Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROWISATA KAMPUNG
BUDAYA SINDANGBARANG KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
ADHI NUGROHO H34061078
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
(2)
RINGKASAN
ADHI NUGROHO. Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA).
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Jumlah perjalanan wisata internasional mengalami pertumbuhan yang pesat menunjukkan bahwa pariwisata mengalami perkembangan. Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata dunia memiliki sektor pariwisata yang mempunyai potensi dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam, seni budaya, dan adat istiadat yang dimiliki Indonesia. Pariwisata Indonesia juga mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian nasional.
Dewasa ini, terjadi perkembangan terhadap pola perjalanan wisatawan. Perkembangan tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk-bentuk keterlibatan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door), kepedulian akan permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai masyarakat.
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, namun kinerja sektor pertanian masih under value. Untuk itu, Departemen Pertanian Indonesia menilai perlu adanya suatu usaha diversifikasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Sejalan dengan kebijaksanaan umum tersebut, terlihat bahwa antara pariwisata dan pertanian dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan pertanian Indonesia. Salah satu jalan untuk menghubungkan potensi pariwisata dan pertanian adalah dengan mengembangkan agrowisata.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu jenis agrowisata yang menawarkan fasilitas penginapan dan kunjungan sehari dengan nuansa pedesaan, keindahan alam, kesejukan udara, edukasi pertanian, kebudayaan sunda, serta peninggalan sejarah. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan badan usaha perseorangan, dan pendiriannya berasal dari modal pemilik dan dana bantuan (grants) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Pemerintah kemudian melepas sepenuhnya tanggung jawab kelangsungan usaha kepada pemilik. Setiap keputusan usaha, diserahkan sepenuhnya kepada pihak manajemen agar usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat berjalan mandiri.
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan suatu keputusan usaha dengan membangun toko cinderamata di tahun 2010. Besarnya potensi pasar toko cinderamata menyebabkan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai perlu untuk membangun toko cinderamata secara permanen. Keputusan usaha manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap
(3)
kemandirian memerlukan penilaian terhadap aspek usaha baik aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri dalam menghadapi ketidakpastian risiko dunia bisnis.
Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang. Data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, laporan keuangan dan jumlah kunjungan dari manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, serta instansi terkait yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Biro Pusat Statistik, dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Hasil analisis aspek non-finansial menunjukkan bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial ekonomi lingkungan. Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang belum dapat dikatakan layak secara hukum.
Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa Skenario I dan II usaha Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan secara finansial. Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan melihat nilai NPV, Net B/C, IRR, dan PP, manfaat yang dihasilkan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang bertambah dengan adanya skenario II. Analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value menunjukkan bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang lebih sensitif dalam menghadapi penurunan jumlah wisatawan dibandingkan dengan penurunan harga paket wisata. Dengan dibangunnya toko cinderamata, maka kondisi usaha lebih menoleransi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah realisasi pembentukan izin usaha berbentuk persekutuan komanditer, melakukan survei konsumen untuk produk toko cinderamata yang akan dijual, meningkatkan promosi dengan jalan menjalin kerja sama dengan agen wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dan pembentukan sistem pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia dengan tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.
(4)
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROWISATA KAMPUNG
BUDAYA SINDANGBARANG KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
ADHI NUGROHO H34061078
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(5)
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
Nama : Adhi Nugroho
NIM : H34061078
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si
NIP. 19670410 199103 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
(6)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Adhi Nugroho H34061078
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Agus Soewito, SE dan Ibu Hj. Rini Hafsah Maharani, SE, MM.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Panca Motor II Bekasi pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 5 Bekasi. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2006 di SMA Labschool Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai departemen mayor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di organisasi internal kampus yaitu sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) periode 2008. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan kampus seperti Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) 2007 dan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2008. Penulis juga tercatat sebagai asisten dosen untuk mata kuliah Ekonomi Umum periode 2009-2010.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kelayakan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang melalui aspek non-finansial dan non-finansial.
Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2010
(9)
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Agus Soewito, SE dan Ibu Rini Hafsah Maharani, SE, MM yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat hidup kepada penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Yeka Hendra Fatika, SP, Ir. Narni Farmayanti, M.Sc, Ir. Dwi Rachmina M.Si, Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec, Rahmat Yanuar SP, M.Si, Febriantina Dewi, SE, MM, M.Sc dan Ir. Burhanuddin MM atas bimbingan, saran dan kritiknya selama masa perkuliahan.
5. Pemilik dan pihak manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, khususnya Bapak Achmad Mikami Sumawijaya, Kang Aseng, Bapak Ukat, dan Bapak Ncem atas waktu, kesabaran, dan kesempatan yang telah diberikan.
6. Masyarakat sekitar Kampung Budaya Sindangbarang yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
7. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Ir. Adrian Aria Kusumah, M.Sc atas kesempatannya untuk wawancara dan berdiskusi.
8. Kakak-kakakku Rindriana Ayuretno Dinari dan Vidilistya Gilang Anggraini tersayang, semoga adikmu bisa menjadi seorang yang kalian banggakan. 9. Sahabat, keluarga, dan teman seperjuangan Miftahul Masyhuri, Henky
Wibowo, Hendra Pratama, Prihadmoko Adi Lumadyo, Irman Andriawan, Fachri Matondang, Arief Tajalli, Nanang Sumbara, Heru Pratama, Riki
(10)
Hikmah, Yudha Pujangkara, Nanang Andrian, Irfan Karunia Osa, Vicky Katili, Risyad Septian, Luki Sinaga, Krisostomus Caecar, Bayu Pramitama, Eka Sumaryadi, Adam Muriyanto, Hendra Yulfi, Nugroho Bagus, Lita Suniar, Maria Putri, Bundo, dan Bapando.
10.Tyas Widyastini beserta keluarga.
11.Keluarga Gladikarya Mekarwangi, Shanny Laura, Yunita Rahmah Fauziah, Pritasari Eka Putriana, dan Devi Moestikawati.
12.Teman-teman satu bimbingan skripsi, Dewi Sri Hartanti dan Leonardus Dwi Satya.
13.Teman-teman Agribisnis 43, A19, dan A20. 14.Keluarga Logstran MPKMB 2007 dan OMI 2008.
15.Segenap praktikan Mata Kuliah Ekonomi Umum, Meiyora Averiana, Yunita Herdiana, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
16.Yani Maryani beserta keluarga.
17.Enny Agung Indriani beserta keluarga.
18.Keluarga besar Condition Zero Pondok Wina, Dulmatin, Erick, Habuummm, Soedirman, Soeharto, Penggaruk, Unnamed, -XXX-, Chips, Bo Rai Cho, dan Susno.
