Hubungan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin Dan Kadar Trombosit Dengan Nyeri Kepala Primer
TESIS
HUBUNGAN TEKANAN DARAH, KADAR
HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT
DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
OLEH
ADIKIA ANDREAS SITEPU
107112001
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
(2)
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH, KADAR
HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT
DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
TESIS
Untuk memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Neurologi Pada Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara
Oleh
ADIKIA ANDREAS SITEPU
NIM 107112001
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
(3)
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANTARA TEKANAN DARAH, KADAR
HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT
DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2014
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN TEKANAN DARAH, KADAR
HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
Nama : Adikia Andreas Sitepu
NIM : 107112001
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Neurologi
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.S(K) Ketua
Mengetahui/Mengesahkan
Sekretaris Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
dr. Murniati Manik, MSc, Sp.KK, Sp.GK NIP : 195307191980032003
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH.
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN TEKANAN DARAH, KADAR
HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT DENGAN NYERI KEPALA PRIMER
Nama : Adikia Andreas Sitepu
Nim : 107112001
Program Studi : Neurologi
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II Pembimbing III
Prof.DR.dr Hasan Sjahrir Sp.S(K) NIP.194709301979021001
dr.Khairul P Surbakti, Sp.S NIP.196212211990121001
dr.Alfansuri Kadri, Sp.S NIP.197811092003121001
Mengetahui / Mengesahkan
Ketua Departemen Studi / SMF Ketua Program Studi / SMF
Neurologi Neurologi
FK USU / RSUP HAM Medan FK USU / RSUP HAM Medan
Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K) NIP. 19530916 198203 1 003
Dr. Yuneldi Anwar , Sp.S (K) NIP. 19530601 198103 1 004
(6)
Telah diuji pada
Tanggal : 4 November 2014
PANITIA TESIS MAGISTER
1. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S(K) 2. Prof. dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K) 3. dr. Darlan Djali Chan, Sp.S
4. dr. Yuneldi Anwar, Sp.S(K)
5. dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) (PENGUJI) 6. dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) (PENGUJI) 7. dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K) (PENGUJI) 8. dr. Puji Pinta S, Sp.S
9. dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S 10. dr. Cut Aria Arina, Sp.S 11. dr. Kiki M. Iqbal, Sp.S 12. dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 13. dr. Aida Fithrie, Sp.S
14. dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S 15. dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S 16. dr. Fasihah Fitri Irfani, M.Ked(Neu) Sp.S 17. dr. Iskandar Nasution, Sp.S, FINS
18. dr. R.A.D. Pujiastuti, M.Ked(Neu) Sp.S 19. dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu) Sp.S
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas berkat, rahmat dan kasihNya yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan penulisan Tesis Magister Kedokteran Klinik ini.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Magister Kedokteran Klinik pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Syaraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. dr. H.Syahril Pasaribu, DTM&H, Msc(CTM), Sp.A(K), atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan
menyelesaikan program magister kedokteran klinik dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Prof.dr.H.Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.A(K), (Rektor Universitas Sumatera Utara saat penulis diterima sebagai PPDS), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program magister dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH) dan ketua TKP PPDS FK USU, dr. Zainuddin Amir Sp.P(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf FK USU.
Yang terhormat Ketua Departemen/ SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, dr. Rusli Dhanu Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan serta bimbingan selama mengikuti
(8)
program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.S(K) Ketua Departemen/ SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, saat penulis diterima sebagai PPDS, yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Yang terhormat Ketua Program Studi Departemen/ SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran USU, dr. Yuneldi Anwar Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan serta bimbingan selama mengikuti program magister kedokteran klinik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
Terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya penulis
sampaikan kepada Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir Sp.S(K), dr. Khairul P. Surbakti Sp.S, dan dr. Alfansuri Kadri Sp.S, selaku pembimbing yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis magister ini.
Kepada yang penulis hormati, guru besar, Prof. dr. Darulkutni Nasution Sp.S(K), dan guru – guru penulis, dr. Darlan Djali Chan Sp S, dr. Rusli Dhanu Sp.S(K), dr. Yuneldi Anwar Sp.S(K), dr. Mochtar Nasution Sp.S (alm), dr. Aldy S. Rambe Sp.S(K), dr. Kiking Ritarwan MKT Sp.S(K), dr. Irsan NHN Lubis Sp.S, dr. Puji Pinta O.Sinurat Sp.S, dr, S.Irwansyah Sp.S (alm), dr.Iskandar Nasution Sp.S FINS, dr. Cut Aria Arina Sp.S, dr. Kiki M. Iqbal Sp.S, dr. Alfansuri Kadri Sp.S, dr. Aida Fithrie Sp.S, dr. Dina Listyaningrum Msi, Med, Sp.S, dr.Irina Kemala Nasution Sp.S, dr.Haflin Soraya Hutagalung Sp.S, dr Fasihah Irfani Fitri M.Ked (Neu) Sp.S, dr R A Dwi Pujiastuti M.Ked (Neu) Sp.S, dr Chairil Amin Batubara M.Ked (Neu) Sp.S, dan lain – lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik di Departemen Ilmu Penyakit Saraf, maupun Departemen/SMF lainnya di
(9)
lingkungan FK – USU/ RSUP H. Adam Malik Medan, terimakasih yang setulus – tulusnya atas segala bimbingan selama ini.
Kepada DR. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak membimbing, membantu dan meluangkan waktunya dalam pembuatan tesis ini,
Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan magister ini sampai selesai.
Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Amran Sitorus, Sukirman Ari wibowo dan Syafrizal serta seluruh perawat dan pegawai yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Rekan – rekan sejawat PPDS – I Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan masukan
dan dorongan yang membangkitkan semangat penulis dalam
penyelesaian tesis ini.
Semua pasien nyeri kepala dan non nyeri kepala yang berobat rawat jalan di poli saraf RSUP H. Adam Malik Medan yang bersedia berpartipasi secara sukarela dalam penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua saya, dr Nangsang Sitepu Sp.A dan Saniar br Tarigan yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa member dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.
Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, member dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
(10)
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2014
(11)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : dr. Adikia Andreas Sitepu
Tempat/tgl lahir : Tanjung Balai, 17 Juli 1984
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : dr. Nangsang Sitepu Sp.A
Nama Ibu : Saniar br Tarigan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar di SD IMMANUEL Medan tamat Tahun 1996.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP IMMANUEL Medan tamat tahun 1999.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA SANTO THOMAS 1 Medan tamat tahun 2002.
4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2008.
