Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CReactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH
TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA
SUBYEK DISLIPIDEMIA

AGUSTINO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Status Gizi
dan Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek
Dislipidemia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Agustino
NIM I14090057

ABSTRAK
AGUSTINO. Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CReactive Protein Darah pada Subyek Dislipidemia. Dibimbing oleh RIMBAWAN
dan MIRA DEWI.
Peningkatan massa lemak tubuh dan tekanan darah diketahui berhubungan
dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Salah satu mekanismenya
adalah melalui peningkatan status inflamasi yang dipicu oleh kondisi dislipidemia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang
pinggul dan persen lemak tubuh serta tekanan darah dengan status inflamasi yang
ditentukan dengan kadar C-reactive protein (CRP) darah pada subyek
dislipidemia di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor. Desain penelitian adalah
survei potong lintang, melibatkan 81 subyek penderita dislipidemia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara IMT, rasio
lingkar pinggang pinggul, persentase lemak tubuh, serta tekanan darah diastolik

dengan kadar CRP darah. Disimpulkan bahwa pada subyek penderita
dislipidemia, semakin tinggi persentase status gizi lebih, massa lemak tubuh, dan
tekanan darah diastolik semakin tinggi pula status inflamasinya.
Kata kunci: C-reactive protein, dislipidemia, massa lemak tubuh, status gizi,
tekanan darah

ABSTRACT
AGUSTINO. The Association between Nutritional Status and Blood Pressure
with Blood C-Reactive Protein Level in Dyslipidemic Subjects. Supervised by
RIMBAWAN and MIRA DEWI
The increase of body fat mass and blood pressure have been reported to
have association with the increase of cardiovascular diseases risks, which
mechanism is mediated through the increase of inflammation status caused by
impaired blood lipids (dyslipidemia). The objective of this study was to analyze
association between nutritional status (Body Mass Index (BMI), waist
circumference, waist-hip ratio, and body fat mass) and blood pressure with
inflammation state which was assessed by blood C-reactive protein level in
dyslipidemic subjects in Bogor. The study design was cross sectional survey
involving 81 dyslipidemic subjects. The study showed that there were significant
correlations between BMI, waist-hip ratio and body fat mass, diastolic blood

pressure with blood CRP level. In conclusion, the higher percentage of over
nutritional status, body fat mass, and diastolic blood pressure, the higher the
inflammation status.
Key words: blood pressure, body fat mass, C-reactive protein, dyslipidemia,
nutritional status

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH
TERHADAP KADAR C-REACTIVE PROTEIN DARAH PADA
SUBYEK DISLIPIDEMIA

AGUSTINO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober-Desember 2012 ini ialah
status gizi, tekanan darah, dan inflamasi, dengan judul Hubungan Status Gizi dan
Tekanan Darah terhadap Kadar C-Reactive Protein Darah pada Subyek
Dislipidemia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Rimbawan dan Ibu dr Mira
Dewi Sked MSi selaku pembimbing, serta dr Karina Rahmadia Ekawidyani Sked
MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Lilik Kustiyah, Mbak Anna Vipta, Pak Mashudi, Wiwi
Febriani, Kak Gian, Kak Angga, Kak Rahman, Kak Tunggul, dan teman-teman
lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah banyak
memberikan masukan bermanfaat bagi penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Agustino

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek

Profil Lipid Darah Subyek
Status Gizi
Tekanan Darah
Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah
Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit
Kardiovaskular
Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
x
x
1
1
2
2

2
2
3
3
4
5
5
7
8
12
14
14
15
17
17
17
18
22

DAFTAR TABEL

1
2
3
4

Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek
Karakteristik sosial ekonomi subyek
Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol
HDL pada subyek

4
4
6
7

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4
5
6
7
8

Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah
Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang
Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul
Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh
Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah
Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah
Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP
berisiko penyakit kardivaskular

8
9
10
11

12
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian
2 Kategori persentase lemak tubuh populasi Asia menurut Gallagher et
al. (2000)
3 Persentase subyek dengan hipertrigliserida, hiperkolesterolemia,
kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL rendah
4 Klasifikasi dan rata-rata Indeks Massa Tubuh (IMT) subyek
5 Klasifikasi dan rata-rata lingkar pinggang subyek
6 Klasifikasi dan rata-rata rasio lingkar pinggang pinggul subyek
7 Klasifikasi dan rata-rata persentase lemak tubuh subyek
8 Klasifikasi dan rata-rata tekanan darah subyek
9 Klasifikasi, nilai median, nilai minimal, dan nilai maskimal kadar CReactive Protein (CRP) darah subyek
10 Hasil uji regresi linier berganda

22

25
25
25
25
26
26
26
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang
dicirikan dengan meningkatnya kadar trigliserida (TGA), kolesterol total,
kolesterol low density lipoprotein (LDL), atau rendahnya kolesterol high density
lipoprotein (HDL) (Osuji et al. 2010). Prevalensi dislipidemia tinggi dan semakin
meningkat bahkan pada usia lebih muda (Caprnda et al. 2008). Menurut WHO
(2011), pada tahun 2008 prevalensi global kenaikan total kolesterol darah
mencapai 38%. Prevalensi kenaikan total kolesterol pada orang dewasa di
Indonesia pada tahun 2008 mencapai 35.1% dengan 30% total kematian
diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular.
Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular
(WHO 2011). Kondisi gangguan profil lipid tersebut memicu terjadinya proses
inflamasi di dalam tubuh. Abnormalitas lipid di dalam darah terutama kolesterol
LDL yang tinggi dan kolesterol HDL yang rendah akan menyebabkan proses
aterosklerosis. Luka anterosklerotik akan memicu mobilitas leukosit ke daerah
dinding pembuluh darah yang mengalami pembentukan sel busa. Selanjutnya sel
sitokin proinflamasi akan diaktifkan dan bergerak menuju ke daerah luka tersebut
sehingga terjadi inflamasi. Peningkatan sel sitokin akan memicu terjadinya
peningkatan indikator-indikator inflamasi, salah satunya adalah C-reactive protein
(CRP) (Libby et al. 2002).
CRP merupakan indikator inflamasi terbaik dibandingkan dengan yang
lainnya seperti serum amyloid A (SAA), interleukin-6 (Libby et al. 2002), heat
shock protein 65 (Xu et al. 1999), dan soluble intercellular adhesion molecule
type (Ridker et al. 1998). CRP diproduksi di hati untuk merespon peningkatan
interleukin-6 (salah satu sitokin dalam tubuh) dan terbukti dapat memprediksikan
penyakit kardiovaskular (Blake & Ridker 2001). Studi cohort pada wanita
Amerika selama 8 tahun menunjukkan bahwa kenaikan kadar CRP di dalam tubuh
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Ridker et al. 2003)
Dislipidemia memiliki hubungan terhadap status gizi dan tekanan darah
pada seseorang. Studi oleh Liu et al. (2010) menunjukkan bahwa kegemukan
lebih banyak terjadi pada individu yang mengalami dislipidemia. Di samping itu,
kondisi dislipidemia akan menyebabkan kerusakan pada endotel dan
berkurangnya aktivitas vasomotor (Nickenig & Harrison 2002) sehingga
meningkatkan tekanan darah. Studi cross-sectional menunjukkan adanya
hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi (Oparil et al. 2003).
Peningkatan massa lemak tubuh dan peningkatan tekanan darah diketahui
berkaitan dengan proses inflamasi di dalam tubuh. Penimbunan lemak di dalam
tubuh terutama pada bagian sentral akan memicu peningkatan sitokin sehingga
kadar CRP akan meningkat. Demikian pula pada tekanan darah, kerusakan
endotel yang memicu peningkatan tekanan darah akan memicu peningkatan
sitokin sehingga kadar CRP meningkat (Pearson et al. 2003).
Studi mengenai CRP terhadap status gizi dan tekanan darah pada subyek
terbatas tertentu seperti dislipidemia masih belum banyak dikaji sehingga studi

