Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang Terhadap Tekanan Darah pada Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali

(1)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR LEHER-LINGKAR PINGGANG TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KEPOLISIAN DI

SEKOLAH POLISI NEGARA SAMPALI

OLEH : MARIA MANIK

080100104

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN RASIO LINGKAR LEHER-LINGKAR PINGGANG TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KEPOLISIAN DI

SEKOLAH POLISI NEGARA SAMPALI

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH : MARIA MANIK

080100104

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang Terhadap Tekanan Darah pada Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali

Nama : Maria Manik NIM : 080100104

Pembimbing Penguji I

Tanda Tangan Tanda Tangan

(dr. Dedi Ardinata, M.Kes) (dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC) NIP. 19681227 199802 1 002 NIP. 19510423 197902 1 003

Penguji II

(dr. Lambok Siahaan, MKT) NIP. 19711005 200112 1 001

Medan, 07 Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Salah satu penyakit utama yang banyak menyebabkan kematian pada penduduk di Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dengan persentase sebesar 50%. Salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular ialah hipertensi. Dalam studi Farmingham (2007) disebutkan bahwa hipertensi terjadi 65% pada wanita dan 78% pada pria dan berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Hal ini juga berkaitan dengan Sindrom Metabolik, di mana menurut WHO tahun 1999, Sindrom Metabolik merupakan kelainan metabolik yang meliputi hipertensi, hiperlipidemia, obesitas (umum dan sentral), dan mikroalbuminuria.

Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas seperti pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah.

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu polisi yang berjumlah

80 orang yang bekerja di Sekolah Polisi Negara Sampali. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.

Dari penelitian ini, telah didapatkan nilai rata-rata tekanan darah masing-masing kelompok berdasarkan nilai rasio lingkar leher-pinggangnya. Hasil yang paling tinggi adalah kategori rasio lingkar leher-pinggang yang besar (obesitas sentral), namun memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal. Setelah dianalisis dengan uji korelasi Pearson, diketahui bahwa terdapat hubungan terbalik antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah sistolik (r=-0.525) dan tekanan darah diastolik (r=-0.495).

Kata kunci: Lingkar Leher, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Hipertensi, Obesitas, Sindrom Metabolik.


(5)

ABSTRACT

One of the major diseases that causes of death in the population in Indonesia is a disease of the blood circulatory system (cardiovascular) with the percentage of 50%. One risk factor for cardiovascular disease is hypertension. In the study Farmingham (2007) stated that 65% of hypertension occurs in women and 78% in men and are directly related to weight gain and obesity. It is also associated with Metabolic Syndrome, in which according to the WHO in 1999, Metabolic syndrome is a metabolic abnormalities that includes hypertension, hyperlipidemia, obesity (general and central), and microalbuminuria.

There are various methods of anthropometric measurements of body that can be used as a screening measurement of obesity such a neck circumference and waist circumference. Therefore, the objective of this study was to determinate how relationship between ratio of neck-waist circumference and blood pressure.

This was an analytic study research correlative with the cross sectional design approach. This study used a sample of police, amounting to 80 people who worked at Sampali State Police School. Data collected and then processed by using SPSS program.

The study result showed an average value of blood pressure within each group based on the value of the ratio of neck-waist circumference. The results are the highest category of neck-waist circumference ratio is large (central obesity), but has a normal systolic and diastolic blood pressure. After being analyzed using Pearson correlation test, the study showed that there was an inverse relationship between the ratio of neck-waist circumference against systolic blood pressure (r =- 0.525) and diastolic blood pressure (r =- 0.495).

Keywords: Neck Circumference, Waist Circumference, Blood Pressure, Hypertension, Obesity, Metabolic Syndrome.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang terhadap Tekanan Darah pada Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali” tepat waktu. Penulisan karya tulis ilmiah ini ditujukan sebagai tugas akhir dalam pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengakui adanya kekurangan dalam tulisan ini sehingga karya tulis ilmiah ini tidak mungkin disebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidaksempurnaan tulisan ini tidak lepas dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang baik secara pribadi pada penulis maupun dalam masalah teknis pengerjaan. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis yang kelak dapat memberi manfaat di kemudian hari.

Oleh karena kekurangan pada diri penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, semua tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, St. Drs. Togar Manik, Ak, CPA dan Ida Rostaty br. Tobing, serta kepada abang-abang dan kakak kandung penulis, Marthin Banzai Alwis Manik, SE, Ak, Sarah Margareth br. Manik, S.Sos, dan Sept Hamonangan Manik, SP yang telah memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan studi penulis termasuk penyelesaian karya tulis ilmiah ini, 2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar

A. Siregar, Sp.PD, KGEH, serta Pembantu Dekan III, dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K) yang juga sebagai dosen penasehat akademik penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,


(7)

3. Dosen pembimbing penulis, dr. Dedi Ardinata, M.kes, yang telah meluangkan waktu yang banyak dan memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

4. Dosen penguji penulis, dr.Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC, dan dr. Lambok Siahaan, MKT, yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,

5. Uda Kombes.Pol Marolop Manik, SH, Bou Ruth, dan Inanguda Florence, yang telah membantu penulis dalam penelitian untuk karya tulis ilmiah ini, 6. Teman dekat penulis, Lia, Ribka, Yeyen, Wina, dan Deby, Amd yang

telah menyemangati dan mendoakan penulis,

7. Teman-teman yang satu fakultas dengan penulis, Naomi, Lisa, Anoy, Eva Marini, Yernita, Herman, Bafel, Novita, Solita, Oliv, Sari, dan Nova. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pengerjaan hasil karya tulis ilmiah ini. Penulis juga memohon maaf apabila ada kekurangan dalam pengerjaan hasil karya tulis ilmiah ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, 7 Januari 2012

Penulis, Maria Manik


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .……… i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Sindroma Metabolik ... 4

2.1.1. Definisi Sindroma Metabolik... ... 4

2.1.2. Epidemiologi Sindroma Metabolik ... 4

2.1.3. Etiologi Sindroma Metabolik……… ... 5

2.1.4. Patogenesis Sindroma Metabolik... 5

2.1.5. Manifestasi Klinis Sindroma Metabolik……… 6

2.2. Obesitas sebagai Faktor Risiko Sindroma Metabolik ... 7

2.2.1. Definisi Obesitas... ... 7

2.2.2. Epidemiologi Obesitas ... 7

2.2.3. Etiologi Obesitas………... 7


(9)

2.3. Fisiologi Tekanan Darah... 11

2.4. Hipertensi sebagai Faktor Risiko Sindroma Metabolik………… 12

2.4.1. Definisi Hipertensi………... 12

2.4.2. Etiologi Hipertensi………. 13

2.4.3. Klasifikasi Hipertensi……….. 14

2.4.4. Diagnosis Hipertensi………... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……… 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

3.2.1. Variabel Independen……… 16

3.2.2. Variabel Dependen………... 18

3.3. Hipotesis………. 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1. Populasi Penelitian……….. 20

4.3.2. Sampel Penelitian……….... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 22

4.5.1. Pengolahan Data ... 22

4.5.2. Teknik Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 23

5.1.3. Gambaran Tekanan darah berdasarkan Rasio Lingkar Leher- Lingkar Pinggang (LL-LP)…... 26


(10)

5.1.4. Hasil Analisis Statistik... 28

5.2. Pembahasan ... 28

5.2.1. Tekanan Darah pada Responden ... 28

5.2.2. Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 31

6.1. Kesimpulan ... 31

6.2. Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)………... 9 Tabel 2.2. Nilai Perbandingan Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul.. 10 Tabel 2.3. Nilai Perbandingan Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang…. 11 Tabel 2.4. Classification of Blood Pressure (BP)……… 15 Tabel 5.1. Distribusi Statistik Karakteristik Responden………. 24 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden………... 24 Tabel 5.3. Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan Rasio

Lingkar Leher-Pinggang pada Responden……… 26 Tabel 5.4. Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan Rasio

Lingkar Leher-Pinggang pada Responden……… 27 Tabel 5.5. Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang terhadap

Tekanan Darah pada Responden……...………... 28


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian...……… 16

Gambar 3.2. Pengukuran Lingkar Leher...………... 17

Gambar 3.3. Pengukuran Lingkar Pinggang...………. 17


(13)

DAFTAR SINGKATAN

AACE : American Association of Clinical Endocrinologist BB : Berat Badan

DM : Diabetes Mellitus

EGIR : European Group for The Study of Insulin Resistance IDF : International Diabetes Federation

IMT : Indeks Massa Tubuh HDL : High Density Lipoprotein

JNC : The Joint National Committee on Detection LDL : Low Density Lipoprotein

LL : Lingkar Leher

LL-LP : Lingkar leher-lingkar pinggang LP : Lingkar Pinggang

NCEP-ATP : National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment

Panel

PAI : Plasminogen Activator Inhibitor RS : Rumah Sakit

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SPN : Sekolah Polisi Negara TB : Tinggi Badan

TD : Tekanan Darah

USU : Universitas Sumatera Utara WHO : World Health Organization


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan dan Persetujuan setelah penjelasan (Informed consent)\

Lampiran 4 Surat Komisi Etik Penelitian Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 Surat Bukti Penelitian

Lampiran 7 Hasil Output Analisis Statistik Lampiran 8 Data Induk / Master Data


(15)

ABSTRAK

Salah satu penyakit utama yang banyak menyebabkan kematian pada penduduk di Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dengan persentase sebesar 50%. Salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular ialah hipertensi. Dalam studi Farmingham (2007) disebutkan bahwa hipertensi terjadi 65% pada wanita dan 78% pada pria dan berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Hal ini juga berkaitan dengan Sindrom Metabolik, di mana menurut WHO tahun 1999, Sindrom Metabolik merupakan kelainan metabolik yang meliputi hipertensi, hiperlipidemia, obesitas (umum dan sentral), dan mikroalbuminuria.

Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas seperti pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah.

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu polisi yang berjumlah

80 orang yang bekerja di Sekolah Polisi Negara Sampali. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.

Dari penelitian ini, telah didapatkan nilai rata-rata tekanan darah masing-masing kelompok berdasarkan nilai rasio lingkar leher-pinggangnya. Hasil yang paling tinggi adalah kategori rasio lingkar leher-pinggang yang besar (obesitas sentral), namun memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal. Setelah dianalisis dengan uji korelasi Pearson, diketahui bahwa terdapat hubungan terbalik antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah sistolik (r=-0.525) dan tekanan darah diastolik (r=-0.495).

Kata kunci: Lingkar Leher, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Hipertensi, Obesitas, Sindrom Metabolik.


(16)

ABSTRACT

One of the major diseases that causes of death in the population in Indonesia is a disease of the blood circulatory system (cardiovascular) with the percentage of 50%. One risk factor for cardiovascular disease is hypertension. In the study Farmingham (2007) stated that 65% of hypertension occurs in women and 78% in men and are directly related to weight gain and obesity. It is also associated with Metabolic Syndrome, in which according to the WHO in 1999, Metabolic syndrome is a metabolic abnormalities that includes hypertension, hyperlipidemia, obesity (general and central), and microalbuminuria.

There are various methods of anthropometric measurements of body that can be used as a screening measurement of obesity such a neck circumference and waist circumference. Therefore, the objective of this study was to determinate how relationship between ratio of neck-waist circumference and blood pressure.

This was an analytic study research correlative with the cross sectional design approach. This study used a sample of police, amounting to 80 people who worked at Sampali State Police School. Data collected and then processed by using SPSS program.

The study result showed an average value of blood pressure within each group based on the value of the ratio of neck-waist circumference. The results are the highest category of neck-waist circumference ratio is large (central obesity), but has a normal systolic and diastolic blood pressure. After being analyzed using Pearson correlation test, the study showed that there was an inverse relationship between the ratio of neck-waist circumference against systolic blood pressure (r =- 0.525) and diastolic blood pressure (r =- 0.495).

Keywords: Neck Circumference, Waist Circumference, Blood Pressure, Hypertension, Obesity, Metabolic Syndrome.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lima penyakit utama yang banyak menyebabkan kematian pada penduduk di Indonesia adalah penyakit sistem sirkulasi darah (kardiovaskular) dengan persentase sebesar 50%, penyakit infeksi dengan persentase sebesar 29,5%, kondisi tertentu pada masa perinatal dengan persentase sebesar 12,2%, penyakit sistem pernapasan dengan persentase sebesar 12,2%, dan penyakit sistem pencernaaan dengan persentase sebesar 11,5% (Kemkes RI 2010: 51).

Pada tahun 1995, WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa di dunia, penyakit kardiovaskular merupakan sebab kematian terbesar di negara berkembang. Diperkirakan penyakit kardiovaskular merupakan 50% sebab kematian di negara industri maju dan ¼ kematian di negara berkembang (Boedhi Darmojo 2006:262).

Menurut survei kesehatan rumah tangga, prevalensi penyakit kardiovaskular menduduki urutan ke-10 pada tahun l980 dengan prevalensi sebesar 5,2% dan meningkat menjadi sebesar 6,3% diurutan ke-8 pada tahun 1986 (peningkatan kurang lebih 21,2%). Prevalensi sebagai penyebab kematian juga meningkat. Pada tahun 1980 penyakit kardiovaskular menempati peringkat ke-3 dengan persentase sebesar 9,9%, peringkat ke-2 pada tahun 1986 dengan persentase sebesar 9,7% dan peringkat pertama pada tahun 1990 dengan persentase sebesar 16,5% (Sarwono Waspadji, dkk 2003:41).

Salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular ialah hipertensi. Oleh karena itu, untuk menurunkan angka morbiditas dan angka mortalitas karena penyakit kardiovaskular adalah dengan memperbaiki keadaan hipertensi (M.N. Bustan 1997:31).

Sebuah studi epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien yang hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari (Slamet Suyono, 2001:458).


(18)

Dalam studi Farmingham (2007) disebutkan bahwa hipertensi terjadi 65% pada wanita dan 78% pada pria dan berhubungan langsung dengan peningkatan berat badan dan obesitas. Jean Vague (2006) merupakan ilmuwan pertama yang mengemukakan adanya hubungan erat antara perbedaan morfologi tubuh atau tipe distribusi lemak tubuh dengan gangguan kesehatan yang berkaitan dengan faktor risiko obesitas.

Hal ini juga berkaitan dengan Sindrom Metabolik, di mana menurut WHO tahun 1999, Sindrom Metabolik merupakan kelainan metabolik yang meliputi hipertensi, hiperlipidemia, obesitas (umum dan sentral), dan mikroalbuminuria. Dalam sebuah studi prospektif diungkapkan bahwa obesitas tubuh bagian atas (obesitas abdominal) berhubungan lebih kuat dengan intoleransi glukosa / diabetes melitus, hiperinsulinemia, hipertensi, hipertrigliseridemia, dan gout dibandingkan obesitas tubuh bagian bawah (Boivin et al., 2007; Tchernof A., 2007; Semiardji, 2004; Widjaya et al., 2004).

Terdapat berbagai metode pengukuran antropometri tubuh yang dapat digunakan sebagai skrining obesitas. Metode tersebut antara lain pengukuran indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar panggul, lingkar lengan, lingkar leher, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul. Lingkar pinggang merupakan pengukur distribusi lemak abdominal yang mempunyai hubungan erat dengan indeks massa tubuh (Bell et al., 2001).

Studi Farmingham (2007) memperlihatkan bahwa peningkatan lingkar pinggang merupakan prediktor sindroma metabolik yang lebih baik dibandingkan indeks massa tubuh. Lingkar leher sebagai salah satu indeks distribusi lemak subkutan pada tubuh bagian atas mempunyai hubungan erat dengan faktor risiko kardiovaskular (Sjostrom et al., 2001). Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkar leher sebagai salah satu indeks distribusi lemak tubuh bagian atas mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

Menurut penelitian Yuyun Rindiastuti (2009), di antara lingkar leher dan lingkar pinggang, ada hubungan yang signifikan dalam mempengaruhi tekanan darah. Oleh karena latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk


(19)

melakukan penelitian mengenai hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Bagaimana hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Memberikan informasi tambahan dalam pengukuran antropometri sebagai skrining awal sindroma metabolik yang mudah dan murah.

2. Memberikan informasi tambahan dalam mengidentifikasi individu yang menderita hipertensi.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindroma Metabolik

2.1.1. Definisi Sindroma Metabolik

Sindroma metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik yang berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma, keadaan prototombik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004).

Saat ini berkembang beberapa kriteria definisi dari sindroma metabolik yang pada akhirnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengenali sedini mungkin gejala gangguan metabolik sebelum seseorang jatuh ke dalam beberapa komplikasi yang terjadi (Grundy S.M., 2006).

Beberapa kriteria definisi sindroma metabolik yang sering digunakan antara lain WHO tahun 1998, European Group for The Study of Insulin

Resistance (EGIR) tahun 1999, National Cholesterol Education Program Third Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III) tahun 2001, dan American Association of Clinical Endocrinologist (AACE) tahun 2003 (Tjokroprawiro A., 2005).

2.1.2. Epidemiologi Sindroma Metabolik

Di luar negeri, angka-angka statistik yang didapat dari prevalensi sindroma metabolik cukup mengejutkan. Menurut analisis AusDiab dengan menggunakan kriteria IDF, 29, 1% populasi dewasa di Australia terkena sindroma metabolik (Zimmet et al., 2005).

Terdapat beberapa penelitian mengenai prevalensi sindroma metabolik di Indonesia. Di Semarang 297 penderita DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di poliklinik Endokrinologi RS Dr. Kariadi, 52, 2% pasien memenuhi kriteria WHO dan 73% memenuhi kriteria ATP III. Di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya didapatkan bahwa dari 100 orang, 29% memenuhi kriteria WHO dan 31% memenuhi kriteria ATP III (Tjokroprawiro A., 2005).


(21)

Di Makasar dilaporkan pada sebuah studi yang dilakukan John M.F. Adam pada Oktober 2002 hingga Januari 2003, dari 227 pria berumur 21- 81 tahun, 56,4% memenuhi kriteria ATP III (Adam M.F., 2005).