RIWAYAT PEKERJAAN -
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN PENGESAHAN iii
DAFTAR ISI x
DAFTAR SINGKATAN xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
ABSTRAK xvii
ABSTRACT xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Perumusan Masalah 5
I.3. Tujuan Penelitian 6
I.3.1. Tujuan Umum 6
I.3.2. Tujuan Khusus 6
I.4. Hipotesis 7
I.5. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
II.1. Nyeri Kepala 9
II.1.1. Definisi 9
II.1.2. Epidemiologi 9
II.1.3. Klasifikasi Nyeri Kepala 10
II.1.4. Patofisiologi Nyeri Kepala 12
II.2. Tekanan Darah 15
II.2.1. Pengertian Tekanan Darah 15
II.2.2. Tekanan Arteri Rata-rata 15
II.2.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Tekanan Darah
16
II.2.4. Jenis-Jenis Tekanan Darah 17
(13)
b) Tekanan Darah Rendah (Hipotensi) 17
c) Tekanan Darah Tinggi (Hiperensi) 18
II.3. Hemoglobin 19
II.3.1. Definisi 19
II.3.2. Kadar Hemoglobin 21
II.3.3. Anemia 22
II.3.4. Polisetemia Vera 23
II.4. Trombosit 24
II.4.1. Trombositopenia 25
II.4.2. Trombositosis 27
II.5. Hubungan Antara Nyeri Kepala Dengan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin Dan Kadar Trombosit
29
II.6. Kerangka Teori 34
II.7. Kerangka Konsepsional 35
BAB III METODE PENELITIAN 36
III.1.Tempat dan Waktu 36
III.2. Subjek Penelitian 36
III.2.1. Populasi sasaran 36
III.2.2. Populasi terjangkau 36
III.2.3. Besar sampel 37
III.2.4. Kriteria inklusi 38
III.2.5. Kriteria eksklusi 38
III.3. Batasan Operasional 38
III.4. Rancangan Penelitian 41
III.5. Pelaksanaan Penelitian 42
III.5.1. Instrumen 42
III.5.2. Pengambilan Sampel 42
III.5.3. Kerangka Operasional 43
III.5.4. Variabel yang diamati 44
III.5.5. Analisa Statistik 44
(14)
III.5.7. Biaya penelitian 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46
IV.I Hasil Penelitian 46
IV.1.1 Karakteristik subjek penelitian 46
IV.1.2 Nilai rata - rata tekanan darah sistolik pada penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala
49
IV.1.3 Nilai rata - rata Tekanan Darah Diastolik pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
50
IV.1.4 Nilai rata - rata Kadar Hemoglobin pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
51
IV.1.5 Nilai rata - rata Kadar Trombosit pada Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
52
IV.1.6. Distribusi rerata Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar Trombosit
52
IV.1.7 Distribusi jenis Nyeri Kepala Primer dengan Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar Trombosit
56
IV.1.8 Hubungan Tekanan Darah dengan Nyeri Kepala Primer
57
IV.1.9 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Nyeri Kepala Primer
59
IV.1.10. Hubungan Kadar Trombosit dengan Nyeri Kepala Primer
59
IV.2 Pembahasan 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 66
DAFTAR PUSTAKA 68
(15)
DAFTAR SINGKATAN
5HT : 5-Hydroxytryptamine
CBC : Complete Blood Count
cGMP : Guanosine 3,5-Mono Phosphate CGRP : Calcitonin Gene Related Peptide
CO : Carbon monoxide
CO2 : Carbon dioxide
CT : computed tomography
ET : Essential Thrombocythaemia
ETTH : Episodik Tension Type Headache
GI : Gastrointestinal
H+ : Ion Hydrogen
HIV : human immunodeficiency virus
ITP : Idiopathic thrombocytopenic purpura
JAK2 : Janus Kinase 2
MAP : Mean Arterial Pressure
MapK : Mitogen-Activated Kinase mmHg : Millimeters of mercury
NCI : National Cancer Institute
NHLBI : National Heart, Lung and Blood Institute
NIH : National Institute of Health
NMDA : N-Methyl-D-Aspartic Acid
NO : Nitric Oxide
NOS : Nitric Oxide Synthase
NPY : Neuropeptide Y
O2 : Oxigen
PVSG : Polycythemia Vera Study Group
SD : Sekolah Dasar
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
SMA Sekolah Menengah Atas
SP : Substance P
SUNCT : Short-Lasting Unilateral Neuralgiform Headache Attacks With Conjunctival Injection And Tearing
TTH : Tension Type Headache
TTP : Thrombotic Thrombocytopeni Purpura
VIP : Vasoactive Intestinal Polypeptide
(16)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Regulasi CGRP pada trigeminal ganglia neuron 13
(17)
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah 19
Tabel 2 Batas Kadar Hemoglobin 22
Tabel 3 Karakteristik subjek penelitian pada penderita nyeri kepala dan bukan nyeri kepala
48 Tabel 4 Nilai rata - rata Tekanan Darah Sistolik pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
49
Tabel 5 Nilai rata - rata Tekanan Darah Diastolik pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
50
Tabel 6 Nilai rata - rata Kadar Hemoglobin pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
51
Tabel 7 Nilai rata - rata Kadar Trombosit pada
Penderita Nyeri Kepala Primer dan Penderita Bukan Nyeri Kepala Primer
52
Tabel 8 Distribusi rerata subjek penelitian pada
penderita nyeri kepala dan bukan nyeri kepala
55
Tabel 9 Distribusi jenis Nyeri Kepala Primer dengan
Tekanan Darah, Kadar Hemoglobin dan Kadar Trombosit
57
Tabel 10 Hubungan Tekanan Darah Sistolik dengan
Nyeri Kepala Primer
58
Tabel 11 Hubungan Tekanan Darah Diastolik dengan
Nyeri Kepala Primer
58
Tabel 12 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Nyeri
Kepala Primer
59
Tabel 13 Hubungan Kadar Trombosit dengan Nyeri
Kepala Primer
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK
PENELITIAN
LAMPIRAN 2 PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
LAMPIRAN 3 LEMBAR PENGUMPULAN DATA
LAMPIRAN 4 KUESIONER HO K-H & ONG BK-C
LAMPIRAN 5 DATA DASAR PENELITIAN
(19)
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Nyeri kepala dapat disebabkan oleh banyak faktor termasuk tekanan darah, kadar hemoglobin, dan kadar trombosit.
Tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala ketika serat afferent
primer menginversi meningeal atau pembuluh darah serebral menjadi aktif. Kadar hemoglobin memiliki hubungan dengan nyeri kepala ketika kurangnya suplai oksigen dalam darah. Kadar trombosit memiliki hubungan dengan dengan nyeri kepala dengan adanya disfungsi platelet dan nitric oxide.
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode uji
Kolmogorov – Smirnov dan Somers’d., yang terdiri dari 156 subjek yang terdiri kelompok nyeri kepala dengan kelompok tidak nyeri kepala. Seluruh subjek menjalani pemeriksaan fisik dan neurologis, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar trombosit, mengisi kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C.
Hasil : Pada studi ini sebanyak 156 pasien, terdiri dari 49 laki-laki (31.4%). Tekanan darah sistolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDS rendah 1.3%, TDS normal 70.5%, TDS tinggi 28.2%. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah sistolik dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = 0,038). Tekanan darah diastolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDD rendah 7.7%, TDD normal 66.7%, TDD tinggi 25.6%. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah diastolik dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = 0.017). Kadar hemoglobin pada nyeri kepala ditemukan Hb rendah 14.1%, Hb normal 82.1%, Hb tinggi 3.8%. Tidak dijumpai hubungan kadar hemoglobin dengan nyeri kepala, (p = 0.975, r = 0.215). Kadar trombosit pada nyeri kepala primer ditemukan trombosit rendah 2.6%, trombosit normal 92.3%, dan trombosit tinggi 5.1%. Tidak dijumpai hubungan kadar trombosit dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = -0.013).
Kesimpulan : Dijumpai adanya hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer
(20)
ABSTRACT
Background and objective : Headache is influenced by many factors including blood pressure, hemoglobin level , and platelet level. Blood pressure is associated with headache when the primary afferent fibers that innervate the meningeal or cerebral blood vessels are activated. Hemoglobin level is related to headache if the level is abnormal causing lack of oxygen supply in the blood. Platelet level is associated with headache in the presence of platelet and nitric oxide dysfunction
Objective: This study was aimed to investigate the relationship between blood pressure, hemoglobin level and platelet level with primary headache
Method : This study was a cross – sectional study with Kolmogorov - Smirnov and Somers’d method using 156 subjects, consisted of primary headache and non headache patients. All Subjects underwent physical and neurological examinations, blood pressure, hemoglobin and platelet measurement, also completed the headache questionnaire adapted from HO K-H & Ong BK – C.
Results : From the study 156 samples, there were 49 male (31.4%). Sistole blood pressure in primary headache patients were found low in 1.3%, normal in 70.5%, high in 28.2%. There was no significant association between sistole blood pressure and headache (p = 1.000, r = 0.038). Diastole blood pressure in primary headache patients were found low in 7.7%, normal in 66.7%, high in 25.6%. There was no significant association between diastole blood pressure and headache (p = 1.000, r = 0.017). Hemoglobin level in primary headache patients were found low in 14.1%, normal in 82.1%, high in 3.8%. There was no significant association between hemoglobin level and headache (p = 0.975, r = 0.215). Platelet level in primary headache patients were found low 2.6%, normal 92.3%, high 5.1%. There was no significant association between platelet level and headache (p = 1,000, r = -0,013).
Conclusion : There were very weak and no significant associations between blood pressure, hemoglobin level, and platelet level with primary headache
(21)
ABSTRAK
Latar belakang dan tujuan: Nyeri kepala dapat disebabkan oleh banyak faktor termasuk tekanan darah, kadar hemoglobin, dan kadar trombosit.
Tekanan darah berhubungan dengan nyeri kepala ketika serat afferent
primer menginversi meningeal atau pembuluh darah serebral menjadi aktif. Kadar hemoglobin memiliki hubungan dengan nyeri kepala ketika kurangnya suplai oksigen dalam darah. Kadar trombosit memiliki hubungan dengan dengan nyeri kepala dengan adanya disfungsi platelet dan nitric oxide.
Tujuan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan metode uji
Kolmogorov – Smirnov dan Somers’d., yang terdiri dari 156 subjek yang terdiri kelompok nyeri kepala dengan kelompok tidak nyeri kepala. Seluruh subjek menjalani pemeriksaan fisik dan neurologis, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar trombosit, mengisi kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C.
Hasil : Pada studi ini sebanyak 156 pasien, terdiri dari 49 laki-laki (31.4%). Tekanan darah sistolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDS rendah 1.3%, TDS normal 70.5%, TDS tinggi 28.2%. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah sistolik dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = 0,038). Tekanan darah diastolik pada nyeri kepala primer ditemukan TDD rendah 7.7%, TDD normal 66.7%, TDD tinggi 25.6%. Tidak dijumpai hubungan tekanan darah diastolik dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = 0.017). Kadar hemoglobin pada nyeri kepala ditemukan Hb rendah 14.1%, Hb normal 82.1%, Hb tinggi 3.8%. Tidak dijumpai hubungan kadar hemoglobin dengan nyeri kepala, (p = 0.975, r = 0.215). Kadar trombosit pada nyeri kepala primer ditemukan trombosit rendah 2.6%, trombosit normal 92.3%, dan trombosit tinggi 5.1%. Tidak dijumpai hubungan kadar trombosit dengan nyeri kepala, (p = 1.000, r = -0.013).