2
pada individu dengan etnis yang berbeda diperlukan untuk menentukan status
CRP pada dislipidemia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
hubungan antara kadar CRP darah terhadap status gizi dan tekanan darah pada
subyek dislipidemia.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan status gizi
dan tekanan darah terhadap CRP pada subyek dislipidemia.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Menguraikan karakteristik subyek.
2. Mengkaji status gizi (indeks massa tubuh, persen lemak tubuh, lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul) pada subyek dislipidemia.
3. Mengkaji tekanan darah dalam kaitannya dengan dislipidemia.
4. Mengkaji status CRP pada subyek dislipidemia.
5. Menganalisis hubungan antara status gizi dan CRP pada subyek
dislipidemia.
6. Menganalisis hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek
dislipidemia.

Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara status gizi lebih dan CRP pada subyek
dislipidemia.
2. Terdapat hubungan antara tekanan darah dan CRP pada subyek
dislipidemia.

METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Desain penelitian adalah cross-sectional, yaitu pengambilan data
dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel
independen maupun variabel dependen. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah
Kota dan Kabupaten Bogor. Wilayah kota meliputi Kelurahan Sempur
(Kecamatan Bogor Tengah) dan wilayah kabupaten meliputi Kelurahan Dramaga,
Keluarahan Cikarawang (Kecamatan Dramaga), Kelurahan Benteng, Kelurahan
Cibanteng, dan Kelurahan Cihedeung Hilir (Kecamatan Ciampea). Penelitian ini
menggunakan sebagian data baseline penelitian utama yang berjudul “Efficacy
study on plant sterol-enriched palm oil intervention to improve lipid profile and

3
inflammation status in hyperlipidaemic individuals”. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Oktober-Desember 2012.
Jumlah dan Cara Penarikan Subyek
Jumlah subyek dalam penelitian ini sebanyak 81 subyek. Penarikan subyek
dilakukan secara purposif dengan kriteria: pria atau wanita dewasa berusia 20-65
tahun, wanita tidak sedang hamil, dislipidemia (TGA ≥150 mg/dL, kolesterol total
≥200 mg/dL, kolesterol LDL ≥130mg/dL, atau kolesterol HDL 300 mg/dL, menggunakan obat-obatan
penurun kolesterol, menderita penyakit gastrointestinal atau penyakit berat
lainnya yang sama, dan tidak bersedia menjadi subyek.
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder. Data primer
meliputi tekanan darah (tekanan sistolik dan tekanan diastolik). Data sekunder
meliputi karakteristik sosial ekonomi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan,
pendapatan, dan besar keluarga), status gizi (Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar
Pinggang (LP), Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP), dan persentase lemak
tubuh), profil lipid darah (TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol
HDL) dan indikator inflamasi (CRP).
IMT diperoleh melalui berat badan dan tinggi badan. Berat badan diukur
menggunakan timbangan injak (ketelitian 0.1 kg) dan pengukuran tinggi badan
menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm). Lingkar pinggang dan lingkar
pinggul diukur menggunakan meterline (ketelitian 0.1 cm). Persentase lemak
tubuh diukur menggunakan alat Body Fat Monitoring (Ketelitian 4.1% dengan
kisaran 4.0-50.0%). Data tekanan darah subyek diperoleh dengan menggunakan
alat automatic blood pressure monitor (ketelitian ±3 mmHg dengan kisaran 0-299
mmHg).
Darah diambil dari pembuluh darah vena pada lipatan siku lengan
sebanyak 5 mL. Pengambilan darah dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.0008.00 WIB pada subyek yang telah puasa minimal 8 jam sebelumnya. Batas
maksimal pengambilan darah hingga analisis serum darah adalah 2 jam. Data
profil lipid darah meliputi TGA, kolesterol total, kolesterol HDL, dan kolesterol
LDL. Profil lipid darah dianalisis menggunakan metode spektrofotometri. Kadar
CRP dianalisis menggunakan metode particle enhanced immunoturbidimetric
assay. Analisis profil lipid darah dan CRP dilakukan oleh laboratorium kesehatan
Prodia® Kota Bogor. Secara keseluruhan jenis dan cara pengambilan data dapat
dilihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data penelitian
Jenis Data
Variabel
Cara Pengambilan Data
Karakteristik sosial Jenis kelamin, umur, tingkat Wawancara menggunakan
ekonomi
pendidikan, pendapatan, dan kuesioner
besar keluarga
Status gizi
IMT, LP, RLPP, dan
Timbangan injak,
persentase lemak tubuh
microtoise, meterline, body
fat monitoring
Tekanan darah
Tekanan sistolik dan tekanan Menggunakan alat
diastolik
automatic blood pressure
monitor
Profil lipid darah
TGA, kolesterol total,
Metode spektrofotometri
kolesterol HDL, dan
kolesterol LDL
Indikator inflamasi

