 2000-2008.... Klasifikasi Sistem Produksi Unggas……….…….. Struktur Biaya Usaha Ayam Kampung….……….…. Jumlah Peternak Berdasarkan Kelompok usia……...……….… Jumlah Peternak Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….…… Jumlah Peternak Berdasarkan Tanggungan Keluarga..………... Jumlah Peternak Berdasarkan Mata Pencaharian……….…….. Jumlah Peternak Berdasarkan Status Kepemilikan Aset…….... Jumlah Peternak Berdasarkan Jumlah DOC………....………... Jumlah Peternak Berdasarkan Pengalaman Beternak…………. Jadwal dan Tata Laksana Pemberian Vaksin..……… Biaya Tetap Rata-Rata Usaha Ayam Kampung Per 100 Ekor Ayam Hidup... Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Ayam Kampung Per 100 Ekor Ayam Hidup... Biaya Total Rata-Rata Usaha Ayam Kampung Per 100

Ekor Ayam Hidup... Penerimaan Usaha Ayam Kampung per 100 Ekor

Ayam Hidup... Pendapatan Usaha Ayam Kampung Per 100 Ekor

Ayam Hidup……….…... 1 2 3 22 29 37 38 39 39 40 40 41 47 52 54 58 61 62


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1.

2. 3. 4.

5. 6. 7.

Bentuk Fungsi Produksi... Kurva Total Biaya Produksi…...………….………... Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang ……….….. Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang Dengan Biaya Konstan……….……… Kerangka Pemikiran Operasional ……….… Gambar Tipe Kandang Postal Terbuka………..…. Grafik Biaya Total Rata-rata Usaha Ayam Kampung…...

16 17 18

19 26 51 59


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Data Anggota Kelompok Peternakan Rakyat Ayam

Kampung Sukabumi (KEPRAKS)……….…. Biaya Penyusutan Kandang Ukuran Kecil………..…... Biaya Penyusutan Kandang Ukuran Sedang………. Biaya Penyusutan Kandang Ukuran Besar….….…………... Rata-Rata Bobot Ayam Ukuran Kecil ………….….…..…… Rata-Rata Bobot Ayam Ukuran Sedang ………....…… Rata-Rata Bobot Ayam Ukuran Besar ……….…….. Hasil Uji Kruskal Wallis Terhadap nilai R/C rasio Peternak... Perhitungan Usaha Ayam kampung Ukuran Kecil per

100 Ekor Ayam Hidup... Perhitungan Usaha Ayam kampung Ukuran Sedang per 100 Ekor Ayam Hidup... Perhitungan Usaha Ayam Kampung Ukuran Besar per

100 Ekor Ayam Hidup... Biaya Penyusutan Peralatan Ukuran Kecil ……….… Biaya Penyusutan Peralatan Ukuran Sedang..………..….….. Biaya Penyusutan Peralatan Ukuran Besar……….. Kuisioner Penelitian... 70 71 72 73 74 74 75 76 77 78 80 81 82 83 84


(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sub sektor pertanian yang terus berkembang dalam pembangunan nasional adalah sektor peternakan. Hal ini dapat dilihat pada kontribusi sektor peternakan terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai yang diperoleh tahun 2007 sebesar 61.252,2 miliar rupiah, kemudian meningkat sebesar 26 persen pada tahun 2008 yaitu menjadi 82.835,4 miliar rupiah dan meningkat lagi sebesar 21 persen pada tahun 2009 menjadi 104.0401. Berdasarkan kontribusinya, sektor peternakan mengambil bagian sebesar 22,34 persen dari total sub sektor pertanian pada tahun 2008 dan 23,68 persen dari total sub sektor pertanian pada tahun 2009. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sub sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor penting dalam pertanian.

Perkembangan sub sektor peternakan tidak bisa terlepas dari perkembangan sub sektor unggas. Populasi unggas yang ada di Indonesia terus meningkat pada tahun 2000 sampai 2008 seperti pada Tabel 1. Peningkatan yang terjadi diperoleh pada ayam ras pedaging sebesar 10 persen, ayam ras petelur sebesar tujuh persen, ayam buras sebesar dua persen dan itik sebesar lima persen. Berdasarkan hal tersebut populasi unggas yang mengalami peningkatan yang paling besar yaitu pada ayam ras pedaging.

Tabel 1. Populasi Unggas di Indonesia Tahun 2000-2008 Tahun

Jenis Unggas (ribu ekor) Ayam Ras

pedaging

Ayam Ras

Petelur Ayam Buras Itik

2000 530.874 69.366 259.256 29.035

2001 621.870 70.254 268.039 32.068

2002 865.074 78.039 275.292 46.001

2003 847.744 79.206 277.357 33.863

2004 778.970 93.415 276.989 32.253

2005 811.188 84.790 278.954 32.405

2006 797.527 100.201 291.085 32.481 2007 891.659 111.489 272.251 35.867

2008 1.075.885 116.474 290.803 36.931

Sumber : Departemen Pertanian (2009)

1


(17)

2 Sejalan dengan peningkatan pada populasi, produksi unggas pun mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai 2008 seperti pada Tabel 2. Persentase peningkatan produksi unggas yaitu ayam ras pedaging sebesar sembilan persen, ayam ras petelur 32 persen, ayam buras dua persen dan itik sebesar 20 persen. Berdasarkan Jumlah produksi ayam ras pedaging menjadi jumlah produksi paling tinggi diantara unggas lainnya dikarenakan pengusahaan ayam ras pedaging sebagian besar dilakukan secara intensif. Selain itu lamanya waktu pembudidayaan pada ayam ras pedaging lebih cepat bila dibandingkan dengan unggas lainnya.

Tabel 2. Data Produksi Ayam Nasional Tahun 2000-2008 (ribu Ton)

Tahun Ayam Ras Pedaging

Ayam Ras

Petelur Ayam Buras Itik

2000 515,00 23,74 265,21 13,79

2001 536,95 88,30 275,14 23,12

2002 751,90 42,77 288,34 21,80

2003 771,10 48,10 298,51 21,24

2004 846,09 48,40 296,42 22,21

2005 779,10 45,19 301,42 21,35

2006 861,26 57,63 341,25 24,53

2007 942,78 58,16 294,88 44,10

2008 992,66 58,18 307,54 45,22

Sumber : Departemen Pertanian (2009)

Selain ayam ras pedaging potensi unggas nasional lainnya adalah ayam buras. Ayam buras merupakan semua ayam yang berada diluar kategori ayam ras, seperti ayam kampung, ayam hutan, ayam hias, ayam kedu, ayam pelung dan ayam arab. Produksi ayam buras dapat dibedakan menjadi produksi dagingnya dan produksi telurnya. Data produksi ayam buras dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 produksi ayam buras baik daging maupun telur mengalami peningkatan dari tahun 2000 hingga tahun 2008 sebesar dua persen dan tujuh persen.

Produksi daging ayam buras selama kurun waktu tahun 2000-2008, paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 341,25 ribu ton dan mengalami penurunan sebesar 14 persen pada tahun 2007, kemudian meningkat lagi sebesar empat persen pada tahun 2008. Penurunan produksi daging pada tahun 2007 terjadi


(18)

3 karena masuknya penyakit baru yang berasal dari Negara Vietnam, Hongkong dan Thailand yang dikenal sebagai penyakit Flu Burung (Avian influenza)2.

Tabel 3. Data Produksi Ayam Buras di Jawa Barat Tahun 2000-2008 (ribu Ton)

Tahun Daging Ayam Buras Telur Ayam Buras

2000 265,21 139,02

2001 275,14 154,95

2002 288,34 161,70

2003 298,51 177,00

2004 296,42 172,10

2005 301,42 175,43

2006 341,25 193,95

2007 294,88 230,47

2008 307,54 239,31

Sumber : Departemen Pertanian (2009)

Produksi daging maupun telur ayam buras yang semakin meningkat mengindikasikan kebutuhan daging dan telur ayam buras dalam negeri pun semakin meningkat. Sejalan dengan produksi daging dan telur ayam buras yang semakin meningkat, maka konsumsi daging dan telur ayam buras di Jawa Barat pun semakin meningkat.

Pengusahaan ayam buras di Indonesia secara umum dilakukan dengan perseorangan dan berkelompok. Pengusahaan ayam buras secara perseorangan relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan pengusahaan secara berkelompok. Hal ini disebabkan pengusahaan ayam buras secara perseorangan dapat ditemukan disetiap rumah di pedesaan, maupun sebagian kecil di perkotaan.

Salah satu kelompok peternak yang mengembangkan usaha ayam buras adalah kelompok peternakan ayam kampung sukabumi (KEPRAKS). KEPRAKS adalah salah satu kelompok peternak yang merubah sistem pemeliharaan ayam kampung di belakang rumah (sektor empat) menjadi sektor komersial (sektor tiga). Sektor empat merupakan pengelompokkan sistem produksi ayam kampung

2


(19)

4 atau dibelakang rumah dengan biosekuriti sangat minimal yang diproduksi dalam kondisi hidup untuk konsumsi lokal. Contuh usaha dari sistem ini pada umumnya sering dilakukan di wilayah pedesaan. Sedangkan sektor tiga adalah pemeliharaan ayam kampung secara komersial dengan memperhatikan biosekuriti secara rendah sampai minimal serta pemasaran ayam hidup telah dijual di pasar. Contoh usaha ini sebelumnya sering dilakukan untuk peternakan broiler yang berskala kecil.