19.Ibu Ida, Teh Dian, Pak Yusuf, dan seluruh dosen serta staf departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan sidang. 20.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak
menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Agustus 2010
(11)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Ruang Lingkup ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Pariwisata ... 10
2.1.1 Definisi Pariwisata ... 10
2.1.2 Penggolongan Pariwisata ... 11
2.1.3 Manfaat Pariwisata ... 13
2.2 Agrowisata ... 14
2.2.1 Definisi Agrowisata ... 14
2.2.2 Tujuan, Asas, dan Manfaat Agrowisata ... 15
2.2.3 Unsur dan Potensi Agrowisata ... 16
2.3 Studi Kelayakan Pariwisata ... 18
2.4 Penelitian Terdahulu ... 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22
3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis ... 22
3.1.2 Aspek Kelayakan Bisnis ... 23
3.1.2.1 Aspek Pasar ... 24
3.1.2.2 Aspek Teknis ... 25
3.1.2.3 Aspek Manajemen ... 25
3.1.2.4 Aspek Hukum ... 25
3.1.2.5 Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan .... 26
3.1.2.6 Aspek Finansial ... 26
3.1.3 Teori Biaya dan Manfaat ... 27
3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ... 28
3.1.4.1 Net Present Value (NPV) ... 29
3.1.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 30
3.1.4.3 Internal Rate of Return (IRR) ... 30
3.1.4.4 Payback Period (PP) ... 31
3.1.4.5 Analisis Sensitivitas ... 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 31
IV METODE PENELITIAN ... 34
4.1 Lokasi dan Waktu ... 34
(12)
xii
4.3 Data dan Instrumentasi ... 34
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 35
4.5 Metode Pengolahan Data ... 35
4.5.1 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial ... 36
4.5.2. Analisis Kelayakan Aspek Finansial ... 36
4.5.2.1 Laporan Laba Rugi ... 36
4.5.2.2 Arus Kas ... 37
4.5.2.3 Net Present Value (NPV) ... 38
4.5.2.4 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ... 39
4.5.2.5 Internal Rate of Return (IRR) ... 40
4.5.2.6 Payback Period (PP) ... 40
4.5.2.7 Analisis Sensitivitas ... 40
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan ... 41
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44
5.1 Kondisi Geografis ... 44
5.2 Keragaan Umum Perusahaan ... 45
5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha ... 45
5.2.2 Organisasi ... 47
5.2.3 Fasilitas dan Kegiatan ... 48
5.2.4 Paket Wisata ... 53
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55
6.1 Aspek Non Finansial ... 55
6.1.1 Aspek Pasar ... 55
6.1.1.1 Potensi Pasar ... 55
6.1.1.2 Segmenting, Targeting, dan Positioning ... 59
6.1.1.3 Bauran Pemasaran ... 61
6.1.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ... 68
6.1.2 Aspek Teknis ... 69
6.1.2.1 Lokasi Usaha ... 69
6.1.2.2 Fasilitas, Skala, dan Operasional Usaha ... 71
6.1.2.3 Penggunaan Teknologi ... 76
6.1.2.4 Hasil Analisis Aspek Teknis ... 77
6.1.3 Aspek Manajemen ... 78
6.1.3.1 Struktur Organisasi ... 78
6.1.3.2 Tenaga Kerja ... 80
6.1.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen ... 81
6.1.4 Aspek Hukum ... 82
6.1.4.1 Bentuk dan Izin Badan Usaha... 82
6.1.4.2 Hasil Analisis Aspek Hukum ... 83
6.1.5 Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan ... 84
6.1.5.1 Analisis Aspek Sosial ... 84
6.1.5.2 Analisis Aspek Ekonomi ... 85
(13)
xiii 6.1.5.4 Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi
Lingkungan ... 86
6.2 Aspek Finansial ... 86
6.2.1 Analisis Aspek Finansial Skenario I ... 86
6.2.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 87
6.2.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 89
6.2.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 95
6.2.1.4 Analisis Sensitivitas ... 97
6.2.2 Analisis Aspek Finansial Skenario II ... 98
6.2.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 98
6.2.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 99
6.2.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ... 101
6.2.2.4 Analisis Sensitivitas ... 103
6.2.3 Manfaat Tambahan dengan Skenario II ... 104
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 105
7.1 Kesimpulan ... 105
7.2 Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN ... 112
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan
Kontribusinya terhadap PDB Nasional Tahun 2001-2008 ... 3
2. Perkembangan Wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Bogor tahun 2002 – 2009 ... 5
3. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Kampung Budaya Sindang Barang Tahun 2007-2009 ... 6
4. Perbandingan Penelitian Terdahulu ... 21
5. Perhitungan Laporan Laba Rugi ... 37
6. Penyusunan Arus Kas ... 38
7. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Agrowisata Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 (orang) ... 56
8. Proyeksi Jumlah Wisatawan Tahun 2010 Berdasarkan Bulan ... 59
9. Harga Produk berdasarkan Jenis Produk Toko Cinderamata ... 66
10. Gaji per Bulan Tenaga Kerja Tetap Kampung Budaya Sindangbarang ... 81
11. Gaji per Hari Tenaga Kerja Tidak Tetap Kampung Budaya Sindangbarang... 81
12. Pendapatan Kunjungan Wisatawan Kampung Budaya Sindangbarang ... 87
13. Pendapatan Konsumsi Wisatawan Kampung Budaya Sindangbarang ... 88
14. Dana Sumbangan Usaha Kampung Budaya Sindangbarang . 88 15. Nilai Sisa Investasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang ... 89
16. Biaya Investasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang .... 90
17. Biaya Reinvestasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang . 91 18. Rincian Biaya Tetap Usaha Kampung Budaya Sindangbarang ... 92
19. Gaji per Tahun Tenaga Kerja Tidak Tetap ... 93
20. Biaya Bahan Bakar Genset per Tahun ... 93
(15)
xv
22. Biaya Pembelian Ikan per Tahun ... 94
23. Biaya Pembelian Padi dan Bibit Padi per Tahun ... 95
24. Biaya Pajak per Tahun ... 95
25. Rekapitulasi Laba-Rugi Usaha Skenario I ... 96
26. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ... 96
27. Hasil Analisis Switching Value Skenario I ... 98
28. Pendapatan Toko Cinderamata ... 99
29. Biaya Modal Toko Cinderamata ... 100
30. Tambahan Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Finansial Skenario II ... 101
31. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II... 101
32. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario II ... 102
33. Hasil Analisis Switching Value Skenario II ... 103
34. Perbandingan Nilai Kriteria Kelayakan Finansial dan Sensitivitas Skenario I dan II ... 104
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009 . 1 2. Perkembangan Jumlah Devisa yang Dihasilkan Sektor
Pariwisata Tahun 2004-2009 ... 2
3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ... 33
4. Logo Kampung Budaya Sindangbarang ... 48
5. Rumah Pangiwa ... 49
6. Rumah Pasangrahan ... 49
7. Rumah Besar ... 50
8. Pangsa Pasar Usaha Agrowisata di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ... 58
9. Alur Operasional Kegiatan Usaha ... 74
10. Bagan Struktur Organisasi Kampung Budaya Sindangbarang ... 78
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang ... 113
2. Perhitungan Pendapatan Kunjungan Wisatawan ... 114
3. Rincian Biaya Investasi Bangunan ... 116
4. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Investasi ... 117
5. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Tetap ... 119
6. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario I ... 121
7. Arus Kas Usaha Skenario I ... 123
8. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 28,25 %) pada Skenario I ... 126
9. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 30,44 %) pada Skenario I ... 129
10. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II ... 132
11. Arus Kas Usaha Skenario II ... 134
12. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 31,75 %) pada Skenario II ... 137
13. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 33,50%) pada Skenario II ... 140
(18)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi.1 Wardiyanta (2006) juga menegaskan bahwa dalam dekade terakhir, pariwisata menjadi sangat popular di hampir seluruh kalangan masyarakat. Pendapat ini juga diperkuat oleh Brau et al. (2008) yang menyebutkan bahwa jumlah perjalanan wisata internasional mengalami pertumbuhan yang pesat dari 25 juta perjalanan wisata di tahun 1950 menjadi 842 juta perjalanan wisata di tahun 2006.
Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata dunia dan memiliki sektor pariwisata yang mempunyai potensi dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam, seni budaya, dan adat istiadat yang dimiliki Indonesia. Pada perkembangannya, Indonesia selalu diramaikan oleh kunjungan wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami peningkatan pada periode 2006-2009 (Gambar 1).
0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Jumlah Wisatawan Mancanegara (Orang)
Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)
1
(19)
Sektor pariwisata juga mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian nasional. Peranan tersebut ditunjukkan oleh perolehan devisa yang dihasilkan oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia (Gambar 2).
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Penerimaan Devisa (Juta USD)
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Devisa yang Dihasilkan Sektor Pariwisata Tahun 2004-2009.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)
Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Indonesia lewat devisa yang dihasilkannya cenderung fluktuatif. Tahun 2004 – 2006 devisa yang dihasilkan sektor pariwisata mengalami penurunan yang disebabkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya isu terorisme, sehingga terjadi penurunan minat wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
Devisa yang dihasilkan sektor pariwisata kembali meningkat di tahun 2006. Seiring dengan gencarnya pemerintah Indonesia dalam melestarikan budaya nasional dan pariwisata melalui program pemerintah yaitu Visit Indonesia 2008, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mulai mengalami peningkatan. Devisa yang dihasilkan sektor pariwisata juga kembali meningkat sampai tahun 2008 dengan jumlah USD 7.377,39 juta. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia kembali meningkat, namun penurunan rata-rata lama tinggal dari 8,58 hari di tahun 2008 menjadi 7,69 hari di tahun 2009 menyebabkan perolehan devisa kembali menurun menjadi USD 6.297,27 juta (BPS 2010).
(20)
Peranan sektor pariwisata dalam membangun perekonomian nasional juga dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkannya serta kontribusinya dalam pembentukan PDB Nasional. Dalam dekade terakhir pembangunan pariwisata Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat (Tabel 1). Dengan perolehan PDB pariwisata dan kontribusinya terhadap PDB Nasional yang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, sektor pariwisata mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional Tahun 2001-2008
Tahun
PDB Pariwisata
Atas Dasar Harga Berlaku (triliun Rp)
Kontribusi terhadap PDB Nasional (%)
2001 49,10 3,53
2002 75,25 5,41
2003 81,34 5,85
2004 88,61 6,38
2005 101,69 7,32
2006 118,67 8,54
2007 134,89 9,71
2008 153,25 11,03
Sumber : Biro Pusat Statistik (2009)
Laporan yang dikeluarkan WTO tahun 1990 menunjukkan adanya kecenderungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an.2 Kecenderungan ini ditandai oleh berkembangnya gaya hidup dan kesadaran baru akan penghargaan yang lebih terhadap nilai-nilai hubungan antar manusia dengan lingkungan alamnya. Perkembangan baru tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk- bentuk keterlibatan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door), kepedulian akan permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai masyarakat. Perubahan kecenderungan wisatawan asing untuk mengunjungi obyek daya tarik wisata alam ini sesuai dengan The International Ecotourism Society yang
2
(21)
memprediksikan bahwa pertumbuhan dari wisatawan yang berkunjung ke obyek ekowisata berkisar antara 10-30 persen tiap tahunnya di seluruh dunia.3
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, namun kinerja sektor pertanian masih under value (Kusnadi dan Jahroh 2009). Untuk itu, Departemen Pertanian Indonesia menilai perlu adanya suatu usaha diversifikasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Sejalan dengan kebijaksanaan umum tersebut, terlihat bahwa antara pariwisata dan pertanian dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan pertanian Indonesia. Salah satu jalan untuk menghubungkan potensi pariwisata dan pertanian adalah dengan mengembangkan agrowisata.
Agrowisata merupakan suatu diversifikasi produk agribisnis yang menggabungkan konsep kepariwisataaan bernuansa alam (ekowisata) dengan pertanian. Agrowisata tidak hanya merupakan usaha di bidang jasa yang menawarkan jasa pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap pemandangan indah dan segar, tetapi juga dapat menjadi media promosi produk pertanian, memberikan sinyal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis, media pendidikan masyarakat, serta dapat menjadi andalan pada sektor pertanian dan pariwisata.4 Posisi agrowisata dalam agribisnis terdapat di dalam processing subsystem (Nainggolan 2005).
Indonesia memiliki berbagai provinsi dengan potensi agrowisata yang sangat besar, salah satunya adalah Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata primadona di Jawa Barat. Dilihat dari kondisi geografisnya, Kabupaten Bogor merupakan daerah potensi penyebaran wisatawan karena letaknya yang berdekatan dengan ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Bogor tiap tahunnya selalu ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun nusantara (Tabel 2).