CRP

Metode particle enhanced
immunoturbidimetric assay

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning,
pengelompokan data, analisis deskriptif, dan analisis inferensia. Pengolahan dan
analisis data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Minitab® 15.1.20.0. Jenis
kelamin subyek dikelompokkan menjadi pria dan wanita. Usia subyek
dikelompokkan berdasarkan Papalia & Olds (2001). Pendidikan subyek
dikelompokkan menurut sebaran subyek. Pendapatan dikelompokkan berdasarkan
garis kemiskinan BPS (2012). Besar keluarga dikelompokkan berdasarkan
Hurlock (1993). Secara keseluruhan karakteristik sosial ekonomi subyek dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategori karakteristik sosial ekonomi subyek
Variabel
Kelompok
Sumber
Acuan/Keterangan
Jenis Kelamin
1.Pria
Sebaran subyek
2.Wanita
Usia
1.Dewasa awal (20-40 tahun)
Papalia & Olds
2.Dewasa madya (41-65 tahun)
(2001)
3.Dewasa lanjut (>65 tahun)
Pendidikan
1.Pendidikan dasar (SD)
Sebaran subyek
2.Pendidikan menengah (SMP & SMA)
3.Pendidikan tinggi (perguruan tinggi)
Pendapatan
1.Keluarga miskin (Rp242 104)
Besar keluarga
1.Keluarga kecil (≤4 orang)
Hurlock (1993)
2.Keluarga sedang (5-7 orang)
3.Keluarga besar (≥8 orang)

5
IMT dihitung dengan menggunakan rumus: berat badan (kg)/tinggi
badan (m2), kemudian IMT dikelompokkan menjadi kurus (90 cm berisiko komplikasi metabolik untuk pria
dan >80 cm berisiko komplikasi metabolik untuk wanita (Grundy et al. 2005).
RLPP dihitung menggunakan rumus: lingkar pinggang (cm)/lingkar pinggul
(cm), kemudian dikelompokkan berdasarkan WHO (2008) yaitu RLPP ≥0.90
berisiko komplikasi metabolik bagi pria dan RLPP ≥0.85 berisiko komplikasi
metabolik bagi wanita.
Tekanan darah dikelompokkan berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik
berdasarkan Joint National Committee VII (JNC VII) (2004) yaitu normal
(10.0 mg/L merupakan
superimposed infeksi yang seharusnya dieksklusi (Wallach 2007).
Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia. Analisis
secara deskriptif (rata-rata, persentase, dan standar deviasi) digunakan untuk
menganalisis karakteristik sosial ekonomi subyek, status gizi (IMT, LP, RLPP,
dan persentase lemak tubuh), tekanan darah, dan kadar CRP. Analisis inferensia
yang digunakan adalah uji regresi linier berganda untuk menguji hubungan status
gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah terhadap
kadar CRP.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sosial Ekonomi Subyek
Karakteristik sosial ekonomi subyek meliputi jenis kelamin, umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagian
besar subyek adalah wanita yaitu sebanyak 75.3% dan 24.7% adalah pria. Ratarata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek berada pada kategori
dewasa madya yaitu 41-65 tahun (77.8%). Subyek yang termasuk kategori dewasa
awal sebesar 19.7% dan subyek yang termasuk kategori dewasa lanjut hanya
2.5%.
Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan individu.
Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang semakin baik dapat mempengaruhi
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan
gizi dan mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo 1989). Pada umumnya
subyek memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Subyek yang tidak
bersekolah sebesar 1.2% dan subyek yang menempuh tingkat pendidikan dasar
sebesar 59.3%, sedangkan subyek yang menempuh tingkat pendidikan menengah
dan pendidikan tinggi berturut-turut hanya 33.3% dan 6.2%.

6
Pendapatan keluarga mempunyai peranan penting dalam memberikan efek
terhadap tarif hidup masyarakat. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan
dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi
masyarakat (Sayogyo 1994). Sebagian besar subyek termasuk kategori keluarga
tidak miskin (61.7%). Persentase subyek yang termasuk keluarga miskin cukup
tinggi yaitu sebesar 38.3%. Rata-rata pendapatan subyek adalah Rp393 919±312
042/kapita/bulan dan termasuk kategori keluarga tidak miskin (>Rp242 104
/kapita/bulan).
Besar keluarga menurut BKKBN (1997) adalah keseluruhan jumlah
anggota keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya
yang tinggal bersama. Ukuran besarnya keluarga berkaitan dengan kejadian
masalah gizi dan kesehatan. Sebagian besar subyek termasuk dalam kategori
keluarga kecil yaitu sebesar 50.6% dan kategori keluarga sedang yaitu sebesar
43.2%. Subyek yang termasuk dalam kategori keluarga besar hanya 6.2%. Ratarata anggota keluarga subyek adalah 5±3 orang.
Tabel 3 Karakteristik sosial ekonomi subyek
Jumlah (n)

Sosial-Ekonomi
Jenis kelamin
-Laki-laki
-Perempuan
Total
Umur
-Dewasa awal (20-40 tahun)
-Dewasa madya (41-65 tahun)
-Dewasa lanjut (≥65 tahun)
Total
Rata-rata±std (tahun)
Tingkat pendidikan
-Tidak bersekolah
-Pendidikan dasar (SD)
-Pendidikan menengah (SMP-SMA)
-Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi)
Total
Pendapatan (Rp/Kapita/Bulan)
-Keluarga miskin (≤Rp242 104)
-Keluarga tidak miskin (>Rp242 104)
Total
Rata-rata±std (Rp/Kapita/Bulan)
Besar keluarga
-Keluarga kecil (≤4 orang)
-Keluarga sedang (5-7 orang)
-Keluarga besar (≥8 orang)
Total
Rata-rata±std

Persentase (%)