1.2 Perumusan Masalah

Peningkatan produksi ayam buras tidak seperti pada ayam ras pedaging seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang sebelumya. Moderanisasi dan pengurangan permasalahan flu burung dilakukan dengan merubah sistem pemeliharaan yang lebih baik. Hal ini dilakukan agar supaya produksi unggas semakin meningkat.

Salah satu kelompok ternak yang mengembangkan peningkatan produksi ayam buras adalah KEPRAKS. KEPRAKS bertujuan untuk mengubah sistem pemeliharaan dari tradisional menjadi intensif. Upaya yang dilakukan KEPRAKS adalah dengan melakukan sosialisasi maupun pendekatan khususnya kepada masyarakat di Desa Tenjolaya dan Desa Pesawahan di Kecamatan Cicurug. Pendekatan ini dilakukan adalah sebagai nilai tambah untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peternakan ayam kampung yang diterapkan. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya anggota KEPRAKS sebelumnya bekerja sebagai petani penggarap, pekerja bangunan, pengangguran dan pondok pesantren.

Sistem pemeliharaan intensif yang dilakukan oleh KEPRAKS tentunya akan berbeda dengan sistem pemeliharaan tradisional secara perseorangan. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan suatu pertanyaan bagaimana sistem usaha yang diterapkan oleh KEPRAKS?

Pada umumnya pengusahaan yang dilakukan secara berkelompok dapat menghasilkan biaya produksi per unit output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pengusahaan secara perseorangan. Hal ini dikarenakan pengadaan input pada pengusahaan secara berkelompok (skala besar) lebih banyak bila dibandingkan dengan pengusahaan secara perseorangan (skala kecil), sehingga


(20)

5 biaya pengadaan input persatuan input menjadi lebih murah. Selain itu, posisi tawar menawar harga yang dilakukan dengan cara berkelompok lebih tinggi dibandingkan dengan cara perseorangan. Berdasarkan konsep biaya produksi yang lebih efisien jika dilakukan dengan berkelompok dapat dirumuskan suatu pertanyaan. Bagaimana peran KEPRAKS dalam mengatur penggunaan input dan pemasaran hasil produksi bagi peternak?

Pengusahaan ayam kampung yang dilakukan oleh KEPRAKS berdasarkan ukuran usahanya terbagi dalam tiga kelompok peternak. Ketiga kelompok peternak dibedakan berdasarkan jumlah day old chick (DOC) yang dipelihara yaitu peternak kecil, peternak sedang dan peternak besar. Kelompok peternak manakah yang lebih efisien dalam produksi ayam kampung? Bagaimana pendapatan masing-masing kelompok peternak dalam pengusahaan ayam kampung?

1.3 Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian dalam mempelajari peran KEPRAKS adalah dengan :

1. Mempelajari usaha ayam kampung yang diterapkan oleh KEPRAKS. 2. Mempelajari struktur biaya produksi ayam kampung berdasarkan skala

usaha peternak.

3. Mempelajari pendapatan pengusahaan ayam kampung berdasarkan skala usaha peternak.

1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan tersebut, maka hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain :

1. Bahan masukan bagi kelompok dalam mengevaluasi pengusahaan ayam kampung yang telah dilakukan selama ini.

2. Melatih penulis dalam melaksanakan penelitian dan menuangkan dalam karya ilmiah tentang struktur biaya dan pendapatan.


(21)

6

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah mencakup usaha ayam kampung yang dilakukan oleh Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS), struktur biaya dan pendapatan anggota peternakan.


(22)

7

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Usaha Peternakan Ayam Kampung

Usaha peternakan ayam kampung memiliki banyak manfaat. Produk yang dihasilkan dari usaha ternak ayam kampung yaitu daging, telur, kotoran dan bulu ayam. Secara garis besar pengusahaan ayam kampung berdasarkan prioritas pengusahaan dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu usaha ternak ayam kampung pedaging dan ayam kampung petelur. Perbedaan antara pengusahaan ayam kampung pedaging dan ayam kampung petelur adalah input ayam yang

digunakan. Input ayam pedaging diperoleh dari ayam umur sehari atau day old

chick (DOC) sedangkan input ayam petelur diperoleh dari ayam yang sudah dewasa sekitar 70 hari.

Usaha peternakan ayam kampung ditujukan untuk peternakan rakyat. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No 77 tahun 2007. Usaha peternakan ayam kampung yang terdiri dari usaha budidaya, pembibitan dan persilangan ayam kampung, dalam pelaksanaannya hanya dibatasi untuk usaha mikro, kecil, dan koperasi, serta jumlah pemeliharaan ayam kampung yang dilakukan oleh

peternak maksimal 10.000 ekor untuk satu orang peternak3. Hal senada juga

dikemukakan oleh Menteri Pertanian Suswono bahwa peternakan ayam kampung

hanya diperuntukkan pada peternakan rakyat4

Pemeliharaan ayam kampung pada umumnya dilakukan sebagai hewan ternak hanya untuk konsumsi dan hobbi. Kebutuhan akan konsumsi dilakukan untuk kebutuhan keluarga saja. Sifat pemeliharaan yang dilakukan yaitu berada disekitar rumah baik di desa maupun di kota dengan jumlah produksi yang sedikit sekitar lima sampai 10 ekor. Cara ini diperoleh dari warisan turun temurun yang pemeliharaannya mengabaikan kesehatan ayam dan lingkungan serta membiarkan ayam mencari makan sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa dasar untuk memelihara . Dengan demikian, usaha peternakan ayam kampung relatif mudah untuk dimasuki oleh pendatang baru.

3

Kompas, halaman 18, tanggal 15 September

4


(23)

8 ayam kampung sudah dimiliki hanya bagaimana untuk mengusahakan ayam kampung yang baik belum dikembangkan.

Perkembangan usaha ternak ayam kampung dilakukan dengan cara memperbaiki kondisi pemeliharaan yang lebih baik dengan memperhatikan kondisi ayam dan lingkungan. Perkembangan usaha ternak ayam kampung yang semakin meningkat dilihat dari semakin banyaknya rumah makan yang menjual masakan ayam kampung sebagai menu utama.

2.2 Kajian Penelitian Struktur Biaya dan Pendapatan

Biaya merupakan segala pengorbanan yang dikeluarkan selama proses produksi. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan merupakan struktur biaya yang dilakukan yang nantinya akan diperoleh suatu pendapatan. Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh dikurangi biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani yang dilakukan. Penelitian tentang pendapatan telah banyak dilakukan dalam berbagai komoditas seperti cabai merah, kacang tanah, padi, jambu biji, domba, sapi perah, dan ayam ras pedaging. Kajian penelitian yang dilakukan dibagi dua yaitu pada komoditas tanaman dan komoditas ternak dengan maksud untuk melihat perbedaan biaya terbesar dari kegiatan produksi.

Penelitian Hendrawanto (2008) tentang pendapatan dan biaya produksi cabang usahatani cabai merah. Berdasarkan penelitian Hendrawanto (2008) menjelaskan bahwa struktur biaya pada usahatani cabai merah di desa Suhagalih dibedakan menjadi tiga komponen biaya. Ketiga komponen biaya tersebut adalah biaya tidak tetap, biaya tetap dan biaya sewa lahan. Di dalam biaya tidak tetap diperoleh struktur biaya yang paling dominan yaitu pada tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga dilakukan pada kegiatan panen. Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan diperoleh biaya tidak tetap 95,59 persen. Biaya tersebut meliputi biaya tenaga kerja 56,17 persen dan 39,42 persen biaya sarana produksi. Tenaga yang paling banyak dikeluarkan yaitu pada kegiatan panen, sehingga dalam usahatani cabai merah yang berperan penting adalah tenaga kerja.

Aryani (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. Hasil penelitian Aryani (2009) menjelaskan struktur biaya yang dilakukan terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan.


(24)

9 Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kacang tanah yang paling besar yaitu pada biaya tenaga kerja sebesar 13,5 persen baik yang bermitra maupun non bermitra. Biaya yang kedua yang paling besar yaitu pada sarana produksi bibit.

Penelitian Kusumawati (2009) tentang pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru. Analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan dengan metode acak sederhana dengan responden 40 : 40. Biaya usahatani padi pandan wangi menghasilkan total biaya paling kecil dibanding dengan varietas unggul baru. Biaya yang paling besar yaitu biaya tunai pada biaya tenaga kerja non keluarga sebesar 34,02 persen dan 35,34 persen. Aktivitas tenaga kerja meliputi penyemaian benih, pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, penyulaman, pemupukan, penen pengendalian hama penyakit dan pemanenan. Dari seluruh aktivitas ini yang paling banyak yaitu pada pengolahan tanah dan panen dengan HOK 33,32 persen dan 34,61 persen dari proses budidaya yang dilakukan.