3
http://www.ecotourism.org [11 Maret 2010]
4
(22)
Tabel 2. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Bogor Tahun 2002 – 2009
Tahun
Wisatawan Mancanegara (orang)
Wisatawan Nusantara (orang)
Jumlah Wisatawan (orang)
2002 42.515 1.793.720 1.836.235
2003 1.504 1.788.774 1.790.278
2004 18.028 1.498.321 1.516.349
2005 23.397 1.747.584 1.770.981
2006 122.100 1.688.861 1.810.961
2007 24.055 2.009.371 2.033.426
2008 25.263 2.077.039 2.102.302
2009 22.007 2.339.148 2.361.155
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2010)
Kondisi pariwisata Kabupaten Bogor yang semakin positif menyebabkan bertumbuhnya obyek wisata yang ada di Kabupaten Bogor. Hingga saat ini ada 43 obyek wisata yang tersebar di empat bagian zona wisata Kabupaten Bogor. Beberapa obyek wisata yang terkenal diantaranya adalah Taman Safari Indonesia, Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Mekarsari dan Curug Nangka. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke empat obyek wisata tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Bogor. Dengan potensi sumberdaya alam dan pertanian yang melimpah serta kondisi alam yang mendukung, di masa yang akan datang obyek wisata di Kabupaten Bogor termasuk agrowisata diprediksi akan terus bertambah seiring dengan pengembangan potensi pariwisata yang direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor di tahun 2010.5 Kecenderungan positif terhadap iklim pariwisata dan rencana pengembangan pariwisata yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor menjadikan daya tarik bagi investor dalam berusaha di bidang pariwisata khususnya agrowisata.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu usaha agrowisata yang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Kampung Budaya Sindangbarang menawarkan fasilitas penginapan dan kunjungan sehari dengan nuansa pedesaan, keindahan alam, kesejukan udara, edukasi pertanian, kebudayaan sunda, serta peninggalan sejarah. Wisatawan yang
5
(23)
berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang dapat menikmati sajian kesenian gamelan khas sunda, mendapatkan pendidikan pertanian dengan fasilitas belajar menanam padi, menumbuk padi dan menangkap ikan, serta pengenalan situs-situs sejarah yang terletak di sekitar lokasi usaha. Di luar kegiatan usahanya, Kampung Budaya Sindangbarang juga dikenal masyarakat luas karena setiap satu tahun sekali mengadakan upacara Serentaun, yaitu upacara musim panen raya yang diperingati sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang diperoleh masyarakat Kecamatan Tamansari. Upacara Serentaun ini melibatkan masyarakat sekitar dan menimbulkan daya tarik dan apresiasi dari berbagai pihak baik wisatawan maupun pemerintah yang diwakili oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Semua daya tarik tersebut membuat Kampung Budaya Sindangbarang dari sejak berdirinya pada September 2007, selalu diramaikan oleh wisatawan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang Tahun 2007-2009
Tahun
Jumlah Wisatawan Nusantara (orang)
Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang)
Jumlah wisatawan (orang)
2007 496 10 506
2008 5.429 52 5.481
2009 5.135 144 5.279
2010* 2.909 34 2.943
*) sampai bulan Juli 2010
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang 2010 (diolah)
Mayoritas wisatawan yang datang adalah rombongan anak sekolah dan karyawan perusahaan yang berasal dari Jabodetabek. Hal ini dikarenakan kebutuhan wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan dan alam yang indah setelah lelah dengan rutinitas di daerah perkotaan. Selain itu, wisatawan mancanegara juga kerap mengadakan kunjungan ke Kampung Budaya Sindangbarang dengan tujuan berwisata dan mengenal kebudayaan dan kehidupan masyarakat pedesaan Indonesia.
(24)
1.2. Perumusan Masalah
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan badan usaha perseorangan, dan pendiriannya berasal dari modal pemilik dan dana bantuan (grants) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Pemerintah kemudian melepas sepenuhnya tanggung jawab kelangsungan usaha kepada pemilik. Setiap keputusan usaha, diserahkan sepenuhnya kepada pihak manajemen agar usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat berjalan mandiri.
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan suatu keputusan usaha dengan membangun toko cinderamata di tahun 2010. Sebenarnya toko cinderamata telah ada dari tahun kedua usaha, namun toko cinderamata yang ada masih bersifat non-permanen. Besarnya potensi toko cinderamata yang ada pada masa lalu menyebabkan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai perlu untuk membangun toko cinderamata secara permanen. Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai ada beberapa manfaat yang dihasilkan dengan dibangunnya toko cinderamata yaitu meningkatkan pendapatan, memberdayakan potensi masyarakat sekitar, memberikan alternatif kepada wisatawan, dan meningkatkan citra perusahaan di mata wisatawan.
Keputusan usaha manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap kemandirian memerlukan penilaian terhadap aspek usaha baik aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial. Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan pada usaha yang baru dibentuk atau apabila terjadi pengembangan usaha yang membutuhkan investasi baru (Kasmir dan Jakfar 2003). Studi kelayakan usaha juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan usaha, baik menolak atau menerima rencana usaha, dan mempertahankan atau menghentikan usaha yang sudah ada (Nurmalina et al. 2009). Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri dalam menghadapi ketidakpastian risiko dunia bisnis.
Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dapat dibagi menjadi dua skenario usaha yaitu, skenario I berupa usaha yang sedang dijalankan tanpa membangun toko cinderamata dan skenario II berupa pengembangan usaha
(25)
dengan membangun toko cinderamata. Penilaian terhadap dua skenario usaha, baik dari aspek non-finansial maupun finansial, ditujukan untuk melihat manfaat tambahan yang dihasilkan dengan dibangunnya toko cinderamata.
Jumlah kunjungan wisatawan dan harga paket wisata merupakan dua faktor yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, penurunan kunjungan wisatawan dapat mempengaruhi pendapatan usaha. Kampung Budaya Sindangbarang juga beberapa kali menurunkan harga paket wisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk itu, analisis sensitivitas diperlukan untuk mengakomodasi unsur ketidakpastian kondisi usaha di masa yang akan datang terhadap penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan?
2) Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha Kampung Budaya Sindangbarang dalam dua skenario usaha, yaitu skenario I dengan menjalankan usaha yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II yaitu melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata? 3) Bagaimana sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila
terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Menganalisis kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.
2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha Kampung Budaya Sindangbarang dalam dua skenario, yaitu skenario I dengan menjalankan
(26)
usaha yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II yaitu melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata. 3) Menganalisis sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila
terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1) Sebagai bahan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing
guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam industri pariwisata.
2) Sebagai bahan informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam mengembangkan usaha sejenis.
3) Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai studi kelayakan usaha khususnya di bidang agrowisata.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini terbatas hanya mengkaji tentang kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dengan menganalisis aspek non-finansial dan finansial. Aspek non-finansial yang akan dianalisis yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Analisis aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value, Net B/C, Internal Rate of Return, Payback Period, dan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value pada penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
2.1.1. Definisi Pariwisata
WTO mendefinisikan pariwisata sebagai aktifitas seseorang untuk melakukan perjalanan dan menetap di suatu tempat di luar dari lingkungan biasanya dalam waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut dengan tujuan untuk kesenangan, bisnis, dan tujuan lainnya.8 Arti luas pariwisata didefinisikan Damanik dan Weber (2006) sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.
Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perpindahan temporer dari orang-orang di luar tempat mereka bekerja dan menetap, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama mereka berada di tempat tujuan, dan kemudahan yang diberikan dalam melayani kebutuhan mereka (Wall 1982, diacu dalam Mahaputriana 2006). Pengertian yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Schneider (1993) bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan oleh seseorang menuju suatu tempat di luar lokasi pekerjaan dan tempat tinggalnya, dengan tujuan menikmati aktivitas dan fasilitas yang diperoleh dari tempat tujuannya tersebut. Sedangkan Suwantoro (1997), diacu dalam Islamiarani (2008) mendefinisikan wisata adalah suatu proses berpergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya dengan berbagai kepentingan antara lain untuk berlibur dan rekreasi, pendidikan dan penelitian, keagamaan, kesehatan, minat terhadap kebutuhan dan kesenangan ataupun keputusan publik.
Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2010 tentang kepariwisataan dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
8
(28)
3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.
5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
2.1.2. Penggolongan Pariwisata
Menurut Bruun (1995), diacu dalam Islamiarani (2008), jenis wisata dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1) Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani jurang antara kepentingan wisata bagi industri komersial dan perlindungan alam. Salah satu jenis wisata ini adalah agrowisata.
2) Wisata budaya, menggambarkan wisata yang berhubungan dengan monumen-monumen budaya atau tempat-tempat bersejarah dengan penekanan tertentu pada aspek pendidikan atau pengamatan spiritual.
3) Wisata alam, merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi alam atau bukan pada kondisi urban.
Penggolongan jenis pariwisata menurut motif tujuan perjalanan dapat digolongkan menjadi enam kategori (Spillane 1991, diacu dalam Mudana 2007), yaitu :
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism).
Tujuan perjalanan ini adalah untuk berlibur, mencari udara segar, mengendorkan ketegangan syarafnya, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan dan kedamaian di luar kota maupun menikmati hiburan di kota-kota besar.
(29)
2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism).
Dilakukan oleh orang dengan tujuan untuk beristirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya, yang biasanya mereka tinggal di daerah pantai, pegunungan, dan pusat-pusat peristirahatan atau kesehatan dan tinggal lebih lama.
3) Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism).
Tujuannya untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat dan cara hidup negara lain, mengunjungi monumen dan peninggalan bersejarah, pusat-pusat kesenian, keagamaan, serta ikut dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat.
4) Pariwisata untuk olahraga (sports tourism).
Jenis ini dibagi dua, yaitu big sports events (peristiwa olah raga besar seperti Olympiade Game dan kejuaraan dunia lainnya) dan sporting tourism of the practitioners (berupa latihan olah raga, berburu, memancing, dan mendaki gunung).
5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism).
Jenis ini sering disebut sebagai professional travel atau perjalanan yang ada kaiatannya dengan pekerjaan atau usaha dagang.
6) Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism).
Tujuannya untuk mengikuti berbagai konvensi atau konferensi baik bersifat nasional maupun bertaraf internasional.
Suwantoro (1997), diacu dalam Agustina (2009) mengungkapkan bahwa daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata merupakan suatu daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang oleh sarana dan prasarana pariwisata serta masyarakat. Pengusahaan obyek wisata dapat dikelompokan menjadi :
1) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam, merupakan bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan, seperti air terjun, air panas, kawah, dan gejala alam lainnya.
(30)
2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya, merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi budaya daerah setempat, seperti peninggalan sejarah, tari-tarian, perkampungan adat dan lain-lain. 3) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus, meupakan bentuk
perjalanan wisata yang aktif, dimana wisatawan terlibat secara fisik dan emosional dalam suatu kegiatan tertentu, bukan sekedar perjalan pasif. Jenis perjalan wisata ini juga bertujuan untuk memperkaya wawasan pengetahuan.
2.1.3. Manfaat Pariwisata
Damanik dan Weber (2006) mengungkapkan bahwa bisnis pariwisata melibatkan banyak pelaku pariwisata. Meskipun peran mereka berbeda-beda tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata. Pelaku pariwisata tersebut adalah wisatawan, industri penyedia jasa pariwisata, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat. Kepariwisataan dapat memberikan manfaat bagi pelaku pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat pengembangan pariwisata menurut Windiyarti et al. (1993) adalah :
1) Makin luasnya kesempatan usaha. 2) Makin luasnya lapangan kerja.
3) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. 4) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah. 5) Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup.
6) Terpeliharanya keamanan dan ketertiban.
7) Mendorong peningkatan dan pertumbuhan pada sektor lain.
8) Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Schneider (1993) bahwa pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat. Secara lebih spesifik, manfaat tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Manfaat ekonomi. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi yaitu profit yang dinikmati oleh pelaku usaha, terbukanya lapangan pekerjaan, dan meningkatnya devisa negara.
(31)
2) Manfaat sosial. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat sosial yaitu terjadinya pertukaran kebudayaan dan ide untuk memajukan kondisi sosial daerah tujuan wisata, memberikan rasa bangga terhadap kebudayaan yang dimiliki, dan menambah pengetahuan baik bagi wisatawan maupun pelaku usaha wisata.
3) Manfaat lingkungan. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat bagi lingkungan yaitu menjaga kelestarian alam, hewan, kebudayaan, dan sejarah.
2.2. Agrowisata
2.2.1. Definisi Agrowisata
Agrowisata merupakan gabungan dari dua kata yaitu agro dan wisata. Kata agro berasal dari kata agriculture yang berarti pertanian, sedangkan wisata adalah suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan sukarela untuk menikmati objek wisata.9 Berdasarkan definisi tersebut, agrowisata dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan sukarela untuk menikmati objek wisata yang berbasis pada pertanian.
Agrowisata juga dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun atau peternakan untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, melakukan berbagai kegiatan, makan dan melewatkan malam bersama di suatu daerah perkebunan atau taman. Sementara definisi lain mengatakan agrowisata adalah sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan. 10
Departemen Pertanian Indonesia mendefinisikan agrowisata sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber
9
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ [1 Agustus 2010]
10
(32)
daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. 11
Lobo (2001), diacu dalam Che et al. (2003) mendefinisikan agrowisata sebagai suatu kunjungan ke berbagai kegiatan pertanian, hortikultur, ataupun agribisnis dengan tujuan kesenangan, menambah pengetahuan, atau terlibat secara aktif di dalam kegiatan tersebut. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Maetzold (2002), diacu dalam Che et al. (2003) yang mendefinisikan agowisata sebagai suatu bentuk kegiatan alternatif yang menghubungkan nilai tambah, produksi pertanian modern, atau pemasaran dengan berwisata ke lahan pertanian. Brandth dan Haugen (2007) menegaskan hal serupa bahwa agrowisata merupakan sebuah kegiatan yang dapat mentransformasikan budaya bertani dari produksi pertanian primer menjadi industri jasa melalui kepariwisataan. Secara umum, agrowisata dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan pertanian yang dapat menyediakan produksi pertanian secara langsung kepada masyarakat melalui sistem penjualan eceran dan penyediaan jasa terhadap berbagai produk pertanian yang secara langsung didapatkan di lokasi produksinya (Che et al. 2003).