20
61
81

24.7
75.3
100.0

16
63
2
81
48±9

19.7
77.8
2.5
100.0

1
48
27
5
81

1.2
59.3
33.3
6.2
100.0

31
50
81
393 919±312 042

38.3
61.7
100.0

41
35
5
81
5±3

50.6
43.2
6.2
100.0

7
Profil Lipid Darah Subyek
Dislipidemia merupakan suatu kondisi ketidaknormalan profil lipid yang
dicirikan dengan meningkatnya kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, atau
rendahnya kolesterol HDL (Osuji et al. 2010). Gangguan pada profil lipid darah
berperan dalam proses terjadinya aterosklerosis yang ditunjukkan oleh studi
Berenson et al. (1998). Mekanisme terjadinya aterosklerosis meliputi proses
oksidasi, pemicuan molekul inflamasi, dan pembentukan plak (Berliner et al.
1995).
Rata-rata kadar profil lipid darah subyek ditampilkan pada Tabel 3. Secara
total, rata-rata kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol HDL tidak normal. Hal
ini sesuai dengan penelitian oleh Blackburn et al. (2001) bahwa subyek dalam
penelitiannya memiliki kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL tinggi,
sebaliknya kadar kolesterol HDL normal.
Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata lipid darah yang abnormal pada pria
adalah kadar TGA dan kolesterol HDL. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
obesitas, aktivitas fisik yang rendah, seringnya konsumsi makanan tinggi gula dan
lemak seperti jeroan (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Pada wanita,
abnormalitas terjadi pada kadar TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Hal ini
mungkin disebabkan oleh faktor obesitas, rendahnya aktivitas fisik, berkurangnya
hormon estrogen (pasca-menopause), seringnya konsumsi makanan tinggi lemak
(Krummel di dalam Mahan & Stump 2008).
Rata-rata profil lipid darah pada pria dan wanita dalam penelitian ini
sedikit berbeda dengan studi Blackburn et al. (2001). Studi oleh Blackburn et al.
(2001) menunjukkan bahwa abnormalitas profil lipid pada pria terjadi pada kadar
TGA, kolesterol total, dan kolesterol LDL. Pada wanita, profil lipid darah yang
tidak normal adalah kadar kolesterol total dan kolesterol LDL.
Tabel 4 Rata-rata kadar TGA, kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol
HDL pada subyek
Fraksi Lipid Darah
Jenis Kelamin
Total
(mg/dL)
Pria
Wanita
TGA
191±93
151±69
161±77
Kolesterol Total
194±30
230±28
221±32
Kolesterol LDL
124±30
153±27
146±30
Kolesterol HDL
37±6
49±8
46±9
Gambar 1 menunjukkan persentase subyek yang mengalami
hipertrigliserida, hiperkolesterolemia, kolesterol LDL tinggi, dan kolesterol HDL
rendah. Secara total, sebagian besar subyek dislipidemia mengalami
hiperkolesterolemia (75.3%) dan kolesterol LDL tinggi (72.8%). Berdasarkan
jenis kelamin, pria lebih banyak yang mengalami hipertrigliserida (65.0%) dan
kolesterol HDL rendah (75.0%). Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor
konsumsi tinggi gula dan lemak jenuh (Krummel di dalam Mahan & Stump
2008). Menurut Depkes (2008), persentase pria yang sering mengkonsumsi
makanan manis dan jeroan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yakni 67.2%
berbanding 63.3% dan 2.1% berbanding 1.9%.

8
Sebaliknya wanita lebih banyak yang mengalami hiperkolesterolemia
(86.9%) dan kolesterol LDL tinggi (83.6%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
obesitas, aktivitas fisik yang rendah, rendahnya asupan serat, dan tingginya
konsumsi makanan tinggi lemak (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008).
Sebagian besar wanita dalam penelitian ini cenderung mengalami obesitas
dibanding pria. Menurut Depkes (2008), persentase wanita yang memiliki
aktivitas rendah, konsumsi buah dan sayur kurang dari minimal 5 porsi per
minggu, dan sering mengkonsumsi makanan berlemak lebih tinggi dibandingkan
dengan pria yakni 54.5% berbanding 41.4%, 93.7% berbanding 93.5%, dan 12.9%
berbanding 12.8%.

Gambar 1 Sebaran subyek berdasarkan abnormalitas profil lipid darah
Status Gizi
Status gizi subyek dalam penelitian ini diukur secara antropometri.
Menurut Jelliffe (1996) di dalam Gibson (2005), antropometri gizi adalah
pengukuran berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh pada tingkat usia dan
status gizi yang berbeda-beda. Pengukuran status gizi melalui pengukuran
antropometri digunakan secara luas pada tingkat individu maupun populasi.
Kelebihan utamanya adalah pengukuran antropometri dapat dikaitkan dengan
paparan sebelumnya, proses saat ini, dan kejadian yang akan datang (WHO 1995).
Pengukuran antropometri terdiri atas dua jenis. Kelompok antropometri
pertama digunakan untuk mengukur ukuran tubuh, sedangkan yang lain mengukur
komposisi tubuh. Dalam penelitian ini, antropometri ukuran tubuh meliputi IMT
dan antropometri komposisi tubuh meliputi LP, RLPP, dan persentase lemak
tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT mengindikasikan berat tubuh terhadap tinggi tubuh seseorang. IMT
digunakan sebagai suatu ukuran untuk menentukan status kegemukan dan

9
obesitas. Kelebihan pengukuran IMT adalah mudah, cepat dan tidak bersifat
invasif (Gibson 2005). Sebaran subyek berdasarkan IMT ditampilkan pada
Gambar 2. Rata-rata subyek secara total termasuk kategori obesitas tingkat I yang
ditandai dengan rata-rata IMT sebesar 27.7±4.7 kg/m2.
Sebagian besar subyek memiliki IMT di atas batas normal yakni sekitar
83.9% (overweight, obesitas I, dan obesitas II). Subyek yang mengalami obesitas
cukup tinggi yaitu mencapai 69.1%. Persentase wanita yang mengalami
kegemukan (overweight dan obesitas) (85.3%) lebih tinggi dibandingkan dengan
pria (80.0%). Hal ini dapat disebabkan oleh faktor rendahnya aktivitas fisik dan
kurangnya konsumsi serat yang sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan
pria (Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Persentase wanita yang memiliki
aktivitas fisik rendah dan kurang konsumsi buah dan sayur lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita (Depkes 2008). Rata-rata IMT wanita (28.2±4.9
kg/m2) lebih besar dibandingkan dengan pria (25.9±3.5 kg/m2).
Rata-rata IMT subyek secara total dan pada wanita dalam penelitian ini
lebih tinggi daripada rata-rata IMT secara total dan wanita pada penelitian
Blackburn et al. (2001) pada subyek dislipidemia, sedangkan rata-rata IMT pria
dalam penelitian ini lebih rendah. Rata-rata IMT pada studi Blackburn et al.
(2001) yakni secara total 26.2±4.0 kg/m2, wanita 26.2±4.9 kg/m2, dan pria
26.3±3.4 kg/m2. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi oleh Nahar et al. (2012)
di India menunjukkan tingginya prevalensi obesitas menurut IMT pada subyek
dislipidemia dan prevalensi obesitas menurut IMT lebih tinggi pada wanita
daripada pria. Tingginya rata-rata IMT dan persentase subyek yang mengalami
kegemukan dapat dijelaskan bahwa secara tidak sengaja kondisi dislipidemia
banyak ditemukan pada subyek yang gemuk saat penarikan subyek.