2.1.3. Etiologi Sindroma Metabolik

Secara garis besar, terdapat kepentingan klinis dari kriteria-kriteria tersebut. Antara lain disebutkan oleh WHO pada tahun 1998 yang menekankan bahwa resistensi insulin merupakan penyebab primer dari sindrom metabolik. Selain itu, WHO juga mengizinkan penggunaan terminologi sindroma metabolik untuk digunakan pada pasien DM tipe 2 yang juga memenuhi kriteria lain (Tjokroprawiro A., 2005; Grundy S.M., 2006).

Pada tahun 1999, EGIR mengajukan revisi dari definisi WHO. EGIR menggunakan terminologi sindroma resistensi insulin (Tjokroprawiro A., 2005). Pada tahun 2001, NCEP ATP III tidak memasukkan resistensi insulin dalam kriteria (Tjokroprawiro A., 2005). Hal ini disebabkan sulitnya melakukan pengukuran dan standardisasi resistensi insulin (Tjokroprawiro A., 2005).

AACE pada tahun 2003 merevisi kriteria ATP III untuk kembali berfokus pada resistensi insulin sebagai penyebab primer dari faktor risiko metabolik. Kriteria mayor lainnya adalah toleransi glukosa terganggu, peningkatan trigliserida, penurunan HDL, peningkatan tekanan darah, dan obesitas (Grundy SM, 2006).

2.1.4. Patogenesis Sindroma Metabolik

Menurut ATP III komponen-komponen sindroma metabolik terdiri dari (Grundy S.M., 2006; Semiardji, 2004; Tjokroprawiro A., 2005) :

a. obesitas abdominal adalah bentuk dari obesitas yang paling kuat berhubungan dengan sindroma metabolik. Hal ini dapat terlihat secara klinis dengan meningkatnya lingkar perut/pinggang.

b. dislipidemia atherogenik bermanifestasi dengan penurunan kadar HDL-C, peningkatan kadar trigliserid, dan small dense LDL.


(22)

c. peningkatan tekanan darah berhubungan dengan obesitas dan biasanya terjadi pada resistensi insulin.

d. resistensi insulin/intoleransi glukosa terjadi pada sebagian populasi dengan sindroma metabolik. Hal ini berhubungan erat dengan komponen sindroma metabolik lainnya, dan berbanding lurus dengan risiko penyakit kardiovaskular. e. keadaan proinflamasi meningkatkan kadar hsCRP sebagai akibat dilepaskannya sitokin proinflamasi merupakan pertanda risiko terjadinya infark myocard.

f. keadaan prototombik memiliki karakteristik peningkatan plasminogen activator

inhibitor (PAI-1), fibrinogen, dan faktor VII.

Peningkatan faktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya akumulasi jaringan adiposa abdominal, terutama jaringan lemak visceral (Tjokroprawiro A., 2005). Salah satu karakteristik obesitas abdominal/lemak visceral adalah terjadinya pembesaran sel-sel lemak, sehingga sel-sel lemak tersebut akan mensekresi produk-produk metabolik, diantaranya sitokin proinflamasi, prokoagulan, peptida inflamasi, dan angiotensinogen (Tjokroprawiro A., 2005).

Produk-produk dari sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung jawab terhadap berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, penyakit jantung, hiperlipidemia, gout, dan hipertensi (Semiardji, 2004; Widjaya

et al., 2004).

2.1.5. Manifestasi Klinis Sindroma metabolik

ATP III menyatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan manifestasi utama sindroma metabolik (Grundy S.M., 2006). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh NHANES yang menyebutkan bahwa sindroma metabolik memiliki hubungan kuat dan konsisten dengan infark miokard/stroke atau infark

miokard dengan stroke (Ninomiya J.K. et al., 2004).

ATP III juga menyebutkan bahwa sindroma metabolik memiliki hubungan dengan beberapa keadaan seperti policystic ovarii, fatty liver, batu empedu kolesterol, asma, sleep apnea, dan beberapa jenis kanker (Pranoto A., 2005).


(23)

2.2. Obesitas sebagai Faktor Risiko Sindroma Metabolik 2.2.1. Definisi Obesitas

Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain faktor makanan, faktor genetik, faktor hormonal atau metabolisme, faktor psikologis dan faktor aktivitas fisik. Dalam setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, penyekat panas dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibanding pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria (Arisman, 2008).

Pada dasarnya obesitas berbeda dengan kelebihan berat badan atau

overweight. Kegemukan dapat juga diartikan penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan sehingga berat badan remaja jauh diatas normal mencapai 20 % dari berat badan ideal, sedangkan kelebihan berat badan (overweight) adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan lemak secara berlebih, hingga berat badannya mencapai 10%-20% dari berat badan ideal. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita (Reilly J.J., 2006)

2.2.2. Epidemiologi Obesitas

Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas (Flegal et

al., 2001). Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di

Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8% pada tahun 1998. Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, dan pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan (Arisman, 2008) 2.2.3. Etiologi Obesitas

Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas (Mahan et al., 2000). Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu, status sosial dan


(24)

ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara drastis pada setiap kelompok status sosial ekonomi (Zhang, 2004).

Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh (Mahan et al., 2000). Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body

obesity) (Vague J., 2006).

Obesitas tubuh bagian atas merupakan penimbunan lemak tubuh di

truncal. Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu truncal subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal

(abdominal), dan retroperitoneal (Tchernof A., 2007). Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai “android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah (Boivin et al., 2007).

Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada wanita (Bergman et al., 2001).

2.2.4. Pengukuran Antropometri sebagai Skrining Obesitas

Obesitas dapat dinilai dengan berbagai cara. Metode yang lazim digunakan saat ini antara lain pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), lingkar pinggang, serta perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul (Caballero B., 2005).


(25)

Sebuah studi menyatakan bahwa pengukuran lingkar leher dapat digunakan sebagai skrining obesitas yang mudah dan murah (Sjostrom et al., 2001). Berikut ini penjelasan masing-masing metode pengukuran antropometri tubuh:

a. IMT

Metode yang sering digunakan adalah dengan cara menghitung IMT, yaitu BB/TB² dimana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter (Caballero B., 2005). Klasifikasi IMT dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Klasifikasi IMT (International Diabetes Federation, 2005) Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas

Underweight < 18.5 kg/m2 Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-masalah klinis lain meningkat Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m2 Rata-rata

Overweight > 25 kg/m2 -

Pre-obese 25.0 – 29.9 kg/m2 Meningkat

Obese I 30.0 - 34.9kg/m2 Sedang

Obese II 35.0 - 39.9 kg/m2 Berbahaya

Obese III > 40.0 kg/m2 Sangat Berbahaya

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT, metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang dan lingkar pinggul. (Grundy S.M., 2004).

Jadi, setelah dilakukan pengukuran keduanya, akan dibuat suatu perbandingan atau rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul seperti tabel berikut :


(26)

Tabel 2.2. Nilai Perbandingan Lingkar Pinggang dan Lingkar Pinggul (Bell et al., 2001)

Pengukuran PRIA WANITA

Normal Besar Normal Besar

Lingkar pinggang 94-102cm > 102cm 80-88cm > 88cm Perbandingan lingkar

pinggang-pinggul

0.9 1.0 0.8 0.9

c. Lingkar Leher

Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk skreening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher sebagai index untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001).

The North Association for The Study of Obesity menyatakan bahwa dari uji

statistik, koefisien korelasi pearson menunjukkan hubungan erat antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki, r=0,83; perempuan, r=0,71; masing-masing, p<0,0001) dan lingkar pinggang (laki-laki, r=0,86; perempuan, r=0,56; masing-masing, p<0,0001).

Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT ≥25 kg/m2, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk wanita adalah cut of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT ≥30 kg/m2).

Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001).

Berikut tabel nilai perbandingan pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang :


(27)

Tabel 2.3. Nilai Perbandingan Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang (Liubov et al., 2001)

Pengukuran PRIA WANITA

Normal Besar Normal Besar

Lingkar leher 38-40cm >40cm 34-37cm >37cm Lingkar pinggang 94-102cm >102cm 80-88cm >88cm Perbandingan lingkar

leher dan lingkar pinggang

0,39 >0,39 0,44 >0,44

2.3. Fisiologi Tekanan Darah

Menurut Dorlan (2000) tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah, kekuatan tersebut mendorong dinding pembuluh arteri (nadi). Tekanan darah dinyatakan dalam dua angka misalnya 120/80 mmHg. Angka 120 disebut dengan tekanan darah atas (sistolik) dan angka 80 disebut dengan tekanan darah bawah (diastolik). Tekanan sistolik menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan ketika jantung sedang berelaksasi.

Menurut Arisman (2008) pada umumnya batas tekanan darah normal atau biasa disebut normotensi adalah 110/70 mmHg untuk wanita dan 120/80 mmHg bagi pria. Tekanan darah akan sedikit naik sesuai dengan pertambahan usia dan berat badan seorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari sesuai dengan situasi. Tekanan darah akan meningkat dalam keadaan gembira, cemas atau pada saat melakukan aktifitas fisik. Setelah situasi ini berlalu tekanan darah akan kembali normal. Namun apabila tekanan darah tetap tinggi, maka inilah yang disebut dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.