2.2.2. Tujuan, Asas, dan Manfaat Agrowisata
Menurut Indriawati (1997), diacu dalam Mahaputriana (2006), agrowisata memiliki beberapa tujuan. Tujuan pokok agrowisata adalah meningkatkan devisa bagi negara Indonesia. Sedangkan tujuan-tujuan lainnya adalah sebagai berikut : 1) Mengamankan dan melestarikan keberadaan citra produk pertanian Indonesia
sebagai salah satu diversifikasi produk wisata Indonesia.
2) Menciptakan iklim berusaha yang baik kepada para pengusaha atau pemilik di bidang pariwisata dalam penyelenggaraan dan pelayanan agrowisata.
Lebih lanjut Ferdiansyah (1999), diacu dalam Mahaputriana (2006) mengungkapkan bahwa pemanfaatan agrowisata sebagai sektor yang dapat menghasilkan devisa yang cukup bagi negara, perlu mempunyai koridor yang dapat menjadi asas dalam pengusahaan agrowisata tersebut. Asas-asas tersebut adalah :
11
(33)
1) Asas manfaat, artinya penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar dapat saling memberikan manfaat dan dampak positif baik bagi ekonomi, politik, sosial, budaya, maupun lingkungan.
2) Asas pelestarian, artinya dalam penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar berperan dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah sebagai sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Melalui penerapan asas-asas tersebut diharapkan agrowisata dapat memberikan manfaat secara luas yang dapat dirasakan tidak hanya bagi pengusaha tetapi juga masyarakat sekitar. Secara spesifik, Tirtawinata dan Fachruddin (1999) menjelaskan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Meningkatkan konservasi lingkungan. 2) Meningkatkan nilai estetika.
3) Memberikan nilai rekreasi
4) Meningkatkan kegiatan ilmiahdan pengembangan ilmu pengetahuan. 5) Mendapatkan keuntungan ekonomi.
2.2.3. Unsur dan Potensi Agrowisata
Pengembangan agrowisata di setiap lokasi selalu merupakan pengembangan yang terpadu antara pengembangan masyarakat desa, alam terbuka yang khas, pemukiman desa, budaya dan kegiatan pertaniannya serta sarana pendukung wisata seperti transportasi, akomodasi dan komunikasi (Betrianis 1996). Spillane (1991), diacu dalam Mudana (2007) menyebutkan bahwa untuk dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata termasuk agrowisata, ada lima unsur yang harus dipenuhi yaitu :
1) Attractions atau atraksi. Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi yang dimaksud adalah, hamparan kebun atau lahan pertanian, keindahan alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
2) Facilities atau fasilitas. Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
3) Infrastructure atau infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal
(34)
pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran atau pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan.
4) Transportation atau transportasi. Transportasi yang dimaksud dalam bentuk transportasi umum, terminal bis, sistem keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota atau objek wisata.
5) Hospitality atau keramah-tamahan. Keramah-tamahan masyarakat dan akan menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.
Syamsu (2001) menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kelangkaan. Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata, wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang ditemukan pada saat ini.
2) Kealamiahan. Kealamiahan atraksi agrowisata, juga akan sangat menentukan keberlanjutan dari agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali.
3) Keunikan. Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dengan objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi, dan teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan.
4) Pelibatan tenaga kerja. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat melibatkan tenaga kerja setempat, setidak-tidaknya meminimalkan tergusurnya masyarakat lokal akibat pengembangan objek wisata tersebut. 5) Optimalisasi penggunaan lahan. Lahan-lahan pertanian atau perkebunan
diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika objek agrowisata ini dapat berfungsi dengan baik.
6) Keadilan dan pertimbangan pemerataan. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat secara keseluruhan, baik masyarakat petani atau desa, penanam modal atau investor,
(35)
regulator dengan melakukan koordinasi didalam pengembangan secara detail dari input-input yang ada.
7) Penataan kawasan. Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik.
Kegiatan pengembangan agrowisata diarahkan pada terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata (Deasy 1998, diacu dalam Masang 2006). Arah pengembangan agrowisata tersebut nantinya diharapkan dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam pengembangan agrowisata. Secara jelas Alikodra (1990), diacu dalam Mahaputriana (2006) mengungkapkan bahwa potensi tersebut dapat dilihat dari tiga aspek yaitu :
1) Potensi objek wisata. Indonesia mempunyai sumberdaya pertanian yang melimpah.
2) Potensi pasar. Peranan agrowisata dalam pariwisata masyarakat adalah meningkatkan keanekaragaman objek dan lamanya kunjungan (dari segi penawaran) dan mempengaruhi peningkatan minat berwisata dengan semakin banyak objek wisata yang ditawarkan (dari segi permintaan).
3) Kondisi dan perkembangan sarana pendukungnya. Perkembangan agrowisata yang ditentukan oleh aspek ini, antara lain transportasi, telekomunikasi, akomodasi, kemudahan memasuki Indonesia, dan jaminan keamanan.
2.3. Studi Kelayakan Pariwisata
Menurut Damanik dan Weber (2006) studi kelayakan penting dilakukan untuk membantu perencana melihat dan memahami kondisi-kondisi minimal yang dibutuhkan untuk merencanakan suatu proyek dan untuk mengetahui gambaran awal tentang sejauh mana proyek tersebut kelak dapat memberikan hasil yang optimal di dalam suatu perencanaan pariwisata. Tujuan umum studi kelayakan menurut Kalahari Management Inc. (1999), diacu dalam Damanik dan Weber (2006) adalah untuk menentukan kelayakan keanekaragaman dan perluasan atraksi dan infrastruktur wisata. Tujuan khusus studi kelayakan pariwisata adalah : 1) Melakukan penilaian potensi pasar terhadap produk wisata
(36)
2) Menentukan sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dikembangkan untuk mendukung aktivitas wisata.
3) Mengevaluasi fasilitas dan infrastruktur wisata yang tersedia dan kesesuaiannya dengan permintaan pasar.
4) Mengidentifikasi produk wisata yang paling tepat dikembangkan sesuai dengan basis sumberdaya dan potensi pasar terbesar.
5) Melakukan perkiraan dampak ekonomi yang potensial dari kegiatan wisata. 6) Menyusun rencana implementasi pengembangan dan pemasaran produk
wisata.
7) Mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pengembangan produk.
8) Mengidentifikasi sumberdaya yang potensial bagi pembiayaan proyek.
Suyitno (2001), diacu dalam Mahaputriana (2006) berpendapat bahwa perencanaan kawasan wisata dapat memberikan berbagai manfaat. Manfaat tersebut adalah :
1) Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2) Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar dugaan sekaligus alternatif pemecahannya.
3) Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan efisien. 4) Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata selanjutnya.
Menurut Damanik dan Weber (2006), inti dari perencanaan wisata adalah kelayakan. Kelayakan menunjuk pada kepatutan secara ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi. Proyek wisata hanya dapat dikatakan layak dikerjakan apabila mampu memberikan hasil yang diharapkan dan menguntungkan.
2.4. Penelitian Terdahulu
Buana (2009) meneliti tentang analisis kelayakan pengembangan usaha pemancingan Tirta Salak. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kelayakan usaha pemancingan sangat peka terhadap kenaikan harga input dan penurunan jumlah volume penjualan. Kenaikan harga input dan penurunan volume penjualan
(37)
dalam batas tertentu dapat menyebabkan usaha pemancingan tidak layak untuk dikerjakan dan mengancam keberlangsungan usaha. Berdasarkan hal ini maka pihak manajemen usaha pemancingan disarankan agar melakukan efisiensi biaya jika ingin melakukan pengembangan terhadap usahanya.
Penelitian Buana (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa kelayakan usaha pemancingan sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga input dan penurunan jumlah wisatawan. Menarik untuk diteliti apakah kelayakan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan.
Penelitian tentang studi kelayakan dilakukan oleh Setyadi (2009) dengan judul Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat dan kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total di Konawe Selatan, Sulawesi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara finansial pengusahaan hutan rakyat tidak layak dijalankan. Usaha pengelolaan hutan rakyat dapat menjadi layak apabila terjadi kenaikan harga kayu. Kontribusi pendatan petani terhadap pendapatan total secara umum dinilai tidak signifikan.
Penelitian Setyadi (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa usaha hutan rakyat tidak layak dijalankan. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha agrowisata yang kegiatan operasionalnya juga dilaksanakan oleh masyarakat sekitar. Menarik untuk diteliti apakah usaha yang dijalankan oleh masyarakat sekitar usaha dapat layak untuk dijalankan dalam kasus usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang.
Penelitian tentang studi kelayakan agrowisata juga dilakukan oleh Mahaputriana (2006). Mahaputriana (2006) meneliti tentang kelayakan finansial Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganilisis secara finansial kelayakan usaha Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan usaha Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau cenderung tidak terpengaruh terhadap penurunan jumlah wisatawan.
(38)
Penelitian Mahaputriana (2006) menghasilkan kesimpulan bahwa kelayakan usaha agrowisata relatif tidak terpengaruh dengan penurunan jumlah wisatawan. Menarik untuk diteliti apakah kelayakan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan. Perbandingan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Perbandingan Penelitian Terdahulu No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Tujuan Penelitian Alat Analisis
Hasil Penelitian
1.
Buana Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta Salak Menganalisis kelayakan usaha pemancingan Tirta Salak pada aspek finansial dan non-finansial serta menganalisis sensitivitas usaha. Analisis Kelayakan Investasi (NPV, IRR, Net B/C) dan Analisis Pendapatan
Usaha pemancingan layak dijalankan.
Kenaikan harga input dan penurunan jumlah wisatawan mempengaruhi kelayakan usaha pemancingan. 2. L. Bintang Setyadi Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari Mengetahui kelayakan usaha, mempelajari sistem pengelolaan hutan rakyat, dan melihat kontribusi petani terhadap pendapatan total. Analisis Kelayakan Investasi (NPV, IRR, Net B/C) dan Analisis Pendapatan
Usaha pengelolaan hutan rakyat tidak layak dijalankan. Kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan total tidak signifikan. 3. Mahapu triana Analisis Kelayakan Finansial Taman Agrowisata Bukit Ganjau, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau Menganalis kelayakan usaha secara finansial Analisis Kelayakan Investasi dan Analisis Sensitivitas
Taman Agrowisata Bukit Ganjau secara finansial layak untuk dijalankan. Penurunan jumlah pengunjung tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelayakan usaha.
(39)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Proyek pertanian biasanya diartikan sebagai kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu.
Soeharto (1997) berpendapat bahwa kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan. Sementara itu, bisnis merupakan usaha yang berkesinambungan sehingga tidak mempunyai batasan waktu untuk berakhir.
Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo 2007).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang ditentukan (Herlianto dan Pujiastuti 2009). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Jumingan (2009), bahwa studi kelayakan bisnis merupakan penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil. Sedangkan Kasmir dan Jakfar (2003) berpendapat bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha
(40)
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut dijalankan.
Menurut Nurmalina et al. (2009) tujuan dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah :
1) Mengetahui secara pasti tingkat manfaat yang dicapai dalam suatu bisnis. 2) Memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan.
3) Menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif bisnis yang paling menguntungkan.
4) Mengurangi pemborosan sumberdaya.
Tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk menilai apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat bagi pihak yang akan melaksanakan proyek tersebut (Jumingan 2009). Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Damanik dan Weber (2006) bahwa studi kelayakan memuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu proyek akan dijalankan dan kemungkinan untuk mengatasinya secara efektif.
Warnell (1999), diacu dalam Damanik dan Weber (2006) mengemukakan bahwa studi kelayakan dilakukan untuk maksud berikut ini :
1) Mengevaluasi kondisi nyata suatu produk atau layanan. 2) Mengevaluasi peluang pengembangan produk dan jasa. 3) Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru.
4) Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek.
Subagyo (2007) berpendapat bahwa tujuan dari studi kelayakan adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan keuntungan atau kerugian. Dengan kata lain, untuk memperkecil tingkat risiko kerugian dan memastikan bahwa investasi yang akan dilakukan memang menguntungkan.
3.1.2. Aspek Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis secara umum meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi lingkungan, dan aspek finansial. Masing-masing aspek ini tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan. Bila salah satu aspek bisnis kurang memenuhi kriteria kelayakan, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Nurmalina et al. 2009).
(41)
3.1.2.1. Aspek Pasar
Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi. Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut (Subagyo 2007). Aspek pasar mempelajari tentang :
1) Permintaan.
Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar 2003). 2) Penawaran.
Penawaran adalah junlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang dan jasa antara lain, harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kasmir dan Jakfar 2003).
3) Penjualan industri dan penjualan perusahaan (market share).