Tirtayasa (2008) meneliti tentang pendapatan usahatani jambu biji petani primatani. Salah satu tujuan dari penelitiannya adalah untuk menganalisis tingkat pendapatan dan efisiensi pendapatan usahatani jambu biji. Hasil pendapatan yang diperoleh yaitu pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Perhitungan yang dilakukan yaitu pada usahatani tahun 2008 dengan jumlah 1.000 pohon diperoleh pendapatan non primatani lebih menguntungkan dan lebih efisien dari total produksi. Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya yang paling besar dikeluarkan pada biaya tunai yaitu pada biaya pupuk dan pestisida. Biaya pupuk dan pestisida pada petani primatani sebesar 30,50 persen dan 68,19 persen sedangkan pada petani non primatani sebesar 38.83 persen dan 57.31 persen.

Penelitian pada Pamungkas (2009) tentang pelaksanaan program peningkatan produksi dan produkstivitas ternak domba. Salah satu tujuan yang dilakukan yaitu menganalisis pendapatan peternak dari usaha penggemukan ternak domba program peningkatan produksi dan produktivitas. Pendapatan peternak yang diperoleh selama empat bulan yaitu pada KTT Mekar sebesar Rp 8.958.223 dan KTT Sinar Tani sebesar Rp 13.334.522. Proses budidaya yang dilakukan oleh peternak diperoleh dari dana anggaran program peningkatan


(25)

10 produksi dengan batuan yang diperoleh berupa uang. Biaya yang paling banyak dikeluarkan pada proses budidaya domba sejumlah 52 ekor yaitu pada modal pembelian bibit domba yaitu sebesar 69,80 persen baik pada KTT Sinar Tani dan Mekar.

Kamiluddin (2009) tentang pendapatan usaha peternakan sapi perah. Penelitian Kamiluddin menjelaskan biaya usaha yang dikeluarkan terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap secara periode penelitian (satu tahun). Biaya yang paling besar pada usaha ini adalah biaya pakan sebesar 44,71 persen yang terdiri dari pakan konsentrat dan ampas tahu. Biaya kedua terbesar yaitu pada tenaga kerja luar dan dalam yaitu berkisar 36,75 persen. Menurut Sudono (1990) biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan yaitu 20-30 persen. Hal ini disebabkan oleh karakter pemilik yang mementingkan kesejahteraan tenaga kerja seperti pemberian bonus, sembako dan THR. Penerimaan tunai yang diperoleh dari peternakan susu yaitu penjualan susu dan penjualan ternak. Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 1.659.699.831 dengan rata-rata per bulan Rp 138.308.319,3.

Febridinia (2010) penelitian tentang peranan kemitraan dalam pendapatan peternak ayam broiler. Tujuan penelitian ini untuk menghitung pendapatan yang diperoleh beternak mitra dan non mitra. Biaya yang dikeluarkan dari usaha ini terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya yang dikeluarkan baik peternak mitra dan non mitra tidak lah berbeda jauh hanya dari kedua mitra ini biaya yag paling banyak dikeluarkan yaitu pada biaya DOC dan pakan. Biaya DOC dan pakan pada peternak mitra sebesar 29,26 persen dan 62 persen dan peternak non mitra 30,75 persen dan 58,73persen. Perbedaan ini hanya pada peternak non mitra bebas memilih sapronak yang dilakukan. Pendapatan yang diperoleh atas biaya total peternak mitra sebesar Rp 2.644.733,5 per periode jauh lebih besar dari non mitra yang hanya memperoleh Rp 1.607.375 per periode. Pendapatan yang diperoleh dari pendapatan atas biaya tunai diperoleh sebesar Rp 7.019.773,5 per periode sedangkan non mitra yaitu Rp 5.052.375 per periode.

Berdasarkan tinjauan penelitian, kesimpulan yang diperoleh dibedakan menjadi dua yaitu jenis tanaman musiman dan tahunan. Penelitian pada jenis tanaman musiman dilakukan oleh Hendrawanto (2008), Aryani (2009) dan


(26)

11 Kusumawati (2009). Kesimpulan yang diperoleh strktur biaya yang paling besar dikeluarkan pada biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja menjadi paling besar karena pada usahatani tanaman tersebut membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam pengolahan dan pemanenan. Penelitian pada jenis tanaman tahunan dilakukan oleh Tirtayasa (2008). Struktur biaya yang paling besar dikeluarkan yaitu biaya pupuk dan pestisida. Biaya pupuk dan pestisida pada usaha ini termasuk dalam kegiatan pemeliharaan.

Tinjauan penelitian pada komoditas ternak dilakukan oleh Pamungkas (2009), Kamiluddin (2009) dan Febridinia (2010). Kesimpulan yang diperoleh yaitu struktur biaya paling tinggi pada usaha ternak domba yaitu biaya bibit domba, usaha sapi perah mengeluarkan biaya paling besar pada biaya tenaga kerja dan usaha ayam ras pedaging mengeluarkan biaya paling besar pada biaya DOC dan pakan. Dengan demikian struktur biaya pada usaha peternakan mengeluarkan biaya yang berbeda-beda.

Berdasarkan tinjauan penelitian yang dibahas dari kedua komoditi dapat disimpulkan bahwa setiap komoditas tanaman maupun ternak mengeluarkan biaya yang berbeda-beda. Dengan demikian penelitian tentang usahatani ayam kampung yang dilakukan peneliti tidak lah jauh berbeda bahwa kemungkinan besar biaya yang dikeluarkan yaitu pada biaya produksi DOC dan Pakan. Pendapatan yang diperoleh peternak diperoleh tergantung dari jumlah produksi yang dilakukan oleh peternak dalam berusaha.

2.3 Kajian Penelitian Tentang Peranan Kelompok

Kelompok merupakan suatu bagian dari organisasi yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Interaksi atau hubungan yang dilakukan bertujuan untuk mengembangkan usaha atau kegiatan yang pada akhirnya akan sama-sama memperoleh keuntungan. Keuntungan ini terjadi karena adanya kegiatan dua arah yang saling berhubungan. Kebanyakan dalam penelitian bentuk organisasi yang dijalankan dalam bentuk kemitraan. Penelitin ini kemitraan dinyatakan sebagai bagian dari organisasi. Penelitian yang berhubungan dengan kemitraan dapat diperoleh pada penelitian Deshinta (2006), Aryani dan Firwiyanto (2008) dan Febridinia (2010).


(27)

12 Penelitian yang dilakukan oleh Dhesinta (2006) bahwa peranan dari kemitraan menjelaskan jumah pendapatan peternak mitra lebih rendah dari pada peternak mandiri karena peternak mitra menanggung biaya yang lebih besar dari pada peternak mandiri. Hal ini dilihat dari R/C dimana peternak mitra memiliki R/C yang lebih kecil dibanding peternak mandiri. Menurut hasil uji t terhadap total pendapatan bersih diperoleh kesimpulan terima Ho, ini menunjukkan bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Walaupun demikian, peternak memperoleh banyak manfaat dari keikutsertaannya di dalam kemitraan seperti pinjaman sapronak, menambah ilmu pengetahuan, pemasaran hasil panen dan pelaksanaan kontrol dari perusahaan.

Penelitian Aryani (2009) tentang pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani kacang tanah. Hasil yang diperoleh dari kemitraan oleh petani yaitu di peroleh manfaat yang pertama adalah pemasaran output dalam hal jaminan pasar dengan persentase 93.33 persen. Manfaat ke dua petani memperoleh harga yang tetap atau stabil dan yang ke tiga pendapatan yang diperoleh petani meningkat dengan persentase 100 persen. Yang keempat petani memperoleh bimbingan untuk menambah ilmu pengetahuan dalam kegiatan usahatani kacang tanah dengan persentase 66.67 persen.

Penelitian Firwiyanto (2008), yaitu analisis pendapatan dan tingkat kepuasan peternak terhadap pelasanaan kemitraan broiler. Hasil yang diperoleh bahwa tingkat pendapatan dari peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri tetapi itu cukup sepadan bagi peternak yang tidak memiliki modal. Dimana kemitraan masih menjadi solusi untuk mengatasi masalah permodalan, peternak mitra masih dapat berusaha dan memperoleh pendapatan walaupun tidak memiliki modal. Untuk produksi pihak perusahan menerapkan standar Feed Converted Rate (FCR) dan mortalitas kepada peternak mitra, agar produksi peternak mitra dapat dipantau sehingga produksi meningkat dan biaya dapat diminimalisasi. Hal ini memperlihatkan bahwa secara keseluruhan peternak merasa puas dengan kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan perusahaan.

Febridinia (2010) penelitian tentang peranan kemitraan dalam pendapatan peternak ayam broiler. Hasil yang diperoleh bahwa kemitraan yang dijalankan oleh CV Tunas Mekar Farm dengan peternak mitra memberikan dampak positif.


(28)

13 Manfaat yang diperoleh oleh perusahaan adalah mendapat pasokan ayam broiler, menghemat biaya produksi dan bertambahnya mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Manfaat yang diperoleh peternak mitra adalah mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga, bimbingan teknis dan bantuan operasional. Pelayanan yang diperoleh oleh perusaha terhadap peternak mitra adalah bimbingan teknis dan pemberian sarana produksi ternak.