(28)

Dalam buku-buku bahasa Inggris digunakan istilah Hypertension yang diambil dari kata latin hyper yang berarti super atau luar biasa dan kata tension yang juga dari bahasa latin tensio berarti tekanan atau tegangan. Istilah lain yang sering digunakan adalah High Blood Pressure yang berarti tekanan darah tinggi.Tekanan darah tinggi terjadi apabila suatu tekanan yang berlebihan menekan dinding pembuluh arteri. Sampai saat ini belum ada keseragaman pengertian mengenai tekanan darah tinggi dan angka pasti yang menjadi patokan seseorang terkena hipertensi (Sherwood, 2001)

2.4. Hipertensi sebagai Faktor Risiko Sindroma Metabolik 2.4. 1. Definisi Hipertensi

Berikut ini ada beberapa definisi hipertensi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Dorlan (2000) hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tingginya tergantung umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu tergantung posisi tubuh, umur dan tingkat stres yang dialami. Baughman (2000) menyebutkan bahwa hipertensi dapat ditetapkan sebagai tekanan darah secara menetap dimana tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Pada populasi lanjut usia hipertensi ditetapkan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Selanjutnya WHO (2008) menjelaskan tekanan darah dianggap tinggi atau disebut hipertensi apabila mempunyai tekanan sistolik sama dengan atau lebih tinggi dari 160 mmHg dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih tinggi dari 95 mmHg. Jika pengobatan tidak dilakukan sedini mungkin hipertensi akan meningkat sedemikian sehingga dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti jantung, otak dan ginjal.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang tingginya tergantung umur individu yang terkena dan dapat disebabkan oleh beberapa faktor serta dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti otak, jantung dan ginjal.


(29)

2.4.2. Etiologi hipertensi

Tonstad (2007) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan oleh diet beradab dan cara hidup yang berbudaya. Menurut David (2004) faktor pemicu hipertensi dibedakan atas:

a. Yang tidak dapat dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, umur.

b. Yang dapat dikontrol, seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi garam dan konsumsi alkohol yang berlebih.

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, antara lain usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, diet dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol.

Menurut Fasli (2008) faktor keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya terhadap timbulnya hipertensi hanya saja belum dapat dipastikan apakah ini disebabkan oleh sepasang gen tunggal atau oleh banyak gen. Bagi yang memiliki faktor resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya pencegahan. Contoh yang paling sederhana adalah rutin memeriksakan darahnya minimal satu bulan sekali disertai dengan menghindari faktor pencetus timbulnya hipertensi.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab penyakit hipertensi antara lain faktor keturunan, berat badan, diet, alkohol, rokok, obat-obatan dan faktor penyakit lain. Gaya hidup juga berpengaruh terhadap kemunculan serangan hipertensi. Kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang dengan kadar kolesterol yang tinggi, rokok dan alkohol, garam, minimnya olah raga dan porsi istirahat sampai stres dapat berpengaruh terhadap kemunculan hipertensi baik bagi seseorang yang belum maupun yang sudah terkena tekanan darah tinggi (Tonstad, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat digolongkan bahwa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain: a) Faktor fisiologis yang meliputi pola makan atau diet, kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti rokok dan


(30)

alkohol, faktor genetik (keturunan), obesitas (kegemukan) dan berbagai macam penyakit, b) Faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan manajemen stres. 2.4.3. Klasifikasi hipertensi

Menurut Kaplan (2006), hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang, atau paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi dua golongan antara lain:

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain: 1) Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi, 2) Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras, 3) Kebiasaan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan tertentu (misalnya

prednisone dan epinefrine).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain: 1) Penyakit parenkim ginjal, 2) Penyakit renovaskuler, 3) Hiperaldeseronisme primer, 4) Sindrom Crusig, 5) Obat kontrasepsi dan 6) Koarktasio aorta. Berikut ini dipaparkan dalam table mengenai klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berdasarkan JNC-VII (The Joint National Committee on


(31)

Tabel 2.4. Classification of Blood Pressure (Kaplan, 2006)

Category SBP mmHg

(Systolic Blood Presurre)

DBP mmHg

(Diastolic Blood Presurre)

Normal <120 and <80

Prehypertension 120–139 or 80–89

Hypertension, Stage 1 140–159 or 90–99

Hypertension, Stage 2 ≥160 or ≥100

2.4.4. Diagnosis hipertensi

Sherwood (2001) menyatakan bahwa tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama lima menit. Misalnya diperoleh angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.

Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi tetapi digunakan juga untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal.

Pemeriksaan untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia muda. Pemeriksaan ini bisanya berupa rongent dan

radioisotope ginjal, rongent dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk

hormon tertentu. Berdasarkan uraian di atas diagnosa hipertensi tidak bisa diberikan hanya dalam satu kali pengukuran. Untuk lebih meyakinkan adanya hipertensi diperlukan pengukuran tekanan darah sebanyak kurang lebih dua sampai tiga kali dengan dokter yang sama.


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan secara singkat dan jelas tentang definisi variabel dan indikator sampai pada tingkat mudah untuk dipahami (secara kualitatif) dan mudah untuk dilakukan pengukuran (secara kuantitatif). Di sini mencakup variabel independen dan variabel dependen.

3.2.1. Variabel Independen : Rasio Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang

a. Definisi operasional : Rasio lingkar leher dan lingkar pinggang adalah perbandingan dari lingkar leher dan lingkar pinggang setelah keduanya telah diukur. Lingkar leher (Neck Circumference) adalah besaran lingkar leher dalam sentimeter (cm). Lingkar pinggang (waist circumference) adalah besar lingkar pinggang dalam sentimeter (cm).

b. Alat ukur : Pita pengukur/ metline : Pita pengukur yang digunakan adalah jenis

plastic tape measuring, dengan ketelitian 1 mm.

c. Cara ukur : 1. Lingkar Leher

Diukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan kepala menghadap lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia laryngeal (adam’s apple), lingkar leher diukur tepat di bawah adam’s apple. Sedangkan pada wanita, lingkar leher diukur pada bagian tengah leher, yaitu di antara spina midcervicalis dan midanterior leher,


(33)

pastikan pita pengukur tidak menekan leher terlalu ketat. Nyatakan lingkar leher dalam cm.

Gambar 3.2. Pengukuran Lingkar Leher 2. Lingkar Pinggang

Diukur dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal. Nyatakan lingkar pinggang dalam cm.

Gambar 3.3. Pengukuran Lingkar Pinggang d. Skala pengukuran : Skala Rasio

3. Rasio Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang

Hasil dari pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang dibuat dalam suatu perbandingan (rasio).


(34)

3.2.2. Variabel Dependen : Tekanan Darah

a. Definisi operasional : Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistolik. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik.

b. Alat ukur :

1. Sphygmomanometer : Spygmomanometer yang dipakai adalah jenis spygmomanometer air raksa merek Riester dengan ketelitian 1 mmHg.

2. Stetoskop : Stetoskop yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop merek Litmann.

c. Cara ukur :

Responden diukur dalam posisi duduk pada lengan kanan setelah duduk tenang minimal 15 menit. Lengan kanan sedikit fleksi, lengan atas setinggi jantung. Lengan baju disingkirkan kemudian pasang manset yang lebarnya dapat melingkari sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak boleh menempel baju. Stetoskop diletakkan di fossa cubiti dengan terlebih dahulu dilakukan palpasi arteri untuk mendapat posisi stetoskop yang tepat.

Pemompaan dilakukan hingga 20-30 mmHg di atas tekanan waktu denyut arteri radialis tidak teraba. Pengempesan dilakukan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap detik. Tekanan sistolik dinyatakan dengan korotkoff I dan tekanan diastolik dengan korotkoff V. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengambil rata-ratanya dengan selisih waktu pengukuran 5 menit.


(35)

Gambar 3.4. Pengukuran Tekanan Darah d. Skala pengukuran : Skala Rasio

3.3. Hipotesis

Hipotesis untuk penelitian ini : Semakin besar rasio lingkar leher-lingkar pinggang, maka semakin rendah tekanan darah.