Penjualan industri merupakan permintaan konsumen yang dapat dipenuhi oleh kelompok industri. Sedangkan penjualan perusahaan adalah bagian dari potensi pasar yang dapat diraih oleh salah satu perusahaan dalam kelompok industri atau disebut dengan market share perusahaan (Suratman 2002). 4) Segmenting, targeting, dan positioning
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran yang berbeda pula. Targeting adalah kegiatan
(42)
mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Sedangkan positioning adalah kegiatan menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar (Kasmir dan Jakfar 2003).
5) Bauran pemasaran.
Bauran pemasaran dalam produk yang merupakan gabungan barang dan jasa meliputi tujuh aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion), personil (people), bukti fisik (physical evidence), proses (process) (Umar 2001).
3.1.2.2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan di kemudian hari (Kasmir dan Jakfar 2003). Aspek ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi yaitu lokasi bisnis, skala operasional dan luas produksi, layout dan tata letak alur produksi, serta pemilihan jenis teknologi dan peralatan (Nurmalina et al. 2009).
3.1.2.3. Aspek Manajemen
Konsep dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian suatu aktiviyas yang bertujuan untuk mengalokasikan sumber daya, sehingga mempunyai nilai tambah (Suratman 2002). Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis memfokuskan diri pada analisis organisasi dan sumberdaya manusia (Subagyo 2007). Aspek manajemen mempelajari tentang bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al. 2009).
3.1.2.4. Aspek Hukum
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai
(43)
izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah.
3.1.2.5. Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan
Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Analisis aspek lingkungan akan melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar 2003).
3.1.2.6. Aspek Finansial
Subagyo (2007) menyebutkan bahwa analisis aspek finansial adalah suatu analisis yang menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan data biaya dan manfaat setelah dilakukan kajian terhadap aspek non-finansial. Penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2003). Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah :
1) Biaya kebutuhan investasi.
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang dugunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya terdiri atas biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar 2003).
2) Sumber-sumber dana.
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya.
(44)
Pemilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau gabungan keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pemilik usaha. Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal sendiri yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau penerbitan saham, dan modal pinjaman yang berasal dari kredit bank, pinjaman dari lembaga keuangan, dan pinjaman dari perusahaan non-bank (Kasmir dan Jakfar 2003). 3) Arus kas (cash flow).
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2003). Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Kasmir dan Jakfar 2003).
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat
Tujuan-tujuan analisis dalam analisis usaha harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan. Manfaat dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Definisi lain dari biaya adalah pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Gittinger (1986) berpendapat bahwa biaya yang diperlukan suatu usaha dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Biaya modal. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik, mesin.
(1)
142
Lampiran 13. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemeliharaan Toko Cinderamata 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 Administrasi Toko Cinderamata 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00
2.2. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 Biaya Modal Toko Cinderamata 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 Gaji Tenaga Kerja Toko Cinderamata 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 Biaya Angkut 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 322,860,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,351,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,351,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 370,941,600.00 414,441,600.00 455,441,600.00 444,941,600.00 414,441,600.00 414,441,600.00 444,941,600.00 Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 524,800.00 42,644,800.00 1,644,800.00 12,144,800.00 42,644,800.00 42,644,800.00 892,478,133.33
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 524,800.00 40,042,065.73 1,450,153.19 10,054,061.65 33,148,787.75 31,125,622.30 611,645,715.06
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 996,337,498
NPV 135,403
Net B/C 1.0001
IRR 6.37%
Payback Period 9.9998
(2)
(3)
144
Dokumentasi 1. Kegiatan Belajar Menanam Padi
Dokumentasi 2. Kegiatan Belajar Menangkap Ikan
(4)
145
Dokumentasi 4. Kegiatan Mandi di Sungai
Dokumentasi 5. Pertunjukan Kesenian Tradisional Sunda
(5)
RINGKASAN
ADHI NUGROHO. Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA).
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Jumlah perjalanan wisata internasional mengalami pertumbuhan yang pesat menunjukkan bahwa pariwisata mengalami perkembangan. Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata dunia memiliki sektor pariwisata yang mempunyai potensi dan prospek yang cerah untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam, seni budaya, dan adat istiadat yang dimiliki Indonesia. Pariwisata Indonesia juga mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian nasional.
Dewasa ini, terjadi perkembangan terhadap pola perjalanan wisatawan. Perkembangan tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk-bentuk keterlibatan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door), kepedulian akan permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai masyarakat.
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia, namun kinerja sektor pertanian masih under value. Untuk itu, Departemen Pertanian Indonesia menilai perlu adanya suatu usaha diversifikasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat setempat. Sejalan dengan kebijaksanaan umum tersebut, terlihat bahwa antara pariwisata dan pertanian dapat saling mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan pertanian Indonesia. Salah satu jalan untuk menghubungkan potensi pariwisata dan pertanian adalah dengan mengembangkan agrowisata.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu jenis agrowisata yang menawarkan fasilitas penginapan dan kunjungan sehari dengan nuansa pedesaan, keindahan alam, kesejukan udara, edukasi pertanian, kebudayaan sunda, serta peninggalan sejarah. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan badan usaha perseorangan, dan pendiriannya berasal dari modal pemilik dan dana bantuan (grants) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Pemerintah kemudian melepas sepenuhnya tanggung jawab kelangsungan usaha kepada pemilik. Setiap keputusan usaha, diserahkan sepenuhnya kepada pihak manajemen agar usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat berjalan mandiri.
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan suatu keputusan usaha dengan membangun toko cinderamata di tahun 2010. Besarnya potensi pasar toko cinderamata menyebabkan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai perlu untuk membangun toko cinderamata secara permanen. Keputusan usaha manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap
(6)
kemandirian memerlukan penilaian terhadap aspek usaha baik aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri dalam menghadapi ketidakpastian risiko dunia bisnis.
Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang. Data sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, laporan keuangan dan jumlah kunjungan dari manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, serta instansi terkait yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Biro Pusat Statistik, dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Hasil analisis aspek non-finansial menunjukkan bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial ekonomi lingkungan. Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang belum dapat dikatakan layak secara hukum.
Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa Skenario I dan II usaha Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan secara finansial. Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan melihat nilai NPV, Net B/C, IRR, dan PP, manfaat yang dihasilkan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang bertambah dengan adanya skenario II. Analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value menunjukkan bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang lebih sensitif dalam menghadapi penurunan jumlah wisatawan dibandingkan dengan penurunan harga paket wisata. Dengan dibangunnya toko cinderamata, maka kondisi usaha lebih menoleransi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah realisasi pembentukan izin usaha berbentuk persekutuan komanditer, melakukan survei konsumen untuk produk toko cinderamata yang akan dijual, meningkatkan promosi dengan jalan menjalin kerja sama dengan agen wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dan pembentukan sistem pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia dengan tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.