Berdasarkan keempat peneliti dalam kemitraan dapat diberi kesimpulam bahwa dengan bermitra belum ada konsistensi. Hasil yang diperoleh yaitu ada pengaruh mitra dan ada yang tidak. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa dengan bermitra memperoleh manfaat seperti meningkatnya pendapatan usahatani, adanya jaminan pasar, harga stabil, tambahnya pengetahuan dengan dilakukannya bimbingan, adanya bantuan operasional dan ketersedian modal dapat diatasi.

Persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dapat digunakan peneliti sebagai acuan pemetaan permasalahan yang menjadi latar belakang permasalahan dalam topik penelitian. Persamaan dari penelitian adalah membahas tentang biaya, pendapatan dan pengaruh kemitraan, sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada komoditas dan organisasi.


(29)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Produksi merupakan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi disebut sebagai input dan produk yang dihasilkan disebut sebagai output. Input dan ouput merupakan suatu gabungan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap produksi yang dijalankan. Teori produksi dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara kedua input dan output.

Hubungan antara input dan output disebut sebagai fungsi produksi. Secara umum fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang produksi tergantung dari jumlah faktor produksi yang digunakan. Menurut Hernanto (1991) faktor produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Ketiga faktor produksi selain pengelolaan merupakan syarat yang penting dalam suatu proses produksi. Proses menghasilkan produksi yang diinginkan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal kepemilikan dan penguasaan.

Tanah merupakan faktor produksi yang penting karena tempat berlangsungnya suatu usaha. Faktor produksi ini terdiri dari faktor alam lainnya seperti air, udara, sinar matahari, kimia tanah, temperatur dan lainnya. Semua faktor produksi ini akan menentukan keputusan pada hasil produksi yang diharapkan.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang ke dua dalam proses produksi. Jumlah tenaga kerja dan curahan waktu yang diberikan pada suatu proses produksi akan mempengaruhi output produksi yang dihasilkan. Dalam pengukuran potensi tenaga kerja biasanya dilakukan konversi tenaga kerja yaitu menyetarakan jenis-jenis penggunaan tenaga kerja ke dalam tenaga kerja pria. Penggunaan tenaga kerja dalam produksi sifatnya tidak tetap karena harus disesuaikan dengan tahapan proses produksi.

Modal merupakan hasil gabungan dari faktor produksi lahan dan tenaga kerja. Modal yang tinggi diantara fakor produksi yang lain yaitu model operasional. Model operasional dimaksudkan sebagai modal dalam bentuk tunai


(30)

15 yang dapat ditukarkan dengan barang modal lain seperti sarana produksi dan tenaga kerja, bahkan untuk pembiayaan pengolahan. Menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua yaitu : (1) modal tetap yaitu modal yang tidak habis dalam satu proses produksi seperti kandang dan peralatan, (2) modal lancar yaitu modal yang habis dalam satu proses produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan dan tenaga kerja.

Pengelolaan usaha ternak adalah kemampuan peternak menentukan,

mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Keberhasilan

mengelola usaha ternak dapat diukur dari pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh. Tolak ukur keberhasilan dalam pengelolaan suatu usaha yaitu dadanya peningkatan produktivitas usaha.

Menurut Soekartawi et al (1986), fungsi produksi mempunyai notasi sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3,...Xn)

Dimana :

Y = Output

F = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi

X1, X2, X3,...Xn = Input-input yang digunakan

Berdasarkan fungsi diatas maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya Y (produksi) ditentukan peranan X1, X2, X3...Xn dan faktor-faktor lain yang tidak terdapat pada persamaan. Hubungan X dan Y produksi berlaku hukum kenaikan yang bekurang (The law of diminishing return). Artinya bahwa setiap tambahan unit masukan pada saat tertentu akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi semakin kecil dibanding dengan masukan tersebut, seperti pada Gambar 1.


(31)

16 Y

Fungsi Produksi

0 X

Gambar 1. Bentuk Fungsi Produksi

Sumber : Soekartawi et al (1986)

3.1.2 Struktur Biaya Produksi dan Skala Usaha

Biaya merupakan ongkos yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan. Perhitungan struktur biaya dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan nilai produksi yang akan dicapai selama satu periode produksi yang dilakukan. Oleh karena itu biaya produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dari faktor-faktor produksi untuk menghasilkan produk.

Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Perilaku biaya produksi terdiri dari biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. Biaya produksi jangka pendek dianggap sebagai biaya tetap dimana faktor produksi jumlahnya tidak dapat ditambah sedangkan biaya jangka panjang semua faktor poduksi dianggap sebagai biaya variabel. Artinya biaya produksi dapat berubah apabila skala usaha berubah.

Apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-rubah nilainya. Namun, apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan tetap, maka biaya produksi yang dikeluarkan akan berubah nilainya. Biaya produksi yang dikeluarkan dibagi menjadi dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya variabel.


(32)

17

1. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

dalam satu masa produksi. Tergolong dalam biaya ini antara lain : penyusutan peralatan dan penyusutan kandang.

2. Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari biaya skala produksi. Tergolong dalam kelompok ini antara lain : biaya DOC, pakan, obat - obatan dan biaya tenaga kerja upah, biaya panen, biaya pemeliharaan.

Berdasarkan kedua biaya yang dihasilkan dapat diperoleh biaya total. Biaya total adalah total keseluruhan biaya yang habis terpakai atau yang dikeluarkan dalam satu produksi. Kurva total biaya dapat dilihat pada Gambar 2. Selain biaya total dapat juga diperoleh biaya rata-rata atau average cost (AC). Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi output. Biaya rata-rata meningkat karena biaya tambahan output untuk menghasilkan tambahan satu unit lagi yang lebih tinggi.

Biaya

Total Biaya

Biaya Variabel

Biaya Tetap

Jumlah Produksi

Gambar 2. Kurva Biaya Total


(33)

18 Biaya produksi jangka panjang adalah pengguna input variabel dalam jangka pendek. Untuk memperoleh biaya jangka panjang dapat diperoleh dari biaya rata-rata paling minimum dari keseluruhan biaya input yang digunakan untuk menghasilkan output yang diinginkan. Bentuk kurva biaya total rata-rata

jangka panjang atau Long Run Averge Cost (kurva LRAC) dapat dilihat pada

Gambar 3.

Biaya Produksi

AC3

AC1 LRAC

AC 2

O Q1 Q2 Q3 Output / perioode

Gambar 3. Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang Sumber : Sukirno (2002)

Pada Gambar 3, menunjukkan bahwa kurva LRAC berbentuk huruf U. Bentuk ini disebabkan oleh adanya faktor-faktor skala usaha. Usaha yang harus dipilih adalah usaha yang memiliki biaya yang paling rendah. Apabila usaha akan diproduksi pada barang Q1 dan dipilih nilai rata-rata biaya pada AC1 maka struktur biaya yang terjadi adalah sebesar Q1AC1. Pada kurva LRAC keadaan yang menunjukkan kurva LRAC semakin menurun apabila produksi bertambah dapat dilihat pada gambar mulai dari titik O sampai Q2, daerah ini disebut skala usaha ekonomis.

Jika usaha diteruskan, maka usaha akan dipilih dengan biaya total rata-rata yang paling rendah. Kurva dengan biaya total rata-rata paling rendah pada setiap


(34)

19 usaha yaitu kurva yang bersinggungan dengan kurva LRAC. Pada Gambar 2, usaha yang paling efisien yaitu pada AC2 dengan tingkat produksi Q2. Pada titik inilah skala usaha pengusahan paling efisien karena memiliki struktur biaya terendah, sehingga ini merupakan pilihan pengusahaan dalam jangka panjang.

Berdasarkan Gambar 3, bagian kurva LRAC yang semakin meningkat yaitu produksi Q2 sampai Q3, daerah ini disebut skala usaha non ekonomis. Bentuk kurva ini dapat terjadi dalam kegiatan usaha yang memiliki fungsu produksi skala hasil yang menurun. Perluasan usaha disertai oleh kenaikan biaya rata-rata per unit. Peningkatan skala usaha berakibat pada nilai biaya rata-rata yang semakin rendah untuk tiap unit output.

Bentuk kurva LRAC tidak hanya berbentuk huruf U tetapi dapat berbeda-beda tergantung dari skala usaha yang dilakukan dalam proses produksi. Salah satunya yaitu jika nilai titik minimum AC adalah sama, maka kuva LRAC garis lurus sejajar sumbu horizotal (mendatar) dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 menunjukkan bahwa biaya rata-rata jangka panjang yang diperoleh bernilai konstan (tetap) artinya peningkatan skala usaha yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap biaya rata-rata jangka panjang.

Biaya

AC 1 AC2 AC 3

LRAC

O Q1 Q2 Q3 Output /periode

Gambar 4. Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang Dengan Biaya Konstan Sumber : Rahardja dan Manurung (2006)

3.1.3 Analisis Pendapatan

Selisih antara penerimaan usahatani dan biaya total usahatani merupakan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih ini mengukur imbalan yang


(35)

20 diperoleh dari penggunaan faktor – faktor produksi. Nilai ini sering dijadikan indikator keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan penampilan beberapa usaha ternak.

Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak dapat pula di ukur dengan nilai efisiensinya. Ukuran efisiensi antara lain dapat dihitung melalui

perbandingan penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan atau imbangan

penerimaan dan biaya (R/C Ratio). Semakin tinggi nilai R/C rasio menunjukkan semakin besar penerimaan kotor setiap rupiah yang digunakan dalam usaha. Dengan demikian setiap perolehan nilai R/C rasio semakin tinggi tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik (Sohardjo dan Patong 1973).

3.1.4 Peran Kelompok

Pengertian kelompok menurut Uman (2009) adalah terdiri dari dua individu atau lebih yang saling berinteraksi dan saling bergantung untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu kelompok merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis maupun kebutuhan psikologisnya. Dengan berkelompok, manusia dapat mengembangkan potensi, aktualisasi dan ekstensi dirinya (Soekanto 1990).

Peran (role) menurut Soekanto (1990) adalah aspek dinamis suatu kedudukan/status yang mencakup hak dan kewajiban seseorang. Peran seseorang dalam kedudukan suatu posisi, meliputi : (1) norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, (3) peran dikatakan sebagai perilaku yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Kelompok tani-ternak merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok tani-ternak pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan yang ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani. Ciri-ciri kelompoktani-ternak yaitu (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisisi atau pemukiman, hamparan


(36)

21 usaha jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi, (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Penumbuhan kelompoktani didasarkan pada prinsip-prinsip : (1) kebebasan, menghargai individu petani untuk berkelompok sesuai keinginan dan kepentingannya, (2) keterbukaan, penyelenggaraan penyuluhan yang dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha, (3) partisipatif, semua anggota terlibat dan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta mengelola kelompok-tani, (4) keswadayaan, mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam penyediaan sumberdaya guna terwujudnya kemandirian, (5) kesetaraan, hubungan antara penyuluh, pelaku utama dan usaha merupakan mitra sejajar dan (6) kemitraan, berdasarkan saling menghargai, menguntungkan, memperkuat dan saling membutuhkan (Dinas Peternakan 1993)

Peranan dan fungsi kelompok tani-ternak sebagaimana yang diungkapkan oleh Dinas Peternakan (1993), adalah sebagai berikut :

1. Wadah belajar mengajar : Kelompok tani-ternak merupakan wadah belajar

mengajar bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusahatani, sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Unit Produksi : Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota

kelompok tani secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

3. Wahana kerjasama : Kelompok tani-ternak merupakan tempat untuk

memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok ini dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

4. Wadah pembinaan : Kelompok tani-ternak mempunyai kedudukan yang


(37)

22 anggota. Arahan-arahan dan kebijaksanaan pembangunan akan lebih mudah disampaikan dan disebarluaskan melalui kelompok.

Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan budidaya yang sangat penting untuk diperhatikan dalam memperoleh produksi yang diinginkan. Sistem produksi unggas menurut FAO dibagi menjadi empat sektor. Sistem klasifikasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Sistem Produksi Unggas

Keterangan Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4

Sistem Industri

terintegrasi

Komersial Komersial Ayam

kampung/belakang rumah

Biosekuriti tinggi Sedang

sampai tinggi Rendah sampai minimal Minimal Unggas dan pemasaran produk

Komersial Umumnya

komersial

Ayam hidup umumnya

dijual di

pasar

Ayam hidup dan konsumsi lokal

Sumber : FAO 2004 (dalam Zulkarnaen, 2007)

Pada Tabel 4 dapat dilihat pembagian sektor berdasarkan sistem,

biosekuriti, unggas dan pemasaran produk. Sektor pertama adalah sistem industri terintegrasi. Perusahaan ternak yang bergabung dalam kelompok adalah perusahaan yang menggunakan manajemen yang intensif dengan modal yang relatif tinggi. Biosekuriti yang digunakan tinggi untuk menghasilkan input bibit dan pakan. Input yang dihasilkan oleh sektor ini yang dihasilkan digunakan oleh sektor dua. Contoh usaha yang berperan dalam usaha ini hanyalah ayam ras (impor).

Sektor kedua adalah sistem perusahaan komersial. Perusahaan yang masuk dalam kelompok ini adalah menggunakan manjemen yang intensif dengan modal yang relatif tinggi. Manajemen biosekuriti yang digunakan adalah relatif sedang sampai tinggi. Produksi yang dihasilkan adalah berupa pangan. Input yang digunakan dalam sektor ini tergantung dari produksi sektor satu atau impor. Usaha yang berperan dalam kegiatan ini adalah ternak bibit impor seperti ayam dan sapi.


(38)

23 Sektor ketiga adalah sistem komersial pada peternakan skala kecil (rakyat). Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah perusahaan peternakan yang menggunakan manajemen rendah sampai minimal. Modal yang digunakan sangat rendah dan produksi yang dihasilkan adalah pangan. Kegiatan usaha mempunyai ketergantungan terhadap pasar output dan pasar input pada jasa pelayanan. Sektor peternakan yang yang berperan dalam usaha ini yang paling banyak adalah komoditas ayam ras, kambing domba dan sapi impor.

Sektor empat adalah sistem peternakan tradisional (pedesaan) dalam perseorangan adalah pengelolaan pada peternakan ini adalah pada umumnya ekstensif dan kadang – kadang liar. Usaha yang termasuk dalam kelompok ini terdapat dipedesaan dalam bentuk usaha sambilan atau belakang rumah. Manajemen biosekuriti yang digunakan dalam sektor ini sangat minimal. Produk yang dihasilkan dalam usaha ini adalah ayam hidup untuk konsumsi lokal saja. Sektor peternakan yang paling banyak berperan dalam usaha ini adalah ayam buras, unggas itik, sapi potong, kambing dan domba.

Sistem pemeliharaan ayam kampung dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Sistem Pemeliharaan Ekstensif

Sistem pemeliharaan secara ekstensif banyak dilakukan oleh masyarakat di pedesaan dimana ayam kampung dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri dan sore hari pulang ke kandang. Sistem pemeliharaan ini tidak memperdulikan dalam hal keuntungan usaha. Disini ayam hanya berfungsi sebagai hewan peliharaan sampingan dimana kebutuhannya hanya dalam kondisi mendesak dan saat ayam ingin dijual atau dipotong. Angka kematian ayam dalam sistem pemeliharaan ini cukup tinggi. Jika terjadi wabah penyakit menyebabkan kematian yang tinggi dan menyisakan ayam yang dapat bertahan hidup saja. Ayam yang dapat bertahan hanya induk-induk tua yang sudah mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi terhadap penyakit. Selain serangan penyakit, ayam yang dipelihara dengan sistem ini terancam dari serangan pemangsa.

2. Sistem Pemelihaaran Semi-intensif

Sistem semi-intensif dilakukan dengan menyediakan kebutuhan pakan yang disiapkan oleh pemelihara. Cara pemeliharan ayam ini tetap dilepas bebas.


(39)

24 Namun arealnya terbatas dimana hanya disekitar pekarangan rumah atau pelataran khusus yang disediakan. Pagi hari ayam diberi pakan sekedarnya lalu dilepas untuk mencari pakan sendiri pada siang hari. Sistem ini memungkinkan ayam terlindung dari serangan pemangsa. Pada sore hari ayam masuk ke kandang kemudian diberi pakan kembali.

Dalam pemeliharaan ini peternak dapat memperoleh manfaat usaha yang dilakukan. Sistem pemeliharaan ini menguntungkan karena pakan yang diberikan setiap hari berupa sisa makanan yang tak dipedulikan lagi nilainya. Pakan yang dibeli hanyalah berupa bekatul atau jagung yang jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan ayam. Dari segi produksi sistem ini kurang baik karena dibatasi dengan serangan penyakit. Sehingga ayam yang dapat dijual adalah ayam-ayam yang terbebas dari penyakit.

3. Sistem Pemelihaaran Intensif

Sistem pemeliharaan intensif merupakan sistem yang paling baik. Sistem ini semua dilakukan oleh pemelihara. Ayam tidak dibiarkan mencari pakan diluar namun pakan disediakan di dalam kandang. Dalam sistem ini hambatan yang sering ditemui adalah mengatasi persedian bibit dan pakan. Untuk skala kecil persediaan bibit tidak masalah tetapi jika bibit ditingkatkan akan menjadi masalah. Cara pemeliharaan yang baik merupakan kandang berperan penuh sebagai tempat hidup ayam sepanjang hidupnya. Dimana pertumbuhan ayam tergantung dari pemiliknya karena ayam tidak dapat keluar masuk dengan seenaknya. Sehingga makanan dan minuman dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya harus disediakan secara teratur. Termasuk juga dalam vaksinasi, kebersihan kandang, dan kebutuhan lainnya yang membutuhkan perhatian dengan baik.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Produksi ayam kampung yang semakin meningkat diiringi dengan konsumsi yang semakin meningkat juga. Permasalahan yang dihadapi yaitu sistem pemeliharaan yang masih bersifat tradisional (ekstensif) yang dilakukan secara


(40)

25 perorangan. Upaya peningkatan produksi ayam kampung telah dilakukan dengan merubah sistem pemeliharaan dengan cara intensif.