Kesimpulan : Dijumpai adanya hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala primer
(22)
ABSTRACT
Background and objective : Headache is influenced by many factors including blood pressure, hemoglobin level , and platelet level. Blood pressure is associated with headache when the primary afferent fibers that innervate the meningeal or cerebral blood vessels are activated. Hemoglobin level is related to headache if the level is abnormal causing lack of oxygen supply in the blood. Platelet level is associated with headache in the presence of platelet and nitric oxide dysfunction
Objective: This study was aimed to investigate the relationship between blood pressure, hemoglobin level and platelet level with primary headache
Method : This study was a cross – sectional study with Kolmogorov - Smirnov and Somers’d method using 156 subjects, consisted of primary headache and non headache patients. All Subjects underwent physical and neurological examinations, blood pressure, hemoglobin and platelet measurement, also completed the headache questionnaire adapted from HO K-H & Ong BK – C.
Results : From the study 156 samples, there were 49 male (31.4%). Sistole blood pressure in primary headache patients were found low in 1.3%, normal in 70.5%, high in 28.2%. There was no significant association between sistole blood pressure and headache (p = 1.000, r = 0.038). Diastole blood pressure in primary headache patients were found low in 7.7%, normal in 66.7%, high in 25.6%. There was no significant association between diastole blood pressure and headache (p = 1.000, r = 0.017). Hemoglobin level in primary headache patients were found low in 14.1%, normal in 82.1%, high in 3.8%. There was no significant association between hemoglobin level and headache (p = 0.975, r = 0.215). Platelet level in primary headache patients were found low 2.6%, normal 92.3%, high 5.1%. There was no significant association between platelet level and headache (p = 1,000, r = -0,013).
Conclusion : There were very weak and no significant associations between blood pressure, hemoglobin level, and platelet level with primary headache
(23)
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemui
pada kejadian umum dan kejadian klinis neurologi (Peatfield, 2008). Saat
ini nyeri kepala juga berada pada gangguan sistem saraf yang paling
sering terjadi, menyebabkan gangguan yang cukup besar dalam populasi
di dunia (Gardella dkk, 2006). Sebagian besar orang pernah mengalami
nyeri kepala pada sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian
population base di Singapore dari Ho dkk didapati prevalensi life time
nyeri kepala penduduk Singapura adalah pria 80%, wanita 85% (p=
0.0002) (Sjahrir, 2004). Hal ini juga didukung oleh D.W. Lewis dkk (2011),
yang menyatakan bahwa nyeri kepala sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan akan semakin meningkat pada masa remaja.
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit di Indonesia didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala
sebagai berikut : migren tanpa aura 10%, migren dengan aura 1,8%,
Episodik Tension Type Headache 31%, Chronic Tension Type Headache
(24)
Hubungan antara tekanan darah dan migren telah lama dicurigai,
tetapi hubungan itu masih dianggap kontroversial. Bertahun – tahun yang
lalu, diasumsikan bahwa hipertensi dapat menyebabkan nyeri kepala
(Tronvik dkk, 2011). Hubungan antara hipertensi dan nyeri kepala pertama
kali diperkenalkan oleh Janeway pada tahun 1913. Banyak studi yang
telah dilakukan sebelumnya, dan hasil yang bertentangan muncul dari
investigasi terhadap hubungan antara nyeri kepala dan tekanan darah
arterial (Bensenor dkk, 2003). Kebanyakan pasien dan dokter masih
meyakini bahwa nyeri kepala menjadi gejala yang paling umum dari
hipertensi. Secara patofosiologi, nyeri kepala meningkat ketika serabut
afferent primer menginervasi meningeal atau pembuluh darah serebral
menjadi aktif; kebanyakkan dari serat nociceptive dilokasikan di dalam
bagian pertama dari ganglion trigeminal atau ganglia servikal atas (Yeung,
2006).
Hemoglobin adalah sejenis protein dengan berat molekul 64.500
dalton, terdiri daripada 4 rantai polipeptida. Setiap satunya mengandung
satu pigmen non-protein berbentuk seperti cincin yang disebut sebagai
kelompok heme aktif (Hillman, dkk, 2005). Pada bagian tengah dari cincin
heme ini terdapat satu ion ferous, Fe2+ yang boleh mengikat satu molekul
oksigen, lalu membolehkan satu molekul hemoglobin berikatan dengan
empat molekul oksigen (Tortora dkk, 2006). Anemia merupakan kondisi
tidak sehat yang diindikasikan oleh tingkat hemoglobin yang rendah, dan
(25)
inflamasi kronis, pendarahan kronis atau akut, dan berbagai penyebab
lainnya. Menurut WHO, tingkat hemoglobin yang normal berada diantara
12 dan 16 g/dL dan diketahui bahwa anemia memiliki kadar konsentrasi
hemoglobin dibawah 13 g/dL pada pria dan dibawah 12 g/dL pada wanita
(Fomovska dkk, 2008). Pasien dengan anemia menunjukkan berbagai
gejala, seperti nyeri kepala, wajah pucat, orthostatic hypotension, atau
edema yang dihasilkan dari penurunan sel darah merah, kelelahan, tidak
enak badan, vertigo, syncope, tinnitus, atau nyeri dada yang disebabkan
oleh kekurangan suplai oksigen, jantung berdebar atau bernafas dengan
mekanisme kompensatori (Ohta, 2009).
Aamodt dkk, (2004) melakukan penelitian yang berdasarkan klinis
hubungan antara kadar hemoglobin dan nyeri kepala. Didapati hasil pada
analisa statistik, dengan menyesuaikan umur dan pendidikan ditemukan
prevalensi yang menurun nyeri kepala (p = 0,02) dan migren (p = 0,01)
dengan penurunan kadar hemoglobin.
Bener (2006) melakukan penelitian di Qatar mengenai frekwensi
nyeri kepala dan migren, didapati hubungan yang sangat kuat antara level
hemoglobin dengan nyeri kepala dan tingkat keparahannya. Prevalensi
nyeri kepala dan migren di Qatar merupakan yang tertinggi dibandingkan
Negara barat dan Negara afrika.
Irwansyah dkk (2008) melakukan penelitian mengenai hubungan
nyeri kepala dan hemoglobin dan kadar feritin. Dengan subjek 40 orang,
(26)
minimum hemoglobin 11,5 % dan maksimum 15,3% sementara kadar
feritin minimum 28,03 ng/ml dan maksimum 460,38 ng/ml. Didapati pasien
dengan migren without aura 3 orang (7,5%), infrequent ETTH 7 orang
(17,5%), frequent ETTH 9 orang (22,5%) dan
21 orang (52,5%). Hubungan kadar hemoglobin dangan jenis kelamin p =
0,84, hubungan kadar hemoglobin dengan umur (p=0,898). Hubungan
kadar hemoglobin dengan RAS (p=0,596) kadar hemoglobin dengan
pendidikan (p=0,670). Hubungan tipe nyeri kepala dengan kadar
hemoglobin (p=0,710). Dari kesimpulan penelitian Irwansyah dkk (2008)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan
prevalensi nyeri kepala.
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Jumlah trombosit antara 150-400 x 103mm3, sedangkan
umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan
penting pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbatan
hemostatik untuk menutup luka. Fungsi utama trombosit adalah
pembentukan sumbatan mekanik selama respons hemostasis normal
terhadap cedera vaskular. Tanpa trombosit dapat terjadi kebocoran darah
spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi,
sekresi, agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting
untuk fungsinya.
Nyeri kepala adalah merupakan salah satu gejala neurologis yang
(27)
Purpura (TTP). Nyeri kepala pada TTP memiliki fitur yang sama pada
Migrane dan Tension-Type Headache. Meskipun patofisiologi nyeri kepala
pada TTP tidak jelas, ada kemungkinan aktivasi dan aggregasi platelet
memegang peranan (Bezov dkk, 2010)
Andrea dkk (2003), melakukan suatu studi yang menunjukkan
gangguan agregasi platelet pada cluster headache, didapati hipoagregasi
sebagai respon rendahnya colagen dan adenosine disphosphate dan
hyperagregasi dimana platelet distimulasi oleh platelet – activating factor.
Pada studi ini menyatakan bahwa penurunan agregasi platelet dengan
kolagen dan adenosine difosfat dapat menunjukkan kekacauan fungsi
nitric oxide, sedangkan hipersensitivitas pada platelet – activating factor
disebabkan fluktuasi kadar plasma.
Pada pasien dengan essential thrombocythaemia memiliki simptom
neurologi termasuk nyeri kepala dan rasa kebas. Nyeri kepala
dihubungkan dengan disfungsi platelet yaitu hipersensitif reseptor
seretonin atau peningkatan level serotonin. Nyeri kepala juga
dihubungkan dengan peningkatan platelet adenosine disphosphate dan
neuropeptide calcitonin gene – related peptide. (Frewin dkk 2012) I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian–penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas dirumuskanlah masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin
(28)
nyeri kepala yang berobat di Poli Rawat Jalan Neurologi RSUP Haji Adam
Malik.