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik korelatif dengan pendekatan

cross sectional. Didalam survei analitik, dari analisis bivariat dapat diketahui

seberapa jauh perbedaan kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu efek kejadian tertentu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

cross sectional di mana variabel-variabel pengukuran diukur sekaligus pada

waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Polisi Negara Sampali pada bulan Agustus 2011 hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk penelitian ini mengambil faktor biaya yang rendah, progresi yang cepat terhadap pelaksanaan penelitian, dan penghematan tenaga.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Pada penelitian ini, populasinya adalah keseluruhan Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali yang berjumlah sekitar 160 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

a. Sampel yang diteliti : Seluruh anggota kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut :

Kriteria inklusi :


(37)

Kriteria eksklusi :

1. Sedang menderita gangguan anatomi pada bagian leher dan pinggang. 2. Sedang menderita struma/goiter dan ascites.

b. Cara memilih sampel: Sampel akan dipilih dengan menggunakan teknik

non-probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan,

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. c. Besar sampel : Penghitungan minimum besarnya sampel yang dibutuhkan untuk ketepatan dan validitas hasil penelitian adalah dengan menggunakan rumus analitik korelatif (Sastroasmoro, 2010) di bawah ini :

Maka :

Keterangan :

= besar minimum sampel

= nilai batas normal dari tabel z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan peneliti = deviat baku alpha. Untuk = 0,05 maka z = 1,96

= nilai batas normal dari tabel z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan peneliti = deviat baku beta. Untuk = 0,1 maka z = 1,28


(38)

r = nilai korelasi kedua variabel (rasio lingkar leher dan pinggang terhadap tekanan darah) = 0,5

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Setelah responden diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, pengukuran data-data yang diperlukan akan dilaksanakan. Pengukuran rasio lingkar leher dan pinggang dilakukan dengan menggunakan pita ukur/metline dan dicatat hasilnya dalam unit sentimeter (cm). Responden akan diukur tekanan darahnya dengan menggunakan sphygmomanometer dan hasilnya akan dicatat dalam unit mmHg. Pengumpulan data yang sistematik untuk setiap responden yang telah diukur akan dilakukan.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik, yakni teknik pengolahan data dengan menggunakan analisis statistik. Biasanya analisis ini dilakukan untuk pengolahan data kuantitatif. Pengolahan dan analisis data kuantitatif ini dilakukan dengan bantuan komputer. Data perlu diterjemahkan ke dalam bahasa komputer yaitu dengan memberikan kode-kode tertentu sesuai dengan bahasa program yang digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, software SPSS for windows akan digunakan untuk pengolahan data yang telah dikumpulkan.

4.5.2. Teknik Analisis Data

Uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji hipotesis dua arah (two tail) untuk mengetahui kebenaran hipotesis. Penelitian ini menggunakan koefisien korelasi pearson (pearson’s correlation).


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara Sampali, Jl. Bhayangkara No. 303 Medan, Sumatera Utara. Sekolah Polisi Negara Sampali adalah salah satu sekolah polisi terbesar dengan luas sekitar ±2 hektar dan memiliki lapangan hijau untuk pelatihan polisi maupun untuk berolahraga. Sekolah ini memiliki asrama untuk para murid yang baru dan memiliki tempat-tempat ibadah seperti mesjid dan gereja sehingga memungkinkan para murid dan personil polisi untuk menunaikan ibadah di sana juga. Sekolah Polisi Negara Sampali beroperasi dari jam 07.00 s/d 20.00 WIB setiap hari Senin sampai Jumat.

Sekolah Polisi Negara Sampali (SPN) merupakan salah satu sekolah polisi terbesar di Medan yang memiliki jarak kampus USU dengan sekolah sekitar 20 km yang dapat ditempuh jika dengan menggunakan taksi selama sekitar 30 menit. SPN Sampali memiliki personil polisi sekitar 160 orang dan siswa yang sekolah sekitar 200 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah personil polisi di SPN Sampali yang telah bersedia secara sukarela tanpa paksaan menjadi responden. Polisi yang bersetuju menjadi responden adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berjenis kelamin laki-laki dan berumur antara 35-55 tahun. Setelah melakukan consecutive

sampling, didapatkan sebanyak 80 orang responden. Responden yang mengikuti

penelitian ini juga harus bebas dari kriteria-kriteria eksklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian yaitu mempunyai kelainan anatomi pada leher dan pinggangnya serta memiliki struma/goiter.


(40)

Tabel 5.1. Distribusi Statistik Karakteristik Responden Karakteristik Responden Nilai Minimum Nilai Maksimum Mean (Rata-rata) Standar Deviasi

Umur 37.00 55.00 43.8125 4.96339

Lingkar Leher 37.00 48.00 41.2875 2.10601

Lingkar Pinggang 73.00 117.00 94.3625 8.47818

Tekanan Sistolik 80.00 160.00 115.0000 18.21114

Tekanan Diastolik 60.00 100.00 79.9375 9.39613

Rasio LL-LP .38 .51 .4400 .03287

Dari tabel di atas didapati rata-rata hasil pengukuran lingkar leher pada responden adalah sebesar 41 cm dan masih tergolong besar, sedangkan rata-rata hasil pengukuran lingkar pinggang adalah sebesar 94 cm yang juga tergolong besar. Sedangkan pada tekanan sistolik didapati rata-rata hasil pengukuran tekanan darah sistolik adalah di bawah 120 mmHg yaitu tekanan darah yang rendah tetapi masih dalam batas normal, dan rata-rata tekanan diastolik didapati ukuran yang masih dalam batas normal juga yaitu 79 mmHg.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden penelitian

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Usia

35-40 30 37.5

41-45 15 18.75

46-50 27 33.75

51-55 8 10

Lingkar Leher Responden

Kecil 3 3.8

Normal 28 35.0

Besar 49 61.2

Lingkar Pinggang Responden

Kecil 31 38.8

Normal Besar 37 12 46.2 15.0


(41)

Rasio Lingkar Leher-Pinggang

Kecil 3 3.8

Normal Obesitas sentral 21 56 26.3 70.0 Tekanan Darah Sistolik

Rendah Normal 32 25 40.0 31.2

Tinggi 23 28.8

Tekanan Darah Diastolik Rendah Normal Tinggi 48 7 25 60.0 8.8 31.3

Total 80 100.0

Frekuensi usia responden pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah berumur antara 35-40 tahun yaitu sebanyak 30 orang (37.5%), kedua 46-50 tahun yaitu sebanyak 27 orang (33.75%), ketiga 41-45 tahun yaitu sebanyak 15 orang (18.75%) dan terakhir umur 51-55 tahun sebanyak 8 orang (10.0%).

Kemudian setelah dilakukan pengukuran lingkar leher didapati bahwa 49 orang (61.2%) memiliki lingkar leher yang besar tetapi 37 orang (46.2%) memiliki lingkar pinggang yang masih tergolong normal. Setelah itu, dihitung rasio lingkar leher-lingkar pinggang (LL-LP) dari ukuran yang sudah diambil. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 3 orang (3.8%) yang dapat dikategorikan rasio lingkar leher-lingkar pinggang yang kecil, 21 orang (26.3%) dengan rasio LL-LP normal dan 56 orang (70.0%) memiliki kategori obesitas sentralis yaitu 56 orang.

Setelah diukur rasio lingkar leher-lingkar pinggang, diukur tekanan darah (sistolik dan diastolik). Hasil penelitian menunjukkan sekitar 32 orang (40%) yang memiliki tekanan darah sistolik yang rendah, 25 orang (31,2%) normal dan 23 orang (28.8%) rendah sedangkan tekanan darah diastolik yang rendah sekitar 48 orang (60%), normal 7 orang (8.8%) dan tinggi 25 orang (31.3%).


(42)

5.1.3. Gambaran Tekanan darah berdasarkan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang (LL-LP)

Setelah diteliti hasil rasio lingkar leher-lingkar pinggang, maka di lakukan tabulasi silang antara tekanan darah sistolik dan diastolik terhadap rasio lingkar leher-lingkar pinggang sebagai berikut :

Tabel 5.3. Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan Rasio Lingkar Leher-Pinggang pada Responden

TD Sistolik Total

Normal Rendah Tinggi

Rasio LL-LP Besar Count 26 23 7 56

% within Rasio LL-LP

46.4% 41.1% 12.5% 100.0%

% within TDsistole

81.3% 92.0% 30.4% 70.0%

% of Total 32.5% 28.8% 8.8% 70.0%

Normal Count 6 2 16 24

% within Rasio LL-LP

25.0% 8.3% 66.7% 100.0%

% within TDsistole

18.8% 8.0% 69.6% 30.0%

% of Total 7.5% 2.5% 20.0% 30.0%

Total Count 32 25 23 80

% within Rasio LL-LP

40.0% 31.3% 28.8% 100.0%

% within TDsistol

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 40.0% 31.3% 28.8% 100.0% Dari tabulasi silang antara Rasio LL-LP terhadap tekanan darah sistolik, didapati frekuensi yang paling banyak adalah rasio LL-LP yang besar namun memiliki tekanan darah sistolik yang masih normal yaitu sekitar 26 orang (32.5%). Sedangkan frekuensi yang paling sedikit adalah rasio LL-LP yang normal namun memiliki tekanan darah sistolik yang rendah.

Total dari kelompok yang memiliki rasio LL-LP yang besar dan tekanan darah sistolik yang tinggi hanya berjumlah 7 orang (8.8%).