Gambar 2 Sebaran subyek berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Lingkar Pinggang (LP)
LP merupakan indikator yang mengukur jaringan lemak khususnya pada
bagian abdominal. LP lebih banyak digunakan dan memberikan hasil pengukuran
yang lebih baik daripada RLPP dalam menentukan distribusi penumpukan

10
jaringan lemak abdominal. LP berhubungan lebih kuat terhadap gangguan
metabolik yang bersifat aterogenik daripada RLPP dan berdasarkan jenis kelamin
pria cenderung memiliki LP yang lebih besar dibandingkan dengan wanita
(Gibson 2005).
Sebaran subyek berdasarkan LP dapat dilihat pada Gambar 3. Rata-rata LP
pada subyek secara total adalah 93.8±9.3 cm dan berisiko mengalami komplikasi
metabolik. Sebagian besar subyek berisiko komplikasi metabolik yakni sebesar
87.7%. Rata-rata LP wanita (94.4±9.1 cm) lebih besar dibandingkan dengan pria
(91.8±10.0 cm) dan persentase wanita yang memiliki LP berisiko komplikasi
metabolik (95.1%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (65.0%). Menurut Gee
et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita cenderung memiliki pola
penumpukan jaringan lemak pada abdominal seperti halnya dengan pria, pada saat
wanita pasca-menopause. Sebagian besar subyek dalam penelitian ini berada pada
kategori dewasa madya (40-65 tahun), dimana wanita dalam rentang usia tersebut
cenderung telah mengalami menopause.

Gambar 3 Sebaran subyek berdasarkan lingkar pinggang
Studi oleh Nahar et al. (2012) di India menunjukkan hasil yang berbeda
yakni pada subyek dislipidemia, persentase subyek berisiko komplikasi metabolik
antara pria dan wanita hampir sama besar yakni pria sebesar 13.0% dan wanita
sebesar 13.6%. Persentase subyek yang mengalami obesitas sentral berdasarkan
total, jenis kelamin, dan usia subyek dalam penelitian ini lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil menurut Depkes (2008). Persentase penduduk yang
mengalami obesitas sentral secara nasional sebesar 18.8% dan pada wilayah Jawa
Barat sebesar 23.1%. Penduduk pria yang mengalami obesitas sentral sebesar
7.7% dan wanita sebesar 29.0%. Rata-rata usia subyek dalam penelitian ini adalah
48±9 tahun, persentase obesitas sentral pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar
26.1% (Depkes 2008). Individu yang mengalami dislipidemia cenderung terjadi
pada individu yang mengalami obesitas sentral (Gower et al. 2006).

11
Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP)
RLPP merupakan metode sederhana untuk membedakan penumpukan
jaringan lemak pada tubuh bagian bawah (pinggul dan pantat) dan jaringan lemak
pada bagian tubuh atas (pinggang dan abdominal). RLPP yang tinggi berkaitan
dengan peningkatan risiko penyakit terkait obesitas dan sindrom metabolik,
terutama pada penumpukan jaringan lemak viseral (Gibson 2005).
Sebaran subyek berdasarkan RLPP ditampilkan pada Gambar 4. Rata-rata
RLPP pada subyek secara total adalah 0.92±0.08 dan berisiko mengalami
komplikasi metabolik. Sebagian besar subyek memiliki RLPP di atas batas normal
yakni 90.1% subyek. Pria dan wanita memiliki rata-rata RLPP sama besar
(0.92±0.11 dan 0.92±0.06). Persentase pria dan wanita yang berisiko komplikasi
metabolik hampir sama besar, yakni sebesar 90.0% pria dan 90.2% wanita.

Gambar 4 Sebaran subyek berdasarkan rasio lingkar pinggang pinggul
Rata-rata RLPP subyek dalam penelitian ini secara total dan pada pria
lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata RLPP total dan pria pada studi
Blackburn et al. (2001). Akan tetapi, rata-rata RLPP wanita dalam penelitian ini
lebih tinggi daripada rata-rata RLPP wanita dalam studi Blackburn et al. (2001).
Rata-rata RLPP berdasarkan hasil studi Blackburn et al. (2001) adalah total
0.94±0.11, pria 0.96±0.08, dan wanita 0.90±0.15. Persentase subyek dengan
RLPP tinggi dalam penelitian ini lebih tinggi daripada persentase subyek pada
studi Lin et al. (2010) yakni 42.1%.
Persentase Lemak Tubuh
Pengukuran persentase lemak tubuh digunakan untuk membedakan antara
massa lemak tubuh dan massa bukan lemak tubuh. Faktor seperti umur, jenis
kelamin, bentuk tubuh, keturunan dan kehamilan dapat mempengaruhi persentase
lemak tubuh. Pria cenderung memiliki persentase lemak tubuh lebih rendah
dibandingkan dengan wanita (Medeiros & Wildman 2012).

12
Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh dapat dilihat pada
Gambar 5. Masing-masing jenis kelamin dan rentang usia memiliki batas
presentase lemak tubuh yang berbeda-beda (Gallagher et al. 2000). Rata-rata
persentase lemak tubuh subyek secara total adalah 33.5±5.8%. Sebagian besar
subyek memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal, yakni sekitar 58.0%
(kategori tinggi dan sangat tinggi). Rata-rata persentase lemak tubuh wanita
(35.3±5.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (28.1±4.0%). Persentase pria
yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal (90.0%) lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita (47.5%). Jika dibandingkan dengan IMT, LP, dan
RLPP yang cenderung lebih tinggi pada wanita, hal ini dapat diduga adanya
distribusi lemak yang tinggi juga pada bagian tubuh lainnya pada pria sehingga
berdasarkan batas persentase lemak tubuh oleh Gallagher et al. (2000), persentase
pria yang memiliki persentase lemak tubuh di atas batas normal lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita.
Rata-rata persentase lemak tubuh pria dan wanita alam penelitian ini lebih
tinggi dibandingkan dengan penelitian oleh Zaenudin (2013) di Bogor. Hasil
penelitian oleh Zaenudin (2013) bahwa rata-rata persentase lemak tubuh pria
adalah 26.02±8.30% dan wanita adalah 26.24±8.34 %. Persentase lemak tubuh
terbesar pria dan wanita mencapai 51.9% dan 55.9%, sedangkan persentase lemak
tubuh terkecil pria dan wanita adalah 2.7% dan 6.8% (Zaenudin 2013).