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
I.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan trombosit dengan
nyeri kepala primer
I.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan penderita
nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H.
Adam Malik Medan.
2. Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan
penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi
RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Untuk mengetahui hubungan kadar trombosit dengan penderita
nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik Neurologi RSUP H.
Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan tekanan darah
dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di poliklinik
(29)
5. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
hemoglobin dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di
poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
trombosit dengan penderita nyeri kepala primer yang berobat di
poliklinik Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan.
7. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran
karakteristik demografi, tekanan darah, kadar hemoglobin dan
kadar trombosit pada penderita nyeri kepala primer.
I.4. Hipotesis
Ada hubungan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan
kadar trombosit dengan nyeri kepala primer pada pasien penderita
nyeri kepala yang berobat di Poli Rawat Jalan Neurologi RSUP Haji
Adam Malik
I.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara
keilmuan tentang hubungan antara tekanan darah, kadar
(30)
1.5.2. Manfaat penelitian untuk penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya tentang hubungan antara tekanan darah,
kadar hemoglobin dan trombosit dengan nyeri kepala primer.
1.5.3. Manfaat penelitian untuk masyarakat
Dengan mengetahui hubungan tekanan darah, kadar
hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala dapat
dijadikan sebagai salah satu upaya pencegahan nyeri kepala
(31)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1 NYERI KEPALA
II.1.1 Definisi
Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada
daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher. (Sjahrir
dkk, 2013)
II.1.2 Epidemiologi
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa 86% wanita dan 63%
laki-laki mengalami nyeri kepala dalam 1 tahun. (Peatfield, 2008). Terdapat
sekitar 28 juta penderita migren di Amerika Serikat, dimana dua pertiga
diantaranya adalah wanita. Berdasarkan kepustakaan negara barat
prevalensi migren pada orang dewasa adalah sekitar 10-20% setahun,
pria 6% dan wanita 15-18%, dimana migren dengan aura 4% sedangkan
migren tanpa aura 6%. Sedangkan untuk TTH 59% dari populasi pernah
mengalami TTH 1 hari (atau kurang dari 1 hari perbulannya), 37%
mengalami beberapa kali serangan per bulan dan 3% mengalami TTH
kronik (Landy, Rasmussen cit Sjahrir,2008)
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit besar di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri
(32)
1,8%, Episodik Tension Type Headache 31%, Chronic Tension Type
Headache 24%, Cluster Headache 0,5%, Mixed Headache 14% (Sjahrir,
2004).
II.1.3 Klasifikasi Nyeri Kepala
Berdasarkan The International Classification of Headache
Disorders, 2nd Edition, dari the International Headache Society (Sjahrir
dkk, 2013) secara garis besar nyeri kepala diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Migren
2. Tension-Type Headache
3. Nyeri kepala klaster dan sefalalgia trigeminal-otonomik yang lainnya
4. Nyeri kepala primer lainnya
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher
6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial dan/atau servikalis
7. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler 8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan suatu substansi atau
proses withdrawal nya
9. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi
10. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis
11. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur fasial atau kranial lainnya
12. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik 13. Neuralgia kranial dan penyebab sentral nyeri fasial
(33)
14. Nyeri kepala, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer lainnya
Klasifikasi nyeri kepala primer sesuai The International Classification
of Headache Disorders, 2nd Edition (Sjahrir dkk, 2013) adalah sebagai
berikut:
1. Migren:
1.1. Migren tanpa aura
1.2. Migren dengan aura
1.3. Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi prekursor
migren
1.4. Migren Retinal
1.5. Komplikasi migren
1.6. Probable migren
2. Tension-type Headache:
2.1. Tension-type headache episodik yang infrequent
2.2. Tension-type headache episodik yang frequent
2.3. Tension-type headache kronik
2.4. Probable tension-type headache
3. Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lainnya:
3.1. Nyeri kepala Klaster
3.2. Hemikrania paroksismal
3.3. Short-lasting unilateral neuralgiform headache with conjunctival injection and tearing (SUNCT)
3.4. Probable sefalgia trigeminal otonomik
4. Nyeri kepala primer lainnya:
4.1. Primary stabbing headache
4.2. Primary cough headache
4.3. Primary exertional headache
(34)
4.5. Hypnic headache
4.6. Primary thunderclap headache
4.7. Hemikrania kontinua
4.8. New daily-persistent headache
II.1.4 Patofisiologi nyeri kepala
Pada nyeri kepala, rangsang nyeri dapat disebabkan oleh adanya
tekanan, traksi, displacement maupun proses kimiawi dan inflamasi
terhadap nosiseptor pada struktur yang pain sensitive di kepala. Jika
struktur pain sensitive yang terletak pada ataupun diatas tentorium
serebelli dirangsang, maka rasa nyeri akan timbul menjalar pada daerah
frontotemporal dan parietal anterior, yang ditransmisi oleh nervus
trigeminus. Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap
nyeri di bawah tentorium, akan menimbulkan nyeri pada daerah oksipital,
sub-oksipital dan servikal bagian atas, dimana akan ditransmisi oleh saraf
kranial IX,X dan saraf spinal C1, C2 dan C3 (Sjahrir, 2008)
Pada migren diduga bukan hanya adanya iritasi pain fiber perifer
yang terdapat pada pembuluh darah intrakranial, akan tetapi juga terjadi
kenaikan sensitisasi sel saraf sentral terutama pada sistem trigeminal.
Pada serangan migren, akan terjadi fenomena pain pathway daripada
sistem trigeminovaskuler, dimana terjadi aktivasi reseptor NMDA, yang
kemudian diikuti peninggian Ca sebagai penghantar yang menaikkan
aktivasi proteinkinase seperti 5-HT, bradikinin, prostaglandin dan juga
(35)
Pada migren aktivasi N.Trigeminal melepaskan CGRP dan peptida
lain yang menyebabkan pelepasan mediator proinflamasi. Mediator ini
meningkatkan CGRP sintese lebih lanjut dan dilepaskan dalam waktu
beberapa jam sampai hari sesuai dengan episode waktu 4-72 jam
serangan migren. Peningkatan sintesa dan pelepasan CGRP dimediasi
oleh pengaktifan dari jaras protein Mitogen-Activated Kinase (MapK)
(Durham cit Sjahrir, 2008)
Gambar 1. Regulasi CGRP pada trigeminal ganglia neuron. Aktivasi nervus trigeminalis menyebabkan pelepasan dari CGRP dan neuropeptida lain yang merangsang pelepasan mediator-mediator inflamasi. Mediator-mediator inflamasi tersebut, termasuk TNF-α, selanjutnya meningkatkan sintesa dan pelepasan CGRP melalui MAPKs. Dikutip dari : Sjahrir, 2008. Nyeri Kepala dan Vertigo
Pada Tension Type Headache kronis bukti eksperimental
menunjukkan bahwa sensitisasi sentral yaitu sifat eksitabilitas neuron
yang ditingkatkan sistem saraf pusat yang dihasilkan oleh input
nociceptive yang lama masuk dari jaringan pericranial myofascial
memainkan peranan penting dalam patofisiologinya. Penemuan
neurotransmitter dan neuromodulator seperti Nitric Oxide (NO), Calcitonin
(36)
& Vasoactive Intestinal Polypeptide (VIP) yang dilibatkan pada proses
nyeri menyediakan pemahaman baru biologi dari nyeri kepala kronis
(Ashina cit Sjahrir, 2008)
Selain itu nociception dari jaringan pericranial myofascial berperan
utama di dalam patofisiologi tension type headache. Peningkatan
eksitabilitas dari sistem saraf pusat oleh adanya input myofascial perifer
mungkin menyebabkan transformasi dari episodik menjadi tension type
headache kronik (Ashina cit Sjahrir, 2008)
Patofisiologi dari nyeri kepala klaster belum sepenuhnya dipahami.
Diduga melibatkan suatu pengaktifan dari hipothalamus dan sistem
trigeminovaskuler. Nyeri kepala klaster hanya berpusat pada mata &
kepala atas mungkin disebabkan keterlibatan Trigeminal Nociceptive
Pathway Ipsilateral secara integral. Gambaran otonomik ipsilateral diduga
akibat pengaktifan sistem parasimpatis kranial (lakrimasi & rhinorrhea)
dan kelainan fungsi sistem simpatis ipsilateral (ptosis & miosis). Pada
nyeri kepala klaster terjadi pengaktifan sistem trigeminovaskuler yang
ditandai oleh peningkatan CGRP di dalam peredaran pembuluh darah
vena kranial saat serangan, serta pengaktifan sistem parasimpatis dengan
peningkatan kadar VIP yang dihubungkan dengan ipsilateral otonom
(37)
II.2 TEKANAN DARAH
II.2.1. Pengertian tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume darah dan
elastisitas pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah disebabkan
peningkatan volume darah atau elastisitas pembuluh darah. Sebaliknya,
penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah. (Ronny dkk.