(43)

Tabel 5.4. Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan Rasio Lingkar Leher-Pinggang pada Responden

TD Diastolik Total

Normal Rendah Tinggi

Rasio LL-LP Besar Count 40 6 10 56

% within Rasio LL-LP

71.4% 10.7% 17.9% 100.0%

% within TDdiaskel

83.3% 85.7% 40.0% 70.0%

% of Total 50.0% 7.5% 12.5% 70.0%

Normal Count 8 1 15 24

% within Rasio LL-LP

33.3% 4.2% 62.5% 100.0%

% within TDdiastolik

16.7% 14.3% 60.0% 30.0%

% of Total 10.0% 1.3% 18.8% 30.0%

Total Count 48 7 25 80

% within RasioLL-LP

60.0% 8.8% 31.3% 100.0%

% within TDdiastolik

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 60.0% 8.8% 31.3% 100.0% Dari tabulasi silang antara Rasio LL-LP terhadap tekanan darah diastolik, didapati frekuensi yang paling banyak adalah rasio LL-LP yang besar namun memiliki tekanan darah diastolik yang masih normal yaitu sekitar 40 orang (50.0%). Sedangkan frekuensi yang paling sedikit adalah rasio LL-LP yang normal namun memiliki tekanan darah diastolik yang rendah yaitu sekitar 1 orang (1.3%). Total dari kelompok yang memiliki rasio LL-LP yang besar dan tekanan darah diastolik yang tinggi hanya berjumlah 10 orang (12.5%).

Setelah melakukan tabulasi silang antara kedua kelompok tekanan darah (sistolik dan diastolik), telah didapatkan nilai rata-rata tekanan darah masing-masing kelompok berdasarkan masing-masing-masing-masing nilai rasio lingkar leher-pinggang. Hasil yang paling tinggi adalah kategori rasio lingkar leher-pinggang yang besar (obesitas sentral), namun memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik yang normal.


(44)

5.1.4. Hasil Analisis Statistik

Setelah dilakukan uji normalitas, didapati bahwa data berdistribusi normal. Karena distribusi data normal maka dilanjutkan dengan uji korelasi dengan menggunakan uji korelasi pearson untuk mendapatkan koefisien korelasi antara kedua variabel tersebut. Dengan menggunakan uji korelasi pearson, didapatkan signifikansi hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah (sistolik dan diastolik) yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.5. Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang terhadap Tekanan Darah pada Responden

Rasio

LL-LP

Tekanan Sistolik

Tekanan Diastolik Rasio

LL-LP

Pearson Correlation

1 -.525** -.495**

Sig. (2-tailed)

.000 .000

N 80 80 80

**.Korelasi adalah signifikan pada level 0.01 (2-tailed).

Dari hasil output, didapatkan nilai koefisien korelasi pearson antara tekanan darah sistolik terhadap tekanan darah adalah -0.525 dan p value 0.000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah sistolik. Kemudian dari hasil output, didapatkan juga nilai koefisien korelasi pearson antara tekanan darah diastolik terhadap tekanan darah adalah -0.495 dan p value 0.000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah diastolik.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tekanan Darah pada Responden

Dari hasil penelitian, di dapati gambaran tekanan darah yang berbeda-beda pada responden. Tetapi klasifikasi yang terbanyak adalah gambaran tekanan yang normal walaupun responden memiliki rasio lingkar leher dan pinggang yang


(45)

normal. Hal ini dapat terjadi oleh karena setiap responden menjaga tekanan darah mereka agar tidak tinggi. Tekanan darah dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap, misalnya genetik, umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal diantaranya aktivitas fisik, merokok, alkohol. Dari faktor internal sendiri terdapat berbagai hal yang 1. Volume darah : Semakin tinggi volume darah, maka semakin tinggi pula tekanan darahnya.

2. Kekuatan kontraksi jantung : Meningkatnya kekuatan kontraksi jantung akan meningkatkan tekanan darah.

3. Frekuensi denyut jantung : Dalam batas tertentu, peningkatan frekuensi denyut jantung akan meningkatkan cardiac output sehingga akan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi sistemik sehingga akan meningkatkan tekanan darah.

4. Tingkat resistensi pembuluh darah : Tahanan pembuluh darah cenderung memberikan hambatan terhadap jalannya aliran darah (Syaifuddin,2001). Tingkat resistensi dapat diakibatkan karena peningkatan viskositas darah. Semakin tinggi viskositas darah akan menyebabkan peningkatan resistensinya sehingga tekanan darah akan meningkat.

5. Elastisitas pembuluh darah : Semakin elastis pembuluh darah,maka akan semakin rendah tekanan darah yang dihasilkan (Arisman, 2010).

5.2.2 Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang dengan Tekanan Darah Dalam penelitian ini, dengan menggunakan uji korelasi Pearson didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan sistolik adalah -0.525 dan terhadap tekanan diastolik adalah -0.495. Ini sejalan dengan penelitian dari Yuyun Rindiastuti (2009) yang menunjukkan hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah (tekanan darah sistolik dan diastolik) di mana semakin besar rasio lingkar leher-lingkar pinggang maka semakin rendah tekanan darahnya.


(46)

Hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah. Maka, hipotesis awal penelitian diterima. Hubungan antara keduanya merupakan hubungan yang signifikan dengan kekuatan hubungan yaitu sedang, di mana menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa tingkatan kekuatan hubungan korelasi menurut koefisien korelasi Pearson, yaitu :

1. r = 0 – 0.199 : korelasi sangat rendah 2. r = 0.2 – 0.399 : korelasi rendah

3. r = 0.4 – 0.599 : korelasi sedang 4. r = 0.6 – 0.799 : korelasi kuat 5. r = 0.8 – 1 : korelasi sangat kuat

Dari hasil penelitian, nilai r yang negatif menunjukkan bahwa semakin besar rasio lingkar leher-lingkar pinggang, maka semakin rendah tekanan darah. Hal ini terjadi karena perbedaan setiap komposisi tubuh manusia di leher dan pinggang mempengaruhi rasio lingkar leher-lingkar pinggang yang berbeda pula. Walaupun besar rasio tersebut normal, tetapi ada beberapa hal yang juga mempengaruhinya di anataranya adalah faktor hormonal, genetik dan juga faktor latihan fisik tubuh.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah dengan tingkat kekuatan hubungan sedang (r = -0.525 untuk tekanan sistolik dan r = -0.495 untuk tekanan diastolik, p < 0.001).

2. Nilai koefisien korelasi (r) adalah negatif. Maka, hubungan rasio lingkar leher-lingkar pinggang terhadap tekanan darah adalah hubungan yang berlawanan yaitu semakin besar rasio lingkar leher-lingkar pinggang maka semakin rendah tekanan darah.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan dari peneliti yaitu:

1. Bagi masyarakat, khususnya penderita hipertensi, agar tidak konsumsi makanan yang berlebih sehingga tidak obesitas dan tidak menderita Sindroma Metabolik.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan agar lebih baik lagi, karena pada penelitian ini masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan mengenai data yang diperoleh. Dapat dilakukan dengan lebih banyak sampel dan karakteristik yang diteliti agar lebih bervariasi.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adam M.,F., 2005. Metabolic syndrome and its components in Men. Indonesian

Journal of Internal Medicine. 37: 66-69.

Bell, Ge K., Popkin, B., M., 2001. Weight gain and its predictors in Chinese adults. Int J nationed Metabolism Disorder. 25:1079-1086.

circumference and changes in blood pressure.

Bergman, Van C., Mittelman, S.,D., 2001. Central role of adipocytes in metabolic syndrome. J Investig Med. 49:119-126.

Boivin, Brochu, Marceau, P., 2007. Regional differences in adipose tissue metabolism in obese men. Metabolism. 56:533-540

Caballero, B., 2005. Nutrition Paradox-underweight and obesity in developing countries. N Engl. J. Med. 352:1514-1516.

Cermakian, N., Boivin, D.B., 2009. The regulation of central and peripheral

circadian clocks in humans. Obesity Reviews, 10(Suppl. 2):25–36.

David D’Alession, 2004. Obesity And Weight Management. University of Cincinnati, Ohio State. Available from :

[Accessed 30 April 2011]

El-Atat, Aneja A., McFarlane S., Sowers, J., 2003. Obesity and hypertension.

Endocrinol Metab. Clin N Am. 33:823-854

Fasli Jalal, et all, 2008. Lingkar Pinggang, Kadar Glukosa Darah, Trigliserida

dan Tekanan Darah pada Etnis Minang di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Media Medika Indonesiana.

Flegal, Cole T.J., Bellizi M.C., Dietz W.H., 2000. Establishing a standard definition for child overweight and obesity worldwide: International survey. BMJ. 320:1240-1243


(49)

Folsom, Aron R., et all, 1989. Relation of Body Fatness and Its Distribution to

Cardiovascular Risk Factors in Young Blacks and Whites.

Gardner, David, 2007. Green span’s Basic and Clinical Endocrinology. McGraw-Hill Companies, 676-677; 797-799.

Grundy, S., M., 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110. Jameson, J., Larry, 2006. Harrison’s Endocrinology. McGraw-Hill Companies,

277.

Joewono, Budi Soesetyo, 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga University Press, 36; 42.

Kaplan N.M. 2006. Primary Hypertension: Pathogenesis, Mechanism. Of

Hypertension with Obesity in: Kaplan’s Clinical Hypertension ninth edition. Philadelphia, USA: Lippincott W.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Profil Kesehatan Indonesia

2009. dr. Ratna Rosita, MPH.M, Sekretaris Jenderal Kemenkes RI.

lipid components of the metabolic syndrome

809-816.