Gambar 5 Sebaran subyek berdasarkan persentase lemak tubuh
Tekanan Darah
Tekanan darah adalah fungsi dari output jantung dikalikan dengan
resistensi perifer (resistensi di dalam pembuluh darah terhadap aliran darah)
(Couch & Krummel di dalam Mahan & Stump 2008). Tekanan darah ≥140/90
mmHg dikelompokkan sebagai hipertensi. Akan tetapi, hipertensi tidak harus
ditandai dengan kenaikan tekanan sistolik dan diastolik secara bersamaan.
Kenaikan pada salah satu tekanan sistolik atau diastolik dapat dikategorikan
hipertensi, contohnya tekanan darah 140/80 mmHg atau 120/90 mmHg.

13
Hipertensi dapat mengakibatkan gagal ginjal kongestif, gagal ginjal, miokardium
infark, stroke, aneurisma jika tidak ditangani (Nelms et al. 2011).
Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah ditampilkan pada Gambar 6.
Rata-rata tekanan darah subyek secara total adalah 141±25/89±13 mmHg dan
termasuk kategori hipertensi I. Sebagian besar subyek mengalami tekanan darah
tinggi yakni sekitar 67.9% (hipertensi I dan hipertensi II). Rata-rata tekanan darah
pria dan wanita hanya berbeda sedikit (142±26/86±14 mmHg dan 141±25/89±13
mmHg). Tekanan darah tinggi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
yakni pria sekitar 70.0% dan wanita sekitar 67.2%. Hal tersebut dapat diduga
karena adanya peran hormon estrogen pada wanita yang bersifat protektif
terhadap vaskular, dimana mungkin wanita dalam penelitian ini tidak semuanya
mengalami menopause. Faktor konsumsi makanan tinggi lemak seperti jeroan
juga dapat menyebabkan pria lebih banyak yang hipertensi, dimana persentase
pria yang sering mengkonsumsi jeroan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
(Depkes 2008).
Persentase subyek yang mengalami hipertensi dalam penelitian ini lebih
tinggi dibandingkan dengan persentase hipertensi dalam studi Blackburn et al.
(2001), yakni secara total hipertensi sebesar 23.0%, pada pria 23.3% dan pada
wanita sebesar 22.6%. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata tekanan darah sistolik
dan diastolik pada subyek studi Blackburn et al. (2001) yang lebih rendah
dibandingkan dalam penelitian ini yakni rata-rata tekanan darah secara total
131±16/80±9 mmHg, pada pria 132±16/81±9 mmHg, dan pada wanita
128±16/78±9 mmHg. Menurut Depkes (2008), sebesar 29.4% penduduk Jawa
Barat (tidak terbatas pada kondisi dislipidemia) mengalami tekanan darah tinggi.
Kondisi obesitas terutama obesitas sentral dapat mengakibatkan hipertensi (Gower
et al. 2006).

Gambar 6 Sebaran subyek berdasarkan tekanan darah

14
Kadar C-Reactive Protein (CRP) Darah
C-reactive protein (CRP) merupakan protein fase akut utama dalam tubuh
manusia yang sensitif terhadap inflamasi sistemik tubuh (Lin et al. 2010). CRP
merespon berbagai bentuk inflamasi, infeksi, dan kerusakan jaringan di dalam
tubuh. Protein tersebut diproduksi oleh sel hepatosit dan dipengaruhi oleh
sirkulasi sitokin (Pepys & Hirchfield 2003). Setiap individu memproduksi CRP,
tetapi jumlahnya berbeda, bergantung pada berbagai factor, misalnya genetik dan
kebiasaan gaya hidup. Berbagai studi menunjukkan bahwa peningkatan kadar
CRP dapat memprediksikan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, kematian
jantung tiba-tiba, dan penyakit arteri perifer. Menurut Ridker (2003), rata-rata
individu yang merokok, mengalami kelebihan berat badan, dan jarang berolahraga
cenderung memiliki kadar CRP yang lebih tinggi.
Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah dapat dilihat pada Gambar
7. Nilai median kadar CRP darah subyek secara total adalah 1.6 mg/L dengan
kisaran 0.1-9.3 mg/L. Subyek yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular
mencapai 28.4%. Nilai median kadar CRP darah pria (1.0 mg/L) dengan kisaran
0.1-9.3 mg/L dan nilai median kadar CRP darah wanita (2.1 mg/L) dengan kisaran
0.2-9.3 mg/L. Persentase wanita yang berisiko tinggi penyakit kardiovaskular
(37.7%) lebih tinggi dibandingkan dengan pria (25.0%).

Gambar 7 Sebaran subyek berdasarkan kadar CRP darah
Persentase Status Gizi Lebih, Hipertensi, dan Kadar CRP Berisiko Penyakit
Kardiovaskular
Gambar 8 menunjukkan persentase status gizi lebih, hipertensi, dan kadar
CRP berisiko penyakit kardiovaskular pada subyek dalam penelitian ini. Secara
umum, subyek dislipidemia cenderung mengalami kegemukan, hipertensi, dan
berisiko penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan tingginya persentase status
gizi lebih menurut IMT (overweight dan obesitas), LP di atas batas normal, RLPP
di atas batas normal, persentase lemak tubuh di atas batas normal, tekanan darah

15
tinggi, dan kadar CRP di atas batas normal (risiko sedang dan tinggi penyakit
kardiovaskular).
Wanita dalam penelitian ini lebih cenderung memiliki status gizi lebih
(kecuali persentase lemak tubuh), hipertensi, dan kadar CRP berisiko penyakit
kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini ditandai
dengan persentase wanita yang dominan daripada pria pada status gizi lebih
menurut IMT, LP, RLPP, hipertensi, dan kadar CRP yang berisiko penyakit
kardiovaskular. Data pada Gambar 8 juga menunjukkan bahwa tidak hanya pria
yang mengalami obesitas abdominal, akan tetapi wanita dalam penelitian ini juga
obesitas abdominal. Menurut Gee et al. di dalam Mahan & Stump (2008), wanita
dapat memiliki kecenderungan mengalami penumpukan jaringan lemak pada
bagian abdominal seperti halnya dengan pria, terutama wanita yang telah
menopause.