2010)
II.2.2 Tekanan arteri rata-rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang
mendorong kearah jaringan. Tekanan ini harus diukur secara ketat
dengan dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk
menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan
jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun
penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut
yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan
resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya
pembuluh-pembuluh halus (Sherwood, 2001).
Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai
komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur
tekanan darah arteri rata-rata. Dua penentu utama tekanan darah arteri
(38)
setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila
terjadi perubahan kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan
darah konstan. Aliran darah kesuatu jaringan bergantung pada gaya
dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi
arteriol-arteriol jaringan tersebut. Karena, tekanan arteri rata-rata
bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika
arteriol di salah satu jaringan berdilatasi, arteriol di jaringan lain akan
mengalami konstriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang
adekuat, sehingga darah mengalir tidak saja ke jaringan yang mengalami
vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang harus mendapatkan pasokan darah
yang konstan. Dengan demikian variabel kardiovaskuler harus terus
menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan
walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah (Sherwood,
2001).
II.2.3. Faktor-faktor yang menentukan Tekanan Darah
Agar kita mendapatkan tekanan darah maka harus ada curah
jantung dan tahanan terhadap aliran darah sirkulasi sistemik. Tahanan ini
disebut tahanan tepi.
Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan tepi
Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi
jantung dan stroke volume. Tahanan terhadap aliran darah terutama
terletak di arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah
(39)
darah. Kapiler merupakan pembuluh darah yang jauh lebih kecil dari
arteriole, tetapi meskipun setiap kapiler akan memberikan tahanan yang
lebih besar di banding sebuah arteriole, terdapat sejumlah besar kapiler
yang tersusun paralel dan berasal dari satu arteriole. Akibatnya terdapat
sejumlah lintasan alternatif bagi darah dalam perjalanannya dari arteriole
ke vena, dan karena inilah maka jaringan kapiler ini tidak memberikan
tahanan terhadap aliran darah seperti yang diberikan oleh arteriole
(Green, 2008).
II.2.4 Jenis-jenis Tekanan Darah
Terdapat tiga jenis tekanan darah, yaitu :
a. Tekanan Darah Normal
Tekanan darah dikatakan normal apabila tekanan sistoliknya
120-140 mmHg manakala tekanan diastoliknya 80-90 mmHg
(WHO). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)
dari National Institute of Health (NIH), mendefinisikan tekanan
darah normal adalah tekanan sistolik kurang dari 120 mm Hg dan
tekanan diastolik kurang dari 80 mm Hg. (NHLBI, 2008)
b. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Hipotensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah lebih
rendah dari normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg.
Antara gejala klinis yang bisa dilihat akibat hipotensi adalah sering
pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas apabila merubah
(40)
pada waktu setelah sakit atau semasa penyembuhan. (NHLBI,
2008)
c. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI),
hipertensi adalah suatu keadaan apabila tekanan darahnya
melebihi normal, yaitu tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih
tinggi manakala tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih tinggi.
Tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa
oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2004).
Tekanan darah tinggi berlaku apabila tekanan darah melebihi
140/90 mmHg. Hipertensi ini bisa menyebabkan komplikasi seperti
gagal jantung dan stroke.
Pada umumnya gejala hipertensi tidak diketahui dengan pasti.
Gejala penyakit ini bisa diketahui setelah timbul komplikasi pada
organ lain. Gejala hipertensi itu antara lain: sakit kepala, jantung
berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau beban
berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil, terutama di malam hari, telinga
berdenging, vertigo (Sustrani, 2004).
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On
(41)
(JNC 7),klasifikasi tekanan darah pada dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi,hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
__________________________________________________
Kategori Sistolik Diastolik
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 - 139 80-89
Hipertensi stage 1 140 - 159 90 – 99
Hipertensi stage 2 160 100
Sumber : The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC) (2003)
II.3 Hemoglobin II.3.1 Defenisi
Hemoglobin merupakan molekul berbentuk sfera dengan berat
molekul kira-kira 64500 Daltons dan diameter kira-kira 6.4 nm. Ia
merupakan komponen tetramer yang terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida globin, dengan setiap satunya berikatan dengan kelompok
heme, yaitu sebuah kompleks antara molekul besi dan protoporfirin
(Champe, 2008).
Hemoglobin adalah suatu pigmen (yaitu secara almiah berwarna).
Karena kandungan besinya, hemoglobin tampak kemerahan apabila
berikatan dengan O2 dan tampak kebiruan apabila mengalami
(42)
sempurna tampak merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian
oksigen nya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan.
Selain mengangkut oksigen, hemoglobin juga dapat berikatan
dengan zat – zat berikut :
1. Karbondioksida. Hemoglobin ikut berperan mengangkut gas ini dari
jaringan kembali ke paru.
2. Bagian ion hydrogen asam (H+) dari asam karbonat yang
terionisasi, yang dibentuk dari CO2 pada tingkat jarigan. Dengan
demikian hemoglobin menyangga asam ini sehingga pH tidak
terlalu terpengaruh.
3. Karbonmonoksida (CO). Gas ini dalam keadaan normal tidak
terdapat di darah tetapi jika terhirup akan menempati tempat
pengikatan O2 di hemoglobin, sehingga terjadi keracunan karbon
monoksida.
Dengan demikian, hemoglobin beperan penting dalam pengangkutan
O2 sekaligus ikut serta dalam pengangkutan CO2 dan menentukan
(43)
Gambar II. Regulasi pembentukan sel darah merah. Dikutip dari WHO
dalam Arisman, 2002
II.3.2 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam
butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah
normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini
biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin
bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan
batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin
(44)
Tabel 2. Batas kadar hemoglobin
_________________________________________________
Kelompok umur Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan – 6 tahun 11,0
Anak 6 tahun – 14 tahun 12,0
Pria Dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita Dewasa 12,0
______________________________________________ Sumber : WHO dalam arisman 2002
II.3.3 Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai oleh berkurangnya
kadar hemoglobin di dalam aliran darah. Kadar hemoglobin ini tergantung
pada umur, jenis kelamin dan ketinggian tempat tinggal. Hemoglobin
adalah pigmen darah berwarna merah yang didapatkan di dalam eritrosit
dan berfungsi mengikat serta mengangkut oksigen dari paru ke jaringan
dan CO2 dari jaringan ke paru. Dalam keadaan normal, eritrosit
mempunyai masa hidup 120 hari, setelah itu eritrosit akan dirusak di limpa
dan digantikan eritrosit yang baru yang dihasilkan oleh sumsum tulang.
Pada keadaan tertentu umur eritrosit ini bisa memendek yaitu < 120 hari
yang mengakibatkan terjadinya anemia. (wirawan dkk, 2012)
Menurut WHO, anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah
merah tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik seseorang. Kebutuhan
(45)
umur, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, prilaku merokok dan tahap
kehamilan.
II.3.4. Polisetemia Vera
Polisitemia Vera adalah suatu keganasan derajat rendah sel-sel
induk hematopoitik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit
absolut dan volume darah total, biasanya disertai leukositosis,
trombositosis dan splenomegali. (Supandiman, 2003)
Polisitemia Vera dapat mengenai semua umur, sering pada pasien
berumur 40-60 tahun, dengan perbandingan antara pria dan wanita 2:1, di
Amerika Serikat angka kejadiannya ialah 2,3 per 100.000 penduduk dalam
setahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tentang angka
kejadiannya. Penyakit ini dapat terjadi pada semua ras/bangsa, walaupun
didapatkan angka kejadian yang lebih tinggi pada orang Yahudi.
(Prenggono, 2006)
Sejarah Polisitemia Vera dimulai tahun 1892 ketika Louis Hendri
Vaquez pertama kali menjelaskan Polisitemia Vera pada pasien dengan
tanda eritrositosis dan hepatosplenomegali. Kemudian tahun 1951 William
Dameshek mengklasifikasikan Polisitemia Vera, Trombositosis Esensial
dan Mielofibrosis Idiopatik sebagai Penyakit Mieloproliferatif. Dan baru
tahun 1970 Polycythemia Vera Study Group (PVSG) membuat kriteria
(46)
Tabel 3. Kriteria Mayor dan Minor diagnosis Polisitemia Vera
KRITERIA MAYOR KRITERIA MINOR
1. Massa eritrosit : Laki-laki >36 ml/kg, perempuan >32 ml/kg
2. Saturasi Oksigen > 92 % 3. Splenomegali
1. Trombositosis >400.000/mm3
2. Lekositosis >12.000/mm3
3. Aktivasi Alkalifosfatase
leukosit >100 (tanpa ada demam/infeksi
4. B12 serum > 900 pg/ml;
atau UBBC (Unsaturated
B12 Binding Capasity) > 2200 pg/ml
Sumber : Pedoman diagnosis dan terapi Hematologi Onkologi
(Supandiman, 2003)
Etiopatogenesis Polisitemia Vera belum sepenuhnya dimengerti,
suatu penelitian sitogenetik menemukan adanya kelainan molekular yaitu
adanya kariotip abnormal di sel induk hematopoisis. yaitu kariotip 20q,
13q, 11q, 7q, 6q, 5q, trisomi 8, trisomi 9. Dan tahun 2005 ditemukan
mutasi JAK2V617F, yang merupakan hal penting pada etiopatogenesis
Polisitemia Vera. (James, 2008)
Manifestasi klinis Polisitemia Vera terjadi karena peningkatan jumlah
total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang kemudian akan
menyebabkan penurunan kecepatan aliran darah sehingga dapat
(47)
II.4. Trombosit
Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma
megakariosit. Hitung trombosit antara 150-400 X 103/mm3, sedangkan
umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Sel ini memegang peranan
penting pada hemostasis karena trombosit membentuk sumbat hemostatik
untuk menutup luka.