Pengusahaan ayam kampung pada umumnya dilakukan dengan cara perorangan yang masih tradisional baik dipedesaan maupun diperkotaan. Salah satu upaya peningkatan produksi ayam kampung dengan cara intensif dilakukan dengan cara berkelompok. Salah satu kelompok yang mengusahakan ayam kampung adalah Kelompok Peternak Rakyat Ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS).

Berdasarkan konsep biaya produksi pengusahaan yang dilakukan dengan cara berkelompok dapat menghasilkan biaya produksi per unit output menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pengusahaan secara perorangan. Hal ini karena pengadaan input yang digunakan dalam skala besar lebih tinggi dibanding dengan skala kecil. Melalui KEPRAKS perlu untuk mempelajari sistem usaha ayam kampung, mempelajari struktur biaya, dan mempelajari pendapatan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan ukuran peternak kecil, peternak sedang dan peternak besar.

Pengusahaan pada KEPRAKS dibedakan berdasarkan skala usaha kelompok peternak yang dilihat berdasarkan jumlah DOC. Berdasarkan hal ini perlu diketahui skala usaha kelompok peternak yang paling efisien. Skala usaha yang efisien dapat dilihat dengan analisis struktur biaya, pendapatan dan R/C rasio. Secara singkat alur kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 5.


(41)

26

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

• Upaya peningkatan produksi ayam kampung dilakukan dengan

merubah sistem pemeliharaan dengan cara intensif

• Salah satu kelompok ini adalah Kelompok Peternakan Ayam

Kampung Sukabumi (KEPRAKS)

Peran KEPRAKS

• Mempelajari sistem budidaya ayam kampung

• Mempelajari struktur biaya

• Mempelajari pendapatan

Konsumsi ayam

kampung yang semakin meningkat

• Peternak Kecil

• Peternak Sedang

• Peternak Besar

Sistem pemeliharaan pada umumnya dilakukan dengan cara tradisional (ektensif) secara perseorangan


(42)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok peternakan rakyat ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS) yang berada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kelompok ini bergerak dalam bidang pembudidayaan ayam kampung dengan pola intensif. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Januari 2010 untuk pengumpulan data dan analisis data.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan dan penyebaran kuisioner secara langsung kepada responden di daerah penelitian. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber buku dan laporan – laporan yang erat kaitannya dengan topik penelitian. Data penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan penelitian-penelitian terdahulu.

4.3 Pengambilan Data dan Jumlah Responden

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara. Pemilihan responden dilakukan pada seluruh populasi secara sengaja (purposive sampling) adalah anggota KEPRAKS. Pada awalnya pengambilan data dilakukan sebanyak 60 responden yaitu 30 responden KEPRAKS dan 30 Non KEPRAKS. Akan tetapi setelah kelapangan bahwa peternak ayam kampung yang non KEPRAKS tidak diperoleh sehingga pengambilan responden khusus dilakukan kepada anggota KEPRAKS. Jumlah anggota KEPRAKS pada saat penelitian keseluruhannya adalah sebanyak 30 orang.


(43)

28

4.4. Metode Analisis Data

Data yang yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dalam budidaya ayam kampung yang dilakukan oleh peternak. Data kuantitatif dianalisis dengan menghitung struktur biaya, pendapatan dan R/C rasio. Analisis data yang dilakukan diawali dengan transfer data, editing data serta pengolahan data dengan kalkulator, komputer (software microsoft Excel 2007) dan Minitab 15. Setelah itu, data yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyederhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diuraikan secara deskriptif.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mempelajari kegiatan-kegiatan anggota KEPRAKS, menggambarkan kondisi umum daerah penelitian, karakteristik peternak, karakteristik usaha peternak yang meliputi ukuran usaha, pengalaman beternak ayam, dan budidaya pola intensif ayam kampung di Cicurug, Kabupaten Sukabumi.

Analisis deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya. Analisis deskriptif meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan informasi dari peternak. Penyajian hasil dibuat dalam bentuk yang lebih ringkas dan pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya analisis yang lebih mendalam.

4.4.2 Analisis Struktur Biaya Usaha Ayam Kampung

Analisis struktur biaya dilakukan dengan mengelompokkan biaya - biaya yang terjadi pada usaha ayam kampung. Struktur biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan struktur biaya dilakukan berdasarkan skala peternak yaitu jumlah DOC per periode produksi.

Skala usaha yang dilakukan dibagi menjadi tiga peternak. Peternak pertama yaitu peternak kecil dengan jumlah DOC kurang dari 499 ekor. Peternak kedua yaitu peternak sedang dengan jumlah DOC 500-999 ekor. Peternak ketiga yaitu peternak besar dengan jumlah DOC lebih dari 1000 ekor.


(44)

29 Perhitungan dilakukan berdasarkan biaya yang dihasilkan dari jumlah ayam hidup pada setiap peternak. Metode perhitungan struktur biaya usaha ayam kampung dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Struktur Biaya Usaha Ayam Kampung

Keterangan

Peternak 1 Peternak 2 Peternak n BIAYA TETAP

Penyusutan Kandang Penyusutan Peralatan Total Biaya Tetap

BIAYA VARIABEL

DOC Pakan

Vaksin dan Herbal Bahan Bakar Pemanas Lainnya

Total Biaya Variabel Total Biaya

Secara matematis, perhitungan untuk biaya total (TC) adalah keseluruhan dari biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya produksi yang dikeluarkan diperoleh dari jumlah total dari biaya tetap (TFC) yang dikeluarkan jumlah total variabel yang dikelurkan (TVC). Dengan demikian rumus yang digunakan untuk menghitung yaitu

TC = TVC + FVC

Sedangkan untuk menghitung total biaya tetap rata-rata (AFC) adalah total biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumlah barang yang diproduksi (Q) dibagi jumlah barang yang diproduksi. Rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata yaitu

AFC = Q


(45)

30 Perhitungan untuk total biaya variabel (AVC) adalah total biaya variabel (TVC) untuk memproduksi dengan jumlah barang yang diproduski (Q) dibagi jumlah barang yang diproduksi. Rumus untuk menghitung biaya variabel rata-rata yaitu

AVC = Q

TVC

Perhitungan untuk biaya total rata-rata diperoleh dari total biaya (TC) dari jumlah barang diproduksi (Q) dibagi dengan jumlah barang yang diproduksi. Nilai yang diperoleh yaitu dari total biaya rata-rata. Rumus untuk menghitung biaya rata-rata yaitu

AC = TC Q

atau AC = AFC - AVC

4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha Ayam Kampung

Penerimaan usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari usahatani dalam suatu periode tertentu, satu musim panen dalam satu periode kegiatan usaha. Adapun rumusanya adalah sebagai berikut :

TR = Q x P

Dimana : TR = Penerimaan usahatani per periode, dalam rupiah (Rp)

Q = Hasil produksi per periode, dalam kilogram (Kg) P = Harga jual produk per unit, dalam Rp/Kg

Dalam usaha ternak terdapat kandang dan peralatan. Oleh karena itu perlu diperhitungkan penyusutan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antar nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal yang dipakai (metode garis lurus ), dengan rumus sebagai berikut :

Dimana : Nb = Nilai Pembelian, dalam Rp Ns = Tafsiran nilai sisa, dalam Rp


(46)

31 n = Jangka usia ekonomi, dalam tahunan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per periode atau per musim, dirumuskan :

π kotor = TR – VC

π bersih = TR – (VC + FC )

Dimana : π = Pendapatan usahatani per periode dalam rupiah (Rp)

TP = Total penerimaan per periode, dalam rupiah (Rp)

VC = Biaya variabel per periode, dalam rupiah (Rp)

FC = Biaya tetap per periode dalam rupiah (Rp)

Analisis R/C ratio adalah rasio penerimaan biaya yang menunjukkan besarnya tambahan penerimaan yang diperoleh setiap orang yang dikeluarkan dalam produksi. R/C ratio menunjukkan berapa besar tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pendapatan, digunakan rumus sebagai berikut :

R/C ratioTotal = P

Dimana R = Total penerimaan

C = Total biaya usahatani

Suatu usaha dikatakan berhasil jika bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C kecil dari satu maka setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian. Jika nilai R/C ratio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan nomal.


(47)

32

4.4.4 Uji Statistik dengan Uji Kruskal Wallis

Uji kruskal wallis dilakukan untuk melihat perbedaan antara nilai R/C

peternak. Perbedaan kedua kondisi tersebut dilakukan dengan cara

membandingkan nilai R/C setiap peternak. Rincian hipotesis dari uji kruskal wallis ini adalah sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat perbedaan nilai R/C antara peternak.

H1 : minimal ada dua peternak yang mempunyai nilai R/C yang berbeda

Statistik Uji:

Keterangan : Rij

k = Banyaknya populasi = Jumlah rangking i sampel

ni

N = Jumlah total sampel = jumlah dalam I sampel

4.5 Konsep dan Definisi Operasional

DefInisi Operasional digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah yang terdapat dalam teks. Istilah yang digunakan antara lain :

1. Output produksi adalah produksi yang dihasilkan dalam usaha ayam

kampung.

2. Harga produk untuk peternak adalah harga produkyang berlaku di tingkat peternak dalam satu periode produksi pada saat penelitian .