Liubov (Louba), Ben-Noun, Ezra Sohar, et all, 2001. Neck Circumference as a

Simple Screening Measure for Identifying Overweight and Obese Patients.

Obesity Research, 9 : 470–477.

Liubov (Louba), Ben-Noun, Ezra Sohar, et all, 2003, Relationship of Neck

Circumference to Cardiovascular Risk Factors. Obesity Research, 2 :

226–231.

Mahan, Adair, Popkin B.M. 2002. Ethnic differences in the association betwen body mass index and hypertension. Am J Epidemiology. 155:346-353 M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic

link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562. M., N., Bustan, 1997. Pengantar epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta, 31


(50)

M.,B., Arisman, 2008. Obesitas, Diabetes Mellitus, dan Dislipidemia. Jakarta : EGC

Nature Publishing Group, 2006. Waist circumference, not body mass index, is

associated with blood pressure in a sample of young Chinese adults.

Journal of Human Hypertension, 20 : 904–906.

Ninomiya J.K. 2004. Association of the metabolic syndrome with story of myocardial infarction and stroke in the third national health and nutrition examination survey. Circulation. 109:42-46

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Pranoto A. 2005. Insulin Resistence and Diabetes: Consequences and Therapy.

Naskah Lengkap PKB IPD RSU Dr. Soetomo. 2-6 Agustus. 110-127.

R., Boedhi, Darmojo, 2006. Buku Ajar Geriatri Edisi 3. Jakarta : FK UI, 262 Rindiastuti, Yuyun, 2008. Hubungan Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang

dengan Hipertensi

Sastroasmoro, Sudigdo, 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Sagung Seto

Semiardji, 2004. The Significant of Visceral Fat in Metabolic Syndrome. Jakarta:

Diabetes Meeting 9-10 Oktober.

Serena, Tonstad, et all, 2007. Effect of nurse counselling on metabolic risk factors

in patients with mild hypertension: A randomised controlled trial European Journal of Cardiovascular Nursing, 6: 160–164.

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta : 58-61 Sjostrom, CD, Lassner. 2001. Relationship betwen changes in body composition

and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention Study: Sweedish obese subjects. Obes Res., 5:519-535

Slamet Suyono, et all, 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Tchernof. 2007. Visceral adipocytes and the metabolic syndrome. Nutrition

Reviews. 24; 29.

Tjokroprawiro A. 2005. The Mets: One of The Major Threat to Human Health.

Plennery Lecture Surabaya Metabolic Syndrome Update-1 (SUMETSU-1).


(51)

Widjaya. 2004. Obesitas dan sindroma metabolik. Forum Diagnosticum. 4:1;16-27

Zhang. 2004. Trends in the association betwen obesity sosioeconomic status in US adults. Obesity Research. 12:1622-1632.

Zimmet P., Alberti G., Shaw J, 2005. Mainsteaming the metabolic syndrome: a definite definition. Medical Journal of Australia. 183:175-176.


(52)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maria Ulfa Gabriella Manik Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 15 Agustus 1990 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jend, A. H. Nasution No. 102, Medan 20142 Riwayat Pendidikan : 1. TK Fajar 2 Medan (1995-1996)

2. SD St. Antonius 2 Medan (1996-2002) 3. SMP Putri Cahaya Medan (2002-2005) 4. SMA Cahaya Medan (2005-2008) 5. Fakultas Kedokteran USU (2008-2012)

Riwayat Pelatihan : 1. Pelatihan Penyuluhan HIV-AIDS oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Bakti Sosial Mahasiswa FK USU 2008-2011

Riwayat Organisasi : 1. OSIS SMA Cahaya

2. Panitia Penyambutan Mahasiswa Baru FK USU 2011


(53)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

“HUBUNGAN RASIO LINGKAR LEHER-LINGKAR PINGGANG TERHADAP TEKANAN DARAH PADA ANGGOTA KEPOLISIAN DI

SEKOLAH POLISI NEGARA”

No. Responden :

Petunjuk : Jawablah pertanyaan pada bagian I dengan lengkap dan bagian II-IV dengan melingkari salah satu pilihan jawaban.

I. Data Responden

Nama : Tanggal lahir/umur : Suku/bangsa : Alamat : Nomor HP :

II. Aktivitas sehari-hari

1. Apakah anda mengkonsumsi kopi selama 3 hari terakhir ini? a. Ya, berapa kali dalam sehari?

b. Tidak

2. Apakah anda mengkonsumsi obat-obatan selama 3 hari terakhir ini? a. Ya, sebutkan nama obat :

b. Tidak

III. Riwayat Penyakit

1. Apakah anda menderita penyakit jantung? a. Ya, sebutkan nama penyakit :


(54)

2. Apakah anda pernah dinyatakan oleh dokter mempunyai tekanan darah yang tinggi?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah anda sering mengalami nyeri dada yang berat? a. Ya, pada saat kapan?

b. Tidak

4. Apakah anda pernah diberi resep obat oleh dokter yang berhubungan dengan penyakit jantung?

a. Ya, sebutkan nama obat : b. Tidak

5.Apakah anda menderita penyakit gondok (struma/goiter)? a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda merasa nyeri bila leher anda ditekan meskipun pelan? a.Ya

b. Tidak

7. Apakah anda merasa nyeri bila daerah sekitar perut anda ditekan meskipun pelan?

a.Ya b. Tidak

8. Apakah anda pernah operasi karena penyakit otot/tulang (khususnya pada bagian leher dan pinggang?

a. Ya, sebutkan nama penyakit : b. Tidak

9. Apakah ada masalah kesehatan fisik yang belum disebutkan sehingga anda tidak bisa melakukan pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang?

a. Ya, sebutkan nama penyakit : b. Tidak


(55)

IV. Riwayat penyakit keluarga

1. Apakah ada saudara dekat (kandung) yang punya penyakit jantung? a. Ya, siapa anda?

b. Tidak

2. Apakah ayah/ibu anda memiliki tekanan darah tinggi yang dinyatakan oleh dokter sebelumnya?

a. Ya b. Tidak

V. Pengukuran Rasio Lingkar Leher-Pinggang

Lingkar Leher :

Lingkar Pinggang : Rasio Lingkar leher-pinggang : VI. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan Sistolik : Tekanan Diastolik :


(56)

Lampiran 3

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Salam sejahtera bagi kita semua, saya Maria Manik, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian : “Hubungan Rasio Lingkar Leher-Lingkar Pinggang terhadap Tekanan Darah pada Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali” bermaksud ingin menjelaskan hal-hal penting terkait penelitian yang akan saya lakukan. Sebagaimana kita tahu, bahwa penyakit hipertensi (tekanan darah yang tinggi) masih banyak terjadi di masyarakat. Penelitian saya ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan fakta tersebut dan secara langsung untuk membedakan resiko yang didapatkan pada individu yang mengalami masalah obesitas tipe sentral dengan yang normal.

Hal yang saudara lakukan adalah mengisi kuesioner dan setelah kuesioner tersebut sudah di isi dengan lengkap, jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian, maka dilakukan pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang, kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali. Penelitian saya ini menggunakan alat-alat seperti pita ukur/metline dalam mengukur lingkar leher dan lingkar pinggang sedangkan sphygmometer dan stetoskop digunakan dalam mengukur tekanan darah sebanyak 3 kali. Alat-alat tersebut telah dipastikan akurasi dan ketepatannya dalam pengukuran yang akan dilakukan.

Saya mengharapkan kerjasama dari saudara untuk meluangkan sedikit waktu bagi pengukuran dilakukan untuk tujuan pencatatan data. Hasil pengukuran yang didapatkan dari saudara, hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara tetap dirahasiakan. Partisipasi Saudara bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara, saya ucapkan terima kasih.


(1)

Deskriptif Statistik

N Minimum

Maxim

um Mean

Std. Deviation

Umur 80 37.00 55.00 43.8125 4.96339

Lingkar Leher 80 37.00 48.00 41.2875 2.10601

Lingkar Pinggang 80 73.00 117.00 94.3625 8.47818 Tekanan Sistolik 80 80.00 160.00 115.0000 18.21114 Tekanan Diastolik 80 60.00 100.00 79.9375 9.39613

RasioLL-LP 80 .38 .51 .4400 .03287

Valid N (listwise) 80

Statistik

Umur

Lingkar Leher

Lingkar Pinggang

Tekanan Sistolik

Tekanan Diastolik

Rasio LL-LP

N Valid 80 80 80 80 80 80

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 43.8125 41.2875 94.3625 115.0000 79.9375 .4400 Std.