Trombosit dihasilkan dari sumsum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Megakariosit berasal dari megakarioblast yang
merupakan hasil diferensiasi dari sel induk hemopoietik. Megakariosit
mengalami pematangan dengan replikasi inti endomitotik, memperbesar
volume sitoplasma sejalan dengan penambahan lobus inti menjadi dua
kali lipat. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya, sitoplasma
menjadi granular dan trombosit dilepaskan. Tiap megakariosit dapat
menghasilkan kurang-lebih 4000 trombosit. Rentang waktu sejak
diferensiasi sel induk hemopoietik sampai produksi trombosit berkisar
selama 10 hari.
Pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin, yang
dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombopoietin meningkatkan jumlah dan
kecepatan maturasi dari megakariosit.
Jumlah trombosit normal adalah sekitar 250.000/mm3 (atau sekitar
250x109/L) dengan kisaran antara 150.000 hingga 400.000/mm3. Lama
(48)
Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik
selama respon hemostasis normal jika terjadi cedera pada vaskular. Jika
tidak ada trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan dari pembuluh
darah kecil. Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi
serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fungsi trombosit
tersebut (Hoffbrand dkk, 2002).
II.4.1 Trombositopenia
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit yang berada
dibawah rata-rata normal populasi. Pada kebanyakan laboratorium, jumlah
platelet yang normal berada diantara 150.000-450.000/mm3, dari
pengertian ini, 5% dari populasi memiliki jumlah diluar normal. Tidak ada
definisi yang berlaku umum dari trombositopenia ringan, sedang atau
berat. Untuk pasien kanker yang menerima pengobatan, National Cancer
Institute (NCI) telah mengembangkan kriteria toksisitas umum untuk
menggambarkan tingkat keparahan trombositopenia. Jumlah trombosit
dari 75.000 menjadi 150.000 / L yang didefinisikan sebagai grade I
trombositopenia, 50.000 sampai 75.000 / L sebagai grade II, 25.000
sampai 50.000 / L sebagai grade III, dan di bawah 25.000 / L sebagai
grade IV trombositopenia.
Resiko harus dinilai dalam tiga cara: penyebab yang mendasari
trombositopenia, risiko perdarahan yang berbahaya, dan efek samping
(49)
kronis atau splenektomi). Pendarahan spontan tidak mungkin turun
sampai hitungan di bawah 20.000, dan perdarahan yang berlebihan
dengan trauma tidak mungkin kecuali hitungan jatuh di bawah 60.000
Kerja dari jumlah trombosit yang rendah meliputi anamnesis,
pemeriksaan, dan penelaahan terhadap hapusan darah. Tes khusus untuk
penyakit tertentu (seperti HIV) mungkin seringkali diperlukan, termasuk
aspirasi sumsum tulang.
Trombositopenia digaris bawahi sebagai penyebab. Jumlah trombosit
<100.000 yang tidak dapat dijelaskan ditunda. Jika tidak ada penyebab
khusus yang ditemukan setelah pengujian klinis, dan sisanya dari CBC
normal tanpa hepatosplenomegali, diagnosis mungkin adalah Idiopatik
Thromnocytopenia (ITP). Karena tidak ada tes untuk ITP, diagnosis ini
dibuat dengan mengesampingkan penyakit lain-seperti hati/limpa,
penyakit sumsum tulang, leukemia, limfoma dan lain-lain. ITP akut terlihat
pada anak-anak, sering mengikuti infeksi virus, dan pemulihan spontan
terjadi pada> 80%, sebagian besar dalam 6 bulan. ITP pada orang
dewasa cenderung menjadi gangguan autoimun kronis.
Kematian meningkat terutama karena perdarahan intrakranial dan GI,
tetapi kebanyakan pasien baik-baik saja meskpun trombosit turun di
bawah 20.000 (yang tidak biasa). Sebagian besar bentuk pengobatan
(50)
perawatan yang sesuai untuk orang-orang dengan jumlah trombosit di
bawah 20.000.
Pasien dengan jumlah trombosit > 50.000 tidak memerlukan
pengobatan rutin. Pengobatan diberikan bila: 1) jumlah trombosit <30.000,
2) terdapat tanda-tanda perdarahan, atau 3) trombosit <50.000 dengan
faktor risiko perdarahan yang signifikan (seperti Hipertensi , usia> 60
tahun, penyakit ulkus peptikum). (Sudhir dkk, 2006)
II.4.2 Trombositosis
Trombositosis didefinisikan sebagai peningkatan jumlah trombosit
yang berada dari nilai normal antara 150.000 dan 250.000/mm3 trombosit.
Batasan luar yang keadaan trombosit biasanya ditandai dalam trombosit
yang didefinisikan sebagai 400.000/mm3
Trombocytosis dibagi menjadi primer atau otonom, dalam perjalanan
penyakit myeloproliferative (thrombocythemia, polisitemia vera, leukemia
myelogenous kronis, myelofibrosis) dan sekunder atau reaktif.
Bentuk-bentuk primitif memiliki asal mula yang sama sebagai sel induk dari
sumsum tulang, dan, meskipun masing-masing memiliki karakteristik
khusus, sering tumpang tindih dengan gambaran klinis, sehingga sulit
untuk menentukan diagnosis diantara penyakit myeloproliferative. .
Pada dasarnya thrombocythemia selalu merupakan suatu
(51)
lainnya. Idiopatik thrombocythemia, cepat atau lambat, dalam perjalanan
penyakit, mungkin telah meningkatkan sel darah putih dan, bahkan sel-sel
darah merah. Durasi trombositosis sekunder adalah variabel terikat dan
terhadap kemungkinan menghilangkan penyakit yang mendasari.
Diagnosis didasarkan pada temuan, pemeriksaan emocromocitimetrico
(haemochromocytometric test), untuk melihat tingkat platelet lebih tinggi
dari 400.000/mm3 dengan volume, morfologi dan fungsi trombosit normal,
dan mencari kemungkinan kondisi patologis yang menyebabkan
trombositosis.
Penyakit myeloproliferative harus dikecualikan dari trombosit,
termasuk essential thrombocythemia, yang selain kelainan hematologi
yang spesifik, memiliki tingkat yang lebih tinggi dengan anisomacrocitosi
platelet, dan lebih sering terjadi pendarahan atau trombotik. Beberapa
studi telah menunjukkan bahwa pada kebanyakan pasien dengan
polisitemia vera dan sekitar setengah dari mereka dengan akan menjadi
thrombocythemia atau myelofibrosis idiopatik, yang merupakan mutasi
nukleotida tunggal yang mengaktifkan JAK2 (Griesshammer, 2007).
II.5. Hubungan antara nyeri kepala dengan tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit
Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang paling sering ditemui
pada kejadian umum dan kejadian klinis neurologi (Peatfield, 2008). Saat
(52)
sering terjadi, menyebabkan gangguan yang cukup besar dalam populasi
di dunia (WHO, 2006). Hubungan antara hipertensi dan nyeri kepala
pertama kali diperkenalkan oleh Janeway pada tahun 1913. Kebanyakan
pasien dan dokter masih meyakini bahwa nyeri kepala menjadi gejala
yang paling umum dari hipertensi. Secara patofosiologi, nyeri kepala
meningkat ketika serat afferent primer menginervasi meningeal atau
pembuluh darah serebral menjadi aktif; kebanyakan dari serat nociceptive
dilokasikan di dalam bagian pertama dari ganglion trigeminal atau ganglia
servikal atas(Yeung, 2006).
Rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah
tentorium (yaitu yang terletak pada fossa krani posterior) radiks servikalis
bagian atas dengan cabang – cabang saraf perifernya akan menimbulkan
nyeri pada daerah dibelakang garis tersebut diatas, yaitu pada area
oksipital, area sub-oksipital dan servikal bagian atas. Rasa nyeri ini
ditransmisi oleh saraf cranial IX, X dan saraf spinal C1, C2, C3. Kadang-
kadang bisa juga radiks servikalis bagian atas dan N. Oksipitalis mayor
akan menjalarkan nyerinya ke frontal dan mata pada sisi ipsilateral. Telah
dibuktikan adanya hubungan yang erat antara inti – inti trigeminus dengan
radiks dorsalis segmen servikal atas. Refleks trigeminoservikal dapat
dibuktikan dengan cara stimulasi n.supraorbitalis dan direkam dengan
cara pemasangan electroda pada otot strenocleido-mastoid. Input
eksteroseptif dan nosiseptif dari reflex trigeminoservikal ditransmisikan
(53)
motor neuron servikal. Dengan adanya hubungan ini jelaslah bahwa nyeri
didaerah leher dapat dirasakan atau diteruskan kearah kepala dan
sebaliknya. (Sjahrir, 2008)
Berdasarkan The International Classificatin of Headache disorder
(2004), nyeri kepala dapat disebabkan oleh hipertensi yang sedang yang
berhubungan dengan pheochromocytoma, krisis hipertensi dengan atau
tanpa hipertensi encephalopathy, preeklamsi dan eklamsi dan respon
tekanan akut ke agen exogenous.(Yeung 2006)
Dijumpai hubungan terbalik antara level tekanan darah dan nyeri
kepala yang dihubungkan dengan suatu phenomena “ hypertension- induced hypalgesia” dimana sensibilitas terhadap rangsangan nyeri
berhubungan terbalik dengan tekanan darah. Hal ini disebabkan
pengulangan aktivitas barorefleks dalam modulasi nosiseftif (Yeung 2006)
Tekanan darah sistolik 150 mmhg atau lebih tinggi memiliki resiko
30% lebih rendah mengalami nyeri kepala non migren dibandingkan
dengan tekanan sistolik lebih rendah dari 140 mmhg (Hagen dkk, 2002)
Pasien dengan anemia menunjukkan berbagai gejala, seperti nyeri
kepala, wajah pucat, orthostatic hypotension, atau edema yang dihasilkan
dari penurunan sel darah merah, kelelahan, tidak enak badan, vertigo,
syncope, tinnitus, atau nyeri dada yang disebabkan oleh kekurangan
suplai oksigen, jantung berdebar atau bernafas dengan mekanisme
(54)
Pada keadaan anemia terjadi peningkatan dari
2,3-biphospoglycerate yang mengakibatkan affinitas oksigen-hemoglobin
menurun, maka hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen
(deoxyhemoglobin). Pada keadaan ini hemoglobin dapat melakukan
persenyawaan NO. (Dessypris dkk 2004)
Nitric Oxide molekul yang bereaksi dengan Cysß93, dimana suatu
hemoglobin yang rantai ß nya mengikat globin cystein pada nomor 93
yang menghasilkan nitrosothiol. (Dessypris dkk 2004)
Nitrosothiol akan mengaktivasi sitoplamic guanylate cyclase yang
akan menaikkan kadar guanosine 3,5 – monophosphate (cGMP) dan
cytosolic calcium yang akan menyebabkan vasodilitasi (Sjahrir 2008)
Pada keadaan polisitemia terjadi peningkatan afinitas oksigen
hemoglobin, sehingga hemoglobin sangat kuat mengikat oksigen.
Akibatnya terjadi penurunan penghantaran oksigen ke jaringan atau
hipoksia (Harmening dkk, 2002, Telen dkk, 2004). Keadaan hipoksia ini
dapat menyebabkan timbulnya nyeri kepala. (Newman dkk, 2001)
Pada studi epidemiologi pada 379 laki – laki yang tinggal di ketinggian 4300, dijumpai 32,2% migren, sebanyak 15,2 dengan tension
type headache, dan 7,2 dengan nyeri kepala lainnya. Didapati hemoglobin
yang tinggi (HB>21,3 gr%) dan saturasi oksigen yang rendah (O2 <81,5%)
(55)
Varol dkk, 2013 menyatakan gumpalan trombosit (clots) dapat
menginduksi Cortically Spreading Depression dengan menghalangi
pembuluh darah kecil dan menghasilkan aura-like symptoms dan pulsatile
headaches. Aktivasi platelet berperan dalam adhesi endotel dan agregasi
mengatur proses inflamasi yang berinteraksi dengan leukosit.
Andrea dkk (2003), melakukan suatu studi yang menunjukkan
gangguan agregasi platelet pada cluster headache, didapati hipoagregasi
sebagai respon rendahnya colagen dan adenosine disphosphate dan
hyperagregasi dimana platelet distimulasi oleh Platelet-Activating Factor.
Pada studi ini menyatakan bahwa penurunan agregasi platelet dengan
kolagen dan adenosine difosfat dapat menunjukkan kekacauan fungsi
Nitric Oxide, sedangkan hipersensitivitas pada Platelet – Activating Factor
disebabkan fluktuasi kadar plasma.
Pada pasien dengan Essential Thrombocythaemia memiliki simptom
neurologi termasuk nyeri kepala dan rasa kebas. Nyeri kepala
dihubungkan dengann disfungsi platelet yaitu hipersensitif reseptor
seretonin atau peningkatan level serotonin. Nyeri kepala juga
dihubungkan dengan peningkatan Platelet Adenosine Disphosphate dan
(56)
II.6 Kerangka teori
TEKANAN DARAH
NYERI KEPALA
HEMOGLOBIN TROMBOSIT
Sjahrir (2008) peningkatan kadar cGMP dan Cytosolic
calcium
Frewin et all (2012) disfungsi platelet dengan peningkatan
level serotonin Ranney et all(2004) Nitrit
oxide berikatan dengan hemoglobin
Varol et all(2013) gumpalan trombosit (clots) dapat menginduksi Cortically Spreading Depression
Newmann et all (2001) pada polisetemia terjadi hipoksia Stovner et all(2011), keluhan
nyeri muskuliskeletal yang kronik Albert Yeung (2006), serat aferen primer menginervasi
(57)
II.7. Kerangka Konsepsional
TEKANAN DARAH HEMOGLOBIN
NYERI KEPALA
(58)
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP H.
Adam Malik Medan dari tanggal 10 Desember 2012 s/d 15 Oktober 2014
sampai jumlah sampel sudah mencapai besar sampel.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit.
Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non
random secara konsekutif.
III.2.1. Populasi Sasaran
Semua penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri
kepala yang berobat di poliklinik Departemen Neurologi RSUP H Adam
Malik.
III.2.2. Populasi Terjangkau
Semua penderita nyeri kepala primer yang ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis dan Head Ct scan dan bukan nyeri kepala yang datang
(59)
III.2.3. Besar Sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus : (Dahlan, 2009)
n1=n2 = ( Zα√2PQ + Z √P1Q1+ P2Q2 )2 (P1-P2) 2
Zα = Z score berdasarkan derajat kemaknaan α yang dikehendaki (untuk α =0.05 Zα= 1.96)
Z = Z score berdasarkan kekuatan uji β yang dikehendaki
(untuk = 0,20 Z = 0.842)
P1 = proporsi penderita nyeri kepala = 90% = 0.9 (diambil dari
kepustakaan Tronvik, 2011)
P1 – P2 = perbedaan proporsi yang dianggap bermakna, ditetapkan
sebesar 0,13
P2 = proporsi yang diamati, diperkirakan 0,77 (diambil dari
kepustakaan Tronvik, 2011)
P = P1 + P2 = 0,83 2
Maka: n1=n2 ≥ (1,96√2x0,83x0,17 + 0.842√0,9x0,1+ 0,77x0,23 )2 (0,13)2
n1=n2 ≥ 57.6 n1=n2 ≥ 58
(60)
Dibutuhkan sampel minimal 58 orang untuk masing-masing
kelompok
III.2.4. Kriteria Inklusi
1. Penderita nyeri kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala
yang berobat jalan ke poliklinik neurologi RSUP H. Adam Malik
Medan
2. Dapat membaca dan menulis serta dapat berbahasa Indonesia
3. Memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini
4. Berusia 16-60 tahun
III.2.5. Kriteria Eksklusi
Penderita nyeri kepala sekunder
III.3. BATASAN OPERASIONAL
1. Nyeri Kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa tidak enak pada
daerah kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher.
(Sjahrir dkk, 2013)
2. Nyeri kepala primer adalah suatu nyeri kepala tanpa disertai
adanya penyebab struktural organik (Sjahrir 2004), menurut
klasifikasi The International Classification Of Headache Disorders,
2nd Edition, dari The International Headache Society (Sjahrir dkk,
2013), nyeri kepala primer terdiri dari:
1. Migren
(61)
3. Nyeri kepala klaster
4. Nyeri kepala primer lainnya
4. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah
terhadap pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi volume
darah dan elastisitas pembuluh darah (Ronny dkk. 2010).