3. Skala produksi adalah jumlah ayam yang dibudidayakan dalam sekali

periode / siklus yang dihitung berdasarkan DOC masuk. Dalam satu tahun umumnya peternak mampu memproduksi tiga siklus.


(48)

33

4. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran yang dikeluarkan dalam bentuk

uang oleh peternak.

5. Pengeluaran atau biaya total adalah total input dan output yang

dikeluarkan selama satu proses produksi.

6. Penerimaan adalah hasil kali jumlah yang dihasilkan dengan harga

persatuan kilogram output.

7. Penyusutan adalah nilai barang yang dihitung dengan metode garis lurus yaitu membagi nilai investasi dengan jangka waktu produktif dari investasi dengan asumsi nilai sisa sama dengan nol.

8. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya total keseluruhan

9. DOC (Day Old Chick) adalah ayam yang berumur satu hari

10.Satu Periode Produksi adalah waktu sejak DOC mulai dipelihara sampai

waktu untuk dijual.

11.Cuci kandang adalah pembersihan seluruh bagian kandang dan lingkungan

sekitar kandang setelah proses panen dilakukan, pencucian kandang disertai dengan proses sanitasi kandang dan lingkungan untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme dan kotoran yang masih tersisa.

12.Kosong kandang adalah masa setelah panen dimana kandang tidak dipakai

untuk budidaya melainkan dikosongkan untuk mencegah penyebaran penyakit.

13.Mortalitas adalah banyaknya ayam yang mati selama pemeliharaan dibagi

dengan jumlah ayam pada awal pemeliharaan dikali 100 persen

14.Tenaga Kerja adalah seluruh tenaga kerja yang digunkan untuk dalam

proses produksi yang disetarakan dengan hari orang kerja (HOK). Tingkat upah berdasarkan tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian.


(49)

V GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Cicurug adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Cicurug memiliki luas wilayah 4.601,35 hektar merupakan daerah perbukitan yang memiliki ketinggian 475 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara 170 C - 310

Berdasarkan hasil survei, jumlah penduduk di wilayah Cicurug hingga November 2009 tercatat 29.395 kepala keluarga dan sebanyak 111.713 orang yang terdiri dari laki-laki 56.251 orang dan perempuan 55.462 orang. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di wilayah Kecamatan Cicurug sangat beragam yaitu dalam bidang pertanian, industri, perdagangan jasa dan pegawai negeri.

C. Kecamaatan Cicurug berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Pangrango, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Nagrak dan sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Parungkuda. Wilayah Kecamatan terdiri atas 12 Desa dan satu kelurahan. Desa-desa tersebut adalah Nyangjowek, Tenjoayu, Benda, Purwasari, Caringin, Mekarsari, Bangbayang, Cisaat, Pesawahan, Kutajaya, Tenjolaya, dan Nanggerang. Kelurahannya adalah kelurahan Cicurug. Fasilitas sarana dan prasarana yang menghubungkan antar desa dengan desa, desa dan kabupaten, maupun desa dengan ibukota provinsi mudah dijangkau karena banyak tersedia angkutan umum.

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Sarana dan prasarana di wilayah Cicurug cukup memadai. Hal ini dapat di lihat pada sarana transportasi di Kecamatan Cicurug menggunakan jalur darat yaitu jalan aspal 126,5 km, jalan di perkeras 40 km dan jalan tanah 31 km. Sarana umum yang sering digunakan adalah mobil (pribadi atau angkutan umum), sepeda motor (ojek), delman dan kereta api. Jenis transportasi air tidak tersedia karena wilayah Kecamatan Cicurug bukan termasuk wilayah yang dekat dengan perairan seperti danau, sungai dan laut. Kondisi ini


(50)

35 sangat mendukung mobilitas penduduk dalam memasarkan hasil produksi yang dihasilkan.

Lembaga ekonomi yang menunjang aktivitas perekonomian di Kecamatan Cicurug meliputi : Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Unit Desa, Bank, Pasar Umum dan Pasar Hewan, Toko atau Warung. Berdasarkan kondisi perekonomian dapat di lihat bahwa kegiatan usaha di wilayah ini adalah industri yang terdiri dari besar dan sedang sebanyak 64 buah, kecil sebanyak 103 buah, perhotelan atau losmen sebanyak empat buah dan rumah makan atau warung makan sebanyak 38 buah.

Sarana pendidikan yang tersedia diwilayah Kecamatan Cicurug terdiri dari TK, SD, SLB, SLTP dan SMA. Pada dasarnya wilayah Kecamatan Cicurug merupakan wilayah perbukitan yang ditunjukkan dengan adanya tempat pariwiata yaitu rekreasi taman, pemandian, hutan lindung. Hal ini didukung dengan adanya sarana tempat ibadah, penginapan, restoran, rumah sakit, puskesmas dan apotik.

5.2 Sejarah dan Kegiatan KEPRAKS

KEPRAKS dibentuk pada tanggal 3 Januari Tahun 2004 dan mendapat pengakuan dari Dinas Peternakan kabupaten Sukabumi pada tanggal 8 April Tahun 2004. Kelompok ini dibentuk diawali dari usaha ayam kampung yang dilakukan oleh Ade M. Zulkarnaen di Kampung Sadamukti, Desa Tenjolaya. Kegiatan budidaya yang dilakukan yaitu dengan pola pemeliharaan intensif. Berdasarkan pengalaman Ade M. Zulkarnaen usaha yang dihasilkan sangat produktif sehingga dibentuklah KEPRAKS. Pada awalnya KEPRAKS berjumlah tiga orang dengan jumlah produksi 500-6000 ekor.

Tahun 2005 anggota bertambah dari tiga orang menjadi 12 orang yang tersebar di desa yaitu desa Tenjolaya, Pasawahan, Kutajaya dan Bangbayan. Di tahun 2005 anggota KEPRAKS terserang wabah Virus H5N1 atau Flu Burung yaitu pada Juli 2005. Hal ini mengakibatkan 1.200 ayam mati dan 815 ekor dimusnahkan oleh pemerintah. Wabah Flu burung ini tidak mengurangi anggota KEPRAKS tetapi menjadi bertambah menjadi 15 orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua, KEPRAKS mempunyai visi yaitu ”Menuju Peternakan Berdaulat”. Misi yang digunakan KEPRAKS adalah


(51)

36 meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan melalui peternakan ayam kampung, melindungi, melestarikan dan mengembangkan plasma nutfah Indonesia, menjadikan ayam kampung sebagai ayam lokal potensi wilayah.

Pada tahun 2006 dibentuklah kepengurusan KEPRAKS dengan periode tahun 2006-tahun 2010. Struktur kepengurusan KEPRAKS terdiri dari seorang pembina, ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara. Pembina KEPRAKS adalah dari Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi. Kepengurusan ini bertugas sesuai dengan peran dan fungsi yang akan dijalankan.

Tahun 2007 jumlah anggota kelompok mengalami peningkatan sebanyak 150 persen. Jumlah anggota menjadi 50 orang yang tersebar di empat kecamatan yaitu Cicurug, Cidahu, Parungkuda, Parakansalak dan Kalapanunggal. Jumlah anggota KEPRAKS yang terlalu banyak menghasilkan kelompok-kelompok baru. Kelompok yang dihasilkan yaitu KEPRAKS, Seroja, Rampak Jaya, Lestari, At’tawun, Bina Muda, Alhimah dan Kepal NN.

Jumlah anggota yang dihasilkan dari seluruh kelompok ini adalah 123 orang. Kelompok yang dihasilkan merupakan hasil sosialisasi dan pemberdayaan

masyarakat didelapan kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Jumlah anggota

KEPRAKS pada saat penelitaian yaitu berjumlah 30 orang.

KEPRAKS mempunyai kegiatan sebagai inisiator dan fasilitator dalam kegiatan pelatihan ayam unggas lokal. Pelatihan diikuti anggota KEPRAKS adalah pelatihan vaksinator, manajemen unggas, manajemen peternakan ayam kampung, manajemen budidaya ayam buras, manajemen kesehatan unggas dan pelatihan uji mutu pakan. Kegiatan pelatihan ini dilakukan diberbagai daerah seperti Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, Kabupaten Sawahlunto Sumatera Barat, Kabupaten Banjar Negara Jawa Tengah, Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

Kegiatan KEPRAKS sebelumnya memperoleh dukungan dengan menjalin kerjasama baik dari pemerintah maupun swasta. Kerjasama yang dilakukan oleh KEPRAKS adalah Kerjasama dengan CIVAS dan Wegeningen UR Belanda, Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (komnas FBPI) dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, CBAIC-United States Agency Develepoment International (USAID ), GRAIN Canada, dukungan pendanaan


(52)

37 syariah dari Danamon Syariah (PT Bank Danamon Indonesia Tbk), pembiayaan berbasis syariah dari sampurna Strategik dan Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Departemen Pertanian.

5.3 Karakteristik Peternak

Karakter peternak yang berbeda sangatlah mempengaruhi kegiatan dalam usaha ayam kampung. Karakter peternak tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan mata pencaharian. Karakterisik ini dianggap penting karena mempengaruhi kegiatan dalam beternak terutama dalam kegiatan usaha yang akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan oleh peternak.