Deviation

4.96339 2.10601 8.47818 18.21114 9.39613 .03287

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RasLLLPkel * TDsiskel

80 100.0% 0 .0% 80 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

RasLLLPkel * TDdiaskel


(2)

Rasio LL-LP * TD Sistolik Crosstabulation

TDsiskel

Total

Normal Rendah Tinggi

RasLLLPkel Besar Count 26 23 7 56

% within RasLLLPkel

46.4% 41.1% 12.5% 100.0% % within

TDsiskel

81.3% 92.0% 30.4% 70.0% % of Total 32.5% 28.8% 8.8% 70.0%

Normal Count 6 2 16 24

% within RasLLLPkel

25.0% 8.3% 66.7% 100.0% % within

TDsiskel

18.8% 8.0% 69.6% 30.0% % of Total 7.5% 2.5% 20.0% 30.0%

Total Count 32 25 23 80

% within RasLLLPkel

40.0% 31.3% 28.8% 100.0% % within

TDsiskel

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 40.0% 31.3% 28.8% 100.0% Rasio LL-LP * TD Diastolik Crosstabulation

TDdiaskel

Total

Normal Rendah Tinggi

RasLLLPkel Besar Count 40 6 10 56

% within RasLLLPkel

71.4% 10.7% 17.9% 100.0% % within

TDdiaskel

83.3% 85.7% 40.0% 70.0% % of Total 50.0% 7.5% 12.5% 70.0%

Normal Count 8 1 15 24

% within RasLLLPkel

33.3% 4.2% 62.5% 100.0% % within

TDdiaskel

16.7% 14.3% 60.0% 30.0% % of Total 10.0% 1.3% 18.8% 30.0%

Total Count 48 7 25 80

% within RasLLLPkel

60.0% 8.8% 31.3% 100.0% % within

TDdiaskel

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 60.0% 8.8% 31.3% 100.0%


(3)

Rasio LL-LP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kecil 3 3.8 3.8 3.8

Normal 21 26.3 26.3 30.0

Obesitas sentral

56 70.0 70.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

Correlations Rasio LL-LP with Tekanan Sistolik

RasioLL-LP Tekanan Sistolik

RasioLL-LP Pearson Correlation

1 -.525**

Sig. (2-tailed) .000

N 80 80

Tekanan Sistolik Pearson Correlation

-.525** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 80 80

**.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations Rasio LL-LP with Tekanan Diastolik

RasioLL-LP Tekanan Diastolik

RasioLL-LP Pearson Correlation

1 -.495**

Sig.

(2-tailed)

.000

N 80 80

Tekanan Diastolik Pearson Correlation

-.495** 1

Sig. (2-tailed)

.000

N 80 80


(4)

Lampiran 8

MASTER DATA

NO UMUR LL LP SISTOL DIASTOL RasLLLP SISKEL DIASKEL LLKEL LPKEL 1 39 43 97 130 90 0.44 Tinggi Tinggi Besar Normal 2 39 39 76 100 70 0.51 Rendah Normal Normal Kecil 3 39 42 95 100 70 0.44 Rendah Normal Besar Normal 4 40 42 98 120 80 0.43 Normal Normal Besar Normal 5 37 41 84 90 80 0.49 Rendah Normal Besar Kecil 6 37 40 93 100 80 0.43 Rendah Normal Normal Kecil 7 40 40 88 110 80 0.45 Normal Normal Normal Kecil 8 37 40 97 90 60 0.41 Rendah Rendah Normal Normal 9 45 41 96 110 80 0.43 Normal Normal Besar Normal 10 41 41 95 140 90 0.43 Tinggi Tinggi Besar Normal 11 38 44 102 100 90 0.43 Rendah Tinggi Besar Normal 12 46 42 97 130 90 0.43 Tinggi Tinggi Besar Normal 13 40 40 79 90 65 0.51 Rendah Rendah Normal Kecil 14 53 38 78 90 70 0.49 Rendah Normal Normal Kecil 15 44 42 111 140 90 0.38 Tinggi Tinggi Besar Besar 16 40 40 98 140 90 0.41 Tinggi Tinggi Normal Normal 17 38 43 100 90 70 0.43 Rendah Normal Besar Normal 18 54 43 99 90 75 0.43 Rendah Normal Besar Normal 19 40 38 84 120 80 0.45 Normal Normal Normal Kecil 20 38 41 94 150 100 0.44 Tinggi Tinggi Besar Normal 21 40 40 90 90 70 0.44 Rendah Normal Normal Kecil 22 38 41 86 100 80 0.48 Rendah Normal Besar Kecil 23 54 48 117 110 80 0.41 Normal Normal Besar Besar 24 46 40 87 90 80 0.46 Rendah Normal Normal Kecil 25 37 42 90 80 60 0.47 Rendah Rendah Besar Kecil


(5)

26 37 41 88 100 70 0.47 Rendah Normal Besar Kecil 27 39 42 107 130 90 0.39 Tinggi Tinggi Besar Besar 28 47 42 85 100 80 0.49 Rendah Normal Besar Kecil 29 47 41 93 120 80 0.44 Normal Normal Besar Kecil 30 47 40 101 100 70 0.4 Rendah Normal Normal Normal 31 39 40 96 110 80 0.42 Normal Normal Normal Normal 32 47 41 90 100 60 0.46 Rendah Rendah Besar Kecil 33 46 42 92 120 70 0.46 Normal Normal Besar Kecil 34 48 41 86 110 80 0.48 Normal Normal Besar Kecil 35 47 42 94 90 80 0.45 Rendah Normal Besar Normal 36 47 42 84 120 80 0.5 Normal Normal Besar Kecil 37 48 44 104 120 80 0.42 Normal Normal Besar Besar 38 44 43 92 90 60 0.47 Rendah Rendah Besar Kecil 39 48 40 79 90 70 0.51 Rendah Normal Normal Kecil 40 44 39 94 120 80 0.41 Normal Normal Normal Normal 41 46 40 94 140 90 0.43 Tinggi Tinggi Normal Normal 42 54 42 103 130 90 0.41 Tinggi Tinggi Besar Besar 43 51 46 99 120 90 0.46 Normal Tinggi Besar Normal 44 50 40 94 120 80 0.43 Normal Normal Normal Normal 45 46 41 90 110 70 0.46 Normal Normal Besar Kecil 46 47 46 106 100 70 0.43 Rendah Normal Besar Besar 47 47 42 102 140 90 0.41 Tinggi Tinggi Besar Normal 48 39 41 86 120 80 0.48 Normal Normal Besar Kecil 49 45 43 101 140 90 0.43 Tinggi Tinggi Besar Normal 50 54 41 88 130 80 0.47 Tinggi Normal Besar Kecil 51 38 40 104 130 80 0.38 Tinggi Normal Normal Besar 52 48 45 99 110 80 0.45 Normal Normal Besar Normal 53 49 43 94 110 70 0.46 Normal Normal Besar Normal 54 46 41 100 140 90 0.41 Tinggi Tinggi Besar Normal 55 38 40 98 140 90 0.41 Tinggi Tinggi Normal Normal


(6)

56 45 42 102 140 90 0.41 Tinggi Tinggi Besar Normal 57 40 43 97 110 90 0.44 Normal Tinggi Besar Normal 58 42 44 95 100 70 0.46 Rendah Normal Besar Normal 59 40 37 73 120 60 0.51 Normal Rendah Kecil Kecil 60 48 45 104 110 80 0.43 Normal Normal Besar Besar 61 42 42 97 110 80 0.43 Normal Normal Besar Normal 62 41 39 80 120 80 0.49 Normal Normal Normal Kecil 63 46 41 100 120 90 0.41 Normal Tinggi Besar Normal 64 47 38 90 110 90 0.42 Normal Tinggi Normal Kecil 65 37 43 100 120 80 0.43 Normal Normal Besar Normal 66 40 40 83 110 80 0.48 Normal Normal Normal Kecil 67 40 44 106 110 80 0.42 Normal Normal Besar Besar 68 47 40 80 110 80 0.5 Normal Normal Normal Kecil 69 48 40 90 110 65 0.44 Normal Rendah Normal Kecil 70 39 42 103 110 80 0.41 Normal Normal Besar Besar 71 41 37 95 130 80 0.39 Tinggi Normal Kecil Normal 72 43 37 94 130 90 0.39 Tinggi Tinggi Kecil Normal 73 45 40 102 150 90 0.39 Tinggi Tinggi Normal Normal 74 46 41 104 150 90 0.39 Tinggi Tinggi Besar Besar 75 42 40 100 140 90 0.4 Tinggi Tinggi Normal Normal 76 55 46 110 160 100 0.42 Tinggi Tinggi Besar Besar 77 46 38 97 130 90 0.39 Tinggi Tinggi Normal Normal 78 41 40 88 90 70 0.45 Rendah Normal Normal Kecil 79 38 40 90 110 80 0.44 Normal Normal Normal Kecil 80 53 42 95 100 80 0.44 Rendah Normal Besar Normal


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN TEKANAN DARAH PADA SUBJEK USIA DEWASA

5 21 62

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA LAKI LAKI DEWASA

0 17 58

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 16

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG – PANGGUL DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SMA N 1 WONOSARI KLATEN Hubungan Rasio Lingkar Pinggang – Panggul Dengan Tekanan Darah Pada Guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

1 3 14

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1 5 174

Hubungan antara Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul terhadap Tekanan Darah pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran.

0 1 2

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida dalam darah - USD Repository

0 0 83

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa - USD Repository

0 0 91

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung - USD Repository

0 0 145