5. Nilai Normal Tekanan darah adalah angka yang menunjukkan
nilai tekanan darah sistolik dengan interval 90-139 mmHg dan nilai
tekanan darah diastolik dengan interval 60-89 mmHg (NHLBI,
2008)
6. Hemoglobin merupakan molekul berbentuk sfera dengan berat
molekul kira-kira 64500 Daltons dan diameter kira-kira 6.4 nm. Ia
merupakan komponen tetramer yang terdiri dari 2 pasang rantai
polipeptida globin, dengan setiap satunya berikatan dengan
kelompok heme, yaitu sebuah kompleks antara molekul besi dan
protoporfirin (Champe dkk, 2008).
7. Nilai Normal HB adalah angka yang menunjukkan nilai
hemoglobin dengan interval 11,5 – 15,5 g/dl (Aamodt dkk, 2004)
8. Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari
sitoplasma megakariosit. Fungsi utama trombosit adalah
pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal
(62)
9. Nilai Normal Trombosit adalah angka yang menunjukan nilai
trombosit dengan interval 150.000-400.000/mm3 (Hoffbrand dkk,
2002).
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan
data secara potong lintang dengan sumber data primer diperoleh dari
semua penderita nyeri kepala primer dan semua penderita yang bukan
nyeri kepala yang berobat jalan ke poliklinik neurologi RSUP H. Adam
Malik Medan.
a. Studi observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tekanan
darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit, dari penderita nyeri
kepala primer dan penderita bukan nyeri kepala
b. Studi korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar
hemoglobin, kadar trombosit, dan tekanan darah dengan nyeri kepala
primer.dan penderita bukan nyeri kepala.
III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen
a. kuesioner Ho K-H & Ong BK-C yang diadaptasi dari HIS tahun 1998
dipergunakan untuk penderita nyeri kepala primer.
b. Untuk menilai kadar hemoglobin penderita nyeri kepala dilakukan
(63)
c. Untuk menilai kadar trombosit pada penderita nyeri kepala dilakukan
pemeriksaan dengan sysmex 4000.
d. Untuk mengukur tekanan darah pada penderita nyeri kepala
dilakukan pemeriksaan denganTensimeter Nova
III.5.2. Pengambilan Sampel
1. Semua penderita nyeri kepala yang berobat jalan ke poliklinik
RSUP H. Adam Malik Medan yang diambil secara konsekutif yang
memenuhi kriteria inklusi, menandatangani surat persetujuan ikut
penelitian, mengisi kuesioner nyeri kepala, dilakukan pengukuran
tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit, dan
pemeriksaan Head Ct scan.
2. Semua penderita bukan nyeri kepala yang berobat jalan ke
poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan yang diambil secara
konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi, menandatangani surat
persetujuan ikut penelitian, dilakukan pengukuran tekanan darah,
kadar hemoglobin dan kadar trombosit.
3. Pengambilan sampel dan pengukuran tekanan darah oleh
dokter pemeriksa, pemeriksaan kadar hemoglobin dan kadar
trombosit oleh laboratorium serta pemeriksaan Head Ct scan untuk
(64)
III.5.3. Kerangka Operasional
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
Memberikan persetujuan untuk menjadi subjek penelitian
Kadar HB dgn sysmex 400
Kadar Trombosit dgn sysmex 400
Tekanan darah dengan Tensi Meter Nova
Analisa Data Kuesioner nyeri kepala
Penderita bukan nyeri kepala Head Ct Scan
Penderita Nyeri Kepala Primer Bukan Penderita Nyeri Kepala
Anamnese, Pemeriksaan Klinis
(65)
III.5.4. Variabel yang diamati
Variabel bebas : Tekanan darah, kadar Hemoglobin, kadar
Trombosit
Variabel terikat : Nyeri Kepala Primer
III.5.5. Analisa Statistik
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan
menggunakan SPSS (Statistical Product and Science Service). Analisis
dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan penderita
nyeri kepala primer digunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
2. Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin dengan
penderita nyeri kepala primer digunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
3. Untuk mengetahui hubungan kadar trombosit dengan penderita
nyeri kepala primer digunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
4. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan tekanan darah
dengan penderita nyeri kepala primer Uji Korelasi Somers’d
5. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
hemoglobin dengan penderita nyeri kepala primer Uji Korelasi Somers’d
6. Untuk mengetahui besarnya kekuatan hubungan kadar
trombosit dengan penderita nyeri kepala primer Uji Korelasi Somers’d
(66)
7. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran
karakteristik demografi, tekanan darah, kadar hemoglobin dan
(1)
tidak diinginkan selam penelitian ini berlangsung, bapak/ibu dapat langsung menghubungi dr Adikia Andreas Sitepu (085372724809) untuk mendapatkan pertolongan.
Untuk penelitian ini, Bapak/Ibu/Keluarga tidak dikenakan biaya apapun, karena biaya sepenuhnya akan ditanggung oleh peneliti yaitu saya. Saya menjamin kerahasian data Bapak/Ibu/Keluarga Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Bila masih ada hal – hal yang belum jelas menyangkut penelitian ini, setiap saat dapat ditanyakan kepada saya : dr Adikia Andreas Sitepu.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu/Keluarga Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta terhadap Bapak/Ibu/Keluarga Bapak/Ibu dalam penelitian yang telah disiapkan.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu/Keluarga Bapak/Ibu atas partisipasinya dalam penelitian ini.
Medan, April 2014 Peneliti
(2)
Lampiran 2
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian yang berjudul, “HUBUNGAN TEKANAN DARAH, KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR TROMBOSIT DENGAN NYERI KEPALA PRIMER” dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai gejala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan saya ikut dalam penelitian tersebut.
Medan,...2012 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
persetujuan
(3)
LEMBAR PENGUMPUL DATA PENELITIAN
I. Karakteristik Responden 1. Nama :
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita 3. Umur :
4. Suku Bangsa :
5. Pendidikan : Buta Huruf SD SLTP SLTA Akademi Perguruan Tinggi
6. Bahasa yang biasa dipergunakan :
Bahasa Indonesia : Ya Tidak 7. Alamat :
(4)
Lampiran 4
Pertanyaan yang termasuk dalam kuesioner sesuai dengan HIS Classification (Kuesioner yang diadaptasi dari HO K-H & Ong BK-C)
1. Apakah anda pernah menderita sakit kepala ? a. Ya b. Tidak
2. Apakah anda menderita sakit kepala hari ini ? a. Ya b. Tidak
3. Pertama kali timbul pada umur berapa :... .. . . ..tahun
4. Sejak itu (pertama kali timbul sakit kepala) sudah berapa kali mengalami sakit kepala : a. 1 -4kali b. 5-9kali c.> 10 kali 5. Berapa hari sakit kepala timbul selama satu tahun lalu : . .. ....hari/
tahun a. < 180 hari (<14 hari/ bulan) b. 180 hari (> 15 hari/ bulan) 6. Berapa lama nyeri kepala timbul :
a. Beberapa detik b. < 30 menit c. 30 menit - 24 iam d. 24 jam - 72 jam e. > 72 jam
7. Dimana lokasi nyeri kepala ?
a. Leher dan tengkuk (occipital). b. Bitemporal b. Bifrontal. d. Sebelah kepala. e. Seluruh kepala/puncak kepala.
8. Bagaimana sifat nyeri ?
a. Berdenyut b. Diikat / berat c. Tajam / tikam / tusuk jarum. 9. Selama serangan nyeri kepala apakah anda mengalami .
a. Mual b. Muntah
(5)
d. Photopobia
10. Yang sering menimbulkan nyeri kepala .
Emosi Ya / tidak
Keletihan fisik Ya / Tidak
Kurang tidur Ya / Tidak
Perubahan lingkungan Ya / Tidak Prementruasi / menstruasi (haid) Ya / Tidak
Penyakit , Ya / Tidak
Makanan / minuman mis ... Ya / Tidak Dan lain-lain ... Ya / Tidak 1 1. Apakah nyeri bertambah berat bila :
. Aktifitas fisik Ya / Tidak
. Menaiki tangga Ya / Tidak
12. Bagaimana derajat nyeri kepala :
a. Ringan : Nyeri kepala tidak mengganggu aktifitas sehari-hari b. Sedang : Nyeri kepala mengganggu aktifitas sehari-hari (masih
bekerja tapi terganggu)
c. Berat : Nyeri kepala dan perlu istirahat (tidak dapat bekerja) 13. Pada.saat nyeri kepala timbul apakah ada tanda muncul serangan
sesaatberupa :
Kilatan cahaya / bintik buta (blind spot) / garis berwama pada
(6)
Vertigo (rasa berputar) dan / atau pandangan ganda Ya / Tidak Kelemahan / kebas sebelah badan atau muka Ya / Tidak
dan lain-lain Ya / Tidak
Sebutkan………
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran :………..
TD :……….
Nadi :……….
Pernafasan :……….
Temp :……….
IV. Diagnosa Nyeri kepala :
……… V. Pemeriksaan Penunjang :
1. Kadar Hemoglobin =………gr/% 2. Kadar Trombosit =………gr/%