Gambar 8 Persentase subyek dengan status gizi lebih, hipertensi, dan kadar CRP
berisiko penyakit kardiovaskular
Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah terhadap Kadar CRP Darah
Uji hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan uji regresi
linier berganda (multiple linier regression) untuk menguji hubungan beberapa
variabel bebas (X) terhadap satu variabel tetap (Y). Variabel bebas meliputi status
gizi (IMT, LP, RLPP, dan persentase lemak tubuh) dan tekanan darah (tekanan
sistolik dan tekanan diastolik), serta variabel tetap adalah kadar CRP darah. Uji
regresi ini menggunakan transformasi data dengan pembobotan (1/residual2) agar
uji asumsi normalitas, autokolerasi, dan homogenitas ragam terpenuhi. Dalam
analisis, variabel IMT dikeluarkan karena terdapat multikolinieritas dengan
variabel LP dan persentase lemak tubuh.
Hasil uji linier berganda (multiple linier regression) menunjukkan bahwa
IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan diastolik berhubungan positif
nyata terhadap kadar CRP darah subyek (P 0.05).
Hubungan signifikan antara status gizi berdasarkan indikator IMT, RLPP,
dan persentase lemak tubuh dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa studi
lainnya. Studi oleh Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa IMT
berhubungan signifikan terhadap kadar CRP. Studi lain juga menunjukkan hal
demikian, IMT dan RLPP berhubungan signifikan terhadap kadar CRP darah.
(Hak et al. 1999; Festa et al. 2000; Frohlich et al. 2000). Lin et al. (2010)
menyatakan bahwa persentase lemak tubuh merupakan indikator paling baik
dalam menentukan status inflamasi (CRP) terutama pada pria. LP tidak
berhubungan nyata dengan kadar CRP darah dalam penelitian ini sesuai dengan
hasil studi Lin et al. (2010) bahwa LP bukan indikator yang baik untuk
mengindikasikan kenaikan CRP dalam tubuh pada individu yang mengalami
kegemukan.
Rata-rata 25% sirkulasi IL-6 diproduksi oleh jaringan adiposa subkutan
secara in vivo (Mohamed et al. 1998) dan IL-6 merangsang produksi protein fase
akut pada hati (Banks et al. 1995; Papanicolaou et al. 1998) sehingga memicu
proses inflamasi. Akan tetapi, menurut Fried et al. (1998) jaringan adiposa viseral
abdominal lebih banyak menghasilkan IL-6 dibandingkan dengan jaringan
adiposa subkutan. Studi IDEA menunjukkan efek negatif yang diakibatkan
kelebihan lemak dengan meningkatnya jaringan lemak viseral (Fox et al. 2009).
Lemak abdominal atau viseral secara signifikan meningkatkan indikator-indikator
inflamasi (Calabro & Yeh 2007). Oleh karena itu, risiko inflamasi sistemik lebih
tinggi pada individu yang mengalami obesitas abdominal yaitu pada pria.
Kukslinka et al. (2009) menunjukkan bahwa pada individu yang
mengalami hipertensi arterial cenderung mengalami kenaikan kadar CRP. Data
eksperimental dan hasil studi cross-sectional pada manusia menunjukkan adanya
keterkaitan antara CRP dan indikator pengerasan pembuluh arteri sehingga diduga
adanya hubungan spesifik antara kadar CRP dan tekanan darah sistolik (Virdis et
al. 2007). Akan tetapi, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara tekanan darah sistolik dan CRP. Hal ini diduga karena adanya
faktor metode pengukuran tekanan darah pada subyek yang hanya dilakukan satu
kali saja. Menurut Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan darah seseorang
untuk mengetahui adanya kenaikan tekanan darah perlu diukur rata-rata tekanan
darah sistolik dan diastolik dari beberapa kali pengukuran yang terbagi atas waktu
siang dan malam hari. Misalnya cara pengukuran tekanan darah oleh Kukslinka et
al. (2009) yang menggunakan acuan Mancia et al. (2007), pengukuran tekanan
darah dilakukan pada waktu siang jam 06.00 a.m.-10.00 p.m. dengan selang 10
menit dan pada waktu malam jam 10.30 p.m.-05.40 a.m. dengan selang waktu 20
menit.
Studi Blackburn et al. (2001) menunjukkan bahwa pada subyek
dislipidemia, tekanan darah diastolik berhubungan positif nyata terhadap kadar
CRP. Hal ini sesuai dengan hasil analisis yang menunjukkan adanya hubungan
positif nyata terhadap kadar CRP darah subyek. Usia subyek dalam penelitian ini
hampir sama dengan subyek pada studi Blackburn et al. (2001) (51±11 tahun).
Menurut JNC VII (2004) tekanan darah diastolik merupakan indikator risiko
penyakit kardiovaskular paling kuat dibandingkan dengan tekanan sistolik
sebelum usia 50 tahun.

17
Hubungan tekanan darah terhadap CRP dapat dijelaskan melalui
mekanisme yang melibatkan Nitric Oxide (NO). NO merupakan salah satu faktor
relaksasi yang dalam kondisi normal berfungsi untuk mencegah agregasi leukosit
dan platelet dan menghambat proliferasi sel otot halus vaskular secara lokal.
Penurunan ketersediaan NO dapat mempengaruhi kondisi protrombotik dan
inflamasi dengan peningkatan proliferasi sel otot halus vaskular. Oleh karena
kondisi inflamasi menyebabkan disfungsi endotel dan penurunan fungsi endotel
NO sintase (eNOS), maka diduga NO merupakan faktor kunci yang
menghubungkan inflamasi terhadap hipertensi dan sebaliknya (Boos & Lip 2006).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sebanyak 81 subyek terlibat dalam penelitian ini dan sebagian besar adalah
wanita. Rata-rata usia subyek adalah 48±9 tahun. Sebagian besar subyek hanya
menempuh pendidikan dasar dan termasuk keluarga tidak miskin dengan rata-rata
pendapatan Rp393 919±312 042/kapita/bulan. Rata-rata besar keluarga subyek
adalah 5±3 orang.
Sebagian besar subyek dislipidemia cenderung memiliki status gizi lebih
(berdasarkan IMT, LP, RLPP dan persentase lemak tubuh), mengalami hipertensi,
dan berisiko penyakit kardiovaskular. Pada subyek dislipidemia, semakin tinggi
IMT, RLPP, persentase lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik maka kadar
CRP darah akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tekanan sistolik maka
kadar CRP darah akan semakin rendah. Akan tetapi, semakin tinggi LP belum
tentu kadar CRP akan semakin tinggi.
Saran
Untuk mengurangi resiko penyakit jantung-kardiovaskular, individu yang
mengalami dislipidemia disarankan untuk tetap menjaga batas IMT, RLPP,
persentase lemak tubuh, dan tekanan darah diastolik dalam batas normal agar
kadar CRP di dalam tubuh tidak meningkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya
edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik melalui
olahraga seimbang dan pembatasan konsumsi makanan tinggi lemak dan garam.
Bagi penelitian selanjutnya yang akan mengambil topik yang sama, verifikasi dari
penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan lebih banyak jenis indikator
status gizi dan indikator status inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan TNF-α.