Karakter peternak berdasarkan jenis kelamin diperoleh paling banyak peternak yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara bahwa jumlah peternak laki-laki sebanyak 29 orang dan perempuan satu orang. Pekerjaan utama peternak perempuan adalah sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak perempuan dijadikan sebagai usaha sampingan karena peternak adalah lulusan dari peternakan. Peternak perempuan melakukan usaha ternak ini untuk menjalankan modal yang dimiliki dan menerapkan kegiatan budidaya.

Menurut Sumarwan (2004), pembagian usia antara 19-24 tahun termasuk dewasa awal, 25–35 tahun termasuk usia dewasa lanjut, usia antara 36–50 tahun termasuk usia separuh baya dan usia antara 51-65 tahun termasuk usia tua. Jumlah peternak berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Peternak Berdasarkan Kelompok Usia Kelompuk Usia

(Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase

19 - 24 1 3

25 - 35 14 47

36 - 50 11 37

51 - 65 4 13


(53)

38 Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar usia peternak adalah umur dewasa (47 persen) dan separuh baya (37 persen). Pada kisaran usia peternak masih berada dalam usia produktif. Peternak yang masuk dalam usia tua (13 persen). Walaupun peternak masuk dalam usia tua peternak masih memiliki semangat untuk menentukan prestasi kerja atau kinerja.

Setelah itu dilihat dari tingkat pendidikan diperoleh peternak sangat baik karena dari 30 peternak masuk dalam dunia pendidikan. Jumlah peternak responden berdasarkan latar belakang pendidikan dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Peternak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

Tidak Tamat SD 1 3

SMU 23 77

Diploma 3 10

Sarjana 3 10

Jumlah 30 100

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tertinggi dari peternak adalah pendidikan sarjana. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa peternak pernah menempuh pendidikan formal. Berdasarkan tabel sebagian besar peternak menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu 77 persen. Sebanyak 10 persen peternak berpendidikan sebagai diploma dan sarjana.

Selain menempuh pendidikan formal peternak juga mengikuti pendidikan non formal yang berhubungan dengan kegiatan dalam beternak baik dalam bentuk pelatihan maupun seminar. Dari seluruh peternak 100 persen mengikuti pendikan non formal berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan sebelum peternak memulai dan setelah membudidayakan ayam kampung. Tujuan ini dilakukan agar peternak lebih terampil.

Berdasarkan Tabel 8, Peternak memiliki jumlah tanggungan keluarga antara 3-5 orang yaitu sebanyak 43 persen. Sebanyak 17 persen peternak tidak memiliki tanggungan keluarga karena peternak masih berstatus belum menikah, dan duda tidak mempunyai anak. Jumlah tanggungan keluarga lebih dari lima


(54)

39 orang sebanyak 13 persen, hal ini dikarenakan karena jumlah anak yang masih ditanggung masih sekolah.

Tabel 8. Jumlah Peternak Berdasarkan Tanggungan Keluarga

Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Orang) Persentase

0 5 17

1-2 8 27

3-5 13 43

>5 4 13

Jumlah 30 100

Hasil survei yang diperoleh budidaya ayam kampung bukanlah merupakan pekerjaan utama peternak. Ada 43 persen peternak beranggapan bahwa pekerjaan

utamanya adalah usaha ayam kampung. Sisanya yaitu 57 persen menganggap

bahwa aktivitas usaha ayam kampung yang dilakukan merupkan pekerjaan sampingan saja. Dapat dikatakan peternak tidak sepenuhnya menggantungkan hidupnya pada usaha ayam kampung. Berikut jumlah peternak berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Peternak Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Peternak (orang) Persentase (%)

Beternak pokok (utama ) 13 43

Beternak dan lainnya 17 57

Jumlah 30 100

Dari hasil survei yang diperoleh bahwa kebanyakan peternak masih fokus pada pekerjaan sebelum beternak adalah sebagai buruh, karyawan dan berdagang. Mereka lebih fokus terhadap pekerjaan yang menghasilkan pendapatan setiap bulan dibandingkan dengan beternak yang kemungkinan belum sesuai dengan target yang diharapkan setiap bulannya.


(1)

Lampiran 15. Kuisioner Penelitian

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi pada Usaha Ayam Kampung oleh Mery Agustina Sipayung (H34067014), Mahasiswi Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Petunjuk umum : Isilah/Berilah tanda (x ) pada tempat yang sudah disediakan.

A. Identitas dan Karakteristik Responden

1. Nama : ... 2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

3. Umur : ...tahun 4. Tempat Lahir : ... 5. Alamat : ... 6. Pendidikan terakhir :

a. Formal

( ) Tidak Sekolah ( ) SMU

( ) Tidak Tamat Sekolah ( ) Universitas D3, S1

( ) Tamat SD ( ) Lain-lain sebutkan... ( ) SLTP

b. Non Formal : ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, Sebutkan :

(i)... : tahun...di... (ii)...: tahun ...di... 7. Jumlah Tanggungan keluarga : ...orang 8. Sejak kapan beternak dimulai ? Bulan...Tahun... 9. Apakah beternak ayam kampung merupakan mata pencaharian utama?

( ) Ya ( ) Tidak

Jika Tidak, sebutkan :

a. Mata pencaharian utama : ... b. Pekerjaan lain : ... 10.Apa saja pendapatan saudara diluar beternak ?


(2)

No Sumber Jenis Usaha Rp/Hari Rp/Minggu Rp/Bulan Rp/Tahun 1

2 3 4 5

Total

11. Apakah saudara melakukan kegiatan berkelompok? ( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya, sebutkan :

a. Nama : ... b. Status / Jabatan : ... c. Keanggotaan Sejak : ... Jika Tidak, Mengapa ?... 12.Apakah alasan utama saudara mengikuti kelompok ? (Urutkan)

a. Ingin mendapat bantuan modal ( )

b. Ingin menambah pengetahuan ( )

c. Ingin keuntungan meningkat ( )

d. Ingin mendapat jaminan pasar ( )

e. Risiko usaha ditanggung bersama ( )

B. Profil Kegiatan Berusaha

1. Apa alasan utama saudara memilih Beternak Ayam ? (Urutkan)

a. Harganya Bagus ( )

b. Mudah dalam penanganannya ( )

c. Usaha turun temurun ( )

d. Pemasarannya terjamin ( )

e. Ketersediaan kredit ( )

f. Iklimnya cocok ( )

g. Telah menguasai tehnik kebudayaannya ( )


(3)

( ) Pernah ( ) Tidak Pernah Jika Pernah, sebutkan :

a. Dari siapa... b. Jenis Kredit / Bantuan yang didapat... c. Jumlah bantuan yang didapat... d. Tingkat bunga... e. Jangka waktu pengembalian... f. Besar angsuran kredit perbulannya...

3. Apakah status lahan yang diusahakan (Sewa/milik sendiri/garapan)

4. Adakah ketentuan dalam penjualan hasil panen dari pemberian modal ?

( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya, Sebutkan... 5. Apakah pemberian bantuan / modal memberikan peningkatan penjualan?

( ) Ya ( ) Tidak

Jika Tidak ,

Mengapa...

6. Penjualan hasil produksi dilakukan oleh :

( ) Sendiri / Peternak ( ) Melalui kelompok Ternak

( ) Melalui Koperasi ( ) Lainnya... 7. Apakah ada pengaruh yang anda rasakan dengan mengikuti kelompok ?

( ) Ya ( ) Tidak

Jika Ya, sebutkan... Jika Tidak, Mengapa ?... 8. Apakah saran yang dapat anda berikan kepada kelompok?


(4)

C. Gambaran Umum Usahatani

1. Luas kandang yang diusahakan...m

2. Pola beternak ayam yang diterapkan : harian / mingguan / lainnya...

2

3. Adakah kesulitan yang anda temui dalam beternak?...

4. Penggunaan faktor-faktor produksi / input mencakup :

No Pengeluaran Jumlah/Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai

I Bibit /DOC

II Pakan

a. Dedak

b. Starter

III Obat-obatan

a.Vitamin

b. Vaksin

IV Pemanas

a. Listrik -

b. Gas

-

V Produksi

a. Hidup


(5)

5. Jenis Tenaga Kerja mencakup :

No Jenis Kegiatan

Tenaga Kerja Dalam Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga

Jenis TK ∑ orang ∑ hari ∑

jam/hari

Total Jenis

TK

∑ orang ∑ hari ∑

jam/hari

Total

1 Persiapan Kandang

II Pemeliharaan

a. Pemberian pakan b. Pemberian Vaksin

c. Pemberian Obat-obatan

d.Pembersihan kandang


(6)

D. Biaya Investasi

Jenis Peralatan Unit Harga awal (Rp) Umur (Tahun) Kandang

Tempat makan Tempat minum Piringan Lampu Ember Lampu pijar Timbangan Kabel (gulung) Lainya:

Total

E. Pendapatan dalam satu periode

No Variabel Jumlah Keterangan

1 Ayam panen

Mortalitas (%) 2 Total berat (Kg)

3 Umur (Hari)

4 Pendapatan lain:

5 Penjualan karung

6 Penjualan kotoran 7

8