18

DAFTAR PUSTAKA
Banks RE, Forbes MA, Storr M, et al. 1995. The acute phase response in patients
receiving subcutaneous IL-6. Clin Exp Immunol. 102:217-223.
Berenson GS, Srinivasan SR., Bao W, Newman WP, Tracy RE, Wattigney WA.
1998. Association between multiple cardiovascular risk factors and
atherosclerosis in children and young adults. N Engl J Med. 338:16501656.
Berliner JA, Navab M, Fogelman AM, Frank JS, Demer LL et al. 1995.
Atherosclerosis: Basic Mechanisms. Circulation. 91:2488–2896.
[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1997. Kamus Istilah
Kependudukan Keluarga Berencana Keluarga Sejahtera. Jakarta: BKKBN.
Blackburn R, Giral P, Bruckert E, Andre JM, Gonbert S, Bernard M, Chapman
MJ, Turpin G. 2001. Elevated C-reactive protein constitutes an
independent predictor of advanced carotid plaques in dyslipidemic
subjects. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 21:1962-1968.
Blake GJ, Ridker PM. 2001. High sensitivity C-reactive protein for predicting
cardiovascular disease: an inflammatory hypothesis. Eur Heart J Med.
22(5):349-352.
Boos CJ, Lip GYH. 2006. Is hypertension an inflammatory process?. Current
Pharmaceutical Design. 12:1623-1635.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis
kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan (P1), dan indeks keparahan
kemiskinan (P2) menurut provinsi. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php
?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=1 [4 Februari 2013].
Calabro P, Yeh ET. 2007. Obesity, inflammation, and vascular disease: the role of
the adipose tissue as an endocrine organ. Subcell Biochem. 42:63-91.
Caprnda M, Dukat A, Lietava J, Fodor JG. 2008. High prevalences of mixed
dyslipidemia in healthy Slovak people. Journal of Clinical Lipidology.
2:541.
Couch SC, Krummel DA. Medical nutrition therapy for hypertension. Di dalam:
Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy
12th ed. Missouri: Elsevier. Inc. Hal 865-883.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar
[Riskesdas] 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.
Festa A, D’Agostino R, Howard G, Mykkanen L, Tracy RP, Haffner SM. 2000.
Chronic subclinical inflammation as part of the insulin resistance
syndrome: the Insulin Resistance Atherosclerosis Study (IRAS).
Circulation. 102:42–47.
Fox KAA, Despres JP, Richard AJ, Brette S, Deanfield JE. 2009. Does abdominal
obesity have a similar impact on cardiovascular disease and diabetes? A
study of 91,246 ambulant patients in 27 European countries. Eur Heart J.
30:3055–3063.
Fried SK, Bunklin DA, Greenberg AS. 1998. Omental and subcutaneous adipose
tissues of obese subjects release interleukin-6. J Clin Endocrinol Metab.
83:847-850.

19
Frohlich M, Imhof A, Berg G, Hutchinson WL, Pepys MB, Boeing H, Muche R,
Brenner H, Foenig W. 2000. Association between C-reactive protein and
features of the metabolic syndrome: a population based study. Diabetes
Care. 12:1835–1839.
Gallagher D, Heymsfield SB, Heo M, Jebb SA, Murgatroyd PR, Sakamoto Y.
2000. Healthy percentage body fat ranges: an approach for developing
guidelines based on body mass index. Am J Clin Nutr. 72:694–701.
Gee M, Mahan KL, Stump SE. Weight management. Di dalam: Mahan KL,
Stump SE. 2008. editor. Krause’s Food and Nutrition Therapy 12th ed.
Missouri: Elsevier. Inc. Hal 532-562.
Gibson R. 2005. Principles of Nutrition Assessment Second Edition. New York:
Oxford University.
Gower BA et al. 2006. Changes in intra-abdominal fat in early postmenopause
women: effects of hormone use. Obesity. 14:1046.
Grundy SM, Cleeman JI, Daniels SR, Donato KA, Eckel RH, Franklin BA,
Gordon DJ, Krauss RM, Savage PJ, Smith SC Jr. 2005. American Heart
Association; National Heart and Blood Institute: Diagnosis and
management of the metabolic syndrome: an American heart
Association/National Heart, Lung, and Blood Institute Scientific
Statement. Circulation. 112(17):2735-2752.
Hak AE, Stehouwer CDA, Bots ML, Polderman KS, Schalkwijk CG, Westendorp
ICD, Hofman A, Witteman JCM. 1999. Association of C-reactive protein
with measures of obesity, insulin resistance, and subclinical atherosclerosis
in healthy, middle-aged women. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 19:1986–
1991.
Hurlock EB. 1993. Perkembangan Anak Jilid Dua. M Tjandrasa, M Zarkasih,
penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
[JNC VII] Joint National Committee VII. 2004. Prevention, detection, evaluation,
and treatment of high blood pressure. Rockville (US): National Institute of
Health.
Krummel DA. Medical nutrition therapy for cardiovascular disease. Di dalam:
Mahan KL, Stump SE. 2008. editor. Krau

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pola Makan, Kadar Gula Darah, Kolesterol dan Asam Urat Antara Kelompok Vegetarian dan Non Vegetarian di Perumahan Cemara Asri Kecamatan Percut Sei Tuan Deli Serdang Tahun 2014

8 99 121

Hubungan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin Dan Kadar Trombosit Dengan Nyeri Kepala Primer

7 112 94

Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang Terhadap Tekanan Darah pada Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali

7 84 66

Hubungan Asupan Serat dengan Status Gizi dan Profil Lipid Darah pada Orang Dewasa Dislipidemia

1 9 58

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA Hubungan Status Depresi Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

0 2 16

HUBUNGAN STATUS DEPRESI DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA Hubungan Status Depresi Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.

1 3 8

HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM, KALIUM, MAGNESIUM DAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI Hubungan Asupan Natrium, Kalium, Magnesium Dan Status Gizi Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Kalurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura.

0 1 18

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DENGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DENGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH GERIATRI DI PANTI WREDA SURAKARTA.

0 1 16

PENDAHULUAN HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DENGAN STATUS GIZI DAN TEKANAN DARAH GERIATRI DI PANTI WREDA SURAKARTA.

0 1 6

HUBUNGAN TEKANAN DARAH TERHADAP KADAR SE

0 0 8